Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PROSES DAN BISNIS


PERTAMBANGAN
AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

1. SUWANTI :301 14 11 110


2. TARI NOFIANTI :301 14 11 111
3. YANTI :301 14 11 119

KELAS: 6 AKUNTANSI 4
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudulAkuntansi untuk Perusahaan Pertambangan. Makalah ini penulis susun, dalam
rangka memenuhi tugas dalam mata kuliah Proses dan Bisnis Pertambangan yang penulis
laksanakan.

Atas dukungan baik moral dan materi dalam proses penyusunan makalah ini, maka
penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1) Ibu Izma Fahria, S.E., M.Sc, selaku dosen pengampu mata kuliah Proses dan
Bisnis Pertambangan.
2) Orang tua, keluarga dan teman-teman penulis,yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian penulisan makalah ini.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
dalam mengetahui tentang akuntansi untuk perusahaan pertambangan.
Menyadari bahwa suatu karya dibidang apapun tidak terlepas dari kekurangan, oleh
karenanya, saran dan kritik yang bermanfaat dari setiap pembaca sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Balun Ijuk, April 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 2

Daftar isi................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................4

I.1 Latar Belakang.............................................................................................................4-5

I.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

I.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................7

II.1 PSAK 33 Tahun 1994 tentang Akuntansi Pertambangan Umum.................................7-26

II.2 PSAK 33 Revisi Tahun 2011 tentang Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum.........................................26-29

II.3 ISAK 29 tentang Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada Perusahaan
Pertambangan Terbuka ................................................................. 29-33

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................34

III.1 Kesimpulan .............................................................................................................34

III.2 Saran........................................................................................................................34

Daftar Pustaka..................................................................................................................35

LAMPIRAN-LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Industri pertambangan memiliki spesifikasi yang sangat spesifik yang dalam


operasionalnya sangat berbeda dengan industri lainnya. Karena itu, dibutuhkanlah suatu
metode akuntansi yang berbeda. Hal ini disebabkan industri pertambangan memiliki beberapa
aktivitas spesisifik, yaitu aktivitas eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Untuk menunjang aktivitas tersebut pada tahun 1994 Ikatan Akuntan Indonesia
mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keeuangan Nomor 33 tahun 1994 tentang
akuntansi pertambangan umum. Sedangkan untuk pertambangan minyak dan gas diatur mulai
dari Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No.5 tentang Standar Khusus Akuntansi Untuk
Minyak Dan Gas Bumi tahun 1984 dan selanjutnya diubah pada tahun 1994 menjadi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 tahun 1994 tentang Akuntansi Minyak
Dan Gas Bumi. Perkembangan industri pertambangan di Indonesia yang sangat pesat dalam
sepuluh tahun terakhir membuat banyaknya perubahan yang dibutuhkan pada standar
akuntansi yang dipakai.

Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan industri pertambangan itu sendiri
juga disebabkan oleh terbitnya IFRS 6 mengenai Exploration for and Evaluation of Mineral
Resources. Pada tahun 2009, Ikatan Akuntan Indonesia memulai konvergensi International
Financial Reporting Standards menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Karena itu,
standar akuntansi keuangan yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan pun tidak
luput dari perubahan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 dan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan Nomor 33 pada tahun 2011 pun mengalami revisi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 Tahun 1994 akhirnya dicabut dan
digantikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 tahun 2011 tentang
Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral. Sedangkan untuk Pernyataan Standar

4
Akuntansi Keuangan Nomor 33 tahun 1994 dilakukan revisi. Untuk kegiatan eksplorasi
diatur pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 tahun 2011 serta
pengembangan dan konstruksi pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 dan
19. Sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 33 revisi tahun 2011
mengatur tentang Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Perbedaan antara standar akuntansi keuangan tahun 1994 dengan standar akuntansi
keuangan tahun 2011 tentang pertambangan umum terletak pada metode pengakuan biaya
eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, serta kegiatan produksi. Sedangkan mengenai
biaya pengelolaan lingkungan hidup diperlakukan dengan metode yang sama dengan standar
sebelumnya. Pertama, metode pengakuan biaya eksplorasi pada standar sebelumnya diakui
sebagai beban kecuali belum terdapat cadangan, izin masih berlaku, dan kegiatan eksplorasi
signifikan masih dilakukan atau terdapat cadangan terbukti dan izin masih berlaku. Termasuk
di dalam biaya eksplorasi adalah biaya perizinan. Namun dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 64 tahun 2011 seluruh biaya eksplorasi dapat diperlakukan
sebagai aset dan biaya yang dikeluarkan sebagai biaya perizinan tidak dimasukkan di
dalamnya.

Kedua, biaya pengembangan yang dikeluarkan dalam tahap pengembangan pada


standar akuntansi sebelumnya dikapitalisasi menjadi aset. Namun pada standar akuntansi
yang baru, biaya yang dikeluarkan pada tahap pengembangan hanya dapat diakui sebagai aset
jika dan hanya jika perusahaan tambang dapat menunjukkan semua kriteria yang tercantum
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 19 revisi tahun 2010 tentang Aset
Tidak Berwujud. Ketiga, untuk pencatatan biaya konstruksi diperlakukan sebagaimana diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 revisi tahun 2011 tentang Aset
Tetap. Keempat, pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 33 revisi tahun 2011
aktivitas produksi digantikan dengan aktivitas pengupasan lapisan tanah.

I.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam perusahaan pertambangan umum yang diatur


dalam PSAK 33 Tahun 1994?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk pertambangan umum yang dalam PSAK 33
Revisi tahun 2011?

5
3. Bagaimana perlakuan mengenai biaya pengupasan tanah pada tahap produksi pada
perusahaan pertambangan terbuka yang diatur dalam ISAK 29 ?

I.3. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui perlakuan akuntansi dalam perusahaan pertambangan umum yang diatur


dalam PSAK 33 Tahun 1994.
2. Mengetahui perlakuan akuntansi untuk pertambangan umum yang diatur dalam PSAK
33 Revisi Tahun 2011.
3. Mengetahui perlakuan biaya pengupasan tanah pada tahap produksi pada perusahaan
pertambangan terbuka yang telah di atur dalam ISAK 29.

BAB II

PEMBAHASAN

6
II.1 PSAK 33 TAHUN 1994 TENTANG AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM

A. KARAKTERISTIK AKUNTANSI INDUSTRI PERTAMBANGAN UMUM


Dalam industri pertambangan umum terdapat empat kegiatan usaha pokok, meliputi:
a) Eksplorasi (Exploration),
b) Pengembangan dan Konstruksi (Development and Construction),
c) Produksi (Production), dan
d) Pengolahan.

Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha


terpadu dalam arti bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha eksplorasi,
pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengolahan sebagai satu kesatuan usaha
atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masing- masing berdiri sendiri.

Sifat dan karakteristik industri pertambangan umum berbeda dengan industri


lainnya. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Eksplorasi bahan galian tambang umum merupakan kegiatan yang mempunyai
ketidakpastian yang tinggi, karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat,
dengan biaya yang besar, tidak ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir
dengan penemuan cadangan bahan galian yang secara komersial layak untuk
ditambang.

2. Bahan galian bersifat deplesi dan tidak dapat diperbaharui (non-renewable) serta
untuk melaksanakan kegiatan pertambangan ini, mulai tahap eksplorasi sampai
dengan tahap pengolahannya, dibutuhkan biaya investasi yang relatif sangat besar,
padat modal, berjangka panjang, sarat risiko, dan membutuhkan teknologi yang
tinggi, sehingga diperlukan pengelolaan yang benar-benar profesional.
3. Pada umumnya operasi perusahaan pertambangan berlokasi di daerah terpencil
dan kegiatannya menimbulkan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup,
sehingga setiap perusahaan pertambangan wajib memenuhi ketentuan
perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup, di samping mempunyai
konsep pasca penambangan yang jelas.

4. Pemerintah indonesia tidak memberikan konsesi penambangan karena menurut


peraturan perundangan yang berlaku, segala bahan galian yang berada dalam
wilayah hukum Indonesia adalah kekayaan nasional Bangsa Indonesia yang
dikuasai dan dipergunakan oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Untuk dapat berusaha dalam industri pertambangan umum, pemerintah

7
mengeluarkan peraturan yang memberi wewenang kepada badan
usaha/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan umum.

Dalam industri pertambangan umum terbuka kemungkinan kerja sama


berdasarkan Kontrak Karya (Contract of Work) dan Kontrak Kerja Sama, baik dalam
hal permodalan maupun operasi bersama. Sebagai akibat dari sifat dan karakteristik
industri pertambangan umum, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi khusus
untuk industri tersebut yang berbeda dengan industri lainnya terutama perlakuan
akuntansi biaya eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengelolaan
lingkungan hidup.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN


Pernyataan ini disusun berdasarkan sifat dan karakteristik usaha pertambangan
umum di Indonesia dan berpedoman pada konsep dasar akuntansi keuangan yang
ditampung dalam Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Seperti halnya Standar Akuntansi Keuangan, Pernyataan ini wajib digunakan
dalam penyajian laporan keuangan untuk pihak ekstern bagi setiap perusahaan yang
bergerak dalam industri pertambangan umum termasuk kontraktor dalam rangka
Kontrak Karya dan atau Kontrak Kerja Sama di bidang pertambangan umum. Dengan
adanya Pernyataan ini, maka baik penyusun maupun pemakai laporan keuangan wajib
mengacu kepada standar akuntansi yang sama. Apabila perlakuan akuntansi bersifat
umum, maka harus tetap mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan.
Untuk dan dalam hubungannya dengan Pernyataan ini, kegiatan operasi
industri pertambangan umum dibagi dalam empat tahapan yaitu:
a) Eksplorasi (termasuk evaluasi)
Definisi
Eksplorasi adalah usaha dalam rangka mencari, menemukan, dan
mengevaluasi Cadangan Terbukti pada suatu wilayah tambang dalam jangka
waktu tertentu seperti yang diatur dalam peraturan perudangan yang berlaku.
Cadangan terbukti merupakan suatu taksiran cadangan bahan galian tambang
umum dalam suatu Area of Interest yang secara teknis maupun ekonomis
dapat dipertanggungjawabkan kemungkinannya untuk diproduksi di masa
mendatang berdasarkan harga bahan galian tambang umum pada saat taksiran
tersebut dibuat dan biaya penambangannya.

8
Area of Interest merupakan suatu satuan area geologis yang diduga
mempunyai potensi diperolehnya suatu cadangan bahan galian tambang umum
atau telah terbukti terdapat cadangan bahan galian tambang umum. Suatu
perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat mempunyai lebih dari
satu Area of Interest, dan dalam suatu Area of Interest tertentu dapat terjadi
lebih dari satu tahapan kegiatan dalam waktu/periode yang bersamaan. Setiap
Area of Interest harus diperlakukan secara terpisah untuk tujuan penentuan
apakah biaya-biaya yang terjadi pada kegiatan eksplorasi dan
pengembangannya dapat dikapitalisasikan atau dibebankan pada periode
berjalan.

Uraian Kegiatan
1. Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum merupakan
penyelidikan secara geologi umum atau geofisik yang dilakukan di
daratan, di perairan, dan/atau dari udara dengan maksud untuk
membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda-tanda
adanya bahan galian.
2. Perijinan dan Administrasi. Merupakan kegiatan pengurusan ijin
untuk melakukan kegiatan eksplorasi di suatu daerah tertentu,
antara lain meliputi pengurusan Hak Kuasa Pertambangan, Kontrak
Kerja Sama, Kontrak Karya, dan pembebasan tanah serta kegiatan
administrasi eksplorasi.
3. Geologi dan Geofisika. Kegiatan geologi meliputi pekerjaan
analisis foto udara dan pemetaan geologi permukaan tanah dengan
tujuan untuk memetakan penyebaran mineraL Geofiika merupakan
suatu teknologi eksplorasi dengan menggunakan sifat-sifat fisik
batuan yang diselidiki untuk tujuan memperoleh data di bawah
permukaan tanah.
4. Pemboran Eksplorasi. Pemboran digunakan untuk mengetahui
data endapan di bawah permukaan tanah secara rinci Melalui
pemeriksaan laboratorium atas contoh bor dapat diketahui jenis dan
kadar batuan. Hasil pemboran beberapa lubang dapat dikorelasikan
untuk batuan-batuan yang sejenis dan dapat pula dihitung besarnya
cadangan bahan galian tambang umum.
5. Evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengkap apakah
suatu cadangan secara teknis layak untuk ditimbang dan

9
mempunyai nilai komersiaL Kegiatan pada tahap ini meliputi
penentuan jumlah/besarnya dan kadar cadangan, penganalisisan
dampak lingkungan, perijinan yang dibutuhkan, metode
penambangan, proses pengolahan, survei mengenai transportasi
prasarana yang dibutuhkan, anggaran yang dibutuhkan, serta nilai
pasar cadangan dan rencana produksi.

Jenis Biaya
Jenis-jenis biaya eksplorasi yang pokok, baik yang mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan eksplorasi
tersebut, adalah sebagai berikut:
a) Penyelidikan umum
Biaya-biaya yang tedadi dalam penyelidikan umum antara lain:
(i) Biaya studi literatur,
(ii) Biaya peroleha.l data satelit dan foto udara,
(iii) Biaya pemetaan geologi,
(iv) Biaya pengambilan contoh, dan
(v) Biaya analisis contoh permukaan.

b) Perijinan dan Administrasi


Biaya-biaya yang terjadi dalam perijinan dan administrasi antara
lain:
(i) Biaya perolehan Kuasa Pertambangan,
(ii) Biaya perolehan Kontrak Kerja Sama,
(iii) Biaya perolehan Kontrak Karya,
(iv) Biaya pembebasan tanah/tanam tumbuh, dan
(v) Biaya administrasi eksplorasi.

c) Geologi dan Geofisika


Biaya-biaya yang terjadi dalam geologi dan geofisika antara lain:
(i) Biaya Side Looking Air Radar (SLAR),
(ii) Biaya geologi lapangan,
(iii) Biaya geologi kimia, termasuk analisis pengujian laboratorium,
(iv) Biaya penyelidikan gravitasi,
(v) Biaya penyelidikan magnetik, dan
(vi) Biaya penyelidikan seismik.

d ) Pemboran Eksplorasi
Biaya-biaya yang terjadi dalam pemboran eksplorasi antara lain:
(i) Biaya persiapan lahan, termasuk biaya pembuatan jalan masuk
ke lokasi pemboran,
(ii) Biaya pemboran, termasuk peralatan bor,
(iii) Biaya mobilisasi dan demobilisasi,
(iv) Biaya pengujian dan perampungan, dan
(v) Biaya logistik selama dilaksanakannya pemboran.

10
e) Evaluasi
Merupakan biaya untuk kegiatan evaluasi.

Perlakuan Akuntansi
Biaya yang timbul atas kegiatan eksplorasi dan evaluasi di
suatu Area of Interest wajib dibebankan pada periode berjalan, kecuali
bilamana memenuhi salah satu dari kondisi di bawah ini, maka biaya
tersebut dapat ditangguhkan pembebanannya.
a) Ijin untuk melaksanakan eksplorasi di Area of Interest tersebut
masih berlaku dan kegiatan eksplorasinya pada tanggal neraca
belum selesai, serta kegiatan eksplorasi yang berarti
(significant) dalam Area of Interest terkait masih terus
berlangsung, sehingga pada tahap ini belum dapat ditentukan
apakah eksplorasi tersebut akan dapat menghasilkan Cadangan
Terbukti.
b) Ijin untuk melaksanakan kegiatan pertambangan di Area of
Interest tersebut masih berlaku dan dapat dibuktikan bahwa
biaya eksplorasi yang terjadi diharapkan dapat diperoleh
(recovered) kembali dari hasil produksi Cadangan Terbukti
yang bersangkutan atau dari hasil yang akan diperoleh
bilamana hak penambangannya dipindahtangankan/dialihkan
kepada pihak lain.

Biaya penyusutan aktiva tetap yang mendukung kegiatan


eksplorasi dialokasikan sebagai bagian biaya eksplorasi. Apabila suatu
penyelidikan umum tidak dikaitkan secara khusus pada program
eksplorasi tertentu, maka biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan
umum tersebut dibebankan pada periode berjalan.
Biaya bunga yang terjadi karena pendanaan kegiatan eksplorasi
ditangguhkan (selama biaya eksplorasinya pun dapat ditangguhkan)
dengan mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.
26 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi. Biaya umum
dan administrasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan eksplorasi
ikut ditangguhkan sebagai bagian dari Biaya Eksplorasi yang
Ditangguhkan. Pendapatan lain-lain yang diperoleh sehubungan
dengan kegiatan eksplorasi dikurangkan dari Biaya Eksplorasi yang

11
Ditangguhkan. Amortisasi Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan lihat
paragraf 31 (e). Nilai Tunai Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan harus
ditaksir dan dilaporkan sebagaimana diatur pada paragraf 50.

Penyajian Laporan Keuangan


Jumlah biaya eksplorasi yang dibebankan pada periode berjalan
(di luar biaya amortisasi atas Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan)
disajikan secara tersendiri dalam laporan laba-rugi sebagai Beban
Eksplorasi.
Biaya yang ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi disajikan
sebagai Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan.

Pengungkapan
Hal-hal berikut ini wajib diungkapkan dalam catatan laporan
keuangan.
a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan dasar penentuan:
1. Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi
yang masih berjalan dengan penjelasan mengenai jangka waktu
kontrak untuk Area of Interest yang bersangkutan;
2. Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi
yang sudah menemukan adanya Cadangan Terbukti dengan
penjelasan bahwa amortisasinya baru akan dilaksanakan pada
saat dimulainya produksi.
b) Dalam penyajian Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan harus
dibedakan antara Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas
kegiatan eksplorasi yang masih berjalan dengan Biaya Eksplorasi
yang Ditangguhkan atas kegiatan eksplorasi yang telah
menemukan Cadangan Terbukti.
c) Apabila terdapat lebih dari satu Area of Interest, maka harus
diungkapkan rincian dari Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan
untuk tiap-tiap Area of Interest.
d) Jumlah pembebanan biaya eksplorasi pada periode berjalan serta
alasan pembebanannya.

b) Pengembangan dan Konstruksi


Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

12
Pengembangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan dalam
rangka mempersiapkan Cadangan Terbukti sampai siap diproduksi
secara komersial.
Konstruksi adalah pembangunan fasilitas dan prasarana untuk
melaksanakan dan mendukung kegiatan produksi.

Uraian Kegiatan
Tahap pengembangan dan konstruksi meliputi kegiatan administrasi
dan teknis.
1. Kegiatan administrasi merupakan kegiatan pengurusan perijinan
dalam lingkup pertambangan umum guna mendukung dimulainya
pelaksanaan kegiatan pengembangan dan konstruksi.
2. Kegiatan teknis merupakan kegiatan rancang bangun dan kegiatan
fisik lapangan untuk memudahkan masuk ke tempat cadangan
bahan tambang dalam rangka persiapan kegiatan produksi .

Jenis Biaya
Jenis-jenis biaya pengembangan dan konstruksi yang pokok,
baik yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung
dengan kegiatan pengembangan dan konstruksi adalah sebagai berikut.
a) Biaya Pengembangan
Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan pengembangan antara lain:
(i) Biaya administrasi:
- biaya pengurusan perijinan dan Kuasa Pertambangan,
- biaya pembebasan tanah,
(ii) Biaya pembersihan lahan (land clearing), dan
(ii) Biaya pembukaan tambang, termasuk pengupasan lapisan tanah
(sebelum produksi).

b) Biaya Konstruksi
Biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan konstruksi antara lain:
(i) Biaya pembuatan prasarana,
(ii) Biaya pembuatan atau pengadaan bangunan, dan
(iii) Biaya pembuatan atau pengadaan mesin dan peralatan.

Perlakuan Akuntansi
1. Biaya pengembangan terdiri dari:
a) Biaya yang terjadi atas kegiatan pengembangan suatu Area of
Interest tertentu baik langsung maupun tidak langsung
ditangguhkan pembebanannya sebagai Biaya Pengembangan yang
Ditangguhkan.

13
b) Biaya penyusutan aktiva tetap yang dipergunakan dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan ditangguhkan sebagai
bagian dari Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan.
c) Biaya umum dan administrasi yang berkaitan langsung dengan
kegiatan pengembangan ditangguhkan sebagai bagian dari Biaya
Pengembangan yang Ditangguhkan; sedangkan biaya umum dan
administrasi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan
pengembangan harus diperlakukan sebagai beban pada periode
berjalan.
d) Pada saat sejak dimulainya produksi suatu Area of Interest,
Akumulasi Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan dan
Akumulasi Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan atas Area of
lnterestyang sama dijumlahkan, dan penjumlahan biaya tersebut
diamortisasi; biaya amortisasi dibebankan sebagai biaya produksi.
e) Perhitungan amortisasi didasarkan pada metode unit produksi. Pada
keadaan tertentu, apabila dianggap dapat memberikan informasi
keuangan yang lebih tepat, amortisasi dihitung berdasarkan
taksiran umur ekonomis dari Area of/nteresttersebut. Dasar
perhitungan amortisasi yang dipilih harus diterapkan secara
konsisten. Apabila dipergunakan metode unit produksi, maka
tingkat amortisasi tiap tahunnya harus didasarkan pada jumlah
cadangan yang secara wajar dapat diproduksi sampai dengan akhir
periode eksploitasi Area of Interest yang bersangkutan. Apabila
amortisasi didasarkan pada jangka waktu, maka taksiran umur
ekonomis tidak boleh lebih panjang dari periode eksploitasi.
Periode eksploitasi yang dimaksud adalah berdasarkan perijinan
yang berlaku.
f) Apabila terjadi penundaan produksi di suatu Area of Interest
tertentu setelah kegiatan pengembangan selesai, maka pada setiap
akhir periode akuntansi selama masa penundaan tersebut, jumlah
Akumulasi Biaya Pengembangan dan Biaya Eksplorasi yang
Ditangguhkan harus dievaluasi apakah masih dapat diperoleh
kembali (recovered) dari nilai taksiran hasil produksi Cadangan
yang bersangkutan. Apabila ternyata nilai taksiran hasil produksi
tersebut lebih rendah daripada jumlah biaya yang ditangguhkan,

14
maka selisihnya harus dibebankan pada periode berjalan. Metode
dan faktor- faktor yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi ini
diatur pada paragraf 50.

2. Biaya Konstruksi
Semua biaya yang terjadi atas pekerjaan konstruksi dan prasarana
dikapitalisasi sebagai aktiva tetap, dan selanjutnya disusutkan
berdasarkan umur ekonomis dari aktiva yang bersangkutan. Saat
dimulainya penyusutan dan pembebanan biaya penyusutan diatur
sebagai berikut.
a) Aktiva tetap yang dipergunakan langsung dalam proses
produksi, penyusutannya mulai dihitung pada saat produksi
komersial dimulai; dan biaya penyusutannya dibebankan
sebagai biaya produksi.
b) Sedangkan terhadap aktiva tetap yang penggunaannya tidak
langsung berhubungan dengan proses produksi, penyusutannya
dimuiai pada saat selesainya pekerjaan konstruksi aktiva tetap
yang bersangkutan; dan biaya penyusutannya dibebankan
sebagai beban usaha periode berjalan .

3. Biaya-bunga yang terjadi karena pendanaan untuk pekerjaan


pengembangan dan konstruksi ditangguhkan atau dikapitalisasi
dengan mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 26 tentang Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi.

Penyajian Laporan Keuangan


Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan disajikan dalam
neraca bersama-sama dengan Biaya Eksplorasi yang Ditangguhkan
(atas kegiatan eksplorasi yang sudah menemukan cadangan terbukti)
sebagai Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan.
Untuk periode akuntansi di mana produksi komersial telah
dimulai, Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan
disajikan sebesar jumlah netonya, yaitu setelah dikurangi dengan
amortisasi.
Jumlah penurunan (write down) akibat dilakukannya evaluasi
terhadap Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan
sebagaimana yang disebutkan pada paragraf 31 (f), disajikan secara

15
tersendiri dalam laporan laba-rugi sebagai penurunan nilai Biaya
Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan .
Biaya pekerjaan konstruksi dan prasarana yang masih dalam
pelaksanaan disajikan sebagai Pekerjaan Konstruksi dalam
Penyelesaian.

Pengungkapan
Hal-hal berikut wajib diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.
a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan:
1. Dasar penentuan ditangguhkannya biaya pengembangan dan
kapitalisasi biaya pekerjaan konstruksi dan prasarana .
2. Metode amortisasi dan penyusutan yang dipergunakan dengan
penjelasan jangka waktu perijinan penambangan dan taksiran
umur ekonomis tambang.
b) Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan atas kegiatan
pengembangan yang masih berjalan.
c) Biaya Eksplorasi dan Pengembangan yang Ditangguhkan di mana
terjadi penundaan masa produksi, meliputi penjelasan:
1. Alasan terjadinya penundaan,
2. Amortisasi belum diperhitungkan karena belum dinilainya
produksi, dan
3. Jumlah penurunan (write down) akibat dilakukannya evaluasi
bila ada, terhadap biaya yang ditangguhkan tersebut, serta
metode dan asumsi utama yang dipergunakan dalam
menghitung penurunan nilai tersebut.
d) Apabila terdapat lebih dari satu Area of Interest maka harus
diungkapkan rincian dari Biaya Eksplorasi dan Pengembangan
yang Ditangguhkan untuk tiap-tiap Area of Interest.

c) Produksi
Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang disusun untuk dan dalam
hubungannya dengan kegiatan produksi penambangan (eksploitasi):

Produksi adalah semua kegiatan mulai dari pengangkatan bahan galian


dari Cadangan Terbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk dipasarkan,
dimanfaatkan, atau diolah lebih lanjut.

Uraian Kegiatan

16
Kegiatan produksi penambangan meliputi: pengupasan tanah
(stripping), pengambilan bahan galian, pencucian dan pemurnian, serta
pengangkutan bahan galian ke stasiun pengumpul.
a) Pengupasan lapisan tanah selama masa produksi meliputi kegiatan
penggaruan/dorong, gali/muat, dan pengangkutantanah dari lokasi
penggalian ke lokasi penimbunan atau lokasi lainnya.
b) Pengambilan bahan galian dengan cara yang sesuai dengan sifat dan
karakteristik bahan galian tambang yang bersangkutan seperti:
penggalian, penyemprotan dengan air, penggunaan alat-alat berat
(bulidozer dan shovel), pengerukan dengan menggunakan kapal keruk,
dan peledakan.
c) Pencucian bahan galian adalah kegiatan untuk membersihkan dan
memisahkan bahan galian dengan mineral atau bahan galian ikutan
lainnya seperti: tanah, abu, lempung, pasir, belerang, lumpur, atau
mineral pengotor lainnya. Kegiatan pencucian dilakukan dengan
menggunakan air, bahan kimia (proses kimia), alat pencuci (misalnya
polong atau jig), atau saringan. Dalam kegiatan pencucian termasuk
pula proses penghancuran bahan galian yangberukuran besar menjadi
ukuran sesuai dengan yang ditetapkan, sehingga layak dijual atau
diolah lebih lanjut.
d) Pengangkutan bahan galian dari lokasi penambangan ke stasiun
pengumpul dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti: belt
conveyor, lori pengangkut, dump truck, tongkang, atau kapal.

Perusahaan pertambangan tertentu dapat mengolah lebih lanjut hasil


tambangnya setelah proses di atas.

Jenis Biaya
Jenis-jenis biaya penambangan yang pokok, baik yang mempunyai
hubungan langsung maupuntidak langsung dengan kegiatan produksi
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Pengupasan Lapisan Tanah (Stripping) se/ama Masa Produksi Biaya
yang terjadi dalam pengupasan lapisan tanah antara lain:
(i) Biaya pengupasan tanah,
(ii) Biaya penyediaan lahan untuk penimbunan tanah, dan (iii) Biaya
penimbunan tanah hasil pengupasan.

b) Pengambilan Bahan Galian

17
Biaya-biaya yang terjadi dalam pengambilan bahan galian antara lain:
(i) biaya penggalian,
(ii) biaya penyemprotan,
(iii) biaya pengerukan, atau biaya peledakan, dan
(iv)penimbunan bahan galian.

c) Pencucian Bahan Galian


Biaya-biaya yang terjadi dalam pencucian bahan galian antara lain:
(i) Biaya pembersihan dan pemisahan bahan galian utama dari bahan
galian ikutannya,
(ii) Biaya pembentukan ukuran/besarnya bahan galian sesuai dengan yang
ditetapkan perusahaan.

d) Pengangkutan Bahan Galian


Merupakan biaya yang terjadi untuk mengangkut bahan galian tambang
umum dari lokasi penambangan ke stasiun pengumpul .

e) Pengelolaan Lingkungan Hidup


Merupakan biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup.

Perlakuan Akuntansi
a. Semua biaya yang terjadi sehubungan dengan produksi dicatat sebagai
Barang dalam Proses Produksi.
b. Beban Pokok Produksi meliputi biaya produksi dengan
memperhitungkan saldo awal dan akhir Barang dalam Proses
Produksi .
c. Beban Pokok Persediaan per unit dihitung dengan menggunakan
metode rata-rata atau first in first out.
d. Persediaan meliputi persediaan dalam proses produksi, barang jadi, dan
persediaan bahan penunjang.
e. Biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah
awal untuk membuka tambang, yaitu pengupasan tanah yang dilakukan
sebelum produksi dimulai dan pengupasan tanah lanjutan yang
dilakukan selama masa produksi. Biaya pengupasan tanah awal
merupakan bagian dari Biaya Pengembangan yang Ditangguhkan,
sedangkan biaya pengupasan tanah lanjutan dibebankan sebagai biaya
produksi.
f. Sebelum produksi dilaksanakan, dihitung terlebih dahulu Rasio Rata-
Rata Tanah Penutup KAverage Stripping Ratio), yaitu perbandingan
antara taksiran kuantitas lapisan batuan/tanah penutup terhadap

18
taksiran ketebalan bahan galian (seperti batubara) yang juga
dinyatakan dalam satuan unit kuantitas.
g. Biaya pengupasan tanah lanjutan pada dasarnya dibebankan sebagai
biaya produksi berdasarkan Rasio Rata-Rata Tanah Penutup. Dalam
keadaan di mana Rasio Aktual Tanah Penutup (yaitu rasio antara
kuantitas tanah/batuan yang dikupas pada periode tertentu terhadap
kuantitas bagian cadangan yang diproduksi untuk periode yang sama)
tidak berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka biaya pengupasan
tanah yang timbul pada periode tersebut seluruhnya dapat dibebankan
sebagai biaya produksi.
Dalam hal rasio aktual berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka
bila rasio aktual lebih besar dari rasio rata-ratanya, kelebihan biaya
pengupasan ditangguhkan pembebanannya dan dibukukan sebagai
Biaya Pengupasan yang Ditangguhkan. Selanjutnya, biaya yang
ditangguhkan ini dibebankan sebagai biaya produksi pada periode di
mana rasio aktual jauh lebih kecil dari rasio rata-ratanya.
h. Bila terjadi perubahan atas Rasio Rata-Rata Tanah Penutup, maka
perubahan ini merupakan perubahan estimasi.
i. Selama masa produksi, secara berkala harus dievaluasi besarnya
taksiran Cadangan Terbukti yang dapat diproduksi dan biaya
pengembangan lanjutan yang ditaksir akan dibutuhkan untuk
memproduksi cadangan tersebut di masa mendatang. Hal ini
merupakan dasar perhitungan amortisasi Biaya Eksplorasi dan
Pengembangan yang Ditangguhkan.
j. Tiap-tiap akhir periode akuntansi, saldo dari Biaya Eksplorasi dan
Pengembangan yang Ditangguhkan harus dievaluasi kelayakannya
dengan membandingkan saldo tersebut terhadap nilai tunai (present
value) dari taksiran produksi bahan galian tambang yang akan
diproduksi selama sisa umur tambang (sisa umur tambang tidak boleh
lebih panjang dari periode eksploitasi sesuai dengan ijin yang berlaku).
Apabila ternyata nilai taksiran hasil produksi tersebut lebih rendah dari
saldo biaya yang ditangguhkan tersebut, maka selisihnya harus
dibebankan pada periode berjalan.

Penyajian Laporan Keuangan

19
Persediaan dinyatakan di neraca sebesar harga yang terendah antara
harga perolehan dengan harga pasar. Harga pasar merupakan taksiran
harga jual pada tanggal neraca dikurangi dengan taksiran beban yang akan
terjadi dalam menjual barang tersebut.
Jumlah penurunan (write down) dari Biaya Eksplorasi dan
Pengembangan yang Ditangguhkan disajikan seperti diatur pada paragraf
36.

Pengungkapan
Hal-hai berikut wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan:
(i) Metode penentuan Beban Pokok Persediaan dan dasar penilaiannya,
(ii) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah, dan
(iii) Metode perhitungan Rasio Rata-Rata Tanah Penutup.

b) Jumlah Biaya Pengupasan Tanah yang Ditangguhkan dengan


penjelasan mengenai perbedaan antara Rasio Aktual Tanah Penutup
terhadap rasio rata-ratanya.
c) Perubahan atas Rasio Rata-Rata Tanah Penutup (bila ada).
d) Pengungkapan seperti yang diwajibkan pada paragraf 38 (c) .

d) Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Definisi
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia, serta mahluk hidup lainnya.
Dengan adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu,
maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar
lokasi penambangan, meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya atau dimasukannya mahluk
hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya.
b. Perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat
dan atau hayati lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu kurang
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkesinambungan.

20
Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif
kegiatan usaha penambangan, maka perlu dilakukan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PLH) yang meliputi upaya terpadu dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan
pengembangan lingkungan hidup.

Uraian Kegiatan
Uraian kegiatan pengelolaan lingkungan hidup meliputi tetapi tidak
terbatas pada:
a) Penyusunan dokumen Analis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) .
b) Upaya pencegahan pencemaran sungai oieh air hasil penirisan
tambang, berupa pembuatan kolam pengendap lumpur di sekitar:
lokasi pengalian, dumping area, dan stockpile. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah pengurasan lumpur dari kolam pengendap.
c) Pengaturan bentuk lahan (land scaping) disesuaikan dengan kondisi
topografi dan hidrologi setempat. Kegiatan ini meliputi:
1. Pengaturan bentuk lereng, dimaksudkan untuk mengurangi
kecepatan air permukaan, erosi, sedimentasi, dan longsor;
2. Pengaturan saluran pembuangan air, dimaksudkan untuk mengatur
air agar tidak mengalir pada tempat-tempat tertentu, sehingga dapat
mengurangi kerusakan lahan akibat erosi.
d) Pengelolaan tanah pucuk (top soil), yaitu kegiatan pengambilan dan
penyimpanan tanah pucuk dari lokasi tanah yang akan ditambang dan
ditimbun untuk dimanfaatkan kembali pada kegiatan reklamasi bekas
daerah timbunan yang telah selesai.
e) Revegetasi, yaitu penanaman kembali pada lahan bekas tambang yang
vegetasi awalnya telah rusak atau terganggu.
f) Pengendalian erosi, yaitu kegiatan berupa penanaman rumput,
pembuatan teras, pemberian batu pecah, pembuatan saluran pengelak,
dan lain-lain.
g) Pencegahan pencemaran akibat debu, antara lain kegiatan berupa
penyemprotan air di lokasi jalan produksi, loading station, stockpile,
dan tempat lainnya yang dapat menimbulkan debu.
h) Pencegahan kelongsoran, yaitu kegiatan berupa pemantapan
lereng dengan melandaikannya, pembuatan slope dan tanggul
pengaman (dike).

21
i) Penelitian tanah dan tanaman untuk mendapatkan cara dan teknik
penanaman yang baik dan cocok.
j) Pemantauan kualitas air yang keluar dari kolam-kolam pengendap,
saluran pemukiman, dan sungai di sekitar lokasi penambangan .
k) Pemantauan kualitas udara di lokasi kegiatan penambangan dan
pemukiman karyawan, serta penduduk sekitarnya.
l) Pemantauan kualitas tanah di dumping area.
m) Pemantauan luas lokasi vegetasi yang rusak dan yang telah
direvegetasi.
n) Pemantauan keberhasilan dari usaha pengendalian dan pengelolaan
lingkungan yang dilakukan.
o) Pemantauan laju erosi.

Jenis Biaya
Biaya-biaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi tetapi tidak
terbatas pada kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Pada dasarnya biaya ini
merupakan biaya pengadaan prasarana PLH, biaya yang timbul atas usaha
mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan,
dan biaya rutin lainnya.

Perlakuan Akuntansi
1. Biaya pengadaan prasarana PLH dikapitalisasikan sebagai Aktiva
Tetap dan disusutkan secara sistematis berdasarkan umur
ekonomisnya.
2. Taksiran kewajiban PLH harus diakru, apabila memenuhi persyaratan
berikut.
a) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada
tanggal neraca akibat kegiatan yang telah dilakukan;
b) Terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang
timbul.
3. Taksiran biaya untuk PLH yang timbul sebagai akibat kegiatan
eksplorasi dan pengembangan diakru dengan mendebet Biaya PLH
yang Ditangguhkan dan mengkredit Kewajiban (Provision) PLH.
Biaya yang ditangguhkan ini akan diamortisasi pada saat mulainya
produksi komersial; biaya amortisasinya dibukukan sebagai Biaya
Produksi.
4. Taksiran biaya untuk PLH yang timbul sebagai akibat kegiatan
produksi tambang dibebankan sebagai biaya produksi dengan
mengkredit Kewajiban (Provision) PLH.

22
5. Pembayaran atas kewajiban PLH selama tahun berjalan dibukukan
sebagai pengurang taksiran Kewajiban PLH.
6. Pada tanggal neraca, jumlah taksiran Kewajiban PLH harus di evaluasi
kembali untuk menentukan apakah jumlah akrualnya telah memadai.
7. Apabila jumlah pengeluaran PLH yang sesungguhnya terjadi pada
tahun berjalan sehubungan dengan kegiatan periode lalu lebih besar
dari pada jumlah akrual yang telah dibentuk, maka selisihnya
dibebankan ke biaya produksi periode di mana kelebihan tersebut
timbul.

Penyajian Laporan Keuangan


Taksiran Kewajiban PLH disajikan di neraca sebesar jumlah
kewajiban yang telah diakru, setelah dikurangi dengan jumlah pengeluaran
yang sesungguhnya terjadi.

Pengungkapan
Hal-hal berikut ini wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan:
(i) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya PLHt
(ii) Metode amortisasi atas biaya PLH yang ditangguhkan, dan (iii)
Metode penyusutan prasarana PLH.

b) Mutasi taksiran kewajiban PLH selama tahun berjalan dengan


menunjukkan:
(i) Saldo awal,
(ii) Penyisihan yang dibentuk,
(iii) Pengeluaran sesungguhnya, dan
(iv)Saldo akhir.

c) Kegiatan PLH yang telah dilaksanakan dan yang sedang berjalan.

d) Kewajiban bersyarat sehubungan dengan PLH dan kewajiban


bersyarat lainnya sebagaimana diatur dalam standar akuntansi
keuangan.

II.2 PSAK 33 REVISI TAHUN 2011 TENTANG AKTIVITAS PENGUPASAN


LAPISAN TANAH DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA
PERTAMBNGAN UMUM

TUJUAN

23
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan:
1. Akuntansi atas aktivitas pengupasan lapisan tanah dan aktivitas
2. Pengelolaan lingkungan hidup pertambangan umum.

RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi pertambangan umum yang terkait dengan:
(a) Aktivitas pengupasan lapisan tanah dan;
(b) Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup.

DEFINISI
Berikut ini adalah pengeertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta
mahluk hidup lainnya.
Biaya pengelolaan lingkungan hidup adalah biaya yang timbul atas usaha
mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan pertambangan, dan
biaya rutin lainnya.
Dengan adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu, maka akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi penambangan,
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat,
energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan dan/atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
b) Perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap perubahan sifat-sifat dan/atau hayati
lingkungan yang mengakibatkan lingkungan itu kurang berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan berkesinambungan.

Sebagai usaha untuk mengurangi dan mengendalikan dampak negatif kegiatan usaha
penambangan, maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


1. Aktivitas Pengupasan Tanah
Biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara:
a. Pengupasan tanah awal untuk membuka tambang, yaitu pengupasan tanah
yang dilakukan sebelum produksi dimulai dan pengupasan tanah lanjutan

24
yang dilakukan selama masa produksi. Biaya pengupasan tanah awal
diakui sebagai aset (beban tangguhan), sedangkan biaya pengupasan tanah
lanjutan diakui sebagai beban. Sebelum produksi dilaksanakan, dihitung
terlebih dahulu rasio rata-rata tanah penutup (average stripping ratio),
yaitu perbandingan antara taksiran kuantitas lapisan batuan/tanah penutup
terhadap taksiran ketebalan bahan galian (seperti batubara) yang juga
dinyatakan dalam satuan unit kuantitas.
b. Biaya pengupasan tanah lanjutan pada dasarnya dibebankan berdasarkan
rasio rata-rata tanah penutup. Dalam keadaan di mana rasio aktual tanah
penutup (yaitu rasio antara kuantitas tanah/batuan yang dikupas pada
periode tertentu terhadap kuantitas bagian cadangan yang diproduksi untuk
periode yang sama) tidak berbeda jauh dengan rasio rata-ratanya, maka
biaya pengupasan tanah yang timbul pada periode tersebut seluruhnya
dapat dibebankan. Dalam hal rasio aktual berbeda jauh dengan rasio rata-
ratanya, maka apabila rasio aktual lebih besar dari rasio rata-ratanya,
kelebihan biaya pengupasan diakui sebagai aset (beban tangguhan).
Selanjutnya, aset tersebut akan dibebankan pada periode di mana rasio
aktual jauh lebih kecil dari rasio rata-ratanya.
2. Aktivitas Lingkungan Hidup
Provisi pengelolaan lingkungan hidup harus diakui jika:
a) Terdapat petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal
pelaporan keuangan akibat kegiatan yang telah dilakukan;
b) Terdapat dasar yang wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang
timbul.
Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang timbul
sebagai akibat kegiatan eksplorasi dan pengembangan diakui sebagai aset
(beban tangguhan). Taksiran biaya untuk pengelolaan lingkungan hidup yang
timbul sebagai akibat kegiatan produksi tambang diakui sebagai beban.
Pada tanggal pelaporan, jumlah provisi pengelolaan lingkungan hidup
harus dievaluasi kembali untuk menentukan apakah jumlah akrualnya telah
memadahi. Jika jumlah pengeluaran pengelolaan lingkungan hidup yang
sesungguhnya terjadi pada tahun berjalan sehubungan dengan kegiatan periode
lalu lebih besar dari pada jumlah akrual yang telah dibentuk, maka selisihnya
dibebankan ke periode di mana kelebihan tersebut timbul.

25
PENYAJIAN
Taksiran Provisi pengelolaan lingkungan hidup disajikan di laporan posisi
keuangan sebesar jumlah kewajiban yang telah ditangguhkan, setelah dikurangi
dengan jumlah pengeluaran yang sesungguhnya terjadi.

PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan, tetapi tidak terbatas pada:
a). Kebijakan akuntansi sehubungan dengan:
(i) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan lingkungan hidup;
(ii) Metode amortisasi atas biaya pengelolaan lingkungan hidup yang ditangguhkan.

b). Mutasi taksiran kewajiban provisi pengelolaan lingkungan hidup selama tahun
berjalan dengan menunjukkan:
(i) Saldo awal;
(ii) Penyisihan yang dibentuk;
(iii) Pengeluaran sesungguhnya;
(iv) Saldo akhir.

c). Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dan yang sedang
berjalan;

d). Kewajiban bersyarat sehubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan


kewajiban bersyarat lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan.

II.3 ISAK 29 TENTANG BIAYA PENGUPASAN TANAH PADA TAHAP PRODUKSI


UNTUK PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA

Dalam operasi penambangan terbuka, entitas mungkin memandang perlu untuk


memindahkan material sisa penambangan yang harus dibuang (permukaan tanah yang
dibuang/overburden) untuk memperoleh akses menuju cadangan mineral. Aktivitas
pemindahan material sisa tersebut dikenal sebagai pengupasan lapisan tanah.

Selama tahap pengembangan tambang (sebelum produksi dimulai), biaya pengupasan


lapisan tanah umumnya dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya pembangunan,
pengembangan dan konstruksi tambang yang dapat disusutkan. Biaya kapitalisasian tersebut
akan disusutkan atau diamortisasi menggunakan dasar yang sistematis, umumnya
menggunakan metode unit produksi, begitu produksi dimulai.

Entitas pertambangan dapat melanjutkan pemindahan overburden dan menimbulkan


biaya pengupasan lapisan tanah selama tahap produksi tambang. Material yang dipindahkan

26
ketika pengupasan lapisan tanah pada tahap produksi tidak selamanya adalah 100% limbah,
seringkali merupakan kombinasi antara mineral dan limbah. Rasio dari mineral terhadap
limbah dapat berkisar dari yang berkualitas rendah yang tidak memiliki nilai ekonomi hingga
yang berkualitas tinggi yang dapat menguntungkan. Pemindahan material dengan rasio
mineral terhadap limbah yang rendah dapat menghasilkan material yang berguna yang dapat
diolah menjadi persediaan. Pemindahan ini mungkin juga membuka akses menuju material di
lapisan yang lebih dalam yang memiliki rasio mineral terhadap limbah yang lebih tinggi.

Dengan demikian dari aktivitas pengupasan lapisan tanah entitas akan memperoleh
dua manfaat: material yang masih bermanfaat (usable ore) dapat diolah menjadi persediaan
dan peningkatan akses menuju jumlah material yang lebih besar yang akan ditambang di
masa depan.

Interpretasi ini mempertimbangkan kapan dan bagaimana memperlakukan secara


terpisah dua manfaat yang dihasilkan dari aktivitas pengupasan lapisan tanah, dan bagaimana
mengukur kedua manfaat tersebut, baik pada pengakuan awal maupun pada pengakuan
selanjutnya.

RUANG LINGKUP
Interpretasi ini diterapkan untuk biaya pemindahan material yang timbul
dalam aktivitas penambangan terbuka selama tahap produksi. Dalam menerapkan
ISAK 29 penyusunan dan penyajian laporan akan berhubungan juga dengan standar
akuntansi lainnya, yaitu :
PSAK 1 : Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 14 : Persediaan
PSAK 16 : Aset Tetap
PSAK 19 : Aset Tak berwujud

PENGAKUAN BIAYA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PADA TAHAP


PRODUKSI SEBAGAI ASET
Sepanjang manfaat dari aktivitas pengupasan lapisan tanah direalisasikan
dalam bentuk produksi persediaan, entitas mencatat biaya aktivitas pengupasan
lapisan tanah sesuai dengan prinsip-prinsip dalam PSAK 14: Persediaan. Sepanjang
manfaat tersebut adalah peningkatan akses menuju material, entitas mengakui biaya
tersebut sebagai aset tidak lancar, jika sesaui dengan kriteria :
1) Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomik masa depan (peningkatan akses
menuju bijih mineral) yang terkait dengan aktivitas pengupasan lapisan tanah akan
mengalir kepada entitas;

27
2) Entitas dapat mengidentifikasi komponen bijih mineral yang aksesnya telah
ditingkatkan; dan
3) Biaya yang terkait dengan aktivitas pengupasan lapisan tanah dengan komponen
tersebut dapat diukur secara andal.
Interpretasi ini merujuk aset tidak lancar tersebut sebagai aset aktivitas
pengupasan lapisan tanah.
Aset aktivitas pengupasan lapisan tanah dicatat sebagai penambahan atau
peningkatan aset yang telah ada. Dengan kata lain, aset aktivitas pengupasan lapisan
tanah akan dicatat sebagai bagian dari aset yang telah ada.
Klasifikasi aset aktivitas pengupasan lapisan tanah sebagai aset berwujud atau
aset takberwujud sama dengan aset yang telah ada. Dengan kata lain, sifat aset yang
telah ada akan menentukan apakah entitas mengklasifikasikan aset aktivitas
pengupasan lapisan tanah sebagai aset berwujud atau aset takberwujud.

PENGUKURAN AWAL ASET AKTIVITAS PENGUPASAN LAPISAN TANAH


Pada saat pengakuan awal entitas mengukur aktivitas pengupasan lapisan
tanah pada biaya perolehan, biaya ini merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang
secara langsung terjadi untuk melakukan aktivitas pengupasan lapisan tanah yang
meningkatkan akses terhadap komponen mineral teridentifikasi, ditambah alokasi
biaya overhead yang dapat diatribusikan secara langsung. Beberapa aktivitas
insidentil mungkin terjadi pada saat yang bersamaan dengan aktivitas pengupasan
lapisan tanah, namun aktivitas insidentil tersebut tidak harus ada untuk melanjutkan
aktivitas pengupasan lapisan tanah sebagaimana direncanakan. Biaya yang terkait
dengan aktivitas insidentil tersebut tidak dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan
aset aktivitas pengupasan lapisan tanah.
Ketika biaya perolehan aset aktivitas pengupasan lapisan tanah dan persediaan
yang dihasilkan tidak dapat diidentifikasi secara terpisah, maka entitas
mengalokasikan biaya pengupasan lapisan tanah pada tahap produksi antara
persediaan yang dihasilkan dan aset aktivitas pengupasan lapisan tanah menggunakan
basis alokasi berdasarkan ukuran produksi yang relevan. Ukuran produksi tersebut
dihitung untuk komponen mineral teridentifikasi, dan digunakan sebagai patokan
untuk mengidentifikasi sejauh mana aktivitas tambahan yang menciptakan manfaat di
masa depan telah terjadi. Contoh pengukuran termasuk di antaranya:
a. Biaya persediaan yang produksi dibandingkan dengan biaya ekspektasian;
b. Volume limbah yang diekstrak dibandingkan dengan volume ekspektasian, untuk
setiap volume produksi mineral; dan

28
c. Kandungan mineral yang diekstrak dibandingkan dengan kandungan mineral
ekspektasian, untuk setiap jumlah yang dihasilkan.

PENGUKURAN SELANJUTNYA ASET AKTIVITAS PENGUPASAN


LAPISAN TANAH
Setelah pengakuan awal, aset aktivitas pengupasan lapisan tanah dicatat
menggunakan biaya perolehan atau jumlah revaluasian dikurangi penyusutan atau
amortisasi dan rugi penurunan nilai, dengan cara yang sama seperti aset yang telah
ada yang mana aset tersebut merupakan bagiannya.
Aset aktivitas pengupasan lapisan tanah disusutkan atau diamortisasi
menggunakan dasar yang sistematis, selama masa manfaat ekspektasian dari
komponen mineral yang teridentifikasi yang menjadi lebih mudah diakses sebagai
akibat dari aktivitas pengupasan lapisan tanah. Metode unit produksi diterapkan
kecuali ada metode lain yang lebih tepat.
Masa manfaat ekspektasian dari komponen mineral teridentifikasi yang
digunakan untuk menyusutkan atau mengamortisasi aset aktivitas pengupasan lapisan
tanah akan berbeda dengan masa manfaat ekspektasian yang digunakan untuk
menyusutkan atau mengamortisasi pertambangan itu sendiri dan masa manfaat dari
aset tambang yang terkait. Pengecualian terhadap hal ini adalah dalam kondisi
terbatas ketika aktivitas pengupasan lapisan tanah memberikan peningkatan akses
menuju sisa mineral yang belum ditambang. Sebagai contoh, hal ini mungkin terjadi
menjelang akhir masa manfaat tambang ketika komponen yang teridentifikasi
komponen akhir dari mineral (ore body) yang akan diekstraksi.

29
BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

III.2. SARAN

30
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/327243770/BAB-2-Analisis-dampak-Penerapan-Isak-29-
terhadap-Laporan-Keuangan-PT-adaro-Energy-Tbk

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-33-revisi-2011-Akuntansi-
Pertambangan-Umum.pdf

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ISAK-29-Pengupasan-Lapisan-tanah-pada-
tahap-produksi-tambang-terbuka-01062015.pptx

https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/psak-33-akuntansi-pertambangan-umum.pdf

31
32

Anda mungkin juga menyukai