Anda di halaman 1dari 49

AKUNTANSI DASAR RUMAH SAKIT II(HANDOUT)

undefined undefined, undefined


Author: Dini_Syahid nalarongnong | Filed Under: Tugas dan Materi

Object 1

PERTEMUAN I

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI

1. DEFINISI

Akuntansi adalah Proses pengenalan, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi guna
memungkinkan melakukan penilaian dan pengambilan keutusan oleh para pengambil keputusan.

Proses:
Pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan dengan
cara tertentu dari sebuah entitas.
Fungsi: Menghasilkan Laporan Keuangan

2. Manfaat Informasi Akuntansi;


1. Manajemen : Mengetahui tingkat perkembangan perusahaan
2. Kreditur: Mengetahui kemampuan mengembalikan pinjaman
3. Fiskus : Sebagai dasar informasi pemungutan pajak
4. Karyawan: berkepentingan dengan Kesejahteraan karyawan

3.Lapangan khusus Akuntansi


Akuntansi Keuangan
Pemeriksaan Keuangan
Akuntansi Biaya
Akuntansi Manajemen
Akuntansi perpajakan
Sistem Akuntansi
Akuntansi Anggaran
Akuntansi pemerintahan
Akuntansi kemasyarakatan

4. Perbedaan Akuntansi dan Tata Buku


Tata Buku : Menekankan sistem pencatatan terutama pembukuan kameral (single entry)
Akuntansi : Perencanaan Pencatatan double entry (menghasilkan laporan keuangan) dan Analisa
hasil Pencatatan (analisa laporan keuangan)

5. Arti, Jenis dan Kegiatan Perusahan


a. Perusahaan jasa (Menjual pelayanan /tidak berwujud fisik):
Jasa Konsultan dan Profesi, misal: konsultan bangunan, akuntan, dokter, pengacara, klinik
bersalin, dll
Jasa hiburan: Bioskop, taman hiburan, bilyar.
Jasa keahlian pribadi: Salon kecantikan, tukang cukur, penjahit , studio foto.
Jasa Angkutan:Perusahaan penerbangan, kereta api, taksi dan biro perjalanan.
Jasa penginapan: hotel, losmen, asrama, motel
Jasa komunikasi: Perusahaan telepon, radio dan televisi swasta.
Jasa Pertanggungan dan keuangan:bank,asuransi, pegadaian, simpan pinjam.

b. Perusahaan dagang (membeli dan menjual tanpa merubah bentuk):


Supermarket, Toko, distributor, pedagang hasil bumi, toko buku, dll.

c. Perusahaan Industri (Mengolah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai manfaat lebih
tinggi):
Pabrik tekstil, kertas, kerajinan sepatu dan tas, dll.

5. Bentuk Perusahaan
Perusahaan Perseorangan: Dimiliki dan dikelola oleh satu orang.
Persekutuan: paling sedikit Dua orang bergabung menjalankan usaha dengan kedudukan sama
Persekutuan komanditer: sama dengan persekutuan/firma tetapi kedudukan diantara persero
berbeda.
Perseroan: perusahaan yang modalnya terbentuk atas saham.
Koperasi: Bentuk kerja sama dalam usaha yang dimiliki anggota dan untuk kesejahteraan anggota.
PERTEMUAN II

PERSAMAAN DAN LAPORAN AKUNTANSI

PERSAMAAN AKUNTANSI

Jika semua harta perusahaan dibiayai dari modal sendiri tanpa hutang, maka:

Assets = equities

Jika semua harta perusahaan dibiayai dari hutang dan modal, maka:

Assets = Liabilities + capital

TRANSAKSI-TRANSAKSI:
1. Dr. Abidin mendirikan Klinik Pratama Husada pada tanggal 1 April 2007 dengan modal Rp.
200.000.000,- yang disimpan dalam bentuk deposito di bank Danamon.
2. Klinik Pratama Husada membeli peralatan medis dan non medis dengan tunai seharga Rp.
120.000.000,-.
3. Klinik Pratama Husada membeli perlengkapan kantor senilai Rp 2.000.000,- dengan perjanjian
pembayaran dilaksanakan pada bulan berikutnya.
4. Sebagian hutang tersebut dibayar dengan jumlah Rp. 1.200.000,-
5. Selama bualan April tersebut Klinik Pratama Husada menerima pendapatan jasa pemeriksaan
kesehatan sejumlah Rp. 16.500.000,- secara tunai
6. Berbagai macam beban yang dikeluarkan perusahaan selama bulan tersebut antara lain:
Gaji dan Upah Rp. 5.400.000,-
Listrik dan air 1.600.000 ,-
Telepon 500.000,-

7. Diketahui nilai perlengkapan pada akhir bulan tinggal Rp 900.000,-.


8. Ditaksir penyusutan peralatan Medis dan Non medis pada bulan tersebut Rp. 2.000.000,-
9. Pada Akhir bulan Dr. Abidin mengambil uang dari kas Klinik Pratama Husada sebesar Rp.
1.500.000,- untuk kepentingan Pribadinya.

Keterangan:
Asset = harta perusahaan/investasi milik perusahaan
Libilities = Kewajiban/Hutang
Equities = capital/modal sendiri
Beban = pengorbanan atas barang/jasa yang diarahkan untuk menjalankan perusahaan
Depresiasi = penyusutan
Akumulasi Depresiasi = jumlah penyusutan
Peralatan = harta yang berumur lebih dari satu tahun
Perlengkapan = harta yang berumur kurang dari satu tahun
Prive = Withdrawals/pengambilan sebagian laba untuk kepentingan pribadi pemilik perusahaan
perseorangan/non badan hukum

JENIS-JENIS LAPORAN AKUNTANSI:


1. Neraca/Balance Sheet : Suatu daftar yang berisi ringkasan harta, kewajiban dan modal suatu
perusahaan yang biasanya ditutup pada hari terakhir setiap bulan
2. Laporan Laba Rugi /Income Statement : Laporan yang bersisi ringkasan pendapatan dan biaya
dari suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu
3. Laporan Perubahan Modal/Capital Statement : Laporan yang berisi ringkasan perubahan modal
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu.

PERSAMAAN AKUNTANSI UNTUK TRANSAKSI-TRANSAKSI DI KLINIK PRATAMA


HUSADA

No. Transaksi Assets = Liabilities Capital


Kas Perlengkapan Peralatan Akumulasi Depresiasi Hutang Jangka Pendek Dr. Abidin, Modal
1 200.000 200.000
2 120.000 120.000
Bal. 80.000 200.000
3 2.000 2.000
Bal. 80.000 2.000 120.000 2.000 200.000
4 1.200 1.200
Bal. 78.800 2.000 120.000 800 200.000
5 16.500 16.500
Bal. 95.300 2.000 120.000 800 216.500
6 7.500 5.400
1.600
500
Bal. 87.800 2.000 120.000 800 209.000
7 1.100 1.100
Bal. 87.800 900 120.000 800 207.900
8 (2.000) (2.000)
Bal. 87.800 900 120.000 (2.000) 800 205.900
9 1.500 1.500
Bal. 86.300 900 120.000 (2.000) 800 204.400

CARA PENYAJIAN LAPORAN NERACA:


1. Laporan bentuk report form/stafel: kewajiban dan modal diletakan di bawah harta (bentuk ini
lebih umum dipakai oleh peruahaan).
2. Laporan bentuk Rekening/Account form/Skontro: harta di sebelah kiri sedangkan kewajiban dan
modal disebelah kanan.

CONTOH:

Klinik Pratama Husada


Neraca
Per 30 April 2007

Harta
Kas Rp. 86.300.000
Perlengkapan 900.000
Peralatan 120.000.000
Dikurangi: Akumulasi Depresiasi (2.000.000)

Total Harta 205.200.000


Kewajiban
Hutang Jangka Pendek Rp. 800.000
Modal
Dr. Abidin, Modal 204.400.000
Total Kewajiban dan Modal 205.200.000

Klinik Pratama Husada


Laporan Laba Rugi
Per 30 April 2007

Pendapatan Jasa Rp. 16.500.000


Biay Operasional:
Beban Gaji dan Upah 5.400.000
Beban Listrik dan Air 1.600.000
Beban Telepon 500.000
Beban Depresiasi 2.000.000
Beban Perlengkapan 1.100.000
Total Biaya Operasional 10.600.000

Laba Bersih 5.900.000

Klinik Pratama Husada


Laporan Perubahan Modal
Per 30 April 2007

Modal, 1 April 2007 Rp.200.000.000


Laba Bersih Bulan April 2007 5.900.000
Dikurangi: Prive 1.500.000
Penambahan Modal 4.400.000
Modal, 30 April 2007 204.400.000

Soal Latihan :
Pada tanggal 1 Oktober 2007 Dr. Taufik mendirikan Klinik Mulia Husada. Transaksi yang terjadi
selama bulan Oktober 2007 adalah sebagai berikut:
1. Memulai usaha dengan mendepositokan uang ke bank BRI sebesar Rp. 150.000.000,-
2. Membayar Beban Listrik dan Air Rp. 3.000.000,-
3. Membeli peralatan berupa meja tulis, kursi, lemari arsip dan perlatan medis seharga Rp.
15.000.000,- . Dari jumlah tersebut RP. 10.000.000,- dibayar tunai dan sisanya dengan kredit.
4. Membeli perlengkapan berupa pensil, kertas HVS, dan lain-lain senilai Rp. 700.000,- secara tunai
5. Diterima pendapatan jasa senilai Rp. 10.500.000,-
6. Membayar hutang kepada kreditur Rp. 3.000.000,-
7. Membayar beban Telepon Rp. 1.000.000,-
8. Dr. Taufik mengambil prive senilai Rp. 2.400.000,-
9. Penyusutan Peralatan ditaksir Rp 500.000,-
10. Setelah dilakukan Inventarisir perlengkapan diketahui beban perlengkapan yang terpakai Rp
300.000,-

Pertanyaan:
1. Catat Transaksi di atas dan tentukan saldonya dengan judul kolom sebagai berikut:

Assets = Liabilities + Capital


Kas+Perlengkapan + Peralatan- Akum.Depr. = Hutang Jk. Pendek + Dr. Taufik, Modal

2. Buatlah Neraca, Laporan Laba rugi, dan Perubahan Modal per 31 Oktober 2007.

PERTEMUAN III

FINANCIAL STATEMENT DAN PENCATATAN TRANSAKSI

Financial statement terdiri dari:


1. Balance Sheet (Neraca)
2. Income Statement (Laporan Laba Rugi)
3. Retained Earning Position/Capital Statement (Laporan Perubahan Modal)modal awal dan
perubahannya
4. Informative Disclosure (Catatan Atas Laporan Keuangan)
5. Cash Flow (Laporan Arus Kas)

Klasifikasi Aktiva:
1. Aktiva Lancar (Current Assets), terdiri dari:
Kas (cash), Surat berharga (marketable securities), Wesel Tagih (Notes Receivable), Piutang
Dagang (Accounts Receivable), Persediaan Barang (Merchandise Inventory), Beban dibayar
dimuka (Prepaid Expense), dan Perlengkapan (Supplies).
2. Investasi/Penyertaan (Investment)
Investasi Saham, Obligasi, tanah dan lain-lain
3. Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Tanah (Land), Gedung (Building/factory/plant), Mesin-mesin Produksi (Machinery), Kendaraan
(Vehicles), dan Peralatan (Equipment), Akumulasi Penyusutan (Accumulation Depreciation).
4. Aktiva tidak Berwujud (Intangible Assets)
Goodwill, Hak Paten, Hak Cipta, Merek dagang
5. Aktiva Lain-lain (Other Assets)
Aktiva yang diperoleh di luar operasi normal perusahaan, misalnya gedung yang diperoleh akibat
penyitaan karena perusahaan menang dalam perkara guguatan atas pihak ketiga.

Klasifikasi Kewajiban:
1. Kewajiban Lancar (Notes Payable)
Hutang Dagang (Accounts Payable), Hutang Wesel (Notes Payable), Rekening yang masih harus
dibayar (Account Liabilities), Bagian Hutang Jangka Panjang yang Jatuh tempo
2. Kewajiban Jangka Panjang (Long term Liabilities)
Obligasi (Obligation/Bond), Hipotik (Mortgage Payable), Diskonto Obligasi (Discounted
Obligation).

Klasifikasi Modal:tanda kepemilikan seeorang thd perusahaan ttntu dgn memperoleh hak suara
1. Modal Saham (Capital Stock)
Saham Istimewa (Prefered Stock) dividennya didahulukan tp g punya hak suara Saham Biasa
(Common Stock)
2. Agio Saham (Premium Stock)kelebihan nilai saham diatas harga beli
3. Laba ditahan (Retained Earnings)bagian dr laba bersih untuk investasi/ga dibagiin

Klasifikasi Laporan Laba Rugi:


1. Pendapaatan (Revenue)
Pendapatan Operasional dan Pendapatan Non Operasional yang akan menambah modal
2. Beban (Expense)
Beban Harga Pokok (Operasional)koorbisnis. dan Beban Non Operasional (Administrasi, Umum,
dan Pemasaran) yang akan mengurangi modal.
3. Laba Atau Rugi
Laba (Profit) adalah selisih lebih pendapatan di atas beban-beban, Sedangkan Rugi (Loss) adalah
sebaliknya.

PENGGUNAAN T ACCOUNT

T account (Rekening perkiraan bentuk T) adalah bentuk Ledger (buku besar) yang disederhanakan
ke dalam bentuk huruf T dimana disebelah kiri adalah debit dan disebelah kanan adalah kredit.
Mekanisme yang digunakan adalah sistem double entry (pencatatan berpasangan), artinya setiap
transaksi akan dicatat ke dalam 2 (dua ) perkiraan atau lebih dengan jumlah yang selamanya
sama/seimbang antara debit dan kredit sesuai dengan ketentuan didalam persaman dasar akuntansi.
Untuk menyusun T account harus dikuasai terlebih dahulu pengetahuan tentang posisi saldo normal
masing-masing rekening baik rekening- rekening di neraca maupun laporan laba rugi.

Jenis Perkiraan Penambahan Pengurangan Saldo Normal


Aktiva Debit Kredit Debit
Kewajiban Kredit Debit Kredit
Modal Kredit Debit Kredit
Penarikan Debit Kredit Debit
Deviden Debit Kredit Debit
Pendapatan Kredit Debit Kredit
Beban Debit Kredit Debit

Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Juni 2007 di balai Pengobatan
Bakti darma:
1. Dr. Yahya menginvestasikan Rp 100.000.000 berupa kas ke dalam Balai Pengobatan Bakti
Darma.
2. Dibayar untuk 1 tahun sewa kantor Rp. 6.000.000
3. Dibayar Rp.60.000.000 untuk investasi peralatan medis
4. Dibeli peralatan kantor/non medis Rp.2.000.000 per kas.
5. Membeli peralatan kantor senilai Rp. 7.000.000 dari PT. Bahtera
6. Dibeli Perlengkapan Kantor secara kredit dari Toko Trisakti Rp. 1.200.000
7. Dijual peralatan kantor yang tidak terpakai kepada Bahri &Co. Rp .2.000.000 perkas dan Rp
100.000 kredit.
8. Diterima dari Bahri&Co. Rp. 100.0000
9. Dibayar kepada PT. Bahtera Rp.3.500.000
10. Diterima pendapatan pemeriksaaan kesehatan 3 minggu pertama bulan Juni Rp. 17.000.000
11. Dibayar Gaji pegawai untuk 2 orang Rp. 1.200.000 untuk 2 minggu pertama bulan Juni
12. Diterima pendapatan pemeriksaan kesehatan 1 minggu terakhir bulan Juni Rp .1.500.000
13. Dr. Yahya mengambil Rp. 4.000.000 untuk kepentingan pribadi
14. Dibayar Gaji pegawai untuk 2 minggu terakhir Rp. 1.200.000
15. Membayar rekening Telepon bulan yang bersangkutan Rp. 400.000
16. Membayar biaya sevice rutin peralatan medis Rp1.500.000
17. Membayar biaya advertensi Rp 120.000

ASSETS = LIABILITIES + CAPITAL

KAS HUTANG USAHA MODAL, DR. YAHYA


1) 100.000.000 2) 6.000.000 9) 3.500.000 5) 7.000.000 1) 100.000.000
7) 2.000.000 3) 60.000.000 1.200.000
8) 100.000 4) 2.000.000 Jlh. 3.500.000 - 8.200.000 PENARIKAN, DR YAHYA
10) 17.000.000 9) 3.500.000 So. 4.700.000 13 4.000.000
12) 1.500.000 11) 1.200.000
13) 4.000.000 PENDAPATAN JASA PEMERIKSAAN KES.
14) 1.200.000 10) 17.000.000
15) 400.000 12) 1.500.000
16) 1.500.000 Jlh. 18.500.000
17) 120.000 So. 18.500.000
Jlh 120.600.000 - 79.920.000
So. 40.680.000 BEBAN GAJI
11) 1.200.000
14) 1.200.000
PIUTANG USAHA Jlh. 2.400.000
7) 100.000 8) 100.000 So. 2.400.000
So. -
SEWA DIBAYAR DI MUKA BEBAN TELEPON
2) 6.000.000 15) 400.000

PERLENGKAPAN KANTOR BEBAN PEMELIHARAAN RUTIN


6) 1.200.000 16) 1.500.000

PERALATAN MEDIS BEBAN ADVERTENSI


3) 60.000.000
17) 120.000

PERALATAN KANTOR
4) 2.000.000 7) 2.100.000
5) 7.000.000
Jlh. 9.000.000 2.100.000
So. 6.900.000
Jlh. 114.780.000 Jlh. 4.700.000 Jlh. 110.080.000

PENYUSUNAN NERACA PERCOBAAN (TRIAL BALANCE)

Langkah-langkah Penyusunan Trial Balance:


a. Tetapkanlah saldo dari setiap perkiraan
b. Jumlahkanlah saldo debit
c. Jumlahkanlah saldo kredit
d. Bandingkanlah antara jumlah debit dan edit, harus sama.
Jika jumlah debit dan kredit tidak seimbang, berarti terjadi kesalahan , karena:
a. salah pencatatan/pemasukan perkiraan
b. salah dalam menentukan saldo dalam setiap perkiraan
c. salah memindahkan angka dari perkiraan ke dalam trial balance
d. kekeliruan di dalam menjumlahkan angka-angka di kolom-kolo trial balance

Yang harus diwaspadai:


Sekalipun jumlah debit dan kredit di trial balance sudah sama hal itu tidak menjamin pencatatan
telah benar 100%. Kesalahan masih mungkin terjadi akibat kekurang telitian misalnya nilai Rp
4.000.000 yang seharusnya dicatat pada debit rekening penarikan pribadi malah dicatat sebagai
debit beban gaji.

BALAI PENGOBATAN BAKTI DARMA


NERACA PERCOBAAN
PER 30 JUNI 2008

DEBIT KREDIT
KAS 40.680.000
SEWA DIBAYAR DIMUKA 6.000.000
PERLENGKAPAN KANTOR 1.200.000
PERALATAN MEDIS 60.000.000
PERALATAN KANTOR 6.900.000
HUTANG USAHA 4.700.000
MODAL, DR YAHYA 100.000.000
PENARIKAN, DR. YAHYA 4.000.000
PENDAPATAN JASA PEMERIKSAAAN 18.500.000
BEBAN GAJI 2.400.000
BEBAN TELEPON 400.000
BEBAN PEMELIHARAAN RUTIN 1.500.000
BEBAN ADVERTENSI 120.000

JUMLAH 123.200.000 123.200.000


Soal-Soal:
1. Dr. Rahmat memulai usaha kliniknya yang diberi nama Klinik Mitra Sehat pada bulan Maret
2007 dengan investasi berupa uang kas Rp. 80.000.000.
2. Membayar sewa gedung Rp. 12.000.000 untuk satu tahun
3. Membeli peralatan Medis senilai Rp160.000.000 yang diabayar tunai Rp 45.000.000 sisanya
berupa surat perjanjian kesanggupan membayar.
4. Dibeli perlatan kantor secara kredit Rp 1.800.000
5. Membayar beban telepon Rp 500.000
6. Diambil Uang tunai untuk kepentingan pribadi Rp. 3.000.000
7. Diterima pendapatan pemeriksaan kesehatan untuk setengah bulan pertama Rp. 16.500.000
8. Membayar gaji pegawai untuk 2 orang Rp. 1.500.000 untuk dua minggu pertama ulan Maret
9. Dibayar per kas premi asuaransi peralatan medis untuk satu tahun Rp 1.500.000
10. Membayar hutang peralatan kantor Rp 1.200.000
11. Membeli perlengkapan Rp 600.000
12. Dierima pendapatan jasa pemeriksaan kesehatan untuk setangah bulan terakhir Rp 13.200.000
13. Membayar gaji pegawai untuk dua minggu terkahir bulan Maret RP. 1.500.000
14. Dibayar rekening tagihan listrik dan Air PDAM Rp. 1.200.000
15. Membayar biaya service rutin peralatan medis Rp. 2.100.000
16. Diambil tunai oleh pemilik Rp 2.800.000 untuk kepentingan pribadi.
PERTEMUAN EMPAT
JURNAL UMUM DAN POSTING

MENGAPA PERLU JURNAL?


Apabila transaksi-transaksi langsung dicatat dalam ledger, mungkin akan terjadi kesalahan berupa
mencatat dalam ledger yang salah atau mencatat kedalam ledger yang benar tetapi letak debit atau
kreditnya salah. Oleh karenanya, maka harus dibuat Book of original Entry (buku pencatatan asli)
atau jurnal.

Langkah Melakukan penjurnalan setiap transaksi:


1. Tentukan apakah transaksi itu mempengaruhi aktiva, kewajiban, modal, pendapatan atau beban.
2. Tentukan apakah transaksi itu merupakan penambahan atau pengurangan
3. Tentukan apakah dicatat sebelah debit atau kredit.

POSTING
Adalah kegiatan atau prosedur pemindahan ayat-ayat jurnal ke dalam
ledger/rekening/akun/perkiraan/buku besar. Posting dilakukan berurutan sesuai dengan peristiwa
terjadinya transaksi. Setiap rekening dalam buku besar disusun berdasarkan nomor akunnya.

Langkah-langkah Posting:
1. Catat tanggal yang ada dalam jurnal
2. Pindahkan jumlah debit dalam ayat jurnal ke sisi debit buku besar rekening yang bersangkutan
3. Pindahkan jumlah kredit dalam ayat jurnal ke sisi kredit buku besar rekening yang bersangkutan
4. Cantumkan nomor halaman jurnal ke dalam kolom referensi
5. Catat Nomor Referensi dalam jurnal ke buku besar sebagai Nomor Rekening.

Contoh Transaksi:
Ibrahim, S.Si, Apt, seorang Apoteker membuka Apotik Mugi Sehat tarhitung tanggal 1 Juli 2006.
Berikut ini urutan tanggal dan peristiwa transaksi selama bulan Juli 2006.
1. Menyerahkan uang tunai Rp 40.000.000 dan satu gedung senilai Rp 300.000.000 sebagai modal.
3. Dibeli peralatan kantor dengan tunai senilai Rp. 12.000.000
4. Dibeli Obatan-obatan berbagai jenis Rp. 80.000.000 secara kredit
7. Diterima pendapatan penjualan obat minggu pertama Rp. 2.500.000
8. Dibayar biaya advertensi sebesar Rp 80.000
9. Membayar sebagian hutang obat Rp 20.000.000
14. Diterima pendapatan penjualan obat minggu kedua Rp. 6.000.000
15. Dibayar tunai pembelian perlengkapan kantor senilai Rp 200.000
16. Dibayar beban listrik, telepon dan air Rp. 600.000
21. Diterima pendapatan penjualan obat minggu ketiga Rp. 11.500.000
25. Diambil uang senilai Rp. 800.000 untuk keperluan pribadi.
26. Dibayar biaya advertensi Rp. 1.000.000
28. Diterima pendapatan penjualan Obat minggu keempat Rp. 20.000.000
29. Dibayar hutang obat Rp. 20.000.000
31. Membayar gaji 3 orang pegawai Rp. 3.000.000,-
31. Diambil uang Rp 1.500.000 untuk keperluan pribadi

MEMPERBAIKI KESALAHAN DALAM MENJURNAL


1. Jika kesalahan terjadi dalam jurnal dan belum dilakukan posting, maka pembetulan tidak boleh
dengan cara menghapus dan mengganti dengan yang baru melainkan dengan membuat satu garis
melalui kesalahan itu dan selanjutnya menuliskan rekening atau jumlah yang betulnya.
2. Jika kesalahan dalam jurnal baru diketahui setelah posting, maka pembetulan harus dilakukan
dengan cara membuat suatu entri baru dalam jurnal.

Misal:
1. Setelah posting diketahui terjadi kesalahan penjurnalan dimana penjualan tunai Rp 200.000
dicatat sebagai penerimaan piutang.
Tanggal 31 Juli 2006
Kas Rp. 200.000
Piutang Usaha Rp 200.000
Diperbaiki dengan cara:
Piutang usaha Rp 200.000
Penjualan Rp. 200.000
Hasilnya menjadi:
Kas Rp. 200.000
Penjualan Rp. 200.000

2. Setelah posting diketahui kesalahan penjurnalan pembelian perlengkapan Rp. 600.000 secara
kredit dijurnal sebagai penjulan perlengkapan secara kredit.
Tanggal 31 Juli 2006

Piutang usaha Rp.600.000


Perlengkapan Rp.600.000
Diperbaiki dengan cara:
Perlengkapan Rp.1.200.000
Piutang Usaha Rp. 600.000
Hutang Usaha Rp. 600.000
Hasilnya menjadi:
Perlengkapan Rp.600.000
Hutang Usaha Rp 600.000

PERTEMUAN LIMA
ADMINISTRASI PEMBELIAN DAN PENGELUARAN UANG KAS

PROSEDUR PEMBELIAN
Bagian pembelian di sebuah perusahaan harus menyimpan data atau katalog mengenai kualitas,
perkembangan harga, distributor atau penyedia barang yang bonafid, dan informasi lain yang
penting. Untuk mencegah terjadinya kesalahan pembelian, maka pembelian diadministrasikan
secara tertulis dalam formulir khusus dan dibuat beberapa rangkap sesuai keperluan perusahaan.
Secara singkat prosedur pembelian digambarkan sebagai berikut:

Formulir pesanan Faktur Pembelian Pemeriksaan&Laporan Penerimaan Barang


Pembayaran

Syarat Jual Beli:


1. Loko Gudang: ditanggung pembeli
2. Franko Gudang: ditanggung penjual
3. Cost, Freight and Insurance (CIF): penjual menanggung biaya kirim dan asuransi
4. Potongan Harga: a. Potongan Tunai : Sales Discount, Purchase Discount
Contoh: 2/10, n/30 atau 3/10, n/45
b. Potongan Harga: Potongan sebagai kebijakan pelayanan

BUKU PEMBELIAN (PURCHASE JOURNAL)


Biasanya Pembelian kredit oleh perusahaan dagang terdiri dari: Barang dagangan, perlengkapan,
dan peralatan serta aktiva tetap yang lain. Untuk kolom yang jarang pembeliannya cukup dibuat
Sundry Account (kolom rekening serba-serbi).
Contoh Transaksi:
Berikut ini transaksi pembelian apotik Daya Farma secara kredit bulan Mei 2006:
2. Dibeli obat dari PT.Indofarma global medika Rp.2.100.000,-
4. Dibeli obat dari PT. Rajawali Nusindo Rp. 1.200.000,-
8. Dibeli perlengkapan toko Rp. 190.000 dan perlengkapan kantor Rp.110.000 dari CV. Rapi
11. Dibeli obat dari PT. Dos ni Roha Rp. 650.000
15. Dibeli peralatan kantor Rp.1.850.000 dari CV Mebel Indah
18. Dibeli obat dari PT. Anugrah Argon Medika Rp. 3.000.000
24. Dibeli dari CV. Pembina Peralatan Toko Rp. 240.000
27. Dibeli obat dari PT. Parit Padang Rp.1.560.000
28. Dibeli Perelngkapan toko Rp. 260.000 dan perlengkapan kantor Rp.140.000 dari PT.Arjun
29. Dibeli obat dari PT. Kimia Farma Rp. 700.000

PURCHASE RETURN AND ALLOWANCE


(RETUR PEMBELIAN DAN PENGURANGAN HARGA)
Retur pembelian dan pengurangan harga terjadi akibat pengiriman barang oleh penjual ternyata
tidak sesuai dengan formulir pesanan, maka pembeli membuat nota debit yang berisi tentang
pengembalian barang dagangan dan akan di balas penjual dengan nota kredit.
Contoh Nota Debit:

Nota Debit
Apotik Daya Farma
Jl. Seger Sehat No.11 Bandung
Kepada PT. Parit Padang
Jl. Jakarta No. 30 Bandung
Kami telah mendebit perkiraan Suadara sebagai berikut:
Lima Dus obat Rifampicin isi 100 kapsul No. Faktur 67/a
Dikembalikan lewat petugas kami.
Pesanan No. 60C @ 100.000
Rp. 500.000

Akibat adanya Retur Pembelian di atas maka pada saat diterima nota kredit, dicatat jurnal:
Hutang Usaha Rp. 500.000
Retur Pembelian dan Pengurangan Harga PT Parit padang Rp. 500.000

Atau dicatat dalam jurnal khusus sebagai berikut:

Jurnal Retur Pembelian dan Pengurangan harga Hal. 1


Tanggal Akun di debit Debit Memo Post Ref. Jumlah
Mei
2006 28 PT. Parit Padang A.02 500.000
Akibat jurnal di atas, maka pengaruhnya pada buku besar adalah:
1. Hutang Usaha berkurang di debit Rp. 500.000
2. Retur Pembelian dan Pengurangan harga bertambah di kredit Rp. 500.000.
3. Buku besar tambahan untuk Hutang Usaha pada PT. Parit Padang berkurang di debit Rp 500.000

Jurnal Umum; berpengaruh langsung pada buku besar saat terjadinya tanggal transaksi
Jurnal Khusu: pengaruhnya pada buku besar dicatat sebesar jumlah total pada akhir periode

CASH PAYMENT JOURNAL


(BUKU PENGELUARAN KAS)
Buku pengeluaran kas adalah jurnal khusus pengeluaran kas akibat adanya transaksi pembayaran
utang usaha, pembayaran upah, pembayaran sewa dan lain-lain.

Contoh Transaksi:
Berikut ini adalah transaksi Apotik Mustika Farma selama bulan Mei Tahun 2006.
1. Dibeli obat dari PT. Anugrah Argon Medika secara kredit Rp. 1.200.000 syarat 2/10, n/40
2. Dibeli secara kredit dari CV. Dwi Derma Perlengkapan kantor senilai Rp. 400.000, perlengkapan
toko senilai Rp. 300.000 dan peralatan toko senilai Rp 150.000
3. Mengeluarkan cek No. FE 24026 Rp 900.000 untuk sewa bulan Mei 2006
4. Dikembalikan peralatan toko sebesar Rpo 200.000 kepada CV Dwi Derma
5. Dibayar premi asuransi Rp 180.000 untuk jangka waktu 6 bulan dengan cek no. FE 24027
6. Membeli obat dari PT. Indofarma global Medika dengan total faktur Rp. 6.000.000 syarat
2/10,n/45
8. Membeli obat dari PT. Sawah Besar Farma dengan total faktur Rp. 5.000.000 syarat 2/10,n45
10. Dilunasi pembelian kepada PT. Anugrah Argon Medika tanggal 1 Mei 2006 dengan cek No. FE
24029
12. Dibayar pembelian kepada CV Dwi Derma tanggal 2 Mei 2006 dengan cek NO. FE 24030
13. Telah dibayar beban advertensi dengan cek no. FE 24031 Rp 400.000
14. Dibeli obat dari PT. Anugrah Argon Medika dengan total faktur Rp 4.800.000 syarat 2/10, n/30
16. Dibeli dari CV Dwi Derma secara kredit perlengkapan toko Rp 350.000 dan Perlengkapan
kantor Rp 150.000
18. Dibeli dari PT. Dos Ni Roha obat Rp. 3.200.000 syarat pembelian 2/10;n/30
19. Diterima kredit memo sebesar Rp. 300.000 dari PT. Anugrah Argon Medika untuk barang yang
dikembalikan
21. Dibayar kepada PT Anugrah Argon Medika untuk pembayaran faktur tanggal 14 Mei 2006
dengn cek no,FE,24032
22. Dibeli obat dari PT. Sawah Besar farma dengan total faktur Rp 3.750.000 syarat 2/10;n/30
24. Dibeli tunai peralatan toko Rp 800.000 dengan cek no.FE24033
27. Dibayar kepada PT. Dos Ni Roha dengan cek no.FE 24034 untuk pelunasan faktur tanggal 18
Mei 2006
28. Dibayar gaji bulan Mei 2006 Rp 2.400.000 cek no. Fe 24035
29. Pemilik, Tn. Dimas mengambil uang Rp 750.000 cek no FE 24036
30. Dilunasi kepada PT. Sawah Besar Farma dengn cek no. FE 24037
Pertanyaan:
A. Buatlah: Jurnal pembelian, jurnal pembayaran kas, dan jurnal Pengembalian pembelian
B. Buatlah Buku Besar dengan memasukan saldo per 1 Mei 2006 sebagai berikut:
11. Kas Rp. 5.240.000
14 Asuransi dibayar dimuka 800.000
15 Perlengkapan toko 200.000
16 Perlengkapan Kantor 725.000
17 Peralatan toko 390.000
18 Perlatan Kantor 8.400.000
31 Modal, Dimas 100.000.000
32 Penarikan, Dimas
51 Pembelian
52 Potongan Pembelian
53 Retur Pembelian dan pengurangan harga
54 Beban Gaji
55 Beban Advertensi
56 Beban Sewa
C. Buatlah Buku Tambahan Utang Usaha:
- PT. Anugrah Argon Medika
- PT. Indofama Global Medika
- PT. Sawah Besar Farma
- CV Dwi Derma
- PT Dos Ni Roha

PERTEMUAN ENAM
ADMINISTRASI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS

Contoh Transaksi:
Berikut ini adalah sebagian persitiwa transaksi yang terjadi bulan Juni tahun 2007 pada PT.
Indofarma Global Medika sebuah perusahaan PBF (Pedagang Besar Farmasi) Ternama di Kota
Bandung.

Juni 1 Menerbitkan 5.000 lembar saham dan diterima tunai Rp 13.500.000,-


5 Menjual obat kepada Apotik A faktur No. F.01 Rp. 9.750.000,- syarat 2/20; n/60
6 Meminjam sebesar Rp. 5.000.000 dari bank BCA dengan memberi wesel bayar (notes payable) 90
hari.
7. Menjual Obat kepada apotik B Rp 2.400.000 tunai, termasuk pajak penjualan Rp. 120.000,-
9 Menjual obat kepada apotik C faktur No. F.02 Rp. 3.600.000,- syarat 2/10; n/30
11 Telah diterima kembali sebagian obat dari apotik A sejumlah Rp 150.000,- karena tanggal
kadulawarsa terlalu dekat dan dterbitkan nota kredit no. 26
15 Menjual obat kepada apotik D Rp 850.000,- syarat 2/20;n/50, No F.03
19 Menerima pembayaran dari apotik C
20 Menjual obat kepada apotik E Rp 1.200.000,- tunai termasuk pajak penjualan Rp 30.000,-.
21 Mengeluarkan 120 lembar saham untuk investor baru dan diterima tunai Rp 720.000,-
25 Menerima pembayaran dari apotik A
27 Menjual Obat kepada apotik C faktur No F.04 Syarat 2/10;n/30 Rp. 1.800.000,-
29 Menjual Obat kepada apotik F Rp 1.600.000 tunai termasuk pajak penjualan Rp. 80.000,-
30 Menjual obat kepada apotik D dengan faktur no F.05 syarat 2/10;n/60 Rp 1.520.000,-
30 Diterima kembali sebagian obat dari apotik C karena tidak sesuai pesanan dan diterbitkan nota
kredit no 27 dengan nilai Rp 200.000,-

Diminta;
1. Buatlah jurnal khusus penjualan , jurnal khusus penerimaan kas dan jurnal khusus pengembalian
penjualan serta jurnal umum/rek.serba serbi.
2. Buatlah buku besar atas transaksi-transaksi tersebut.
3. Buatlah buku tambahan untuk piutang yang timbul.
PERTEMUAN IX
DEFERAL DAN ACCRUAL

Defferal dan acrual adalah akun-akun yang terjadi akibat prestasi yang sudah diserahkan perusahaan
kepada pihak ketiga tidak jatuh bersamaan waktunya dengan hasil yang diterima atau sebaliknya,
prestasi yang sudah dinikmati perusahaan dari pihak ketiga tidak jatuh bersamaan dengan
penyerahan pembayaran. Contoh: piutang yang masih harus diterima atau gaji yang masih harus
dibayar.

Ada empat jenis akun defferal dan acrual, yaitu:


1. Beban dibayar di muka (Prepaid expense/Deffered Expense), akun ini terjadi karena prestasi
sudah diserahkan tetapi hasilnya belum diterima oleh perusahaan. Pada saat terjadi transasksi, Akun
ini harus dicatat sebagai aktiva pada neraca. Jika pada saat terjadi transaksi akun ini dicatat sebagai
akun beban, maka pada akhir tahun akun ini harus direversing. Contoh akun ini: Sewa dibayar
dimuka ( prepaid rent) atau asuransi dibayar dimuka (prepaid insurance)
2. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense), akun ini terjadi karena prestasi pihak lain
yang sudah dinikmati perusahaan tetapi belum dibayr oleh perusahaan, akun ini harus dicatat
sebagai hutnag lancara pada Neraca. Akun ini memerlukan reversing pada saat terjadi pembayaran.
Contoh: gaji yang masih haru dibayar atau hutang gaji
3. Pendpaatan diterima di muka (Deferred Income), akun ini terjadi karena adanya pembayran dari
pihak lain kepada perusahaan sedangkan perusahaan belum menyerahkan prestasi apapun, akun ini
harus dicatat sebagai hutang perusahaan pada neraca. Jika pada saat diterima penyerahan
pemabayran uang muka dicatat oleh bagian akuntansi sebagai pendapatan, maka pada saat prestasi
telah diberikan oelh perusahaan dan terjadi pembayaran penuh dari pihak ketiga, bagian akuntansi
harus melakukan reversing.
4. Pendapatan yang masih ahrus diakui (Accrued Income), akun ini terjadi karena perusahaan telah
memberikan prestasi kepada pihak lain namun belum menerima pembayaran, akun ini ciata di nerca
sebagai aktivalancar.

Contoh Soal:
1. Pada tanggal 1 juni 2007 perusahaan membayar premi asuransi untuk satu tahun yang akan
datang Rp 312.000
2. Pada tanggal 31 Desember 2007 dilakukan penyesuaian atas beban asuransi yang sebenarnya
serta melakukan closing entries
3. pada tanggal 2 Januari 2008 perusahaan membayar biaya tambahan premi sebesar Rp. 182.000
4. Pada tanggal 31 Januari 2008 Dilakukan pencatatan beban asuransi yang terjadi selama bulan
tersebut.
Diminta : Buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan berikut buku besarnya atas akun-akun tersebut
diatas, jika:
a. Kasus I (Tidak perlu reversing, karena beban dibayar dimuka diakui sebagai aktiva)
b. Kasus II (Perlu reversing, karena beban dibayar dimuka diakui sebagai beban)

Penyelesaian Kasus I:
Tanggal 1-06-2007:
Beban Asuransi Dibayar Di Muka Rp.312.000
Kas Rp.312.000
Tanggal 31-12-2007:

Adjusment:
Beban asuransi (26.000 x7bln) Rp.182.000
Beban Asuransi dibyar di Muka Rp. 182.000
Closing:
Ringkasan Hasil Rp.182.000
Beban asuransi Rp.182.000

Tanggal 2-01-2008:
Beban Asuransi di bayar dimuka Rp 182.000
Kas Rp.182.000

Tanggal 31-01-2008:
Beban Asuransi Rp. 26.000
Beban Asuransi dibayar di muka Rp 26.000

Buku Besar :

2007

Beban Asuransi Dibayar Dimuka Beban Asuransi

2008

Beban Asuransi Dibayar Dimuka Beban Asuransi

Penyelesaian Kasus II:


Tanggal 1-06-2007:
Beban Asuransi Rp.312.000
Kas Rp.312.000

Tanggal 31-12-2007:
Adjusment:
Beban asuransi dibyar di muka (Rp.312.000-182.000) Rp.130.000
Beban Asuransi Rp. 130.000
Closing:
Ringkasan Hasil Rp.182.000
Beban asuransi Rp.182.000

Tanggal 2-01-2008:
Beban Asuransi di bayar dimuka Rp 182.000
Kas Rp.182.000

Tanggal 31-01-2008:
Beban Asuransi Rp. 26.000
Beban Asuransi dibayar di muka Rp 26.000

Reversing sebagian karena baru jatuh tempo satu bulan (130.000 : 5 bulan)

Buku Besar :

2007

Beban Asuransi Dibayar Dimuka Beban Asuransi

2008

Beban Asuransi Dibayar Dimuka Beban Asuransi

Soal Latihan Kasus III: (Pendapatan diterima dimuka dicatat sebagai hutang, tidak perlu reversing):
1. Pada tanggal 1 Oktober 2007 Diterima pendapatan sewa yang dibayar dimuka sebesar
Rp.720.000 dan dicatat sebagai hutang
2. Pada Akhir tahun dicatat pendapatan sewa yang sebenarnya dan dilakukan closing entries
Diminta: Buat Jurnal Defferal dan Accrual yang diperlukan dan buku besar

Soal Latihan Kasus IV: (Pendapatan diterima dimuka dicatat sebagai Pendapatan, perlu reversing):
1. Pada tanggal 1 Oktober 2007 Diterima pendapatan sewa yang dibayar dimuka sebesar
Rp.720.000 dan dicatat sebagai pendapatan
2. Pada Akhir tahun dicatat pendapatan sewa yang sebenarnya dan dilakukan closing entries
3. Pada akhir janauri 2008 dilakukan reversing atas pendapatan sewa yang sebenarnya yang jatuh di
bulan tersebt
Diminta: Buat Jurnal Defferal dan Accrual yang diperlukan dan buku besar

Penyeesaian:
Kasus I:
Tanggal/ 1/10/2007 :
Kas Rp. 720.000
Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 720.000
Tanggal 31/12/2007:
Adjusting:
Pendapatan sewa diterima dimuka (720.000/12 x 3 bln) Rp. 180.000
Pendapatan sewa Rp. 180.000
Closing:
Pendapatan sewa Rp. 180.000
Ringkasan hasil Rp.180.000

Buku Besar tahun 2007:

Pendapatan sewa diterima di muka Pendapatan sewa

Penyelesaian:
Kasus II:

Tangga/ 1/10/2007 :
Kas Rp. 720.000
Pendapatan sewa Rp. 720.000
Tanggal 31/12/2007:

Adjusting:

Pendapatan sewa (720.000- (720.000/12 x 3 bln)) Rp. 540.000


Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 540.000
Closing:
Pendapatan sewa Rp. 180.000
Ringkasan hasil Rp.180.000

Tanggal 31/01/2008:
Pendapatan sewa (540.000/9 bln)) Rp. 60.000
Pendapatan sewa diterima dimuka Rp. 60.000

Buku Besar tahun 2007:

Pendapatan sewa diterima di muka Pendapatan sewa


Buku Besar tahun 2008:

Pendapatan sewa diterima di muka

Soal Latihan:
1. Pada tanggal 1 Maret 2001 Rumah Sakit Sejati membayar premi asuransi untuk gedung gedung
rumah sakit sebesar Rp. 18.000.000 untuk jangka waktu asuransi 2 tahun.
Diminta:
Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal penutupan pada tanggl 31 desembe 2001 dan jurnal
pembalik pada tanggal 31 Januari 2002, jika pada saat membayar asuransi dicatat sebagai beban
asuransi
Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal penutupan pada tanggl 31 desembe 200, jika pada saat
membayar asuransi dicatat sebagai asuansi dibayar dimuka

PERTEMUAN X

KAS

Dana Kas Kecil:


Dana Kas Kecil adalah Kas yang dibentuk untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya
sering terjadi namun dalam jumlah yang relatif kecil, misalnya pembelian prangko, photocopy, dll.
Dana kas kecil biasanya dibentuk untuk jangka waktu tertentu misalnya satu minggu atau satu
bulan. Dana ksa kecil diambil dari kas Besar.

Jurnal Pembentukan kas kecil (Petty cash):

Kas Kecil Rp. 2.500.000


Kas Rp. 2.500.000

Jurnal Pengisian ulang kas kecil:


Biaya Transportasi Rp. 500.000
Biaya pengiriman surat pos Rp. 400.000
Biaya Perlengkapan kantor Rp. 650.000
Biaya lain-lain Rp. 800.000
Kas Rp.2.350.000

Sistem Voucher:
Sistem voucher adalah prosedur untuk mengendalikan pengeluarn kas dimana dalam penerapannya
sistem ini dilengkapi dengan dokumen berupa:
1. Voucher yang berfungsi untuk mencatat transaksi yang menimbulkan kewajiban perusahaan
(hutang). Dokumen ini berbentuk otorisasi tertulis untuk mengeluarkan cek.
2. Voucher register berfungsi sebagai jurnal khusus, setiap voucher dicatat dengan mendebit
perkiraan pembelian, beban iklan, beban perlengkapan atau perkiraan lainnya dan diimbangi dengan
mengkredit perkiraan hutang voucher.
3. Kas register berfungsi sebagai pengganti jurnal pengeluaran kas, setiap cek yang telah dibayar
dijurnal dengan mendebit akun hutang voucher dan mengkredit kas.
4. Voucher yang belum dibayar berfungsi sebagai buku pembantu hutang.

Bank Rekonsiliasi:
Bank rekonsiliasi artinya membuat suatu analisa hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara
catatan perusahaan mengenai simpanannya di bank dengan catatan yang ada di bank itu sendiri
supaya pengakuannya menjadi sama.
Penyebab perbedaan pengakuan:
1. Bunga simpanan dan beban administrsai Bank.
2. Perusahan menerima bukti pengiriman uang dari langganan, sedang bank belum menerima
(deposit in transit)
3. Bank menerima kiriman uang dari langganan perusahaan, sedang perusahaan belum menerima
laporannya
4. Bank telah mengirimkan uang pada kreditur perusahaan, sedang perusahaan belum menerima
laporannya.
5. Perusahaan telah mengeluakan cek pembayaran buat kreditur, sedang bank belum menerima cek
tersebut (outstanding check)
6. Perusahaan menerima cek dari langganan yang ternyata cek kosong (non suffecience fund)
7. Terdapat kesalahan pencatatan di bank
8. Terdapat kesalahan pencatatan di perusahaan

Contoh kasus:
Rumah Sakit Harapan Jaya telah menerima perkiraan koran dari bank Duta per 31 Mei 1992 yang
menunjukkan saldo sebesar Rp 4.480.000 sedangkan menurut catatan rumah sakit saldonya per 1
Mei 1992 berjumah sebesar Rp 8.800.000. Selama bulan Mei 1992 buku penerimaan uang menurut
rumah sakit berjumlah Rp18.920.000 sedangkan jumlah cek yang keluar sebesar Rp 26.290.000.
Perbedaan yang terjadi dalam melakukan rekonsiliasi yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Bank telah mengkredit jasa giro untuk bulan Mei 1992 sebesar Rp 29.000
b. Cek nomor B. 4328 sebesar Rp 808.000 dicatat dalam buku pengeluaran sebesar Rp 880.000.
Selanjutnya satu lembar cek nomor B 4347 sebesar Rp 3.148.000 salah dibukukan sebesar Rp
2.284.000. kedua lembar cek ini dipakai untuk pembelian bahan medis.
c. Cek-cek yang beredar (outstanding cek) adalah:
Nomor 4326 Rp 500.000
Nomor 4332 Rp. 1.600.000
Nomor 4356 Rp. 4.800.000
Nomor 4369 Rp. 300.000
Rp 7.200.000
d. Terdapat setoran sejumlah Rp 3.700.000 yang mana jumlah ini belum tercatat dalam perkiraan
bank
e. Bank telah mengkredit rekening rumah sakit Harapan jaya karena ada kiriman dari perusahaan
asuransi untuk biaya pasien sebesar Rp 799.600, tetapi jumlah ini belum dilaporkan pada rumah
sakit.
f. Bank telah membebankan biaya administrasi bulanan sbesar Rp 6.600 jumlah ini belum dicatat
oleh rumah sakit.
g. Perusahaan telah menyetorkan satu lembar cek atas pembayaran pasien sebesar Rp 480.000. cek
ini ditolak oleh bank karena dananya tidak mencukupi, akan hal ini perusahaan belum mengetahui.
Diminta:
1. Buatlah Bank rekonsiliasi per 31 mei 1992
2. Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang dibutuhkan

Penyelesian:
Saldo menurut perusahaan tanggal 31 Mei 1992:
Saldo 1 Mei 1992 Rp 8.800.000
Penerimaan Rp 18.920.000+
Total kas Rp. 27.720.000
Pengeluaran Rp. 26.290.000-
Saldo Kas 31 Mei 1992 Rp. 1.430.000

Rumah Sakit Harapan Jaya


Bank Rekonsliasi
Per 31 Mei 1992

Jurnal penyesuaian rekonsiliasi:


a. Mencatat penerimaan jasa giro
Kas Rp. 29.000
Pendapatan jasa giro Rp. 29.000
b. Mencatat penambahan kas akibat selisih lebih pembayaran hutang usaha
Kas Rp. 72.000
Hutang Usaha Rp. 72.000
Mencatat pengurangan kas akibat selisih kurang pembayaran hutang usaha
Hutang Usaha Rp. 864.000
Kas Rp. 864.000
c. Tidak dijurnal
d. Tidak dijurnal
e. Mencatat penambahan kas akibat penerimaan atas piutang yang dibayar
Kas Rp. 799.600
Piutang Usaha Rp. 799.600
f. Mencatat pembayaran beban administrasi bank
Biaya Lain-lain Rp. 6.600
Kas Rp. 6.600
g. Mencatat pengurangan kas akibat penolakan cek kosong oleh bank
Piutang Usaha Rp. 480.000
Kas Rp. 480.000
Soal Latihan:
Menurut catatan pembukuan rumah sakit Suci Indah saldo simpanannya di bank pada tanggal 31
Desember 1991 adalah sebesar Rp 44.880.000. tetapi menurut catatan dari rekening koran yang
dikirimkan bank berjumlah sebesar Rp. 62.012.000
Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara lain:
a. Rumah sakit telah menerima bukti pengiriman pembayaran dari perusahaan asuransi atas biaya
pasien Rp 7.500.000, tetapi jumlah itu belum tercatat di bank.
b. Perusahaan telah mengeluarkan cek kepada pemasok obat no C.0875 Rp. 3.000.000 tetapi sampai
akhir periode belum diuangkan oleh pemasok tersebut.
c. Rumah sakit telah mengeluarkan cek untuk melunasi utangnya kepada pemasok sebesar Rp
1.500.000 tetapi salah dicatat sebesar Rp 5.100.000. cek tersebut telah diuangkan di bank.
d. Bank telah menerima pembayaran piutang pasien dari perusahaan asuransi Rp 20.250.000 dan
membebankan biaya transfer sebesar Rp. 50.000 ke dalam rekeing rumah sakit. Mengenai hal ini
belum diterima laporannya oleh rumah sakit.
e. Bank telah membuat kesalahan, karena cek yang dikeluarkan rumah sakit kepada pemasok
sebesar Rp 2.000.000 ternyata dibukukan Rp 200.000 dalam catatan bank.
f. Rumah sakit menrima pelunasan piutang pasien dalam bentuk cek Rp 4.000.000, tetapi ketika
disetorkan ke bank oleh petugas ternyata dana cek tersebut tidak mencukupi, sehingga bank
menolak cek etrsebut.
g. Rumah sakit menerima jasa simpanan Rp 40.000 tetapi mengenai hal ini rumah sakit belum
mengetahui.
h. Bank membebankan biaya adminsitrasi Rp 8.000 tetapi rumah sakit belum mengetahui akan hal
ini.
Diminta:
1. Buatlah rekonsiliasi bank per 31 desember 1991
2. Buatlah ayat jurnal penyesuaian yang berkaitn engan rekonsiliasi tersebut.
PERTEMUAN XI

PAYABLES DAN RECEIVABLES

Pada saat perusahaan mempunyai piutang usaha dan piutang tersebut sudah jatuh tempo, tetapi
langganan/rekanan perusahaan tidak sanggup membayar, maka langganan/rekanan tersebut
membuat surat kesanggupan membayar utang (promisory notes) yang menjadi dasar dibuatnya
wesel bayar (notes payables) yang akan muncul dalam neraca rekanan sedangkan dalam neraca
perusahaan kita akan muncul sebagai wesel tagih (notes receivable). Wesel tagih biasanya
mengandung tingkat bunga tertentu yang akan dibayar oleh langganan, namun ada juga wesel tagih
tanpa bunga.

Istilah-istilah yang mungkin muncul dalam pembahasan ini adalah:


Tanggal Jatuh Tempo (TJT), Bunga Jatuh Tempo (BJT), Nilai Jatuh Tempo (NJT), Jangka waktu
Penjualan (JWP), Jangka waktu Diskonto (JWD), Diskonto.

TJT = Tanggal dimana dimana wesel tagih akan dibayar.

Cara menentukan Tanggal Jatuh Tempo


Misalnya diketahui tanggal pemilikan wesel tagih adalah tanggal 7/4/2007 dan jatuh tempo wesel
90 hari, tingkat bunga 16% dengan nilai nominal Rp 6.000.000,00, wesel tersebut didiskonto ke
bank pada tanggal 7/5/2007 pada tingkat bunga 20%.
Tentukan:
Tanggal Jatuh Tempo (TJT), Bunga Jatuh Tempo (BJT), Nilai Jatuh Tempo (NJT), Jangka waktu
Penjualan (JWP), Jangka waktu Diskonto (JWD), Diskonto, jurnal saat diskonto, jurnal saat jatuh
tempo bagi bank/pembeliwesel, dan jurnal jatuh tempo buat perusahaan seandainya tidak
melakukan diskonto!!

Jawab:
Cara menentukan Tanggal Jatuh Tempo

7/4/07 30/4/07 = 24 hari


1/5/07 31/5/07 = 31 hari
1/6/07 30/6/07 = 30 hari
85 hari
90 hari- 85 hari = 5 hari, berarti tanggal jatuh tempo adalah 5 hari setelah tanggal 30/6/07 yakni
tangal 5/07/07.

Cara menentukan bunga jatuh tempo


BJT = 90 /360 x 16 % x 6.000.000 = 240.000

Cara menentukan nilai jatuh tempo

NJT = Pokok + bunga = 6.000.000 + 240.000 = 6.240.000

Cara menentukan jangka waktu Penjualan dan jangka waktu diskonto


Tanggal 7/4/07 30/4/07 = 24 hari
1/5/07 7/5/07 = 7 hari
JWP =31 hari
JWD = Umur wesel tagih JWP = 90 -31 = 59 hari

Jangka waktu penjualan = jangka waktu pemilikan wesel tagih sampai dengan wesel tagih
dijual/didiskonto.
Jangka waktu diskonto = jangka waktu wesel tagih setelah didiskonto sampai dengan wesel tagih
tersebut jatuh tempo.

Jurnal Diskonto bagi perusahaan:


Kas Rp. 6.035.467
Pendapatan bunga Rp. 35.467
Wesel Tagih Rp. 6.000.000

Perhitungan:
Bunga yang harus dibayar perusahaan akibat diskonto = 59/360 x 20% x 6.240.000 = 204.533

Nilai nominal Rp. 6.000.000


BJT 240.000+
NJT 6.240.000
Bunga Diskonto 204.533-
Kas yang diterima 6.035.467
Nilai nominal 6.000.000
Pendapatan bunga 35.467

Jurnal penerimaan wesel jatuh tempo bagi bank/pembeli wesel tagih:


Kas Rp. 6.240.000
Pendapatan bunga Rp. 204.533
Wesel tagih Rp. 6.035.467

Jurnal jatuh tempo wesel tagih seandainya tidak didiskonto:


Kas Rp. 6.240.000
Pendapatan bunga 240.000
Wesel 6.000.000
Soal Latihan!!!
Berikut ini wesel tagih PT Indofarma Global Medika:
No. Nilai
Nominal
(Rp) Tingkat Bunga Tanggal Pemilikan Jaka waktu
(hari) Tanggal Diskonto Tingkat Bunga Diskonto
1 6.000.000 16% 7/4/91 90 7/5/91 20%
2 4.000.000 10/5/91 60
3 9.000.000 20% 12/6/91 120 10/9/91 18%
4 3.000.000 5/7/91 60 19/8/91 24%
5 4.800.000 18% 20/7/91 60

Diminta:
A. Dari setiap nomor wesel hitunglah tanggal jatuh temponya serta berapajumlah bunga yang harus
diterima
B. Untuk wesel no 1,3, dan 4 hitunglah:
Nilai Jatuh Tempo
Jangka waktu Penjualan
Bunga yang Harus Dibayar/diterima
C. Buatlah jurnal diskonto untuk perusahaan
D. Buatlah jurnal untuk wesel jatuh tempo yang tidak didiskonto
PERTEMUAN XII

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN I

I. MENGAPA PERLU PENCATATAN PERSEDIAAN?


Pencatatan persediaan diperlukan untuk menyajikan laba kotor dan laba bersih yang tepat dan bebas
dari salah saji material yang dapat mempengaruhi opini laporan keuangan perusahaan dari auditor
publik.
Contoh:
Yang benar Yang salah
Persediaan awal 2.800.000 2.800.000
Pesediaan akhir 400.000 240.000
Harga pokok barang yang terjual 2.400.000 2.560.000
Penjualan 4.000.000 4.000.000
Laba 1.600.000 1.440.000

II. DUA SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN


Sistem persediaan Periodik/Physical inventory
Sistem perpetual
III. CIRI SISTEM PERIODIK/PHYSICAL INVENTORY
1. Terdapat jurnal pembelian
Pembelian xxx
Kas xxx
2. Terdapat jurnal pencatatan persediaan
a. Mencatat persediaan awal
Ringkasan hasil xxx
Persediaan barang dagangan xxx
b. Mencatat persediaan akhir
Persediaan barang dagangan xxx
Ringkasan hasil xxx
3. Terdapat jurnal pencatatan harga pokok persediaan
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan barang dagangan xxx

Perhitungan:
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx+
Barang siap dijual xxx
Persediaan akhir xxx-
Harga pokok penjualan xxx

4. Terdapat jural penjualan


Kas xxx
Penjualan xxx
IV. CIRI SISTEM PERPETUAL/KONTINYU
1.Jurnal pembelian dicatat langsung pada akun persediaan
Persediaan barang dagangan (2000unit@Rp 60) 120.000
Kas 120.000
2.Jurnal untuk mencatat mutasi pertambahan/pengurangan persediaan:
Kas ( 1200unit@Rp.70) 84.000
Penjualan 84.000
Harga Pokok penjualan (1200unit@Rp.60) 72.000
Persediaan barang dagangan 72.000

3. Jurnal untuk mencatat persediaan awal


Persediaan barang dagangan xxx
Harga pokok penjualan xxx

V. TIGA METODE PENETAPAN HARGA POKOK PERSEDIAAN


1. FIFO (first in first out), pertama masuk pertama keluar, untuk barang yang mudah kadaluwarsa,
misal : obat.
2. LIFO (Last in first out), terakhir masuk pertama keluar, untuk barang yang tahan lama, misal:
kendaraan.
3. WAM (Weigth average method), metode rata-rata tertimbang.

Contoh:
Pembelian Harga
1 Januari 2007 200unit@Rp450 90.000
10 Maret 2007 300unit@Rp500 150.000
21 September 2007 400unit@Rp550 220.000
2 Desember 2007 100unit@Rp600 60.000
1000unit 520.000
Jika diketahui pada akhir tahun setelah dilakukan penghitungan secara fisik ternyata persediaan di
gudang tinggal 300 unit dan harga penjualan Rp 500.000. tentukan laba baik dengan metode LIFO,
FIFO, maupun WAM dan beri kesimpulan!!!
Jawab:
FIFO
Persediaan akhir : Tanggal 2 Des 07 100unit@Rp600 = 60.000
Tanggal 21 Sept 07 200unit@Rp550 = 110.00
170.000
Harga pokok penjualan = pembelian + persediaan awal persediaan akhir
= (520.000 + 0) -170.000 = 350.000
Laba = Penjualan harga pokok penjualan
= 500.000 -350.000 =150.000
LIFO
Persediaan akhir : Tanggal 1 Jan 07 200unit@Rp450 = 90.000
Tanggal 10 Mar 07 100unit@Rp500 = 50.000
140.000
Harga pokok penjualan = pembelian + persediaan awal persediaan akhir
= (520.000 + 0) -140.000 = 380.000
Laba = Penjualan harga pokok penjualan
= 500.000 -380.000 =120.000

WAM
Harga Pokok Persediaan per unit = Rp.520.000/1000unit=520/unit
Persediaan akhir = 300 unit @ Rp. 520 =Rp. 156.000
Hargapokok penjualan = 520.000-156.000 = 364.000
Laba = 500.000 -364.000 =146.000

Kesimpulan:
Laba FiFO paling besar dibandingkan metode lainnya menunjukkan metode FIFO cocok untuk
menarik investor beinvestasi di perusahaan
Laba LIFO lebih bertujuan untuk menghemat pembayaran pajak
Laba WAM berada di antara FIFO dan LIFO sehingga bersifat memediasi kepentingan atas
investor dan penghematan pajak.

VI. CONTOH PENCATATAN SISTEM PERPETUAL DENGAN METODE HARGA POKOK


FIFO
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo Harga Pokok per Unit
Jumlah Harga Pokok Jumlah Harga Pokok Jumlah Harga Pokok
1/1/07 200 40.000 200
4/2/07 140 28.000 60 12.000 200
10/3/07 160 33.600 60 12.000 200
160 33.600 210
22/4/07 80 16.200 140 29.400 210
18/5/07 40 8.400 100 21.000 210
30/8/07 200 46.000 100 21.000 210
200 46.000 230
7/10/07 80 16.800 20 4.200 210
200 46.000 230
11/11/07 160 35.000 60 13.800 230
13/12/07 200 44.000 60 13.800 230
200 44.000 220
30/12/07 60 13.800 200 44.000 220

AKUNTANSI RUMAH SAKIT


03 Tuesday Dec 2013
Posted by MyNote in Accounting, Akuntansi Sektor Publik, Data Catatan Study, Home
5 Comments
Tags
Akuntansi, Akuntansi Sektor Publik
AKUNTANSI RUMAH SAKIT
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan data, informasi
dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam meerncanakan, mengendalikan dan
mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat
pembiayaan yang wajar.
Sebagai mahasiswa jurusan akuntansi, informasi mengenai bagaimana akuntansi khusus Rumah
Sakit sangatlah penting, agar dapat dibandingkan dengan akuntansi yang telah dipelajari
sebelumnya untuk perusahaan jasa, manufaktur, dan dagang. Oleh karena itu penulis berusaha
menyajikan informasi mengenai bagaimana seluk beluk praktik akuntansi di Rumah Sakit dalam
bentuk makalah yang berjudul Akuntansi Rumah Sakit.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar akuntansi rumah sakit?
2. Bagaimana siklus akuntansi di rumah sakit?
3. Bagaimana bentuk laporan keungan rumah sakit?
4. Apa saja aktivitas akuntansi di rumah sakit?, dll
Tujuan Penulisan
Berikut beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis dalam menyusun makalah yang berjudul
Akuntansi Rumah Sakit sebagai berikut.
1. Agar para pembaca dapat menjelaskan konsep dasar akuntansi rumah sakit;
2. Agar para pembaca dapat memahami praktik akuntansi di rumah sakit;
3. Agar para pembaca dapat memahami praktik akuntansi dana dirumah sakit;
4. Agar para pembaca dapat mengikhtisarkan bentuk laporan keuangan rumah sakit,dll.

BAB 2
ISI
A. Sifat dan Karakteristik Rumah Sakit
Definisi rumah sakit menurut WHO sebagaimana yang termuat dalam WHO Technical Report
Series No. 122/1957 yang berbunyi :Rumah sakit adalah bagian integral dari satu organisasi
sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan
preventif kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau
keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan
serta pusat penelitian bio-medik.
fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan maupun bagian mata rantai
rujukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, pengaduan mengenai
pelanggaran etik maupun malpraktek yang dilakukan oleh dokter tidak kurang 80% terjadi di rumah
sakit. Lagi pula, segala prinsip yang berlaku di rumah sakit secar proporsional dapat juga
diberlakukan di saran pelayanan kesehatan lainnya.
Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu serta teknologi kedokteran, rumah sakit telah
berkembang dari suatu lembaga kemanusiaan, keagamaan, dan sosial yang murni, menjadi suatu
lembaga yang lebih mengarah dan lebih berorientasi kepada bisnis, terlebih setelah para pemodal
diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit dibawah badan hukum yang bertujuan mencari profit.
Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang padat modal, padat karya, dan padat ilmu serta
teknologi, dimana untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang tinggi, diperlukan profesionalisme
yang andal dalam hal pengelolaan lembaga bisnis yang modern.
Kewajiban setiap insan kesehatan adalah mensosialisasikan pengertian rumah sakit sebagai unit
Sosio-Ekonomi, sehingga persepsi masyarakat bisa berubah. Sosialisasi dikalangan insan
kesehatan sendiri dan para insan rumah sakit sangat diperlukan. Sebagai contoh, para dokter dan
para perawat tidak boleh menganggap rumah sakit sebagai lahan untuk mencari nafkah semata,
apalagi rumah sakit dianggap sebagai tambang emas untuk menghimpun kekayaan. Rumah sakit
sebagai lahan pengabdian profesinya masing-masing merupakan pengabdian yang sepantasnya bag
setiap insan kesehatan atau insan rumah sakit.
Berikut ini ditampilkan sistem pengelompokan rumah sakit yang paling umum digunakan saat ini :
1. Sistem pengelompokan yang paling dirasa bermanfaat dan bertahan lama digunakan oleh
Asosiasi Rumah Sakit Amerika (AHA), dimana klasifikasi rumah sakit terbagi menjadi
rumah sakit pemerintah (komunitas) dan nonpemerintah (nonkominitas) sesuai dengan
tingkat akses pemerintah pada rumah sakit itu.
2. Jenis pengelompokan lain adalah berdasarkan kepemilikan atau kontrol atas kebijakan dan
cara operasi rumah sakit. Rumah sakit dibawah kepemilikan kelembagaan atau institusi
dibagi dalam 4 kelompok : pemerintah nonfederal, non pemerintah nirlaba, rumah sakit yang
dimiliki investor, dan rumah sakit milik pemerintah daerah.
3. Berdasarkan rata rata lam tinggal, rumah sakit sakit dikelompokkan menjadi rumah sakit
jangka pendek dan jangka panjang. Menginap dirumah sakit dikatakan singkat apabila rata
rata tinggal kurang dari 30 hari; sementara rata-rata nasional berda dibawah tujuh hari.
Sedangkan dikatakan lama bila tinggal lebih dari 30 hari.
4. Rumah sakit dikelompokkan menurut jumlah tempat tidur : 6-24 tempat tidur, 25 -49, 50-99,
100-199, 200-299, dan 300 atau lebih
5. Berdasar akreditasi dan yang bukan.
6. Pendidikan dan non pendidikan
7. Berdasar integral vertikal atau konsep regionalisasi, yaitu rumah sakit dibagi menjadi pusat
layanan utama, layanan kedua, dan layanan ketiga
Tujuan Organisasi
Rumah sakit yang ideal adalah tempat diman orang-orang yang sakit bisa mencari dan menerima
perawatan, disamping memberikan pendidikan klinis kepada para mahasiswa kedokteran, perawat,
serta seluruh ahli kesehatan.
Modal
Pembangunan kesehatan dimasa mendatang sangat tergantung pada kemampuan sumber daya
manusia yang ada di daerah.
Kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya peran pihak ketiga dalam mengatur pembiayaan
kesehatan melalui sistem asuransi, baik publik maupun swasta. Keadaan ini juga akan semakin
berkembang di Indonesia dimasa yang akan datang bila perdagangan antar negara menjadi semakin
bebas.
Pertanggungjawaban
Sebagai bukti pertanggungjawaban unit pelayanan rumah sakit pemerintah daerah, setiap unit
rumah sakit berkewajiban memberikan laporan akhir sebagai bukti pertanggungjawaban atas
pelaksanaan kegiatan usaha selam periode pelaporan. Laporan tersebut meliputi laporan alokasi
dana, laporan pendapatan, dan laporan pengeluaran ke pemerintah daerah setempat.
Etika Rumah Sakit
Adalah etika terapan atau etika praktis yang moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu
praktis, seperti perlakuan terhadap etnis minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan
hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, eutanasia, dan
kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak mampu.
Pelayanan Rumah sakit
Rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah yang ada harus meningkatkan kepuasan pasiennya.
Selain peningkatan mutu pelayanan teknis medis, peningkatan mutu yang paling mudah dan murah
adalah peningkatan mutu pelayanan yang berhubungan dengan emosi pasien. Pelayanan yang
dimaksud di sini adalah pelayanan yang ramah, sopan santun, gesit, terampil, serta peduli dengan
keluhan pasien
B. Siklus Aktivitas Rumah Sakit
Rumah sakit minimal mempunyai siklus aktivitas sebagaiberikut : melakukan tindakan tindakan
medis seperti pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kesehatan masyarakat. Secara lebih luas,
tergantung pada sumber daya yang dipunyai, sebuah rumah sakit dapat mempunyai siklus aktivitas
sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kepada umum
2. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan tenaga medis, ahli dan para medis, baik yang
diselenggarakan sendiri maupun bersama dengan instansi lainnya,
3. Mengadakan dan melakukan penelitian.
C. Jenis jenis Anggaran Rumah Sakit
Anggaran modal
Adalah anggaran yang terdaftar dan tergambar dalam perencanaan penambahan modal. Anggaran
ini berisi daftar modal proyek yang diajukan selama tahun yang akan datang. Dampak anggaran
tersebut mencakup seluruh pengeluaran aktiva yang terencana selama setahun.
Anggaran kas
Adalah anggaran yang tercatat dalam rencana penerimaan dan pengeluaran kas. Kas meliputi saldo
tunai dan saldo rekening giro bank yang dimiliki entitas, serta elemen-elemen lainnya yangdapat
dipersamakan dengan kas. Anggaran kas sangat terkait dengan komponen kas dari aktivitas opersai,
investasi, dan pembiayaan.
Anggaran pelaksanaan
Adalah anggaran yang telah tergambar dalam perencanaan aktivitas pelaksanaan. Anggaran
pelaksanaan terdiri dari tiga komponen :
Penerimaan
Biaya dan pengeluaran
Pengukuran hasil
D. Akuntansi Rumah Sakit
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan data, informasi
dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam meerncanakan, mengendalikan dan
mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat
pembiayaan yang wajar.
Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok kegiatan dalam manajemen
keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat, mengklasifikasikan dan menyimpulkan semua
transaksi dan kejadian kejadian dalam suatu organisasi yang menyangkut keuangan, sehingga
didapatkan suatu data atau informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.
Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk :
Neraca (Balance sheet)
Laporan keuangan (Income statement)
Laporan perubahan keuangan.
Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi dibagi menjadi 2 sistem yang sangat penting yaitu :
Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel
Yang telah dipakai oleh pemerintah kita termasuk RS Pemerintah. Dalam sistem ini hanya dicatat
penerimaan dari pengeluaran uang, sehingga sebetulnya sistem ini sangat sederhana, mudah
dikerjakan dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Di samping itu pengawasan menjadi lebih mudah.
Penerimaan akan dicatat jika telah diterima uang dan pengeluaran dalam satu tahun anggaran yang
ditentukan.
Accrual Basis
Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak diterima atau
dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan. Dengan kata lain penghasilan
diakui pada saat penyerahan barang/jasa, bukan pada saat kas diterima; dan biaya diakui pada saat
terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan. Dengan metode aktual, harta daki ui pada saat diperoleh
kepemilikannya.
Karakteristik Kualitas Informasi
Kualitas informasi akuntansi
Laporan keuangan ditujukan agar dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Hal ini
menunjukkan adanya tuntutan kualitas informasi tertentu yang bersifat :
Dapat dipahami
Relevan yaitu bermanfaat bagi peramalan dan penegasan keputusan serta evaluasi masa lalu
Handal (reliable) yaitu penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas,
pertimbangan sehat dan lengkap.
Berdaya banding (comparability)
Oleh karena itu kebijakan akuntansi yang dianut harus konsisten, namun bila ada alternatif lain
yang lebih relevan dan andal konsistensi ini tidak perlu dipertahankan. Hanya perubahan tersebut
perlu diberitahukan kepada pembaca laporan keuangan.
Kendala terhadap terpenuhinya kualitas umum dari informasi di atas antara lain :
Ketepatan waktu;
Laporan yang tertunda dapat menghasilkan informasi yang kurang relevan. Sebaliknya untuk
menghasilkan informasi yang tepat waktu seringkali mengurangi keandalan informasi. Untuk
mengimbangkan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan
pertimbangan yang menentukan.
Keseimbangan biaya dan manfaat;
Biaya membuat informasi jelas harus lebih rendah dari manfaatnya. Pertimbangan ini jelas
berdampak pada cara pencatatan dan penyajian laporan akuntansi yang dipilih.
Asumsi Akuntansi
Dasar akrual
Kesinambungan (going concern)
Kesatuan ekonomi.
Dalam akuntansi, organisasi usaha dipandang sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah dari
pemilih/pendiri dan unit organisasi lainnya.
Transaksi bebas
Transaksi akuntansi lebih diasumsikan selalu terjadi di antara pihakpihak yang bebas yang sanggup
melindungi kepentingan. Dengan demikian, harga yang terjadi dari transaksi tersebut adalah harga
yang objektif.
Pengukuran dalam nilai uang
Akuntansi menggunakan uang sebagai denominator umum. Akibatnya hanya faktor/transaksi yang
dapat dianjurkan dalam nilai uang yang dicatat dan dilaporkan dalam akutansi. Selain itu, dalam
akuntansi uang diasumsikan merupakan ukuran yang stabil, sehingga perubahan nilai beli dari uang
diabaikan.
Standar Akuntansi Keuangan
Merupakan pedoman/acuan dalam penyusunan laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) 1994.
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur
yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dalam Rumah
Sakit Swadana telah berlaku kebijakan akuntansi Rumah Sakit dengan menggunakan cash basis dan
accrual basis yang sementara berjalan paralel.
Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu:
Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta (Private Hospital)
Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standards
Board FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan).
Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah (Public Hospital)
Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang
dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards Board GASB (Dewan Standar Akuntansi
Pemerintah).
E. Akuntansi Dana di Rumah Sakit
Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan mengharuskan
pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu:
Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund)
Yaitu dana yang tidak dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu.
Dana Terikat (Restricted Fund)
Yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya muncuul karena
permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan. Terikat tidaknya aktiva tergantung
pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber keuangan
Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang paling
cocok untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun
aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
Dana tidak terikat
Dana terikat sementara
Dana terikat permanen
F. Ruang Lingkup Akuntansi Rumah Sakit
Laporan hasil usaha
Walaupun Rumah Sakit Pemerintah berorientasi sosial atau nir laba, namun dengan perubahan
menjadi Unit Swadana, maka mencari laba usaha adalah penting walaupun bukan menjadi tujuan
utama pendirian Rumah Sakit tersebut. Sisa hasil usaha Rumah Sakit Swadana berbeda dengan
SHU badan usaha lainnya atau Rumah Sakit yang berbentuk PT, pada Rumah Sakit Swadana tidak
ada bagian yang diserahkan kepada pemilik sebagai dividen.
Pengertian SHU adalah kelebihan dari penghasilan atas beban pada satu periode tertentu.
Manfaat SHU antara lain :
Memungkinkan analisis laporan keuangan
Memungkinkan laporan pertanggungjawaban manajemen Setiap unit di Rumah
Sakit mempunyai kontribusi tersendiri terhadap SHU. Ada unit yang berkontribusi
sebagai penghasil keuntungan (profit center) dan ada yang sebagai pusat pengeluaran
beban (cost center). Laporan dapat bersifat kualitatif sebagai basil peninjauan
lapangan dan dapat bersifat kuantitatif/keuangan yang diperoleh dan laporan-laporan
unit center.
Penyajian didapat dari:
Penyajian penghasilan yang berasal dari pendapatan kegiatan usaha
(operating revenues) yaitu semua penghasilan (bruto) yang timbul dari
aktivitas utama Rumah Sakit seperti pelayanan jasa medis dan kesehatan di
Unit Rawat Inap, Rawat Jalan, penunjang medik dan lain-lain
Penyajian penghasilan yang berasal dari penghasilan lain-lain yang
merupakan semua basil yang diperoleh bukan dari aktivitas utama Rumah
Sakit seperti parkir, WC, bunga bank dan lain-lain.
Beban (expenses) yaitu biaya yang secara lang sung telah dimanfaatkan di
dalam kegiatan memperoleh penghasilan dalam suatu periode tertentu.
Terdiri dari :
beban dari kegiatan usaha yaitu beban yang timbul sebagai akibat dari kegiatan utama
Rumah Sakit seperti gaji seluruh karyawan, harga pokok obat/bahan habis pakai, snack karyawan,
sparepart peralatan medik dan lain-lain.
beban umum dan administrasi yaitu beban yang timbul bukan diakibatkan langsung dari
kegiatan memperoleh pendapat usaha Rumah Sakit seperti beban gaji direksi dan karyawan
adiministrasi umum, ATK dan lain-lain
beban lain-lain adalah semua beban yang itmbul bukan dikarenakan dari pelaksanaan
aktivitas utama Rumah Sakit, seperti beban bunga dan lain-lain.
Bentuk laporan :
Tunggal (Single step)
Semua penghasilan dikelompokkan
Semua beban dikelompokkan
Selisih penghasilan atas beban adalah SHU
PPH 25 maka didapat SHU bersih.
Bertahap
Setiap penghasilan ataupun beban diuraikan secara rinci.
Perkiraan luar biasa
Yaitu perkiraan yang sifatnya abnormal/luar biasa (extra ordinary), bisa berupa keuntungan atau
kerugian luar biasa, seperti pelunasan hutang, gempa bumi, kebakaran dan lain-lain.
G. Dana-Dana dalam Akuntansi Dana Rumah Sakit
Dana dalam akuntansi dana rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Dana Umum (General Fund)
Dana umum digunakan untuk mencatat sumber daya dana/dana yang diterima dan dibelanjakan
dalam menjalankan dalam menjalankan kegiatan operasional utama dari rumah sakit.
2. Dana Terikat
Kelompok dana (Fund Groups) yang digolongkan sebagai dana terikat digunakan untuk mencatat
dana yang penggunaannya dibatasi oleh donor atau pihak yang mensponsori dana tersebut.
H. Laporan Keuangan Rumah Sakit
Dalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh
proses akuntansi, yaitu:
1. Neraca
Terdiri dari
Aktiva dan utang diklasifikasi menjadi:
Aktiva lancar aktiva tetap
Utang lancar utang jangka panjang
Aktiva bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan:
Aktiva bersih tidak terikat
Aktiva bersih terikat temporer
Aktiva bersih terikat permanen
Neraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun proses
penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca perusahaan yang sering
kita kenal disektor komersial namun demikian ada beberapa hal yang secara khusus perlu
diperhatikan antara lain:
a. Kas
Jumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang tidak dapat
digunakan untuk kegiatan operasi.
b. Piutang
Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.
c. Investasi
Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar pada saat
penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.
d. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.
e. Aktiva yang Disisihkan
Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang penggunaannya
dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana tersebut.
f. Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang dilaporkan pada neraca.
g. Saldo Dana
Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh rumah sakit
dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara waktu, dan terikat permanen.
2. Laporan Operasi
Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi (Statement of
Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung dan rugi, serta transaksi
lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan. Dalam laporan operasi harus
dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih dalam perusahaan, yang melaporkan
hal kegiatan operasi rumah sakit selama periode berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup baik
laba ataupun rugi operasi selama periode berjalan maupun laba langsung yang diperoleh selama
operasi berjalan. Perubahan lain dari saldo dana selama periode berjalan harus dilaporkan setelah
indikator kinerja.
Berikut adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:
a. Pendapatan Jasa Pasien
Pendapatan jasa pasien dihitung dari jumlah bruto dengan menggunakan tarif standar. Jumlah
tersebut kemudian di kurangi dengan penyesuaian kontraktual (contractual adjusments) menjadi
Pendapatan Bersih Jasa Pasien.
b. Penyesuaian Kontraktual
Penyesuaian kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses penggantian
pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti kurang dari jumlah tarif standar penuh
untuk jasa medis yang disediakan bagi pasien yang menjadi tanggunan asuransi. Meskipun rumah
sakit memiliki tarif standar untuk jasa yang diberikan, namun rumah sakit menjalin kontrak dengan
pembayar pihak ketiga di mana rumah sakit menerima jumlah pembayaran yang lebih rendah untuk
jasa tersebut.
c. Pendapatan dari Kegiatan Lainnya
Pendapatan dari kegiatan lain mencerminkan pendapatan dari sumber-sumber bukan pasien, seperti
kantin dan sewa parkir. Pendapaatan ini biaaanya mencerminkan jumlah bersih dari operasinya, jadi
bukan jumlah brutonya.
d. Transfer Antardana
Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika persyaratan yang ditetapkan
oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi. Dalam hal ini aktiva tersebut harus ditransfer dari
Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat. Untuk tujuan pelaporan keuangan, transfer antar dana ini
dilaporkan dalam Laporan Operasi sebagai Pelepasan Saldo Dana dan ditunjukkan sebagai
penambahan atas Dana Tidak Terikat.
Contoh Pendapatan:
1. Pendapatan operasioal wajat jalan: karcis umum dan karcis spesialis.
2. Pendapatan operasional rawat inap: akomodasi dan visite.
3. Pendapatan tindakan medis: tindakan medik, dan tindakan keperawatan
4. Pendapatan operasional unit penunjang: rasiologi, laboratorium, fisioterapi, farmasi, dan rehab
medik.
e. Beban Dana Umum
Beban-beban dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya pada entitas komersial.
Contoh beban :
Biaya pelayanan: bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan, pemeliharaan, asuransi,
langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.
Biaya umum dan administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan, pemelihataan,
langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian
f. Sumbangan
Sumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang terbentuk jasa dan berbentuk aktiva. Karena sering
kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi yang berbentuk jasa, maka nilai dari donasi ini
biasanya tidak dicatat. Namun, jika terdapat kebutuhan untuk melakukan pencatatan, maka
perkiraan nilai dari donasi jasa dicatat sebagai sumbangan yang langsung diikuti dengan beban
dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang berbentuk aktiva dilaporkan pada nilai wajar pada
tanggal diterimanya sebagai sumbangan jika donasi aktiva ini penggunaannya dibatasi oleh pihak
sponsor atau donor maka dilaporkan dalam Dana Terikat Sementara atau Dana Terikat Permanen.
Ketika pembatasannya sudah tidak berlaku lagi, maka dilakukan transfer dari Dana Terikat ke Dana
Umum.
3. Laporan Perubahan Aktiva Bersih
Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang Tidak Terikat, Terikat
Sementara, dan terikat Permanen.
4. Laporan Arus Kas
Format dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial.
Laporan arus kas terdiri dari:
Aktivitas operasi
Aktivitas investasi
Aktivitas pendanaan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Terdiri dari :
Gambaran umum RS
Iktisar kebijakan akuntansi
Penjelasan pos-pos laporan keuangan
Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang sudah
menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:
1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Akuntansi Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)
6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih
7. Laporan Arus Kas
8. Catatan Atas Laporan Keuangan
9. Ilustrasi Laporan Keuangan
10. Rasio Keuangan
I. Rumah Sakit Pemerintah Daerah sebagai Badan Layanan Umum (BLU)
Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
Pengertian atau definisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yaitu : Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi danproduktivitas.
Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1
angka 1 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Tujuan
dibentuknya BLU adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kemudian ditegaskan kembali dalam PP No. 23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari asal
69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
Sedangkan Asas BLU diatur menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya;
2. Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan
instansi induk;
3. BLU tidak mencari laba;
4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah;
5. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU memiliki suatu
karakteristik tertentu, yaitu :
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan Negara;
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;
3. Tidak bertujuan untuk mencarai laba;
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;
5. Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada instansi induk;
6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung;
7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil;
8. BLU bukan subyek pajak.
Selain itu, sekalipun BLU dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala
korporasi, namun terdapat beberapa karakteristik lainnya yang membedakan pengelolaan keuangan
BLU dengan BUMN/BUMD, yaitu:
1. BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
2. Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan serta
dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan;
3. Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan
pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang
bersangkutan;
4. Pembinaan keuangan BLU instansi pemerintah daerah dilakukan oleh pejabat pengelola
keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang
bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;
5. Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;
6. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan
laporan kinerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah;
7. Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan
merupakan pendapatan negara/daerah;
8. Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja yang bersangkutan;
9. BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain;
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam peraturan
pemerintah (dhi. PP No. 23 Tahun 2005).\
Dasar Pengaturan BLU
BLU diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengaturnya, yaitu:
1. Pasal 1 angka 23, Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
2. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
3. PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal;
4. Peraturan Menteri Keuangan No. 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Administratif Dalam
Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan
Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum;
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewan Pengawas
Pada Badan Layanan Umum;
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 jo. PMK No. 73/PMK.05/2007 tentang
Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan
Layanan Umum;
8. Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengajuan, Penetapan, Dan Perubahan Rencana Bisnis Dan Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan
Anggaran Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan
Layanan Umum;
10. Peraturan Menteri Keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Administratif Dalam
Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
11. Peraturan Menteri Keuangan No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
13. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-50/PB/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Oleh Satuan Kerja Instansi Pemerintah Yang
Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU);
14. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-62/PB/2007 tentang Pedoman Penilaian Usulan
Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
15. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
Jenis dan Persyaratan BLU
Apabila dikelompokkan menurut jenisnya BLU terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga
pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
2. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita pengembangan
wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan
3. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir, dana
UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
Untuk menjadi sebuah BLU, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur menurut Pasal
4 PP No. 23 Tahun 2005, sebagai berikut:
1. Persyaratan Substantif, apabila menyelanggarakan layanan umum yang berhubungan dengan
:
a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum;
b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat
atau layanan umum; dan/atau
c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat.
2. Persyaratan Teknis, yaitu :
a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangan dan
b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan
dalam dokumen usulan penetapan BLU.
3. Persyaratan Administratif, yaitu :
a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;
b. pola tata kelola (yang baik);
c. rencana strategis bisnis;
d. laporan keuangan pokok;
e. standar pelayanan minimum; dan
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Atas dasar itu maka penyusunan Standar Pelayanan Minimum (SPM) menjadi bagian dari proses
kegiatan merubah bentuk RS menjadi bentuk BLU. SPM sediri didefinisikan dalam PP 23 tahun
2004 sebagai spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh BLU
kepada masyarakat. Dari definisi ini terlihat bahwa SPM harus memiliki indikator kinerja pelayanan
dan standar (target) pencapaiannya Kesimpulan sementara, dengan menjadi BLU maka RS
memiliki kebebasan untuk mengelola keuangannya, namun RS diminta berjanji untuk dapat
menyediakan pelayanan dengan indikator dan standar kinerja pelayanan yang baik (dalam bentuk
SPM) dengan kata lain, semakin tinggi janji yang diajukan (tetapi masuk akal) maka semakin
mudah keluarnya ijin BLU
Rumah Sakit Sebagai BLU
Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit
Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan- keinginan ataupun harapan
terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang
diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai
pengguna jasa pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer
satisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan
memenuhi standar profesi, sedangkan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan
efisien. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang
Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar pelayanan minimum
yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan,
biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah sakit pemerintah di daerah
(RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala
daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang
terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;
2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan;
3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya,
rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat
dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD;
5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat memungut biaya kepada
masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa
layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit
kepada menteri keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan
kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/kepala daerah dengan peraturan menteri
keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. daya beli masyarakat;
3. asas keadilan dan kepatutan; dan
4. kompetisi yang sehat.
Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan demikian rumah sakit
pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap penentuan segala macam
tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran
ataupu subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung untuk
peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit
cost, pasar (kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut
diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan
adalah usulan tarif jangan berbasis pada prosentase tertentu namun berdasar pada kajian yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan
dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah
sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan DPRD
Pengelolaan Keuangan
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang Pemerintahan Daerah
(UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008), UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang
Pedoman Umum Penyusunan APBD, kemudian PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
dan Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah, membuat rumah sakit pemerintah daerah harus melakukan banyak
penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun penganggarannya, termasuk
penentuan biaya.
Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah mengalami perubahan
menjadi BLU. Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan tidak lagi kepada
Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen Keuangan, sehingga harus mengikuti standar
akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi
dan efisiensi. Anggaran yang akan disusun pun harus berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri
No. 29 Tahun 2002).
Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari indikator input,
indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang
Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, dan khusus untuk RSUD,
pengelolaan keuangannya harus mengacu dan berdasarkan Permendagri Permendagri No. 61 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
BLU sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan merupakan organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba. Sesuai dengan Pasal
26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa Akuntansi dan laporan keuangan
BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi
profesi akuntansi Indonesia. Ketentuan ini menimbulkan inkonsistensi, karena BLU merupakan
badan/unit atau organisasi pemerintahan yang seharusnya menggunakan PSAP atau Standar
Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 menggunakan PSAK (Standar
Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi kepemerintahan yang bersifat
nirlaba, maka rumah sakit pemerintah daerah semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK.
Laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah merupakan laporan yang disusun oleh pihak
manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan keuangan
tersebut merupakan penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah harus mengikuti
ketentuan untuk pelaporan keuangan sebagaimana diatur menurut SAK, yaitu sebagai organisasi
nirlaba (PSAK No. 45) dan menyanggupi untuk laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor
independen. Laporan keuangan rumah sakit yang harus diaudit oleh auditor independen.
Adapun Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang disusun harus
menyediakan informasi untuk:
1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;
2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas dan
laporan arus kas);
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporan
posisi keuangan);
4. mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas).
Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca). Klasifikasi
aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya. Sedangkan aktiva bersih
diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan terikat permanen. Yang
dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh
penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode
tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu;
2. Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan aktiva bersih);
3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan;
4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan permanen atau
temporer, dan perubahan klasifikasi aktiva bersih.
Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah dengan laporan keuangan
kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan pemerintah daerah, maka rumah sakit
pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang
menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP (Pasal 6 ayat (4) PMK No. 76/PMK.05/2008
tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum).
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27 PP No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit
pemerintah daerah dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan
pelayanannya, menyusun dan menyajikan:
1. Laporan Keuangan; dan
2. Laporan Kinerja.
Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;
2. Neraca;
3. Laporan Arus Kas; dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah tersebut sebelum disampaikan kepada entitas
pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam hal tidak terdapat satuan
pemeriksaan intern, reviu dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga.
Reviu ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan
Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
J. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN ASPEK PELAPORAN KEUANGAN
Organisasi BLU cenderung sebagai organisasi nirlaba kepemerintahan Sesuai dengan PP No:23
tahun 2005 pasal 26 menyebutkan bahwa akuntansi dan laporan keuangan diselenggarakan sesuai
dengan Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia. Ketentuan ini mengakibatkan ketidakkonsistensian yaitu bahwa organisasi BLU yang
cenderung sebagai organisasi kepemerintahan tetapi pelaporan akuntansi menggunakan PSAK
(standar akuntansi keuangan ) dari IAI, bukan menggunakan PSAP Standar akuntansi
pemerintahan). Standar akuntansi pemerintah disusun oleh komite standar akuntansi pemerintah
(KSAP). Standar ini digunakan untuk organisasi kepemerintahan dan merupakan pedoman dalam
penyususnan dan penyajian laporan keuangan. SAP dinyatakan dalam PSAP.
Organisasi pemerintahan sebagai organisasi yang nirlaba semestinya menggunakan SAP bukan
SAK. Oleh karena itu jika rumah sakit pemerintah sebagai badan layanan umum semestinya juga
menggunakan SAP bukan SAK, namun dalam PP disebutkan badan layanan umum sebagai institusi
yang nirlaba menggunakan SAK. Dalam hal ini SAK yang tepat adalah PSAK no 45 yaitu standar
akuntansi keuangan utuk organisasi nirlaba.
PERBEDAAN PSAK 45 DAN SAP
PSAK 45 SAP

Badan penerbitnya IAI Badan Penerbit KSAP

Laporan keuangan: Laporan keuangan:

Laporan aktivitas Laporan realisasi anggaran

Laporan posisi keuangan Neraca

Laporan arus kas Laporan arus kas

Catatan atas Laporan keuang Catatan atas Laporan keuangan

Organisasi bisnis Organisasi kepemerintahan

Organisasi non kepemerintahan

Pengguna: Pengguna:

Masyarakat Masyarakat

Lembaga donor Wakil rakyat/Pengawas/Pemeriksa

Pemerintah Pemerintah

Laporan keuangan rumah sakit merupakan laporan yang disusun oleh manajemen sebagai media
penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan keuangan rumah sakit merupakan
penyamapaian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap entitas tersebut. Nilai
lebih dari rumah sakit pemerintah menjadi badan layanan uumun ditinjau dari isi pelaporan
keuangan adalah rumah sakit harus mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan organisasi
nirlaba dan menyanggupi untuk laporan keuangan tersebut diaudit oleh auditor
independence. Dengan kesanggupan tersebut tentu saja diharapkan rumah sakit dapat mencapai tata
kelola yang baik dan pelaporan yang transparans.
K. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK TEKNIS KEUANGAN
Adanya isu desentralisasi dan perundangan yang berlaku yaitu: UU no: 22 dan UU no: 25 tahun
1999 (UU no: 33 dan 36 tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta
Kepmendagri no: 29 tahun 2002 tentang pedoman Umum Penyusunan APBD, UU no: 32 tahun
2004 tentang Otonomi Daerah, UU no :25 tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional,
PP no: 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum, PP no: 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, membuat rumah sakit harus melakukan banyak penyesuaian khusunya
dalam hal pengelolaan teknis keuangan maupun penganggaraannya, termasuk penentuan biaya.
Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Dalam
pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki peraturan pendukung yang terkait dnegan
pengelolaan keuangan yang fleksibel. Berdasar PP no: 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit
pemerintah telah mengalami perubahan sebagai badan layanan umum. Perubahan kelembagaan ini
berimbas pada pertanggungjawaban keuangan bukan lagi kepada departemen kesehatan tetapi
kepada departemen keuangan. Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan
yang harus mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan teknis keuangan pun
harus diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip akuntanbilitas, transparansi dan
efisiensi. Anggaran yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan berbasis kinerja
(sesuai dengan Kepmendagri no 29 tahun 2002).
Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis keuangan perlu didukung adanya hubungan yang
baik dan berkelanjutan antara rumah sakit,dengan pemerintah dan dengan para stakeholder,
khususnya dalam penentuan biaya pelayana kesehatan yang mencakupunit cost, efisiensi dan
kualitas pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan lagi adalah adalah adanya audit atau
pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit
klinik. Dengan berubahnya kelembagaan sebagai BLU tentu saja aspek teknis sangat berhubungan
erat dengan basis kinerja.
Sesuai syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan persyaratan substantif, persyaratan teknis
dan persyaratan admnistratif adalah berkaitan dengan standar layanan, penentuan tarif layanan,
pengelolaan keuangan,tata kelola semuanya harus berbasis kinerja.
Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah sakit ini akan menjadi nilai plus dalam upayanya
untuk peningkatan kualitas jasa layanan dan praktik tata kelola yang transparan. Perhitungan dan
penelusuran terhadap unit cost memerlukan persyaratan sbb:
1. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder,
2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa meninggalkan misi
layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan rumah sakit sebagai alatbargaining position,
3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik kepada rumah sakit,
khususnya mengenai pola penentuan tariff,
4. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem informasi rumah sakit,
akuntansi dan costing.
Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum, dalam aspek teknis
keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
L. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK PERPAJAKAN
Rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah (RSU ataupun RSUD) didanai dari APBN dan APBD,
maka rumah sakit tidak memiliki kewajiban PPh terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, rumah
sakit pemerintah tidak perlu melaporkan PPh 25 (SPT Masa) maupu PPh 29 (SPT Tahunan) karena
bukan subyek pajak. Namun untuk 12 kategori sebagai unit pemerintah dan bukan subyek pajak,
dalam Undang-undang pajak penghasilan terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi rumah sakit
yaitu:
1. Dibentuk berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku,
2. Dibiayai dengan dana yang bersumber APBN dan APBD,
3. Penerimaan lembaga tersebut dmasukkan dalam anggaran,
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara
Dengan demikian karena RSU/RSUD mendapatkan pembiayaan dari luar APBN/APBD atau tidak
seluruh penerimaan dan pembiayaan tercatat dalam APBN/APBD, maka kewajiban menghitung
pajak sendiri (PPh 25/29) disamakan dengan badan swasta lain.
Berkaitan dengan PP no 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, apabila RSU atau
RSUD (rumah sakit pemerintah) sudah mendapat penetapan sebagai BLU, karena seluruh
penerimaan dan pembelanjaan masuk APBN/APD, maka rumah sakit pemerintah tersebut bukan
merupakan subyek pajak sehingga tidak memiliki kewajiban membayar PPh Badan (pasal 25 dan
PPh 29). Namun demikian rumah sakit pemerintah memiiliki kewajiban sebagai pemungut pajak
PPh pasal 21, 23, 26, dan pasal 4 ayat (2) berkaitan dengan aktivitas pembayaran gaji, honor, jasa,
sewa, dll kepada karyawan dan pihak ketiga. Berkaitan dengan transaksi penyerahan obat kepada
pasien, rumah sakit juga berpotensi memiliki kewajiban memungut PPN (pajak pertambahan nilai)
dan dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
Ketentuan khusus bagi organisasi sejenis Yayasan yang bergerak di bidang rumah sakit berdasar
SE-34/PJ.4/1995) adalah:
1. Obyek Pajak, yang mmenjadi obyek pajak adalah semua penghasilan yang diterima atau
diperoleh sesuai dengan ketentuan dalam UU no 17 tahun 2000, antara lain:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan, kegiatan atau jasa,
b. Bunga deposito, bunga obligasi, diskontto SBI dan bunga lainnya,
c. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
d. Keuntungan pengalihan harta,
e. Pembagian keuntungan dari kerjasama usaha,
2. Jenis-jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan usaha/kegiatan yang
dilakukan yayasan atau organisasi sejenis yang bergerak di bidang pelayanan rumah sakit meliputi:
a. Uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan,
b. Sewa kamar/ruangan di rumah sakit, poliklinik, pusat pelayanan kesehatan,
c. Penghasilan dari perawatan kesehatan seperti uang pemeriksaan dokter, operasi, rontgen,
scanning, pemeriksaan laboratorium, dll
d. Uang pemeriksaan kesehatan termasuk general check up,
e. Penghasilan dari penyewaan alat kesehatan,
f. Penghasilan dari penjualan obat,
g. Penghasilan lainnya sehubungan dengan pelayanan kesehatan,
Berkaitan dengan transaksi yang berhubungan dengan Pph 21 di rumah sakit, terdapat ketentuan
khusus bagi rumah sakit, yaitu:
1. Tenaga dokter berdasar status hubungan kerja digolongkan menjadi:
a. Dokter yang menjabat sebagai pimpinan rumah sakit,
b. Doker sebagai pegawai tetap atau honorer rumah sakit,
c. Dokter tetap yaitu dokter yang mempunyai jadwal praktek tetap tetap bukan sebagai pegawai
tetap rumah sakit,
d. Dokter tamu yaitu dokter yang merawat atau menitipkan pasiennya untuk dirawat di rumah
sakit,
e. Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit untuk praktek,
Sedangkan untuk penghasilan dokter dapat dibedakan menjadi:
a. Penghasilan yang bersumber dari keuangan rumah sakit atau dari imbalan lain yang diterima
oleh para dokter,
b. Penghasilan yang berasal dari pasien yang diterima oleh para dokter,
PENGURANGAN PENGHASILAN
Dalam ketentuan perhitungan pajak penghasilan, yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena
pajak adalah: (a). Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan usaha, pekerjaan, kegiatan atau
pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau biaya yang
berhubungan langsung dnegan operasional penyelenggaraan rumah sakit, (b). Penyusutan atau
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun,
dan (c). Subsidi yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu ataupun biaya pelayanan
kesehatan yang kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi yang sejenis yang tidak
bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Perlakukan pembukuan atas subsidi atau pembebanan biaya bagi pasien yang tidak mampu adalah
(a). Sejumlah bagian yang benar-benar dibayar oleh pasien merupakan penghasilan dan biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
tagihan kepada pasien, atau (b). Sejumlah yang seharusnya diterima atau diperoleh rumah sakit
merupakan penghasilan dan sejumlah subsidi (selisih antara yang seharusnya diterima rumah sakit
dengan yang benar-benar dibayar oleh pasien) merupakan tambahan biaya. Apabila yayasan atau
organisasi yang sejenis memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya pelayanan kesehatan
kepada pasien yang kurang mampu yang dirawat di rumah sakit di bawah yayasan lain, maka
pengeluaran subsidi dimaksud dapat ditambahkan sebagai biaya oleh yasayan atau rumah sakit yang
memberikan subsidi tersebut.
OBYEK PPN DALAM RUMAH SAKIT
Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No: SE-06/PJ.52/ 2000 tanggal 2 maret 2000 telah
ditegaskan bahwa instalasi farmasi (kamar obat) merupakan suatu tempat untuk mengadakan dan
menyimpan obat-obatan, gas medik alat kesehatan serta bahan kimia yang bukan berdiri sendiri
tetapi merupakan satuan organic yang tidak terpisah dari keseluruhan rumah sakit. Selanjutnya
ditegaskan bahwa penyerahan obat-obatan yang dilakukan instalasi farmasi (kamar obat) tidak
terutang PPN. Dalam kenyataannya instalasi farmasi melayani rumah sakit yang terdiri dari pasien
rawat inap, pasien rawat jalan dan pasien gawat darurat. Mengingat instalasi farmasi rumah sait
melakukan pelayanan kepada pasien rawat jalan sebagaimana lazimnya sebuah apotik, maka atas
penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan tetap terutang PPN.
Menurut PP no 50 tahun 1994, pedagang eceran adalah pengusaha yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dengan cara:
a. Tidak bertindak sebagai penyalur kepada pedagang lain,
b. Meyerahkan barang kena pajak melalui suatu tempat penjualan eceran seperti tok, kios atau
dengan cara penjualan langsung kepada konsumen akhir dari rumah ke rumah,
c. Menyediakan barnang kena pajak yang diserahkan di tempat penjualan secara eceran,
d. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului penawaran tertulis, penwaran,
kontrak atau lelang dan umumnya bersifat tunai dan pembeli pada umumnya datang ke tempat
penjualan langsung membawa sendiri barang kena pajak yang dibelinya.
Dengan demkian apabila apotik atau instalasi farmasi di rumah sakit bertindak sebagaimana
lazimnya apotik melakukan penyerahan obat-obatan kepada pasien rawat jalan, maka rumah sakit
yang mempunyai instalasi farmasi/apotik tersebut merupakan pengusaha kena pajak pedagang
eceran. Selanjutnya PPN harus dibayar atas penyerahan obat obatan kepada pasien rawat jalan oleh
instalasi farmasi/apotik adalah sebesar 2% dari jumlah seluruh penyerahan barang dagangan.
Rumah sakit pemerintah sebagai badan hukum dalam pemberlakuan pajak pertambahan nilai tetap
mengacu pada ketentuan obyek PPN pada barang kenapajak pada umumnya tanpa melihat
klasifikasi organisasi sebagai BLU. Hal ini dapat ditegaskan bahwa penyerahan obat-obatan oleh
instalasi farmasi kepada pasien rawat inap tidak dikenakan PPN, nanum kepada pasien selain rawat
inap yang dilakuakn pleh apotik maupun instalasi farmasi terutang PPN. Sedangkan PPN atas jasa
pada rumah sakit, menurut pasar 4 ayat 3 UU PPN jo Pasal 5 PP 144 tahun 2000, jasa pelayanan
kesehatan medis merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN 17.
BAB 3
PENUTUP

Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang paling
cocok untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. Berdasarkan
PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun aktiva bersih
RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
Dana tidak terikat
Dana terikat sementara
Dana terikat permanen
Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber
keuangan.
Laporan keuangan berdasarkan PSAK 45 terdiri atas:
} Neraca
} Laporan Aktivitas
} Laporan Arus Kas
} Catatan Atas Laporan Keuangan
Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang sudah
menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:
1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Akuntansi Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)
6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih
7. Laporan Arus Kas
8. Catatan Atas Laporan Keuangan
9. Ilustrasi Laporan Keuangan
10. Rasio Keuangan
Pedoman akuntansi RS BLU ini tidak spesifik berdasarkan satu PSAK,misalnya hanya PSAK 45,
melainkan berbagai PSAK yang terkait.
PSAK yang terkait aktiva, utang, ekuitas, pendapata, dan biaya yang diterbitkan oleh IAI yang
relevan juga menjadi dasar akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai