0
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN NASKAH UNTUK
DIPUBLIKASIKAN*
Naskah tersebut sudah diperiksa dengan seksama oleh para pembimbing/penulis dan
telah disetujui untuk dipublikasikan melalui Jurnal Kedokteran Raflesia**
(X) penulis utama ( ) corresponding author
1
HALAMAN PERSETUJUAN
NASKAH PUBLIKASI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
2
HUBUNGAN BERAT BADAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP
KADAR KOLESTEROL DAN MASSA LEMAK VISERAL PADA KARYAWAN
PEROKOK DI UNIVERSITAS BENGKULU
ABSTRAK
Latar Belakang: Berat badan merupakan indikator yang terbaik untuk mengetahui
keadaan gizi seseorang. Untuk pengukuran indeks massa tubuh, berat badan
dihubungkan dengan tinggi badan. Terjadinya obesitas sentral merupakan dampak dari
penumpukan massa lemak viseral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
berat badan dan indeks massa tubuh terhadap massa lemak viseral dan kadar kolesterol
pada karyawan perokok di Universitas Bengkulu.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan studi kros-
seksional. Sampel sebanyak 33 orang diambil dengan metode concecutive sampling
meliputi laki-laki perokok di Universitas Bengkulu pada bulan Februari 2016. Berat
badan diukur dengan timbangan injak digital merek Camry, indeks massa tubuh
dimasukkan ke dalam rumus berat badan (kg) dibagi (tinggi badan (m))2, massa lemak
viseral dinilai dengan alat Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) dan kadar kolesterol
darah diukur dengan menggunakan darah vena. Analisis sebaran data diuji dengan uji
Shapiro Wilk. Analisis hubungan antara dua variabel numerik dengan uji korelasi
Pearson.
Hasil Penelitian: Tidak adanya hubungan antara berat badan (p=0,131,r= 0,268) dan
IMT (p=0,244,r= 0,209) terhadap kadar kolesterol. Adanya hubungan antara berat
badan (p=0,001,r= 0,625) dan IMT (p=0,001,r= 0,651) terhadap massa lemak viseral
dengan rerata berat badan 67,06 9,97 kg, rerata indeks massa tubuh 25,26 3,86
kg/m2 dan rerata massa lemak viseral 11,52 5,19.
Kesimpulan: Berat badan dan indeks massa tubuh tidak berhubungan terhadap kadar
kolesterol tetapi berhubungan dengan massa lemak viseral pada perokok.
3
Kata kunci: berat badan, indeks massa tubuh, massa lemak viseral, kadar kolesterol,
merokok, Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
4
ASSOCIATION OF WEIGHT AND BODY MASS INDEX TOWARDS
CHOLESTEROL LEVEL AND VISCERAL FAT MASS ON WORKERS SMOKE AT
UNIVERSITY OF BENGKULU.
ABSTRACT
Background: Weight scale is the best indicator to know the nutrition state of a person.
The measurement of body mass index using body weight that associated with height.
The occurrence of central obesity is the impact of visceral fat mass cumulation. This
research aims to know the association of weight and body mass index towards visceral
fat mass and cholesterol level on smoker employees at University of Bengkulu.
Methode: This was an observational analytic, a cross sectional study with 33 male
smoker employees at University of Bengkulu on February 2016 as samples that were
collected by consecutive sampling. The body weight was measured by Camry digital
scales while body mass index measured by using weight (kg)/height (m2) formula, and
visceral fat mass was measured by using Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
Cholesterol level was measured from venous blood. Descriptive data was analyzed by
Kolmogrov-Smirnov. Correlation between numerical variables were analyzed using
Pearson correlation test.
Result: There was no significant association between weight (p=0,131,r= 0,268) and
IMT (p=0,244,r= 0,209) with cholesterol level. There was significant association
between weight (p=0,001,r= 0,625) and IMT (p=0,001,r= 0,651) with visceral fat mass,
with the mean of weight was 67,06 9,97 kg, mean of body mass index was25,26
3,86 kg/m2 and mean of visceral fat mass was 11,52 5,19.
Conclusion: Visceral fat mass has association with cholesterol level on smokers.
Keyword: weight, visceral fat mass, cholesterol level, smokers, Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA).
5
PENDAHULUAN
Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat yang
disebabkan oleh pemasukan jumlah makanan yang lebih besar daripada pemakaiannya
oleh tubuh sebagai energi.1 Di provinsi Bengkulu khususnya terlihat bahwa dalam
waktu 6 tahun telah terjadi peningkatan jumlah obesitas di daerah Bengkulu, yaitu
sekitar dua kali lipatnya. Pada tahun 2007 didapatkan 7,8% penduduk usia 15 tahun
keatas mengalami obesitas. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 12,86% penduduk
dewasa >18 tahun yang mengalami obesitas.2
Obesitas sentral merupakan dampak dari penumpukan pada lemak viseral yang
tinggi. Terdapat berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap lemak viseral antara
lain seperti usia, jenis kelamin, rokok, aktivitas fisik, alkohol, makan berlemak, stres,
genetik dan beberapa hormon tertentu. Chiolero et al. (2008) menyatakan bahwa berat
badan mantan perokok lebih besar daripada perokok atau bukan perokok. 3 Hal ini
disebabkan oleh efek ganda merokok yaitu merokok meningkatkan pengeluaran energi
dan menurunkan nafsu makan, dan kedua efek tersebut akan hilang pada mantan
perokok.4
Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya kadar
kolesterol dalam darah. Zat kimia yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan
kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam
tubuh. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sanhia et al. (2015) dengan subjek 40 laki-
laki perokok berusia 18 tahun dan perokok minimal 1 tahun, didapatkan peningkatan
kadar kolesterol LDL rata-rata pada 40 sampel adalah 132,93 mg/dl, dengan 24 sampel
(60%) berada di ambang batas dan sisanya memiliki kadar LDL dibawah ambang
batas.5
Faktor risiko terjadinya obesitas sentral semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia dan kebiasaan pola hidup. Karyawan Universitas Bengkulu
merupakan kelompok dengan pendapatan dan kemampuan memenuhi asupan makanan
sehari-hari diatas rata-rata yang cukup dengan aktifitas yang minim dilakukannya dan
kebiasaan merokok yang sangat kuat, sehingga berisiko sangat besar untuk mengalami
obesitas sentral. Dari studi pustaka diatas, penelitian tentang massa lemak viseral
khususnya di Bengkulu belum pernah dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik untuk
6
melakukan studi pendahuluan mengenai hubungan antara berat badan dan indeks massa
tubuh terhadap kadar kolesterol dan massa lemak viseral pada karyawan perokok di
Universitas Bengkulu.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional dengan studi
kros-seksional. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan yang merokok di
Universitas Bengkulu yang berstatus aktif pada tahun 2016 dan memenuhi kriteria
inklusi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Sebanyak 33 orang
sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
. Berat badan diukur dengan timbangan injak digital merek Camry, indeks massa
tubuh dimasukkan ke dalam rumus berat badan (kg) dibagi (tinggi badan (m)) 2, kadar
kolesterol dinilai dengan alat Autoanalyzer (Toshiba Model TBA-480S), sedangkan
massa lemak viseral diukur dengan menggunakan alat Bioelectrical Impedance Analysis
(BIA). Uji analisis pada penelitian ini menggunakan program SPSS 21 dengan taraf
signifikansi atau batas kepercayaan adalah 0,05. Analisis sebaran data diuji dengan uji
Shapiro Wilk. Analisis korelasi dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan uji korelasi
Somers d.
HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian (n=33).
Data Karakteristik Frekuensi
N %
Usia
- 3040 tahun 10 30,3%
- 4150 tahun 8 24,2%
- 5160 tahun 15 45,5%
Jenis Kelamin
- Laki-laki 33 100%
Riwayat Penyakit
- Hipertensi 0 0%
- Diabetes Melitus 0 0%
- Lainnya 0 0%
- Tidak Ada 33 100%
7
Riwayat Merokok
- Berat 8 24,2%
- Sedang 13 39,4%
- Ringan 12 36,4%
Lama Merokok
- 110 tahun 9 27,3%
- 1120 tahun 5 15,2%
- 20 tahun 19 57,6%
Indeks Massa Tubuh
- Normal 11 33,3%
- Berisiko 6 18,2%
- Obesitas I 12 36,4%
- Obesitas II 4 12,1%
Pada Tabel 1 diperoleh data frekuensi jumlah dan persentase subjek penelitian.
Subjek penelitian sebagian besar memiliki karakteristik usia 5160 tahun (45,5%),
berjenis kelamin laki-laki (100%), tidak memiliki riwayat penyakit (100%), riwayat
merokok derajat sedang (39,4%), lama merokok 20 tahun (57,6%), dan Indeks massa
tubuh obesitas I (36,4%).
8
- Tinggi (10,0 14,5%) 8 (24,2%)**
- Sangat Tinggi (15,0 30,0%) 10 (30,3%)**
Kadar Kolesterol 201,42 30,86*
- Optimal(<200mg/dl) 19 (57,6%)**
- Diinginkan(200-239 mg/dl) 9 (27,3%)**
- Tinggi (>240mg/dl) 5 (15,2%)**
Keterangan: *nilai dalam mean SD, **nilai dalam n (persentase).
Pada Tabel 3 diperoleh rerata massa lemak viseral subjek penelitian adalah 11,52
5,19 %. Rerata kadar kolesterol subjek penelitian adalah 201,42 30,86 mg/dl.
Hubungan Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh terhadap Kadar Kolesterol dan
Massa Lemak Viseral Subjek Penelitian
Tabel 4 Hubungan Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh terhadap Kadar Kolesterol
dan Massa Lemak Viseral Subjek Penelitian (n=33).
Variabel Kadar Massa
Kolesterol Lemak
Viseral
Berat Badan (Kg) r=0,268* r=0,625*
p =0,131* p =0,000*
n=33 n=33
2
IMT (Kg/m ) r=0,209* r=0,651*
p =0,244* p =0,000*
n=33 n=33
Keterangan: *uji korelasi Pearson
Tabel 4 menjelaskan secara statistik tidak adanya perbedaan signifikan antara
berat badan (p=0,131,r= 0,268) dan IMT (p=0,244,r= 0,209) terhadap kadar kolesterol.
Selain itu juga menjelaskan secara statistik adanya perbedaan signifikan antara berat
badan (p=0,001,r= 0,625), dan IMT (p=0,001,r= 0,651) terhadap massa lemak viseral.
Tabel 5 Hubungan Indeks Massa Tubuh terhadap Massa Lemak Viseral Subjek
Penelitian (n=33).
9
Beresiko 3 50,0% 3 50,0% 0 0% 6 18,2%
Obes I 3 25,0% 5 41,7% 4 33,3% 12 36,4%
Obes II 1 25,0% 0 0% 3 75,0% 4 12,1%
Total 15 45,5% 8 24,2% 10 30,3% 33 100%
Keterangan: *uji korelasi Somers d
Tabel 5 menggambarkan bahwa subjek penelitian paling banyak memiliki indeks
massa tubuh normal dengan massa lemak viseral normal, yaitu sebanyak 8 orang. Uji
korelasi Somers d menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT
terhadap massa lemak viseral dengan korelasi lemah (p=0,024; r=0,367).
PEMBAHASAN
Karakteristik subjek penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan Universitas Bengkulu
berusia 5160 tahun. Rasio lemak viseral mencapai nilai maksimal pada umur 2039
tahun di level abdominal, dan 4059 tahun di level thorakal. Pada subjek >60 tahun
rasio lemak viseral akan berkurang pada level thorakal dan abdominal pada pria ataupun
wanita. Korelasi tertinggi antara massa lemak viseral dan BMI di temukan pada pria di
semua usia dan pada wanita yang memiliki >60 tahun. Perbedaan topografi lemak
viseral pada wanita tua dapat dihubungkan dengan peningkatan aktifitas androgen, pada
kenyataannya rasio lemak viseral pada wanita post-menopouse secara signifikan lebih
rendah dibandingkan wanita pre menopouse, dan koefisien korelasi diantara umur dan
massa lemak viseral lebih tinggi pada kelompok wanit post-menopouse. Peningkatan
kelebihan berat badan pada pria disemua usia dan wanita yang memiliki umur >60
tahun memiliki kecenderungan penumpukkan lemak pada deposit viseral.6
Subjek penelitian sebagian besar memiliki riwayat merokok sedang (39,4%).
Salah satu kandungan rokok yaitu nikotin secara langsung berhubungan dengan
peningkatan resistensi insulin. Penelitian Eliasson et al. (2009) pada 57 pria perokok
dengan rentan usia 4060 tahun yang merokok lebih dari 10 batang per hari selama 10
tahun didapatkan kadar sirkulasi noradrenalin yang lebih tinggi dibandingkan orang
yang bukan perokok (p<0,0012), peningkatan kadar sirkulasi noradrenalin tersebut
menyebabkan resistensi insulin pada perokok.7 Penelitian yang dilakukan Axelson et al.
10
(2010) pada pria dengan kebiasaan merokok 10 batang per hari selama 10 tahun
(perokok ringan) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan intoleransi lipid.8
Subjek penelitian lebih banyak memiliki status gizi obesitas I (36,4%), dengan
nilai rerata berat badan 67,529,92 kg dan tinggi badan 163,644,71 cm. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuk JL et al. (2007) yang menyatakan bahwa
obesitas memiliki efek negatif terhadap penumpukan jaringan lemak viseral. Efek
negatif obesitas terhadap penumpukan jaringan lemak viseral berhubungan dengan
intoleransi glukosa dan dislipidemia.9 Berdasarkan penelitian Chiolero et al. (2008)
yang melakukan follow up selama 8 tahun di Amerika Serikat didapatkan perokok
rendah dan sedang (2040 batang per/hari) memiliki BMI 24,7 kg/m2, perokok berat
(>40 batang/hari) memiliki BMI 26,7 kg/ m2. Penelitian tersebut juga mendapatkan rata-
rata kenaikan berat badan pertahun pada perokok ringan sebanyak 4,2 kg, perokok
sedang 5,1 kg, perokok berat 5,4 kg.3
Seluruh subjek penelitian tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Subjek penelitian
juga sebagian besar tidak memilki riwayat penyakit berdasarkan wawancara (33 orang).
11
mengetahui keadaan gizi seseorang. Untuk pengukuran indeks massa tubuh, berat
badan dihubungkan dengan tinggi badan.
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter pengukuran panjang dan mereflesikan
pertumbuhan skeletal (tulang).10
12
sebanyak 45,5%, tinggi sebanyak 24,2% dan sangat tinggi 30,3%. Nilai massa lemak
viseral setiap orang dapat berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,
jenis kelamin, genetik, etnis, faktor nutrisi, gaya hidup, aktifitas fisik, hormon dan
faktor penyakit.
Lemak viseral akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia, hal ini
lebih jelas terlihat pada wanita post-menopause dibandingkan pria. Penelitian Enzi et al.
(2008) menyatakan bahwa massa lemak viseral akan bertambah seiring bertambahnya
umur, dan terlihat jelas pada pria berusia diatas 50 tahun.6 Hormon seks yaitu androgen
dan esterogen memainkan peran penting dalam akumulasi lemak regional. Androgen
anabolik akan mengganggu profil metabolik. Testosteron memiliki peran yang lebih
penting pada fungsi fisiologis tubuh daripada sebagai steroid seks di organ target.
Mekanisme yang mungkin terjadi adalah testosteron menghambat aktivitas LDL di
adiposa viseral. Selain itu testosteron juga dapat berperan antagonis terhadap kortisol
yang mana kortisol meningkat pada obesitas abdominal.13
Hubungan Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh terhadap Kadar Kolesterol dan
Massa Lemak Viseral Pada Subjek Penelitian
Berdasarkan uji korelasi Pearson tidak adanya perbedaan signifikan antara berat badan
(p=0,131,r= 0,268) dan IMT (p=0,244,r= 0,209) terhadap kadar kolesterol. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Aziz et al. (2003) yang menyatakan tidak terdapat
hubungan antara BMI dengan kolesterol total (p=0,23).14 Selain itu didapatkan adanya
perbedaan signifikan antara berat badan (p=0,001,r= 0,625), dan IMT (p=0,001,r=
0,651) terhadap massa lemak viseral. Uji korelasi Somers d menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh terhadap massa lemak viseral
dengan korelasi lemah (p=0,024; r=0,367). Pada penelitian didapatkan bahwa subjek
penelitian lebih banyak yang memiliki indeks massa tubuh normal dengan massa lemak
viseral normal (8 orang). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Pradana pada tahun 2014, yang menyatakan terdapat hubungan antara indeks
massa tubuh dengan massa lemak viseral (p=0,005).15 Data tersebut menerangkan bahwa
semakin tinggi indeks massa tubuh maka akan semakin tinggi pula massa lemak viseral.
13
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Arakaki et al., (2016) yang meneliti
tentang faktor yang berhubungan dengan lemak viseral pada populasi umum di
Okinawa Jepang, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara massa lemak
viseral dengan indeks massa tubuh.16 Penelitian Jia et al., (2003) menyatakan adanya
hubungan antara indeks massa tubuh dengan lemak viseral (p<0,0001; r=0,73).17 Indeks
massa tubuh digunakan untuk membagi status gizi dan juga melihat gambaran
komposisi tubuh. Komposisi tubuh digambarkan salah satunya sebagai komponen
massa lemak viseral yang meliputi seluruh jaringan adipose di regio abdomial.
Peningkatan indeks massa tubuh akan meningkatkan massa lemak viseral karena lemak
akan didistribusi ke seluruh tubuh. Klein., (2014) menyatakan bahwa massa lemak
viseral terbagi menjadi bagian subkutan posterior dan subkutan anterior, sedangkan
lemak intraabdominal terbagi menjadi bagian intraperitoneal (massa lemak mesenterika
dan omentum) serta lemak retroperitoneal.18
Beberapa kelebihan dari penelitian ini adalah pengukuran massa lemak viseral
secara langsung dilakukan dengan menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis
(BIA) sehingga dapat diketahui dengan segera pada subjek penelitian dan penelitian ini
dapat memberikan informasi kepada subjek penelitian akan massa lemak dan kadar
kolesterolnya sehingga karyawan dapat menjaga kesehatannya. Sedangkan kekurangan
dari penelitian ini adalah tidak melakukan wawancara mengenai asupan makanan,
aktivitas fisik, dan faktor keturunan/genetik subjek penelitian yang dapat mempengaruhi
hasil dari pemeriksaan massa lemak viseral dan kadar kolesterol. Selain itu jenis
pakaian yang dikenakan oleh subjek penelitian pada saat pengukuran massa lemak
viseral dapat mempengaruhi hasil ukur pada penelitian.
14
berjenis kelamin laki-laki saja tetapi juga dengan subyek berjenis kelamin perempuan
dan pada subjek yang tidak merokok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. 2007;
p.883-890.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementrian Kesehatan RI; 2014.
3. Chiolero, A., Faeh, D., Paccaud F., Cornuz J. Consequences of smoking for body
weight, body fat distribution, and insulin resistance. Am J Clin Nutr 2008;
87:801-809.
4. Purnamasari, R., Sirajuddin, S., Najamuddin, U. Hubungan Pengetahuan, Status
Merokok dan Gejala Stres dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Pegawai
Pemerintahan di Kantor Bupati Kabupaten Jeneponto. Universitas Hasanuddin:
Departemen Ilmu Gizi. Skripsi; 2013.
5. Sanhia, A.M., Pangemanan, D.H.C., Engka, J.N.A.Gambaran Kadar Kolesterol
Low Density Lipoprotein (LDL) Pada Masyarakat Perokok di Pesisir Pantai.
Jurnal e-Biomedik 2015; 1(3):460-465.
6. Enzi, G., Gasparo, M., Biondetti, P.R., Fiore, D., Semisa, M., Zurlo F.
Subcutaneous and Viseceral fat distribution according to sex, age, and
overweight, evaluated by computed tomography. Am J Clin Nutr 2008; 44:739-
746.
7. Eliasson, B., Attvall, S., Taskinen, M.R., Smith, U. The insulin resistance
syndrome in smokers is related to smoking habits. Arterioscler Thromb 2009;
14(12):1946-1950.
8. Axelson, M., Eliasson, B., Joheim, E., Lenner, R.A., Taskinen, M.R., Smith, U.
Lipid intolerance in smokers. J Intern Med 2010; 237(5):435-437.
9. Kuk, J.L., Janiszewski, P.M., Ross, R. Body mass index and hip and thigh
circumferences are negatively associated with visceral adipose tissue after
control for waist circumference. Am J Clin Nutr 2007; 85(6): 1540-4.
15
10. Yudesti, I., Prayitno, N. Perbedaan status gizi anak SD kelas IV dan V di SD
unggulan (06 pagi makasar) dan SD non unggulan (09 pagi pinang ranti)
kecamatan makasar jakarta timur tahun 2012. J Ilmiah Kesehatan 2013; 5(1): 3.
11. Ibrahem, A.K., Ibrahim, O.S., Hussain, S.M. Effect of Smoking Lipid Profile in
Men Ramadi Municipality. J Al-Anbar Med 2009; 7(1):60-67.
12. Hassan, E.E., Gabra, H.M., Abdalla, Z.A., Ali, A.E. Effect of cigarette smoking
on lipid profile in male at collage of police and low khartoum, sudan. J Asian
Biomed Pharm Sci 2013; 3(26):28-31.
13. Tchernof, A. dan Despres, J. Pathophysiology of Human Visceral Obesity: An
Update. Physiol Rev 2013; 93:359404.
14. Aziz, J., Siddiqui, N.A., Siddiqui, I.A., Omair, A. Relatiom of body mass index
with lipid profile and blood pressure in young healthy students at ziauddin
medical university. J Ayub Med Coll Abbottabad 2003; 15(4):57-59.
15. Pradana, A., Nugroho, K.H., Puruhita, N. Hubungan antara indeks massa tubuh
(IMT) dengan nilai lemak viseral. Jurnal Medika Muda 2014.
16. Arakaki, S., Maeshiro, T., Hokama, A., Hoshino, K., Maruwaka, S.,
Higashiarakawa, M., Parrott, G., Hirata, T., Kinjo, K., Fujita, J. Factors
associated with visceral fat accumulation in the general population in Okinawa,
Japan. World J Gastrointest Pharmacol Ther 2016; 7(2): 261-267.
17. Jia, W.P., Lu J.X., Xiang, K.S., Bao, Y.Q., Lu, H.J., Chen, L. Prediction of
abdominal visceral obesity from body mass index, waist circumference and
waist-hip ratio in chinese adults: receiver operating characteristic curves
analysis. Biomed Environ Sci 2003; 16(3): 206-211.
18. Klein, S. The Case of Visceral Fat: Argument for the Defense. J Clin Invest
2004; 113(11):1530-32.
16