Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MASSA LEMAK VISERAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL


PADA KARYAWAN PEROKOK DI UNIVERSITAS BENGKULU

Tessa Hijriani (H1A012023) dkk

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

0
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN NASKAH UNTUK
DIPUBLIKASIKAN*

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:


Judul : Hubungan Massa Lemak Viseral terhadap Kadar Kolesterol pada
Karyawan Perokok di Universitas Bengkulu

Penulis : 1. Tessa Hijriani


2. dr. Galuh Setyorini, Sp PD
3. dr. Noor Diah Erlinawati, M. Gizi

Nama dan alamat penulis untuk korespondensi:


Nama : Tessa Hijriani
Alamat : Jl. Letkol Santoso no.7 rt.1 Komp. Kehutanan Pasar Melintang Bengkulu.
Telp : 08117882402

Naskah tersebut sudah diperiksa dengan seksama oleh para pembimbing/penulis dan
telah disetujui untuk dipublikasikan melalui Jurnal Kedokteran Raflesia**
(X) penulis utama ( ) corresponding author

Yang membuat pernyataan***,


Penulis 1 : Tessa Hijriani Tanggal 8 September 2016
Penulis 2 : dr. Galuh Setyorini, Sp PD Tanggal 8 September 2016
Penulis 3 : dr. Noor Diah Erlinawati, M.Gizi Tanggal 8 September 2016

*) Lembar ini dapat diperbanyak


**) Beri tanda X pada pilihan yang tepat
***) Mohon ditandatangani oleh semua penulis. Bila salah satu penulis sulit dihubungi
atau pindah alamat, maka bisa ditandatangani oleh correspondending author.

1
HALAMAN PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MASSA LEMAK VISERAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL


PADA KARYAWAN PEROKOK DI UNIVERSITAS BENGKULU

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Tessa Hijriani (H1A012023)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji


Pada tanggal 8 September 2016

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(dr. Galuh Setyorini, Sp PD) Tanggal, 8 September 2016


NIP. 197810082007012025

Pembimbing Pendamping

(dr. Noor Diah Erlinawati, M.Gizi) Tanggal, 8 September 2016


NIP. 198507012009122006

2
HUBUNGAN MASSA LEMAK VISERAL TERHADAP KADAR KOLESTEROL
PADA KARYAWAN PEROKOK DI UNIVERSITAS BENGKULU

Tessa Hijriani1, Galuh Setyorini2, Noor Diah Erlinawati1


1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
2
Departemen Penyakit Dalam RSUD M. Yunus Bengkulu

ABSTRAK
Latar Belakang: Merokok dapat menyebabkan penumpukan massa lemak viseral yang
meningkatkan risiko sindroma metabolik. Merokok memicu peningkatan sekresi
katekolamin, kortisol dan growth hormones yang meningkatkan lipolisis dan
konsentrasi asam lemak bebas plasma sehingga terjadi peningkatan kadar kolesterol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan massa lemak viseral terhadap kadar
kolesterol pada karyawan perokok di Universitas Bengkulu.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan studi kros-
seksional. Sampel sebanyak 33 orang diambil dengan metode concecutive sampling
meliputi laki-laki perokok di Universitas Bengkulu pada bulan Februari 2016. Massa
lemak viseral dinilai dengan alat Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) dan kadar
kolesterol darah diukur dengan menggunakan darah vena. Analisis sebaran data diuji
dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Analisis hubungan antara dua variabel dengan uji
korelasi Pearson.
Hasil Penelitian: Terdapat hubungan signifikan antara massa lemak viseral terhadap
kadar kolesterol dengan korelasi positif sedang (p<0,001 , r=0,568), dengan rerata
massa lemak viseral 11,52 5,19 dan rerata kadar kolesterol 201,42 30,86.
Kesimpulan: Massa lemak viseral berhubungan terhadap kadar kolesterol pada
perokok.
Kata kunci: massa lemak viseral, kadar kolesterol, merokok, Bioelectrical Impedance
Analysis (BIA).

3
ASSOCIATION OF VISCERAL FAT MASS TOWARDS CHOLESTEROL LEVEL
ON WORKERS SMOKE AT UNIVERSITY OF BENGKULU.

ABSTRACT
Background: Smoking can be impact from accumulation of highest visceral fat mass
which increases risk of metabolic syndrome. Smoke may increase catecholamine
secretion, cortisol, and growth hormone that cause increase lipolytic and concentration
plasma free fatty acid which finally can increase cholesterol level. This research aims to
know association of visceral fat mass towards cholesterol level on workers smoke at
University of Bengkulu.
Methode: This was an observational analytic, a cross sectional study with 33 samples
were collected by concecutive sampling on male workers smoke at University of
Bengkulu on February 2016. Visceral fat mass was measured using Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA) and cholesterol level was measured using venous blood.
Descriptive data was analyzed by Kolmogrov-Smirnov. Correlation between numerical
variables were analyzed using correlation Pearson test.
Result: There is significant association between visceral fat mass and cholesterol level
with middle positive correlation (p<0,001 , r=0,568), with the mean of visceral fat mass
11,52 5,19 and the mean of cholesterol level 201,42 30,86.
Conclusion: Visceral fat mass has association with cholesterol level on smokers.
Keyword: visceral fat mass, cholesterol level, smokers, Bioelectrical Impedance
Analysis (BIA).

PENDAHULUAN
Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat yang
disebabkan oleh pemasukan jumlah makanan yang lebih besar daripada pemakaiannya
oleh tubuh sebagai energi.1 Di provinsi Bengkulu khususnya terlihat bahwa dalam
waktu 6 tahun telah terjadi peningkatan jumlah obesitas di daerah Bengkulu, yaitu
sekitar dua kali lipatnya. Pada tahun 2007 didapatkan 7,8% penduduk usia 15 tahun
keatas mengalami obesitas. Sedangkan pada tahun 2013 terdapat 12,86% penduduk
dewasa >18 tahun yang mengalami obesitas.2

4
Obesitas sentral merupakan dampak dari penumpukan pada lemak viseral yang
tinggi. Terdapat berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap lemak viseral antara
lain seperti usia, jenis kelamin, rokok, aktivitas fisik, alkohol, makan berlemak, stres,
genetik dan beberapa hormon tertentu. Chiolero et al. (2008) menyatakan bahwa berat
badan mantan perokok lebih besar daripada perokok atau bukan perokok. 3 Hal ini
disebabkan oleh efek ganda merokok yaitu merokok meningkatkan pengeluaran energi
dan menurunkan nafsu makan, dan kedua efek tersebut akan hilang pada mantan
perokok.4
Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya kadar
kolesterol dalam darah. Zat kimia yang terkandung dalam rokok dapat meningkatkan
kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam
tubuh. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sanhia et al. (2015) dengan subjek 40 laki-
laki perokok berusia 18 tahun dan perokok minimal 1 tahun, didapatkan peningkatan
kadar kolesterol LDL rata-rata pada 40 sampel adalah 132,93 mg/dl, dengan 24 sampel
(60%) berada di ambang batas dan sisanya memiliki kadar LDL dibawah ambang
batas.5
Faktor risiko terjadinya obesitas sentral semakin meningkat seiring dengan
pertambahan usia dan kebiasaan pola hidup. Karyawan Universitas Bengkulu
merupakan kelompok dengan pendapatan dan kemampuan memenuhi asupan makanan
sehari-hari diatas rata-rata yang cukup dengan aktifitas yang minim dilakukannya dan
kebiasaan merokok yang sangat kuat, sehingga berisiko sangat besar untuk mengalami
obesitas sentral. Dari studi pustaka diatas, penelitian tentang massa lemak viseral
khususnya di Bengkulu belum pernah dilakukan, maka dari itu peneliti tertarik untuk
melakukan studi pendahuluan mengenai hubungan antara massa lemak viseral terhadap
kadar kolesterol pada karyawan perokok di Universitas Bengkulu.

METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional dengan studi
kros-seksional. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan yang merokok di
Universitas Bengkulu yang berstatus aktif pada tahun 2016 dan memenuhi kriteria

5
inklusi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Sebanyak 33 orang
sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Kadar kolesterol dinilai dengan alat Autoanalyzer (Toshiba Model TBA-480S),
sedangkan massa lemak viseral diukur dengan menggunakan alat Bioelectrical
Impedance Analysis (BIA). Uji analisis pada penelitian ini menggunakan program SPSS
21 dengan taraf signifikansi atau batas kepercayaan adalah 0,05. Analisis sebaran data
diuji dengan uji Shapiro Wilk. Analisis korelasi dianalisis dengan uji korelasi Pearson
dan uji korelasi Somers d.

HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian (n=33).
Data Karakteristik Frekuensi
N %
Usia
- 3040 tahun 10 30,3%
- 4150 tahun 8 24,2%
- 5160 tahun 15 45,5%
Jenis Kelamin
- Laki-laki 33 100%
Riwayat Penyakit
- Hipertensi 0 0%
- Diabetes Melitus 0 0%
- Lainnya 0 0%
- Tidak Ada 33 100%
Riwayat Merokok
- Berat 8 24,2%
- Sedang 13 39,4%
- Ringan 12 36,4%
Lama Merokok
- 110 tahun 9 27,3%
- 1120 tahun 5 15,2%
- 20 tahun 19 57,6%
Indeks Massa Tubuh
- Normal 11 33,3%
- Berisiko 6 18,2%
- Obesitas I 12 36,4%
- Obesitas II 4 12,1%

6
Pada Tabel 1 diperoleh data frekuensi jumlah dan persentase subjek penelitian.
Subjek penelitian sebagian besar memiliki karakteristik usia 5160 tahun (45,5%),
berjenis kelamin laki-laki (100%), tidak memiliki riwayat penyakit (100%), riwayat
merokok derajat sedang (39,4%), lama merokok 20 tahun (57,6%), dan Indeks massa
tubuh obesitas I (36,4%).

Tabel 2 Rerata Usia, Jumlah Konsumsi Batang Rokok, Lama Merokok,Berat Badan,
Tinggi badan, dan IMT Subjek Penelitian (n=33)
Karakteristik Hasil Ukur
Usia (tahun) 50,00 (3260)**
Jumlah Konsumsi Rokok (Batang/tahun) 440,18 (21600)**
Lama Merokok (tahun) 23,00 (140)**
Berat Badan (Kg) 67,06 9,97*
Tinggi Badan (cm) 163,52 4,68*
2
Indeks Massa Tubuh (Kg/m ) 25,26 3,86*
Keterangan: *nilai dalam mean SD, **nilai dalam median (minmax).
Pada Tabel 2 diperoleh nilai tengah karakteristik yaang dimiliki oleh subjek
penelitian adalah usia 50 tahun, jumlah konsumsi rokok 440,18 batang/tahun, dan lama
merokok 23 tahun. Rerata berat badan adalah 67,06 9,97kg, rerata tinggi badan 163,52
4,68cm, dan rerata IMT 25,26 3,86 Kg/m2.

Rerata Massa Lemak Viseral dan Kadar Kolesterol Subjek Penelitian


Tabel 3 Rerata Massa Lemak Viseral dan Kadar Kolesterol Subjek Penelitian (n=33)
Karakteristik Hasil Ukur
Massa Lemak Viseral 11,52 5,19*
- Normal (0,5 9,5%) 15 (45,5%)**
- Tinggi (10,0 14,5%) 8 (24,2%)**
- Sangat Tinggi (15,0 30,0%) 10 (30,3%)**
Kadar Kolesterol 201,42 30,86*
- Optimal(<200mg/dl) 19 (57,6%)**
- Diinginkan(200-239 mg/dl) 9 (27,3%)**
- Tinggi (>240mg/dl) 5 (15,2%)**
Keterangan: *nilai dalam mean SD, **nilai dalam n (persentase).
Pada Tabel 3 diperoleh rerata massa lemak viseral subjek penelitian adalah 11,52
5,19 %. Rerata kadar kolesterol subjek penelitian adalah 201,42 30,86 mg/dl.

7
Hubungan Massa Lemak Viseral terhadap Kadar Kolesterol Subjek Penelitian
Tabel 5 Hubungan Massa Lemak Viseral terhadap Kadar Kolesterol Subjek
Penelitian (n=33).
Kadar Kolesterol
Massa Lemak Viseral r=0,570*
p=0,001*
n=33
Keterangan: *uji korelasi Pearson

Tabel 5 menjelaskan secara statistik adanya perbedaan signifikan antara massa


lemak viseral terhadap kadar kolesterol (p=0,001). Secara statistik juga didapatkan
bahwa kekuatan hubungan keduanya adalah positif sedang (r=0,570).

Tabel 6 Hubungan Massa Lemak Viseral terhadap Kadar Kolesterol Subjek


Penelitian (n=33).

Kadar Kolesterol
Total Nilai
Optimal Diinginkan Tinggi Nilai r
p
n % n % n % N %
Normal 0,000* 0,551*
Massa 14 93,3% 1 6,7% 0 0% 15 45,5%

Lemak Tinggi 2 25% 4 50% 2 25% 8 24,2%


Sangat
Viseral 3 30% 4 40% 3 30% 10 30,3%
Tinggi
Total 19 57,6% 9 27,3% 5 15,2% 33 100%
Keterangan: *uji korelasi Somers d
Tabel 6 menggambarkan bahwa subjek penelitian paling banyak memiliki massa
lemak viseral dengan kadar kolesterol optimal, yaitu sebanyak 14 orang (93,3%). Uji
korelasi Somers d menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara massa lemak
viseral terhadap kadar kolesterol dengan korelasi sedang (p<0,001; r=0,551).

PEMBAHASAN
Karakteristik subjek penelitian

8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan Universitas Bengkulu
berusia 5160 tahun. Rasio lemak viseral mencapai nilai maksimal pada umur 2039
tahun di level abdominal, dan 4059 tahun di level thorakal. Pada subjek >60 tahun
rasio lemak viseral akan berkurang pada level thorakal dan abdominal pada pria ataupun
wanita. Korelasi tertinggi antara massa lemak viseral dan BMI di temukan pada pria di
semua usia dan pada wanita yang memiliki >60 tahun. Perbedaan topografi lemak
viseral pada wanita tua dapat dihubungkan dengan peningkatan aktifitas androgen, pada
kenyataannya rasio lemak viseral pada wanita post-menopouse secara signifikan lebih
rendah dibandingkan wanita pre menopouse, dan koefisien korelasi diantara umur dan
massa lemak viseral lebih tinggi pada kelompok wanit post-menopouse. Peningkatan
kelebihan berat badan pada pria disemua usia dan wanita yang memiliki umur >60
tahun memiliki kecenderungan penumpukkan lemak pada deposit viseral.6
Subjek penelitian sebagian besar memiliki riwayat merokok sedang (39,4%).
Salah satu kandungan rokok yaitu nikotin secara langsung berhubungan dengan
peningkatan resistensi insulin. Penelitian Eliasson et al. (2009) pada 57 pria perokok
dengan rentan usia 4060 tahun yang merokok lebih dari 10 batang per hari selama 10
tahun didapatkan kadar sirkulasi noradrenalin yang lebih tinggi dibandingkan orang
yang bukan perokok (p<0,0012), peningkatan kadar sirkulasi noradrenalin tersebut
menyebabkan resistensi insulin pada perokok.7 Penelitian yang dilakukan Axelson et al.
(2010) pada pria dengan kebiasaan merokok 10 batang per hari selama 10 tahun
(perokok ringan) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan intoleransi lipid.8
Subjek penelitian lebih banyak memiliki status gizi obesitas I (36,4%), dengan
nilai rerata berat badan 67,529,92 kg dan tinggi badan 163,644,71 cm. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuk JL et al. (2007) yang menyatakan bahwa
obesitas memiliki efek negatif terhadap penumpukan jaringan lemak viseral. Efek
negatif obesitas terhadap penumpukan jaringan lemak viseral berhubungan dengan
intoleransi glukosa dan dislipidemia.9 Berdasarkan penelitian Chiolero et al. (2008)
yang melakukan follow up selama 8 tahun di Amerika Serikat didapatkan perokok
rendah dan sedang (2040 batang per/hari) memiliki BMI 24,7 kg/m2, perokok berat
(>40 batang/hari) memiliki BMI 26,7 kg/ m2. Penelitian tersebut juga mendapatkan rata-

9
rata kenaikan berat badan pertahun pada perokok ringan sebanyak 4,2 kg, perokok
sedang 5,1 kg, perokok berat 5,4 kg.3
Seluruh subjek penelitian tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Subjek penelitian
juga sebagian besar tidak memilki riwayat penyakit berdasarkan wawancara (33 orang).

Rerata Massa Lemak Viseral Subjek Penelitian


Rerata massa lemak viseral pada subjek penelitian yaitu 11,55 5,15 kg termasuk
dalam kategori tinggi. Subjek penelitian memiliki massa lemak viseral yang normal
sebanyak 45,5%, tinggi sebanyak 24,2% dan sangat tinggi 30,3%. Nilai massa lemak
viseral setiap orang dapat berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,
jenis kelamin, genetik, etnis, faktor nutrisi, gaya hidup, aktifitas fisik, hormon dan
faktor penyakit.
Lemak viseral akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia, hal ini
lebih jelas terlihat pada wanita post-menopause dibandingkan pria. Penelitian Enzi et al.
(2008) menyatakan bahwa massa lemak viseral akan bertambah seiring bertambahnya
umur, dan terlihat jelas pada pria berusia diatas 50 tahun.6 Hormon seks yaitu androgen
dan esterogen memainkan peran penting dalam akumulasi lemak regional. Androgen
anabolik akan mengganggu profil metabolik. Testosteron memiliki peran yang lebih
penting pada fungsi fisiologis tubuh daripada sebagai steroid seks di organ target.
Mekanisme yang mungkin terjadi adalah testosteron menghambat aktivitas LDL di
adiposa viseral. Selain itu testosteron juga dapat berperan antagonis terhadap kortisol
yang mana kortisol meningkat pada obesitas abdominal.10

Kadar Kolesterol Subjek Penelitian


Rerata kadar kolesterol pada subjek penelitian yaitu 201,42 30,86 kg termasuk dalam
kategori tinggi. Subjek penelitian memiliki kadar kolesterol yang optimal sebanyak
57,6%, kadar kolesterol yang diinginkan sebanyak 27,3%, dan kadar kolesterol tinggi
sebanyak 15,2%. Kadar kolesterol setiap orang dapat berbeda-beda, dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor makanan, faktor hormin, dan gaya hidup. Semakin sering
seseorang itu merokok maka semakin tinggi pula kadar kolesterol seseorang tersebut.
Hal ini disebabkan karena nikotin meningkatkan jumlah kolesterol. Nikotin juga

10
menstimulasi sistem simpatik adrenal sehingga menyebabkan peningkatan sekresi
katekolamin, kortisol dan growth hormone yang menyebabkan aktifasi adenil siklase di
jaringan adiposa akhirnya berdampak pada peningkatan lipopolisis dan peningkatan
konsentrasi asam lemak bebas pada plasma.11
Sejalan dengan penelitian Hassan et al. (2013) tentang efek merokok terhadap
profil lipid dengan subjek 100 bukan perokok dan 100 subjek perokok dengan
pembagian 2 kelompok yaitu merokok <15 batang rokok/hari selama <10 tahun dan
merokok >15 batang rokok/ hari selama >10 tahun, didapatkan peningkatan kadar
kolesterol pada perokok (191.2946.3) dibandingkan pada bukan perokok (133.324.5)
dengan nilai p<0,05 dan didapatkan peningkatan kadar kolesterol pada kelompok
perokok >15 batang/hari selama >10 tahun (202.1948.9) dibandingkan dengan
kelompok perokok <15 batang/hari selama <10 tahun (174.2336.7) dengan nilai
p<0,003.12

Hubungan Massa Lemak Viseral terhadap Kadar Kolesterol Pada Subjek


Penelitian
Subjek dalam penelitian ini sebagian besar memiliki massa lemak viseral yang normal
(45,5%) dan memiliki kadar kolesterol optimal (57,6%). Pada uji korelasi Pearson
diperoleh hubungan yang signifikan antara massa lemak viseral dan kadar kolesterol
(p<0,001) dengan nilai korelasi positif sedang (r= 0,570). Uji korelasi Somers d juga
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara massa lemak viseral terhadap
kadar kolesterol dengan korelasi sedang (p<0,001; r=0,551). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lupattelli G et al. (2011) yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara massa lemak viseral dan kadar kolesterol
(p<0,05). Massa lemak viseral akan melepaskan asam lemak bebas ke dalam sistem
portal, selanjutnya hal tersebut akan menyebabkan terstimulasinya sintesis kolesterol di
hati.13
Lemak viseral meningkatkan lipolisis dan asam lemak bebas ke sirkulasi portal.
Salah satu kandungan rokok yaitu nikotin menstimulasi sistem simpatik adrenal
sehingga menyebabkan peningkatan sekresi katekolamin, kortisol dan growth hormones
yang menyebabkan aktifasi adenil siklase di jaringan adiposa akhirnya berdampak pada

11
peningkatan lipopolisis dan peningkatan konsentrasi asam lemak bebas pada plasma.11
Meningkatnya asam lemak bebas pada jaringan perifer dan hati menyebabkan resistensi
insulin, sedangkan peningkatan asam lemak bebas menuju ke hati meningkatkan sekresi
dan pembentukan lipoprotein. Lemak viseral menyebabkan resistensi insulin melalui
pengeluaran mediator-mediator pro inflamasi yang akan menghambat sintesis
adiponektin seperti TNF- sehingga akan menyebabkan terjadinya penurunan
adiponektin pada plasma. Sitokin TNF- akan menurunkan kemampuan sel untuk
merespon insulin.14
Beberapa kelebihan dari penelitian ini adalah pengukuran massa lemak viseral
secara langsung dilakukan dengan menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis
(BIA) sehingga dapat diketahui dengan segera pada subjek penelitian dan penelitian ini
dapat memberikan informasi kepada subjek penelitian akan massa lemak dan kadar
kolesterolnya sehingga karyawan dapat menjaga kesehatannya. Sedangkan kekurangan
dari penelitian ini adalah tidak melakukan wawancara mengenai asupan makanan,
aktivitas fisik, dan faktor keturunan/genetik subjek penelitian yang dapat mempengaruhi
hasil dari pemeriksaan massa lemak viseral dan kadar kolesterol. Selain itu jenis
pakaian yang dikenakan oleh subjek penelitian pada saat pengukuran massa lemak
viseral dapat mempengaruhi hasil ukur pada penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN


Pada penelitian ini menunjukkan Terdapat hubungan yang signifikan antara massa
lemak viseral dan kadar kolesterol dengan korelasi positif sedang. Pada Penelitian ini
perlu dilakukan analisis asupan makanan, aktifitas fisik , dan faktor keturunan/gen
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kadar massa lemak viseral. Selain itu,
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan subjek yang tidak hanya berjenis kelamin laki-
laki saja tetapi juga dengan subyek berjenis kelamin perempuan dan pada subjek yang
tidak merokok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. 2007;
p.883-890.

12
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementrian Kesehatan RI; 2014.
3. Chiolero, A., Faeh, D., Paccaud F., Cornuz J. Consequences of smoking for body
weight, body fat distribution, and insulin resistance. Am J Clin Nutr 2008;
87:801-809.
4. Purnamasari, R., Sirajuddin, S., Najamuddin, U. Hubungan Pengetahuan, Status
Merokok dan Gejala Stres dengan Kejadian Obesitas Sentral pada Pegawai
Pemerintahan di Kantor Bupati Kabupaten Jeneponto. Universitas Hasanuddin:
Departemen Ilmu Gizi. Skripsi; 2013.
5. Sanhia, A.M., Pangemanan, D.H.C., Engka, J.N.A.Gambaran Kadar Kolesterol
Low Density Lipoprotein (LDL) Pada Masyarakat Perokok di Pesisir Pantai.
Jurnal e-Biomedik 2015; 1(3):460-465.
6. Enzi, G., Gasparo, M., Biondetti, P.R., Fiore, D., Semisa, M., Zurlo F.
Subcutaneous and Viseceral fat distribution according to sex, age, and
overweight, evaluated by computed tomography. Am J Clin Nutr 2008; 44:739-
746.
7. Eliasson, B., Attvall, S., Taskinen, M.R., Smith, U. The insulin resistance
syndrome in smokers is related to smoking habits. Arterioscler Thromb 2009;
14(12):1946-1950.
8. Axelson, M., Eliasson, B., Joheim, E., Lenner, R.A., Taskinen, M.R., Smith, U.
Lipid intolerance in smokers. J Intern Med 2010; 237(5):435-437.
9. Kuk, J.L., Janiszewski, P.M., Ross, R. Body mass index and hip and thigh
circumferences are negatively associated with visceral adipose tissue after
control for waist circumference. Am J Clin Nutr 2007; 85(6): 1540-4.
10. Tchernof, A. dan Despres, J. Pathophysiology of Human Visceral Obesity: An
Update. Physiol Rev 2013; 93:359404.
11. Ibrahem, A.K., Ibrahim, O.S., Hussain, S.M. Effect of Smoking Lipid Profile in
Men Ramadi Municipality. J Al-Anbar Med 2009; 7(1):60-67.
12. Hassan, E.E., Gabra, H.M., Abdalla, Z.A., Ali, A.E. Effect of cigarette smoking
on lipid profile in male at collage of police and low khartoum, sudan. J Asian
Biomed Pharm Sci 2013; 3(26):28-31.

13
13. Lupattelli, G., Pirro, M., Mannarino, M.R., Siepi, D., Roscini, A.R., Schillaci,
G., Mannarino, E. Visceral fat positively correlates with cholesterol synthesis in
dyslipidaemic patients. Eur J Clin Invest 2011; 42(2):164-170.
14. Matsuzawa, Y. Review: the role of fat topology in the risk of disease. Int J Obes
2008; 32: 83-92

14

Anda mungkin juga menyukai