Unud 1479 1094552982 Tesisfinal - Nandini PDF
Unud 1479 1094552982 Tesisfinal - Nandini PDF
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL,
DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP
LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I
DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Lembar Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes Ni Putu Widarini, SKM, MPH
NIP. 19691221 200812 2 001 NIP. 19791224 200501 2 001
Mengetahui
Prof. dr. DN. Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. AA Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19481010 197702 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001
Tesis Ini Telah Diuji
Pada Tanggal 9 Juni 2015
NIM : 1392161042
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian tesis yang berjudul
Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota
Denpasar dengan tepat waktu. Tesis ini disusun sebagai salat satu persyaratan
Udayana.
Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
dorongan, bimbingan dan saran dalam penulisan hasil penelitian ini. Ucapan
terima kasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada Dr. Luh Seri Ani,
SKM, M.Kes dan Ni Putu Widarini, SKM, MPH yang dengan penuh kesabaran
dan perhatian telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga
Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K) atas
tesis yaitu Prof. DR. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA (K), DR. dr. Dyah
Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan DR. dr. RA. Tuty Kuswardhani, SpPD, KGer,
MARS FINASIM, M.Kes yang telah memberikan saran dan perbaikan dalam
penyusunan tesis ini. Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada Dinas
yang telah banyak meluangkan waktu dan kesediaan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini.
kedua orang tua yaitu Papa Mardi Yuwono (Alm) dan Mama Endang Ratna
Sucini serta adik- adikku (Dita dan Ana) yang tak pernah henti memberi semangat
Penulis menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
selanjutnya.
Penulis
ABSTRAK
Kata kunci : Kualitas Hidup Lansia, Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi
Keluarga
ABSTRACT
Halaman
SAMPUL DEPAN i
SAMPUL DALAM. ii
PRASYARAT GELAR.. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. vi
UCAPAN TERIMA KASIH vii
ABSTRAK ix
ABSTRACT.... x
DAFTAR ISI. xi
DAFTAR GAMBAR.... xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian. 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus.. 5
1.4. Manfaat Penelitian. 6
1.4.1 Manfaat Teoritis 6
1.4.2 Manfaat Praktis 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA. .. 7
2.1 Kualitas Hidup Lansia. 7
2.2 Penurunan Pada Lansia... 8
2.3 Alat Ukur Kualitas Hidup Lansia.. 10
2.4 FaktorFaktor Yang Berkaitan Dengan Kualitas Hidup Lansia. 11
2.5 Hubungan Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia.. 20
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN 25
3.1 Kerangka Berpikir.. 25
3.2 Konsep Penelitian..... 27
3.3 Hipotesis Penelitian... 28
BAB IV METODE PENELITIAN........ 29
4.1 Rancangan Penelitian........ 29
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 29
4.3 Penentuan Sumber Data 30
4.4 Variabel Penelitian 31
4.5 Instrumen Penelitian 34
4.6 Prosedur Penelitian.. 34
4.7 Analisis Data 35
4.8 Etika Penelitian 36
BAB V HASIL PENELITIAN.......... 37
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........ 37
5.2 Karakteristik Responden.. 38
5.3 Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga . 40
5.4 Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Kualitas
Hidup 41
5.5 Hubungan Antara Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga,
dan Dengan Kualitas Hidup. 44
5.6 Hasil Analisis Multivariat... 45
BAB VI PEMBAHASAN.......... 48
6.1 Karakteristik Lansia.......... 49
6.2 Aktifitas Sosial dan Kualitas Hidup Lansia.. 54
6.3 Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia.. 55
6.4 Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.. 56
6.6 Keterbatasan Penelitian... 57
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN........... 59
7.1 Simpulan........... 59
7.2 Saran.. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Konsep Penelitian..... 27
DAFTAR TABEL
Halaman
SINGKATAN
Udayana
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Denpasar Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat
oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam
hal ekonomi, permasalahan sosial budaya, permasalahan dalam hal kesehatan dan
lanjut usia menurut tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun),
usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut tua (75-84 tahun), usia sangat tua (>84
5,31 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2010 menjadi hampir 4 kali
lipat yaitu sekitar 18,04 juta jiwa (BPS RI, 2010). Populasi lansia di Bali yaitu
jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas telah melebihi tujuh persen (Dinkes
Provinsi Bali, 2014). Kota Denpasar sebagai salah satu kabupaten di Bali juga
memiliki populasi lansia lebih dari tujuh persen yaitu sebesar 8,4% pada tahun
2012, Angka Harapan Hidup Indonesia pada tahun 2012 yaitu 69,87 tahun lebih
tinggi jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup tahun 2011 yang sebesar
69,65 tahun (Kemenkes RI, 2014). Pada tahun 2012, Angka Harapan Hidup
Provinsi Bali mencapai 70,84 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan Angka
Harapan Hidup tahun 2011 yang sebesar 70,78 tahun. Sementara di Kota
Denpasar, Angka Harapan Hidup tahun 2012 mencapai 73,12 tahun lebih tinggi
jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup tahun 2011 yang sebesar 73,06
Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat
dihindari dalam fase kehidupan. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan
disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia. Untuk itu diharapkan
lansia bisa memiliki kualitas hidup yang baik dan bisa hidup mandiri sehingga
jenjang. Posyandu lansia dengan kegiatan rutin berupa senam lansia merupakan
upaya tersebut ternyata belum cukup maksimal karena masih ada lansia dengan
hidup yang tinggi tentunya diikuti dengan ketersediaan atau akses terhadap
kualitas hidup lansia pun akan ikut rendah. Jumlah penduduk usia lanjut yang
mendapat pelayanan kesehatan di Kota Denpasar pada tahun 2012 yakni sebanyak
14.397 jiwa (80,59%) dari jumlah sasaran sebanyak 17.864 jiwa (Dinkes Kota
Denpasar, 2012). Pada tahun 2013, tidak mengalami peningkatan, jumlah lansia
yang mendapat pelayanan kesehatan yakni sebanyak 15.837 jiwa (80,59%) dari
Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar pada tahun 2012 yakni sebanyak 320
jiwa (23%) dari jumlah sasaran sebanyak 1369 jiwa (Puskesmas I Denpasar Utara,
2012). Pada tahun 2013, tidak mengalami peningkatan, jumlah lansia yang
mendapat pelayanan kesehatan yakni sebanyak 336 jiwa (22%) dari jumlah
Denpasar.
kerja Puskesmas I Denpasar Utara didapatkan hasil bahwa salah satu masalah
yang terjadi pada penduduk lansia adalah masalah kualitas hidup lansia. Menurut
hasil survei peneliti, sebagian besar kualitas hidup dalam kategori kurang yakni
sebesar 70%. Kualitas hidup kurang lebih banyak dijumpai pada lansia dengan
interaksi sosial yang kurang (85%), aktivitas sosial yang kurang (85%) dan
memiliki fungsi keluarga kurang (60%). Menurut Kaplan dan Saddock pada tahun
(2007) lanjut usia yang memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat
kegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, maka timbal balik dari dukungan
sosial itu sendiri juga akan baik dan sebaliknya sehingga akan mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Penelitian oleh Rantepadang pada tahun (2012) menyatakan
bahwa ada hubungan antara interaksi sosial dan lansia yang hidupnya berkualitas.
Penelitian oleh Dewianti dkk pada tahun (2013) menyebutkan bahwa fungsi
dari 10 lansia dengan kualitas hidup kurang. Pada lansia dengan kualitas hidup
kurang juga lebih banyak dijumpai dengan status kesehatan yang kurang (70%),
dengan tingkat pendidikan rendah (70%), lansia yang tidak bekerja (85%), lansia
yang tidak memiliki penghasilan (85%). Penelitian oleh Nawi dkk pada tahun
lebih tua, status pendidikan yang rendah dan status ekonomi yang rendah
memiliki hubungan dengan status kesehatan yang rendah pada lansia serta
ini ditujukan untuk mengetahui hubungan aktivitas sosial, interaksi sosial dan
Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas
seperti jenis kelamin dan pekerjaan juga berhubungan dengan kualitas hidup
lansia. Sehingga penelitian lebih lanjut tentang kualitas hidup lansia diarahkan
KAJIAN PUSTAKA
tingkatan usia lansia yakni usia pertengahan (45-59 tahun), usia lanjut (60-74
tahun), usia lanjut tua (75-84 tahun), usia sangat tua (>84 tahun) (Notoatmodjo,
2007).
hidup adalah kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik yaitu
esteem dan kepercayaan individu, hubungan sosial lansia yaitu dukungan sosial,
Kualitas hidup dipengaruhi oleh tingkat kemandirian, kondisi fisik dan psikologis,
aktifitas sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga. Pada umumnya lanjut usia
sehingga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk
penerimaan segala perubahan yang dialami, lansia harus mampu melakukan hal
tersebut. Selain itu, lingkungan yang memahami kebutuhan dan kondisi psikologis
lansia membuat lansia merasa dihargai. Tersedianya media atau sarana bagi lansia
Indonesia dengan kriteria kurang, lebih banyak dijumpai pada golongan umur
mental emosional, tinggal di rumah dengan lingkungan terpapar dan jenis kelamin
dalam otak, ginjal, otot, hati serta dan darah akan berkurang,
secara optimal.
paru paru.
testis pada lansia laki laki semakin menurun. Produksi hormon pada
lansia. Rambut pada lansia akan semakin tipis serta terjadi perubahan
pada lansia, keturunan (hereditas), serta kondisi lingkungan dimana lansia berada.
mengalami suatu perubahan dari sisi aspek psikososial. Hal ini tentunya dikaitkan
dari 26 item pertanyaan dimana 2 pertanyaan tentang kualitas hidup lansia secara
a. Kesehatan Fisik yaitu pada pertanyaan nomer 3, 4, 10, 15, 16, 17 dan 18
d. Lingkungan yaitu pada pertanyaan nomer 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24 dan 25
(WHO, 2004).
instrumen untuk mengukur kualitas hidup seseorang yaitu WHO Quality of Life -
valid dan reliable untuk mengukur kualitas hidup pada lansia. Kemampuan cross-
mendukung premis yang menyatakan instrumen ini dapat digunakan sebagai alat
untuk digunakan baik pada populasi lansia maupun populasi dengan penyakit
maupun berkembang pada populasi penderita hati dan paru-paru yang kronik
mengukur kualitas hidup dari segi kesehatan terhadap lansia dengan jumlah
responden yang kecil, mendekati distribusi normal, dan mudah untuk digunakan
yang meliputi :
penilaian sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5-10 dan mandiri
diberi nilai 15
tingkat kesadaran, tekanan darah, tanda-tanda vital atau TTV, berat badan, tinggi
badan serta postur tulang belakang pada lansia. Lansia yang sehat akan berada
Menurut WHO pada tahun (2002) adanya kifosis atau pembengkokan pada
tulang belakang lansia dapat menyebabkan pengukuran tinggi badan pada lansia
sulit untuk dilakukan. Lansia tidak dapat berdiri tegak sehingga diperlukan
pengukuran tinggi lutut untuk mengukur tinggi badan pada lansia. Rumus untuk
pengukuran tinggi badan lansia melalui pengukuran tinggi lutut adalah sebagai
berikut :
Catatan :
lanjut usia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kegemukan pada
lanjut usia. Pada lansia terjadi penurunan kegiatan sel-sel dalam tubuh, sehingga
kebutuhan akan zat-zat gizi juga ikut menurun. Asupan makanan yang tetap
darah tinggi adalah beberapa penyakit yang berkaitan dengan gizi lebih pada
lansia. Untuk itu diperlukan adanya pengaturan diet bagi lansia (Irianto, 2014)
Masalah gizi yang kurang pada lansia dapat disebabkan oleh anoreksia
lansia. Gizi kurang juga sering diakibatkan oleh penyakit infeksi kronis, penyakit
jantung kongestif, masalah sosial dan ekonomi atau sebab lain. Kehilangan berat
badan terjadi amat berlebihan sehingga asupan makanan tak dapat mengimbangi
kehilangan yang cepat itu. Keadaan kurang gizi pada lansia ini juga perlu
IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah suatu alat untuk pemantauan status gizi
orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT
IMT = [ ]
perubahan fisiologi, terjadi kesakitan atau hal hal yang bersifat patologi dan
perubahan psikososial. Depresi adalah gangguan psikologis yang kita ketahui
sering dialami lanjut usia. Interaksi faktor biologi, fisik, psikologis, serta sosial
pada lanjut usia bisa mengakibatkan depresi pada lanjut usia (Soejono dkk, 2009).
Depresi adalah suatu masa terganggunya fungsi dalam diri manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih serta gejala yang menyertainya,
sering timbul rasa putus asa, merasa tidak berdaya, serta keinginan bunuh diri
1. Kecemasan serta histeria yang merupakan suatu gejala dari depresi justru
3. Usia lanjut sering menutupi kesepian serta rasa sedih dengan justru lebih
Diagnosis awal dan terapi segera terhadap depresi pada pasien geriatri
dapat memperbaiki kualitas hidup, status fungsional, dan mencegah kematian dini.
7. Sulit konsentrasi
8. Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh diri (Soejono dkk,
2009)
paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut. Pertanyaan
digunakan untuk mendeteksi depresi pada lanjut usia dan dapat berfungsi sebaik
beberapa aspek. Fungsi kognitif diukur dengan Mini Mental State Examination
(MMSE). Hasil skornya yaitu kognitif normal (skor : 1630) dan gangguan
kognitif (skor : 0-15). Aspek yang dinilai pada MMSE adalah status orientasi,
registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa dan kemampuan menulis serta
dapat mengakibatkan para lansia sering bergantung pada orang lain untuk
merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser dkk , 2010).
Olahraga atau latihan fisik merupakan kegiatan yang dapat menghambat
senam otak (Senam Vitalisasi Otak) dapat meningkatkan potensi kerja otak
terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain fungsi penyimpanan
Aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari hari yang
dilakukan oleh lansia. Lansia yang sukses adalah lansia yang mempunyai aktivitas
aktivitas sosial yang dikemukan oleh Marthuranath pada tahun (2004) dalam
Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu
orang terdekat, menjalankan hobi serta aktif dalam aktivitas kelompok. Aktivitas
lingkungan sekitar (Napitupulu, 2010). Menurut Yuli pada tahun (2014) Teori
aktivitas atau kegiatan (activity theory) menyatakan bahwa lansia yang selalu aktif
lainnya, makhluk yang mampu berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dari proses
berpikir muncul perilaku atau tindakan sosial. Ketika seseorang bertemu dengan
orang lainnya, dimulailah suatu interaksi sosial. Seseorang dengan orang lainnya
sosial. Dari sudut subjek, ada 3 macam interaksi sosial yaitu interaksi antar
antar kelompok. Dari segi cara, ada 2 macam interaksi sosial yaitu interaksi
langsung yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi, hubungan seks dan sebagainya,
dan kemampuan fisik menyebabkan lansia secara perlahan akan menghindar dari
hubungan dengan orang lain. Hal ini akan mengakibatkan interaksi sosial
secara perlahan mulai menarik diri dari kehidupan sosialnya dengan semakin
hubungan yang kuat antara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia.
Semakin baik interaksi sosial lansia, semakin tinggi pula kualitas hidupnya.
Penelitian oleh Sanjaya dan Rusdi pada tahun (2012) menyatakan bahwa
responden yang memiliki interaksi sosial yang baik tidak akan merasa kesepian
dalam hidupnya dan hal ini tentu dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
positif pada kesejahteraan emosional lansia dan kesehatan fisik serta diprediksi
oleh kerusakan kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Estelle
dkk, 2006). Menurut (Santrock, 2003) interaksi sosial berperan penting dalam
kehidupan lansia. Hal ini dapat mentoleransi kondisi kesepian yang ada dalam
Menurut Yuli pada tahun (2014) fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling
bertukar antar anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
hubungan di dalam suatu keluarga, yakni penilaian terhadap lima fungsi pokok
keluarga, yaitu :
1) Adaptasi (Adaptation)
lain.
2) Kemitraan (Partnership)
suatu masalah.
3) Pertumbuhan (Growth)
5) Kebersamaan (Resolve)
keluarga.
2.5 Hubungan Antara Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga
Penelitian oleh Sutikno pada tahun (2007) memenukan bahwa faktor umur
bertambahnya usia. Dengan pertambahan usia maka akan ada perubahan dalam
cara hidup seperti merasa kesepian dan sadar akan kematian, hidup sendiri,
perubahan dalam hal ekonomi, penyakit kronis, kekuatan fisik semakin lemah,
menurun. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
aktivitas sosial ini merupakan hubungan sosial yang dinamis. Hasil penelitian
yang tentunya dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Dengan interaksi sosial,
lansia dapat berpikir positif dan optimis tentang kehidupan melalui keanggotaan
Menurut Nugroho pada tahun (2009) bahwa lansia juga perlu diberi
kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan orang lain sehingga dapat
Menurut Abdullah pada tahun (2006) hubungan antara satu manusia atau lebih
Lanjut usia yang memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat
kegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, maka timbal balik dari dukungan
sosial itu sendiri juga akan baik dan apabila penyesuaian diri lanjut usia itu tidak
baik dengan kurang berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar maka
dukungan sosial yang di dapatkan lanjut usia tidak baik juga. Penyesuaian diri
kehidupan lanjut usia baik kehidupan sekarang ataupun yang akan datang (Kaplan
interaksi sosial juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis lansia. Semakin baik
interaksi sosial, maka semakin baik pula kondisi psikologis lansia dan tentunya
hal ini akan mempengaruhi kualitas hidup pada lansia tersebut. Menurut (Pradono
tujuan dalam hidup. Sebuah penelitian di Cina mengenai kualitas hidup pada
lanjut usia menyatakan interaksi lansia serta ikatan dalam keluarga sangat
yang sangat penting untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada anggota
keluarga. Kualitas hidup dipengaruhi oleh status ekonomi. Kualitas hidup akan
tinggal yang layak, serta pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan yang
hidup, jika tingkat pendidikan rendah maka kualitas hidup akan buruk karena
Hasil penelitian oleh Dewianti dkk pada tahun (2013) menunjukkan bahwa
lansia (p<0,05), dengan peran sebesar 2,3 kali terhadap peningkatan kualitas
hidup lanjut usia. Sebagian besar responden berumur 60-74 tahun serta memiliki
pada kemampuan fungsional. Tingkat kemandirian pada lanjut usia akan menurun
signifikan antara tingkat kemandirian dengan kualitas hidup lanjut usia (Aziz,
2015).
Depresi dapat menjadi suatu permasalahan baik pada lanjut usia maupun
kesehatan jiwa dan kualitas hidup lansia (Carito, 2009). Hasil penelitian
antara tingkat depresi dan kualitas hidup lansia dengan p value sebesar 0,000
(Kasuma, 2015).
ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence)
pada lansia (Reuser dkk , 2010). Penurunan fungsi kognitif dapat mempengaruhi
kualitas hidup lansia, namun seringkali fungsi kognitif sering dianggap sebagai
masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada lansia (Firdaus, 2010).
masyarakat). Kualitas hidup akan semakin buruk dengan semakin tuanya umur
kegiatan yang ada di daerah lanjut usia berada, hal tersebut akan mempengaruhi
kondisi kesehatan baik dari segi fisik maupun psikologis lansia dan akan
suatu peran yang sangat besar dalam menentukan kesehatan seorang lansia yang
kemudian akan berhubungan dengan kualitas hidup lanjut usia. Bila fungsi suatu
pendidikan yang memadai, tempat tinggal yang layak, serta pelayanan dalam
juga dapat mempengaruhi kualitas hidup, jika tingkat pendidikan rendah maka
kualitas hidup akan buruk karena pengetahuan lansia tentang kualitas hidup
menjadi rendah. Dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas hidup dipengaruhi oleh aktivitas sosial, interaksi sosial serta fungsi
keluarga.
3.2 Konsep Penelitian
Konsep penelitian merupakan modifikasi teori tentang kualitas hidup dari (WHO,
2004), (Mahoney, F.L dan Barthel, 1965), (Wongpakaran N, 2013) dan (Folstein
dkk, 1975). Variabel yang tidak diteliti adalah dukungan sosial baik dari
a. Ada hubungan aktivitas sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja
b. Ada hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja
c. Ada hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja
METODE PENELITIAN
Kota Denpasar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret April 2015.
4.3.1 Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua lansia di wilayah kerja
Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar pada tahun 2015. Sampel pada
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia berusia 60-84 tahun
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia sedang dalam keadaan
keterangan :
n : besarnya sampel
: nilai z untuk tingkat kemaknaan tertentu (1,96 untuk tingkat
kemaknaan = 0,05)
: nilai z untuk power (1- ) tertentu (0,842 untuk power 80%)
P1 : proporsi efek standar P1 (dari pustaka) yaitu proporsi kualitas hidup
baik dengan fungsi keluarga baik (Dewianti dkk, 2013)
P2 : proporsi efek yang diteliti P2 (clinical judgement) proporsi kualitas
hidup baik dengan fungsi keluarga kurang (Dewianti dkk, 2013)
P : ( P1 + P2 )
Q :1P
Maka
72
sampling. Di Puskemas 1 Denpasar Utara ada 4 desa yaitu Desa Dangin Puri
Kangin, Desa Dangin Puri Kaja, Desa Dangin Puri Kauh, dan Kelurahan Tonja.
Dari masing masing desa akan dipilih satu banjar. Lansia yang terdaftar di
banjar secara consequtive akan menjadi sampel dalam penelitian. Semua lansia
4.4.1 Variabel
Pengumpulan data dimulai dari pengurusan ijin dan administrasi lainnya yang
dibutuhkan dan melakukan uji coba kuisioner pada 15 orang lansia dengan kriteria
Denpasar Utara Kota Denpasar yang tidak terpilih menjadi sampel yaitu lansia di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat Kota Denpasar. Uji coba kuisioner
pertanyaan dan mampu menjawab dengan baik. Pengumpulan data dilakukan pada
banjar banjar pada saat kegiatan senam lansia. Data dikumpulkan oleh peneliti
bersama interviewer dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner
Denpasar.
data dari hasil penelitian ini akan dideskripsikan dalam bentuk tabel. Pada
penelitian ini analisis univariat akan ditampilkan dalam bentuk besaran proporsi
dari kualitas hidup lansia berdasarkan karakteristik lansia. Selain itu, analisis
besaran proporsi pada variabel aktivitas sosial, interaksi sosial, fungsi keluarga
variabel aktivitas sosial, interaksi sosial, fungsi keluarga dengan kualitas hidup
lansia. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dengan
variabel bebas yakni aktivitas sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga dengan
variabel terikat yakni kualitas hidup lansia. Analisis yang digunakan adalah
Utara Kota Denpasar perlu memperhatikan prinsip prinsip etik yaitu anonymity
Udayana.
dalam penelitian ini, dan mendapatkan penjelasan secara detail tentang tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerahasiaannya akan dijaga dan peneliti tidak akan
dirugikan dalam hal apapun. Hak hak selama dalam penelitian seperti hak jika
4.8.3 Confidentiality
Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
Sebagian besar lansia di Bali tinggal di daerah pedesaan. Akan tetapi, jika
dilihat menurut jenis kelamin, jumlah lansia perempuan sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan yang laki-laki. Status perkawinan lansia baik yang tinggal di
daerah perkotaan maupun pedesaan polanya relatif sama. Lebih dari 65% lansia
masih berstatus kawin, kemudian proporsi besar kedua yaitu sekitar 27% berstatus
cerai mati, kemudian disusul oleh yang belum kawin (sedikit diatas 4%) dan cerai
hidup (hampir 2%). Jika status perkawinan lansia dilihat dari jenis kelamin
ternyata polanya berbeda. Lansia yang berstatus kawin lebih banyak pada laki-
laki, sedangkan untuk status yang lain terjadi keadaan sebaliknya. Perbedaan yang
menonjol terjadi pada status cerai mati, dimana selisih angkanya mencapai 25,4
persen point. Ini menunjukkan bahwa pasangan suami istri yang lebih awal
meninggal adalah yang laki-laki. Padahal secara umum dalam satu rumah tangga
yang bertindak sebagai kepala keluarga dan sekaligus juga sebagai penopang
ekonomi keluarga adalah pihak suami. Kondisi seperti ini dapat mempercepat
dengan ketinggian berkisar antara 0-75m diatas permukaan laut. Morfologi landai
dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar antara 0-5% namun dibagian
tepi kemiringannya bisa mencapai 15%. Wilayah Denpasar dibagi menjadi empat
Denpasar Utara, Puskesmas II Denpasar Utara, dan Puskesmas III Denpasar Utara
Jumlah penduduk lanjut usia di Kota Denpasar pada tahun 2013 yakni
kesehatan di Puskesmas I Denpasar Utara yakni sebanyak 336 jiwa (22%) dari
Berdasarkan Tabel 5.1, dari 144 responden diketahui bahwa sebanyak 83,33%
responden berada dalam kelompok umur 60-74 tahun dan 16,67% berada dalam
kelompok umur 75-84 tahun. Rerata umur responden 685,29. Jika dilihat dari
jenis kelamin bahwa sebanyak 76,39% responden adalah perempuan dan 23,61%
(tidak sekolah, SD, SMP), dan 16,67% berpendidikan tinggi (SMA dan S1).
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di
Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2015
Karakteristik (%)
Umur (MeanSD, n=144) 685,29
60-74 tahun 120 (83,33)
75-84 tahun 24 (16,67)
Jenis Kelamin (n=144)
Laki laki 34 (23,61)
Perempuan 110 (76,39)
Pendidikan (n=144)
Rendah 120 (83,33)
Tinggi 24 (16,67)
Pekerjaan (n=144)
Bekerja 29 (20,14)
Tidak bekerja 115 (79,86)
Penghasilan (n=29)
Rendah 19 (65,52)
Tinggi 10 (34,48)
Status Gizi (n=144)
Kurus 3 (2,08)
Normal 91 (63,19)
Gemuk 50 (34,72)
Status Pernikahan (n=144)
Janda/duda 41 (28,47)
Menikah 103 (71,53)
Status Kesehatan (n=144)
Kurang 84 (58,33)
Baik 60 (41,67)
Jika dilihat dari distribusi pekerjaan, 79,86% tidak bekerja dan 20,14%
dan 34,48% berpenghasilan tinggi. Jika dilihat dari status gizi, 2,08% dalam
keadaan kurus, 63,19% lansia dalam keadaan normal dan 34,72% dalam keadaan
gemuk. Jika dilihat dari status pernikahan, 28,47% berstatus janda/duda dan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Aktivitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga dan
Kualitas Hidup di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa jika dilihat dari distribusi aktifitas
sosial, 61,11% lansia dengan aktifitas sosial kurang di lingkungannya dan 38,89%
lansia dengan aktifitas sosial baik. Jika dilihat dari distribusi interaksi
memiliki interaksi sosial yang baik. Jika dilihat dari distribusi fungsi keluarga,
58,33% responden dengan fungsi keluarga yang kurang dan 41,67% responden
dengan fungsi keluarga yang baik. Jika dilihat dari distribusi kualitas hidup,
64,58% responden dengan kualitas hidup yang kurang dan 41,67% responden
Tabel 5.3
Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Kualitas Hidup Lanjut
Usia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2015
Kategori
Kualitas Hidup Kualitas
Karakteristik OR Nilai p
Kurang Hidup Baik
f (%) f (%)
Umur (n=144)
75-84 tahun 24 (100) 0 (0) 0,86 0,000
60-74 tahun 69 (57,50) 51 (42,50)
Jenis kelamin (n=144)
Perempuan 74 (67,27) 36 (42,50) 1,62 0,225
Laki-laki 19 (55,88) 15 (44,12)
Pendidikan (n=144)
Rendah 80 (66,67) 40 (33,33) 1,69 0,243
Tinggi 13 (54,17) 11 (45,83)
Pekerjaan (n=144)
Tidak bekerja 80 (69,57) 35 (30,43) 2,81 0,013
Bekerja 13 (44,83) 16 (55,17)
Penghasilan (n=29)
Rendah 9 (47,37) 10 (52,63) 1,35 0,705
Tinggi 4 (40,00) 6 (60,00)
Status Gizi (n=144)
Normal 58(61,70) 36(38,29) 0,96 0,460
Gemuk 35(70,00) 15(30,00)
Status Pernikahan
(n=144) 41 (100) 0 (0,00) 10,3 0,000
Janda/duda 52 (50,49) 51 (49,51)
Menikah
Status Kesehatan
Kurang 63 (75,00) 21 (25,00) 3 0,002
Baik 30 (50,00) 30 (50,00)
Berdasarkan Tabel 5.3, pada kelompok kualitas hidup kurang, 100% berada
statistik bermakna (p<0,05). Jika dilihat dari nilai OR dengan memakai nilai rerata
(karena umur tidak berdistribusi normal), maka nilai OR adalah 0,866 yang
artinya adalah setiap umur lansia meningkat satu tahun, peluang untuk kualitas
hidup baik. Ada perbedaan pada kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai OR,
kualitas hidup baik pada responden laki- laki 1,62 kali lebih besar dibandingkan
hidup baik. Ada perbedaan pada kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai OR,
kualitas hidup baik pada responden yang berpendidikan tinggi 1,69 kali lebih
berisiko (tidak bekerja), sedangkan sebesar 30,43% pada kelompok kualitas hidup
baik. Ada perbedaan pada kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai OR, kualitas
hidup baik pada responden yang bekerja 2,81 kali lebih besar dibandingkan
bermakna (p>0,05). Jika dilihat dari nilai OR, risiko kualitas hidup baik pada
berisiko (lansia dalam keadaan gemuk), sedangkan sebesar 30% pada kelompok
kualitas hidup baik. Ada perbedaan pada kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai
kualitas hidup baik. Ada perbedaan pada kedua kelompok dan secara statistik
bermakna (p<0,05). OR minimal pada populasi (OR lower level) yaitu sebesar
kualitas hidup, maka pengaruh status pernikahan di populasi yakni sebesar 10,3.
kualitas hidup baik. Ada perbedaan antara kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai
OR, kualitas hidup baik pada responden yang status kesehatannya baik yaitu 3
kali lebih besar dibandingkan responden yang status kesehatannya kurang dan
Tabel berikut menyajikan hubungan antara aktifitas sosial, interaksi sosial, fungsi
Tabel 5.4
Hubungan Antara Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial, Fungsi Keluarga dengan
Kualitas Hidup Lansia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2015
Kategori
Kualitas Hidup Kualitas Hidup
Variabel OR Nilai p
Kurang Baik
f (%) f (%)
Aktifitas Sosial
Kurang 65 (73,86) 23 (26,14) 2,83 0,004
Baik 28 (50,00) 28 (50,00)
Interaksi Sosial
Kurang 63 (82,89) 13 (17,11) 6,14 0,000
Baik 30 (44,12) 38 (55,88)
Fungsi keluarga
Kurang 68 (80,95) 16 (19,05) 5,95 0,000
Baik 25 (41,67) 35 (58,33)
26,14% pada kelompok kualitas hidup baik. Ada perbedaan antara kedua
kelompok dan secara statistik bermakna (p<0,05). Jika dilihat dari nilai OR,
kualitas hidup baik pada responden yang aktifitas sosialnya baik yaitu 2,83 kali
kualitas hidup baik. Ada perbedaan antara kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai
OR, kualitas hidup baik pada responden yang interaksi sosialnya baik 6,14 kali
lebih besar dibandingkan responden yang interaksi sosialnya kurang dan secara
kualitas hidup baik. Ada perbedaan antara kedua kelompok. Jika dilihat dari nilai
OR, kualitas hidup baik pada responden yang fungsi keluarganya baik yaitu 5,95
kali lebih besar dibandingkan responden yang fungsi keluarganya kurang dan
uji regresi logistik. Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan uji goodness of fit
test untuk mengetahui apakah data fit untuk model ini. Berdasarkan hasil output
goodness of fit test didapatkan nilai p=0,388 yang menunjukkan bahwa data fit
dengan model regresi logistik, artinya hasil prediksi dari model tidak jauh berbeda
p<0,25 akan disertakan dalam analisis multivariat. Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4
didapatkan bahwa variabel yang akan dimasukkan dalam model yaitu variabel
sosial, dan fungsi keluarga. Variabel umur dan status pernikahan tidak
Tabel 5.5
Hasil Analisis Multivariat Variabel Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Status Kesehatan Aktifitas Sosial, Interaksi Sosial, dan Fungsi Keluarga
Terhadap Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2015
95% CI
Variabel OR Nilai p
Lower Upper
Jenis Kelamin 6,42 1,79 23,0 0,004
Pendidikan 0,74 0,21 2,61 0,642
Pekerjaan 9,81 2,45 39,1 0,001
Status Kesehatan 8,65 2,57 29,02 0,000
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis multivariat
didapat faktor yang secara independen berhubungan dengan kualitas hidup pada
responden yaitu jenis kelamin, pekerjaan, aktifitas sosial, interaksi sosial, fungsi
keluarga, dan status kesehatan (p<0,05). Jika dilihat dari nilai OR, kualitas hidup
baik pada responden yang berjenis kelamin laki- laki 6,42 kali lebih besar
pada responden yang bekerja 9,81 kali lebih besar dibandingkan responden yang
tidak bekerja. Kualitas hidup baik pada responden yang status kesehatannya baik
8,65 kali lebih besar dibandingkan responden yang status kesehatannya kurang.
Kualitas hidup baik pada responden yang aktifitas sosialnya baik 3,85 kali
dibandingkan responden yang aktifitas sosialnya kurang. Kualitas hidup baik pada
responden yang interaksi sosialnya baik 5,59 kali lebih besar dibandingkan
responden yang interaksi sosialnya kurang. Kualitas hidup baik pada responden
yang fungsi keluarganya baik 21,7 kali lebih besar dibandingkan responden yang
fungsi keluarganya kurang. Aktifitas sosial, interaksi sosial, fungsi keluarga yang
0,4350, yang berarti bahwa sekitar 43,50% kemungkinan kualitas hidup baik pada
PEMBAHASAN
kesehatan pada kelompok usia lanjut melalui beberapa jenjang. Posyandu lansia
dengan kegiatan rutin berupa senam lansia merupakan suatu pelayanan di bidang
bidang kesehatan lansia tingkat dasar, dan adanya Rumah Sakit merupakan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. (Depsos RI, 2003). Namun upaya upaya
tersebut ternyata belum cukup maksimal karena masih ada lansia dengan kualitas
hidup yang masih kurang. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya pencegahan
yang lebih komprehensif terkait kualitas hidup pada lansia masih sangat
fisik yaitu aktivitas sehari hari, ketergantungan pada bantuan medis, kebutuhan
mengingat, self esteem dan kepercayaan individu, hubungan sosial lansia yaitu
psikologis, aktifitas sosial, interaksi sosial dan fungsi keluarga. Pada umumnya
lanjut usia mengalami keterbatasan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia
pertambahan usia maka akan ada perubahan dalam cara hidup seperti merasa
kesepian dan sadar akan kematian, hidup sendiri, perubahan dalam hal ekonomi,
sama bahwa umur lansia berhubungan dengan kualitas hidup (Pradono et al.,
2007). Penelitian di Kediri Jawa Timur juga menyatakan bahwa faktor umur
jenis kelamin dengan kualitas hidup lansia (p<0,05). Berdasarkan teori yang ada,
pada umumnya lansia perempuan mengalami keluhan sakit akut dan kronis yang
bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kualitas hidup lansia (Simanullang &
Zuska, 2011). Jika dilihat dari nilai OR, kualitas hidup baik pada laki-laki 6,42
tinggi, yaitu telah menyelesaikan SMA atau telah menyelesaikan S1. Berdasarkan
hasil analisis multivariat, menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan dan kualitas hidup lansia (p>0,05). Keadaan ini mengikuti pola
pendidikan dari golongan lanjut usia di Indonesia yang umumnya sekitar 71,2%
belum mengenal pendidikan formal, sehingga lansia sudah bisa menyesuaikan diri
kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, pengetahuan tentang segala hal yang
berkaitan dengan kualitas hidup lansia dapat diketahui tanpa melalui pendidikan
formal. Pendidikan formal tidak lagi menjadi faktor yang utama terkait kualitas
hidup lansia. Sebuah penelitian di Jeneponto menunjukkan hasil yang sama bahwa
bermakna antara status pekerjaan dengan kualitas hidup lansia (p<0,05). Lanjut
usia yang tidak memiliki pekerjaan cenderung mengalami rasa cemas dan
ketakutan, terutama ketergantungan dalam hal ekonomi (Nugroho, 2009). Hal ini
berkaitan pula dengan pensiunnya seorang lansia. Tujuan ideal dari masa pensiun
yaitu supaya para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya, tetapi realita yang ada
dianggap sebagai suatu masa dimana para lanjut usia kehilangan banyak hal dari
masa tersebut yakni kehilangan penghasilan, jabatan, kegiatan, serta harga diri.
keluarga anaknya yang tinggal bersamanya, karena hidup dalam keluarga yang
tidak mampu. Berkaitan dengan hal tersebut lansia yang masih menghidupi
keluarga anaknya ini karena statusnya masih menjadi kepala keluarga dalam
rumah tangga tersebut. Tanggung jawab kepala rumah tangga yang sangat besar
dari sisi psikologis maupun ekonomis, ternyata masih banyak diemban oleh
penduduk lansia yang seharusnya menikmati hari tua tanpa beban berat keluarga
signifikan antara penghasilan dan kualitas hidup (p>0,05). Jika status ekonomi
sehat serta bergizi, pendidikan yang memadai, tempat tinggal yang layak, serta
pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan yang optimal akan terganggu
(Sutikno, 2007). Hubungan yang tidak bermakna antara penghasilan dan kualitas
hidup lansia pada penelitian ini bisa disebabkan karena penghasilan lansia tidak
hanya didapat dari diri sendiri namun juga bisa didapat dari keluarga lansia
tersebut.
Faktor lain yang turut mempengaruhi kualitas hidup pada lansia adalah status
gizi yang diukur melalui Indeks Massa Tubuh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 3% lansia dalam keadaan kurus dan 50% lansia dalam keadaan gemuk dan
yang signifikan antara status gizi dengan kualitas hidup (p>0,05). Hasil penelitian
hubungan yang signifikan antara status gizi dan kualitas hidup dengan nilai
(p=0,306) (Tami, Bahar, & Najamuddin, 2014). Jika dilihat dari nilai OR, kualitas
hidup baik pada responden yang status gizinya normal sebesar 0,96 kali
dibandingkan responden yang status gizinya gemuk yang artinya adalah setiap
Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara status
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Seorang lansia yang hidup sendiri dalam hal ini
status perkawinan (cerai/tidak cerai) mempunyai kualitas hidup yang berbeda dari
seorang lansia yang keluarganya masih utuh (Suardana, 2011). Kehilangan pasangan
hidup yang terjadi pada lanjut usia umumnya lebih banyak disebabkan oleh
kematian. Kehilangan pasangan hidup karena kematian merupakan peristiwa yang
dapat menimbulkan stres bagi lanjut usia. Penyebab stres ini dikarenakan
pasangan kini harus dilakukan sendiri, misalnya membahas tentang masa depan
status kesehatan kurang dan 41,67% lansia dengan status kesehatan baik. Setelah
yang bermakna dengan kualitas hidup (p<0,05), bahkan setelah dilakukan analisis
yang signifikan antara status kesehatan dengan kualitas hidup (p<0,05). Status
kesehatan lansia dipengaruhi oleh ada tidaknya penyakit dalam tubuh lansia dan
yang tidak mempunyai keluhan terhadap penyakit, akan selalu mampu melakukan
aktivitasnya dan mampu melakukan semua kegiatan secara mandiri. Hal ini akan
Status kesehatan dalam penelitian ini yakni depresi, fungsi kognitif, tingkat
kognitif, motivasi, emosi dan perasan, tingkah laku, sampai pada menurunnya
sistem pendukung yang luas. Hal ini akan berdampak pada kesehatan jiwa dan
namun seringkali fungsi kognitif sering dianggap sebagai masalah biasa dan
merupakan hal yang wajar terjadi pada lansia (Firdaus, 2010). Penurunan fungsi
lansia dengan aktifitas sosial yang kurang. Berdasarkan hasil analisis bivariat
diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas sosial dengan
kualitas hidup lansia (p<0,05). Kualitas hidup baik pada responden yang aktifitas
sosialnya baik 2,83 kali dibandingkan responden yang aktifitas sosialnya kurang.
Yuli pada tahun (2014) Teori aktivitas atau kegiatan (activity theory) menyatakan
bahwa lansia yang selalu aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial adalah lansia
yang sukses. Lansia yang selalu aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial adalah
lansia yang sukses. Aktifitas sosial pada lansia dapat menurunkan kecemasan pada
lansia karena lansia dapat berbagi dengan sesama lansia lain melalui aktifitas yang
aktifitas sosial dalam hidupnya maka dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
sosial baik dan 52,78% lansia dengan interaksi sosial kurang. Berdasarkan hasil
interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia (p<0,05), bahkan setelah dilakukan
signifikan dengan kualitas hidup lansia (p<0,05). Kualitas hidup baik pada
responden yang interaksi sosialnya baik 5,59 kali dibandingkan responden yang
orang lain. Hal ini akan mengakibatkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto
dan T., 2005). Berkaitan dengan kualitas hidup, lanjut usia yang memiliki
penyesuaian diri yang baik seperti dapat berinteraksi sosial dengan tetangga dan
masyarakat sekitar dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di daerah lanjut usia
berada, maka timbal balik dari dukungan sosial itu sendiri juga akan baik dan
yang akan datang. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian di Tomohon
Selatan menyatakan bahwa lansia memiliki interaksi sosial yang baik dan kualitas
hidup yang tinggi (p=0,000) (Rantepadang, 2012). Oleh karena itu, dapat
bermakna antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia (p<0,05), bahkan
berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup lansia (p<0,05). Jika dilihat
dari nilai OR, kualitas hidup baik pada responden yang fungsi keluarganya baik
hubungan bermakna dengan kualitas hidup lansia (p<0,05), dengan peran sebesar
2,3 kali (95%CI: 1,02-5,45) terhadap peningkatan kualitas hidup lansia (Dewianti
keluarga) yang bahagia dan sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati sebagai tugas
atau kewajiban yang harus diperankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial
terkecil di masyarakat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang
hidup yang lebih baik daripada lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Lanjut
usia yang tinggal bersama keluarga di rumah tidak hanya mendapatkan perawatan
komunikasi yang baik, serta menerima bantuan dari anggota keluarga yang
hubungan yang ditentukan dari variabel independen dan variabel dependen lemah
untuk menentukan hubungan sebab akibat karena penelitian ini dilakukan dalam
waktu bersamaan dan tanpa adanya follow up. Pengambilan data kualitas hidup
Pengambilan data untuk aktifitas sosial dalam penelitian ini hanya pada
melakukan atau tidaknya aktifitas sosial sehingga tidak dapat mengkaji lebih
dalam bagaimana cara, frekuensi dan durasi dalam melakukan aktifitas sosial.
Pekerjaan lansia dalam penelitian ini hanya berupa bekerja atau tidaknya lansia,
namun tidak dikaji secara mendalam apa jenis pekerjaan dan apakah pekerjaan
tersebut untuk menghidupi keluarga atau mengisi waktu luang bagi lansia.
BAB VII
7.1 Simpulan
7.1.1 Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 60-74
7.1.2 Kualitas hidup kurang cenderung terjadi pada lansia yang berumur lebih
7.1.3 Aktifitas sosial berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup lansia
7.1.4 Interaksi sosial berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup lansia
7.1.6 Faktor yang berhubungan paling kuat dengan kualitas hidup lansia adalah
pengelolaan keluarga karena hal tersebut dapat meningkatkan harga diri pada
medikasi yang tepat. Pencegahan sekunder berupa deteksi dini status kesehatan
tersier dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan cacat, mencegah cacat dan
ketergantungan.
lansia secara kualitatif agar bisa menggali secara mendalam faktor yang
dan jenis kelamin sebagai faktor yang turut mempengaruhi kualitas hidup lansia
maka perlu adanya evaluasi ulang tentang pekerjaan yang dilakukan oleh lansia
apakah untuk mendukung kualitas hidup atau justru menurunkan kualitas hidup
serta evaluasi tentang kebutuhan lansia yang berbeda antara lansia laki-laki dan
perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2006. Sosiologi Untuk SMP Dan MTS VII. Jakarta: Grasindo.
BPS RI. 2010. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010: Hasil Sensus
Penduduk 2010. Jakarta: BPS.
Depsos RI. 2003. Kebijakan Dan Program Pelayanan Sosial Lansia. Jakarta:
Depsos RI.
Dewianti, Adhi, T., & Kuswardhani, T. 2013. Laporan Hasil Penelitian Fungsi
Keluarga , Dukungan Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas III Denpasar Selatan (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana
Dinkes Kota Denpasar. 2012. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2012.
Denpasar.
Dinkes Kota Denpasar. 2013. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2013.
Denpasar.
Dinkes Kota Denpasar. 2014. Profil Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun
2014. Denpasar.
Dinkes Provinsi Bali. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Denpasar.
Fitri, A. 2011. Kejadian Dan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia (Tesis).
Semarang : Universitas Diponegoro.
Folstein, M., Folstein, S., & Mchugh, P. 1975. Mini-Mental State. A Practical
Method For Grading The Cognitive State Of Patients For The Clinician.
Journal Of Psychiatric Research, 12 (3), 18998.
Hwang, Liang, Chiu, & Lin. 2003. Suitability Of The Whoqol-Bref For
Community-Dwelling Older People In Taiwan. Global Health Action.
Kaplan, & Saddock. 2007. Sinopsis Psikiatri Alih Bahasa. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Mahareza. 2008. Perbedaan Kualitas Hidup Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti
Werdha Dan Yang Tinggal Bersama Keluarga (Tesis) Surabaya: Universitas
Airlangga.
Mahoney, F.L & Barthel, D. 1965. Functional Evaluation: The Barthel Index.
Maryland State Medical Journal, 14:56-61.
Markam, S., Mayza, A., Pujiastuti, H., Erdat, M. S., Suwardhana, & Solichien, A.
2006. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo.
Nawi Ng, Hakimi M, Byass P, Wilopo S, W. S. 2010. Health And Quality Of Life
Among Older Rural People In Purworejo District Indonesia,. Glob Health
Action V3.
Pradono, J., Hapsari, D., & Sari, P. 2007. Kualitas Hidup Penduduk Indonesia
Menurut International Classification Of Functioning, Disability And Health
(Icf) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Analisis Lanjut Data
Riskesdas 2007). Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Ekologi Dan
Status Kesehatan, (3).
Reuser, Bonneux, & Willekens. 2010. The Effect Of Risk Faktors On The
Duration Of Cognitive Impairment: A Multistate Life Table Analysis Of The
U.S. Health And Retirement Survey. Netspar Discussion Paper 01/2010-036.
Rosmalina, Y., Permaesih, D., Christian, F., & Reviana, E. 2003. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Lansia Laki-Laki
Tldak Anemia. PGM 2003,26(1): 11-20, 26(1), 1120.
Salim, O. C., Sudharma, N. I., Kusumaratna, R. K., & Hidayat, A. 2007. Validitas
Dan Reliabilitas World Health Organization Quality Of Life -Bref Untuk
Mengukur Kualitas Hidup Lanjut Usia, 26(1), 2738.
Sanjaya, A., & Rusdi, I. 2012. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada
Lansia. Universitas Sumatera Utara.
Sastroasmoro, S., & Sofyan Ismael. 2011. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian
Klinis (P. 362). Jakarta: Cv. Sagung Seto.
Simanullang, P., & Zuska, F. 2011. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status
Kesehatan Lanjut Usia (Lansia) Di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam
Medan (Tesis). Universitas Sumatera Utara.
Soejono, Probosuseno, & Nk., S. 2009. Depresi Pada Pasien Usia Lanjut. Dalam:
Sudoyo Aw,Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi V (Pp.
Pp.845850). Jakarta: Interna Publ.
Soejono, Probosuseno, S. N. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid I
(P. 845). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tami, D. R., Bahar, B., & Najamuddin, U. 2014. Hubungan Pola Makan, Status
Gizi, Dan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Kecamatan
Tamalanrea (Tesis). Makassar: Unhas.
Utomo, B. 2010. Hubungan Antara Kekuatan Otot Dan Daya Tahan Otot
Anggota Gerak Bawah Dengan Kemampuan Fungsional (Tesis). Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
WHO. 2002. Keep Fit For Life: Meeting The Nutritional Needs, Pp 83: 62 69.
WHO. 2004. WHO Quality Of Life Bref. Geneva: World Health Organization.
Yuli, R. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. (T. Ari, Ed.). Jakarta:
Cv. Trans Info Media.
Yuliati, A., Baroya, N., & Ririanty, M. 2014. Perbedaan Kualitas Hidup Lansia
Yang Tinggal Di Komunitas Dengan Di Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( The
Different Of Quality Of Life Among The Elderly Who Living At Community
And Social Services ), 2(1), 8794.
Lampiran 1. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
LATAR BELAKANG
Kualitas hidup pada lansia masih menjadi suatu masalah kesehatan di
Indonesia. Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap kehidupannya di
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan
tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup dipengaruhi oleh banyak
faktor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan aktivitas sosial,
interaksi sosial dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup di Puskesmas I
Denpasar Utara.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi
keluarga dengan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar
Utara Kota Denpasar.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik penduduk lansia di wilayah kerja Puskesmas I
Denpasar Utara Kota Denpasar.
b. Mengetahui proporsi kualitas hidup lansia berdasarkan umur, status
kesehatan, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan
penghasilan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.
c. Mengetahui hubungan aktivitas sosial dengan kualitas hidup lansia wilayah
kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.
d. Mengetahui hubungan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia wilayah
kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.
e. Mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia wilayah
kerja Puskesmas I Denpasar Utara Kota Denpasar.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis
Penelitian ini bisa digunakan sebagai dokumentasi serta masukan untuk
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia. Dokumentasi
dapat dibaca serta dimanfaatkan sebagai referensi penelitian yang akan datang dan
masukan bagi peneliti berikutnya untuk memilih judul atau melanjutkan penelitian
ini.
Manfaat praktis
a. Bagi pengembangan bidang pendidikan, hasil penelitian ini sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan dan bahan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia.
b. Bagi pengembangan bidang kesehatan, hasil penelitian ini sebagai bahan untuk
meningkatkan pelayanan dalam kesehatan lansia sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup lansia.
c. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi
masyarakat tentang kualitas hidup lansia.
PROSEDUR PENELITIAN
Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini yaitu wawancara yang akan
berlangsung sekitar 20-30 menit. Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian
ini atau menolak menjawab pertanyaan yang tidak Anda sukai. Semua informasi
yang Anda berikan akan dirahasiakan. Selama wawancara, kami akan
menanyakan hal-hal tentang diri Anda yang mungkin menurut Anda bersifat
pribadi dan sensitif.
KERAHASIAAN
Kami akan melakukan segala hal untuk menjaga kerahasiaan dan
anonimitas Anda. Semua informasi yang dikumpulkan akan disimpan hanya
dengan mencantumkan kode, dimana nama Anda sama sekali tidak akan ada di
data penelitian ini. Selain itu data penelitian juga akan ditempatkan pada tempat
yang aman dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga informasi itu tidak dapat
dikaitkan dengan Anda.
FORMULIR PERSETUJUAN
Penyataan oleh Responden
Bahwa saya telah membaca lembaran informasi yang diberikan kepada saya (atau
telah dibacakan untuk saya), dan saya telah memahami tujuan penelitian ini dan
sifat pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada saya.
PENDAHULUAN :
Catatan Pewawancara
BLOK III : KARAKTERISTIK LANSIA
1 Jenis kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
tahun
3 Bagaimana status pernikahan anda? 1. Menikah
2. Tidak Menikah
3. Janda
4. Duda
4 Apa pendidikan terakhir anda? 1. Tidak sama sekali
2. TK
3. SD
4. SMP
5. SMA
6. D3
7. S1
8. S2
9. S3
Pertumbuhan
3 Apakah anda puas
bahwa keluarga
anda menerima
dan mendukung
keinginan anda
melaksanakan
kegiatan dan
ataupun arah
hidup yang baru?
Kasih Sayang
4 Apakah anda puas
dengan cara cara
keluarga anda
menyatakan rasa
kasih sayang dan
menanggapi
emosi?
Kebersamaan
5 Apakah anda puas
dengan cara
keluarga anda
membagi waktu
bersama?
BLOK VII : PERTANYAAN TENTANG KUALITAS HIDUP
Petunjuk pengisian (diisi oleh pewawancara) :
Berilah tanda ( ) sesuai dengan hasil wawancara terhadap lansia
a. Pertanyaan Kualitas Hidup secara umum : nomer 1 dan 2
4 Seberapa
sering anda
membutuhkan
bantuan medis
untuk dapat
melakukan
kegiatan sehari
hari?
5 Seberapa jauh
anda
menikmati
hidup?
7 Seberapa jauh
anda merasa
mampu
berkonsentrasi
ketika
melakukan
suatu
pekerjaan?
(misalnya
bekerja,
menjahit,
memasak, dan
lain-lain.
11 Apakah anda
dapat
menerima
penampilan
tubuh anda?
12 Apakah anda
memiliki
cukup biaya
untuk
memenuhi
kebutuhan
anda?