Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SOP (SPACE OCCUPAYING PROCCES) CEREBRI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal di
Ruang 26 HCU RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
NI KADEK AYU DEPY IRMAYANTI
150070300011039
KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
A. DEFINISI
SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah tentang
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab
yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark,
abses otak dan tumor intracranial (Long C , 1996 : 130). Tumor otak adalah sebuah lesi
terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner &
Suddarth, 2002).
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi
maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga
cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan
cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa
menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan
meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-
tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan
serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala
memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan
dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri
kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat
tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa
gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis
tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan
tumor pada manusia masih belum jelas.
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum
diketahui.

C. KLASIFIKASI
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu:
a. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat
(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
b. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel
dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
c. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
d. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
e. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
f. Tumor pembuluh darah antara lain :
1) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang
lambat laun membesar.
2) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
3) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma
serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
g. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara
lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional
dan dijumpai pada dasar tengkorak.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak
disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
a. Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu
saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat
(misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
b. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar
darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid
menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh
karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara
lain: bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus
menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada
herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat
peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik,
(pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus
menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi
hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK
seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika
diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
b. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK
diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan
dapat proyektif.
c. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada
kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor
otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema
meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin
terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
d. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini
lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
1) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang
Jacksonian.
2) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
3) Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi
yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama
tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
4) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul.
5) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada
tumor otak :
a) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
b) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
c) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
d) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
e. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes insipidus,
obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
f. Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan
kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini
juga member informasi tentang system ventrikuler.
b. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam
mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
c. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
d. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
e. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang.
f. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-tumor
pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.
g. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya
sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan karena kontra
indikasi peningkatan TIK.

G. PENATALAKSANAAN
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis
dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi, atau
kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas (Barbara L.
Bullock 2000).
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak.
Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin
peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut
kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut
kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan
sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah
menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut
dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup
sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang
ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk
meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak
adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah
operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang
umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang
mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk
meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk
mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan
tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari
tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang
cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati
dengan antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa
menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau
berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang.
Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang
kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara,
atau terapi kerja.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan
untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi
diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya
bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton,
ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan
komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah
tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi,
serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak
(brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat
mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat
menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah
mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi
diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel
tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat
dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis
dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung
beberapa menit.
4. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh
sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh
tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode
pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab
(Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas.
Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan
obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara
oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah
biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi
wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut,
melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel kankernya.

H. KOMPLIKASI
a. Ganguan Fungsi Luhur
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan
fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan
neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi
tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi /
lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist,
gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan
berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic
Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination (MMSE).
Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level
aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir,
emosional afeksi serta persepsi.
b. Ganguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini
kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah gangguan wicara karena
kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses
bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah
meningkatkan kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara
normal.
Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau
sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan.
Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi)
dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan fungsi
dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan memastikan
sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan
metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan
latihan menelan.
c. Gangguan Pola Makan
Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan
menelan makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase
oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya
asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya
makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan
nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan
dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi yang
menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini
adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan
modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak).
d. Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan
terapi yang dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi
spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot,
koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari
otak yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah
penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang. Tumor otak
yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat
menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
f. Stroke
Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area
otak, yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap
gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit
kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua
mekanisme, yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh
darah kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh
bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke
otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke
trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri otak.
stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh
darah otak, kemudian gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai
pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay
darah ke otak.
Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic
stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat
pembesaran tumor.
g. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan
karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan
listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang
dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic)
atau karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul
dapat berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social
withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah
laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes,
ganguan bipolar (manicdepression).
i. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya
hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat
aliran LCS.
j. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen
Magnum atau transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor
melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi
libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama
dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi
kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah
kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki,
meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa
mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka
menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan
darah, penghasilan
Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat
tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan
penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul
Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia,
masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor
yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan
latihan
Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan
pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian,
Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.
makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan
selera. Tanda : muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur
keluar, disfagia )
Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan
penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental,
perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan
penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek
tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap
gerakan
Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi.
Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan, keamanan,
Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari
berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi, seksualitas, gejala: masalah
pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan
(kepuasan rumah tangga, dudkungan ), fungsi peran.
( Doenges, 2000 )

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data pengkajian, masalah-masalah utama pasien mencakup
hal berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan intrakranial.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah dan tidak nafsu makan.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian,
perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup
4. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang sumber informasi

3. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan
peningkatan intrakranial
Kemungkinan disebabkan oleh : Peningkatan Intrakranial
Ditandai dengan : Nyeri dengan skala 2, merasa
kesakitan , dan gelisah, meringis.

Intervensi Rasional

1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, 1. Nyeri merupakan pengalaman


karakteristik, lokasi, lamanya, subjektif dan harus dijelaskan oleh
faktor yang memperburuk dan pasien. Identifikasi karakteristik
meredakan. nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi
coco
yang k dan untuk
mengevaluasi keefektifandari
terapi yang diberikan.
2. Observasi adanya tanda-tanda 2. Merupakan indikator/derajat nyeri
nyeri non verbal seperti
yang tidak langsung yang dialami.
ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan 3. Pengenalan segera meningkatkan
tanda vital. intervensi dini dan
dapat
3. Instruksikan pasien/keluarga
untuk melaporkan nyeri dengan mengurangi beratnya serangan
segera jika nyeri timbul. 4. Meningkatkan rasa nyaman dengan
4. Berikan kompres dingin pada
menurunkan
kepala. vasodilatasi

2. Masalah Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan kakeksia akibat pengobatan
dan pengaruh tumor, penurunan
asupan makanan dan malabsorbsi
Kemungkinan disebabkan oleh : kakeksia akibat dari pengobatan
dan pengaruh tumor, asupan
makanan dan malabsorbsi.
Ditandai dengan : Pasien mual, muntah, sukar
bernapas dan nyeri jarang berminat
pada makan.

Intervensi Rasional

1. Memberikan posisi yang 1. Agar waktu makan pasien lebih


nyaman selama makan . merasa nyaman dan tenang dan
hilangny nyer
a tekanan i atau
Hidangka
2. n makanan dalam pengaruh pengobatan
porsi kecil tapi sering dan 2. Makanan yang hangat menambah
hangat
nafsu makan
3. Kaji kebiasaan makan klien 3. Jenis makanan yang disukai akan
membantu meningkatkan nafsu
makan klien

4. Ajarkan teknik relaksasi yaitu 4. Tarik nafas dalam membantu untuk


tarik napas dalam merelaksasikan dan mengurangi
mua
l
5. Timbang berat badan bila
memungkinkan
Kolaboras
6. i dengan dokter 5. Untuk mengetahui kehilangan berat
untuk pemberian
vitamin badan
6
. Mencegah kekurangan karena
penurunan absorsi vitamin larut
dalam lemak

3. Masalah Keperawatan : Ansietas yang berhubungan dengan


kemungkinan kematian, ketidakpastian,
perubahan dalam penampilan,
perubahan gaya hidup
Kemungkinan disebabkan oleh : Takut akan kematian,
ketidakpastian
, perubahan dalam
penampilan, perubahan gaya hidup.
Ditandai dengan : gelisa, dengan perubahan suasana
hati yang mencakup deprsei, euforia,
paranoid, dan cemas berat.

Intervensi Rasional

1. Jelaskan setiap tindakan yang 1. Pasien kooperatif dalam segala


akan dilakukan kepada pasien
tindakan dan mengurangi
2. Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan kecemasan pasien
perasaan akan 2. Untuk mengurangi kecemasan
ketakutannya
3. Agar pasin mampu menguasai
3. Anjurkan latihan untuk perasaannya, dan
dapat
mengontrol beberapa keadaan
mereka. ditingkatkan saat mereka belajar
memahami penyakit
dan
pengobatannya , dan bagaimana
4. Evaluasi tingkat pemahaman
menghadapi perasaannya.
pasien / orang terdekat tentang
diagnosa medik 4. Memberikan Informasi Yang Perlu
Untuk Memilih Intervensi Yang
Tepat

4. Masalah Keperawatan : Potensial terhadap perubahan proses


keluarga yang berhubungan dengan
kemungkinan berduka dan beban yang
ditimbulkan oleh perawatan terhadap
individu sakit terminal
Kemungkinan disebabkan oleh : rasa berduka dan beban yang
ditimbulkan oleh perawatan terhadap
individu
Ditandai dengan : ketidakyakinan keluarga

Intervensi Rasional

1. Jelaskan setiap tindakan yang 1. Agar keluarga mengerti atas


akan dilakukan kepada
tindakan yang dilakukan
keluarga
2. Yakinkan kembali keluarga 2. Agar keluarga yakin dan turut
bahwa orang yang mereka mendukung dalam perawatan fisik
cintai menerima perawatan
optimal dan perhatian akan pasien.
diberikan pada perubahan
gejala pasien dan terhadap
masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long, alih bahasa R.Karnaen dkk. 2000. Perawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
Barbara L. Bullock 2000. Patofisiology. Adaptasi and alterations infeksius function. Fourth
edition. Lipincott, Philadelpia.
Brunner & Sudarth. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3. EGC. Jakarta.
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih. 2002. Diagnosa Keperawatan. ed 6.
EGC.Jakarta.
Marilyn E. Doenges, et al. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma. 2004. Patofisiologi, konsep klinik proses- proses
penyakit ed. 4. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai