Anda di halaman 1dari 26

BAB V.

PEMBENTUKAN PARAGRAF

Sasaran Belajar:

Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan


mampu:

1. menjelaskan pengertian paragraf;


2. menjelaskan tujuan pembentukan paragraf;
3. membedakan ciri-ciri paragraf yang baik;
4. membedakan jenis-jenis paragraf;
5. membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas;
6. menjelaskan syarat-syarat pembentukan paragraf.

1.Pengertian Paragraf

Pembentukan paragraf merupakan salah satu syarat utama dalam

karang-mengarang dan tulis-menulis. Kemampuan membentuk dan

menyusun pikiran dalam paragraf adalah suatu kemampuan tersendiri

karena harus dipelajari dan dilatih.

Paragraf adalah satuan bahasa yang disusun oleh beberapa

kalimat. Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih

luas daripada kalimat. Ia merupakan kumpulan beberapa kalimat, namun

kalimat itu bukan sekedar berkumpul, melainkan bertalian satu sama lain

dalam satu rangkaian yang membentuk sebuah isi pikiran. Isi pikiran

dalam paragraf tentulah lebih luas daripada kalimat. Melalui paragraf

gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan atau kalimat-kalimat

penjelas.

Perhatikan contoh berikut:

Contoh (1):
(1) Media massa merupakan salah satu sarana yang penting

untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia

dalam rangka pembangunan bangsa. (2) Akan tetapi,

kenyataan menunjukkan bahwa melalui media massa ada

kelemahan dalam pemakaian bahasa Indonesia, baik secara

tertulis maupun secara lisan, (3) Misalnya kesalahan

pemakaian ejaan, ucapan, bentuk kata, dan kalimat. (4)

Dalam hubungan tersebut, media massa telah memberi

sumbangan yang berharga dalam pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia.

Pikiran utama paragraf di atas ada pada awal paragraf, yaitu media

massa salah satu sarana membina dan mengembangkan bahasa

Indonesia dalam rangka pembangunan bangsa. Paragraf di atas terdiri

atas empat kalimat satu kalimat topik dan tiga kalimat penjelas. Kalimat

penjelas bertugas menjelaskan kalimat topik.

2. Tujuan Pembentukan Paragraf

Adapun tujuan pembentukan paragraf adalah:

1). untuk memudahkan pengertiaan dengan jalan menyekat-nyekat

antara ide pokok yang satu dengan ide pokok lainnya.

2) untuk memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar

dan formal agar memungkinkan pemberian perhatian yang lebih


lama dan terarah untuk berkonsentrasi penuh terhadap tema

alinea.

3. Ciri-ciri Paragraf

1) Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima sampai tujuh ketukan

spasi untuk jenis karangan biasa.

2) Menggunakan pikiran utama (gagasa utama) yang dinyatakan

dalam kalimat topik.

3 ) Menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan

kalimat pengembang yang berfungsi menjelaska, menguraikan,

atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.

4) Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang

dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail

kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalmat topik.

Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat

penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang spesifik dan

tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.

Paragraf mempunyai arti dan fungsi sangat penting dalam

karangan yang panjang. Pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan

gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna melalui

paragraf sehingga makna dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan

keinginan penulisnya Selain itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah


karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan enerjik. Paragraf

dapat pula menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.

4. Fungsi Paragraf

Fungsi paragraf dapat dilihat berikut ini.

1) Mengekspresikan gagasan dengan memberi bentuk suatu pikiran

dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara

logis dalam suatu kesatuan.


2) Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan

yang terdiri atas beberapa paragraf.


3) Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan

memudahkan pemahaman bagi pembacanya.


4) Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-

satuan unit pikiran yang lebih kecil.

Sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat utama dan beberapa

kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama dan

kalimat pengembang menyampaikan pikiran penjelas.

5. Jenis-jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraf terbagi dalam tiga aspek.
5.1 Berdasarkan Fungsinya dalam Karangan
Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf ini dibagi tiga

jenis:

5.1.1 Paragraf Pengantar


Paragraf pengantar atau paragraf pendahuluan berfungsi

sebagai pengantar pokok pembicaraan dalam karangan untuk sampai

kepada masalah yang dibahas. Paragraf pengantar harus mampu


menarik minat dan gairah pembaca, serta mampu menata pikiran

pembaca untuk mengetahui seluruh isi karangan.

5.1.1.1.Fungsi Paragraf pengantar:


Adapun fungsi paragraf pengantar sebagai berikut ini.
1) Mengungkap pokok persoalan yang mendasari masalah.
2) Menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang

pentingnya masalah ditulis.


3) Mengungkap ide sentral gagasan yang akan ditulis.
4) Mengungkap pendirian (pernyataan maksud) sebagai persiapan

ke arah pendirian selengkapnya sampai dengan akhir karangan.

Paragraf pengantar juga disebut paragraf topik sebab berfungsi

sebagai pengikat untuk semua paragraf dalam tulisan. Oleh karena itu,

paragraf pengantar harus disusun dengan apik dan semenarik mungkin .

5.1.2 Paragraf Penghubung


Paragraf penghubung adalah paragraf yang menghubungkan

atau menjembatangi antara paragraf pengantar dan paragraf penutup.

Semua permasalahan disampaikan pada paragraf ini. Jadi, dapat

dikatakan bahwa paragraf ini memuat pembahasan inti permasalahan.

5.1.3 Paragraf Penutup


Paragraf penutup berada pada bagian akhir paragraf. Isi

paragraf penutup berupa simpulan dari semua uraian pada bab-bab

terdahulu. Paragraf ini juga merupakan penegasan atau pernyataan

kembali masalah-masalah penting telah disebutkan dalam paragraf

pengantar.

5.2. Berdasarkan Posisi Kalimat Utama


Berdasarkan posisi kalimat utama, paragraf di bagi empat jenis:

5.2.1 Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada

pada posisi awal kalimat. Kemudian disusul oleh kalimat-kaliamt penjelas

yang menjelaskan ide pokok.

Contoh (1):

(1) Pengusaha Indonesia kini mulai madiri. (2) Mereka tidak

lagi mengharapkan perlindungan sepenuhnya dari

pemerintah. (3) Namun, dalam kaitannya pesaingan

global, mereka berharap agar pemerintah melindungi

produk pertanian dengan cara membatasi impor. (4)

Mereka juga berharap agar pemerintah menegakkan

hukum dan memberatas KKN tanpa pandang bulu.

5,2.2 Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang mengetengahkan terlebih

dahulu kalimat-kalimat penjelas kemudian kalimat topiknya atau ide

pokoknya.

Contoh (2):

(1) PT Genting Pazola pada awal tahun 2004 ini semakin sulit

pendapat konsumen. (2) Produknya mulai bekurang, karyawannya

semakin banyak yang pindah kerja, dan beberapa karyawan

mengeluh gaji yang tidak pernah naik, padahal harga barang

konsumsi terus melambung. (3) Hal ini bisa dimaklumi oleh


pimpinan perusahan dan sebagian besar karyawan. (4) Bahkan,

dokumen yang menyatakan bahwa pajak perusahaan yang belum

dibayar pun sudah sampai kepada karyawan. (5) Pemilik

perusahaan menyadari bahwa desain produk sudah mulai usang,

peralatan teknis sudah ketinggalan teknologi, dan kreativitas baru

karyawan yang mendukung kinerja bisnis sudah mengering. (6)

Direksi dan seluruh karyawan berkesimpulan sama, PT Genting

Pazola telah bangkrut.

6. Syarat Paragraf yang Baik

Paragraf yang baik harus mempunyai syarat kesatuan, kepaduan,

ketuntasan, kerututatan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.

6.1 Kesatuan Paragraf (Kesatuan Pikiran)


Paragraf yang baik hanya mempunyai satu pokok pikiran. Pokok

pikiran tersebut ditempatkan dalam kalimat utama. Adapun kalimat-kalimat

pengembang berupa pikiran-pikiran penjelas menjelaskan pikiran utama.

Tidak satupun kalimat pengembang yang tidak menjelaskan pikiran

utama. Apabila ada kalimat pengembang yang tidak menjelaskan pikiran

utama maka paragraf tersebut rusak kesatuannya.


Contoh (3):
(1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan

kreativitas baru. (2) Beberapa siswa tingkat SD sampai dengan

tingkat SMU/SMK berhasil menjuarai olimpiade fisika dan

matematika. (3) Walaupun kebutuhan ekonomi masyarakat relatif


rendah, beberapa siswa berhasil memenangkan kejuaraan dunia

dalam lomba tersebut, (4) Kreativitas baru tersebut

membanggakan.

Contoh paragraf di atas tanpa kesatuan pikiran. Kalimat (1) sampai

dengan kalimat (3) menggunakan pikiran utama yang berbeda-beda.

Masing-masing tidak membahas satu pikiran yang sama. Kalimat (4)

mempunyai hubungan dengan kalimat satu. Akibatnya, paragraf menjadi

tidak jelas struktur dan maknanya. Badingkan dengan paragraf berikut ini

Contoh (4):

(1) Kebebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan

kretivitas baru, (2) Dengan kebebasan ini, para guru dapat

leluasa mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi

siswa dan lingkungannya. (3) Kondisi kebebsan tersebut

menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh

gairah, dan siswa termotivasi untuk berkembang. (4) Siswa

belajar dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif. (5)

Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan

aberbagai eksperimen dengan menyinergika bahan ajar di

sekolah dan lingkungannya.

Contoh paragraf (4) di atas mempunyai satu kesatuan pikiran.

Pikiran utama paragraf di atas adalah kebebasan berekspresi (kalimat 1).

Kemudian kalimat 2 sampai dengan kalimat 6 adalah kalimat-kalimat


pengembang yang berisi pikiran-pikiran penjelas yang menjelaskan

pikiran utama.

6.2 Kepaduan

Kepaduan paragraf dapat dicapai dengan kalimat-kalimat yang

berhubungan secara logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam

paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan

kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan

kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi (pengulangan) kata

kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk paralel.

5.2.1 Pengulangan Kata Kunci


Kepaduan paragraf dapat pula dicapai dengan pengulangan kata

kunci. Semua kalimat yang dalam paragraf dihubungkan dengan kata

kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah disebutkan pada kalimat

sebelumnya diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan

pengulanngan itu kalimat menjadi padu, utuh, dan kompak.

Contoh (6):

(1) Budaya merupakan sumber kreativitas baru. (2) Budaya baik

yang berupa sistem ideal, sistem sosial, maupun sistem

teknologi, ketiganya dapat dijadikan sumber kretivitas baru.

(3) Budaya yang bersumber pada sistem ideal dapat

mengarahkan kreativtas konsep-konsep pemikiran filsafat,

ilmu pengetahuan, dan lain-lain. (4) Budaya bersumber

sistem sosial dapat mengendalikan perilaku sosial atau


masyarakat termasuk pemimpinnya. (5) Budaya yang

bersumber pada sistem teknologi dapat mengendalikan

krestivitas baru berdasarkan geografis bangsa, misalnya

sebagai negara pertanian harus memproduksi teknologi

pertanian, sebagai negara kelautan harus mengembangkan

teknologi kelautan, dan sebagainya. (6) Sinergi dari ketiga

sistem budaya dapat menghasilkan kretivitas yang lebih

sempurna.

5.2.2 Kata Ganti

Kepaduan dapat dicapai dengan penggunaan kata ganti,

pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada

kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat

berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti atau padanan dapat pula

menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat pula menggantikan bab.

Misalnya:

(1) Kata ganti:


Pegawai itu ia
Pegawai-pegawai itu mereka
Seorang perempuan ia
Banyak perempuan mereka
Saya da kita kami
Saya dan kamu kita
(2) Padanan:
Ekonomi Indonesia segera bangkit. Hal ini ditandai dengan

stabilnya nilai rupiah . Selai itu, hal ini juga dapat dirasakan

adanya kenaikan pendapatan nasional sebesar lima persen

setahun sejak awal 2005 sampai dengan akhir 2006. Hal ini ... .,
Dalam paragraf ini dibahas pembinaan ekonomi masyarakat kecil.

Paragraf tersebut ... .

5.2.2 Kata Transisi


Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai

yang penyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun

antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat

memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu,

menyatu, dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi

makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan

sebagai berikut:

No. Menyatakan Hubungan Kata/Frase Transisi


1. Sebab, akibat, hasil Sebab, karena, akibatnya, maka oleh
karena itu, oleh sebab itu, dampaknya,
hasilnya, jadi, dengan demikian.
2. Pertentangan Tetapi, akan tetapi, namun, berbeda
dengan itu, meskipun demikian,
sebaliknya, kebalikan daripada itu,
kecuali itu.
3. Hubungan waktu Baru-baru ini, ketika, sejak, segera,
beberapa saat kemudian, sementara
itu.
4. Hubungan perbandingan Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih daripada itu,
berbeda dengan itu
5. Hubungan tempat Berdekatan dengan itu, di sini, ke
seberang, di sepajang jalan ini.
6. Hubungan Tujuan Agar, supaya, untuk maksud tersebut,
guna
7. Hubungan pertambahan Tambahan pula, berikutnya, juga,
kemudian, selain itu, lebih lanjut, di
samping itu, lebih-lebih, dalam hal
demikian, dengan kata lain.
8. Hubungan syarat Jika, jikalau, apabila, kalau.
9. Hubungan cara Dengan cara ini, cara yag demikian,
cara ini.
10. Hubungan singkatan Singkatnya, ringkasnya, pendek kata
11. Hubungan urutan Mula-mula, pertama, kedua, akhirnya,
sesudah itu, selanjutnya.
12. Hubungan penegasan Jadi, dengan demikian, bahwa, jelaslah
bahwa
PENGEMBANGAN PARAGRAF

Sasaran Belajar:

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. menunjukkan unsur-unsur yang membangun sebuah paragraf;


2. menjelaskan cara penempatan kalimat utama dalam paragraf;
3. membedakan pengurutan kalimat utama dan kalimat penjelas

dalam kesatuan paragraf;


4. mengembangkan paragraf dengan teknik bervariasi;
5. menata tulisan dalam satu kesatuan paragraf.

1. Pendahuluan

Paragraf yang baik adalah paragraf yang dibangun beberapa

kalimat yang saling berhubungan. Kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran

utama dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa pikiran penjelas.

Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-masing tertuang dalam kalimat

utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu

kalimat utama da beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara

penempatan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang disesuaikan

dengan jalan pikiran penulisnya.

2. Cara Penempatan Pikiran Utama


2.1 Pikiran Utama pada Awal Paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang terdapat

dalam satu kalimat. Penjelasan terhadap pikiran utama tersebut

diberikan melalui kalimat-kalimat penjelas. Penempatan kalimat utama

pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran utama yang mudah

terbaca oleh pembaca dan dapat langsung mengundang perhatian


pembaca untuk mengikuti penjelasan selajutnya. Cara ini sering

diterapkan dalam penulisan karya tulis ilmiah karena mudah dilakukan

dan dapat segera mengundang perhatian pembaca. Paragraf yang

demikian mengikuti cara berpikir deduktif (dari umum ke khusus) yang

disebut pula paragraf deduktif.

Contoh (1)
(1) Kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat parah.

(2) Sumur sudah tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah

lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau.

(4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5) Banyak

sawah yang tidak digarap lagi kerena tanahnya mengeras da

pecah-pecah.

Gagasan pokok pada paragraf di atas adalah akibat kekeringan

yang parah ada pada kalimat (1). Kalimat (2) sampai dengan kalimat (5)

adalah kalimat penjelas yang masing-masing memberikan penjelasan

keadaan yang disebutkan dalam kalimat (1).

2.2. Pikiran Utama pada Akhir Paragraf

Pikiran utama pada sebuah paragraf dapat pula ditempatkan pada

akhir paragraf. Paragraf jenis ini terlebih dahulu dikemukakan kalimat

penjelas, kemudian disudahi dengan kalimat utama yang memuat pikiran

utama. Paragraf jenis ini disebut paragraf induktif (mengikuti cara berpikir

dari khusus ke umum).

Contoh (2)
(1) Ia memulai uasahanya dengan modal yang terbatas.

Pelanggannya terdiri atas pekerja kasar dan penjual eceran di

pasar yang singgah di warungnya sarapan pagi sebelum bekerja.

(2) Karena pelayanannya yang baik, ia akhirnya dapat

membesarkan tempat usahanya dan berhasil menikmati

keuntungannya yang lumayan. (3) Pengalaman itulah yang

mengajarkan kepadanya bahwa modal yang paling penting dalam

hidup adalah kemauan dan ketekunan.

Paragraf di atas mempunyai tiga kalimat. Kalimat (1) dan (2) adalah

kalimat penjelas yang memuat pikiran penjelas. Adapun kalimat utamanya

ada pada kalimat (3) yang memuat pikiran utama.

2.3 Pikiran Utama Ada pada Awal dan Akhir Paragraf.


Paragraf dengan pola ini adalah gabungan paragraf deduktif dan

paragraf induktif. Pada awal paragraf diketengahkan kalimat utamanya

disusul kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat utama kembali.

Contoh (3)

(1) Bagi manusia, bahasa merupakan alat berkomunikasi yang

sungguh penting. (2) Dengan bahasa manusia dapat

menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. (3) Dengan

bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan,

menerima dan memberikan segala pengalamannya kepada

sesamanya. (4) Jelaslah bahwa bahasa merupakan sarana

yang paling penting dalam kehidupan manusia.


Paragraf di atas berpola deduktif-induktif. Ada empat kalimat yang

membangun paragraf tersebut. Kalimat (1) kalimat utama yang memuat

pikiran utama, disusul kalimat (2) dan (3) yang merupakan kalimat

penjelas yang memuat pikiran penjelas dan kalimat (4) kembali

diketengahkan kalimat utama yang memuat pikiran utama.

2.4 Paragraf dengan Pikiran Utama Tersirat


Ada paragraf yang tidak secara tersurat mengandung pikiran utama

tertentu. Semua kalimat yang menyusun paragraf sama pentingnya dan

bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf.

Kalimat-kalimat merupakan satu kesatuan isi.


Contoh (4)
(1) Pagi hari yang cerah itu Aminah melompat-lompat menyusuri

pematang. (2) Di kanan kiranya terbentang luas tembakau yang

sudah selutut tingginya. (3) Daunnya hijau lebar-lebar, tanda

subur karena cukup pupuknya. (4) Sekali-sekali ia berhenti

melayangkan pandangannya ke dangau di ujung sawah. (5)

Sudah sejak matahari terbit suaminya menyiangi tembakau. (6)

Sekarang tentu beristirahat karena tidak seorang pun yang

tampak di sawah. (7) Dibayangkannya betapa suaminya akan

terkejut gembira karena ia datang agak pagi kali ini. Lagi pula

dalam bakul yang dijinjingnya terdapat makanan kesayangan

suaminya, sayur asam, sambel terasi, ikan bakar, dan ikan

gabus asin. (8) Ditambah lagi nasi putih yang masih panas,
ynag terasa baru ditumbuk kemarin. (9) Aminah tersenyum

bahagia.

Ada sembilan kalimat yang membangun paragraf di atas.

Kesembilan kalimat tersebut sama pentingnya yang bekerja sama

menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf tersebut. Kalimat-

kalimat tersebut merupakan satu kesatuan isi. Paragraf dengan tanpa

kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan naratif.

3. Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas


Kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas dapat disusun menjadi

paragraf yang baik dengan menggunaka urutan tertentu. Urutan paragraf

dapat disusun menurut urutan logis, urutan kronologis, dan urutan klimaks

dan antiklimaks. Urutan-urutan tersebut akan dijelaskan berikut ini.

3.1 Urutan Logis


Urutan logis adalah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-hal

umum, kemudian ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi, boleh

dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang memuat pikiran penulis diurut

secara sintetis dan analitis.

Contoh (5)

(1) Manusia adalah ciptaan Tuhan yag paling sempurna dan paling

berkuasa di bumi atau di dunia. (2) Dikatakan demikian sebab

dia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua isi alam ini

untuk keperluan hidupnya. (3) Meskipu demikian, manusia

tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, dan menyia-nyiakannya.


Paragraf di atas urutan kalimat (1), (2), dan (3) menunjukkan jalan

pikiran yang masuk akal (logis). Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah

urutannya, tentulah jalan pikirannya tidak logis lagi. Misalnya, kita ubah

susunannya menjadi (2), (1), (3) atau (2), (3), (1), paragraf tersebut tidak

logis lagi.

3.2 Urutan Kronologis


Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu, peristiwa

yang digambarkan dalam paragraf diurut menurut tingkat

perkembangannya dari waktu ke waktu, urutan tersebut dapat dipakai

dalam tulisan naratif.

Contoh (6)
(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan

dimulai. (2) Bendera merah putih dikibarkan diiringi lagu

kebangsaan Indonesia Raya. (3) Kemudian mengheningkan

cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur.

(4) Dua orang mahasiswa tampil untuk membacakan teks

proklamasi dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (5)

Sesudah itu, rektor memberikan pidato sambutan tentang

Proklamasi Kmerdekaan Repyblik Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945. (6) kira-kira pukul 10.00 upacara diakhiri

dengan pembacaan doa.

3.3 Urutan Klimaks dan Antiklimaks


Urutan klimaks adalah urutan yang dimulai dengan pernyataan

biasa, kemudian lambat laun meningkat menjadi makin penting, sampai


pada paling penting, paling menonjol. Kalimat terakhir merupakan kalimat

paling penting dan menjadi klimaks dari serangkaian pernyataan

sebelumnya (lihat contoh 7a). Sebaliknya, bisa juga dilakukan dengan

memulai dengan hal-hal yang paling penting dan menonjol, kemudian

menyusul pernyataan-pernyataan yang kadar kepentingannya kurang dan

di akhiri pernyataan yang biasa. Urutan seperti ini disebut urutan

antiklimaks (lihat contoh 7b).

Contoh (7a):
(1)Pancasila telah beberapa kali dironrong. (2) beberapa

kali falsafah negara RI hendak diubah dan preteli. (3) setiap

usaha hendak mengubah dan mempreteli Pancasila ternyata

gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah dipersiapkan dengan

matang dan teliti, semuanya tetap dihancurkan. (5) Memang,

Pancasila benar-benar sakti.

Contoh (7b):
(1) Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya

uang yang dimiliki oleh seseorang. (2) uang memang penting,

tetapi kebahagiaan seseorang tida bergantung pada uang yang

dimilikinya. (3) Jika kebahagiaan itu bergantung pada uang

semata-mata, pastilah hanya orang-orang kaya saja yang dapat

menikmati kebahagiaan. (4) Kenyataannya, tidak demikian. (5)

Banyak orang yang kaya harta, tetapi tidak bahagia. (6)

sebaliknya, banyak orang yang miskin harta, tetapi bahagia

hidupnya.
Contoh paragraf (7b) di atas memperlihatkan urutan antiklimaks.

Paragraf tersebut dimulai hal-hal paling penting dan menonjol. Kalimat

berikutnya memuat kadar isinya makin menurun dan diakhiri dengan

pernyataan biasa. Sebaliknya contoh (7a), paragraf ini dimulai dari hal-hal

yang biasa, kemudian meningkat pada hal yang penting da menonjol dan

diakhiri dengan penyataan yang kadar isinya semakin penting dan

menonjol. Urutan seperti ini disebut urutan klimaks

4. Pengembangan Paragraf
Setiap paragraf mempunyai satu pikiran utama dan beberapa

pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas akan menjadi jelas

apabila ada perincian yang cermat dan logis. Dalam pengembangannya,

pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama, sedangkan pikiran

penjelas dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas sebagai rincian

kalimat penjelas.
Ada beberapa teknik pengembangan paragraf antara lain:
1) dengan teknik dari hal-hal khusus ke umum dan dari umum ke

hal-hal khusus,
2) dengan teknik klasifikasi,
3) dengan teknik alasan-alasan,
4) dengan teknik perbandingan,
5) dengan teknik contoh-contoh,
6) dengan teknik definisi luas, dan
7) dengan teknik campuran.

4.1 Pengembagan Paragraf dengan Teknik Hal-hal yang Khusus


Pengembangan paragraf dengan teknik adalah pengembangan

yang dimulai dari hal-hal khusus ke umum atau sebaliknya dari umum

ke hal-hal khusus. Teknik ini paling banyak digunakan dalam tulisan.


Contoh (8a)
(1) Salah kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa

nasional. (2) Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. (3)

Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa

Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi

lngua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita

(4) Hal ini ditunjang oleh faktor tidak terjadinya persaingan

bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu

dengan lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa

daerah.

Sebaliknya, penulis dapat memulai dengan hal-hal yag khusus

kemudian ke hal umum.

Contoh (8b):

(1) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-

menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan

kenegaraan hanya ditulis dalam bahasa Indonesia. (2) Pidato-

pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan dalam

bahasa Indonesia. (3) hanya dalam keadaan tertentu, demi

kepentingan komunikasi antarbangsa kadang-kadang pidato resmi

ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa

Inggris. (4) Demikian pula bahasa Indonesia dipakai oleh

masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan


atau alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan

masyarakat.

4.2 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Klasifikasi


Pengembangan paragraf dengan teknik klasifikasi dimaksudkan

sebagai upaya mencari kelompok besar dari kelompok kecil yang

mencakupi objek yang dibicarakan dalam kelas utama. Penulis harus

mempunyai klasifikasi yang tepat untuk dapat mengembangkan suatu

paragraf. Melalui klasifikasi yang dilakukan penulis, pembaca lebih mudah

memahami tulisan yang disajikan.

Contoh (9) :

(1) Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang

tersedia di pasar kerja Indonesia dapat dibagi tiga kelompok. (2)

Ketiga kelompok itu adalah mereka yang mereka yang

berpendidikan dasar (SD dan SMP), yang berpendidikan

menengah, dan yang berpendidikan tinggi. (3) Kelompok yang

berpedidikan dasar lebih banyak daripada kelompok yang

berpendidikan tinggi.

4.3 Pengembagan Paragraf dengan teknik Alasan-alasan


Pengembagan paragraf dengan menggunakan teknik ini,

awalnya menyajikan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu,

kemudian disusul rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini sebab

merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-

pikiran penjelas.

Contoh (10)
(1) Keluarga berencana berusaha menjamin

kebahagiaan hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu merana hidupnya

karena seriap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak perlu terlalu

pusing memikirkan usaha untuk mencakupi kebutuhan

keluarganya. (4) Anak pun tidak terlantar hidupnya.

4.4 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Perbandingan


Pengembangan paragraf dengan teknik perbandingan,

penulis memaparkan persamaan dan perbedaan dua objek

gagasan atau lebih.


Contoh (11)
(1) Peranan pendidikan keterampilan pada sekolah umum dan

peranan pendidikan keterampilan pada sekolah kejuruan itu

berbeda. (2) Pada sekolah kejuruan pendidikan keterampian

dimaksudkan untuk memperoleh keterampilan guna

menunjang praktik kejuruan dengan mantap. (3) Pada sekolah

umum pendidikan ketermpilan diberikan sebagai penguat

pendidikan akademis. (4) Baik sekolah umum maupun

sekolah kejuruan dapat dikakatan bahwa pendidikan

keterampilan berfungsi membina kecerdasan siswa.

4.5 Pengembangan dengan Teknik Contoh-contoh


Teknik contoh-contoh merupakan pengembangan paragraf dengan

terlebih dahulu dikemukakan suatu pernyataan, disebutkan rincian-

rinciannya yang disertai contoh-contoh kongkret. Contoh-contoh yang

dikemukakan untuk lebih menjelaskan rincian-rincian yang selanjutnya

lebih memperjelas pikiran utama.


Contoh (12):
(1) Budaya sebagai sumber kreativitas. (2) orang yang

cerdas akan mampu mengolah kekayaan budaya Indonesia yang

luar biasa besar. (3) Produk makanan, misalnya dari Sabang

sampai Merauke ratusan ribu jenis. Pilih satu produk makanan

yang potensial untuk dibiniskan. (4) Jika diolah secara kreatif,

modern, dikemas yang sempurna, jelaskan kandungan gizinya

dalam berbagai bahasa di dunia, sesuaikan selera (rasa) menurut

negara tujuan, produk makanan tersebut dapat dipastikan

membanjiri pasar dunia. (5) Selain itu, kita memiliki budaya berupa

cerita tradisonal. (6) Setiap daerah memiliki cerita yang unik. (7)

Cerita ini dapat dijadikan sumber kreativitas film, cerita

petualangan, cerita yang bernilai edukatif, dan sebagainya. (8)

Cerita ini dapat dikemas menjadi cerita kartun modern. (9) Jika

dikemas sesuai dengan selera masyarakat dunia dalam CD,

produk ini pasti dapat mendatangkan manfaat yang besar. Selain

bernilai komersil, produk ini dapat berfungsi sebagai pengenalan

budaya bangsa.

4.6. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Definisi Luas

Teknik pengembangan paragraf dengan definisi luas ini dipakai

untuk mengembangkan pikiran utama. Semua penjelasan atau uraian

menuju pada perumusan definisi itu.

Contoh (13)
(1) Apakah yang disebut kamus? (2) Kamus adalah rekaman kata-

kata yag membangun suatu bahasa. (3) Kamus selalu berubah

seiring dengan perubahan bahasa, karena kamus tidak

mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi kamus harus

mengikutinya. (4) Kamus dapat bertindak sebagai wasit seperti

dalam pertandingan sepak bola. (5) Kamus akan mengatakan

secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. (6) Dari

kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-

kata.

4.6 Pengembangan Paragraf dengan Teknik Campuran


Pada teknik pengembangan paragraf ini rincian-rincian terhadap

kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih teknik

pengembangan paragraf. Misalnya, teknik pengembangan paragraf dari

hal-hal khusus digabungkan dengan teknik dengan contoh-contoh.

Contoh (14)
(1) Bahasa tutur adalah bahasa yag dipakai dalam

pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. (2) Umumnya,

bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3) kata-kata yang

digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) lagi pula bahasa tutur hanya

menggunakan kata-kata yag lazim dipakai sehari-hari. (5) sudah

barang tentu sering digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang

memang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya: bilang,

pelan, biki, enggak, dsb. (6) Lafalnya pun sering menyimpan dari

lafal umum, misalnya: dapet (dapat), malem (malam), ampat


(empat), dsb. (7) Bahkan sering juga digunakan urutan kata yang

menyimpang dari bahasa umum, misalnya: ini hari, itu orang, dsb.

Paragraf di atas terdiri atas tujuh kalimat. Teknik pengembangan

paragraf di atas adalah campuran dengan menggabungkan teknik umum-

khusus dan contoh-contoh. Teknik umum-khusus dapat dilihat pada

rangkaian kalimat (1), (2), (3), dan (4). Adapun kalimat (5), (6), dan (7).

Menggunakan teknik pengembangan paragraf dengan contoh-contoh.

Anda mungkin juga menyukai