Anda di halaman 1dari 18

MUTAZILAH

Dosen Pengampu : Moh Anas Kholis, S.HI., M.HI.

Disusun Oleh :

Nama : Annisa Dinar Farazizah

NIM : 16650065

Kelas :D

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1Latar Belakang Kemunculan Mutazilah 2


2.2Doktrin-doktrin Pokok Mutazilah 5
2.3Perkembangan Mutazilah 10

BAB III PENUTUP 15

3.1Kesimpulan 15
3.2Saran 15

DAFTAR RESENSI 16

LAMPIRAN

1|Mutazilah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasca meninggalnya Rasulullah SAW terjadilah vacum of messeger.
Tidak ada perekat yang bisa menggantikan figuritas nabi Muhammad SAW.
Disinilah muncul varian pemahaman-pemahaman tentang Tuhan. Munculnya
varian tersebut disebabkan karena adanya faktor politik dalam pemilihan
khalifah setelah Rasulullah wafat. Disinilah muncul berbagai aliran-aliran
Islam salah satunya adalah aliran Mutazilah. Aliran Mutazilah berpendapat
bahwa setiap gerakan itu diluar otoritas Tuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang kemunculan Mutazilah?
2. Apa saja doktrin-doktrin pokok Mutazilah?
3. Bagaimana perkembangan Mutazilah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan Mutazilah.
2. Untuk mengetahui doktrin-doktrin Mutzilah.
3. Untuk mengetahui perkembangan Mutazilah.

BAB II

PEMBAHASAN

1|Mutazilah
2.1 Latar Belakang Kemunculan Mutazilah
Menurut buku Teologi Islam Kaum Mutazilah adalah golongan yang
membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat
filosofis daripada persoalan-persoaln yang dibawa kaum Khawarij dan
Murjiah. Dalam pembahasan, mereka banyak memakai akal sehingga
mereka mendapat nama kaum rasionalis Islam.1 Pada saat itu Wasil Ibn
Atha serta temannya Amr Ibn Ubaid selalu mengikuti pelajaran-pelajaran
yang diberikan Hasan al-Basri di Masjid Basrah. Pada suatu hari datang
seorang bertanya mengenai pendapatnya tentang orang yang berdosa besar.
Sebagaimana kaum Khawarij memandang mereka kafir sedang kaum
Murjiah memandang mereka mukmin. Ketika Hasan al-Basri berfikir Wasil
mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan mengatakan: Saya berpendapat
bahwa orang yang berdosa besar bukanlah mumin dan bukan pula kafir,
tetapi mengambl posisi diantara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir.
Kemudian ia berdiri dan menjauhkan diri dari Hasan al-Basri pergi ke tempat
lain di masjid, disana ia mengulangi pendapatnya kembali. Atas peristiwa itu
Hasan al-Basri mengatakan : Wasil menjauhkan diri dari kita (Itazala
anna). Dengan demikian ia serta teman-temannya, kata al-Syahrastani,
disebut kaum Mutazilah.2

Menurut buku Iitiqad Ahlussunnah Wal-jamaah Mutazilah berasal


dari kata Itizal, artinya menyisihkan diri. Kaum Mutazilah berarti kaum
yang menyisihkan diri. Latar belakang kaum ini disebut Mutazilah, yaitu,
Ada seorang guru besar di Bagdad, namanya Syeikh Hasan Bashri
(meninggal tahun 110H). Diantara muridnya ada seorang yang bernama
Washil bin Atha (meninggal 131H). Pada suatu hari Imam Hasan Bashri
menerangkan bahwa orang Islam yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya
tetapi ia kebetulan mengerjakan dosa besar, maka orang itu tetap muslim
tetapi Muslim yang durhaka. Di akhirat nanti, jika ia wafat sebelum taubat
dari dosanya, ia dimasukkan ke dalam neraka sementara waktu, untuk

1 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 40

2 al-Milal, 148

2|Mutazilah
menerima hukuman atas perbuatan dosanya, tetapi sesudah menjalankan
hukuman ia dikeluarkan dari dalam neraka dan dimasukkan ke dalam surga
sebagai seseorang Mumin dan Muslim. Washil bin Atha tidak sesuai
dengan pendapat gurunya itu, lantas ia membentak, lalu keluar dari majelis
gurunya dan kemudian mengadakan majelis lain di suatu pojok dari Masjid
Basrah itu. Oleh karena ini maka Washil bin Atha dinamai kaum Mutazilah
karena ia mengasingkan diri dari gurunya. Dalam mengasingkan diri ini maka
Washil bin Atha diikuti oleh seorang kawannya namanya Umar bin Ubeid
(meninggal 145H). Sejarah tidak mencatat tanggal, hari dan bulan lahirnya
Mutazilah, tetapi kalau umpamanya usia Washil ketika itu 40 tahun, yaitu
usia seseorang yang sudah bertanggung jawab, maka gerakan ini dimulai
tahun 120H, karena lahirnya Washil bin Atha pada tahun 80H. Jadi dapat
disimpulkan bahwa permulaan munculnya faham Mutazilah pada permulaan
abad ke -2 H , dengan guru besarnya Washl bin Atha dan Umar bin Ubeid.
Kekuasaan ketika itu berada di Khalifah Hisyam bin Abdul Muluk dari Bani
Umaiyah, yaitu dari tahun 100H. Sampai tahun 125H.3

Menurut al-Baghdadi, Wasil dan temannya Amr Ibn Ubaid diusir


oleh Hasan al-Basri dari majlisnya karena adanya pertikaian antara mereka
mengenai persoalan qadar dan orang yang berdosa besar. Keduanya
menjauhkan diri dari hasan al-Basri dan mereka serta pengikut-pengikutnya
disebut kaum Mutazilah karena mereka menjauhkan diri dari paham umat
Islam tentang orang yang berdosa besar. Menurut mereka orang serupa ini
tidak mukmin dan tidak pula kafir. Demikain keterangan al-bagdadi tentang
pemberian nama Mutzilah pada golongan ini.4
Mereka disebut Mutazilah karena mengasingkan diri dari masyarakat.
Orang-orang Mutazilah ini pada mulanya adalah orang-orang Syiah yang
patah hati akibat menyerahnya khalifah Hasan bin Ali bin Abi Thalib
kepada Khalifah Muawiyah dari Bani Umaiyah. Mereka menyisihkan diri

3 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 174.

4 al-Farq, 20 dan 21.

3|Mutazilah
dari siasah (politik) dan hanya mengadakan kegiatan pada bidang ilmu
pengetahuan. 5

Versi lain yang diberikan oleh Tasy Kubra Zadah, menyebut bahwa
Qatadah Ibn Daamah pada suatu hari masuk ke Masjid Basrah dan menuju
ke majelis Amr ibn Ubaid yang disangkanya adalah majelis Hasan al-Basri.
Setelah mengetahui bahwa itu bukan majelis Hasan al-Basri ia berdiri dan
meninggalkan tempat itu, sambil berkata: Ini kaum Mutazilah.6

Penulis lain ada yang berpendapat Mutazilah adalah kaum yang


mengasingkan diri dari keduniaan. Mereka memamaki pakaian yang jelek-
jelek, memakai kain yang kasar-kasar, tidak mewah dan sampai meminta-
minta dalam hidupnya (Darawisy). Keterangan inipun sangat lemah, karena
dalam kenyataannnya, banyak kaum Mutazilah yang gagah-gagah, rumahnya
mewah-mewah, sesuai dengan kedudukan mereka di samping khalifah-
khalifah.7

Wasil Ibn Atha dan Amr Ibn Ubaid disebut kaum Mutazilah karena
mereka berpendapat bahwa orang orang yang berdosa besar bukan mukmin
dan bukan kafir, tetapi mengambil posisi diantara dua posisi (al-manzilah
bain al-manzilatain)8

Ada juga yang tidak menerima semua itu begitu saja. Persoalan kaum
Mutazilah bukan hanya sekedar menyisihkan diri dari majlis guru, bukan
sekedar menyisihkan diri dari masyarakat atau sekedar tidak suka memakai

5 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 174.

6 Ahmad Mahmud Subhi, Fi Ilm al-Kalam, Kairo, 1969 hlm.75.

7 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 175.

8 Ibid,76.

4|Mutazilah
pakaian mewah, tetapi lebih mendalam dari itu. Mereka menyisihkan
fahamnya dan iitiqadnya dari faham dan iitiqad umat Islam kebanyakan.9
Pendapat ini dikuatkan oleh pengarang kitab al Farqu bainal Firaq, yang
menyatakan bahwa Syeikh Hasan Bashri mengatakan kedua orang itu
menyisihkan diri mereka telah menjauhkan diri dari pendapat umum.
Pendapat ini memang dekat dengan kebenaran, karena dari zamn dahulu
sampai sekarang fatwa-fatwa kaum Mutazilah banyak yang ganjil-ganjil,
banyak yang diluar dari faham Nabi dan sahabat-sahabat beliau. Jadi mereka
itu benar-benar Mutazilah, (tergelincir) dalam arti kata yang sebenarnya. 10

Kedua litelatur diatas memaparkan teori yang sama berkaitan dengan


latar belakang Mutazilah. Pendiri kaum ini adalah Washil bin Atha dan
temannya Umar bin Ubaed. Kaum ini disebut Mutazilah karena memiliki
paham yang berbeda, mereka lebih mengutamakan ke rasionalan daripada
dasar Al-Quran dan Hadits yang telah ada. Kaum ini muncul ketika Washil

9 Ahmad Amin, Fajarul Islam.

10 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 182.

5|Mutazilah
tidak sependapat dengan gurunya Hasan al-Basri mengenai dosa besar. Jadi
awal dari munculnya Mutazilah adalah al-Manzil bainal Manzilatain, tempat
diantara dua tempat bagi orang Islam yang berbuat dosa besar.
2.2 Doktrin-doktrin Mutazilah
Menurut buku Teologi Islam lima ajaran dasar pegangan Mutazilah
yaitu, al-Tawhid (Kemahaesaan Tuhan), al- Adl, al- Wad wa al-Waid, al-
Manzilah bain al-Manzilatain, al-Amr bi al-Maruf wa al-Nahy an al-
Munkar. Tuhan dalam paham mereka, akan betul-betul Maha Esa hanya kalau
Tuhan merupakan suatu zat yang unik, tidak ada yang serupa dengan dia.
Oleh karena itu mereka menolak paham anthropomorphisme.
Antropomorphisme diketahui menggambarkan Tuhan dekat menyurupai
Makhluk-Nya. Satu-satunya sifat Allah yang mereka percayai adalah qadim.11
Dalam arti tidak mempunyai permulaan dan karena sifat ini yang betul-betul
ada hanya pada Tuhan dan tidak pada selain Tuhan. Sebab itu tidak ada
sesuatu yang qadim kecuali Tuhan. Hanya zat Tuhan yang boleh qadim.12 Hal
ini yang membuat kaum Mutazilah meniadakan sifat Tuhan. Menurut mereka
Tuhan tetap Maha tahu, Maha kuasa, Maha hidup, Maha mendengar, Maha
melihat dan sebagainya, tetapi semua itu tidak dapat dipisahkan oleh zat
Tuhan. Dengan kata lain sifat-sifat itu adalah esensi Tuhan. Kaum Mutazilah
membagi sifat-sifat Tuhan kedalam dua golongan: Pertama, Sifat-sifat yang
merupakan esensi Tuhan dan disebut sifat zatiah. Kedua, Sifat-sifat yang
merupakan perbuatan-perbuatan Tuhan, yang disebut sifat filiyah.13

Menurut buku Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah doktrin-doktrin


pokok pengajian Mutazilah berkisar pada:

1. Tauhid (ke Esaan Tuhan).


2. Al Adl ( keadilan Tuhan).
3. Al Wadu wal Waid (janji baik dan janji buruk).
11 Abd al-Jabbar Ahmad, Syarh al-Usul al-Khamsah, Kairo, 1965, hal
196.

12 Supra, hal 41 dan 43.

13 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 53

6|Mutazilah
4. Manzilah bainal manzilatein (temapt diantara dua tempat).
5. Amar maruf dan nahi munkar.
Tauhid kaum Mutazilah tidak mengakui adanya sifat-sifat Tuhan,
tetapi tuhan adalah Zat yang tunggal tanpa sifat. Tuhan mendengar dengan
Zat-Nya, Tuhan melihat dengan Zat-Nya, Tuhan berkata dengan Zat-Nya.
Sifat Tuhan tidak ada berdasarkan kaum Mutazilah. Karena itu mereka
memfatwakan dan bahkan pernah memaksa orang supaya meyakini bahwa
Al-Quran itu makhluk, bahwa AL-Quran itu hadits, bukan kata Allah yang
qadim sebagai iitiqad kaum Ahlussunnah Wal-Jamaah. Fatwa ini telah
menghebohkan dunia Islam dan membunuh beribu-ribu ulama Islam pada
abad ke-2H dalam peristiwa yang dinamai Quran makhluk.14
Menurut buku pertama al- Adl disini menyucikan perbuatan Tuhan
dari persamaan dengan makhluknya. Hanya Tuhanlah yang berbuat adil,
Tuhan tidak bisa berbuat zalim. Pada makhluk terdapat perbuatan zalim.
Dengan kata lain, at-tawhid membahas keunikan diri Tuhan, al- adl
membahas keunikan perbuatan Tuhan.15
Meurut buku kedua Doktrin kedua adalah keadilan, Tuhan Allah itu
adil kata mereka. Manusia dihukum oleh Tuhan karena mereka mengerjakan
dosa dan diberi pahala jika mnegerjakan amal ibadah yang baik. Oleh karena
itu kaum Mutazilah berpedapat sekalipun perbuatan manusia di muka bumi
ini adalah kehendak manusia itu sendiri. Semua itu tidak ada sangkut pautnya
dengan Tuhan dan bahkan Tuhan tidak tahu apa yang dikerjakan oleh
manusia.16
Doktrin yang ketiga, Janji dan ancaman merupakan lanjutan dari
ajaran sebelumnya. Tuhan tidak akan dapat disebut adil, jika Ia tidak memberi
pahala kepada orang yang berbuat baik dan jika tidak menghukum orang yang
berbuat buruk. Keadilan menghendaki supaya orang yang bersalah diberi

14 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 181.

15 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 55.

16 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 181.

7|Mutazilah
hukuman dan orang yang berbuat baik diberi upah, sebagiamana dijanjikan
Tuhan.17
Doktrin ketiga tentang janji baik dan janji buruk. Tuhan telah berjanji
kata kaum Mutazilah, bahwa siapa yang durhaka akan dihukum-Nya dan
siapa yang mengerjakan kebaikan akan diberi-Nya upah. Oleh karena itu
orang yang berbuat dosa tidak akan diampuni-Nya lagi kalau ia wafat
sebelum taubat, dan akan terus masuk neraka tak keluar lagi. Ini sesuai
dengan janji-Nya. 18
Doktrin keempat, Posisi menengah bagi yang berbuat dosa besar, juga
erat hubungannya dengan keadilan Tuhan. Pembat dosa besar bukanlah kafir,
karena ia masih percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad, tetapi bukanlah
mukmin, karena imannya tidak lagi sempura. Karena bukan mukmin, ia tidak
dapat masuk surga, dan karena bukan kafir pula, ia sebenarnya tak mesti
masuk neraka. Ia seharusnya ditempatkan di luar surga dan di luar neraka.
Inilah sebenarnya keadilan. Tetapi karena di akhirat tidak ada tempat selain
surga dan neraka, maka pembuat dosa besar harus dimasukkan ke dalam salah
satu tempat ini. Penentuan teampat itu banyak hubungannya dengan paham
Mutazilah tentang iman. Iman bagi mereka digambarkan bukan hanya
pengakuan dan ucapan lisan, tetapi juga perbuatan-perbuatan. Dengan
demikian pembuat dosa besar tidak beriman dan oleh karena itu tidak dapat
masuk surga, tempat satu-satunya adalah neraka. Tetapi tidak adil kalau di
dalam neraka mendapatkan siksaan yang sama berat dengan orang kafir. Oleh
karena itu pembuat dosa besar masuk neraka, tetapi mendapat siksaan yang
lebih ringan . Inilah menurut Mutazilah, posisi menengah anatara mukmin
dan kafir, dan itulah pula keadilan.19
Doktrin keempat dari pengajian Mutaziah tempat diantara dua
tempat. Jika orang Mumin berbuat dosa maka ia dihukum dalam neraka

17 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 56.

18 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 181.

19 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 56

8|Mutazilah
D
B
M
T
A
k
to
id
h
u
l-
n
a
m
r
e
'f
W
s
z
p
b
w
c
N
y
g
j,.Q
H
disuatu tempat, lain dari tempat orang kafir. Nerakanya agak dingin, mereka
tinggal diantara dua tempat, yaitu antara surga dan neraka.20
Doktrin kelima, Perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat,
dianggap sebagai kewajiban bukan oleh kaum Mutazilah saja, tetapi juga
oleh golongan umat Islam lainnya. Perbedaan yang terdapat antara golongan-
golongan itu adalah tentang pelaksanaanya saja.21
Doktrin yang kelima adalah amar maruf nahi munkar. Maruf disini
adalah maruf bagi kaum Mutazilah yaitu berdasarkan pemikiran mereka ,
bukan maruf yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Berdasarka kelima
doktrin tersebut munculah fatwa-fatwa kaum Mutazilah yang bertentangan
dengan fatwa dunia Islam. Di dalam kitab Usuluddin terdapat banyak sekali
perkataan Khilafan lil Mutazilah yang berarti berbeda dengan paham
kuam Mutazilah.22

Kedua litelatur diatas memaparkan doktrin-doktrin yang sama


mengenai Mutazilah. Pada doktrin yang pertama yaitu at-Tauhid kaum
Mutazilah tidak mempercayai adanya sifat Tuhan. Menurut buku yang
pernah saya baca jika Tuhan memiliki sifat maka Tuhan itu tidak Esa . Maka

20 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 181.

21 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 57

22 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 182.

9|Mutazilah
dari itu kaum Mutazilah tidak mempercayai sifat Tuhan. Mutazilah
mempercayai zat Allah yang tunggal tanpa sifat. Dokrin yang kedua al-Adl
kaum Mutazilah berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh manusia diluar
kehendak Tuhan. Sehingga Tuhan tidak menghendaki apa yang dilakukan
oleh manusia. Jadi semua perbuatan yang dilakukan manusia adalah
kehendaknya sendiri bahkan Tuhan tidak mengetahui apa yang akan
dilakukan oleh manusia. Dokrin yang ketiga al wadu wal waid kaum
Mutazilah berpendapat bahwa manusia akan mendapatkan balasan sesuai
dengan apa yang telah dijanjikan-Nya. Apabila manusia melakukan perbuatan
baik akan mendapatkan pahala. Sebaliknya jika melakukan dosa maka tidak
akan diampuni dosanya sebelum ia bertaubat dan apabila sampai wafatanya
belum bertaubat maka ia akan masuk neraka dan tidak akan keluar kembali.
Doktrin yang keempat Manzilah bainal Manzilatain kaum Mutazilah
berpendapat orang yang berdosa besar itu bukan mukmin dan juga bukan pula
kafir. Pelakunya juga tidak dijatuhi hukuman yang sama dengan kafir. Karena
meskipun melakukan dosa besar pelaku dosa itu muslim . Jadi Mutazilah
berpendapat orang yang melakukan dosa besar adalah fasiq, fasiq itu diantara
mukmin dan kafir. Jadi hukuman yang diberikan lebih ringan daripada kafir.
Doktrin yang kelima Amr maruf nahi munkar, sebenarnya ajaran ini dianut
oleh semua umat Islam, tetapi dalam konteks ini Maruf menurut Mutazilah
adalah Maruf yang masuk diakal. Apabila Maruf itu sudah ada dasarnya Al-
Quran dan Hadist tetapi tidak masuk dalam akal rasional kaum Mutazilah,
maka Mutazilah menganggap itu bukanlah hal yang Maruf.
2.3 Perkebangan Mutazilah
Menurut buku Teologi Islam kaum Mutazilah mempunyai wujud,
kecuali dalam sejarah. Aliran Mutazilah masih dipandang sebagai aliran
yang menyimpang dari Islam dengan demikian tidak disenangi oleh sebagian
umat Islam, terutama di Indonesia. Pandangan demikian timbul karena kaum
Mutazilah dianggap tidak percaya kepada wahyu dan hanya mengakui
kebenaran yang diperoleh dengan rasional. Sebagaimana diketahui kaum
Mutazilah tidak hanya memakai argumen rasional, tetapi juga memakai ayat-
ayat Al-Quran dan hadits nabi untuk mempertahankan pendirian mereka.
Kaum Mutazilah tidak disukai karena sikap mereka memakai kekerasan dan

10 | M u t a z i l a h
menyiarkan ajaran-ajaran mereka di permulaan abad ke-9 M.
Kesalahpahaaman terhadap aliran Mutazilah timbul, karena buku-buku
mereka tidak dibaca dan dipelajari lagi di dalam perguruan-perguruan Islam,
kecuali mulai dari permulaan abad ke-20 ini, dan itupun hanya di perguruan-
perguruan tinggi tertentu seperti al-azhar Kairo. Buku yang dibaca selama ini
hanyalah buku-buku teologi yang dikarang oleh pengikut al-Asyri dan al-
Maturidi. Bahkan dari salah satu engarang buku tidak segan-segan menyebut
Mutazilah sebagai golongan tersesat (firaq al-dalal)23, dan selalu memakai
kata-kata bidah, fadihah (perbuatan yang memalukan) dan dalalah
(kesesatan) yang menggambarkan ajaran Mutazilah.24 Kata takfir
(memandang kafir) juga selalu dipakai.25
Tetapi atas pengaruh Jamaludin Afgani dan Syekh Muhammad
Abduh sebagai dua pemimpin modernisme yang utama dalam Islam,
keadaan diatas sudah mulai berubah. Datanglah pengarang-pengarang ,
bahakan alim ulama yang mulai membela kaum Mutazilah. 26

Menurut buku Iitiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah Sepanjang sejarah


tersebut bahwa suatu keistimewaan kaum Mutazilah ialah cara mereka
membentuk madzhabnya, banyak mempergunakan aqal dan lebih
mengutamakan aqal, bukan mengutamkan al-Quran dan Hadits. Kalau
ditimbang aqal dengan hadits Nabi maka aqal lebih berat bagi mereka.
Mereka lebih memuji aqal mereka dibanding dengan ayat-ayat suci dan
hadits-hadits Nabi.27

23 al-Farq, 144.

24 Ibid., 122dst.

25 Ibid., 133, 142, dan 143.

26 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 58

27 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 173.

11 | M u t a z i l a h
Sesuatu ditimbang terlebih dahulu dengan aqalnya, jika tidak sesuai
maka akan dibuang walaupun ada hadits dan ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan masalah itu tetapi berlawanan dengan aqalnya. Oleh
karena itu kaum Mutazilah dalam kitab-kitab tafsirnya mencoba menafsirkan
Al-Quran dengan aqal dan memutar ayat-ayat suci itu sesuai dengan
aqalnya.28

Ahmad Mahmud Subhi, Dosen Filsafat Islam Universitas Alexandria,


menerangkan bahwa paham yang mengatakan al-itizal sama artinya dengan
perpecahan timbul sesudah abad ke-4 H29. Tetapi dalam penyelidikan baru
yang diadakan tidak kita jumpai alasan-alasan kuat untuk membenarkan
pendapat lawan- lawan Mutazilah, dan kebanyakannya dari golongan
Asyariah berpendapat bahwa itizal berarti perpecahan dari aliran Ahli
Sunnah dan Jamaah.30
Kaum Mutazilah berpendapat bahwa al-Quran yang dalam istilah
teologi disbeut Kalam Allah, bukan qadim atau kekal, tetapi hadis dalam arti
baru dan diciptkan Tuhan. Kalam adalah suara yag tersusun dari huruf-huruf
dan dapat didengar.31 Suara bersufat baru, bukan bersifat kekal dan ciptaan
Tuhan. Inilah yang dimaksud kaum Mutazilah dengan al-Quran diciptakan
dan bukan kekal atau biasa disebut dngan Quran Makhluk.32
Ajaran atau doktrin yang dibawa pertama kali adalah paham al-
manzilah bain al-manzilatain, posisi diantara dua posisi (berada ditengah).
Menurut ajaran ini, orang yang berdosa besar bukan kafir, sebagaimana
paham kaum Khawarij, dan bukan pula mukmin sebagaimana pendapat kaum
28 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka
Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 77.

29 Fi Ilm al-Kaalam, 77.

30 Ibid., 74.

31 Maqalat, I./245.

32 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 50

12 | M u t a z i l a h
Murjiah, tetapi fasiq yang menduduki posisis diantara kafir dan mukmin.
Menurt Wasil mukmin merupakan sifat baik dan nama pujian yang tidak bisa
diberikan kepada orang yang fasiq, dengan dosa besarnya. Tetapi predikat
kafir juga tidak bisa diberikan kepadanya, karena dibalik dosa besar itu, ia
masih mengucapkan syahadat dan mnegerjakan perbuartan-perbuatan baik.
Orang yang serupa ini pabila sebelum meninggal tidak bertaubat maka akan
kekal di neraka, hanya siksaan yang diterimanya lebih ringan dari siksaan
yang diterima kafir.33
Di zaman modern dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknik
sekarang, ajaran-ajaran kaum Mutazilah yang bersifat rasional itu telah mulai
timbul kembali di kalangan umat Islam terutama di kalangan kaum terpelajar.
Secara tak sadar mereka telah mempunyai paham-paham yang sama atau
dekat dengan ajaran-ajaran Mutazilah. Mempunyai paham-paham yang
demikian tidaklah membuat mereka keluar dari Islam.34

Kaum Mutazilah suka berdebat, terutama dihadapan umum.


Barangsiapa yang berlainan pendapat akan diajak berdebat dihadapan umum,
karena mereka sangat yakin dengan kekuatan aqal mereka. Hampir 200 tahun
dunia Islam digoncangkan oleh perdebatan-perdebatan dari kaum Mutazilah
dengan tujuan untuk mengalahkan kaum Ahlussumah wal Jamaah.
Perdebatan yang ditonjolkan mereka anatara lain:35

1. Sifat-sifat Tuhan ada atau tidak.


2. Buruk dan baik siapa yang menetapkan, aqal atau syara.
3. Pembuat dosa besar kekal dalam neraka atau tidak.
4. Al-Quran itu makhluk atau tidak.
5. Perbuatan manusia dari manusia atau Tuhan.
6. Tuhan Allah bisa dilihat di akhirat atau tidak.
7. Al-Quran bisa dibuat manusia atau tidak.
8. Alam itu qadim apa hadits.

33 Al-Milal, I/48.

34Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 61.

35 Siradjuddin Abbas, Iitiqad Ahlusunnah Wal-Jamaah, Pustaka


Tarbiyah, Jakarta, 1994, hal 180.

13 | M u t a z i l a h
P
K
e
a
r
h
m
u
k
M
'p
b
t
i
z
n
l
g
s
d
-
o
y
.j
c
w
H
f
A
(
Q
)
9. Surga dan neraka kekal atau tidak.
10. Arwah itu pindah-pindah atau tidak.

Mengenai peniadaan sifat Tuhan , al-Jubbai berpendapat bahwa Tuhan


mengetahui melalui esensi-Nya, demikian pula berkuasa dan hidup melalui
esensi-Nya. Dengan demikian Tuhan, untuk mngetahui tidak perlu pada sifat
mengetahui dan pula tidak dalam keadaan mengetahui.36 Abu Hasyim berpendapat
Tuhan mengetahui melalui keadaan mengetahui. Mengetahui bagi Tuhan buaknlah
sifat tetapi hal.37

Kedua litelatur diatas memparkan teori yang berbeda mengenai


perkembangan Mutazilah. Buku pertama Mutazilah membahas tentang Quram
makhluk, menurut Mutazilah yang qadim itu hanya Tuhan selain itu hadits
(baru). Al-Quran juga mengandung arti kalam Allah. Kalam itu bersifat baru,
bukan bersifat kekal dan ciptaan Tuhan. Sehingga kaum Mutazilah berpendapat
bahwa Quran itu diciptakan dan bukan kekal. Buku yang kedua membahas
tentang kaum Mutazilah yang bangga dengan kerasionalan akal mereka, semisal
ada hal yang tidak sesuai dengan akal mereka meskipun ada dasar al-Quran dan
hadist meraka tetap menganggap itu perkara yang salah. Salah satu sifat yang
dimiliki kaum Mutazilah adalalah suka berdebat. Mutazilah suka berdebat
dengan kelompok yang berbeda paham dengan mereka.

36 Ibid.

37 Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta, 2010, hal 51

14 | M u t a z i l a h
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kaum Muazilah adalah kaum yang membuat heboh dunia Islam pada
abad-abad permulaan Islam. Dalam sejarahnya kaum Mutazilah
membunuh ribuan ulama Islam dalam suatu peristiwa yang dinamai
Quran makhluk.
2. Jelasnya orang Mutazilah menghukumi orang mukmin yang berbuat
dosa besar adalah mengambil jalan tengah antara mukmin dan kafir .
(Prinsip Rasionalis ethis philosophis). Jalan tengah yang diambil
Mutazilah berdasarakan pada:
a. Ayat-ayat al-Quran dan hadits yang menganjurkan mengambil
pada jalan tengah dalam segala sesuatu.
b. Pikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa keutamaan sesuatu
adalah jalan tengah antara dua jalan yang berlebih-lebihan.

15 | M u t a z i l a h
c. Pendapat Plato yang mengatakan bahwa ada suatu tempat diantara
baik dan buruk.
Faham Mutazilah sudah selayaknya mendapat sorotan yang sedalam-
dalamnya dan analisa sebaik-baiknya, agar ummat Islam tidak
terperosok kedalam iitiqad yang sesat lagi menyesatkan (dhalun-
mudhilun).
3. Di zaman modern dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknik
sekarang, ajaran-ajaran kaum Mutazilah yang bersifat rasional itu
telah mulai timbul kembali di kalangan umat Islam terutama di
kalangan kaum terpelajar.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa memahami materi yang dipresentasikan
sebelum presentasi dimulai. Agar komunikasi tanya jawab antara pemateri
presentasi dan mahasiswa berjalan dengan lancar dan memuaskan.

DAFTAR RESENSI

Abbas Siradjudin, Itiqad Ahlussunnah Wal-Jamaah, Jakarta: Radar Jaya, 1994.


Nasution Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 2010.
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.

16 | M u t a z i l a h

Anda mungkin juga menyukai