1. Keabsahan Kontrak
kontrak yang disepakati ibu pengganti dan pasangan suami istri
sama sekali tidak mendapatkan pembenaran hukum menurut Syariat
Islam. Kontrak ini dianggap bathil (tidak berlaku). Pandangan ini dapat
dijelaskan dengan menunjukkan bahwa suatu kontrak penjualan sah
hukumnya hanya jika kontrak ini melibatkan transaksi-transaksi yang
dibolehkan menurut persyaratan syariat. Sebagai contoh, tidak ada
transaksi sah menurut hukum bagi penjualan atau pembelian alkohol
(minuman keras). Begitu juga, kontrak antara pasangan suami istri dan ibu
pengganti tidak berlaku. Pertama karena kontrak ini yang menetapkan
pejualan seorang manusia bebas, dan kedua, kontrak ini melibatkan suatu
unsur pembuahan zina ( telur yang dibuahi tidak ditanam kedalam rahim
istri tetapi kedalam rahim ibu pengganti ). Illat ( penyebab) dari
penanaman ini adalah hamilnya ibu pengganti dan malul (akibatnya)
dialah yang akan melahirkan anak. Syariat hanya membenarkan wanita
yang telah menikah untuk hamil dan melahirkan anak.
2. Masalah Nasab
Diceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw telah mengatakan Anak
bersal dari tempat tidurnya. Dari pernyataan ini diturunkan satu prinsip
umum. Seorang anak sah atau haram, selalu berakar ari seorang ibu.
Karena itu ibu pengganti tentunya benar-benar dan sah menjadi ibu dari
sang anak. Seorang anak yang dilahirkan dengan kontrak pengganti
menurut syariat dianggap sebagai anak haram karena suami yang
memberikan spermanya tidak terikat dalam ikatan suci pernikahan dengan
ibu pengganti yang melahirkan anaknya. Syariat menentukan hukuman
berat bagi pelaku perzinahan / seks bebas.
Lebih jauh lagi harus dijelaskan bahwa tidak ada tempat bagi ibu
pengganti dalam sistem islam. Hal ini dikarenakan keburukan yang
tumbuh akan jauh lebih besar daripada kebaikan yang tampak. Kebaikan
yang tampak adalah bahwa pasangan suami istri akan mendapatkan
keturunan dan ibu pengganti mendapatkan keuntungan finansial. Di
Amerika ibu pengganti mendapat sebanyak 10.000 dari kontrak. Beberapa
keburukan dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Ibu pengganti merusakkan sunnatullah dalam proses penciptaan
keturunan secara normal.
b) Cara ini dapat menarik wanita bujangan untuk menyewakan rahim
mereka demi keuntunngan materi. Hal ini justru akan meruntuhkan
lembaga pernikahan dan kehidupan berumah tangga.
c) Wanita menikah tergoda untuk memilih teknik untuk membebaskan
diri dari penderitaan dan rasa sakit yang dialami selama kehamilan
dan melahirkan. Islam tidak melihat kehamilan sebagai suatu beban,
tetapi rahmat. Jika seorang ibu meninggal saat kehamilannya atau
dalam proses melahirkan, maka diberikan kepadanya status
syahidah.
Teknik lain yang dpat dipandang sebagai teknik yang dibolehkan adalah
fertilisasi in vitro dimana ovum istri dibuahi oleh sperna suami. Teknik-
teknnik lain yang sudah dibicarakan tidak mendapatkan persetujuan
hukum, karena teknik-teknik ini melibatkan unsur ikatan perzinahan dan
atau dapat menghancurkan lembaga pernikahan. Ayat Al-Quran yang
mengatakan bahwa dengan kekuasaan-Nya Allah memandulkan orang-
orang yang dikehendakinya memungkin kaum Muslim memasrahkan diri
terhadap kehendak Allah dalam kasus dimana baik inseminasi buatan
maupun fertilisasi in Vitro gagal dan menjadikan mereka orang tua tanpa
keturunan . Jika itu yang terjadi, mereka memilki dua pilihan.