Anda di halaman 1dari 29

Asosiasi Nikel Indonesia

ANGGARAN DASAR
AWAL PENYEMPURNAAN

PEMBUKAAN

Berkat Rakhmat Tuhan Yang Maha


Esa, bahwa Negara Indonesia
adalah Negara yang telah diberi
karunia dengan sumber daya alam
yang melimpah, sehingga
sepatutnyalah kita sebagai warga
Negara mengucapkan syukur
kepada Tuhan atas anugerah itu.
Oleh karena itu kita sebagai warga
Negara yang baik dan
bertanggungjawab dapat berperan
aktif serta berupaya menunjukkan
prestasi dalam bidangnya secara
profesional.
Dalam upaya optimalisasi sumber
daya alam khususnya dalam bidang
pertambangan nikel, yang mana
sebagai pelaku dalam
pertambangan nikel dan jasa
penunjang kesuksesan
pertambangan nikel di Indonesia
wajib melakukan usaha yang dapat
meningkatkan harkat nasionalisme
pertambangan.
Sebagai badan usaha merasa perlu
untuk memperkuat keberadaan
Asosiasi perusahaan dalam bidang
nikel di dalam negeri.
Sehingga peran Asosiasi tambang
nikel akan memperkokoh kekuatan
Indonesia yang berorientasi pada
pertambangan dan khususnya
pendayagunaan pertambangan
nikel yang lebih efektif di dalam
negeri.

BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Pasal 1

1. Asosiasi ini bernama ASOSIASI Yang dimaksud di dalam Anggaran


NIKEL INDONESIA dengan nama Dasar :
singkatan ANIatau dalam 1. Asosiasi : Persatuan dagang /
bahasa inggrisnya disebut perkumpulan badan usaha yang
dengan INDONESIAN NICKEL mempunyai kepentingan
ASSOCIATIONuntuk selanjutnya bersama.
dalam anggaran dasar ini disebut 2. Badan Usaha : Badan yang diakui
Asosiasi. secara hukum
2. Asosiasi ini berkedudukan di 3. Asosiasi Nikel : Organisasi dari
Gedung Patra Jasa Lantai 11, badan usaha yang memiliki ijin
Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. usaha pertambangan nikel dan
32 34, Jakarta Selatan badan usaha yang memiliki ijin
yang bergerak di bidang jasa
penunjang pertambangan sesuai
dengan undang-undang yang
berlaku di Indonesia.

BAB II
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
KEDUDUKAN

Pasal 2

Organisasi ini bernama : ASOSIASI


NIKEL INDONESIA, disingkat : ANI
atau dalam bahasa Inggrisnya
disebut : INDONESIAN NICKEL
ASSOCIATION, untuk selanjutnya
dalam anggaran dasar ini disebut
Asosiasi.

JANGKA WAKTU
Pasal 2 Pasal 3

Asosiasi ini didirikan untuk jangka 1. Asosiasi ini dibentuk pada


waktu yang tidak ditentukan tanggal 29 Desember 2011 untuk
lamanya, terhitung mulai tanggal waktu yang tidak ditentukan.
disahkannya akta ini. 2. Kedudukan Asosiasi ini berada di
Ibu Kota Negara Republik
Indonesia.

LANDASAN, AZAS, PRINSIP BAB III


Pasal 3 ASAS
Pasal 4
1. Asosiasi ini berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Asas Asosiasi ini adalah Pancasila
Dasar 1945 sebagaimana termaktub didalam
2. Asosiasi ini berdasarkan atas Pembukaan Undang Undang Dasar
azas kekeluargaan. 1945 beserta amandemennya.
3. Asosiasi ini melaksanakan
kegiatannya berdasarkan prinsip :
a. Keanggotaan bersifat sukarela
dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara
demokratis

BAB IV
TUJUAN, BENTUK DAN SIFAT
FUNGSI & PERAN Pasal 5
Pasal 4 TUJUAN

1. Membangun dan Asosiasi ini adalah : Asosiasi


mengembangkan potensi perusahaan yang bergerak di
ekonomi anggota khususnya dan bidang pertambangan nikel yang
masyarkat pada umumnya serta bertujuan membina dan melindungi
untuk meningkatkan anggotanya untuk dapat memenuhi
kesejahteraan ekonomi dan tugas dan tanggungjawabnya dalam
sosial. kaitannya dengan usaha yang
2. Memperkokoh perekonomian dilakukannya, serta menselaraskan
anggota khususnya dan dan menjembatani dengan pihak-
masyarakat pada umumnya pihak lain yang terkait baik itu
sebagai dasar kekuatan dan dunia usaha maupun pemerintah
ketahanan perekonomian demi kepentingan nasional
nasional.
3. Berusaha untuk mewujudkan dan
mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha
bersama berdasar azas
kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.

MAKSUD, TUJUAN SERTA USAHA Pasal 6


Pasal 5 BENTUK

1. Asosiasi ini mempunyai maksud Asosiasi ini adalah : Asosiasi


dan tujuan di bidang sosial yaitu perusahaan bidang pertambangan
untuk memajukan kesejahteraan nikel dengan usaha eksplorasi,
anggota pada khususnya dan operasi, produksi, pengolahan ,
masyarakat pada umumnya serta pemurnian serta perusahaan
ikut serta membangun tatanan penunjang dengan usaha yang
perekonomian nasional dalam bergerak dalam bidang jasa
rangka mewujudkan masyarakat pertambangan, perdagangan dan
yang maju, adil dan makmur perindustrian di Indonesia.
berdasarkan Pancasila dan UUD
1945
2. Untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut, maka Asosiasi ini
melakukan berbagai kegiatan
yang tidak bertentangan dengan
peraturan hukum yang, yaitu :
- Bantuan dalam bidang
ketrampilan Pemasaran dan
Penjualan
- Bantuan dalam bidang informasi
dan tekonologi

Pasal 7
SIFAT

Asosiasi bersifat mandiri dan


nirlaba

BAB V
Pasal 8
KEGIATAN

Untuk mencapai kegiatan sesuai


dengan BAB IV Pasal 5, Asosiasi
akan melakukan kegiatan-kegiatan :
1. Membantu dan membina setiap
kegiatan yang memungkinkan
para anggota Asosiasi untuk
menjalankan usahannya dengan
baik.
2. Memperjuangkan kepentingan
para anggota Asosiasi agar
tercapai suasana yang kondusif
demi menjalankan usahannya.
3. Menciptakan media untuk saling
berkomunikasi, baik internal
maupun eksternal.
4. Memfasilitasi para anggota
Asosiasi dengan pihak-pihak lain
yang terkait demi tercapainya
tujuan anggota Asosiasi.
5. Melakukan kerjasama dengan
instansi Pemerintah, BUMN,
Swasta serta badan-badan atau
organisasi yang mempunyai sifat
dan tujuan yang sama dengan
organisasi Asosiasi.
6. Melakukan kegiatan untuk
membantu kepentingan
masyarakat dan pemerintah, baik
daerah maupun pusat
sehubungan dengan usaha yang
yang dilakukan para anggota
Asosiasi.
7. Kegiatan-kegiatan lainnya yang
tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Asosiasi.

BAB VI
KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN
Pasal 6 Pasal 9

1. Keanggotaan Asosiasi terdiri Syarat untuk menjadi anggota


dari : Asosiasi :
a. Anggota Biasa terdiri dari : 1. Sesuai dengan BAB I Pasal 1.
Badan usaha yang memiliki izin 2. Setuju dan menerima asas dan
usaha pertambangan tujuan Asosiasi.
eksplorasi, operasi, produksi, 3. Tunduk kepada Anggaran Dasar
pengolahan dan pemurnian dan Anggaran Rumah Tangga
nikel. Asosiasi.
b. Anggota Luar Biasa yang terdiri 4. Sanggup berperan aktif dalam
dari kegiatan Asosiasi.
Badan usaha yng begerak di
bidang jasa usaha
pertambangan, perdagangan,
perindustrian nikel di wilayah
Indonesia.
c. Anggota Kehormatan yang
terdiri dari :
- Anggota-anggota kehormatan
untuk selama atau satu
tahun, yaitu yang diangkat
sedemikian oleh badan
pengurus.
- Anggota-anggota untuk
seumur hidup, yaitu anggota-
anggota biasa yang diangkat
sedemikian oleh rapat
anggota.
2. Tiap anggota biasa berhak
untuk :
a. Memilih dn dipilih
b. Ikut serta dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan
oleh Asosiasi.
c. Mengeluarkan dan mempunyai
hak suara dalam rapat
anggota.
3. Tiap anggota luar biasa berhak
untuk :
a. Ikut serta dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan
oleh Asosiasi.
b. Memberikan saran dan
pendpat.
4. Tiap-tiap anggota biasa
berkewajiban untuk :
a. Menjunjung tinggi nama baik
Asosiasi dan memahami,
menaati serta tunduk pada
anggaran dasar, anggaran
rumah tangga dan peraturan
lain dari Asosiasi.
b. Turut menyumbangkan harta,
tenaga dan fikiran (keahlian)
nya apabila Asosiasi
memerlukannya.
5. Keanggotaan dari anggota-
anggota biasa, luar biasa dan
kehormatan berakhir karena :
a. Atas permintaan sendiri
b. Wafat, atau
c. Berdasarkan rapat keputusan
anggota.

BAB VII
LEMBAGA ASOSIASI
Pasal 10

1. Musyawarah Nasional (MUNAS)


2. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS)
3. Rapat Koordinasi Nasional
(RAKORNAS)
4. Dewan Pengurus Pusat (DPP)
5. Musyawarah Daerah (MUSDA)
6. Rapat Kerja Daerah (RAKERDA)
7. Rapat Koordinasi Daerah
(RAKORDA)
8. Dewan Pengurus Daerah (DPD)

BAB VIII
RAPAT ANGGOTA MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 7 Pasal 11

1. Rapat anggota mempunyai 1. Musyawarah Nasional (MUNAS)


kekuasaan dan wewenang adalah lembaga tertinggi Asosiasi
tertinggi dalam Asosiasi di tingkat pusat/nasional.
2. Rapat Anggota dibagi menjadi 2 2. MUNAS diadakan setiap 5 (lima)
(dua) : tahun.
a. Rapat tahunan 3. MUNAS diselenggarakan oleh
b. Rapat empat tahunan atau DPP.
yang disebut Konggres 4. MUNAS dinyatakan sah apabila
3. Agenda rapat terdiri dari : dihadiri 2/3 dari utusan pengurus
a. Rapat tahunan, dengan agenda daerah.
rapat :
- Evaluasi program kerja
b. Rapat empat thunan atau yang
disebut Konggres, dengan
agenda rapat yaitu :
- Laporan pertanggungjawaban
badan pengurus
- Pemilihan badan pengurus
baru
- Perubahaan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
- Penentuan program kerja
4. Selain dari rapat yang
dimaksudkan dalam ayat kedua
pasal, maka badan pengurus
berhak :
- Untuk mengadakan rapat
anggota setiap kali
menganggapnya perlu.
- Mengadakan rapat anggota,
sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota
biasa asosiasi mengajukan
permintaan untuk itu atau
karena menurut ketentua
anggaran dasar untuk sesuatu
hal diperlukan keputusan dari
rapat anggota.

Pasal 8

1. Para anggota sosiasi harus


diberithukan secara tertulis dan
sekurang-kurangnya 14 (empat
belas) hari kerja, sebelum rapat
anggota itu dilangsungkan,
dengan memberikan undangan
tertulis kepada seluruh anggota.
2. Pada pemberitahuan tentang
sesuatu rapat anggota harus
disebut : acara, tempat, tanggal
dan waktu rapat.
3. Semua anggota yang mempunyai
hak suara dapat mengajukan
usul-usul untuk dipertimbangkan
oleh rapat tersebut.
4. Rapat dipimpin oleh Ketua atau
salah seorang Wakil Ketua, jika
ketua dan/atau wakil ketua tidak
hadir, anggota badan pengurus
lainnya yang hadir memilih salah
seorang dari mereka yang hadir
menjadi pemimpin rapat.

Pasal 9

1. Tanpa mengurangi ketentuan


tersebut dalam pasal 8 ayat 2
anggaran dasar ini rapat anggota
sah apabila dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota
biasa asosiasi.
2. Keputusan rapat diambil sedapat-
dapatnya dengan jalan
musyawarah untuk mufakat
dengan ketentuan apabila rapat
memutuskan usul bersangkutan
dengan pemungutan itu diambil
dengan jumlah terbanyak dari
suara yang dikeluarkan.
3. Jika dalam rapat itu jumlah
anggota yang hadir tidak
mencukupi jumalah (quorum)
yang ditetapkan dalam ayat
kesatu pasal ini, maka dapat
diadakan rapat untuk kedua
kalinya, secepat-secepatnya 7
(tujuh) hari kerja setelah rapat
yang pertama, dengan ketentuan
bahwa rapat yang kedua ini
tanmpa memandang jumlah
anggota biasa yang hadir dapat
mengambil keputusan-keputusan
tentang apa yang diajukan dalam
rapat pertama itu, asalkan
apabila dalam rapat itu diadakan
pemungutan suara, maka
keputusannya sah jika keputusan
itu diambil dengan jumlah suara
terbanyak dari suara yang
dikeluarkan
4. Dalam rapat anggota itu masing-
masing anggota biasa berhak
untuk mengeluarkan satu suara,
dengan ketentuan bahwa jumlah
hak suara dari masing-masing
anggota biasa dibatasi dengan 1
(satu) suara.
5. a. Pemungutan suara tentang
orang dilakukan dengan
rahasia dan tertuli, kecuali
apabila rapat memutuskan lain.
Apabila suara-suara yang
setuju dan yang tidak setuju
sama banyaknnya, maka
diadakan pemungutan suara
ulang lagi.
b. Seorang anggota dapat diwakili
oleh anggota lainnya secara
tertuli.

Pasal 10

Disamakan dengan keputusan rapat


anggota tersebut dalam pasal-pasal
7 dan seterusnya diatas, keputusan
menurut referendum yang dikirim
kepada seluruh anggota asosiasi
disetujui, oleh lebih dari separuh
bagian, sedangkan untuk
perubahaan anggaran dasar dan
pembuabaran asosiasi, persetujuan
ini diperlukan paling sedikit
berturut-turut 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota asosiasi.

Pasal 12

1. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS)


adalah Rapat Kerja untuk tingkat
nasional.
2. RAKERNAS dilaksanakan untuk
membahas dan mengevaluasi
program kerja dan jadwal
kegiatan yang akan, sedang dan
sudah berjalan.
3. RAKERNAS diadakan sekurang-
kurangnya 1 (tahun)
4. RAKERNAS dihadiri oleh pengurus
pusat dan daerah.

Pasal 13

1. Rapat Koordinasi (RAKORNAS)


adalah rapat koordinasi untuk
tingkat Nasional.
2. RAKORNAS dilaksanakan apabila
ada hal-hal mendesak yang
dianggap perlu dan penting.
2. RAKORNAS dapat
diselenggarakan dalam rangka
persiapan untuk MUNAS.

Pasal 14

1. Rapat Dewan Pengurus Pusat


(DPP) adalah Rapat yang
diselenggarakan DPP untuk
tingkat Pusat / Nasional.
2. Rapat DPP dilaksanakan oleh DPP
untuk membahas program kerja
dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan Asosiasi
3. Rapat DPP dapat diselenggarakan
sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sekali atau berdasarkan
ketentuan DPP.

Pasal 15

1. Musyawarah Daerah (MUSDA)


adalah lembaga tertinggi
didaerah (Provinsi/Kabupten-Kota)
.
2. MUSDA diselenggarakan setiap 5
(lima) tahun.
3. MUSDA diselenggarakan oleh
DPD.
4. MUSDA dinyatakan sah apabila
dihadiri 2/3 dari utusan anggota
Asosiasi.
Pasal 16

1. Rapat Kerja Daerah (RAKERDA)


adalah Rapat Kerja untuk tingkat
Propinsi/Kabupaten-Kota.
2. RAKERDA dilaksanakan untuk
membahas dan mengevaluasi
program kerja dan jadwal
kegiatan yang akan, sedang dan
sudah berjalan.
3. RAKERDA diadakan sekurang-
kurangnya 1 (tahun)
4. RAKERDA dihadiri oleh DPD dan
anggota Asosiasi.

Pasal 17

1. Rapat Koordinasi Daerah


(RAKORDA) adalah Rapat
Koordinasi di tingkat Provinsi /
Kabupaten - Kota
2. RAKORDA dilaksanakan apabila
ada hal-hal mendesak yang
dianggap perlu dan penting.
3. RAKORDA dapat diselenggarakan
dalam rangka persiapan untuk
MUSDA.

Pasal 18

1. Rapat Dewan Pengurus Daerah


(DPD) adalah Rapat yang
diselenggarakan oleh DPD di
tingkat Provinsi / Kabupaten
Kota.
2. Rapat DPD dilaksanakan oleh
DPD untuk membahas program
kerja dan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan Asosiasi
3. Rapat DPD dapat
diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sekali
atau berdasarkan ketentuan DPD.

Pasal 19
MUSYAWARAH NASIONAL
LUAR BIASA
DAN
MUSYAWARAH DAERAH
LUAR BIASA

Dalam hal tertentu diadakan


Musyawarah Nasional Luar Biasa
(MUNASLUB) / Musyawarah Daerah
Luar Biasa (MUSDALUB) akan diatur
lebih lanjut akan hal itu.

BAB IX
BADAN PENGURUS DEWAN PENGURUS
Pasal 11 Pasal 20

1. Asosiasi diurus dan dpimpin oleh DEWAN PENGURUS PUSAT


sebuah badan pengurus yang 1. Dewan Pengurus Pusat (DPP)
dipilih dari anggota-anggota biasa adalah pengurus yang
asosiasi. menjalankan kegiatan Asosiasi di
2. Badan pengurus terdiri dari : tingkat Pusat / Nasional.
- Seorang Ketua Umum 2. Pengurus DPP sekurang-
- Seorang Wakil Ketua Umum kurangnya 7 (tujuh) orang,
- Sekretaris Jenderal dan Wakilnya termasuk didalamnya Ketua
- Bendahara Umum dan Wakilnya Umum, Sekretaris Jenderal dan
- Dan dibantu dengan beberapa Bendahara Umum.
orang ketua 3. Masa jabatan DPP adalah 5 (lima)
3. Anggota-anggota badan tahun
pengurus diangkat dan 4. Tugas DPP menyelenggarakan
diberhentikan oleh rapat anggota dan mengelolah manajemen,
yang dimaksud dalam pasal 7 serta tugas-tugas lain yang
ayat 2 diatas. Pengangkatan bersifat kebijakan dan eksekutif
tersebut adalah untuk masa baik internal maupun eksternal di
jabatan 4 (empat) tahun, tingkat Pusat / Nasional.
demikian dengan ketentuan-
ketentuan bahwa apabila rapat
itu karena sesuatu hal terlambat
diadakannya, maka jangka waktu
4 (empat) tahun tersebut
dianggap diperpanjang selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sampai
pemilihan (anggota-anggota)
badan pengurus baru dalam rapat
itu .
4. Para anggota badan pengurus
lama dapat dipilih kembali.

Pasal 12

1. Anggota-anggota badan
pengurus berkewajiban untuk
menjunjung tinggi dan
menjalankan tugas kewajibannya
mereka menurut anggaran dasar,
anggaran rumah tangga dan
keputusan rapat anggota.
2. Anggota badan pengurus
bertanggungjawab atas seluruh
jalannya organisasi asosiasi
kepada rapat anggota.

RAPAT PENGURUS
Pasal 13

1. Badan pengurus berapa sebulan


sekali dan setiap kali Ketua, Wakil
Ketua atau sedikitnya tiga orang
anggota badan pengurus lainnya
menganggap perlu untuk
mengadakan rapat badan
pengurus
2. Dalam rapat badan pengurus
masing-masing anggota badan
pengurus berhak mengeluarkan
satu suara
3. Rapat badan pengurus hanya
dapat mengambil keputusan
rapat apabila dihadiri oleh
sedikitnya 2/3 (dua pertiga
bagian dari jumlah anggota
badan pengurus.
4. Keputusan-keputusan rapat
badan pengurus sedapatnya
diambil dengn jalan musyawarah
untuk mufakt, dengan ketentuan
apabila rapat itu memutuskan
untuk diadakannya pemungutan
suara, maka keputusannya sah
apabila keputusan itu diambil
dengan suara terbanyak.

DEWAN PEMBINA, DEWAN


PENGAWAS, DEWAN PENASEHAT Pasal 21
Pasal 14 DEWAN PENGURUS DAERAH

1. Pengangkatan dewan-dewan 1. Dewan Pengurus Daerah (DPD)


dilakukan oleh rapat anggota adalah pengurus yang
2. Fungsi dan kewenangan lebih menjalankan kegiatan Asosiasi di
lanjut akan diatur dan ditentukan tingkat Provinsi / Kabupaten -
kemudian dalam Anggaran Kota.
Rumah Tangga 2. Pengurus DPD sekurang-
kurangnya 5 (lima) orang,
termasuk didalamnya Ketua ,
Sekretaris dan Bendahara.
3. Masa jabatan DPD adalah 5 (lima)
tahun
4. Tugas DPD menyelenggarakan
dan mengelolah manajemen,
serta tugas-tugas lain yang
bersifat kebijakan dan eksekutif
baik internal maupun eksternal di
tingkat daerah.

BAB X
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 22

Keputusan sidang atau rapat


Asosiasi disemua jajaran dan
tingkatan pada dasarnya diambil
atas dasar musyawarah untuk
mufakat berdasarkan Demokrasi
Pancasila.

BAB XI
PERATURAN-PERATURAN
Pasal 23

1. Peraturan Asosiasi mempunyai


hirarki sebagai berikut :
a. Anggaran Dasar (AD)
b. Anggaran Rumah Tangga (ART)
c. Musyawarah Nasional (MUNAS)
d. Keputusan DPP
e. Musyawarah Daerah (MUSDA)
f. Keputusan DPD
2. Peraturan dibawah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan
diatasnya.

BAB XII
KEUANGAN KEUANGAN
Pasal 15 Pasal 24

1. Keuangan Asosiasi diperoleh dari Keuangan Asosiasi diperoleh dari


uang pangkal, uang iuran, uang a. Uang pangkal dan iuran.
sumbangan, hibahan dan/atau b. Sumbangan tidak mengikat.
penerimaan lainnya yang sah c. Pendapatan lain yang sah
(tidak bertentangan dengan menurut hukum.
peraturan hokum) pula tidak
bertentangan dengan maksud
dan tujuan Asosiasi.
2. Jumlah uang pangkal dan uang
uang iuran ditentukan dalam
anggaran rumah tangga atau
peraturan lain dari badan
pengurus.

BAB XIII
LAMBANG DAN BENDERA
Pasal 25

1. Lambang ANI berupa :


2. Bendera ANI berupa :
3. Pembuatan dan penggunaan
Lambang serta Bendera diatur
dan ditetapkan oleh DPP.

BAB XIV
PERUBAHAAN ANGGARAN DASAR PERUBAHAN
Pasal 16 Pasal 26

1. Keputusan tentang perubahaan Perubahan atau penyempurnaan


anggaran dasar dapat diambil Anggaran Dasar Asosiasi untuk
dengan sah oleh rapat anggota berikutnya akan dilakukan didalam
yang khusus diadakan, yang Musyawarah Nasional (MUNAS).
dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota dan keputusan itu hanya
sah jika disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah suara yang
dikeluarkannya.
2. Jika dalam rapat itu jumlah
anggota yang hadir tidak
mencukupi jumlah (quorum) yang
ditetapkan dalam ayat 1 pasal ini,
maka dapat didakan rapat untuk
yang kedua kalinya, secepat-
cepatnya 7 (tujuh) hari setelah
rapat yang pertama, dengan
ketentuan bahwa rapat yang
kedua ini tanpa memandng
jumlah anggota yang hadir dapat
mengambil keputusan-keputusan
tentang apa yang diajukan dalam
rapat itu diadakan pemungutan
suara, maka keputusan sah jika
keputusan itu diambil dengan
jumlah terbanyak dari sura yang
dikeluarkan.

BAB XV
PEMBUBARAN PEMBUBARAN
Pasal 17 Pasal 27

1. Asosiasi hanya dapat dibubarkan Pembubaran Asosiasi hanya dapat


atas permintaan anggota biasa dilakukan melalui MUNASLUB yang
sekurang-kurangnya 2/3 (dua diadakan khusus untuk itu, dengan
pertiga) dari jumlah anggota ketentuan pelaksanaan :
biasa. 1. Kehadiran anggota yang mewakili
2. Menyimpang dari ketentuan dari pengurus DPD sekurang-
pasal 9 ayat kesatu dan ketiga kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
tersebut diatas, keputusan- jumlah DPD yang ada.
keputusan tentang pembubaran 2. Pengambilan keputusan disetujui
asosiasi hanya diambil dengan mencapai korum, yaitu suara sah
sah oleh rapat anggota yang dari 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
diadakan untuk keperluan itu, DPD yang hadir.
dan dihadiri oleh sedikitnya 2/3 3. Apabila Asosiasi dibubarkan,
(dua pertiga) dari jumlah maka Dewan Pengurus Pusat
anggota biasa asosiasi, melakukan likuidasi, kecuali
sedangkan keputusannya diambil MUNASLUB memutuskan lain.
sedapat-dapatnya dengan jalan 4. Segala ketentuan tata laksana
musyawarah untuk mufakat, pasal 1,2, dan 3 dalam BAB XV
dengan ketentuan apabila rapat Pasal 27 ini akan diatur tersendiri
memutuskan untuk diadakannya oleh Dewan Pengurus Pusat
pemungutan suara, maka Asosiasi.
keputusannya harus disetujui
oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah suara
yang dikeluarkan dengan sah.
3. Jika dalam rapat itu jumlah
anggota yang hadir tidak
mencukupi jumlah (quorum) yang
ditetapkan dalam ayat kesatu
pasal ini, maka dapat diadakan
rapat untuk kedua kalinya,
secepat-cepatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah rapat yang pertama,
dengan ketentuan bahwa rapat
yang kedua ini tanpa memandang
jumlah anggot biasa yang hadir
dapat mengambil keputusan-
keputusan tentang apa yang
diajukan dalam rapat pertama itu,
asalkan apabila dalam rapat itu
diadakan pemungutan suara,
maka keputusan sah jika
keputusan itu diambil dengan
jumlah suara terbanyak dari
suara yang dikeluarkannya.

Pasal 18

1. Apabila asosiasi dibubarkan,


maka badan pengurus
berkewajiban untuk melakukan
likuidasinya, kecuali bila rapat
anggota menentukan lain.
2. Mengenai ketentuan sisa hasil
likuidasi akan diatur dan
ditentukan kemudian dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB XVI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 28

Sebagai tokoh dan salah satu


pemrakarsa dan pendiri Asosiasi
Nikel Indonesia (ANI), Ir. Shelby
Ihsan Saleh diberi mandat setiap
pembentuk kepengurusan tingkat
pusat dan daerah dan kelembagaan
lainnya.
Untuk keperluan tersebut Ir. Shelby
Ihsan Saleh bisa memberikan
mandat kepada pihak lain.
Kekuasaan tersebut dimaksud
berlaku hingga dipandang Asosiasi
ini telah mampu dan mandiri.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29

1. Hal-hal lain yang belum diatur


dalam Anggaran Dasar Asosiasi
ini lebih lanjut akan diatur
didalam Anggaran Rumah Tangga
Asosiasi.
2. Anggaran Dasar yang ini sah dan
berlaku sejak tanggal :
____________________________

JsP/03/2015

Asosiasi Nikel Indonesia

ANGGARAN RUMAH TANGGA


AWAL PENYEMPURNAAN

BAB I
ASOSIASI
Pasal 19 Pasal 1

1. Anggaran rumah tangga Pembentukan Organisasi


ditetapkan dan diubah oleh rapat 1. Asosiasi Nikel Indonesia (ANI)
anggota dibentuk pertama kali pada
2. Anggaran rumah tangga memuat tanggal 29 Desember 2011.
ketentuan-ketentuan yang 2. Asosiasi Nikel Indonesia (ANI)
menurut anggaran dasar harus dilakukan penyempurnaan pada
diatur dalam anggaran rumah tanggal :_________________________
tangga dan ketentuan-ketentuan 3. Hasil penyempurnaan akan
menenai hal-hal lain yang dikuatkan dengan notaris dan
dianggap perlu oleh rapat dilaporkan serta
anggota. dipertanggungjawabkan pada
3. Anggaran rumah tangga dan MUNAS.
peraturan-peraturan lain dari 3. Pembentukan di daerah yang
badan pengurus tidak boleh belum terbentuk Asosiasi diatur
memuat ketentuan-ketentuan dalam peraturan organisasi yang
yang bertentangan dengan ditetapkan oleh Dewan Pengurus
anggaran dasar ini Pusat.

BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2

Keanggotaan Asosiasi meliputi


Anggota Biasa dan Anggota
Kehormatan.

Pasal 3
ANGGOTA BIASA

1. Yang dapat diterima sebagai


Anggota Biasa ialah Badan Usaha
sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar BAB I Pasal 1.
2. Permintaan menjadi Anggota
Biasa dilakukan secara tertulis
oleh Badan Usaha yang
bersangkutan yang ditujukan
kepada Dewan Pengurus Pusat
melalui Dewan Pengurus Daerah
tempat domisilinya.
3. Bila di daerah tempat Badan
Usaha tersebut berdomisili belum
ada Dewan Pengurus Daerah,
maka permohonan tersebut pada
ayat 2 dapat diajukan langsung ke
Dewan Pengurus Pusat.
4. Dalam waktu selambat-lambatnya
1 (satu) bulan setelah mengajukan
permohonan, dapat ditetapkan
menjadi Anggota Biasa.
5. Dapat tidaknya Badan Usaha
tersebut menjadi Anggota Biasa
ditentukan oleh Dewan Pengurus
Pusat.
6. Badan Usaha yang pernah
menjadi Anggota dan ingin
kembali menjadi Anggota, maka
Badan Usaha tersebut harus
membuat baru prosedur
permohonan tersebut sesuai ayat
2 Pasal ini.
7. Badan Usaha yang diterima
menjadi Anggota Asosiasi
diberikan Tanda Keanggotaan
yang diterbitkan oleh Dewan
Pengurus Pusat dan
ditandatanganin Ketua Umum dan
Sekretaris Jenderal.

Pasal 4
ANGGOTA KEHORMATAN

1. Anggota Kehormatan bisa dari


Badan Usaha / Perorangan /
Instansi lain yang bermanfaat bagi
kepentingan Asosiasi,
keanggotaannya diminta oleh
Dewan Pengurus Pusat maupun
Dewan Pengurus Daerah dan di
sahkan dalam rapat Dewan
Pengurus Pusat.
2. Anggota Kehormatan mempunyai
hak dan kewajiban yang
ditentukan dan diatur tersendiri
oleh Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 5
KEWAJIBAN ANGGOTA BIASA

1. Mentaati Anggaran Dasar,


Anggaran Rumah Tangga dan
segala ketentuan dan peraturan
yang ditetapkan dan dikeluarkan
Dewan Pengurus Pusat.
2. Memenuhi kewajiban terhadap
Asosiasi.
3. Menjaga nama baik Asosiasi.

Pasal 6
HAK ANGGOTA BIASA

1. Berperan serta secara aktif dalam


semua kegiatan Asosiasi.
2. Mendapat tanda keanggotaan dan
surat keterangan lainnya yang
diperlukan dalam bidang
usahanya.
3. Mendapatkan hak pembelaan
manakala yang bersangkutan
karena suatu sebab yang
dipandang perlu oleh Dewan
Pengurus Pusat.
4. Meminta bantuan berupa
konsultasi, informasi,
rekomendasi, arbitrasi yang
berkenaan dengan bidang
usahanya sepanjang batas
kemampuan dan kesanggupan
Asosiasi.
5. Mengajukan pendapat dan
mempunyai hak suara dalam hal
pemungutan suara.
6. Memilih dan dipilih menjadi
anggota pengurus.
.

Pasal 7
SANKSI ANGGOTA

Sanksi yang dapat dijatuhkan


Asosiasi mengenai pelanggaran
terhadap anggota meliputi :
1. Teguran atau peringatan tertulis
2. Penghentian pelayanan Asosiasi
3. Pemberhentian sementara
4. Pemberhentian tetap

BAB III
DEWAN PENGURUS PUSAT
Pasal 8

1. Dewan Pengurus Pusat dibentuk


dan disusun melalui formatur
dalam MUNAS atau MUNASLUB.
2. Yang dapat menjadi pengurus
pada Dewan Pengurus Pusat
adalah mereka yang ditokohkan,
memiliki jasa, memiliki
kemampuan serta pimpinan
Badan Usaha sebagai anggota
Asosiasi (dalam hal ini telah
disepakati di internal Badan Usaha
tersebut).
3. Pengurus yang menjadi pengurus
Dewan Pengurus Pusat tidak
menjadi Pengurus lagi
dikarenakan :
a. Mengundurkan diri secara
tertulis.
b. Meninggal dunia
c. Diberhentikan oleh Dewan
Pengurus Pusat karena karena
suatu sebab yang bertentangan
dengan peraturan Asosiasi.
c. Sedang menjalani hukuman
atas keputusan pengadilan.
4. Anggota Dewan Pengurus Pusat
yang lama dapat dipilih kembali
untuk masa kepengurusan
berikutnya.
5. Pergantian kepengurusan
dilaksanakan melalui MUNAS.
Apabila terjadi pergantiannya
didalam masa jabatan berjalan.
Maka pergantian kepengurusan
dilakukan oleh Dewan Pengurus
Pusat dan dilaporkan serta
dipertanggungjawabkan pada
akhir jabatan didalam MUNAS.
6. Apabila Ketua Umum dalam
perjalanan masa kerjanya
mengundurkan diri atau sebab
lain, cara pergantian dilakukan di
Dewan Pengurus Pusat dan
nantinya dipertanggungjawabkan
di MUNAS.
7. Dewan Pengurus Pusat dapat
membentuk jabatan eksekutif
lainnya (antara lain Direktur
maupun Manager) apabila
dipandang perlu dan penting
dalam menjalankan kegiatan
Asosiasi.

Pasal 9
KEWAJIBAN
DAN
HAK PENGURUS PUSAT

1. Mengesahkan dan melantik


Dewan Pengurus Daerah.
2. Wajib menyetujui pembentukan
Dewan Pengurus Daerah apabila
persyaratan pembentukan Dewan
Pengurus Daerah terpenuhi.
3. Mengangkat seseorang menjadi
Pembina/Penasehat/Anggota
Kehormatan.
4. Bertindak untuk dan atas nama
Asosiasi dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya.
5. Membentuk Panitia, Komisi,
Delegasi atau Tim/Kelompok
dalam rangka suatu kegiatan.
6. Membuat laporan kegiatan dan
keuangan secara akutansi.
7. Menyelenggarakan MUNAS,
MUNASLUB, RAKERNAS dan
RAKORNAS.
8. Menyusun rencana kerja dan
rencana anggaran pendapatan
dan belanja Asosiasi.
9. Melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang kondusif untuk tercapainya
tujuan Asosiasi.

BAB IV
PEMBENTUKAN ASOSIASI DAERAH
Pasal 10

1. Yang disebut Daerah adalah


wilayah Provinsi.
2. Pembentukan Asosiasi di daerah
dapat dilakukan apabila sekurang-
kurangnya terdapat 10 (sepuluh)
Anggota Biasa.

Pasal 11
KEWAJIBAN
DAN
HAK PENGURUS DAERAH

1. Menerima atau menolak


permohonan menjadi Anggota.
2. Melakukan koordinasi dengan
pusat, segala aktivitas yang
menyangkut kebijakan di daerah.
2. Mengangkat seseorang menjadi
Pembina/Penasehat/Anggota
Kehormatan di daerah.
3. Bertindak untuk dan atas nama
Asosiasi dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya di
daerah.
4. Membentuk Panitia, Komisi,
Delegasi atau Tim/Kelompok
dalam rangka suatu kegiatan di
daerah.
5. Membuat laporan kegiatan dan
keuangan secara akutansi
7. Menyelenggarakan MUSDA,
MUSDALUB, RAKERDA dan
RAKORDA.
8. Menyusun rencana kerja dan
rencana anggaran pendapatan
dan belanja Asosiasi.
9. Melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang kondusif untuk tercapainya
tujuan Asosiasi di tingkat daerah.

BAB V
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 12
MUSYAWARAH NASIONAL

1. Peserta MUNAS adalah :


a. Dewan Pengurus Pusat.
b. Utusan-utusan Daerah yang
dipimpin ketua Dewan Pengurus
Daerah atau yang dimandatkan.
2. Pembahasan dalam MUNAS
a. Pertanggunjawaban pengurus.
b. Menyusun program kerja dan
anggaran Asosiasi sebagai
pedoman.
c. Membentuk kepengurusan
Dewan Pengurus Pusat yang
baru.
d. Program kerja lainnya yang
bermaanfaat untuk kepentingan
dan kemajuan Asosiasi.
3. MUNAS dipimpin oleh Dewan
Pengurus Pusat.
4. Korum MUNAS tercapai apabila
dihadiri 2/3 (dua pertiga) jumlah
Dewan Pimpinan Daerah yang
ada, dan keputusan dalam MUNAS
sah apabila keputusan diambil 2/3
(dua pertiga) dari suara utusan
yang hadir.
5. Biaya MUNAS didapat dari DPP,
DPD dan sumbangan-sumbangan
lain yang sah dan tidak merugikan
Asosiasi.
6. Keputusan MUNAS sedapat
mungkin diambil dengan cara
musyawarah untuk mufakat.
7. Tata laksana MUNAS diatur lebih
lanjut melalui peraturan yang
ditetapkan Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 13
MUSYAWARAH NASIONAL
LUAR BIASA

MUNASLUB dapat dilaksanakan


apabila :
1. Atas permintaan dari 2/3 DPD
yang ada.
2. Adanya kepentingan yang
mendesak sehubungan dengan
AD/ART atau Kepengurusan.
3. Penyelenggara MUNASLUB adalah
DPP.
4. Tata laksana dan biaya
MUNASLUB analog pada MUNAS.

Pasal 14
RAPAT KERJA NASIONAL

1. RAKERNAS diselenggarakan oleh


DPP Asosiasi.
2. Dihadiri oleh DPP dan DPD.
3. Rakernas membahas :
a. Laporan kegiatan DPP yang
sedang berjalan.
b. Penyempurnaan program kerja
dan anggaran.
c. Peninjauan, penyempurnaan
dan pembatalan diluar AD / ART
Asosiasi.
d. Program lainnya yang perlu dan
penting untuk kemajuan
Asosiasi
4. Biaya RAKERNAS didapat didapat
dari DPP, DPD dan sumbangan
lainnya yang sah dan tidak
bertentangan dengan Asosiasi.
5. Tata laksana RAKERNAS diatur
lebih lanjut melalui peraturan
yang ditetapkan oleh Dewan
Pengurus Pusat.

Pasal 15
RAPAT KOORDINASI NASIONAL

1. RAKORNAS Diselenggarakan DPP


berdasarkan keperluan.
2. Dihadiri oleh DPP dan utusan DPD
3. RAKORNAS membahas :
a. Materi khusus untuk MUNAS.
b. Program-program kerja yang
dianggap perlu dan penting.
4. Biaya RAKORNAS didapat dari
DPP, DPD dan sumbangan lainnya
yang sah dan tidak bertentangan
dengan Asosiasi.
5. Tata laksana RAKERNAS diatur
lebih lanjut melalui peraturan
yang ditetapkan oleh Dewan
Pengurus Pusat.

Pasal 16
MUSYAWARAH DAERAH

Peserta MUSDA adalah :


a. Dihadiri Dewan Pengurus Pusat.
b. Utusan-utusan dari anggota
Asosiasi di daerah.
2. Pembahasan dalam MUSDA :
a. Pertanggunjawaban pengurus.
b. Menyusun program kerja dan
anggaran Asosiasi sebagai
pedoman.
c. Membentuk kepengurusan
Dewan Pengurus Daerah yang
baru.
d. Program kerja lainnya yang
bermaanfaat untuk kepentingan
dan kemajuan Asosiasi.
3. MUSDA dipimpin oleh Dewan
Pengurus Daerah.
4. Korum MUSDA tercapai apabila
dihadiri 2/3 (dua pertiga) jumlah
Anggota Asosiasi yang ada, dan
keputusan dalam MUSDA sah
apabila keputusan diambil 2/3
(dua pertiga) dari suara utusan
yang hadir.
5. Biaya MUSDA didapat dari DPD,
Anggota Asosiasi dan sumbangan-
sumbangan lain yang sah dan
tidak merugikan Asosiasi.
6. Keputusan MUSDA sedapat
mungkin diambil dengan cara
musyawarah untuk mufakat.
7. Tata laksana MUSDA diatur lebih
lanjut melalui peraturan yang
ditetapkan Dewan Pengurus
Daerah yang analog dengan
MUNAS.

Pasal 17
RAPAT KERJA DAERAH

1. RAKERDA diselenggarakan oleh


DPD Asosiasi
2. Dihadiri oleh DPD dan anggota
Asosiasi di Daerah
3. RAKERDA membahas :
a. Laporan kegiatan DPD yang
sedang berjalan.
b. Penyempurnaan program kerja
dan anggaran.
c. Peninjauan, penyempurnaan
dan pembatalan diluar AD / ART
Asosiasi.
d. Program lainnya yang perlu dan
penting untuk kemajuan
Asosiasi
4. Biaya RAKERDA didapat didapat
dari DPD, Anggota Asosiasi dan
sumbangan lainnya yang sah dan
tidak bertentangan dengan
Asosiasi.
5. Tata laksana RAKERDA diatur
lebih lanjut melalui peraturan
yang ditetapkan oleh Dewan
Pengurus Daerah.

Pasal 18
RAPAT KOORDINASI DAERAH

1. RAKORDA Diselenggarakan DPD


berdasarkan keperluan.
2. Dihadiri oleh DPD dan utusan
anggota Asosiasi
3. RAKORDA membahas :
a. Materi khusus untuk MUSDA
b. Program-program kerja yang
dianggap perlu dan penting
4. Biaya RAKORDA didapat dari
DPD, Anggota Asosiasi dan
sumbangan lainnya yang sah dan
tidak bertentangan dengan
Asosiasi
5. Tata laksana RAKORDA diatur
lebih lanjut melalui peraturan
yang ditetapkan oleh Dewan
Pengurus Pusat.

BAB VI
KEUANGAN
Pasal 19

1. Besarnya uang pangkal dan uang


iuran Asosiasi serta tata cara
pemungutan dan pengaturannya
ditetapkan oleh Dewan Pengurus
Pusat Asosiasi.
2. Pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan dan kekayaan Asosiasi
disampaikan setiap akhir jabatan
bersamaan dengan penyampaian
pertanggungjawaban Asosiasi di
masing-masing tingkatan.
3. Untuk keperluan pengawasan,
dewan pengurus setiap tingkatan
akan menggunakan akuntan
publik yang akan melakukan
pemeriksaan keuangan (audit).

BAB VII
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP PENUTUP
Pasal 20 Pasal 20

Hal-hal yang belum tercantum 1. Hal-hal yang belum diatur dalam


dalam anggaran dasar ini, dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi
dalam anggaran rumah tangga ini, diatur dalam Peraturan dan
maupun akan diputuskan melalui Pedoman Asosiasi yang ditetapkan
peraturan organisasi yang oleh Dewan Pengurus Pusat
merupakan bagian yang tidak Asosiasi.
terpisahkan dari Anggaran Dasar 2. Anggaran Rumah Tangga Asosiasi
ini ini berlaku sejak
:_________________________
Pasal 21

Susunan Anggota Pengurus


Asosiasi
Dewan Pembina :
Akan ditentukan kemudian oleh
rapat badan pengurus
Dewan Pengawas :
Akan ditentukan kemudian oleh
rapat badan pengurus

Badan Pengurus :
Ketua Umum :
Ir. Shelby Ihsan Saleh
Wakil Ketua Umum :
Achmad Febby Fadillah
Sekretaris Jenderal :
Anton Santoso
Bendahara Umum :
Simon Takaendengan
Wakil Sekretaris :
Santoso Suwangsa P.
Wakil Bendahara :
Achmad Luthfi Prawirayudha

Ketua Bidang I (Dana &


Usaha) :
Marvin Setiawan
Ketua Bidang II (Produksi &
Teknologi) :
Ivy Djaya Susantyo
Ketua Bidang III
(Perdagangan) :
Tan Chandra Hartanto
Ketua Bidang IV (Hukum &
Organisasi) :
Faizal Emzita

JsP/03/2015

Anda mungkin juga menyukai