Anda di halaman 1dari 22

KEGAWATDARURATAN PADA SISTEM KARDIOVASKULAR :

HIPERTENSI EMERGENSI

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

KELOMPOK 10

Rohmat Solihin (1013031083)

Siti Masrinah (1013031093)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG
MARET 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
yang tak terhingga kepada kita semua serta dengan izinnya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Kegawatdaruratan pada sistem kardiovaskular : Hipertensi
Emergensi

Tidak mengurangi rasa hormat, terima kasih kepada :

1. Bapak H.Maman Sutisna, SKM.,M.Kes, selaku ketua STIKes Faletehan Serang.


2. Bapak Deni Suwardiman, S.Kp,.M.Kep, selaku ketua program studi ilmu keperawatan
STIKes Faletehan Serang.
3. Bapak Lukmanulhakim, S.Kep., Ners., M.Kep selaku dosen Keperawatan Gawat
Darurat yang telah menugaskan makalah ini sehingga kami dapat belajar dan
menyusun makalah ini.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan segenap dukungan moril maupun materil.
5. Pihak-pihak yang telah membantu serta mendoakan yang terbaik bagi penulis.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk proses pembelajaran
kedepannya.

Serang, Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... ii

Daftar isi.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Tujuan . 2
C. Manfaat ... 2

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Definisi 3
B. Etiologi . 3
C. Manifestasi Klinis . 3
D. Penekatan Diagnostik 4
E. Patofisiologi .. 4
F. Penatalaksanaan Medis . 7

BAB III ANALISA KASUS

A. Kasus . 10
B. Pengkajian ............. 11
C. Pemeriksaan Fisik ............. 11
D. Pemeriksaan Penunjang 11
E. Therapi.. 12
F. Emergency Assessment .. 12
G. Analisa Data .. 13
H. Diagnosa Keperawatan . 14
I. Rencana Keperawatan .. 15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 18
B. Kritik dan Saran 18
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah medis yang menimbulkan dampak bermakna
pada kesehatan masyarakat umum. Studi NHANES di amerika serikat
menunjukkan kecenderungan peningkatan angka deteksi kasus hipertensi
selama satu decade terakhir (68% vs 70%) namun angka pengendalian
penyakit hipertensi pada periode yang sama tidak berbeda bermakna (27% vs
34%) (Chobanian et al, 2003).
Dari populasi hipertensi , di taksir 70% menderita HT ringan, 20 % menderita
HT sedang dan 10 % HT berat. Pada setiap HT ini dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah diastolik sangat meningkat sampai 120-130
mmHg yang merupakan suatu kegawatan medis yang memerlukan
pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita (Majid,
2004). 20% pasien hipertensi yang datang ke UGD adalah pasien hipertensi
krisis. Data di amerika serikat menunjukkan peningkatan prevalesi hipertensi
dari 6,7% pada penduduk berusia 20-39 tahun, manjadi 65% pada penduduk
berusia di atas 60 tahun. Data ini dari total penduduk 30% diantaranya
menderita hipertensi dan hampir 1%-2% akan berlanjut menjadi hipertensi
krisis disertai kerusakan organ target (Devicaesaria, 2014).
Prevalensi pada jenis kelamin pria dua kali lebih tinggi dari wanita akan tetapi
pada usia di atas 60 tahun tidak banyak perbedaan antara pria dan wanita dan
pada usia 70 tahun kemungkinan terjadi stroke oleh hipertensi pada pria dan
wanita yang sama. Beberapa faktor lain yang menyebabkan meningginya
prevalensi hipertensi adalah familiar, gizi garam yang tinggi, alcohol, stress
dan perokok (Tabrani, 2008).
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
hipertensi emergensi, penanganan yang perlu dilakukan serta asuhan
keperawatan kepada pasien dengan hipertensi emergensi.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 1


B. Tujuan
Setelah mempelajari kasus kegawatdaruratan pada sistem kardiovaskular
yakni Hipertensi Emergensi diharapkan mahasiswa/i mampu menjelaskan
kegawatdaruratan pada pasien Hipertensi Emergensi.

C. Manfaat
1. Mahasiswa/i memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi
dan pemeriksaan penunjang (diagnostic dan laboraturium) pada kasus
Hipertensi Emergensi.
2. Mahasiswa/i dapat memahami asuhan keperawatan gawat darurat pada
kasus Hipertensi Emergensi.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 2


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hipertensi emergensi (darurat) merupakan peningkatan tekanan darah sistolik
>180 mmHg atau diastolic >120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan
organ target (Devicaesaria, 2014). Bukti kerusakan organ sasaran yang
dimaksud antara lain ensefaopati hipertensif, infark miokard akut, gagal
jantung kiri disertai edema paru, diseksi aneurisma aorta, dan eklampsia
(Chobanian et al, 2003). Upaya penurunan tekanan darah pada kasus
hipertensi emergensi harus dilakukan segera mungkin (<1 jam) (Atlee, 2007).
Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam
dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi intra vena (Devicaesaria,
2014).

B. Etiologi
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa
disfungsi endotel, remodelling dan arterial striffness. Namun factor penebab
hipertensi emergensi masih belum bisa dipahami. Diduga karena terjadinya
peningktakan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi
vascular. peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan
jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan
vascular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi
(Devicaesaria, 2014).

C. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis dari hipertensi emergensi yaitu terdapat kerusakan organ,
misalnya perubahan status mental seperti pada ensefalopati, stroke, gagal
ginjal, angina, edema paru, serangan jantung, aneurisma, eklampsia (Bryg,
2009). Manifestasi hipertensi krisis berhubungan dengan organ target yang
ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien. Pada
pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intracranial akan dijumpai

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 3


keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran, dan tanda neorologi fokal
berupa hemiparesis atau paresis nervus kranialis.
Pada hipertensi ensefalopati ditemukan penurunan kessadaran dan atau deficit
neurologi fokal (Devicaesaria, 2014). Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja
ditemukan retinopati dengan perbahan arteriola, perdarahan dan eksudasi
maupun papilledema Devicaesaria, 2014). Pada sebagian pasien yan lain
manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti; angina,
akut miokard infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang
lain gagal ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi
(Devicaesaria, 2014).

D. Pendekatan Diagnostik
Kemampuan dalam mendiagnosis hipertensi emergensi dan urgensi harus
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas pasien. Anamnesis tentang riwayat penyakit
hipertensinya, obat-obatan anti hipertensi yang rutin diminum, kepatuhan
minum obat, riwayat konsumsi kokain, amphetamine dan phencyclidine.
Riwayat penyakit yang menyertai dan penyakit kardiovaskular atau ginjal
penting di evaluasi.
Tanda-tanda deficit neurologis harus di periksa seperti sakit kepala, penurunan
kesadaran, hemiparesis dan kejang (Devicaesaria, 2014). Pemeriksaan
laboratoriumyan diperlukanseperti hitung jenis, elektrolit, kreatinin dan
urinalisa. Foto thoraks, EKG, dan CT-scan kepala sangat penting diperiksa
untuk pasien-pasien dengan sesak nafas, nyeri dada atau perubahan status
neurologis. Pada keadaan gagal jantung kiri dan hipertrofi ventrikel kiri
pemeriksaan ekokardiografi perlu dilakukan (Devicaesaria, 2014).

E. Patofisiologi
Ketika peningkatan tekanan darah di atas batas kritis terjadi, muncul
serangkaian dampak local dan sistemik mengakibatkan peningkatan tekanan
darah yang makin tinggi . terdapat hubungan perbedaan status tekanan darah
(normal vs tinggi) terhadapa titik letup (breakthrough) aliran darah otak yang

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 4


dapat meyebabkan kebocoran plasma ke jaringan perivascular yang pada
akhirnya berkontribusi terhadap kejadian edema otak dan gejala ensefalopati
hipertensif (Strandgaard,1973)

Peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi


vascular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan
jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan
vascular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi.
Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap
kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi
terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan kontraksi/dilatasi pembuluh
darah. Pada individu hipertensi kronis autoregulasi bergeser ke kanana pada
tekanan arteri rata-rata (110-180mmHg). Mekanisme adaptasi ini tidak terjadi
padatekanan darah yang mendadak naik (krisis hipertensi), akibatnya pada
SSP akan terjadi endema dan ensefalopati, demikian juga halnya dengan
jantung, ginjal dan mata (Isselbacher et al, 2012).

Bila tekanan darah turun maka akan terjadi vasodilatasi dan jika tekanan darah
naik maka akan terjadi vasokontriksi. Pada individu normotensi, aliran darah
masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg. Bila
MAP turun dibawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan
oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang
menurun. Bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan
manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkop (Devicaesaria,
2014).

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 5


Gambar 2.1. patofisiologi hipertensi emergensi

Essential hypertension
Kelainan
endokrin

Hipertensi Kelaianan ginjal


kehamilan berat

Obat-obatan
Critical level atau kenaikan
dan peningkatan resistensi
vascular secara cepat

Kerusakan endotel Natriuresis spontan

Kekurangan
Permeabilitas endotel
vol.intravaskular

vasodilatasi, NO &
Deposit platelet dan fibrin prostasiklin vasokontriksi,
(reninangiotensin,
katekolamin)
Fibrinoid nekrosis dan
intimal proliferation
Tek.darah lebih
lanjut
Peningkatan
tek.darah besar

Iskemik jaringan

Disfungsi organ
target

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 6


F. Penatalaksanaan Medis
Pada hipertensi emergensi perlu dipertimbangkan penggunaan obat parenteral
untuk mengatasi dampak hipertensi terhadap kerusakan organ sasaran. Dalam
kondisi akut, target terapi adalah penurunan tekanan darah kurang atau sama
dengan 25% dari kondisi awal dalam satu jam pertama. Kemudian apabila
kondisi hemodinamik stabil, penurunan ini dapat dilanjutkan hingga 160/100-
110 mmHg dalam 2-6 jam berikutnya (Chobanian, 2003). Pemilihan obat
bergantung pada situasi klinis. Pada prinsipnya, obat yang di pakai dalam
penanganan hipertensi emergensi harus memiliki onset kerja cepat, mudah di
titrasi, aman, tidak mahal dan nyaman bagi pasien (Varon & Marik, 2008).

1. Enalaprilat
Studi pemberian enalaprilat intravena, suatu penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE Inhibitor) sebagai obat anti hipertensi perioperative.
Enalaprilat diberikan dalam bentuk injeksi intravena 1,25 mg bolua lambat
dalam 5 menit setiap 6 jam , kemudian di titrasi 1,25 mg tiap selang waktu
12-24 jam hingga dosis maksimum 5 mg tiap 6 jam (Ahuja 2010).
Kelebihan enalaprilat adalah cara pemberian melalui bolus intravena tidak
menimbulkan refleks takikardi serta tidak berdampak buruk pada tekanan
intra kranial. Namun di sisi lain, onset kerjanya lambat (15 menit). Selain
itu, efek puncak enalaprilat belum tercapai dalam 1 jam sehingga
diragukan dapatmengatasi hipertensi emergensi (Varon & Marik, 2008).
Enalaprilat dilarang digunakan pada wanita hamil dan pasien stenosis
arteri renalis bilateral. Penggunaan pada pasien dnganhiperkalemia, gagal
ginjal akut, atau hypervolemia perlu pemantauan ketat (Varon & Marik,
2008).

2. Esmolol
Esmolol adalah obat penghambat reseptor -adrenelgik kardioselektif
yang memiliki oner kerja cepat. Obat ini sering digunakan pada hipertensi
pasca operasi yang berat dan merupakan pilihan ideal untuk pasien yang

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 7


memiliki curah jantung, denyut jantung, dan tekanan darah yang
meningkat (Varon & Marik, 2008).
Esmolol bekerja menurunkan tekanan atrium melalui mekanisme
penurunan denyut jantung dan kontraktilitas miokardium sehingga
menurunkan curah jantung. Obat ini diberikan secara intravena dengan
dosis awal 500-1000 g/kgBB dalam 1 menit dilanjutkan dengan infus
pada kecepatan 50g/kgBB/menit. Obat ini memiliki awitan kerja cepat
(60 detik) dan durasi kerja singkat (10-20 menit) (Varon & Marik, 2008).

3. Labetalol
Labetalol adalah kombinasi senyawa penghambat reseptor 1-adrenergik
secara selektid dan reseptor -adrenelgik secara non selektif yang
diberikan secara bolus intravena atau melalui bolus secara terus menerus.
Obat ini biasa diberikan pada pasien krisis hipertensi imbas kehamilan
sebab ekskresi obat ini melaui plasenta amat minimal (Varon & Marik,
2008).
Labetalol dapat dierikan dengan dosis awal 20mg, diikuti peningkatan
dosis 20-80 mg tiap selang waktu 10 menit hingga target tekanan darah
tercapai. Cara lain adalah dengan memberikan dosis awal 20 mg
dilanjutkan infus kontinu 1-2 mg/menit yang dititrasi hingga target
tekanan tercapai (Varon & Marik, 2009) (Ruiz et al, 2011)
Labetalol menurunkan tekanan darah dengan menurnkan tahanan vaskuar
sistemik tanpa mengurangi aliran darah perifer total. Selain itu, perfusi
otak, ginjal dan coroner tetap terjaga. Adanya efek penghambat reseptor
membuat denut jantung relative tetap atau sedikit turun (Varon & Marik,
2008).

4. Nikardipin
Nikardipin termasuk jenis penghambat kanal kalsium dihidropiridin yang
memiliki awitan kerja cepat dan tersedia untuk penggunaan intravena dan
oral. Obat ini diduga meningkatkan aliran darah coroner dan memiliki
kemampuan vasodilator yang lebih selektif pada arteri coroner

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 8


dibandingkan arteri perifer sehingga penggunaannya secara intravena
terbukti menurunkan angka kejadian iskemia jantung dan serebral (Varon
& Marik, 2008)
Dosis nikardipin tidak tergantung BB , dapat dimulai dengan kecepatan
infus 5 mg/jam, boleh di titrasi 2,5 mg/jam tiap 5 menit hingga dosis
maksimum 15 mg/jam sampai target tekanan darah yang diinginkan
tercapai (Varon & Marik, 2008).
Keuntungan terapeutik pemakaian nikardippin adalah peningkatan volume
sekuncup dan aliran darah coroner yang penting bagi keseimbangan
antara kebutuhan dan ketersediaan oksigen miokard. Karakteristik ini
penting bagi keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan oksigen
miokard. Karakteritik ini penting untuk pasien penyakit jantung coroner
dan gagal jantung sistolik (Ruiz et al, 2011). Namun kekuranga
nnikardipin adalah pemanjangan masa paruh obat ini setelah penggunaan
lebih dari 24 jam yang berdampak [ada pemanjangan durais kerjanya
(Ruiz et al, 2011)

5. Fenoldopam
Fenoldopam merupakan agonis reseptor dopamine-1 (DA) yang diberikan
secara intravena untuk pengobatan hipertensu berat. Kemampuannya
sebagai modulator vasodilatasi perifer melalui mekanisme kerja yamg
melibatkan reseptor dopamine-1 perifer. Obat ini berkaitan dengan
peningkatan produksi urin dan bersihan kreatinin sehingga merupakan
terapi pilihan bagi perioperative yang beresiko disfungsi ginjal (Ruiz et al,
2011).
Fenoldopam diberikan dengan dosis awal 0,1 g/kg/menit yang dititrasi
bertahap 0,05-0,1 g/kg/menit hingga dosis maksimal 1,6 g/kg/menit.
Kekurangan obat iin terletak pada dampaknyaterhadap jantung berupa
reflex takikardia. Oleh sebab itu, penggunaan obat ini pada pasien iskemia
miokard harus dipantau ketat. Selain itu, fenoldopam juga meningkatakan
tekanan intraokuler seiring dengan peningktan dosis obat (Ruiz et al,
2011).

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 9


BAB III
ANALISA KASUS
A. Kasus
An.Z berumur 16 tahun, merasa pandangannya kabur pada mata sebelah
kiri tanpa gejala gatal-gatal, mata berair dan mata kemerahan dalam 2
minggu sebelumnya. Ahli ophthalmology di RS Cipto Mangukusumo
mendiagnosa adanya eksudat pada retina dengan retinopathy pada sebelah
kiri dan dirujuk ke poli klinik rheumatology untuk menentukan adanya
autoimun atau collagen disease, kemudian dirujuk ke ruang UGD karena
tekanan darah 240/180 mmHg. Pasien mengatakan tidak memiliki gejala
sakit kepala, cemas, kehilangan kesadaran, edema pada kaki, napas
pendek, nyeri dada, epistaksis, nausea dan vomiting, nyeri reumatik,
kemerahan pada pipi, sensitif terhadap cahaya, sariawan, palpitasi,
mendengkur, kemerahan pada urine dan volume urin yang sedikit. Urinasi
dan defekasi normal.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti trauma kepala,
hipertensi, diabetes, penyakit jantung, penyakit ginjal, alergi maupun
asma. Riwayat penyakit keluarga menyatakan bahwa ibu pasien memiliki
penyakit hipertensi. Pasien merupakan murid SMA, tidak pernah merokok
ataupun mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.
Pemeriksaan fisik didapat tekanan darah 240/180 mmHg (diukur pada
kedua lengan dan kaki), nadi 88x/menit regular, respirasi 16x/menit, suhu
37C. IMT 24,2 kg/m2 (overweight), terdengar suara gallop saat di
auskultasi area jantung. Pemeriksaan laboraturium menunjukkan Hb :
13,7/dL, Leukosit 10.100/L, platelet 283.000/L, Cr 1,2 mg/dL, albumin
4,9/L, sedangkan fungsi hati dan elektrolit normal. Proteinuria (+). ECG
menunjukkan LV Strain. x-ray dada menunjukkan kardiomegali.
Optalmologist mendiagnosa retinopati OS grade III dan hipertensif
retinopati OD gr II.
Pasien di diagnosa hipertensi emergensi dan telah diberikan O2 3L/m,
intravena fluid drip (IVFD) dextrose 5%/12 jam, nicardipine 10 mg/jam,
clonidine 2x 0,15 mg, captropil 3x25 mg dan bisoprolol 1x5 mg.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 10


B. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : An.Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Pekerjaan : Siswa
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pandangan kabur/blur pada mata sebelah kiri.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan pandangan kabur/blur pada mata sebelah kiri.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit seperti trauma kepala,
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal,
alergi maupun asma.
d. Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien memiliki penyakit hipertensi.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Composmentis,
1. Tekanan darah 240/180 mmHg (diukur pada kedua lengan dan kaki)
2. Nadi 88x/menit regular
3. Respirasi 16x/menit
4. Suhu 37C. )
5. IMT 24,2 kg/m2 (overweight)

Dada : Terdengar suara gallop saat di auskultasi area jantung.

D. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 13,7g/dL (13-17g/dL) , Leukosit 10.100/L (4.400-11.300), platelet
283.000/l (150.000-450.000), Cr 1,2 mg/dL (1,8-1,9 mg/dL), albumin

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 11


4,9/L (3,4-5,4 g/dL), sedangkan fungsi hati dan elektrolit normal.
Proteinuria (+). ECG menunjukkan LV Strain. x-ray dada menunjukkan
kardiomegali. Optalmologist mendiagnosa retinopati OS grade III dan
hipertensif retinopati OD gr II.

E. Therapi
Pasien telah diberikan O2 3L/m, intravena fluid drip (IVFD) dextrose
5%/12 jam, nicardipine 10 mg/jam, clonidine 2x 0,15 mg, captropil 3x25
mg dan bisoprolol 1x5 mg.

F. Emergency Assessment
Primary Survey Secondary Survei
A Pandangan kabur pada mata
S
sebelah kiri
B Terpasang O2 3L/m Pasien tidak memiliki riwayat
A
alergi
C TD : 240/180 mmHg nicardipine 10 mg/jam,
intravena fluid drip clonidine 2x 0,15 mg,
M
(IVFD) dextrose captropil 3x25 mg dan
5%/12 jam bisoprolol 1x5 mg
D Keadaan umum dlm
P
orientasi baik
E - Cr 1,2 mg/dL (1,8-
1,9 mg/dL),
- Proteinuria (+).
- ECG menunjukkan
LV Strain.
- X-ray dada L
menunjukkan
kardiomegali.
- retinopati OS grade
III dan hipertensif
retinopati OD gr II.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 12


E

G. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS : faktor predisposisi (diet garam, obesitas Penurunan
dll)
Curah Jantung
DO :
Pengeluaran renin ginjal
a. Tekanan darah
240/180mmHg Memicu angiotensin I
b. Kardiomegali

c. Gallop Vasokontriksi

Hipertensi

Kekurangan volume intravascular

tekanan darah lebih lanjut akibat
angiotensin/katekolamin

Penurunan Curah Jantung
DS : tekanan darah lebih lanjut akibat Gangguan
angiotensin/katekolamin
Rasa Nyaman
klien mengatakan
pandangannya Efek sekunder (vasokontriksi ateriol
eferen)
kabur pada mata

sebelah kiri
Kurang suplai O2 & nutrisi ke organ target

DO :
Retinopati
retinopati (+)
Fungsi penglihatan

Gangguan Rasa Nyaman

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 13


H. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pandangan yang blur
pada mata sebelah kiri.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 14


I. Rencana Keperawatan

NOC NIC
No Dx Keperawatan NIC (Label)
Tujuan Intervensi

1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan intervensi - Cardiac Mandiri


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam, effectiveness
1. Catat TTV dan pantau adanya
perubahan kontraktilitas tekanan darah klien berangsur - Circulation
disritmia jantung
normal yang ditandai dengan status
Ditandai oleh : 2. Monitor status kardiovaskular,
kriteria hasil : - Vital sign
bunyi jantung dan suara paru
DS : status
a. Dapat mentoleransi aktivitas, 3. Monitor adanya crushing triad
DO : tidak ada kelelahan (tekanan nadi melebar,
b. Tidak ada penurunan bradikardi, peningkatan
d. Tekanan darah
kesadaran sistolik)
240/180mmHg
4. Monitor status pernapasan
e. Kardiomegali
yang menandakan gagal
Gallop
jantung
5. Monitor toleransi aktivitas
pasien

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 15


6. Monitor adanya dispneu,
fatigue, takipneu dan ortopneu
7. Anjurkan untuk menurunkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dokter


dalam memberikan obat
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan intervensi - Anxiety Mandiri
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam, Reduction 1. Lakukan pendekatan yang
pandangan kabur pada kenyamaan klien kembali dengan - Environment menenangkan
mata sebelah kiri. kriteria hasil : Management 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Comfort terhadap pelaku pasien
Ditandai oleh : - Comfort, Readiness for
3. Jelaskan semua prosedur dan
Enchanced
DS : klien mengatakan apa yang akan dilakukan
1. Status lingkungan yang
pandangannya kabur pada 4. Temani pasien untuk
nyaman
mata sebelah kiri memberikan keamanan dan
2. Respon terhadap pengobatan
kenyamanan.
DO : retinopati (+) 3. Kontrol gejala
5. Dengarkan keinginan pasien

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 16


4. Support social dengan penuh perhatian.

Kolaborasi

1. Kolaborasikan dengan dokter


spesialis (yang bersangkutan)
untuk memberikan
penatalaksanaan pada
penglihatan pasien

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 17


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
An. Z (laki-laki) 16 tahun, terdiagnosa Hipertensi Emergensi ditandai dengan
tekanan darah mencapai 240/180 mmHg, sudah menganggu ke organ target
yaitu penglihatan yang kabur. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah
penurunan curah jantung dan gangguan rasa nyaman. Keadaan gawat darurat
tersebut harus segera ditangani mencegah terjadinya pecah pembuluh darah
pada organ vital lainnya.

Intervensi diberikan segera dengan memonitoring TTV, fungsi jantung dan


pemberian obat untuk menurunkan tekanan darahnya. Selain itu, intervensi
lain dilakukan pendekatan untuk mengurangi rasa tidak nyaman akibat
penurunan fungsi penglihatan. Intervensi keperawatan harus dilakukan
berdasarkan primary survey dan secondary suvey.

B. Kritik dan Saran


Kami ucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT dan terimakasih kepada
dosen tim Keperawatan Gawat Darurat serta teman kelompok dimana dapat
terselesaikannya asuhan keperawatan gawat darurat pada sistem
kardiovaskular yang terkait dengan Hipertensi Emergensi. Kami menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami memohon kritik dan saran
yang sifatnya membangun

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 18


DAFTAR PUSTAKA

Atlee JL et al. 2007. Perioperative Critical Care Cardiology 2nd Ed. Milan :
Springer.

Devicaesaria, asnelia. 2014. Hipertensi krisis. Jakarta : UI Press.

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL et al.
The Sevent Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure : The JNC 7 Report, JAMA.
2003; 289(19) : 2560- 72.

Marik PE, Varon J. 2009. Perioperative Hypertension : A Review of Current and


Emerging Therapeutic Agents. J Clin Anesth.

KJ Isselbacher, Eugene Braunwald, Dennis L Kasper, Eugene B. Section 4 :


Heart Failure, Acute Pulmonary Edem In. Harrisons Principles of Internal
Medicine, Edisi 18, Editor Douglas L dkk. America. McGraw-Hill. 2012. P.1901-
1916.

Soto-Ruiz K, Peacock W, Varon J. 2011. Perioperative Hypertension : Diagnosis


and treatment. Netherlands Journal of Critical Care.

Strandaard S, Olesen J,Skinhtoi E, Lassen N. Autoregulation of brain circulation


in severe arterial hypertension. Br Med J. 1973;1

Varon J , Marik PE. 2008. Perioperative Hypertension Management. Vasc Health


Risk Manag.

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat : Hipertensi Emergensi 19

Anda mungkin juga menyukai