Disusun Oleh :
Rohmat Solihin, S.Kep
5017041101
SERANG BANTEN
2017
A. Definisi
Gagal Jantung didefenisikan sebagai ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke
jaringan tubuh. Sering disebut juga dengan Congestive Heart Failure
(CHF) karena umumnya pasien mengalami kongesti pulmonal dan perifer
(Smeltzer et al., 2010). Sedangkan gagal jantung kongestif/Congestive
Heart Failure adalah kegagalan ventrikel kiri dan atau kanan dari jantung
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan cardiac output
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan, menyebabkan
terjadinnya kongesti pulmonal dan sistemik (Doengoes, 2000).
Menurut Asdie (2000), gagal jantung kongestif sebagai suatu keadaan
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah pada kecepatan yang
sesuai dengan kebutuhan jaringan, yang bermetabolisme dan atau hanya
dapat melakukannya dari volume diastolik, ventrikel yang meningkat
secara abnormal.
B. Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi
gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa
pada setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor: yaitu preload,
kontraktilitas, afterload (Brunner & Suddarth 2002).
a. Gagal jantung kiri
Kongestif paru terjadi pada venterikel kiri, karena venterikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah
lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3, kecemasan
dan kegelisahan.
b. Gagal jantung kanan
Bila venterikel kanan gagal memompakan darah, maka yang menonjol
adalah kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi
kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah
(edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema,
pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi
vena jugularis (vena leher), asites (penimbunan cairan di dalam rongga
peritoneal), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
D. Patofisiologi
Galgal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi
miokardium. Tetapi kongesti tergantung dari ventrikel yang terlibat.
Disfungsi ventriikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti
pada vena pulmonalis, sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal
jantung kanan mengakibatkan kongesti vena sistemik. Kegagalan pada
kedua ventrikel dinamakan gagal biventrikular.
Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium karenan
menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakkan dinding
yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut.
Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan
diri, maka besar curah jantung sekuncup berkurang sehingga volume sisa
ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat.
Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan
osmotik vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang
interstisial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi edema paru-
paru akibat pembesaran cairan ke dalam alveoli.
Penurunan curah sekuncup akan menimbulkan respon kompensasi
simpatis, kecepatan denyut jantung dan daya kontraksi meningkat untuk
mempertahankan curah jantung. Terjadi vasokontriksi perifer untuk
menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi aliran darah dari organ-
organ vital. Venokonstriksi akan mengakibatkan aliran balik vena ke
jantung kanan, sehingga sesuai dengan hukum jantung dari starling, akan
meningktakan kekuatan kontraksi. Pengurangan aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus akan mengakibatkan pengaktifan sistem rennin
angiotensin aldosteron dimana terjadi retensi natrium dan air oleh ginjal.
Hal ini kan meningkatkan aliran balik vena.
Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat
meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru hingga membebani ventrikel
kanan. Selain tak langsung melalui pembuluh paru-paru tersebut,
disfungsi ventrikel kiri juga mempunyai pengaruh langsung terhadap
fungsi ventrikel kanan melalui fungsi anatomis dan biokimianya.
Berkurangnya cadangan norepinefrin miokardium selama gagal jantung
dapat merugikan luka ventrikel. Infark ventrikel kanan jelas merupakan
predisposisi gagal jantung kanan. Kongesti vena sistemik akibat gagal
jantung kanan bermanifestasi sebagai pelebaran vena leher, hepatomegali,
dan edema perifer (Hudack & Gallo, 19997).
Pathway CHF
Faktor Risiko:
Hipertensi,anemia, infark miokard, infeksi, emboli paru, abnormal otot
jantung, PPOK, preload meningkat, afterload menurun, kontraktilitas
menurun
G. Analisa Data
No Data Analisa data & patoflow Diagnosa
keperawatan
1 Do : faktor risiko Penurunan
a. Perubahan Curah jantung
frekuensi respon kompensasi simpatis (kenaikan
jantung frekuensi jantung, dilatasi, hipertrofi,
(aritmia, kenaikan isis sekuncup)
bradikardi,
takikardi, peningkatan kebutuhan oksigen
perubahan
EKG, palpitasi) peningkatan kebutuhan oksigen padda
b. Perubahan organ vital
preload
c. Perubahan asidosis tingkat jaringan
afterload (kulit
lembab, pengaruh jaringan lanjut
penurunan nadi
perifer) iskemi miokard
d. Perubahan
kontraktilitaas Penurunan curah jantung
e. Ansietas
2 Do: faktor risiko Ketidakefektifan
a. Nadi lemah perfusi jaringan
b. Perubahan respon kompensasi simpatis (kenaikan
fungsi mototrik frekuensi jantung, dilatasi, hipertrofi,
c. Perubahan kenaikan isis sekuncup)
kakarteristik
kulit peningkatan kebutuhan oksigen
d. Perubahan
tekannan darah peningkatan kebutuhan oksigen padda
di ekstremitas organ vital
e. Edema
asidosis tingkat jaringan
H. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard, perubahan frekuensi, irama, perubahan
struktural (Doengoes, 2000)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
curah jantung, hipoksemia, asidosis (Hudack & Gallo, 1997)
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,
hipertensi pulmonal. Penurunan p[erfusi perifer yang mengakibatkan
asidosis dan penurunan curah jantung (Hudack & Gallo, 1997)
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah
baring lama/immobiliassi, ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dengan kebutuhan (Doengoes, 2000)
5. Kurang pengetahuan berhubugnan dengan kuerang pajanan informasi
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilitas, efek
tekanan, gesekan (Carpenito, 2001)
Asdie AH. (2000). Pathogenesis dan terapi diabetes mellitus tipe 2. Yogyakarta:
Medika FK UGM
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.
Jakarta: EGC.