Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling efektif
dan berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Sehubungan
dengan itu maka kebutuhan akan vaksin makin berkembang/berubah naik
seiring dengan keinginan dunia untuk mencegah berbagai penyakit yang dapat
menimbulkan kecacatan dan kematian. Peningkatan kebutuhan vaksin telah
ditunjang pula oleh upaya perbaikan produksi vaksin dengan meningkatkan
efektivitas dan keamanan vaksin.

Faktor terpenting yang wajib dipertimbangkan dalam upaya pembuatan vaksin


adalah keseimbangan antara imunogenisitas (daya pembentuk kekebalan)
dengan reaktogenisitas (reaksi simpang vaksin). Vaksin wajib berisi antigen yang
efektif untuk merangsang respons imun penerima sehingga tercapai nilai
antibody di atas ambang pencegahan untuk jangka waktu yang cukup panjang.
Vaksin wajib diupayakan untuk tidak menimbulkan efek simpang yang berat, dan
jauh lebih ringan dibandingkan gejala klinis penyakit secara alami.

Penanggulangan KIPI dilaksanakan secara komprehensif meliputi penanganan


medik terhadap masalah KIPI hingga memberikan informasi kepada masyarakat
tentang manfaat, keamanan dan risiko imunisasi. Untuk menanggulangi hal-hal
yang berhubungan dengan KIPI tersebut dibentuk Komite Nasional Penanganan
dan Penanggulangan KIPI (Komnas PP-KIPI). Komnas PP-KIPI merupakan suatu
komite independen di tingkat nasional yang terdiri dari unsure-unsur klinisi,
pakar dalam bidang mikrobiologi, virology, vaksin, farmakologi, ahli
epidemiologi, ahli forensic, pakar hukum, yang berada dalam organisasi profesi
(IDAI, POGI, PAPD, ISFI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan cq. Sub Direktorat Imunisasi dan Sub Direktorat Surveilans dan
Badan POM. Komnas PP-KIPI bertugas menganalisis informasi hasil telaah
masalah KIPI, meninjau keseluruhan pola dari laporan dan pelacakan, membuat
penilaian kausalitas KIPI pada masalah yang belum dan sudah disimpulkan oleh
Komda PP-KIPI dan melakukan umpan balik kepada Komda PP-KIPI yang terkait.
Komnas PP-KIPI dapat melakukan peninjauan lapangan (pelacakan
memanfaatkan otopsi verbal), serta menjelaskan manfaat, keamanan dan risiko
imunisasi pada masyarakat. Komnas PP-KIPI yang bertanggungjawab kepada
Menteri Kesehatan cq. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan ini juga mempunyai wewenang memberikan nasehat,
saran, dan pendapat ahli kepada pihak-pihak yang memerlukan dalam rangka
penjernihan masalah masalah KIPI dan diduga KIPI. Sementara itu, di tingkat
propinsi terdapat Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (KOMDA
PP-KIPI) yang terdiri dari unsur-unsur profesi terkait yang akan bertanggungjawab
kepada Gubernur cq. Dinas Kesehatan Propinsi terkait penatalaksanaan analisis
KIPI secara teratur dan memberikan umpan balik ke sistem di bawahnya serta
masyarakat di daerah tersebut.

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi imunisasi

2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi KIPI

3. Mahasiswa dapat mengetahui penanganan KIPI

4. Mahasiswa dapat mengerti manfaat imunisasi

5. Mahasiswa dapat mengerti tujuan dari imunisasi

C. Sistematika

Sistematika pada makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut. BAB I berisi
pendahuluan yang meliputi : latar belakang/pendahuluan, tujuan, dan
sistematika. Kemudian pada BAB II berisi tinjauan teori meliputi : definisi
imunisasi dan KIPI, manfaat tujuan dan sasaran imunisasi dll. Untuk BAB III berisi
kesimpulan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. IMUNISASI

1. Definisi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara


aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit (Ranuh,2008,p.10).

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen


lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap
penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya
ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk
melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu
pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang
sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang
pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010,p.8).

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling
efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir
sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan. (Depkes RI, 2005).
2. Tujuan

Umum

yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara
lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio
dan Tuberculosis.

Tujuan Khusus, antara lain :

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan


imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa
Kelurahan pada tahun 2010.

b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di
Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun
2008.

c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan


masalah TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada
tahun 2008.

d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak


turun pada tahun 2006

3. Sasaran

Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut :

a. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT,
Polio, Campak dan Hepatitis-B.

b. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk
mendapatkan imunisasi TT.

c. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan


imunisasi DPT.

d. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk


mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD
kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005).

4. Manfaat

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang dikarenakan oleh


penyakit menular yang sering berjangkit;

b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya


pengobatan jika anak sakit;
c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes
RI, 2001).

5. Jenis jenis imunisasi

a. Imunisasi aktif

Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar
nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
merespon.

b. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian


zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
placenta) atau binatang yang diberdayakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,2010,pp.10-11).

B. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

1. Definisi

KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi adalah semua kejadian sakit dan
kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imuniasi dan diduga
karena imunisasi (Depkes RI, 2009).

Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI/adverse event following immunization)


adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa reaksi
vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis;
atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan (Ditjen P2PL dan Pusdiklat SDM kesehatan Depkes
RI, 2006).

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (KN PP KIPI, 2005).

Menurut Komite Nasional Pengajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ) adalah semua kejadian sakit dan kematian
yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi. Umumnya reaksi
terhadap obat dan vaksin merupakan reaksi simpang (adverse events),
merupakan kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi
samping vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping,
interaksi obat dan reaksi alergi.

2. Klasifikasi menurut WHO (1999) yaitu klasifikasi lapangan untuk petugas


sebagai berikut:

a. Kesalahan program / teknik pelaksanaan (programmatic errors)


Sebagian besar masalah KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik
pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,
pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat
terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi. Contoh kesalahan program :
dosis antigen (terlalu banyak), lokasi dan cara penyuntikan, sterilisasi semprit
dan jarum, jarum bekas pakai, tindakan aseptik dan anti septic, kontaminasi
vaksin dan alat suntik, penyimpanan vaksin, penggunaan sisa vaksin, jenis dan
jumlah pelarut vaksin, serta tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk
penggunaan, indikasi kontra, dll). Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana
perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan masalah KIPI berulang pada
petugas yang sama. Kecenderungan lain adalah apabila suatu kelompok populasi
mendapat vaksin dengan batch yang sama tetapi tidak terdapat masalah, atau
apabila sebagian populasi setempat dengan karakteristik serupa yang tidak
diimunisasi tetapi justru menunjukkan masalah tersebut.

b. Reaksi suntikan (Injection reaction)

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung
maupun tidak langsung wajib dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan
langsung misalnya rasa sakit, bengkak, dan kemerahan pada tempat suntikan,
sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual,
sampai sinkope (KN PP KIPI, 2005: hal 6)

c. Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Menurut KN PP KIPI, 2005 menyatakan gejala KIPI yang dikarenakan induksi


vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan
reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian
dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan
risiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan
tercantum dalam petunjuk penggunaan terrtulis oleh produsen sebagai indikasi
kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian
spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain.

d. Faktor kebetulan (Coincidental)

Kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak dikarenakan oleh vaksin. Indikator
faktor kebetulan ditemukannya kejadian yang sama di saat bersamaan pada
kelompok populasi setempat dengan karakter serupa tetapi tidak mendapat
imunisasi.

e. Penyebab tidak diketahui

Menurut KN PP-KIPI, 2005: hal 7 menyatakan bila kejadian atau malah yang
dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab maka
untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil menunggu informasi
lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat
ditentukan kelompok penyebab KIPI.Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
1991 melalui Expanded programme immunisastion (EPI=PPI) telah
menganjurkan agar pelaporan KIPI dibuat oleh setiap negara. Untuk negara
berkembang yang paling penting adalah bagaimana mengontrol vaksin dan
mengurangi programmatic errors, termasuk cara memanfaatkan alat suntik
dengan baik, alat yang sekali pakai atau alat suntik reusable, dan cara
penyuntikan yang benar sehingga transmisi pathogen melalui darah dapat
dihindarkan. Ditekankan pula bahwa untuk memperkecil terjadinya KIPI wajib
selalu diupayakan peningkatan ketelitian pemberian imunisasi selama program
imunisasi dilaksanakan.

3. Masalah KIPI yang wajib dilaporkan

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor 26/MENKES/SK/XII/2005


tanggal 2 Desember 2005 tentang datar masalah KIPI yang perlu dilaporkan
(Depkes, 2005) terdapat pada tabel 2.1 yaitu :

Kurun Waktu Kejadian KIPI GEJALA KLINIS

Reaksi anafilaktoid (reaksi akut hipersensitif)

Syok anafilaktid

Menangis keras terus lebih dari 3 jam (persist


Dalam 24 jam
screaming)

Episode hipotonik-hiporesponsif

Toxic shock syndrome (TSS)

Reaksi lokal yang berat

Dalam 5 hari Sepsis

Abses di tempat suntikan (bakterial/steril)

Kejang, termasuk kejang demam (6-12hari un


Dalam 15 hari hari untuk DPT)

Ensefalopati (6-12 hari untuk campak/MMR; 0

Acute flaccid paralysis = lumpuh layu (4-30 ha


4-75 hari untuk kontak)
Dalam 3 bulan
Neuritis brakialis (2-28 hari sesudah imunisas

Trombositopenia (15-35 hari sesudah imunisa

Antara 1 hingga 12 bulan Limfadenitis


sesudah Infeksi BCG menyeluruh (Disseminated BCG in
imunisasi BCG Osteitis/osteomielitis
Setiap kematian, rawat inap, atau kejadian lai
Tidak ada batas waktu kejadian yang tidak biasa, yang dianggap oleh
atau masyarakat ada hubungannya dengan im

4. Penanganan KIPI

Beberapa tindakan dan petunjuk rujukan yang dapat dilakukan oleh pelaksana
imunisasi bila terjadi KIPI (KN PP-KIPI, 2005) sebagai berikut:

No KIPI Gejala Tindakan

1. Vaksin

Reaksi lokal Nyeri, eritema, Kompres hangat


bengkak di daerah bekas
ringan suntikan < 1cm Jika nyeri
mengganggu dapat
Timbul < 48 jam diberikan parasetamol
setelah imunisasi -1 tablet

2. Tata laksana program

Abses dingin Bengkak & keras, nyeri Kompres hangat


daerah bekas
Parasetamol -1
suntikan. Terjadi tablet

karena vaksin

yang dsuntikkan

masih dingin

Pembengkakan Bengkak di sekitar Kompres hangat


suntikan

Terjadi karena

Penyuntikan minus dalam

BAB III

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Imunisasi adalah memasukan sistem imunitas tambahan yang dibuat dari tangan
manusia, tujuannya agar manusia tersebut dapat memiliki kekebalan tubuh dari
berbagai penyakit. Namun dalam tatalaksana imunisasi masih terdapat suatu
masalah seperti KIPI. KIPI atau yang bisa disebut dengan kejadian ikutan pasca
imunisasi ini masih sering di jumpai di beberapa rumah sakit ataupun
dipuskesmas.

SARAN

Untuk puskesmas atau pelayanan kesehatan

1. Untuk selalu tanggap dengan peristiwa KIPI

2. Memberikan penyuluhan tentang penanganan KIPI

3. Mengontrol obat layak pakai

4. Cermat teliti dalam bertindak, baik dalam pengambilan obat ataupun dalam
cara penyuntikan

5. Selalu dengan prinsip 5 Benar

Daftar pencarian:

askep mmr, penyuluhan SJS ppt, penyuluhan kipi, contoh latar belakang dari
masa pranatal neunatus bayi anak ( prasekolah& sekolah) remaja, adakah
remaja yg tidak pernah mengalamiimpi batas, laporan pendahuluan KIPI, laporan
WHO mengenai KIPI BCG dan DPT, menanggulangi kipi pada bcg, nur huda al-
fauzi poltekkes semarang, pendahuluan kipi, tanya jawab tentang diagnosa
poliomili, tata laksana pasca imunisasi ppt, tujuan sasaran tata nilai imunisasi,
langkah langkah pelacakan KIPI, KIPI dan askepnya pdf, kepanjangan diagnosa
kipi, askep imunisasi, asuhan keperawatan tentang kipi pdf, BCG dengan medikal
bedah, benar ga si imun catin bisa kadaluarsa dalam jangka 1 bulan ke
pernikahan, bolehkan anak sjs disuntik polio, cara pelacakan kipi, diagnosa
imunisasi, diangnosa kipi, jurnal 2015 KIPI, kejadian ikutan pasca imunisasi di
sumut, usia ideal meninjau kelengkapan imunisasi setiap balita

Tagged BCG, Dinas Kesehatan Propinsi, Dosen


Pengampu, DPT, IDAI, indonesia, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Keperawatan
Anak, KIPI, Menteri Kesehatan, MMR, Nur Huda
Alfauzi, OPV, PAPD, PENDAHULUAN, POGI, TN, TT, Tujuan Khusus, UKS

LEAVE A REPLY

Your email address will not be published. Required fields are marked *
Please enter an answer in digits:

fourteen 8 =

Post Comment

ARTIKEL TERAKHIR:

Laporan Pendahuluan Gadar Dispepsia

Laporan Pendahuluan Pada Askep Dispepsia

Pathway Diare Cair Akut

Laporan Pendahuluan Dispepsia Beserta Pathway

Lp Dispepsia Beserta Pathway

Pathway Pada Gga

Contoh Lp Sindrom Dispepsia

Laporan Pendahuluan Dispepsia Lengkap

Laporan Pendahuluan Askep Dispepsia

Laporan Pendahuluan Dispepsia Pada Anak

Lp Febris Dispepsia

Pengertian Laporan Pendahuluan Dispepsia


Laporan Pendahuluan Tentang Penyakit Dispepsia

Pathway Askep Diare

Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa Dispepsia

Laporan Pendahuluan Dispepsia Sindrom

Lp Dispepsia Lengkap Dengan Pathway

Laporan Pendahuluan Dan Askep Dispepsia

Pathway Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

Pathway Diare Cair Akut Pada Anak

Clinical Pathway Diare

Clinical Pathway Diare Akut

Laporan Pendahuluan Dispepsia Download

Pathway Diare Pada Anak

Makalah Laporan Pendahuluan Dispepsia

ARCHIVES

Archives

KUNJUNGAN:

PENCARIAN TERAKHIR:

soal trend dan isu pada kasus jiwa, lp askep peritonitis, jurnal tentang holistic
care, proses menua sekunder dan primer, LEUKEMIA NANDA NIC NOC, pathway
demam thypoid pdf, discharge planing pada pasien ca endonetrium, pertanyaan
tentang infeksi nosokomial?, cara pemeriksaan odem, askep post date, honk
adalah pdf, bakat keperawatan makalah, askep fraktur, pertanyaan tentang
prinsip legal dalam praktik keperawatan, contoh analgesik non opioid

WordPress Theme | Viral by Hash Themes

Anda mungkin juga menyukai