Anda di halaman 1dari 141

PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.I


DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI RT 03 RW 06 DESA
SUKALUYU KECAMATAN SUKALUYU
KABUPATEN CIANJUR

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
M.ZAINI AMBIA
NIM 34403513055

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2016
PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP
INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.I
DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI RT 03 RW 06 DESA
SUKALUYU KECAMATAN SUKALUYU
KABUPATEN CIANJUR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam


Menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
M.ZAINI AMBIA
NIM 34403513055

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2016

1
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : M.ZAINI AMBIA
NIM : 34403513055
Judul KaryaTulis Ilmiah : PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.I
DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI RT 03 RW 06 DESA SUKALUYU
KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis in ibenar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
fikiran orang lain yang saya akui sebaga itulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Cianjur, Juli 2016

M. Zaini Ambia
NIM. 34403513055

2
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:


Nama : M. ZAINI AMBIA
NIM : 34403513055
JudulKaryaTulisIlmiah : PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.I
DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI RT 03 RW 06 DESA SUKALUYU
KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur

Ditetapkan di : Cianjur
Hari/ Tanggal : Jumat/ 22 Juni 2016

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Pardjaman, APPD., M.Mkes ( )


NIDN. 196503271985 03 1003

Penguji : Ns. Deni Arisandi, S. Kep. ( )


NIDN. 3424128701

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Cianjur,

Deden Saputra AD, S.Kep.,M.Mkes.


NIP. 19680610 198903 1 007

3
ABSTRAK

Zaini, M, Ambia. 2016. Upaya Peningkatan Rasa Nyaman (pengurangan rasa


nyeri) kasus penderita rematik, Melalui terapi back massage. Program
Diploma III keperawatan, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Cianjur. Pembimbing : Pardjaman, APPD., M.Mkes.

Rematik merupakan penyakit yang banyak dialami oleh usia lanjut, penyakit
rematik adalah penyakit inflamasi no bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cendrung kronik dan mengenai sendi serat jaringan ikat sendi secara simetris.
Masalah yang dirasakan oleh penderita rematik adalah nyeri. Untuk mengatasi
nyeri maka dilakukan terapi back massage.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan sampel yang
diambil sebanyak satu responden yaitu penderita penyakit rematik yang ada di Rt
03 Rw 06 desa sukaluyu kecamatan sukaluyu kabupaten cianjur, pada bulan juni
2016. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan observasi,dan
dokumentasi. Setelah ditabulasi data yang dianalisis dengan menggunakan
menggunakan analisis penjelasan dan deret waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi back massage berpengaruh terhadap
penurunan intensitas nyeri.

Kata kunci : upaya peningkatan rasa nyaman, nyeri, terapi back massage.

4
ABSTRACT

Zaini, M, Ambia. 2016. Improving Pain Comfortable (reduction of pain) cases of


patients with rheumatoid arthritis, Through a back massage therapy.
Diploma III of Nursing, Nursing Academy Cianjur District Government.
Supervisor: Pardjaman, APPD., M.Mkes.

Rheumatism is a disease that experienced by the elderly, arthritic disease is an


inflammatory disease no bacterial systemic, progressive, tends to be chronic and
the joint fiber connective tissue of joints symmetrically. The problems
experienced by patients with rheumatoid arthritis is pain. To overcome the pain
then carried back massage therapy.
This study design using the case study method with a sample taken of the
respondents ie rheumatic disease patients who are on Rt 03 Rw 06 rural districts
Sukaluyu Sukaluyu Cianjur district, in June 2016. The research data was taken
using observation, and documentation. After the tabulated data were analyzed
using using time series analysis and explanation.
The results showed that the therapeutic back massage effect on reduction in pain
intensity.

Keywords: efforts to increase the sense of discomfort, pain, back massage


therapy

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Deden Saputra AD,S.Kep.,M.Mkes, selaku Direktur Akper Pemkab Cianjur
yang telah memberikan motivasi dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Pardjaman. APPD, M,Mkes selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan
cermat dan perasaan yang sangat nyaman dalam bimbingan, sehingga
membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Ns. Deni Arisandi, S. Kep. Selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan saran, serta memberikan motivasi pada penulis untuk Karya
Tulis Ilmiah ini
4. Dosen-dosen Akper Pemkab Cianjur, selaku tim pengajar yang telah banyak
memberikan masukan, arahan, bimbingan, motivasi, dengan penuh rasa sabar
dan kasih sayang yang tiada hentinya demi terselesaikannya penyusunan dan
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan yang sedang saya jalani.
6. M. F Harry Zulke selaku el-pres (AEC Indonesia) yang selalu memberikan
motivasi dan nasihat.

6
7. Teman teman Balap Izoet Cianjur yang selalu menemani waktu sibuk saya.
8. Rekan rekan lissoy yang selalu membantu dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah.
9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 17 Akper Pemkab Cianjur dan berbagai
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
dukungan moral dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis akan membahas mengenai Pengaruh
Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan
Ny.I Dengan Diagnosa Rematik Di Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur.
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar Karya Tulis
Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat.

Cianjur, Juni 2016

Penulis

7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
ABSTRACK.................................................................................................. v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
A. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik...................................................... 7
B. Konsep Rematik....................................................................................... 14
C. Konsep Nyeri
..................................................................................................................
22
D. Konsep Back Massage
..................................................................................................................
35
E. Konsep Asuhan Keperawatan
..................................................................................................................
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 56
A. Desain Penelitian..................................................................................... 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 57
C. Setting Penelitian..................................................................................... 57
D. Subjek Penelitian/ Partisipan................................................................... 59
E. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 59
F. Metode Uji Keabsahan Data (UjiTriangulasiSumber).............................. 60
G. Metode Analisis Data (Domain Analisis).................................................. 62
H. Etika Penelitian......................................................................................... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 65
A. Informasi Umum Partisipan..................................................................... 65
B. Hasil Penelitian........................................................................................ 65
C. Pembahasan.............................................................................................. 77
BAB V PENUTUP........................................................................................ 80

8
A. Kesimpulan.............................................................................................. 80
B. Saran........................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

9
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Variasi Tingkat Perkembangan Dalam Pengalaman Nyeri..... 23

Tabel 2.2 keterangan Skala Numeric...................................................... 30

Tabel 2.3 Analisa Data............................................................................ 48

Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Nyeri Akut........................................ 50

Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang


dari Kebutuhan Tubuh............................................................
............................................................................................51
Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional Hipertermi........................................ 52

Tabel 2.7 Intervensi dan Rasional Intoleransi Aktivitas......................... 53

Tabel 2.8 Intervensi dan Rasional Integritas Kulit................................. 54

Tabel 3.1 Data Triangulasi kepada klien, keluarga klien, dan perawat. .
61

10
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Rematik...................................................................... 20

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Deskriptif......................................................................... 28

Gambar 2.2 Skala Analog Visur.................................................................... 29

Gambar 2.3 Skala Numeric........................................................................... 29

Gambar 2.4 Skala Muka................................................................................ 29

Gambar 2.5 Tahap Pertama Melakukan back massage................................. 39

Gambar 2.6 Tahap kedua back massage....................................................... 40

Gambar 2.7 Tahap ketiga back massage....................................................... 40

Gambar 2.8 Tahap Keempat back massage.................................................. 41

Gambar 2.9 Menuangkan Lotion.................................................................. 42

Gambar 2.10 Usapkan Pada Punggung Dengan Jari-Jari dan Telapak Tangan. 42

Gambar 2.11 Mengakhiri Usapan Dengan Gerakan Memanjang................... 43

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lam[iran II Asuhan Keperawatan

Lampiran III Lembar Bimbingan

Lampiran IV Surat Izin Penelitian Institusi

Lampiran V Surat Izin Penelitian di Wilayah Puskesmas Sukaluyu

Lampiran VI Dokumentasi Foto

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang,maka akan
terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
tubuh dan jaringan tubuh. Keadaan demikin itu mungkin saja untuk usia
lanjut (Lansia) akan menimbulkan beberapa penyakit diantaranya penyakit
rematik.
Angka kematian rematik pada tahun 2008 yang di laporkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk
dunia yang telah terserang rematik,dimana 5-10% adalah mereka yang
berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun.
Data kesehatan lansia untuk kasus rematik di Jawa Barat mengalami
peningkatan di banding kasus penyakit tidak menular.secara keseluruhan
pada tahun 2007 proporsi kasus rematik sebesar 17,34%,meningkat menjadi
29,35% di tahun 2008.Kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan
menjadi 39,47%.

13
Di puskesmas sukaluyu terdapat beberapa yang terkena penyakit
rematik diantara nya untuk usia dewasa dan lansia.Untu usia dewasa
berjumlah 69 orang dan untuk usia lansia berjumlah 100 orang.
Rematik memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu
perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis rheumatoid
terutama dalam keluarga. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam
keluarga dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi
dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat menjadikan
secara psikologis lebih sehat secara mental. Perasaan diterima oleh orang
lain akan mempengaruhi tanggapan mereka dalam memasuki hai tua, dan
berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia (Fitriani, 2009 : 72).
Rematik merupakan penyakit degeneratif sendi yang disebabkan
oleh banyak faktor antara lain: reaksi alergi, infeksi, genetik dan juga karena
proses penuaan seseorang. Osteoarthritis yang disebabkan karena proses
penuaan seseorang dikarenakan tulang mulai kehilangan kartilago (jaringan
tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan sendi, yang
kemudian semakin tipis sehingga menyebabkan rasa nyeri pada sendi akibat
adanya inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang
penyusun sendi. Di antara tulang-tulang tersebut terdapat suatu lapisan
cairan yang disebut cairan sinovial yang berfungsi sebagai bahan pelumas
yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis
satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan tersebut semakin
tipis dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri (Erwati, 2010 : 69)
Adapun tanda dan gejala terjadinya rematik pada lansia antara lain
terasa panas serta muncul tampak merah, badan terasa lemas, bernafas
pendek bahkan mungkin nyeri jantung, mengalami demam, terjadi garis-
garis merah yang melengkung atau benjolan pada bagian bawah kulit,
merasa sakit pada sendi, terutama pada pergelangan tangan serta kaki, dan
pada sendi siku.
Penyakit rematik bisa menimbulkan kematian, karena sangat jarang
terjadi dn biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun

2
tahun.Yang ditakuti dari penyakit rematik adalah akan menimbulkan
kecacatan baik seperti kerusakan sendi maupun berat seperti kelumpuhan.
Berdasarkan dari penyakit rematik tersebut maka akan timbul rasa
nyeri pada sesorang yang mempunyai penyakit rematik.Adanya nyeri
membuat penderita seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan produktivitasnya.
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi
kerusakan. Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadaran telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Dengan
adanya nyeri pada sendi-sendi membuat penderita sering kali takut untuk
bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurun kan
produktivitasnya. Disamping itu, dengan mengalami nyeri, sudah cukup
membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari-hari sehingga
dapatmengganggu kenyamanan pasien. Karenanya, terapi utama yang
diarahkan adalah untuk menangani nyeri ini (Andarmoyo S. 2013:94).
Keluhan nyeri dapat mempengaruhi kebahagiaan, hasrat, harapan,
ketenangan pikiran, kemampuan untuk merasakan kepuasan hidup dan
menikmati kehidupannya. Gangguan lainnya dapat berupa terjadinya
penurunan aktivitas dan ketidakpatuhan dalam proses perawatan serta
pengobatan. Permasalahan ini memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk
membantu pasien dalam beradaptasi terhadap masalah atau tekanan yang
dirasakannya. Bila pasien mengeluh nyeri, maka hanya satu yang mereka
inginkan, yaitu mengurangi rasa sakit atau nyeri. Hal itu wajar karena rasa
nyeri merupakan siksaan terburuk yang menurunkan kemauan untuk
mencapai sesuatu dalam hidup, bahkan menjadi suatu pengalaman yang
menakutkan dan kurang menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak
adekuat. Nyeri yang parah dan serangan mendadak bila tidak segera diatasi
akan berpengaruh pada peningkatan tekanan darah, takikardi, pupil melebar,
diaphoresis dan sekresi adrenal medula. Dalam situasi tertentu dapat pula

3
terjadi penurunan tekanan darah yang akan mengakibatkan timbulnya syok
(Smeltzer, 2008 : 20).
Adapun cara untuk mengurangi rasa nyeri pada penyakit rematik
diantaranya dengan cara melakukan pijat punggung(back massage).
Alasan memilih terapi back massage sebagai terapi untuk menurunkan
nyeri pada penderita rematik adalah pengetahuan masyarakat tentang
terapi back massage.Back massge umumnya sudah dikenal oleh
masyarakat tetapi belum mengetahui secara luas bahwa terapi back
massage dapat menurunkan nyeri untuk rematik.Sehingga dengan adanya
penelitian ini,diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memberikan
penanganan terhadap nyeri pada penderita rematik.
Back Massage adalah salah satu tehnik memberikan tindakan
massage pada punggung dengan usapan secara perlahan (Kenworthy et al,
2008). Usapan dengan lotion/balsem memberikan sensasi hangat dengan
mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi pembuluh
darah akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga
aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa akit serta menunjang
proses penyembuhan luka (Kusyati E, 2006 :51).
Mekanisme penurunun nyeri reumatik pada back massage ini dapat
di jelaskan dengan teori gate control yaitu memblok transmisi nyeri pada
gerbang dan teori endoprin yaitu menurunya intenitas nyeri dipengaruhi
oleh meningkatnya kadar endoprin dalam tubuh. Usapan dengan lation/
minyak zaitun memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi
pada pembuluh darah pada lokal. Vasodilatasi pada pembuluh darah akan
meningkatkan peredaran darah pada area yang di usap sehingga aktivitas sel
meningkat dan akan mengurangi rasa sakit.
Berdasarkan hasil penelitian Thomas Kristanto pada jurnal Terapi
back massage yang dilakukan oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya, peneliti
melakukan back massage lima orang selama satu hari. Sebelum pelaksanaan
back massage, dilakukan pengukuran tingkat nyeri untuk mengetahui pada
tingkatan berapa responden merasakan nyeri yang dialaminya. Pemberian

4
back massage kepada responden selama 30 menit. Setelah responden diberi
back massage, oleh peneliti ditanyakan kondisi responden, apakah rasa
nyeri yang dirasakan terdapat perubahan atau tidak. Hasil terapi terhadap 13
responden menunjukkan adanya perubahan penurunan nyeri. Bahwa
responden sebelum diberi back massage, pasien yang mengalami nyeri
ringan dengan skala 1-3 sebanyak 5 responden, sedangkan responden yang
mengalami nyeri sedang sebanyak 8 orang skala 4-6. Setelah diberi back
massage terjadi perubahan tingkat nyeri, yaitu hanya 2 responden yang
mengalami nyeri sedang yang sebelumnya sebanyak 8 responden, dan 11
responden mengalami nyeri ringan dengan intensitas nyeri 1-3.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
NY.X DENGAN DIAGNOSA REUMATIK DI RT 03 RW 06 DI DESA
SUKALUYU KEC SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam praktek keperawatan dan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dengan
Rematik dengan tindakan back massage.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Rematik
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
rematik.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
Rematik.
d. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan pada klien
dengan Rematik.

5
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan
Rematik
f. Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan pada klien
dengan Rematik.
g. Mampu melaksanakan terapi back massage pada Ny.I dengan
Rematik.

C. Manfaat penelitiaan
a. Bagi Penulis
Hasil studi dapat memberikan wawasan tentang Rematik pada Ny.I
dengan menggunakan asuhan keperawatan
b. Bagi Institusi Akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan pertimbangan
pada keperawatan khususnya kasus keperawatan Komunitas.
c. Bagi Klien
Memberi pengetahuan dan keterampilan pada keluarga tentang perawatan
Ny.I dengan Rematik.
d. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta
menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
asuhan keperawatan komunitas dengan Rematik.
e. Bagi Perawat
Dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk melakukan pemberian
tindakan back massage terhadap Rematik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik


1. Definisi
Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat/ tehnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-
sosial-kultural dan spiritual yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat (Bandiyah. 2009 : 9).
Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontik adalah:
a. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process
(Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat).
b. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan
yang lain melakukan hal yang sama).
d. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).
e. Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan
serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
f. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan).
g. Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya).
h. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
i. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat,
dukungan dan harapan).
j. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).

7
k. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan
perawatan restoratif dan rehabilitatif).
l. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur
perawatan).
m. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized,
holistic maner ( Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh).
n. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan).
o. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the
speciality (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi
ahli dibidangnya).
p. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of
each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi,
sosial dan spritual).
q. Recognize and encourge the appropriate management of ethical
concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja).
r. Support and comfort through the dying process (Memberikan
dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
s. Educate to promote self care and optimal independence
(Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan
kebebasan yang optimal).
2. Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidak
mampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan
kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia.
Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi),
humanistik dan holistik.

8
3. Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of daily living (Fatmah, 2010 : 25).
Batasan-batasan usia lanjut Batasan umur pada usia lanjut dari waktu
ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.
Karakteristik lansia berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal
1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial
sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif,
lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008 : 70).
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho

9
2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
1) Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan
memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan
suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi
di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem.
(Stanley, 2009 : 42).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap

10
cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan
yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai
menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat
berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya
pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun
sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009).
Maryam, dkk (2008) menyebutkan, ada beberapa teori yang
berkaitan dengan proses penuaan, yaitu :
a) Teori biologi.
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
2) Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-
sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

11
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam
bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahanbahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa
reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b) Teori psikologi
Teori psikologi Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi
merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda
dari stimulus yang ada.
c) Teori sosial
Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory),
teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity
theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age
stratification theory).
1) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-

12
hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan
prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial
mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
2) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan
yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan di sekitarnya.
3) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang
sukses bergantung bagaimana seorang lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan
aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan
aktivitas yang dilakukan.
4) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia.
5) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan
bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut
yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini
tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang
diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut
6) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan
dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara
kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau
dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan
kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak

13
dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan,
mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta
terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
d) Teori spiritual
Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang
merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta
dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
Tugas Perkembangan Lansia Lansia harus menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring penuaan. Waktu dan
durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu, namun seiring
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan
terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan
merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang
mengubah waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap
kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah :
beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,
beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan,
beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai
individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,
menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,
menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,
2009).

B. Konsep Reumatik
1. Definisi
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (Encok), arthritis
(radang sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah
osteoarthritis, arthritis goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan
pembengkakan benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara
serentak. Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit

14
yangdikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang,
sendi, dan jaringan lunak (Soumya, 2011 : 18).
Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama
diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka
pendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya.
Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua pula dikenali
sebagai penyakit autoimun karena terjadi apabila sistem imun yang
biasanya memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit, mulai merusakkan
jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,
spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS,
2008)
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
penyakit Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi
dan deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami
degenerasi yang akhirnya semakin lama akan semakin parah.
2. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik
Non artikular. Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan
gangguan rematik yang berlokasi pada persendian. diantarannya meliputi
arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non
artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan
oleh proses diluar persendian diantaranya bursitis,fibrositis dan sciatica
(hembing, 2006 dalam Iwayan : 9)
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu:
a. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.

15
Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi,
dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
b. Artritis rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan
gejala berupa kelemahan umum cepat lelah
c. Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa
nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas
proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia
pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
d. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak
terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia
pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.
3. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain
adalah:
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.

16
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis
missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-
sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis
pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan
dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita
maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

17
4. Tanda Dan Gejala Rematik
a. Nyeri pada anggota gerak
b. Kelemahan otot
c. Peradangan dan bengkak pada sendi
d. Kekakuan sendi
e. Kejang dan kontraksi otot
f. Gangguan fungsi
g. Sendi berbunyi (krepitasi)
h. Sendi goyah
i. Timbunya perubahan bentuk
j. Timbulnya benjolan nodul
5. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

18
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus.
Akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak
makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen)
maka terjadi kerusakan setempat secara progresif dan memicu
terbentuknya tulang baru pada dasar lesi sehingga terbentuk benjolan
yang disebut osteolit. Proteoglikan adalah suatu zat yang membentuk
daya lentur tulang rawan, sedangkan kolagen adalah serabut protein
jaringan ikat. Osteolit yang terbentuk akan mempengaruhi fungsi sendi
atau tulang dan menyebabkan nyeri jika sendi atau tulang tersebut
digerakkan (Priyatno, 2009 : 23).

19
6. Pathway

20
7. Penanganan Rematik
a. Pengobatan Farmakologi
Pengobata yang dilakukan terhadap penyakit rematik adalah
untuk mengatasi gejala nyeri dan peradangannya. Pada beberapa
kasus, pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses atau
mengubah perjalanan penyakit, disebut Diseasen Modifying
Antirhematic Drug (DMARD) dan obat obatan lain untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada
rematik:
1) Golongan Analgetik: golongan obat ini berfungsi mengatasi
atau meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat
anti inflamasi non steroid (NSAID) lainnya seperti ibupropen
dan asetaminofen.
2) Golongan kortikosteroid obat kortikosteroid seperti prednisone,
kotison, solumedrol dan hidrokartison banyak digunakan untuk
mengobati gejala rematik.
b. Pengobatan Non Farmakologi
Selain pengobatan farmakologi terdapat juga pengobatan
non farmakologi. Beberapa terapi non-farmakologi yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Suplemen dan sayuran
Obat-obatan suplemen dan sayuran yang dapat dipergunakan
bagi penderita reumatik adalah sebagai berikut : jus sayuran,
minum jus sayuran dapat membantu mengurangi gejala
reumatik. Diantaranya yang mengandung vitamin C, vitamin D,
vitamin A, minyak ikan dan ikan.
2) Herbal

21
Penggunaan obat-obatan yang berasal dari herbal yang
membantu mengurangi rasa nyeri adalah sebagai berikut :
a) Jahe dan kunyit, keduanya merupakan bahan antiinflamasi
yang sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan
bengkak pada sendi.
b) Hot chili peppers dan cayenne pepper,berefek mengurangi
peradangan pada reumatik, mengurangi pembengkakan dan
menghilangkan nyeri.

C. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang tidak aktual dan
potensial.Nyeri adalah alasan utama seorang untuk mencari bantuan
perawat kesehatan (smeltzer & Bare,2002 dalam Judha M,sudarti dkk
2012). International Association for the Study of Pain
(IASP)mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Pooter & Perry,2005 dalam sudarti
dkk 2012).
Caffery sebagai mana dikutif oleh Pooter & Perry (2007), dalam
Sudarti dkk (2012), menyatakan nyeri adalah sesuatu yang dikatakan
seorang tentang nyeri terebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri
seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif jaringan seperti di
tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut,
mual dan mabuk. Terlebih lagi,setiap perasaan yeri dan intensitas sedang

22
sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri
a. Usia
Usia mempengaruhinpersepsi dan ekspresi seseorang terhadap
nyeri.perbedaan perkembangan pada orang dewasa dan anak-anak
sangat mempengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
Tabel 2.1
Variasi Tingkat Perkembangan dalam Pengalaman Nyeri
Tingkat Perkembangan Persepsi dan Perilaku Nyeri

Anak-anak Mencoba berani ketika mengalami


nyeri.
Memberi rasionalisasi sebagai
upaya untuk menjelaskan nyeri.
Mau mendengarkan penjelasan.
Biasanya dapat mengidentifikasi
nyeri dan menjelaskan lokasinya.
Pada nyeri menetap,anak dapat
mengalami regresi pada tahap
perkembangan sebelumnya.
Dewasa Perilaku yang ditunjukkan biasanya
berbasis gender yang dipelajari
semasa kecil.
Mungkin mengababikan nyeri
karena menganggap nyeri sebagai
tanda kelemahan atau kegagalan.
Menganggap nyeri sebagai

23
keuntungan sekunder, misalnya
untuk mendapatkan perhatian.
Lansia Merasakan nyeri sebagai bagian
dari proses penuaan.
Dapat mengalami penurunan
persepsi dan sensasi nyeri.
Latergi,anoreksia,dan keletihan
sebagai salah satu indikator nyeri.
Dapat menahan nyeri karena takut
terhadap pengobatan.
Dapat menjelaskan nyeri dengan
cara yang berbeda.

b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak berbeda
dalam beresponterhadap nyeri, akan tetapi beberapa kebudayaan
mempengaruhi pria dan wanita dalam mengekoresikan nyeri.
c. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada
orang bahwa memperlihatkan tanda-tanda kesakitan kelemahan
pribadinya, dalam hal seperyi itu maka sifat tenang dan pengendalian
diri merupakan sikap yang terpuji.
1) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan
nyeri, sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian
dihubungkan dengan penurunan sesnsasi nyeri. Pengalihan
perhatian di lakukan dengan cara memfokuskan perhatian dan
konsentrasi klien pada stimulus yang lain sehingga sensasi yang
dialami klien dapat menurun.
2) Makna nyeri

24
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaftasi
terhadap nyeri.

3) Ansietas
Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal
yang kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan
sebaliknya, nyeri juga dapat menyebabkan timbulnya ansietas
bagi klien yang mengalami nyeri.
4) Mekanisme Koping
Gaya koping dapat mempengaruhi klien dalam mengatasi nyeri.
Klien yang mempunyai lokus kendali internal mempersepsika
diri mereka sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan
mereka serta hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri.
5) Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan
dapat menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri,
apabila kelelahan disertai dengan masalah tidur maka sensasi
nyeri terasa bertambah berat.
6) Pengalaman Sebelumnya
Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri,maka persepsi
pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri,
akan tetapi pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti
bahwa klien tersebut akan dengan mudah menerima nyeri pada
masa yang akan datang.
7) Dukungan Keluaga dan Sosial
Kehadiran orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien dapat mempengaruhi respon terhadap nyeri.
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi nyeri
1) Faktor-faktor yang dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri adalah sebagai berikut :

25
a) Obat-obatan
b) Hipnosis
c) Gesekan/garukan
d) Panas
e) Distraksi
f) Kepercayaan yang kuat
2) Faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap
nyeri adalah sebagai berikut :
1) Sakit atau penderitaan
2) Rasa bosan dan depresi
3) Marah
4) Kelelahan
5) Ansietas
6) Nyeri kronis
3. Kasifikasi Nyeri
Berdasarkan lama keluhan atau waktu kejadian, nyeri di bagi menjadi :
a. Nyeri Akut
Menurut Federation Of State Medical Board Of United
States,nyeri akut adalah respon fisiologis normal yang diramalkan
terhadap rangsangan kimiawi, panas, atau mekanik menyusul suatu
pembedahan, trauma dan penyakit akut.
Ciri khas akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan yang
nyata dan akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya,
terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronis
The International Association for Study of Fain (IASP)
mendefinisikan nyeri kronis sebagai nyeri yang menetap melampaui
waktu penyembuhan normal yakni enam bulan pain that persist
beyond normal tissue healing time,wich is assumed to be six month.
Nyeri kronis di bedakan menjadi dua, yaitu : nyeri nonmaligna (nyeri
kronis persisten dan nyeri kronis intermitten) dan nyeri kronis

26
maligna. Karakteristik penyembuhan nyeri kronis tidak dapat
diprediksi meskipun penyebabnya mudah di temukan, namun pada
beberapa kasus, penyebabnya kadang sulit ditemukan.

1) Nyeri kronis nonmaligna


Nyeri kronis persisten merupakan perpaduan dari manifestasi
fisik dan psikologi sehimgga nyeri ini idealnya diberikan
intervensi fisik dan psikologis.
Nyeri kronis intermitten merupakan eksaserbasi dan kondisi
nyeri kronis. Nyeri ini terjadi pada periode yang spesifik.
Contoh nyeri kronis intermitten adalah migrain, nyeri
abdomen yang di hubungkan dengan kerusakan pencernaan
dalam jangka waktu yang lama seperti crohnis disease.
2) Nyeri kronis maligna
Biasanya disebabkan oleh kanker yang menghambatnya tidak
terkontrol atau disertai gangguan progresif lainnya, nyeri ini
dapat berlangsung terus-menerus sampai kematian.
4. Mekanisme Nyeri
Suatu rangkaian proses elektrofisiologis terjadi antara kerusakan
jaringan sebagai sumber rangsang nyeri sampai dirasakan sebagai nyeri
yang secara kolektif disebut nosiseptif.
Terdapat empat proses yang terjadi pada suatu nosiseptif, yaitu srbagai
berikut :
a. Proses tranduksi
Proses tranduksi (tranduction)merupakan proses dimana suatu
stimuli nyeri (nexious stimuli) diubah menjadi suatu aktivitas listrik
yang akan diterima ujung-ujung syaraf (nerve ending). Stimuli ini
dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas), atau kimia
(substansi nyeri).
b. Proses transmisi

27
Transmisi (transmission) merupakan fase dimana stimulus
dipindahkan dai saraf farifer melalui medula spinalis(spinal cord)
menuju otak.

c. Proses medulasi
Proses medulasi(modulation) adalah proses dari mekanisme
nyeri dimana terjadi intraksi antara sistem analgesik endogen yang di
hasilkan oleh tubuh kita dapat input nyeri yang masuk ke kornu
posterior medula spinalis.
d. Persepsi
Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai
dari proses tranduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan
suatu perasaan subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
Persepsi menyadarkan klien dan mengartikan nyeri sehingga klien
dapat bereaksi atau berespons (Tymbi, 2009 ; Carol & Taylor, 2011).
5. Skala Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
yang dirasakan oleh klien, pengkuran nyeri sangat subjektif dan
individual. Kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dapat
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda pula. Sedangkan
pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif adalah menggunakan
respon fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri.Namun, pengukuran
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Sudarti, Mohamad & Afroh, 2012). Penilaianintensitas
nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:
a. Skala deskriptif

28
Gambar 2.1 skala deskriptif sumber: Judha, 2012

b. Skala Analog Visual

Gambar 2.2 skala analog visual sumber: Judha, 2012


c. Skala Numeric

Gambar 2.3 skala numeric sumber: Judha, 2012


d. Skala Muka

Gambar 2.4 skala muka sumber : Judha, 2012

29
Tabel 2.2
Keterangan skala numeric
Skala Keterangan

0 Tidak nyeri
1-3
Nyeri Ringan (secara obyektif pasien dapat

4-6 berkomunikasi dengan baik).

Nyeri sedang (secara obyektif, klien


mendesis, menyeringai, dapat menunjukan
7-9 lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya,dapat mengikuti
perintah dengan baik).

Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang


tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
10 merespon terhadap tindakan, dapat
menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasai
dengan alih posisi nafas panjang dan
disraksi).

Nyeri sangat berat (klien sudah tidak mampu


lagi berkomunikasi, memukul).

Sumber: Sudarti, Mohamad & Afroh, 2012.

6. Nyeri Berdasarkan Lokasi


Berdasarkan lokasi nyeri,nyeri dapat dibedakan menjadi :
a. Somatic pain

30
Nyeri timbul karena gangguan bagian luar yubuh, nyeri ini
dibagi menjadi dua :

1) Nyeri superfisial(cutaneous pain)


Biasanya timbul pada bagian permukaan tubuh akibat stimulasi
kulit seperti laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri jenis ini
memiliki durasi yang pendek, terlokalisasi, dan memiliki sensasi
yang tajam.
2) Nyeri somatik dalam
Nyeri somatik dalam adalah nyeri yang terjadi pada otot dan
tulang serta struktur penyokong lainnya.

3) Nyeri viseral
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal.
b. Nyeri pantom(phantom pain)
Nyeri pantom merupakan nyeri khusus yang dirasakan klien
yang mengalami amputansi, oleh klien nyeri dipersepsikan berada
pada organ yang diamputansi seolah-olah organ yang diamputansi
masih ada. Contoh nyeri pada klien yang menjalani operasi
pengangkatan ekstermitas.
c. Nyeri menjalar(radiation of pain)
Nyeri menjalar merupakan sensasi nyeri yang meluas dari empat
awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri dapat bersifat
intermitten atau konstan. Contoh:nyeri tpunggung bagian bawah
akibat ruptur diskus intravertebral disertai nyeri menyebar pada
tungkai dan iritasi saraf skiatik.
d. Nyeri alih(reffered pain)
Nyeri alih merupakan nyeri yang timbul akibat adanya nyeri
viseral yang menjalar ke organ lain sehingga nyeri di rasakan pada
beberapa tempar. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya
neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula

31
spinalis dan mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang berada
pada bagian tubuh lainnya.
Nyeri alih ini biasanya timbul pada lokasi atau tepat yang
berlawanan atau berjauhan dari lokasi asal nyeri.
7. Reaksi atau Respon Terhadap Nyeri
a. Reaksi Fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula sinalis menuju batang
otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari respons stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga
sedang dan nyeri superfisial menimbulkan raksi flight or fight dan
ini merupakan sindroma adaptasi umum.
b. Respons Psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
tentang nyeri. Klien yang mengartikan nyeri sebagai suatu
yangnegatif cendrung memiliki suasana hati yang sedih, berduka,
ketidakberdayaan ,dan dapat berbalik menjadi rasa marah atau
frustasi. Sebaliknya, bagi klien yang memiliki persepsi yang positif
cendrung menerima nyeri yang dialaminya.
Nyeri bagi masing-masing klien mempunyai makna yang berbeda,
antara lain :
1) Bahaya atau merusak
2) Komplikasi seperti infeksi
3) Penyakit baru
4) Penyakit yang berulang dan fatal
5) Peningkatan ketidakmampuan
6) Kehilangan mobilitas
7) Menjadi tua
8) Sembuh
9) Perlu untuk penyembuhan
10) Hukuman karena berdosa
11) Tantangan

32
12) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain.

c. Respon perilaku
Terdapat tiga fase pengalaman nyeri, antar lain yaitu :
1) Fase antisipasi
Fase antisipasi ini terjadi sebelum seseorang
mempresepsikan nyeri. Fase ini merupakan fase yang penting
karena dapat mempengaruhidua fase lain .Antisipasi
memungkinkan klien untuk belajar tentang nyeri dan berupaya
untuk menghilangkannya dengan instruksi dan dukungan yang
adekuat, klien belajar untuk memahami nyeri dan mengontrol
ansietas sebelum nyeri terjadi.
2) Fase sensasi
Sensasi nyeri terjadi ketika klien mengalami nyeri. Gerakan
tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri
meliputi ; menggerakan gigi, memegang tubuh yang terasa nyeri,
postur tubuh membungkuk,dan ekspresi wajah menyeringai.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh dan gelisah.
3) Fase akibat
Fase ini terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti. Nyeri
merupakan suatu krisis sehingga setelah klien mengalami nyeri,
klien mungkin masih menunjukan gejala-gejala fisik, seperti
menggigil, mual, muntah, marah, atau depresi
8. Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi menerima
rangsangan nyeri dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai
reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya berespon
pada stimulus yang kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri

33
disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang
bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Reseptor jaringan kulit(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

a. Serabut delta A
Serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi 6-30m/
detik yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat
hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. Impuls yang dihasilkan
oleh serabut ini sifatnya tajam dan memberikan sensasi yang akut.
b. Serabut delta C
Serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan transmisi 0,5-2m/
detik yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
lebih tumpul dan sulit di lokalisasi. Nyeri biasanya pertama kali
dirasakan sebagai sensasi tertusuk tajam yang singkat dan mudah
diketahui lokasinya, sensasi tersebut melibatkan serabut delta A atau
jalur cepat. Perasaan tersebut akan diikuti dengan sensasi yang
tumpul yang lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama disertai
rasa tidak nyaman, sensasi tersebut melibatkan serabut delta C
sebagai jalur lambat(Sherwood, 2011). Sebagai contoh,pada saat jari
kita tertusuk, sesuatu yang kita rasakan pertama kali adalah sensasi
nyeri yang tajam kemudian diikitu dengan nyeri yang lebih difus
(menyebar).
Reseptor nyeri (serabut delta A dan C ) akan bereaksi menimbulkan
nyeri jika distimuli oleh beberapa faktor,diantaranya :
1) Faktor mekanis
Berespon terhadap kerusakan akibat trauma sehingga
reseptornya disebut sebagai mekanosensitif.
Contoh : pada saat kita jatuh dan terluka, maka kita akan
merasakan nyeri pada daerah yang luka karena reseptor
terstimulasi oleh trauma mekanik.

34
2) Faktor termis
Berespon terhadap suhu yang eksteme, baik karena panas
yang berlebihan atau suhu dingin yang berlebihan, sehingga
reseptor ini disebut termoreseptor atau termosensitif.
Contoh : ketika seseorang memegang es batu beberapa
menit,atau tangannya tersiram air panas,maka akan terasa nyeri.
Hal tersebut dikarenakan reseptor yang terdapat pada tangan
terstimulasi oleh suhu yang ekstreme.
3) Faktor kimia
Zat kimia yang merangsang reseptor ini adalah bradikinin,
histamin, ion K, dan asetilkolin. Resepor ini disebut sebagai
kemoreseptor/ polimodal.
4) Listrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka
bakar.

D. Konsep Back Massage


1. Pengertian back massage
Back massage adalah pijatan lembut, lambat, dengan usapan yang
perlahan 3-10 menit. (Anastasi & Dian, 2012).
Back massage merupakan gerakan sentuhan dan penekanan pada
kulit area punggung yang memberikan efek relaksasi pada otot, tendon dan
ligament sehingga meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis untuk
merangsang pengeluaran neurotransmitter asetilkolin.(Anastasi & Dian,
2012).
2. Jenis back massage
Para olahragawan agar tetap sehat dan bugar. Jenis masase menurut
(Bambang, 2012) diantaranya :
a. Spot massage ( Masase kebugaran )

35
Yaitu pijatan yang dipakai dalam lingkup spot saja dan bertujuan
untuk membentuk serta memelihara kondisi fisik
b. Remedial massage (Masase penyembuhan)
Yaitu pijatan yang dilakukan untuk memulihkan beberapa
macam penyakit tanpa memasukan obat kedalan tubuh dan bertujuan
untuk meringankan atau mengurangi keluhan atau gejala pada
beberapa macam penyakit yang merupakan indikasi untuk dipijat.
c. Cosmetic massage
Yaitu pijat dipakai dalam bidang pemeliharaan kecantikan dan
bertujuan untuk membersihkan serta menghaluskan kulit dan
menjaga agar kulit tidak lekas mengeru
3. Teknik back massage
a. Flourage ( Gosokan )
Adalah gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan
telapak tangan melekat pada bagian tubuh yang digosok. Bentuk
telapak tangan dan jari- jari selalu menyesuaikan dengan bagian
tubuh yang digosok. Tangan menggosok secara supel menuju kearah
jantung dengan dorongan dan tekananan. Tetapi boleh juga
menyamping misalnya gosokan di daerah dada, perut dan
sebagainya. Teknik flourage dilakukan pada permulaan masase dosis
5 kali dan penutup massage dosis 3 kali. Baik sebagian
maupununtuk seluruh tubuh. Flourage yang dilakukan pada daerah
anggota gerak (ekstremitas) selalu dengan dorongan dan
tekananyang baik dan setiap gosokan harus berakhir pada kelenjar
limfe ( pada ketiak untuk anggota gerak atas dan lipatan paha untuk
anggotagerak bawah).
1) Variasi flourage
a) Gosokan dengan mempergunakan telapak tangan dengan
tekananyang dangkal (super facial sotroking)
b) Gosokan dengan mempergunakan pangkal telapak tangan
dilakukan dengan tekanan yang dalam .

36
c) Gososkan dengan mempergunakan punggung kepalan tangan
pada otot otot yang besar dan lebar daerah pinggang dan
punggung) dilakukan dengan tekanan yang dalam.
d) Gosokan dengan menggunakan kedua ibu jari.

b. Pestriage ( pijatan )
Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari
merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel.
Bagian tubuh yang dipijat terletak di dalam lengkungan telapak
tangan anatara jari jari dan ibu jari. Gerakan memijat dengan
meremas otot yang sedikit ditarik keatas seolah-olah akan
memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot yan lain.
Gerakan pijatan harus dilakukan pada tiap kelompok otot dan otot
harus dipijat beberapa kali dengan supel dan rileks.
1) Variasi petrissage
a) Kneading ( Pijatan )
Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan satu
tangan atau kedua belah tangan. Jaringan di tekan diantara
telapak tangan dan jari jari. Gerakan tangan harus ganti
berganti dan tekanan harus selalu menuju kearah atas.
b) Wringing = walken (gosokan lipat pindah)
Adalah suatu gerakan pijatan dengan menggunakan kedua
belah tangan. Sikap tangan pararel pada otot yang bergerak
berlawanan, sedang jari jari yang di tarik dibengkokan
sedikit dan otot ganti berganti diangkat dari samping
kesamping .Teknik ini teknik ini banyak dilakukan di daerah
kelompok otot otot pantat, pinggang, punggung, dada dan
perut.Menurut pelaksanaannya walken ada dua macam :
1) Walken kecil dengan mempergunakan ujung jari
misalnya pada daerah dada.

37
2) Walken besar dengan menggunakan seluruh permukaan
telapak tangan dan jari jari, dipakai pada gluteal
(Pantat) dan punggung.
c) Picking up (pijatan)
Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan edua
belah tangan. Jaringan dipegang dan otot ganti berganti di
gerakan ke muka dan ke belakang.Teknik ini banyak di
gunakan pada daerah otot otot tengku bahu, lengan atas,
tangan dan jari jari, tungkai bawah, kaki.
Variasi variasi pijatan yang lain :
1) Kedua belah tangan bersama sama sejajar
2) Kedua belah tangan bergantian sejajar atau
bergelombang.
3) Kedua belah tangan bergantian sejajar bersebrangan,
biasanya dengan bergelombang.
4) Kedua belah tangan bergantian, salah satunya hanya
mempergunakan ibu jari atau kedua-duanya
mempergunakan ibu jari untuk di daerah yang sempit,
selasela jari, punggung tangan dan kaki.
4. Tujuan back massage
Tujuan back massage menurut (Bambang, 2012) meliputi :
a. Melancarkan peredaran darah vena (pembuluh balik) dan peredaran
darah getah bening (air limfe)
b. Menghancurkan pengumpulan sisasisa pembakaran di dalam sel-
sel otot yang telah mengeras yang disebut miogelosis (asam laktat).
c. Menyempurnakan pertukaran gas gas dan zatzat makanan
keseluruh tubuh
d. Menyempurnakan proses pencernaan makanan.
Menyempurnakan prosespembuangan sisasisa pembakaran
( sampahsampah) ke alatalat pengeluaran atau mengurangi
kelelahan.

38
e. Menyempurnakan pembagian zat zat makanan keseluruh tubuh.
f. Merangsang otot otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih
berat, menambahkan tonus otot (daya kerja otot), efisiensi otot
(kemampuan guna otot) dan elastisitas otot (kekenyalan otot).
g. Merangsangi jaringan saraf, mengaktifkan saraf sadar dan kerja
saraf ototnomi (tak sadar).
h. Membantu penyerapan (absorbsi) pada peradangan bekas luka.
i. Membantu pembentukan sel sel baru dalam perkembangan tubuh.
j. Membersihkan dan menghaluskan kulit.
k. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.
l. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit
yang boleh dipijat.
5. Perlengkapan back massage
Perlengkapan perlengkapan peraktek menurut (Bambangm, 2012) .
a. Ruangan peraktek
b. Tempat tidur
c. Kasur,sprei dan bantal.
d. Bahan pelicin (Babi oil dan sejenisnya)
6. Tatacara Melakukan Back Massage

(Gambar2.1)

Gambar2.5
(Tahap Pertama)
Menuangkan lotion (minyak kelapa) ke telapak tangan.(Anastasi & Dian,
2012).

39
Gambar 2.6
(Tahap Kedua)
Adapun teknik back massage ini dilakukan dengan beberapa
pendekatan, salah satu metode yang dilakukan ialah mengusap kulit klien
secara perlahan dan berirama dengan gerakan sirkular dengan kecepatan
12-15 kali pijatan per menit selama 3-10 menit, gerakan dimulai pada
bagian tengah punggung bawah kemudian kearah atas area belahan bahu
kiri dan kanan. (Anastasi & Dian, 2012).

Gambar2.7
(Tahap Ketiga)
Lakukan pijatan lembut menggunakan telapak tangan dan ibu jari
menekan bahu sebelah kanan dan kiri kearah berlawanan 12-15 kali pijatan
permenit selama 3-10 menit.(Anastasi & Dian, 2012).

40
(Gambar2.4)

Gambar 2.8
(Tahap Keempat)
Akhiri usapan dengan gerakan memanjang.(Anastasi & Dian, 2012).
5. Prosedur pelaksanaan back massage
Prosedur pelaksanaan back massage (Shocker, 2008), adalah :
a. Fase orientasi
1) Mengucapkan salam.
2) Memperkenalkan diri.
3) Kontrak waktu.
4) Menjelaskan prosedur.
5) Menanyakan kesiapan klien.
b. Fase kerja
1) Klien dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama
intervensi, bisa tidur miring, telungkup, atau duduk.
2) Buka punggung klien, bahu, lengan atas, tutup sisanya dengan
selimut.
3) Sebelum melakukan terapi back massage, dilakukan pemeriksaan
lokalis terlebih dahulu.

41
Gambar 2.9
(Menuangkan lotion (minyak kelapa)
4) Setelah itu perawat mencuci tangan dengan menggunakan air hangat.
Hangatkan lotion (minyak kelapa), botol lotionke dalam air hangat.
Tuang sedikit lotiondi tangan. Gunakan lotionsesuai kebutuhan.

Gambar 2.10

(Usapan pada punggung dengan menggunakan jari-jari dan telapak


tangan)

5) Lakukan usapan pada punggung dengan menggunakan jari-jari dan


telapak tangan sesuai dengan metode diatas selama 3-10 menit. Jika
klien mengeluh tidak nyaman, langsung hentikan tindakkan.

42
Gambar 2.11
(Mengakhiri usapan dengan gerakan memanjang)
6) Akhiri usapan dengan gerakkan memanjang dan beritahu klien bahwa
perawat mengakhiri usapan.
7) Bersihkan punggung klien dengan handuk mandi.
8) Bantu klien memakai baju.
9) Posisikan klien senyaman mungkin.
10) Rapikan alat dan cuci tangan.
c. Fase terminasi
1) Menyampaikan hasil tindakan dan dokumentasi.

2) Menyampaikan rencana tindak lanjut dan berpamitan.


7. Kontra indikasi massage
Kontra indikasi massage menurut (Bambangm, 2012) :
a. Kehamilan
b. Menstruasi
c. Fraktur
d. Dislokasi
e. Asma kardiale (Asma jantung)
f. Luka luka yang ada pada daerah daerah yang dimasase baik lika
diluar maupun luka di dalam.
g. Sehabis makan, sehabis dioperasi dan sehabis di suntik
h. Peradangan (kulit,otot, usus buntu, dsb)
i. Penyakit kulit (Kadas, lepra, lepra, dsb)
j. Demam tinggi pada penyakit menular (tbc, kolera, malaria, dsb)

E. Konsep Asuhan Keperawatan

43
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif
klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien (Asmadi, 2008)
Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada
perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses
keperawatan. Unsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi (Nursalam, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan asfek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
serta diagnostik (Asmadi, 2008).
Pada tahap pengkajian ini meliputi identitas diri klien, keluarga
yang dapat dihubungi riwayat pekerjaan dan status ekonomi, aktivitas
rekreasi, riwayat keluarga dan riwayat kematian keluarga dalam 1 tahun
terakhir.
a. Identitas diri klien meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan
terakhir, diagnosa medis, dan alamat.
b. Keluarga yang dapat dihubungi meliputi nama, alamat, nomber
telpon, dan hubungan dengan klien.
c. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi meliputi pekerjaan saat ini,
pekerjaan sebelumnya, sumber pendapatan, dan kecukupan
pendapatan.

44
d. Aktifitas rekreasi meliputi hobi, berwisata atau bepergian,
keanggotaan berorganisasi.
e. Riwayat keluarga meliputi saudara kandung, nama saudara, keadaan
keluarga saat ini dan keterangan keluarga.
f. Riwayat kematian dalam 1 tahun terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang, meliputi keluhan yang dirasakan dalam
1 tahun terakhir, gejala yang dirasakan saat keluhan timbul dan
faktor pencetus sehingga terjadi keluhan, lamanya dan upaya
mengatasinya.
b. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi penyakit yang pernah di
derita, riwayat imunisasi, riwayat alergi (obat, makanan, binatang,
lingkungan, dll), riwayat kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit,
dan riwayat pemakaian obat.
c. Persepsi klien tentang penyakitnya, meliputi hal yang sangat
dipikirkan pada saat ini, haarapan setelah menjalani pembinaan, dan
perubahan yang dirasakan setelah masuk panti (bila masuk panti
jompo).
d. Sistem nilai kepercayaan, meliputi aktivitas kepercayaan yang
dilakukan (macam dan frekuensinya), kegiatan agama/kepercayaan
yang ingin dilakukan (macam dan frekuensi), dan percaya adanya
kematian (percaya dengan jika hidup pasti akan mati).
3. Pola kebiasaan setiap hari
Pola kebiasaan setiap hari dilihat dari kriteria nutrisi, eliminasi,
personal hygiene, istirahat dan tidur, aktifitas dan latihan, kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan, dan kebiasaan mengisi waktu luang.

4. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari


Jenis kegiatan yang klien lakukan dari mulai bangun tidur hingga
menjelang tidur kembali.

45
5. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan umum
Dilihat dari TD, RR, suhu, kesadaran umum, penampian umum, dan
klien tampak sehat/sakit/sakit berat.
b. Tingkat kesadaran : composmentis, somnolen, atau apatis.
c. Tinggi badan/berat badan
d. Kepala
Bentuk kepala, warna rambut, distribusi rambut, tekstrur kulit
kasar atau halus, turgor kulit, ada lesi atau tidak, kebersihan
rambut/kulit kepala, rambut kering atau lembab, mudah rontok atau
tidak.
e. Mata
Kesimetrisan bentuk mata, warna retina, kepekaan terhadap
cahaya atau respon cahaya, anemis atau tidak pada daerah
konjungtiva, sklera ikterus (kekuningan) atau tidak. Ditemukan
strabismus (mata menonjol keluar) atau tidak, ada riwayat katarak
atau tidak, kaji keluhan terakhir pada daerah penglihatan, memakai
alat bantu penglihatan atau tidak. Tes uji penglihatan dengan ukur
jarak penglihatan, ukur lapang pandang.
f. Hidung
Kesimetrisan bentuk hidung, kebersihannya, mukosa kering atau
lembab, terdapat peradangan atau tidak, terdapat polip atau tidak,
terdapat nyeri tekan atau tidak. Tes uji penciuman dengan
memberikan kontras bau (misal ; kopi, cengkeh, bawang putih,
merica, pala dan lain-lain).
g. Mulut
Kesimetrisan bentuk bibir, warna bibir, kelembaban pada bibir,
mukosa kering atau tidak, kebersihan mulut, jumlah gigi, ada gigi
yang karies atau tidak, penggunaan gigi palsu, tampak peradangan
atau stomatitis atau tidak, kesulitan mengunyah serta kesulitan
menelan atau tidak. Fungsi pengecapan baik atau tidak.
h. Telinga
Bentuk telinga simetris atau tidak, kebersihan telinga adanya
serumen atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, fungsi pendengaran
baik atau tidak.
i. Leher

46
Adaya pembesaran kelenjar tyroid dan KGB atau tidak, adanya
peningkatan JVP atau tidak, tes uji kaku kuduk.
j. Dada

Pada paru bentuk dada normal chest atau barrel chest atau pigeon
chest/lainnya, pergerakan atau ekspansi paru simetris atau tidak,
suara nafas paru normal atau terdapat suara nafas tambahan (ronchi
atau whezing), respirasi klien berapa dalam satu menit,vocal
premitus sama atau tidak saat mengatakan 77, kaji irama dan
frekuensi pernafasan pada usia lanjut normal 12-20x/ menit bahkan
dapat lebih karena kemampuan otot paru dalam kembang dan kempis
menurun, ada atau tidaknya pernafasan takipnea, dispnea, dan
kusmaul. Pada jantung inspeksi pada ektremitas terhadap tanda
ketidakcukupan vena, antara lain thrombosis, edema dan varises
vena.
k. Abdomen
Bentuk simetris atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, terdapat
lesi/luka atau tidak, adanya udara dalam abdomen atau kembung
atau tidak, terdapat pembesaran hepar atau tidak, bising usus pada
klien berapa kali permenitnya.
l. Ekstremitas
Bentuk simetris atau tidak, warna kuku, bentuk kuku
permukaan tebal atau rapuh, jari-jari lengkap atau tidak, ada lesi atau
tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, penggunaan alat bantu, rentan
gerak, deformitas, tremor, edema, kaji kekuatan otot, turgor kulit
dingin atau hangat, kaji reflek-reflek trisep, bisep, plantar.
m. Genetalia
Apakah ada keluhan atau tidak pada genetalia, misalnya terjadi
nyeri pada saat BAK, atau terjadi gatal-gatal pada daerah genetalia.
n. Integumen
Kebersihan kulit, permukaan kulit kasar atau halus, warna kulit,
kelastisitas kulit.

(Azizah, 2011)
6. Analisa Data

47
Tabel 2.3

48
No Data Etiologi Masalah
Do : Klien menderita penyakit
7. Diagn
- Klien terlihat reumatik yang Nyeri akut
osa
meringis kesakitan menyebabkan klien
1.
- Klien terus sering kesakitan pada
memegang bagian daerah persendian
tubuh yang sakit.
Do : Ketidakseimbangan Ketidakseimba
- Klien tampak tidak nutrisi terjadi karena ngna nutrisi
nafsu makan peningkatan asam kurang dari
bahkan tidak mau lambung akibat kebutuhan
2.
makan. kompensasi sistem saraf tubuh
- Makanan yang simpatis.
disajikan tidak
dihabiskan.
Do : Hipertermi terjadi karena Hipertermi
- Tanda - tanda vital proses peradangan pada
3.
meningkat sendi
- Suhu > 370
Do : Intoleransi aktivitas Intoleransi
- Klien tampak terjadi karena deformitas aktivitas
4. lemah skeletal, nyeri,
- Aktivitas dibantu penurunan kekuatan otot.
oleh keluarga
Do : Kulit mengalami Keruskan
- Kulit tampak kering peradangan dan timbul integritas kulit
5.
- Tampak lesi atau bercak merah serta kulit
ruam merah. menjadi kering
Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

49
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi
sistem saraf simpatis.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peradangan pada
sendi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi kulit (peradangan).
8. Perencanaan
a. Diagnosa keperawatan I:
Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

1) Tujuan : diharapka nyeri hilang / berkurang

2) Kriteria hasil :
Klien tampak tenang dan tidak terlihat meringis, dan klien sudah
tidak memegangi sendinya yang sakit.

Tabel 2.4
Intervensi dan Rasional Nyeri Akut

Intervensi Rasional

1 2

1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri 1. Membantu dalam menentukan


serta catat lokasi dan intensitas, kebutuhan manajemen nyeri dan
factor-faktor yang efektifitas program.
mempercepat, dan respon rasa
sakit non verbal.
2. Berikan matras/ kasur keras, 2. Matras yang lembut/ empuk, bantal
bantal kecil. Tinggikan tempat yang besar akan menjaga
tidur sesuai kebutuhan. pemeliharaan kesejajaran tubuh yang
tepat, menempatkan stress pada sendi

50
yang sakit. Peninggian tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3. Biarkan klien mengambil 3. Pada penyakit yang berat/
posisi yang nyaman waktu eksaserbasi, tirah baring mungkin
tidur atau duduk di kursi. diperlukan untuk membatasi nyeri
Tingkatkan istirahat di tempat cedera.
tidur sesuai indikasi
4. Anjurkan klien untuk mandi air 4. meningkatkan relaksasi otot, dan
hangat. Sediakan waslap mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
hangat untuk mengompres menghilangkan kekakuan pada pagi
sendi yang sakit. Pantau suhu hari. Sensitivitas pada panas dapat
air kompres, air mandi, dan dihilangkan dan luka dermal dapat
sebagainya. disembuhkan
5. Berikan masase yang lembut. 5. meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
6. Dorong penggunaan teknik 6. Meningkatkan relaksasi, memberikan
manajemen stres, misalnya rasa kontrol nyeri dan dapat
relaksasi progresif,sentuhan meningkatkan kemampuan koping.
terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan
pengendalian napas.

b. Diagnosa keperawatan II:


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf
simpatis.

1) Tujuan : Meningkatkan kebutuhan nyeri

51
2) Kriteria hasil :

Meningkatkan nafsu makan dan porsi makan habis


Tabel 2.5
Intervensi dan Rasional ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Intervensi Rasional

1 2

1. Identifkasi faktor yang 1. Pilihan intervensi tergantung pada


menimbulkan mual/munta,
penyebab masalah.
2. Kaji makanan kesukaan klien 2 Meningkatkan selera makan untuk
dan berikan makanan kesukaan memenuhi kebutuhan gizi.
klien
3. Auskultasi bunyi usus. 3. Bunyi usus mungkin menurunkan /
Observasi / palpasi distensi tak ada bil proses infeksi berat/
abdomen. memanjang. Distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara atau
menunjukan pngaruh toksin bakteri
pada saluran GI.

4. Berikan makanan yang disertai 4. Untuk meningkatkan kualitas intake


dengan suplemen nutrisi nutrisi

5. Pertahankan kebersihan mulut. 5.Mengurangi rasa tidak enak atau mual


pada mulut.

6. Anjurkan diet yang dimakan 6. Makanan yang mengandung tinggi


mengandung tinggi serat serat membuat BAB menjadi lancar
dan utuk mencegah konstipasi

c. Diagnosa keperawatan III:


Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peradangan pada
sendi.

52
1) Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

2) Kriteria hasil :

a) Tekanan darah : 120/80 mmHg

b) Nadi : 90-100x/menit

c) Respirasi : 12-20x/menit

d) Suhu : 36,5-370 C
Tabel 2.6

Intervensi dan Rasional Hipertermi

Intervensi Rasional

1 2

1. Observasi TTV 1. Adanya demam dan inpeksi dapat


mempengaruhi curah jantung,
peningkatan suhu dan meningkatkan
laju kebutuhan oksigen.
2. Berikan cairan adekuat dengan 2.Untuk mengganti cairan yang hilang
menganjurkan minum yang melalui proses hipertermi.
cukup
3. Kompres pasien pada lipatan 4. Menurunkan panas melalui evaporasi
paha atau aksila. dan konduksi
3. Pakaikan baju yang tipis dan 5. Mencegah penguapan yang
menyerap keringat. berlebihan karena peningkatan suhu
tubuh.

d. Diagnosa keperawatan III:

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

1) Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

2) Kriteria hasil :

53
Klien tampak lebih segar dan ADL dilakukan sendiri.
Tabel 2.7
Intervensi dan Rasional Intoleransi Aktivitas

Intervensi Rasional

1 2

1. Evaluasi respon pasien 1. Evaluasi respon pasien terhadap


terhadap aktivitas. Catat aktivitas. Catat laporan dispnea,
laporan dispnea, peningkatan peningkatan kelemahan/ kelelahan
kelemahan/ kelelahan dan dan perubahan tanda vital selama dan
perubahan tanda vital selama setelah aktivitas.
dan setelah aktivitas.
2. Jelaskan pentingnya istirahat 2 Agar Tirah baring dipertahankan
dalam rencana pengobatan dan selama fase akut untuk menurunkan
perlunya keseimbangan kebutuhan metabolik, menghemat
aktivitas dan istirahat. energi untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respon individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernapasan.
3 Anjurkan klien istirahat bila 3 Meningkatkan aktivitas secara
terjadi kelelahan dan bertahap sampai normal dan
kelamahan, dan anjurkan klien memperbaiki tonus otot.
untuk melakukan aktivitas
semampunya.
4 Berikan lingkungan tenang. 4 Menurunkan stress dan rangsangan
Dorong penggunaan berlebihan, meningkatkan isirahat.
manajemen stress dan
pengalihan yang tepat.

e. Diagnosa keperawatan III:

54
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
kulit (peradangan).

1) Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

2) Kriteria hasil :

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (elastisitas,


temperatur, pigmentasi), tidak ada luka dan mampu melindungi
kulit dan mempertahankan kelembaban kulit.
Tabel 2.8
Intervensi dan Rasional Kerusakan Integritas Kulit

Intervensi Rasional

1 2

1. Kaji kerusakan kulit atau iritasi 1. Untuk mengetahui sejauh mana iritasi
yng terjadi. yang terjadi.
2 Anjurkan pasien mandi dengan 2 Untuk menjaga kebersihan kulit
air sabun dan air hangat
3 Mobilisasi pasien (ubah posisi 3 Agar mencegah luka dekubitas
psien setiap 4 jam sekali

4 Oleskan lotion atau minyak / 4. Menjaga kelembaban kulit tetap


baby oil pada daerah yang normal, mencegah ruam dan
tertekan. mengurangi iritasi.

9. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujuksn pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,2008).
10. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

55
direncanakan dan merupakan perbandingan hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat,2008)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus (case study), yaitu sebuah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian kualitatif yaitu suatu
pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau
lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa dan pengetahuan atau objek
studi. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman, pemikiran dan
persepsi peneliti. Studi kasus didefinisikan sebagai fenomena khusus yang
dihadirkan dalam suatu kontek yang terbatas (bounded text), meski batas-batas
antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Menurut Krik dan Miler
(2006), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fandumental bergantung pada pengamatan pada manusia
baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Danzin dan
Lincoln (2008), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisa data bersifat

56
induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna data adalah yang
sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
Penelitian kualitatif memeliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Bogdan (2007) dan Biklen
mengajukan ada 5 ciri, yaitu :
1. Latar ilmiah, dilakukan pada kondisi yang alami, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Peneliti kulalitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menentukan angka.
3. Peneliti lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out come
4. Peneliti kualitatif melakukan analisa data secara induktif
5. Peneliti kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang diamati)
Sedangkan jenis penelitian yang menggunkan metode deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan dengan memberikan gambaran yang detail mengenai
gejala atau fenomena.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Kp.rawa panjang Rt 03 Rw 06 Desa
Sukaluyu Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur dengan pertimbangan
tempat tersebut merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya
sebagai petani. Penelitian ini dimulai dengan mengajukan judul pada tanggal
16 Mei 2016, lalu dilanjutkan dengan memulai pengumpulan data untuk
menyelesaikan latar belakang, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil
dan pembahasan dan yang terakhir penutup dimulai dari Mei 2016 sampai
dengan Juli 2016. Untuk waktu pengambilan data di desa sukaluyu kecamatan
sukaluyu kabupaten cianjur dengan melakukan penelitian selama lima hari.
Penelitian ini ditujukan kepada pasien lansia yang menderita hipertensi.

C. Setting Penelitian

57
1. Letak Puskesmas Sukaluyu Desa Sukamulya Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur
Puskesmas Sukaluyu bertempat di Jalan Bojongsari Kp. Gempol Desa
Sukamulya Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur 43284
2. Sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Sukaluyu
Puskesmas Sukaluyu saran dan prasarana antara lain :
a. 1 Poned
b. 6 Pustu
c. 2 Polindes
d. 1 Poskesdes
e. 1 Pusling
f. 16 Motor
g. 1 Ampulance
3. Jumlah kunjungan di Puskesmas Sukaluyu
Kunjungan di Puskesmas Sukaluyu bulan Januari sampai dengan Mei 2016,
yaitu :
a. 4967 orang di ruang BP
b. 522 orang di ruang KIA
c. 1485 di ruang MTBS
4. Jumlah keluarga yang mendapat perawatan dari Puskesmas Sukaluyu
Keluarga yang mendapat asuhan keperawatan dari perawat Puskesmas
Sukaluyu pada bulan Januari samapai dengan Mei 2016, yaitu :
a. Kasus maternal risti/ rawan kesehatan berjumlah 15 keluarga
b. Kasus anak risti/ rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
c. Kasus masalah gizi berjumlah 12 keluarga
d. Kasus penyakit menular berjumlah 14 keluarga
e. Kasus usia lanjut risti/ rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
f. Kasus penyakit tidak menular berjumlah 17 keluarga
5. Jumlah perawat di Puskesmas Sukaluyu
Perawat yang ada di Puskesmas Sukaluyu berjumlah 8 orang, 1 orang
perawat bertugas sebagai koordinator perawat, koordinator program, SP 3,

58
siskohatkes, 1 orang perawat bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU
Sindangraja, prorgam perkesmas, kesehatan mata. 1 Salajambe, program
kesling, kesehatan kerja. 1 orang perawat bertugas sebagai penanggung
jawab PUSTU Babakansari, program kesehatan jiwa. 1 orang perawat
bertugas sebagai program TB, program imunisasi. 1 orang perawat bertugas
sebagai penanggung jawab PUSTU Panyusuhan program kusta, 1 orang
perawat bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU Mekarjaya, program
ISPA dan diare. Dan 1 orang perawat bertugas sebagai pelaksana BP.

D. Subjek Penelitian / Partisipan


Subjek penelitian ini lansia yang termasuk resiko tinggi yang dijadikan
subjek dalam penelitian ini lansia yang memilki riwayat penyakit hipertensi di
Desa Sukaluyu Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur.

E. Metode Pengumpulan Data


Peneliti akan melakukan observasi dengan menggunakan aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Metode wawancara terstruktur,meliputi pertanyaan pertanyaan sebagai
berikut :
a. Identitas / data umum,mulai dari identitas diri klien,keluarga yang
dapat dihubungi riwayat pekerjaan dan status ekonomi, aktivitas
rekreasi, riwayat keluarga dan riwayat kematian keluarga dalam 1 tahun
terakhir.
b. Riwayat kesehatan yang sekarang dikeluhkan, riwayat kesehatan masa
lalu, persepsi klien tentang penyakitnya, sistem nilai kepercayaan.
c. Pola kebiasaan setiap hari dilihat dari kriteria nutrisi, eliminasi personal
hygiene, istirahat dan tidur,aktivitas dan latihan, kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan, dan kebiasaan mengisi waktu luang.
d. Jenis kegiatan yang klien lakukan dari mulai bangun tidur hingga
menjelang tidur kembali.

59
e. Masalah kesehatan krinis,keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan
klien dalam waktu 3 bulan terakhir.
f. Fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan memori baru, memori jangka pendekndan memori jangka
panjang.
g. Fungsional katz indeks, kemandirian klien dalam melakukan kebutuhan
dan aktivitas sehari-hari.
h. Skala depresi geriatri (Geriatric Depression Scale / GDS)
2. Metode observasi partisipan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran (GCS)
3) TTV
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Pernapasan
d) Suhu
b. Pemeriksaan Head To Toe (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
1) Penampilan umum
2) Kepala
3) Mata
4) Hidung
5) Telinga
6) Mulut dan tenggorokan
7) Leher
8) Dada
9) Abdomen
10) Tangan (ekstermitas atas)
11) Genitalia
12) Anus
13) Kaki (ekstermitas bawah)

60
F. Metode Uji Keabsahan Data (uji triangulasi sumber)

Uji keabsahan data dimaksud untuk menguji kualitas


data/informasi yang diperoleh dalam peneliti sehingga menghasilkan data
dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti
menjadi instrumen pertama) maka uji keabsahan data dapat
menggunakan triagulasi sumber/metode. Yaitu menggunakan klien,
perawat, keluarga klien sebagai sumber informasi, sumber dokumentasi
dll. Jika informasi yang didapatkan dari sumber klien , sama dengan
didapatkan dari perawat dan keluarga klien, maka informasi tersebut
valid.
a. Triangulasi yaitu dengan triangulasi teknik, triangulasi waktu dan
triangulasi sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu
wawancar, observasi dan dokumentasi pada sumber data primer.
Triangulasi waktu artinya pengumpilan data dilakukan dari berbagai
kesempatan yaitu pagi, siang dan sore hari.Sedangkan triangulasi
sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui
sumber data yang berbeda, yaitu selain wawancara dilakukan dengan
subyek, saya menanyakan hal yang sama dengan orang terdekat
subjek tersebut yaitu klien sebagai subjek dan kelarga klien sebagai
subjek. Dalam peneliti ini didapatkan informasi bahwa responden
tersebut adalah klien lansia di Kp.Rawa Pamjamg Rt 03 Rw 06 Desa
sukaluyu Kecamatan sukaluyu Kabupaten Cianjur dengan lansia
umur 65 tahun.
Tabel 3.1
Data triangulasi kepada klien, keluarga klien, dan perawat.
N Pertanyaan Klien Keluarga klien
o

1 Apakah ibu sering iya ibu sering iya ibu saya sering

61
pengalami merasakan mengeluh
kesemutan,pegel- kesemutan dan kesemutan dan nyeri
pegel dan nyeri nyeri secara tiba- pada daerah lutut
pada daerah lutut? tiba dan setelah sebelah kiri.
berjalan
kesemutan sering
dirasakan.

2 Apakah nyeri yang ibu merasakan ibu saya sering


dirasakan ibu hilang nyaman ketikan menyuruh saya
setelah melakukan sudah dilakukan untuk melakukan
massage ? massage dan massage ketika
nyeri sedikit nyeri timbul.
berkurang.

3 Apakah ibu suka iya ibu suka iya memang benar


melakukan melakukan ibu selalu menyuruh
massage dengan massage oleh massage ketika
sendiri ketika nyeri anak ibu ketika nyeri.
dirasakan ? nyeri dirasakan.

4 Apakah setelah setelah di biasanya ibu saya


melakukan massage lakukan massage setelah di massage
selama 5 hari dan ibu merasakan terlihan rileks dan
dilakukan beberapa nyeri sedikit membaik.
kali sudah berkurang.
merasakan enakan
pada daerah lutut
ibu ?

G. Metode analisa

62
Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari subjek
penelitian atau situasi. Ditemukan berbagai domain. Kemudian peneliti
menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.

H. Etika penelitian
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan
khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apapun.
c. Risiko (benefist ratio)
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek
ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat
terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right
to full disclasure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed consent

63
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan diperlukan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan
dari penelitian.
b. Hak di jaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)
dan rahasia (confidentiality).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Informasi Umum Partisipan


Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan
keperawatan yang dilakukan pada Ny.I selama lima hari mulai tanggal 17
Juni 2016 sampai dengan tanggal 21 Juni 2016 di Kp.Rawa panjang Rt 03
Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Laporan
kasus yang akan di kemukakan pada bab ini adalah pada proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Identitas klien

64
Pada saat saya menanyakan nama klien, klien menjawab
bahwa klien bernama Ny I. Pada saat saya menanyakan tempat dan
tanggal lahir klien, klien menjawab lahir di Cianjur, pada tanggal 2
januari tahun 1951. Pada saat saya menanyakan agama klien, klien
menjawab beragama islam. Pada saat saya menanyakan status
pernikahan, klien menjawab suaminya sudah meninggal (cerai mati).
Pada saat saya menanyakan pendidikan klien, klien menjawab hanya
bersekolah sampai sekolah dasar saja. Pada saat saya menanyakan
suku/bangsa klien, klien menjawab suku Sunda dan bangsa
Indonesia. Pada saat saya menanyakan alamat klien, klien menjawab
tinggal di Kp.Rawa Panjang Rt.03 Rw.06 Desa Sukaluyu Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Pada saat saya menanyakan kapan
klien merasakan penyakit seperti ini,klien hanya menjawab sudah
lama.

b. Riwayat kesehatan
Pada saat saya menanyakan keluhan utama yang sedang
dirasakan oleh klien saat ini, klien mengeluh nyeri lutut sebelah kir
yang tidak sembuh-sembuh meski diobati.
Saya akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan klien sekarang
dengan menggunakan pendekatan PQRST , P (Provocate) yaitu faktor
pencetus, Q (Quality) yaitu kualitas, R (Region) yaitu lokasi, S
(Severe) yaitu Keparahan, T (Time) yaitu durasi. Pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 17-06-2016, Pada saat saya menanyakan kepada
klien mengenai riwayat kesehatan klien sekarang, klien menjawab
klien mengatakan nyeri pada bagian lutut sebelah kiri. nyeri yang
dirasakan oleh klien sekarang menjadikan nya sulit beraktivitas, klien
mengatakan nyeri nya secara tiba tiba dan di bagian sebelah kiri
tubuh, pada saat dikaji skala nyeri berada di angka 6. skala penilaian

65
nyeri yang digunakan pada Ny.I adalah skala penilaian numerik yang
terdiri dari angka 0-10.
Pada saat menanyakan riwayat kesehatan dahulu mengenai
penyakit yang pernah diderita oleh klien, klien menjawab belum
pernah mengalami penyakit seperti ini dan baru pertama kali.
Pada saat saya menanyakan mengenai penyakit yang diderita
atau pernah diderita oleh keluarga, klien menjawab keluarganya tidak
memiliki riwayat penyakit menurun, menular ataupun penyakit yang
sama seperti klien saat ini.

c. Genogram
keluaga Ny.I, Ny mempunyai 1 orang kakak dan 1 orang adik,
yang pertama berjenis kelamin perempuan dan yang adiknya berjenis
kelamin laki-laki, dan kedua orang tua Ny J sudah meninggal. Suami
Ny I sudah meninggal, mempunyai 2 saudara yang terdiri dari 1
perempuan, yang ke 2 laki-laki, dan kedua orang tua suaminya juga
sudah meninggal. Ny I mempunyai anak yang bekerja di kalimantan.
Ny I tinggal sendiri di rumah nya semua kebutuhan Ny I di tanggung
oleh cucu nya yang tinggal bersebelahan dengan rumah Ny I.
Pada saat saya menanyakan mengenai tempat keadaan
lingkungan tinggal klien menjawab lingkungan sekitar rumah bersih,
relatif jauh dari jalan raya dan tidak terdapat pabrik disekitar rumah
klien. Pada saat saya menanyakan klien tinggal bersama siapa saja
dalam satu rumah, klien menjawab tinggal sendiri tapi sering
dikunjungi oleh cucunya yang rumahnya bersebelahan dengan klien.
Pada pola persepsi kesehatan pasien mengatakan sehat itu
adalah anugerah dari Allah SWT, karena dengan sehat dapat
melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Pasien berharap ingin cepat
sembuh agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dan menurut
pasien sakit itu sesuatu yang tidak nyaman.

d. Pola kesehatan fungsional

66
Pada pola nutrisi, sebelum sakit mengatakan makan 3 kali
sehari dengan nasi, lauk, sayur sedangkan minumnya 7 gelas sehari.
Selama sakit, pasien mengatakan selama sakit makan berkurang.
Pada pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAB
biasanya 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau
khas, dan tidak mengalami kesulitan dalam BAB sedangkan BAK
biasanya 5 kali per hari, warna kuning jernih dan bau khas.
Pada pola aktivitas dan latihan, pasien mengatakan sebelum
sakit dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain. Selama sakit
sebagian aktivitas berkurang hanya berbaring di tempat tidur.
Pada pola kognitif perceptual, pasien mengatakan dapat
berkomunikasi dengan baik dengan orang lain dan dapat mengerti
pembicaraan orang lain.
Pada pola konsep diri, citra tubuh: pasien mengatakan
merasakan perubahan anggota tubuhnya, pasien mengatakan ada
kekurangan dalam tubuhnya. Idela diri : pasien mengatakan berharap
ingin cepat sembuh, hubungan keluarga dan masyarakat baik tidak ada
masalah. Peran diri : pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan
ibu bagi anaknya. Harga diri : pasien mengatakan menerima
keadaannya begitu juga lingkungan keluarga serta masyarakat juga
menerima dengan baik dalam pergaulan dalam masyarakat tidak ada
masalah dan tidak ada gangguan.
Pada pola hubungan pasien, pasien mengatakan bahwa
hubungan klien baik dengan keluarga, tetangga baik. Pasien
mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun.
Pada pola seksual dan reproduksi, pasien mengatakan bahwa ia
memiliki satu orang anak.
Pada pola koping dan toleransi stress, pasien mengatakan
apabila mengalami masalah selalu dimusyawarahkan dengan cucunya.

Pada pola nilai dan keyakinan pasien mengatakan beragama


Islam rajin melakukan sholat 5 waktu dan selalu berdoa kepada Allah
SWT agar di beri kesembuhan dan penyakitnya di angkat.
e. Pemeriksaan Fisik

67
1) Tanda-tanda vital
Keadaan umum baik dan kesadaran penuh hasil pemeriksaan
tanda vital pasien (TTV) adalah tekanan darah (TD) 130/90
mmHg, nadi (N) : 89x/menit regular, pernapasan (RR) :
21x/menit, suhu (S) : 38 C.
Pada pemeriksaan sistemik, kepala : bentuk lonjong, kulit
kepala bersih, rambut beruban, tidak berketombe, bersih, dan
kuat. Mata : warna kulit wajah coklat (sawo matang). Mata :
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, fungsi
penglihatan baik, mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung :
simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat polip, dan
bernapas melalui hidung. Telinga : simetris, tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran serta tidak
menggunakan alat bantu pendengaran. Mulut : bersih,
simetris. Gigi : sejajar, gigi kuning dan tidak berlubang. Pada
leher tidak ada pembesaran thyroid.
Pada pemeriksaan dada yang pertama paru-paru, saat
dilakukan inspeksi bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, saat dilakukan palpasi
vocal fremitus kanan dan kiri sama, saat dilakukan perkusi
bunyinya sonor dan saat dilakukan auskultasi vesikuler di
semua lapang paru. Pada pemerksaan jantung di lakukan
inspeksi Ictus cordis tidak Nampak, kemudian dilakukan
palpasi teraba denyut jantung kuat, pada inter costa ke-4 dan
5, dan perkusi bunyinya pekak, dan pada saat di auskultasi
bunyi jantung I, II regular tidak terdengar bising, serta tidak
ada suara tambahan. Pada pemeriksaan payudara saat di
inspeksi bentuk payudara sudah jatuh ke bawah kanan dan
kiri, tidak ada kemerahan, aerola berwarna coklat, tidak ada
luka dan benjolan pada payudara kiri dan kanan.

68
Pada pemeriksaan abdomen saat dilakukan inspeksi perut
datar, simetris tidak ada jejas atau luka, saat di auskultasi
bising usus 9 x/menit, pada perkusi bunyinya tympani dan
saat di palpasi tidak ada nyeri tekan di semua abdomen. Pada
genetalia bersih klien berjenis kelamin perempuan. Pada
ektremitas tangan kiri dan kanan tidak ada gangguan.
Kekuatan otot nya tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5
dan kaki kiri 3.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Pada saat klien sebelum sakit, klien makan dengan
makanan pokok nasi, beserta lauk pauk seperti ikan asin, daging
hewani dan lain-lain. Frequensi makan klien sebanyak 3 kali per
hari, dalam porsi makan habis. Klien mengatakan, klien minum
dengan air putih, sebanyak 8 gelas per hari.
Pada saat klien sakit, klien makan dengan bubur, sayuran,
daging hewani dan lain-lain. Frequensi makan klien sebanyak 3
kali per hari, dalam porsi makan sampai 1 porsi makan yang
habis,Klien mengatakan, klien minum dengan air putih,
sebanyak 8 gelas per hari.

2) Eliminasi
a) BAB
Pada saat klien sebelum sakit maupun sesudah sakit,
klien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan warna kuning dan
terkadang berkonsistensi keras.
b) BAK
Pada saat klien sebelum sakit maupun, klien
mengatakan frekuensi miksi 5 kali per hari, dengan warna
urine kuning jernih.
3) Istirahat tidur

69
Pada saat sebelum sakit, klien mengatakan tidur malamnya
dari jam 21.00 s/d jam 05.00 8 jam, dengan pengantar tidur
berdoa, sedangkan pada siang hari klien tidur dari jam 13.00 s/d
jam 15.00 2 jam.
4) Personal hygine
Pada saat sebelum sakit klien mandi 3 kali per hari, gosok
gigi mengunakan pasta gigi dengan frekuensi 2 kali per hari,
keramas 3 kali per minggu menggunakan syampo, dan
menggunting kuku 1 minggu sekali, dengan cara mandiri.
5) Aktivitas

Pada saat sebelum sakit, waktu luang yang dilakukan


beres-beres rumah, dan olahraga jalan santai setiap minggu.
Setelah klien ssakit, waktu luang yang dilakukan yaitu
tidur, dan belum melakukan olah raga.

2. Analisa Data
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan atau proses inflamasi,destruksi sendi.
Pada saat pengkajian didapatkan data subjektif, Klien
mengatakan nyeri pada bagian kaki kiri tubuhnya dan sulit bergerak,
data objektif yang di dapat : kekuatan otot sebelah kiri 5, klien
terlihat meringis kesakitan skala nyeri 6.Pasca nyeri akan
mengakibatkan polyartritis menyebabkan peradangan pada membran
senovial dan diakibatkan oleh persendian.
b. Masalah hipermi berhubungan dengan proses penyakit peradangan
pada sendi.
Pada saat pengkajian didapatkan data subjektif, Klien
mengatakan seluruh badan nya panas data objektif yang di dapatkan :
suhu tubuh klien 38 C. Hipetermia menyebabkan peningkatan sel

70
retikilundetian menyebabkan jaringan perut dan senosis kutub mitral.
c. Intoleransi aktivitas berhungan dengan kelemahan otot.
Pada saat pengkajian didapatkan data subjektif, klien
mengatakan lemas pada bagian kaki sebelah kiri data objektif, klien
terlihat lemas dan susah beraktivitas.
3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
Diagnosa keperawatan pada Ny. I di Kp. Rawa Panjang Rt 03 Rw 06
Desa Sukaluyu Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur dengan
gangguan rematik diantaranya adalah pada masalah aktual didapatkan
diagnose keperawatan, yang pertama nyeri akut berhubungan dengan
distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi,destruksi sendi,
masalah yang kedua adalah hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit,peradangan pada sendi, masalah yang ketiga adalah intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

4. Intervensi berdasarkan doengoes Pada Ny.I


a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan atau proses inflamasi,destruksi sendi.
Tujuan jangka pendek nyeri dapat berkurang, dengan kriteria
hasil skala nyeri berkurang dari 6, klien tampak tenang, TD diatas
batas normal 140/90 mmHg, respirasi 21x/menit, suhu 38 oC, nadi
89x per menit.
Tujuan jangka panjang yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x24 jam diharapkan nyeri tidak dirasakan atau
akan hilang dengan kriteria hasil skala nyeri yang dirasakan sampai 0
dari skala 0-10.
Intervensi Kaji keluhan nyeri,skala nyeri serta catat lokasi dan
intensitas, faktor-faktor yang mempercepat dan rasa sakit non verbal.
Rasional membantu dalam menentukan kebutuhan manjemen nyeri

71
dan efektifitas program. Berikan matras atau kasur lembut, bantal
kecil, tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan. Rasional matras yang
lembut akan menjaga pemeliharaan kesejahteraan tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang sakit, peningkatan tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi. Biarkan klien
mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Rasional pada penyakit yang berat tirah baring mungkin di perlukan
untuk membatasi nyeri cedera. Anjukan lien untuk mandi air hangat.
Rasional meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas menghilangkan
rasa sakit dan kekakuan pada pagi hari. Berikan massage yang
lembut. Rasional meningkatkan relaksasi atau mengurangi tagangan
otot.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
Tujuan jangka pendek ada penurunan suhu tubuh.
Tujuan jangka panjang yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali
normal.
Intervensi Obeservasi TTV. Rasional adanya demam dan
inpeksi dapat mempengaruhi curah jantung, peningkatan suhu dan
meningkatkan laju kebutuhan oksigen. Berikan cairan adekuat
dengan mengajurkan minum yang cukup. Rasional untuk mengganti
cairan yang hilang melalui proses hipertermi. Kompres hangat pada
lipatan bahu atau aksila. Rasional menuunkan panas melalui evaporsi
dan konduksi. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional mencegah penguapan yang berlebihan kerena peningkatan
suhu tubuh.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Tujuan jangka pendek klien dapat beraktivitas.
Tujuan jangka panjang yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x24 jam diharapkan aktivitas klien kembali

72
normal.
Intervensi Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Rasional
adanya perubahan aktivitas pada klien. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat. Rasional agar tirah baring diertahankan
selama menurunkan kebutuhan metabolik. Anjukan klien istirahat
bila terjadi kelemahan dan anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas semampunya. Rasional meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot. Berikan
linkungan tenang, dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalihan yang cepat. Rasional menurunkan stres dan rangsangan
berlebihan meningkatkan istirahat.
5. Implementasi pada Ny.I
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 17-juni-2016, jam 14.00
WIB.Mengkaji keluhan nyeri,skala nyeri serta catat lokasi dan
intensitas,hasil : klien mengatakan nyeri masih terasa di tukut sebelah
kiri. Memberikan matras/ kasur lembut, bantal kecil dan tinggikan
tempat tidur,hasil : klien mengerti apa yang sudah di perintahkan.
Membiarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau
duduk di kursi, hasil : klien mengatakan ketika ketika berada di
posisi nyaman nyeri mulai berkurang. Membiarkan klien untuk
mandi air hangat, hasil : klien mengatakan setiap mandi suka
memakai air hangat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 18-juni-2016, jam 16.00
WIB.Mengobservasi TTV,hasil : klien mengatakan badan nya merasa
panas.Memberikan cairan adekuat dengan mengajurkan minum yang
cukup,hasil : klien mengatakan sering minum secukupnya sesuia

73
yang di perintahkan.Mengompres pasien pada lipatan paha atau
aksila,hasil : suhu tubuh klien mulai menurun.Memakaikan baju yang
tipis dan menyerap keringat,hasil : klien sudah memakai pakaian
yang tipis agar bisa menyerap keringat.
c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Implementasi dilakukan pada tanggal 19-juni-2016, jam 17.00
WIB.Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas,hasil : klien
mengatakan tidak melakukan aktivitas sama sekali. Menjelaskan
pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat,hasil : tidak ada aktivitas yang
dikerjakan oleh klien supaya klien tidak terlalu kecapean.
Mengajurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, dan
anjurkan klien untuk melakukan aktivitas semampunya, hasil : klien
mulai melakukan aktivitas secara bertahap. Memberikan lingkungan
tenang, dorong penggunaan manajemen stress dan pengalihan yang
tepat.

6. Evaluasi pada Ny.I


a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan otot akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Evaluasi pada jumat tanggal 17-juni-2016 jam 14.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan massage di dapatkan hasil skala nyeri
kaki kiri berada di angka 6. Masih belum ada perubahan pada hari
pertama.
Evaluasi pada sabtu tanggal 18-juni-2016 jam 14.30
WIB.Setelah dilakukan tindakan massage di dapatkan hasil skala
nyeri berada di angka 6. Masih belum ada perubahan pada hari
kedua, akan tetapi klien dan keluarga mulai bisa memahami tindakan
massage.
Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 Setelah dilakukan
tindakan massage di dapatkan hasil skala nyeri berada di angka 5.

74
Masih belum ada perubahan pada hari ketiga, akan tetapi klien dan
keluarga mulai bisa memahami tindakan massage dan klien
mengatakan mulai terbiasa dengan tindakan masage oleh
keluarganya.
Evaluasi pada senin tanggal 20-juni-2016 Setelah dilakukan
tindakan massage di dapatkan hasil skala nyeri berada di angka 4. Di
hari yang keempat ini mulai ada penurunan skala nyeri pada Ny.I dan
klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang.
Evaluasi pada selasa tanggal 21-juni-2016 Setelah dilakukan
tindakan massage di dapatkan hasil skala nyeri berada di angka 2. Di
hari kelima ini mulai ada penurunan skala nyeri pada kaki kiri, klien
terlihat dapat mengangkat kaki nya.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
Evaluasi pada jumat tanggal 17-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan kompres pada klien suhu tubuh klien
masih 38 C . Di hari pertama belum ada perubahan penurunan sehu
tubuh.
Evaluasi pada sabtu tanggal 18-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan kompres pada klien, suhu tubuh klien
masih 37,5 C . Di hari kedua ada perubahan penurunan sehu tubuh.
Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan kompres pada klien suhu tubuh klien
masih 37,5 C . Di hari ketiga suhu tubuh klien masih sama pada hari
kedua.
Evaluasi pada senin tanggal 20-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan tindakan kompres pada klien suhu tubuh
klien 36,5 C . Di hari keempat ada perubahan penurunan sehu tubuh.
c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Evaluasi pada jumat tanggal 17-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien bisa beraktivitas tetapi masih

75
dibatasi .
Evaluasi pada sabtu tanggal 18-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien sudah bisa beraktivitas bertahap.
Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan sudah melakukan aktivitas secara
bertahap.
Evaluasi pada senin tanggal 20-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien sudah bisa melakukan aktivitas
secara bertahap.
Evaluasi tanggal pada selasa 21-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien sudah bisa melakukan aktivitas
seperti biasa.
Berdasarkan diperoleh dari jurnal Thomas Kristanto pada jurnal
Terapi Back Massage bahwa nilai rata-rata tingkat nyeri responden
sebelumnya diberi terapi back massage sebesar 4.000 dan setelah
diberi back massage sebesar 2,69. Hasil uji dengan Wilcoxon Signed
Ranks Test dioeroleh nilai Z score = -3,017 dengan p-vlue = 0,003.
Berdasarkan hasil tersebut, keputusan yang diambil adalah Ho
ditolak, artinya ada pengaruh antara terapi back massage terhadap
penurunan intensitas nyeri.

C. Pembahasan
Pada penelitian kali ini yang dilakukan di rumah Ny.I dengan
responden Ny.I . Responden diberikan pengarahan dan edukasi tentang
pentingnya penelitian ini sebelum dilakukan implementasi back massage dan
dimintai persetujuan untuk menandatangani informed consent. Setelah
menandatangani informed consent responden ditanya letak dan angka skala
nyeri. Prosedur penelitian yang dilakukan pada awal penelitian adalah
melakukan proses perizinan pada institusi tempat penelitian yaitu puskesmas
yang ada di sukaluyu, peneliti membuat surat persetujuan yang harus

76
ditandatangani subyekpenelitian (Ny,I/keluarga), yang isinya bahwa subyek
bersedia menjadi respondenpenelitian ini sampai dengan selesai.

Pegukuran skala nyeri awal dilakukan dengan menanyakan angka


nyeri 0-10 memperoleh skala nyeri 6, setelah diperoleh angka skala nyeri
seterusnya diberikan perlakuan intervensi back massage. Pengukuran skala
nyeri dilakukan pada setiap awal dan akhir sesi setelah responden diberikan
implementasi back massage, yakni sebanyak 10 kali selama 5 hari.
Pada setiap pengukuran skala nyeri dilakukan oleh peneliti. Pada
saat pengukuran, responden diminta untuk rileks dan pastikan pada saat
menanyakan skala nyeri responden tidak dalam keadaan stres atau banyak
pikiran.Sebelum melakukan pengukuran responden diberi penjelasan untuk
tidak dalam keadaan stres atau banyak pikiran jika akan dilakukan
pengukuran skala nyeri.
Pengukuran dilakukan setiap sebelum dan sesudah intervensi.
Pemberian implementasi back massage dilakukan oleh peneliti, prosedur
yang dilakukan adalah menjelaskan pada responden prosedur dan tujuan dari
pemberian back massage. Posisikan responden senyaman mungkin, pastikan
responden merasa nyaman dengan posisi tersebut. Daerah yang menjadi
target adalah punggung. Terapi manipulasi dengan pijatan lembut pada
punggung yang bertujuan memberikan efek terhadap fisiologis terutama pada
vaskular, muskular, dan sistem saraf pada tubuh. Back massage tidak hanya
memberikan relaksasi secara menyeluruh, namun juga bermanfaat bagi
kesehatan seperti melancarkan sirkulasi darah, menurunkan tekanan darah,
menurunkan respon nyeri, dan meningkatkan kualitas tidur (Moraska, et al.,
2010).
Implementasi back massage penelitian hari pertama. Dari data
yang telah didapat selama 5 hari didapatkan data pada hari pertama skala
nyeri sebelum dilakukan implementasi back massage adalah 6, dan setelah
dilakukan implementasi back massage skala nyeri responden masih diangka
6, sehingga tidak ada perubahan pada hari pertama.

77
Implementasi back massage penelitian hari kedua. Pada hari kedua
skala nyeri sebelum dilakukan implementasi back massage adalah 6 dan
setelah dilakukan implementasi back massage responden masih diangka 6,
sehingga masih belum ada perubahan di hari kedua.

Implementasi back massage penelitian hari ketiga. Pada hari ketiga


skala nyeri sebelum dilakukan implementasi back massage adalah 6 dan
setelah dilakukan implementasi back massage skala nyeri responden ada di
angka 5 ada perubahan di hari ketiga.
Implementasi back massage penelitian hari keempat. Pada hari
keempat skala nyeri sebelum dilakukan implementasi back massage adalah 5
dan setelah dilakukan implementasi back massage skala nyeri responden
turun menjadi 4 sehingga ada perubahan di hari ke empat.
. Implementasi back massage penelitian hari kelima. Pada hari
kelima skala nyeri sebelum dilakukan implementasi back massage adalah 4
dan setelah dilakukan implementasi back massage skala nyeri responden
turun menjadi 2 sehingga ada perubahan di hari kelima.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dilakukan oleh Thomas Kristanto yang
berjudul Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Rematik
Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas Pembantu Karang Asem. Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh stimulasi
kutaneus back massage terhadap penurunan nyeri pada responden lanjut usia
penderita low back pain dimana telah sesuai dengan rancangan penelitian
yaitu (O1) pengukuran tingkat nyeri sebelum dilakukan pemberian terapi,
kemudian diberi terapi dan menjadi (O2). Hasil dari pemberian terapi (O2)
terjadi penurunan nyeri
Menurut peneliti berdasarkan uraian diatas penurunan nyeri pada
lansia setelah diberikan tindakan Back Massage terjadi perubahan namun
demikian perubahan tergantung pada respon lansia masing-masing karena
nyeri yang dirasakan individu bersifat pribadi yang artinya antara individu
satu dengan lainnya mengalami nyeri yang berbeda. Lansia mampu

78
berespon dengan baik terhadap tindakan back massage. Hal ini sesuai
dengan teori gate control menurut Prasetyo (2010) yaitu apabila impuls
yang dibawa serabut nyeri berdiameter kecil melebihi impuls yang dibawa
oleh serabut taktil A-Beta maka gerbang akan terbuka sehingga perjalanan
impuls nyeri tidak terhalangi sehingga impuls akan sampai ke otak.
Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa oleh serabut taktil lebih
mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan
terhalangi. Alasan inilah mengapa dengan melakukan back massage dapat
mengurangi intensitas nyeri.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan keperawatan pada Ny.I dengan Terapi Back
Massage pada klien rematik di Kp. Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukalyu
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur selama 5 hari 17-21 juni 2016,
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian asuhan keperawatan yang diterapkan sebagai dengan konsep
dasar manusia secara komprehensif.
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian pada Ny.I adalah 3
diagnosa sesuai dengan prioritas masalah, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.

79
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Perencanaan disusun berdasarkan hasil pengkajian masalah pada klien dan
implementasi asuhan keperawatan pada klien bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien berdasarkan perencanaan.
4. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan dari respon klien dan mengacu pada
tujuan atau kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan.
5. Penulis telah mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.I dengan
rematik.
6. Interpretasi hasil back massage menunjukan bahwa melakukan back
massage dapat menurunkan intensitas nyeri pada klien rematik.

B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan gerontik pada klien
dengan observasi rematik, penulis ingin memberi masukan yang positif dalam
pengelolaan pasien meliputi :
1. Bagi pasien
Diharapkan klien bisa menerapkan back massage untuk membantu klien
dalam melaksanakan aplikasi tindakan massage.

2. Bagi peneliti selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memksimalkan mungkin materi
dan lebih baik dalam mengaplikasikan back massage pada klien rematik.
3. Bagi institusi pendidikan
a) Demi kelancaran proses penulisan Karya Tulis Ilmiah, perpustakaan
perlu ditata dengan baik dan tersedianya kelengkapan buku yang
berhubungan dengan keperawatan dengan tahun tertentu.

80
b) Perlu adanya peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia
khususnya dosen pelatihan dan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
4. Bagi puskesmas
Dalam proses penyembuhan diharapkan pegawai puskesmas bisa
menambah penerapan back massage untuk menurunkan skala nyeri dengan
rematik.

81
DAFTAR PUSTAKA
Afroh, F & Mohamad Judha, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta:
Nuha Medika
Andarmoyo S. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : EGC

Bandiyah. 2009. Keperawatan gerontik. Yogyakarta. Buku Kedokteran : EGC

Bambang. 2012. Massage. Jakarta : EGC

Bogdan. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : EGC

Chang, William. 2014. Metodologi Penulis Ilmiah Teknik Penulisan Esai, Skripsi,
Tesis & Desertasi untuk Mahasiswa. Jakarta: Erlangga
Debora O. 2013. Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik . Salemba Medika :
Jakarta

Dian & Anastasi.2012. Teknik Pijat Punggung. Jakarta : EGC

Erwati. 2010. Rematik. Yogyakarta : EGC

Fatmah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : EGC

Fitriani. 2009. Rematik. Jakarta : EGC

Kartiko Cahyono. 2009. Terapi back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Lansia. http://www.docs-engine.com/pdf/terapi-back-massage-terhadap-
intensitas-nyeri-pada-lansia.html. (diakses pada tanggal 17 mei 2016 jam
09.10 WIB)

Krik & Miller. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
PT Bineka Cipta

Kristanto, Thomas & Arina Maliya. 2008. Pengaruh Terapi Back Massage
Terhadap Intensitas Nyeri Rematik Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas
Pembantu Karang Asem. http://dokumen.tips/ducuments/massage-
punggung.rematik.html. (diakses pada tanggal 15 mei 2016 jam 13.00
WIB )

Kusyati E. 2006. Massage. Jakarta : EGC

Lincoln. 2008. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : EGC
Nursalam. 2014. Proses Dan Dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC

Pooter & Perry. 2007. Keperawatan medikal Bedah. Jakarta : EGC

Soumya. 2011. Rematik. Jakarta : EGC

Stanley. 2009. Asuhan Keperawatan lanjut Usia. Jakarta : EGC


FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

1. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama lengkap : Ny. I
Tempat/tgl lahir : 2 januari 1954
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan terakhir : Sd
Diagnose medis : Rematik
Alamat : Kp. Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
2. KELUARAGA ATAU ORANG LAIN YANG PENTING/DEKAT YANG DAPAT
DIHUBUNGI :
Nama : An. D
Alamat : Kp. Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur
No. telepon :-
Hubungan dengan klien : Anak
3. RIWAYAT PEKERJAAN DAN STATUS EKONOMI
Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan sebelumnya : wiraswasta
Sumber pendapatan : tidak di kasih tau
Kecukupan pendapatan : cukup
4. AKTIVITAS REKREASI
Hobi :-
Berpergian/wisata : Ke kebun binatang
Keanggotaan organisasi :-
Lain-lain :-
6. RIWAYAT KEMATIAN DALAM KELUARGA (1 Tahun Terakhir)
Nama :-
Umur :-
Penyebab kematian :-

B. RIWAYAT KESEHATAN
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Gejala yang dirasakan : Nyeri
3. Faktor pencetus :
Timbulnya keluhan : ( - ) Mendadak ( ) Bertahap
Lamanya : 5 menit
Upaya mengatasi
- Pergi ke RS/klinik pengobatan : Iya
- Pergi kebidan atau perawat : Iya
- Mengonsumsi obat-obatan sendiri : Tidak
- Mengonsumsi obat-obatan tradisional : Tidak
- Lain-lain :
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah diderita : Sakit kepala
2. Riwayat imunisasi : Lupa lagi
3. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan, dll): Tidak
4. Riwayat kecelakaan : Tidak
5. Riwayat dirawat di Rumah Sakit : Tidak
6. Riwayat pemakaian obat : Tidak
Persepsi klien tentang penyakitnya
1. Hal yang sangat dipikirkan pada saat ini : Ingin cepat
lekas sembuh
2. Harapan setelah menjalani pembinaan :-
3. Perubahan yang dirasakan setelah masuk panti :-
System nilai kepercayaan
1. Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) :
2. Kegiatan agama/ kepercayaan yang ingin dilakukan (macam dan
frekuensi) :
3. Percaya adanya kematian : percaya dengan jika hidup pasti akan mati :

C. POLA KEBIASAAN SETIAP HARI


No Kriteria Keterangan

1 Nutrisi

a. Makana yang disukai


- Frekuensi makan
3x sehari
- Nafsu makan
- Jenis makanan Baik
- Kebiasaan sebelum makan
Nasi
b. Makanan yang tidak disukai
- Alergi terhadap makanan Berdoa
- Pantangan makanan
- Keluhan yang berhubungan
dengan makan Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

2 Eliminasi
a. Berkemih
- Frekuensi
4-5x perhari
- Warna
- Keluhan yang berhubungan Kuning
dengan BAK
Tidak ada
b. Defekasi
- Frekuensi
- Waktu
- Warna
- Bau 1x perhari

- Konsistensi Pagi
- Keluhan yang berhubungan
dengan defekasi Kuning pekat

- Pengalaman memakai laksatif/ Tidak


pencahar
Tidak

Tidak ada

Tidak

3 Personal hygiene

a. Mandi
- Frekuensi
2x perhari
- Pemakaian sabun
b. Hygiene oral Iya
-Frekuensi
-Memakai sikat dan pasta gigi (jika
masih ada gigi) 2x perhari
c. Cuci rambut Iya
- Frekuensi
- Penggunaan shampoo
d. Gunting kuku
- Frekuensi
1x dalam 4 hari
-Kebiasaan mencuci tangan pakai
sabun Iya

1x perminggu

Iya

4 Istirahat dan Tidur

a. Lama tidur malam (jam) 21:00-04:30 WIB


b. Tidur siang (jam)
Kadang-kadang
c. Keluhan yang berhubungan
dengan tidur Tidak ada

5 Aktifitas dan latihan

a. Olahraga
- Jenis
Tidak
- Frekuensi
b. Kegiatan waktu luang Tidak
c. Keluhan dalam beraktifitas
Nonton tv

6 Kebiasaan yang mempengaruhi


kesehatan

a. Merokok
- Frekuensi
- Jumlah
- Lama pakai Tidak
b. Minuman keras
Tidak
c. Ketergantungan obat
- Frekuensi Tidak
- Jumlah
Tidak
- Lama pakai

Tidak

Tidak

Tidak

2. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis kegiatan Lama waktu setiap kegiatan

Bangun pagi 04 : 30 WIB

Sholat subuh 04 : 50 WIB

Makan pagi 07 :00 WIB

Pergi ke sawah 07 : 30-12 : 00 WIB

Sholat dzuhur 12 :30 WIB

Masak 13 : 30 WIB

Makan 12 : 00 WIB

Sholat ashar 16 : 00 WIB

Menonton tv 16 : 10 WIB

D. STATUS KESEHATAN
1. Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi,
Dan palpasi )
a. Keadaan umum ( TTV ) : Lemah
TD : 130/90 mmHg
RR : 21x/menit
Suhu : 38 C
Kesadaran umum : compos mentis
Klien tampak sehat/sakit/sakit berat :
b. BB/TB : 43 / 148
c. Kepala
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak lesi, tidak ada nyeri tekan
Warna rambut : Beruban
Kebersihan rambut/kulit kepala : Kulit kepala bersih
d. MATA
Fungsi pengihatan : Baik
Konjuntiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
Pupil : Isohor
e. TELINGA
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : Baik
Daun telinga : Simetris
Secret : Tidak ada
f. MULUT,GIGI,DAN BIBIR
Membrane mukosa : Lembab
Kebersihan mulut : Baik
Keadaan gigi : Sejajar
Tanda radang (bibir, gusi, lidah) :
Kesulitan menelan : Tidak ada
g. DADA
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Focal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Vesikuler disemua lapang paru
h. ABDOMEN
Insfeksi : Perut datar, simetris dan tidak ada
luka
Auskultasi : Bising usus 9x/menit
Perkusi : Bunyi tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di semua
abdomen
i. KULIT
Warna kulit (sianosi,ikterus, pucat, eritema, dll):
Turgor kulit : < dari 2 detik
Ada atau tidaknya edema : Tidak ada
j. EKTERMITAS ATAS : Tangan kanan 5 dan tangan kiri 5.
k. EKTERMITAS BAWAH : Kaki kanan 5 dan kaki kiri 3.

E. LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL


1. Kebersihan dan kerapian ruangan : Lingkungan sekitar rumah bersih,
relatif jauh dari jalan raya dan tidak
terdapat pabrik di sekitar rumah
klien.
2. Penerangan : Bagus
3. Keadaan kamar mandi dan WC : Baik
4. Pembuangan air kotor : Sungai
5. Sumber air minum : Sumur
6. Pembuangan sampah : Di bakar
7. Sumber pencemaran :-
8. Privasi :-
F. MASALAH KESEHATAN KRONIS

No Keluhan kesehatan atau Selal Sering Jarang Tidak


gejala yang dirasakanklien u pernah
(2) (1)
dalam waktu 3 bulan
(3) (0)
terakhir berkaitan dengan
fungsi-fungsi

A Fungsi penglihatan

Penglihatan kabur

Mata berair

Nyeri pada mata

B Fungsi pendengaran

Pendengaran berkurang

Telinga berdenging
C Fungsi paru
( pernapasan )

Batuk lama disertai keringat


malam
Sesak napas

Berdahak atau sputum


D Fungsi jantung

Jantung berdebar-debar

Cepat lelah

Nyeri dada
E Fungsi pencernaan

Mual/muntah
F Nyeri ulu hati

Makan dan minum banyak


( berlebihan )
Perubahan kebiasaan buang

air besar ( mencret atau
sembelit )
G Fungsi pendengaran

Nyeri kaki saat berjalan


Nyeri pinggang atau tulang

belakang

Nyeri persendiaan/bengkak

H Fungsi persarafan

Lumpuh/kelemahan pada
kaki atau tangan

Kehilangan rasa

Gemetar/tremor
Nyeri/pegal pada daerah
tengkuk

I Fungsi saluran
perkemihan

Buang air kecil banyak


Sering buang air kecil pada
malam hari

Tidak mampu mengontrol
pengeluaran air kemih
(mengompol)

Jumlah 8 8 5

Analisis hasil
Skor : < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis
ringan
Skor : 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor : > 51 : masalah kesehatan kronis berat
29 : Masalah kesehatan kronis sedang

G. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitifdilakukan dalam rangka mengkaji kemampuaan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien :
N Item pertanyaan Benar Salah
o

1. Jam berapa sekarang ?

Jawab : 14 : 20

2. Tahun berapa sekarang ?

Jawab : 2016

3. Kapan bapak/ibu lahir ?

Jawab : Lupa lagi

4. Barapa umur bapak/ibu sekarang ?

Jawab : 65 tahun

5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang ?

Jawab : Kp.rawa panjang

6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal


bersama bapak/ibu sekarang ?

Jawab : sendiri

7. siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama


bapak/ibu ?

jawab : tidak ada

8. tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia ?

jawab : 17 agustus

9. siapa nama presiden Indonesia sekarang ?

jawab : Sby

10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1

Jawab : 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5

4321

JUMLAH BENAR 8 2

Analisa Hasil Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan


Skor benar : 0-7 : Ada gangguan

8 : Tidak ada gangguan

H. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


KATZ INDEK:
Termasuk / kategori yang manakah klien ?
A. Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB,BAK), menggunakan pakaian,
pergi toilet, perpindahan dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindahan dan satu
fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang
lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu

I. STATUS FUNGSIONAL
Modifikasi indeks kemandiriaan katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klienn dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada
kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan , artinya jika klien menolak
untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungdi
meskipun ia sebenarnya mampu.

No Aktivitas Mandiri Tergantung

( nilai 1 ) (0)

1. Mandi dikamar mandi ( manggosok, membersikan, dan


mengeringkan badan )
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan mengenakannya

3. Memakan makanan yang telah disiapkan

4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( menyisir


rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. Buang air besar di WC ( membersikan dan mengeringkan daerah
bokong )
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja)

7. Buang air kecil dikamar mandi ( membersikan dan membersikan
daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih

9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa
alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang di anut

11. Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak, dan membersikan ruangan.
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga

13. Mengelolah keuangan ( menyimpan dan menggunakan uang
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian

15. menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan ( takaran
obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas social yang
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan

17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan,


social, rekreasi, oloaraga,dan menyalurka hobi ).
JUMLAH POIN MANDIRI 12 8

Analisa hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan
12 : Ketergantungan
J. STATUS PSIKOLOGIS ( SKALA DEPRESI GERIATIK YESAVAGE, 1983 )
Analisa hasil :Tergantung nilai 1
Normal nilai 0
No Apakah bapak/ ibu dalam satu mingguterakhir. 1 0

1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani

2. Banyak meninggalkan kesenangan/ minat dan aktifitas


anda?

3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa?

4. Sering merasa bosan?

5. Penuh pengharapan akan masa depan?

6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?

7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat


diungkapkan?

8. Merasa bahagia disebagian besar waktu?

9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?

10. Sering kali merasa tidak berdaya?

11. Sering merasa gelisah dan gugup?

12. Memilih tinggal di rumah daripada pergi melakukan


sesuatu yang bermanfaat?

13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan?

14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya


ingat dibandingkan orang lain?
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan
sekarang?

16. Sering kali merasa merana?

17. Merasa kurang bahagia?

18. Sangat khawatir terhadap masa lalu?

19. Merasa bahwa hidup ini sangat

menggairahkan?

20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?

21. Merasa dalam keadaan penuh semangat?

22. Berpikir bahwa keadaaan anda tidak ada harapan?

23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari pada
anda?

24. Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele?

25. Sering kali merasa ingin menangis?

26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi?

27. Menikmati tidur?

28. Memilih menghindar dari perkumpulan social?

29. Mudah mengambil keputusan?

30. Mempunyai pikiran yang jernih?

JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 12 18

Nilai : 0 - 5 : Normal
Nilai : 6 - 15 : Depresi Ringan Sampai Sedang
Nilai :16 - 30 : Depresi Berat
12
: Depresi ringan sampai sedang

K. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA


Ket : - Beri nilai Nol (0) jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah
- Beri nilai satu (1) jika klien menunjukan kondisi dbawah
- Kursi harus yang keras tanpa lengan
Komponen Langka - langkah Kriteria Nilai
Utama Dalam
Bergerak

Perubahan posisi (Mata Terbuka)


atau gerakan
Bangun dari kursi Tidak bangun dari
keseimbangan
tempat duduk dengan
spontan, tetapi
mendorong tubuhnya
ke atas dengan tangan
0
atau bergerak ke
Duduk ke kursi
depan kursi telebih
Menahan
dahulu, tidak stabil
dorongan pada saat berdiri pertama
sternum kali.
Menjatuhkan diri ke 0
(Mata Tertutup) kursi tidak duduk di
tengah kursi
Bangun dari kursi
Pemeriksa mendorong
Duduk ke kursi
sternum (perlahan-
Menahan dorongan lahan sebanyak 3
pada sternum kali), klien
menggerakan kaki, 0
memegang objek
(Mata Terbuka) untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi
Perputaran leher
sisinya.
(posisi
Kriteria sama dengan
duduk/berdiri)
kriteria untuk mata
0
Gerakan terbuka
menggapai sesuatu Kriteria sama dengan
kriteria untuk mata 0

terbuka
Membungkuk
Kriteria sama dengan
kriteria untuk mata
terbuka
1
Menggerakan kaki,
memegang obyek
untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi 0
sisinya, keluhan
vertigo, pusing atau
keadaan tidak stabil
Tidak mampu untuk
menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi 0

max, sementara
berdiri pada ujung
ujung jari kaki tidak
stabil, memegang
sesuatu untuk
dukungan
Tidak mampu
membungkuk untuk 1
mengambil obyek
obyek kecil untuk
bias berdiri,
memerlukan usaha
usaha multiple untuk
bangun

Gaya berjalan Minta klien untuk Raguragu, tersandung, 0


atau gerakan berjalan ke tempat memegang objek untuk
yang ditentukan dukungan
Ketinggian langkah Kaki tidak naik dari
0
kaki (saat berjalan) lantai secara konsisten
(menggeser atau
menyeret kaki),
Kontinuitas langkah
mengangkat kaki
kaki (diobservasi
terlalu tinggi (<5cm)
dari samping klien)
Setelah langkah-langkah
awal, langkah menjadi
Kesimetrisan langkah tidak konsisten,
(diobsevasi dari memulai mengangkat
samping klien) satu kaki sementara
Penyimpangan jalur satu kaki sebelah 1

pada saat berjalan menyentuh tanah.


(diobsevasi dari Tidak berjalan pada garis
belakang klien) lurus bergelombang
Berbalik dari sisi ke sisi
1
Tidak berjalan pada garis
lurus, bergelombang
dari sisi ke sisi
Berhenti sebelum
berbalik, jalan 0
sempoyongan,
bergoyang, memegang
obyek untuk dukungan.
1

Nilai : 4 : Resiko jatuh rendah


Ket : 0 5 : Risiko Jatuh Rendah
6 10 : Risiko Jatuh sedang
11 15 : Risiko Jatuh Tinggi

L. Analisa Data
Nama : Ny.I
Alamat : Kp.Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan
sukaluyu Kabupaten Cianjur
Dx Medis : Rematik
No Data Etiologi Masalah
1 DO : Klien menderita penyakit Nyeri akut
rematik yang menyebabkan
- Klien terlihat
klien kesakitan pada daerah
meringis
persendian
kesakitan
- Skala nyeri 6
DS :

- Klien
mengatakan nyeri
pada bagian kaki
sebelah kiri
- Klien
mengatakan sulit
bergerak
2 DO : Hipertermi terjadi karena Hipertermi
proses peradangan sendi
- Badan klien
panas
- Suhu tubuh 38 C
DS :

- Klien
mengatakan
badan nya panas
3 DO : Intoleransi aktivitas terjadi Intoleransi aktivitas
karena deformitas skaletal,
- Kekuatan tot
nyeri, penurunan kekuatan
sebelah kiri 5
otot
- Klien terlihat
lemas
DS :

- Klien mengatatak
lemas pada kaki
sebelah kiri
- Klien
mengatakan sulit
beraktivitas

M. Diagnosa yang Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peradangan pada sendi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
N. NCP (Nursing Care Planning)
Nama : Ny.I
Alamat : Kp.Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan
sukaluyu Kabupaten Cianjur
Dx Medis : Rematik
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut Tupen : - Skala nyeri - Kaji k


berhubungan dengan berkurang nyeri, skal
Nyeri dapat berkurang
distensi jaringan oleh dari 6 serta catat
akumulasi caian/ proses Tupan : - Klien tampak dan int
inflamasi, destruksi tenang faktor-fakto
Setelah dilakukan
sendi - Skala nyeri mempercep
tindakan keperawatan
dirasakan rasa saki
selama 5x24 jam
sampai 0 dari verbal
diharapkan nyeri tidak
skala 0-10 - Berikan
dirasakan atau akan
atau
hilang
lembut,ban
kecil, tin
tempat
sesuai kebu

- Biarkan
mengambil
yang n
waktu tidu
duduk di ku
- Anjurkan
untuk man
hangat

- Berikan m
yang lembu
2 Hipertermi Tupen : - Observasi T
berhubungan dengan
Ada penurunan suhu
proses penyakit,
tubuh
peradangan sendi
Tupan :

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
- Berikan ca
selama 5x24 jam
adekuat de
diharapkan suhu tubuh
mengajurka
kembali normal
minum yan
cukup

- Kompres h
pada lipata
atau aksila
- Pakaikan b
yang tipis d
menyerap
keringat
3 Intoleransi aktivitas Tupen : - Evaluasi re
berhubungan dengan klien terhad
Klien dapat beraktivitas
kelemahan otot aktivitas
Tupan :

Setelah dilakukan - Jelaskan


tindakan keperawatan pentingnya
selama 5x24 jam istirahat da
diharapkan aktivitas rencana
klien kembali normal pengobatan
perlunya
keseimbang
aktivitas da
istirahat
- Anjurkan k
istirahatbila
terjadi kele
dan anjurka
klien melak
aktivitas
semampun
- Berikan
lingkungan
tenang, dor
penggunaa
manajemen
dan pengal
yang cepat
O. Implementasi dan Evaluasi SOAP
Nama : Ny.I
Alamat : Kp.Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan
sukaluyu Kabupaten Cianjur
Dx Medis : Rematik
Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi

Nyeri akut berhubungan - Mengkaji keluhan nyeri, skala nyeri,


dengan distensi jaringan serta catat lokasi dan intensitas nyeri
oleh akumulasi cairan - Memberikan matras/ kasur, bantal
atau proses inflamasi, kecil, tinggikan tempat tidur sesuai
destruksi sendi. kebutuhan
- Membiarkan klien mengambil posisi
yang nyaman waktu tidur dan duduk
di kursi
- Mengajurkan klien untuk mandi air
hangat.
Hipertermi berhubungan - Mengobservasi TTV
dengan proses penyakit, - Memberikan cairan yang adekuat
peradangan pada sendi dengan mengajurkan minum yang
cukup
- Mengompres klien pada lipatan paha
atau aksila
- Memakaikan baju yang tipis dan
menyerap keringat.

Intoleransi aktivitas - Mengevaluasi respon klien terhadap


berhubungan dengan aktivitas
kelemahan otot - Menjelaskan pentingnya istirahat
dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan
istirahat
- Mengajurkan klien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, dan
anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas semampunya
- Memberikan lingkungan tenang.
P. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Soap

1 Nyeri akut berhubungan dengan S : Klien mengatakan nyeri b


distensi jaringan oleh akumulasi cairan
O : - keadaan umum klien ba
atau proses inflamasi,destruksi sendi
- Klien tampak tenang
- TTVdalam batas nor
TD : 130 / 90 mmHg
P : 89x/ menit
R : 21x/ menit
S : 38 C

- Skala nyeri 2 (0-10)

A : - Masalah teratasi sebagi

P : - Intervensi di lanjutkan

2 Hipertermi berhubungan dengan S : Klien mengatankan bada


proses penyakit, peradangan pada
panas lagi.
sendi

O : Suhu tubuh klein 36 C


A : Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

3 Intoleransi aktivitas berhubungan S : klien mengatakan sudah b


dengan kelemahan otot
melakukan aktivitas sepert

O : - klien terlihat tenang

- Klien mulai melakuk

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
TRANSKRIP WAWANCARA
No Pertanyaan Klien Keluarga klien

1 Apakah ibu sering iya ibu sering iya ibu saya sering
pengalami merasakan mengeluh
kesemutan,pegel- kesemutan dan nyeri kesemutan dan
pegel dan nyeri secara tiba-tiba dan nyeri pada daerah
pada daerah lutut? setelah berjalan lutut sebelah kiri.
kesemutan sering
2
Apa yang ibu dirasakan. iya bener ibu saya
Ibu hanya istirahat
lakukan jika nyeri Cuma istirahat
saja jika nyeri
dirasakan? saja.
dirasakan.

3 Apakah nyeri yang ibu merasakan ibu saya sering


dirasakan ibu hilang nyaman ketikan menyuruh saya
setelah melakukan sudah dilakukan untuk melakukan
massage ? massage dan nyeri massage ketika
sedikit berkurang. nyeri timbul.

4 Apakah ibu suka iya ibu suka iya memang benar


melakukan melakukan massage ibu selalu
massage dengan oleh anak ibu ketika menyuruh massage
sendiri ketika nyeri nyeri dirasakan. ketika nyeri.
dirasakan ?

5
Setelah dilakukan Biasanya ibu saya
Apakah setelah
massage ibu merasa setelah di massage
melakukan
nyeri sedikit terlihat rileks dan
massage selama 5
berkurang. membaik.
hari dan dilakukan
beberapa kali sudah
merasakan enakan
pada lutut ibu ?
Lampiran 1

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


AKADEMI KEPERAWATAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
JalanPasirGede Raya No. 19 Telp. (0263) 267206 Fax. 270953 Cianjur 43216

INFORM CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca surat permohonan menjadi responden, maka saya


menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden sehubungan
dengan penyusunan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi D3
Keperawatan, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur yaitu :

Nama : M. ZAINI AMBIA

NPM : 34403513055

Dengan judul penelitian PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE


TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.I
DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI RT 03 RW 06 DESA SUKALUYU
KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat digunakan


sebagaimana mestinya.

Cianjur, 17 Juni 2016

Responden,
Ny. I
DOKUMENTASI

Hari pertama
Hari kedua dan tiga
Hari ke empat dan lima
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : M. Zaini Ambia

Tempat Tanggal Lahir : Cianjur 25 Mei 994

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Anak Ke : 3 dari 4 bersaudara

Agama : Islam

Status Kelamin : Belum Menikah

Nama Ayah : Jajang Abubakar S.Pd.I

Nama Ibu : Halimah

Alamat : Kp.Karang Anyar Rt 01 Rw 01 Desa Jamali

Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur

Pendidikan : 1. SDN Sukamulya 2007

2. SMP Al- Ittihad 2010

3. SMAN 1 Mande 2013

4. AKPER Pemda Cianjur 2016

Anda mungkin juga menyukai