Oleh :
M.ZAINI AMBIA
NIM 34403513055
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2016
PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP
INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY.I
DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI RT 03 RW 06 DESA
SUKALUYU KECAMATAN SUKALUYU
KABUPATEN CIANJUR
Oleh :
M.ZAINI AMBIA
NIM 34403513055
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2016
1
SURAT PERNYATAAN
M. Zaini Ambia
NIM. 34403513055
2
LEMBAR PENGESAHAN
Ditetapkan di : Cianjur
Hari/ Tanggal : Jumat/ 22 Juni 2016
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Cianjur,
3
ABSTRAK
Rematik merupakan penyakit yang banyak dialami oleh usia lanjut, penyakit
rematik adalah penyakit inflamasi no bakterial yang bersifat sistemik, progresif,
cendrung kronik dan mengenai sendi serat jaringan ikat sendi secara simetris.
Masalah yang dirasakan oleh penderita rematik adalah nyeri. Untuk mengatasi
nyeri maka dilakukan terapi back massage.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan sampel yang
diambil sebanyak satu responden yaitu penderita penyakit rematik yang ada di Rt
03 Rw 06 desa sukaluyu kecamatan sukaluyu kabupaten cianjur, pada bulan juni
2016. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan observasi,dan
dokumentasi. Setelah ditabulasi data yang dianalisis dengan menggunakan
menggunakan analisis penjelasan dan deret waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi back massage berpengaruh terhadap
penurunan intensitas nyeri.
Kata kunci : upaya peningkatan rasa nyaman, nyeri, terapi back massage.
4
ABSTRACT
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak pada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Deden Saputra AD,S.Kep.,M.Mkes, selaku Direktur Akper Pemkab Cianjur
yang telah memberikan motivasi dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Pardjaman. APPD, M,Mkes selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan
cermat dan perasaan yang sangat nyaman dalam bimbingan, sehingga
membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Ns. Deni Arisandi, S. Kep. Selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan saran, serta memberikan motivasi pada penulis untuk Karya
Tulis Ilmiah ini
4. Dosen-dosen Akper Pemkab Cianjur, selaku tim pengajar yang telah banyak
memberikan masukan, arahan, bimbingan, motivasi, dengan penuh rasa sabar
dan kasih sayang yang tiada hentinya demi terselesaikannya penyusunan dan
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan yang sedang saya jalani.
6. M. F Harry Zulke selaku el-pres (AEC Indonesia) yang selalu memberikan
motivasi dan nasihat.
6
7. Teman teman Balap Izoet Cianjur yang selalu menemani waktu sibuk saya.
8. Rekan rekan lissoy yang selalu membantu dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah.
9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 17 Akper Pemkab Cianjur dan berbagai
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
dukungan moral dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis akan membahas mengenai Pengaruh
Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Pada Asuhan Keperawatan
Ny.I Dengan Diagnosa Rematik Di Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur.
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapat balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar Karya Tulis
Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat.
Penulis
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
ABSTRACK.................................................................................................. v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
A. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik...................................................... 7
B. Konsep Rematik....................................................................................... 14
C. Konsep Nyeri
..................................................................................................................
22
D. Konsep Back Massage
..................................................................................................................
35
E. Konsep Asuhan Keperawatan
..................................................................................................................
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 56
A. Desain Penelitian..................................................................................... 56
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 57
C. Setting Penelitian..................................................................................... 57
D. Subjek Penelitian/ Partisipan................................................................... 59
E. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 59
F. Metode Uji Keabsahan Data (UjiTriangulasiSumber).............................. 60
G. Metode Analisis Data (Domain Analisis).................................................. 62
H. Etika Penelitian......................................................................................... 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 65
A. Informasi Umum Partisipan..................................................................... 65
B. Hasil Penelitian........................................................................................ 65
C. Pembahasan.............................................................................................. 77
BAB V PENUTUP........................................................................................ 80
8
A. Kesimpulan.............................................................................................. 80
B. Saran........................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Triangulasi kepada klien, keluarga klien, dan perawat. .
61
10
DAFTAR BAGAN
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.10 Usapkan Pada Punggung Dengan Jari-Jari dan Telapak Tangan. 42
12
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang,maka akan
terjadi perubahan-perubahan pada tubuh manusia. Perubahan-perubahan
tersebut terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
tubuh dan jaringan tubuh. Keadaan demikin itu mungkin saja untuk usia
lanjut (Lansia) akan menimbulkan beberapa penyakit diantaranya penyakit
rematik.
Angka kematian rematik pada tahun 2008 yang di laporkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk
dunia yang telah terserang rematik,dimana 5-10% adalah mereka yang
berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun.
Data kesehatan lansia untuk kasus rematik di Jawa Barat mengalami
peningkatan di banding kasus penyakit tidak menular.secara keseluruhan
pada tahun 2007 proporsi kasus rematik sebesar 17,34%,meningkat menjadi
29,35% di tahun 2008.Kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan
menjadi 39,47%.
13
Di puskesmas sukaluyu terdapat beberapa yang terkena penyakit
rematik diantara nya untuk usia dewasa dan lansia.Untu usia dewasa
berjumlah 69 orang dan untuk usia lansia berjumlah 100 orang.
Rematik memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu
perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan arthritis rheumatoid
terutama dalam keluarga. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam
keluarga dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi
dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat menjadikan
secara psikologis lebih sehat secara mental. Perasaan diterima oleh orang
lain akan mempengaruhi tanggapan mereka dalam memasuki hai tua, dan
berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia (Fitriani, 2009 : 72).
Rematik merupakan penyakit degeneratif sendi yang disebabkan
oleh banyak faktor antara lain: reaksi alergi, infeksi, genetik dan juga karena
proses penuaan seseorang. Osteoarthritis yang disebabkan karena proses
penuaan seseorang dikarenakan tulang mulai kehilangan kartilago (jaringan
tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan sendi, yang
kemudian semakin tipis sehingga menyebabkan rasa nyeri pada sendi akibat
adanya inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang
penyusun sendi. Di antara tulang-tulang tersebut terdapat suatu lapisan
cairan yang disebut cairan sinovial yang berfungsi sebagai bahan pelumas
yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis
satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan tersebut semakin
tipis dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri (Erwati, 2010 : 69)
Adapun tanda dan gejala terjadinya rematik pada lansia antara lain
terasa panas serta muncul tampak merah, badan terasa lemas, bernafas
pendek bahkan mungkin nyeri jantung, mengalami demam, terjadi garis-
garis merah yang melengkung atau benjolan pada bagian bawah kulit,
merasa sakit pada sendi, terutama pada pergelangan tangan serta kaki, dan
pada sendi siku.
Penyakit rematik bisa menimbulkan kematian, karena sangat jarang
terjadi dn biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun
2
tahun.Yang ditakuti dari penyakit rematik adalah akan menimbulkan
kecacatan baik seperti kerusakan sendi maupun berat seperti kelumpuhan.
Berdasarkan dari penyakit rematik tersebut maka akan timbul rasa
nyeri pada sesorang yang mempunyai penyakit rematik.Adanya nyeri
membuat penderita seringkali takut untuk bergerak sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan produktivitasnya.
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi
kerusakan. Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadaran telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Dengan
adanya nyeri pada sendi-sendi membuat penderita sering kali takut untuk
bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurun kan
produktivitasnya. Disamping itu, dengan mengalami nyeri, sudah cukup
membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari-hari sehingga
dapatmengganggu kenyamanan pasien. Karenanya, terapi utama yang
diarahkan adalah untuk menangani nyeri ini (Andarmoyo S. 2013:94).
Keluhan nyeri dapat mempengaruhi kebahagiaan, hasrat, harapan,
ketenangan pikiran, kemampuan untuk merasakan kepuasan hidup dan
menikmati kehidupannya. Gangguan lainnya dapat berupa terjadinya
penurunan aktivitas dan ketidakpatuhan dalam proses perawatan serta
pengobatan. Permasalahan ini memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk
membantu pasien dalam beradaptasi terhadap masalah atau tekanan yang
dirasakannya. Bila pasien mengeluh nyeri, maka hanya satu yang mereka
inginkan, yaitu mengurangi rasa sakit atau nyeri. Hal itu wajar karena rasa
nyeri merupakan siksaan terburuk yang menurunkan kemauan untuk
mencapai sesuatu dalam hidup, bahkan menjadi suatu pengalaman yang
menakutkan dan kurang menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak
adekuat. Nyeri yang parah dan serangan mendadak bila tidak segera diatasi
akan berpengaruh pada peningkatan tekanan darah, takikardi, pupil melebar,
diaphoresis dan sekresi adrenal medula. Dalam situasi tertentu dapat pula
3
terjadi penurunan tekanan darah yang akan mengakibatkan timbulnya syok
(Smeltzer, 2008 : 20).
Adapun cara untuk mengurangi rasa nyeri pada penyakit rematik
diantaranya dengan cara melakukan pijat punggung(back massage).
Alasan memilih terapi back massage sebagai terapi untuk menurunkan
nyeri pada penderita rematik adalah pengetahuan masyarakat tentang
terapi back massage.Back massge umumnya sudah dikenal oleh
masyarakat tetapi belum mengetahui secara luas bahwa terapi back
massage dapat menurunkan nyeri untuk rematik.Sehingga dengan adanya
penelitian ini,diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memberikan
penanganan terhadap nyeri pada penderita rematik.
Back Massage adalah salah satu tehnik memberikan tindakan
massage pada punggung dengan usapan secara perlahan (Kenworthy et al,
2008). Usapan dengan lotion/balsem memberikan sensasi hangat dengan
mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi pembuluh
darah akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga
aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa akit serta menunjang
proses penyembuhan luka (Kusyati E, 2006 :51).
Mekanisme penurunun nyeri reumatik pada back massage ini dapat
di jelaskan dengan teori gate control yaitu memblok transmisi nyeri pada
gerbang dan teori endoprin yaitu menurunya intenitas nyeri dipengaruhi
oleh meningkatnya kadar endoprin dalam tubuh. Usapan dengan lation/
minyak zaitun memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi
pada pembuluh darah pada lokal. Vasodilatasi pada pembuluh darah akan
meningkatkan peredaran darah pada area yang di usap sehingga aktivitas sel
meningkat dan akan mengurangi rasa sakit.
Berdasarkan hasil penelitian Thomas Kristanto pada jurnal Terapi
back massage yang dilakukan oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya, peneliti
melakukan back massage lima orang selama satu hari. Sebelum pelaksanaan
back massage, dilakukan pengukuran tingkat nyeri untuk mengetahui pada
tingkatan berapa responden merasakan nyeri yang dialaminya. Pemberian
4
back massage kepada responden selama 30 menit. Setelah responden diberi
back massage, oleh peneliti ditanyakan kondisi responden, apakah rasa
nyeri yang dirasakan terdapat perubahan atau tidak. Hasil terapi terhadap 13
responden menunjukkan adanya perubahan penurunan nyeri. Bahwa
responden sebelum diberi back massage, pasien yang mengalami nyeri
ringan dengan skala 1-3 sebanyak 5 responden, sedangkan responden yang
mengalami nyeri sedang sebanyak 8 orang skala 4-6. Setelah diberi back
massage terjadi perubahan tingkat nyeri, yaitu hanya 2 responden yang
mengalami nyeri sedang yang sebelumnya sebanyak 8 responden, dan 11
responden mengalami nyeri ringan dengan intensitas nyeri 1-3.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul PENGARUH TERAPI BACK MASSAGE
TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
NY.X DENGAN DIAGNOSA REUMATIK DI RT 03 RW 06 DI DESA
SUKALUYU KEC SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam praktek keperawatan dan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dengan
Rematik dengan tindakan back massage.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Rematik
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
rematik.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
Rematik.
d. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan pada klien
dengan Rematik.
5
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan
Rematik
f. Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan pada klien
dengan Rematik.
g. Mampu melaksanakan terapi back massage pada Ny.I dengan
Rematik.
C. Manfaat penelitiaan
a. Bagi Penulis
Hasil studi dapat memberikan wawasan tentang Rematik pada Ny.I
dengan menggunakan asuhan keperawatan
b. Bagi Institusi Akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan pertimbangan
pada keperawatan khususnya kasus keperawatan Komunitas.
c. Bagi Klien
Memberi pengetahuan dan keterampilan pada keluarga tentang perawatan
Ny.I dengan Rematik.
d. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta
menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
asuhan keperawatan komunitas dengan Rematik.
e. Bagi Perawat
Dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk melakukan pemberian
tindakan back massage terhadap Rematik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
k. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan
perawatan restoratif dan rehabilitatif).
l. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur
perawatan).
m. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized,
holistic maner ( Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara
menyeluruh).
n. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan).
o. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the
speciality (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi
ahli dibidangnya).
p. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of
each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi,
sosial dan spritual).
q. Recognize and encourge the appropriate management of ethical
concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja).
r. Support and comfort through the dying process (Memberikan
dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
s. Educate to promote self care and optimal independence
(Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan
kebebasan yang optimal).
2. Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidak
mampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan
kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia.
Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi),
humanistik dan holistik.
8
3. Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of daily living (Fatmah, 2010 : 25).
Batasan-batasan usia lanjut Batasan umur pada usia lanjut dari waktu
ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.
Karakteristik lansia berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal
1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang
bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial
sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif,
lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008 : 70).
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho
9
2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
1) Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan
memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan
suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi
di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem.
(Stanley, 2009 : 42).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap
10
cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan
yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai
menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat
berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya
pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun
sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009).
Maryam, dkk (2008) menyebutkan, ada beberapa teori yang
berkaitan dengan proses penuaan, yaitu :
a) Teori biologi.
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
2) Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-
sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
11
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam
bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahanbahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa
reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b) Teori psikologi
Teori psikologi Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut
menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi
merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda
dari stimulus yang ada.
c) Teori sosial
Teori sosial Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory),
teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas (activity
theory), teori kesinambungan (continuity theory), teori
perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age
stratification theory).
1) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-
12
hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan
prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial
mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
2) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan
yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan di sekitarnya.
3) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang
sukses bergantung bagaimana seorang lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan
aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan
aktivitas yang dilakukan.
4) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia.
5) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan
bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut
yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini
tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang
diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut
6) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan
dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara
kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau
dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan
kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak
13
dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan,
mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta
terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
d) Teori spiritual
Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang
merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta
dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
Tugas Perkembangan Lansia Lansia harus menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisik yang terjadi seiring penuaan. Waktu dan
durasi perubahan ini bervariasi pada tiap individu, namun seiring
penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi tubuh akan
terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan
merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang
mengubah waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap
kehidupan sehari-hari.
Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah :
beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,
beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan,
beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai
individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,
menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,
menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,
2009).
B. Konsep Reumatik
1. Definisi
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (Encok), arthritis
(radang sendi) ada 3 jenis arthritis yang paling sering diderita adalah
osteoarthritis, arthritis goud, dan rheumatoid artirtis yang menyebabkan
pembengkakan benjolan pada sendi atau radang pada sendi secara
serentak. Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit
14
yangdikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang,
sendi, dan jaringan lunak (Soumya, 2011 : 18).
Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian, yang pertama
diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek rangka
pendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ internalnya.
Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua pula dikenali
sebagai penyakit autoimun karena terjadi apabila sistem imun yang
biasanya memproteksi tubuh dari infeksi danpenyakit, mulai merusakkan
jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,
spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma. (NIAMS,
2008)
Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
penyakit Reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
peradangan pada persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi
dan deformitas serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami
degenerasi yang akhirnya semakin lama akan semakin parah.
2. Jenis-jenis Reumatik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik
Non artikular. Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan
gangguan rematik yang berlokasi pada persendian. diantarannya meliputi
arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non
artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan
oleh proses diluar persendian diantaranya bursitis,fibrositis dan sciatica
(hembing, 2006 dalam Iwayan : 9)
Rematik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu:
a. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.
15
Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi,
dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
b. Artritis rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan
gejala berupa kelemahan umum cepat lelah
c. Olimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa
nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas
proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia
pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
d. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak
terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia
pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.
3. Etiologi
Penyebab dari Reumatik hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya Reumatik antara lain
adalah:
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.
16
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi, dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis
missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-
sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis
pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan
dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai
pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita
maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
17
4. Tanda Dan Gejala Rematik
a. Nyeri pada anggota gerak
b. Kelemahan otot
c. Peradangan dan bengkak pada sendi
d. Kekakuan sendi
e. Kejang dan kontraksi otot
f. Gangguan fungsi
g. Sendi berbunyi (krepitasi)
h. Sendi goyah
i. Timbunya perubahan bentuk
j. Timbulnya benjolan nodul
5. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
18
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus.
Akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak
makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen)
maka terjadi kerusakan setempat secara progresif dan memicu
terbentuknya tulang baru pada dasar lesi sehingga terbentuk benjolan
yang disebut osteolit. Proteoglikan adalah suatu zat yang membentuk
daya lentur tulang rawan, sedangkan kolagen adalah serabut protein
jaringan ikat. Osteolit yang terbentuk akan mempengaruhi fungsi sendi
atau tulang dan menyebabkan nyeri jika sendi atau tulang tersebut
digerakkan (Priyatno, 2009 : 23).
19
6. Pathway
20
7. Penanganan Rematik
a. Pengobatan Farmakologi
Pengobata yang dilakukan terhadap penyakit rematik adalah
untuk mengatasi gejala nyeri dan peradangannya. Pada beberapa
kasus, pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses atau
mengubah perjalanan penyakit, disebut Diseasen Modifying
Antirhematic Drug (DMARD) dan obat obatan lain untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
Beberapa obat atau golongan obat yang dapat digunakan pada
rematik:
1) Golongan Analgetik: golongan obat ini berfungsi mengatasi
atau meredakan rasa nyeri pada sendi, contohnya aspirin, obat
anti inflamasi non steroid (NSAID) lainnya seperti ibupropen
dan asetaminofen.
2) Golongan kortikosteroid obat kortikosteroid seperti prednisone,
kotison, solumedrol dan hidrokartison banyak digunakan untuk
mengobati gejala rematik.
b. Pengobatan Non Farmakologi
Selain pengobatan farmakologi terdapat juga pengobatan
non farmakologi. Beberapa terapi non-farmakologi yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Suplemen dan sayuran
Obat-obatan suplemen dan sayuran yang dapat dipergunakan
bagi penderita reumatik adalah sebagai berikut : jus sayuran,
minum jus sayuran dapat membantu mengurangi gejala
reumatik. Diantaranya yang mengandung vitamin C, vitamin D,
vitamin A, minyak ikan dan ikan.
2) Herbal
21
Penggunaan obat-obatan yang berasal dari herbal yang
membantu mengurangi rasa nyeri adalah sebagai berikut :
a) Jahe dan kunyit, keduanya merupakan bahan antiinflamasi
yang sangat baik, serta dapat mengurangi nyeri dan
bengkak pada sendi.
b) Hot chili peppers dan cayenne pepper,berefek mengurangi
peradangan pada reumatik, mengurangi pembengkakan dan
menghilangkan nyeri.
C. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang tidak aktual dan
potensial.Nyeri adalah alasan utama seorang untuk mencari bantuan
perawat kesehatan (smeltzer & Bare,2002 dalam Judha M,sudarti dkk
2012). International Association for the Study of Pain
(IASP)mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Pooter & Perry,2005 dalam sudarti
dkk 2012).
Caffery sebagai mana dikutif oleh Pooter & Perry (2007), dalam
Sudarti dkk (2012), menyatakan nyeri adalah sesuatu yang dikatakan
seorang tentang nyeri terebut dan terjadi kapan saja ketika seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri
seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif jaringan seperti di
tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada perasaan takut,
mual dan mabuk. Terlebih lagi,setiap perasaan yeri dan intensitas sedang
22
sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu.
23
keuntungan sekunder, misalnya
untuk mendapatkan perhatian.
Lansia Merasakan nyeri sebagai bagian
dari proses penuaan.
Dapat mengalami penurunan
persepsi dan sensasi nyeri.
Latergi,anoreksia,dan keletihan
sebagai salah satu indikator nyeri.
Dapat menahan nyeri karena takut
terhadap pengobatan.
Dapat menjelaskan nyeri dengan
cara yang berbeda.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi nyeri. Secara umum pria dan wanita tidak berbeda
dalam beresponterhadap nyeri, akan tetapi beberapa kebudayaan
mempengaruhi pria dan wanita dalam mengekoresikan nyeri.
c. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan dapat menimbulkan anggapan pada
orang bahwa memperlihatkan tanda-tanda kesakitan kelemahan
pribadinya, dalam hal seperyi itu maka sifat tenang dan pengendalian
diri merupakan sikap yang terpuji.
1) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan peningkatan
nyeri, sedangkan upaya untuk mengalihkan perhatian
dihubungkan dengan penurunan sesnsasi nyeri. Pengalihan
perhatian di lakukan dengan cara memfokuskan perhatian dan
konsentrasi klien pada stimulus yang lain sehingga sensasi yang
dialami klien dapat menurun.
2) Makna nyeri
24
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri dapat
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaftasi
terhadap nyeri.
3) Ansietas
Hubungan antara ansietas dengan nyeri merupakan suatu hal
yang kompleks. Ansietas dapat meningkatkan persepsi nyeri dan
sebaliknya, nyeri juga dapat menyebabkan timbulnya ansietas
bagi klien yang mengalami nyeri.
4) Mekanisme Koping
Gaya koping dapat mempengaruhi klien dalam mengatasi nyeri.
Klien yang mempunyai lokus kendali internal mempersepsika
diri mereka sebagai klien yang dapat mengendalikan lingkungan
mereka serta hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri.
5) Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan peningkatan sensasi nyeri dan
dapat menurunkan kemampuan koping untuk mengatasi nyeri,
apabila kelelahan disertai dengan masalah tidur maka sensasi
nyeri terasa bertambah berat.
6) Pengalaman Sebelumnya
Seorang klien yang tidak pernah merasakan nyeri,maka persepsi
pertama dapat mengganggu mekanisme koping terhadap nyeri,
akan tetapi pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti
bahwa klien tersebut akan dengan mudah menerima nyeri pada
masa yang akan datang.
7) Dukungan Keluaga dan Sosial
Kehadiran orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien dapat mempengaruhi respon terhadap nyeri.
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi nyeri
1) Faktor-faktor yang dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri adalah sebagai berikut :
25
a) Obat-obatan
b) Hipnosis
c) Gesekan/garukan
d) Panas
e) Distraksi
f) Kepercayaan yang kuat
2) Faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap
nyeri adalah sebagai berikut :
1) Sakit atau penderitaan
2) Rasa bosan dan depresi
3) Marah
4) Kelelahan
5) Ansietas
6) Nyeri kronis
3. Kasifikasi Nyeri
Berdasarkan lama keluhan atau waktu kejadian, nyeri di bagi menjadi :
a. Nyeri Akut
Menurut Federation Of State Medical Board Of United
States,nyeri akut adalah respon fisiologis normal yang diramalkan
terhadap rangsangan kimiawi, panas, atau mekanik menyusul suatu
pembedahan, trauma dan penyakit akut.
Ciri khas akut adalah nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan yang
nyata dan akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya,
terjadi dalam waktu singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronis
The International Association for Study of Fain (IASP)
mendefinisikan nyeri kronis sebagai nyeri yang menetap melampaui
waktu penyembuhan normal yakni enam bulan pain that persist
beyond normal tissue healing time,wich is assumed to be six month.
Nyeri kronis di bedakan menjadi dua, yaitu : nyeri nonmaligna (nyeri
kronis persisten dan nyeri kronis intermitten) dan nyeri kronis
26
maligna. Karakteristik penyembuhan nyeri kronis tidak dapat
diprediksi meskipun penyebabnya mudah di temukan, namun pada
beberapa kasus, penyebabnya kadang sulit ditemukan.
27
Transmisi (transmission) merupakan fase dimana stimulus
dipindahkan dai saraf farifer melalui medula spinalis(spinal cord)
menuju otak.
c. Proses medulasi
Proses medulasi(modulation) adalah proses dari mekanisme
nyeri dimana terjadi intraksi antara sistem analgesik endogen yang di
hasilkan oleh tubuh kita dapat input nyeri yang masuk ke kornu
posterior medula spinalis.
d. Persepsi
Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai
dari proses tranduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan
suatu perasaan subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.
Persepsi menyadarkan klien dan mengartikan nyeri sehingga klien
dapat bereaksi atau berespons (Tymbi, 2009 ; Carol & Taylor, 2011).
5. Skala Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
yang dirasakan oleh klien, pengkuran nyeri sangat subjektif dan
individual. Kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dapat
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda pula. Sedangkan
pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif adalah menggunakan
respon fisiologis tubuh terhadap nyeri itu sendiri.Namun, pengukuran
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Sudarti, Mohamad & Afroh, 2012). Penilaianintensitas
nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:
a. Skala deskriptif
28
Gambar 2.1 skala deskriptif sumber: Judha, 2012
29
Tabel 2.2
Keterangan skala numeric
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3
Nyeri Ringan (secara obyektif pasien dapat
30
Nyeri timbul karena gangguan bagian luar yubuh, nyeri ini
dibagi menjadi dua :
3) Nyeri viseral
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal.
b. Nyeri pantom(phantom pain)
Nyeri pantom merupakan nyeri khusus yang dirasakan klien
yang mengalami amputansi, oleh klien nyeri dipersepsikan berada
pada organ yang diamputansi seolah-olah organ yang diamputansi
masih ada. Contoh nyeri pada klien yang menjalani operasi
pengangkatan ekstermitas.
c. Nyeri menjalar(radiation of pain)
Nyeri menjalar merupakan sensasi nyeri yang meluas dari empat
awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Nyeri dapat bersifat
intermitten atau konstan. Contoh:nyeri tpunggung bagian bawah
akibat ruptur diskus intravertebral disertai nyeri menyebar pada
tungkai dan iritasi saraf skiatik.
d. Nyeri alih(reffered pain)
Nyeri alih merupakan nyeri yang timbul akibat adanya nyeri
viseral yang menjalar ke organ lain sehingga nyeri di rasakan pada
beberapa tempar. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya
neuron sensori dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula
31
spinalis dan mengalami sinapsis dengan serabut saraf yang berada
pada bagian tubuh lainnya.
Nyeri alih ini biasanya timbul pada lokasi atau tepat yang
berlawanan atau berjauhan dari lokasi asal nyeri.
7. Reaksi atau Respon Terhadap Nyeri
a. Reaksi Fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula sinalis menuju batang
otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari respons stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga
sedang dan nyeri superfisial menimbulkan raksi flight or fight dan
ini merupakan sindroma adaptasi umum.
b. Respons Psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
tentang nyeri. Klien yang mengartikan nyeri sebagai suatu
yangnegatif cendrung memiliki suasana hati yang sedih, berduka,
ketidakberdayaan ,dan dapat berbalik menjadi rasa marah atau
frustasi. Sebaliknya, bagi klien yang memiliki persepsi yang positif
cendrung menerima nyeri yang dialaminya.
Nyeri bagi masing-masing klien mempunyai makna yang berbeda,
antara lain :
1) Bahaya atau merusak
2) Komplikasi seperti infeksi
3) Penyakit baru
4) Penyakit yang berulang dan fatal
5) Peningkatan ketidakmampuan
6) Kehilangan mobilitas
7) Menjadi tua
8) Sembuh
9) Perlu untuk penyembuhan
10) Hukuman karena berdosa
11) Tantangan
32
12) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain.
c. Respon perilaku
Terdapat tiga fase pengalaman nyeri, antar lain yaitu :
1) Fase antisipasi
Fase antisipasi ini terjadi sebelum seseorang
mempresepsikan nyeri. Fase ini merupakan fase yang penting
karena dapat mempengaruhidua fase lain .Antisipasi
memungkinkan klien untuk belajar tentang nyeri dan berupaya
untuk menghilangkannya dengan instruksi dan dukungan yang
adekuat, klien belajar untuk memahami nyeri dan mengontrol
ansietas sebelum nyeri terjadi.
2) Fase sensasi
Sensasi nyeri terjadi ketika klien mengalami nyeri. Gerakan
tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri
meliputi ; menggerakan gigi, memegang tubuh yang terasa nyeri,
postur tubuh membungkuk,dan ekspresi wajah menyeringai.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh dan gelisah.
3) Fase akibat
Fase ini terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti. Nyeri
merupakan suatu krisis sehingga setelah klien mengalami nyeri,
klien mungkin masih menunjukan gejala-gejala fisik, seperti
menggigil, mual, muntah, marah, atau depresi
8. Reseptor Nyeri
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi menerima
rangsangan nyeri dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi sebagai
reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya berespon
pada stimulus yang kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri
33
disebut juga nosiseptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang
bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Reseptor jaringan kulit(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Serabut delta A
Serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi 6-30m/
detik yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat
hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. Impuls yang dihasilkan
oleh serabut ini sifatnya tajam dan memberikan sensasi yang akut.
b. Serabut delta C
Serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan transmisi 0,5-2m/
detik yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
lebih tumpul dan sulit di lokalisasi. Nyeri biasanya pertama kali
dirasakan sebagai sensasi tertusuk tajam yang singkat dan mudah
diketahui lokasinya, sensasi tersebut melibatkan serabut delta A atau
jalur cepat. Perasaan tersebut akan diikuti dengan sensasi yang
tumpul yang lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama disertai
rasa tidak nyaman, sensasi tersebut melibatkan serabut delta C
sebagai jalur lambat(Sherwood, 2011). Sebagai contoh,pada saat jari
kita tertusuk, sesuatu yang kita rasakan pertama kali adalah sensasi
nyeri yang tajam kemudian diikitu dengan nyeri yang lebih difus
(menyebar).
Reseptor nyeri (serabut delta A dan C ) akan bereaksi menimbulkan
nyeri jika distimuli oleh beberapa faktor,diantaranya :
1) Faktor mekanis
Berespon terhadap kerusakan akibat trauma sehingga
reseptornya disebut sebagai mekanosensitif.
Contoh : pada saat kita jatuh dan terluka, maka kita akan
merasakan nyeri pada daerah yang luka karena reseptor
terstimulasi oleh trauma mekanik.
34
2) Faktor termis
Berespon terhadap suhu yang eksteme, baik karena panas
yang berlebihan atau suhu dingin yang berlebihan, sehingga
reseptor ini disebut termoreseptor atau termosensitif.
Contoh : ketika seseorang memegang es batu beberapa
menit,atau tangannya tersiram air panas,maka akan terasa nyeri.
Hal tersebut dikarenakan reseptor yang terdapat pada tangan
terstimulasi oleh suhu yang ekstreme.
3) Faktor kimia
Zat kimia yang merangsang reseptor ini adalah bradikinin,
histamin, ion K, dan asetilkolin. Resepor ini disebut sebagai
kemoreseptor/ polimodal.
4) Listrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka
bakar.
35
Yaitu pijatan yang dipakai dalam lingkup spot saja dan bertujuan
untuk membentuk serta memelihara kondisi fisik
b. Remedial massage (Masase penyembuhan)
Yaitu pijatan yang dilakukan untuk memulihkan beberapa
macam penyakit tanpa memasukan obat kedalan tubuh dan bertujuan
untuk meringankan atau mengurangi keluhan atau gejala pada
beberapa macam penyakit yang merupakan indikasi untuk dipijat.
c. Cosmetic massage
Yaitu pijat dipakai dalam bidang pemeliharaan kecantikan dan
bertujuan untuk membersihkan serta menghaluskan kulit dan
menjaga agar kulit tidak lekas mengeru
3. Teknik back massage
a. Flourage ( Gosokan )
Adalah gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan
telapak tangan melekat pada bagian tubuh yang digosok. Bentuk
telapak tangan dan jari- jari selalu menyesuaikan dengan bagian
tubuh yang digosok. Tangan menggosok secara supel menuju kearah
jantung dengan dorongan dan tekananan. Tetapi boleh juga
menyamping misalnya gosokan di daerah dada, perut dan
sebagainya. Teknik flourage dilakukan pada permulaan masase dosis
5 kali dan penutup massage dosis 3 kali. Baik sebagian
maupununtuk seluruh tubuh. Flourage yang dilakukan pada daerah
anggota gerak (ekstremitas) selalu dengan dorongan dan
tekananyang baik dan setiap gosokan harus berakhir pada kelenjar
limfe ( pada ketiak untuk anggota gerak atas dan lipatan paha untuk
anggotagerak bawah).
1) Variasi flourage
a) Gosokan dengan mempergunakan telapak tangan dengan
tekananyang dangkal (super facial sotroking)
b) Gosokan dengan mempergunakan pangkal telapak tangan
dilakukan dengan tekanan yang dalam .
36
c) Gososkan dengan mempergunakan punggung kepalan tangan
pada otot otot yang besar dan lebar daerah pinggang dan
punggung) dilakukan dengan tekanan yang dalam.
d) Gosokan dengan menggunakan kedua ibu jari.
b. Pestriage ( pijatan )
Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari
merapat berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel.
Bagian tubuh yang dipijat terletak di dalam lengkungan telapak
tangan anatara jari jari dan ibu jari. Gerakan memijat dengan
meremas otot yang sedikit ditarik keatas seolah-olah akan
memisahkan otot dari tulang selaputnya atau dari otot yan lain.
Gerakan pijatan harus dilakukan pada tiap kelompok otot dan otot
harus dipijat beberapa kali dengan supel dan rileks.
1) Variasi petrissage
a) Kneading ( Pijatan )
Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan satu
tangan atau kedua belah tangan. Jaringan di tekan diantara
telapak tangan dan jari jari. Gerakan tangan harus ganti
berganti dan tekanan harus selalu menuju kearah atas.
b) Wringing = walken (gosokan lipat pindah)
Adalah suatu gerakan pijatan dengan menggunakan kedua
belah tangan. Sikap tangan pararel pada otot yang bergerak
berlawanan, sedang jari jari yang di tarik dibengkokan
sedikit dan otot ganti berganti diangkat dari samping
kesamping .Teknik ini teknik ini banyak dilakukan di daerah
kelompok otot otot pantat, pinggang, punggung, dada dan
perut.Menurut pelaksanaannya walken ada dua macam :
1) Walken kecil dengan mempergunakan ujung jari
misalnya pada daerah dada.
37
2) Walken besar dengan menggunakan seluruh permukaan
telapak tangan dan jari jari, dipakai pada gluteal
(Pantat) dan punggung.
c) Picking up (pijatan)
Adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan edua
belah tangan. Jaringan dipegang dan otot ganti berganti di
gerakan ke muka dan ke belakang.Teknik ini banyak di
gunakan pada daerah otot otot tengku bahu, lengan atas,
tangan dan jari jari, tungkai bawah, kaki.
Variasi variasi pijatan yang lain :
1) Kedua belah tangan bersama sama sejajar
2) Kedua belah tangan bergantian sejajar atau
bergelombang.
3) Kedua belah tangan bergantian sejajar bersebrangan,
biasanya dengan bergelombang.
4) Kedua belah tangan bergantian, salah satunya hanya
mempergunakan ibu jari atau kedua-duanya
mempergunakan ibu jari untuk di daerah yang sempit,
selasela jari, punggung tangan dan kaki.
4. Tujuan back massage
Tujuan back massage menurut (Bambang, 2012) meliputi :
a. Melancarkan peredaran darah vena (pembuluh balik) dan peredaran
darah getah bening (air limfe)
b. Menghancurkan pengumpulan sisasisa pembakaran di dalam sel-
sel otot yang telah mengeras yang disebut miogelosis (asam laktat).
c. Menyempurnakan pertukaran gas gas dan zatzat makanan
keseluruh tubuh
d. Menyempurnakan proses pencernaan makanan.
Menyempurnakan prosespembuangan sisasisa pembakaran
( sampahsampah) ke alatalat pengeluaran atau mengurangi
kelelahan.
38
e. Menyempurnakan pembagian zat zat makanan keseluruh tubuh.
f. Merangsang otot otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih
berat, menambahkan tonus otot (daya kerja otot), efisiensi otot
(kemampuan guna otot) dan elastisitas otot (kekenyalan otot).
g. Merangsangi jaringan saraf, mengaktifkan saraf sadar dan kerja
saraf ototnomi (tak sadar).
h. Membantu penyerapan (absorbsi) pada peradangan bekas luka.
i. Membantu pembentukan sel sel baru dalam perkembangan tubuh.
j. Membersihkan dan menghaluskan kulit.
k. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.
l. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit
yang boleh dipijat.
5. Perlengkapan back massage
Perlengkapan perlengkapan peraktek menurut (Bambangm, 2012) .
a. Ruangan peraktek
b. Tempat tidur
c. Kasur,sprei dan bantal.
d. Bahan pelicin (Babi oil dan sejenisnya)
6. Tatacara Melakukan Back Massage
(Gambar2.1)
Gambar2.5
(Tahap Pertama)
Menuangkan lotion (minyak kelapa) ke telapak tangan.(Anastasi & Dian,
2012).
39
Gambar 2.6
(Tahap Kedua)
Adapun teknik back massage ini dilakukan dengan beberapa
pendekatan, salah satu metode yang dilakukan ialah mengusap kulit klien
secara perlahan dan berirama dengan gerakan sirkular dengan kecepatan
12-15 kali pijatan per menit selama 3-10 menit, gerakan dimulai pada
bagian tengah punggung bawah kemudian kearah atas area belahan bahu
kiri dan kanan. (Anastasi & Dian, 2012).
Gambar2.7
(Tahap Ketiga)
Lakukan pijatan lembut menggunakan telapak tangan dan ibu jari
menekan bahu sebelah kanan dan kiri kearah berlawanan 12-15 kali pijatan
permenit selama 3-10 menit.(Anastasi & Dian, 2012).
40
(Gambar2.4)
Gambar 2.8
(Tahap Keempat)
Akhiri usapan dengan gerakan memanjang.(Anastasi & Dian, 2012).
5. Prosedur pelaksanaan back massage
Prosedur pelaksanaan back massage (Shocker, 2008), adalah :
a. Fase orientasi
1) Mengucapkan salam.
2) Memperkenalkan diri.
3) Kontrak waktu.
4) Menjelaskan prosedur.
5) Menanyakan kesiapan klien.
b. Fase kerja
1) Klien dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama
intervensi, bisa tidur miring, telungkup, atau duduk.
2) Buka punggung klien, bahu, lengan atas, tutup sisanya dengan
selimut.
3) Sebelum melakukan terapi back massage, dilakukan pemeriksaan
lokalis terlebih dahulu.
41
Gambar 2.9
(Menuangkan lotion (minyak kelapa)
4) Setelah itu perawat mencuci tangan dengan menggunakan air hangat.
Hangatkan lotion (minyak kelapa), botol lotionke dalam air hangat.
Tuang sedikit lotiondi tangan. Gunakan lotionsesuai kebutuhan.
Gambar 2.10
42
Gambar 2.11
(Mengakhiri usapan dengan gerakan memanjang)
6) Akhiri usapan dengan gerakkan memanjang dan beritahu klien bahwa
perawat mengakhiri usapan.
7) Bersihkan punggung klien dengan handuk mandi.
8) Bantu klien memakai baju.
9) Posisikan klien senyaman mungkin.
10) Rapikan alat dan cuci tangan.
c. Fase terminasi
1) Menyampaikan hasil tindakan dan dokumentasi.
43
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif
klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien (Asmadi, 2008)
Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman kepada
perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses
keperawatan. Unsur proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi (Nursalam, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan asfek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
serta diagnostik (Asmadi, 2008).
Pada tahap pengkajian ini meliputi identitas diri klien, keluarga
yang dapat dihubungi riwayat pekerjaan dan status ekonomi, aktivitas
rekreasi, riwayat keluarga dan riwayat kematian keluarga dalam 1 tahun
terakhir.
a. Identitas diri klien meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan
terakhir, diagnosa medis, dan alamat.
b. Keluarga yang dapat dihubungi meliputi nama, alamat, nomber
telpon, dan hubungan dengan klien.
c. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi meliputi pekerjaan saat ini,
pekerjaan sebelumnya, sumber pendapatan, dan kecukupan
pendapatan.
44
d. Aktifitas rekreasi meliputi hobi, berwisata atau bepergian,
keanggotaan berorganisasi.
e. Riwayat keluarga meliputi saudara kandung, nama saudara, keadaan
keluarga saat ini dan keterangan keluarga.
f. Riwayat kematian dalam 1 tahun terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang, meliputi keluhan yang dirasakan dalam
1 tahun terakhir, gejala yang dirasakan saat keluhan timbul dan
faktor pencetus sehingga terjadi keluhan, lamanya dan upaya
mengatasinya.
b. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi penyakit yang pernah di
derita, riwayat imunisasi, riwayat alergi (obat, makanan, binatang,
lingkungan, dll), riwayat kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit,
dan riwayat pemakaian obat.
c. Persepsi klien tentang penyakitnya, meliputi hal yang sangat
dipikirkan pada saat ini, haarapan setelah menjalani pembinaan, dan
perubahan yang dirasakan setelah masuk panti (bila masuk panti
jompo).
d. Sistem nilai kepercayaan, meliputi aktivitas kepercayaan yang
dilakukan (macam dan frekuensinya), kegiatan agama/kepercayaan
yang ingin dilakukan (macam dan frekuensi), dan percaya adanya
kematian (percaya dengan jika hidup pasti akan mati).
3. Pola kebiasaan setiap hari
Pola kebiasaan setiap hari dilihat dari kriteria nutrisi, eliminasi,
personal hygiene, istirahat dan tidur, aktifitas dan latihan, kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan, dan kebiasaan mengisi waktu luang.
45
5. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan umum
Dilihat dari TD, RR, suhu, kesadaran umum, penampian umum, dan
klien tampak sehat/sakit/sakit berat.
b. Tingkat kesadaran : composmentis, somnolen, atau apatis.
c. Tinggi badan/berat badan
d. Kepala
Bentuk kepala, warna rambut, distribusi rambut, tekstrur kulit
kasar atau halus, turgor kulit, ada lesi atau tidak, kebersihan
rambut/kulit kepala, rambut kering atau lembab, mudah rontok atau
tidak.
e. Mata
Kesimetrisan bentuk mata, warna retina, kepekaan terhadap
cahaya atau respon cahaya, anemis atau tidak pada daerah
konjungtiva, sklera ikterus (kekuningan) atau tidak. Ditemukan
strabismus (mata menonjol keluar) atau tidak, ada riwayat katarak
atau tidak, kaji keluhan terakhir pada daerah penglihatan, memakai
alat bantu penglihatan atau tidak. Tes uji penglihatan dengan ukur
jarak penglihatan, ukur lapang pandang.
f. Hidung
Kesimetrisan bentuk hidung, kebersihannya, mukosa kering atau
lembab, terdapat peradangan atau tidak, terdapat polip atau tidak,
terdapat nyeri tekan atau tidak. Tes uji penciuman dengan
memberikan kontras bau (misal ; kopi, cengkeh, bawang putih,
merica, pala dan lain-lain).
g. Mulut
Kesimetrisan bentuk bibir, warna bibir, kelembaban pada bibir,
mukosa kering atau tidak, kebersihan mulut, jumlah gigi, ada gigi
yang karies atau tidak, penggunaan gigi palsu, tampak peradangan
atau stomatitis atau tidak, kesulitan mengunyah serta kesulitan
menelan atau tidak. Fungsi pengecapan baik atau tidak.
h. Telinga
Bentuk telinga simetris atau tidak, kebersihan telinga adanya
serumen atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, fungsi pendengaran
baik atau tidak.
i. Leher
46
Adaya pembesaran kelenjar tyroid dan KGB atau tidak, adanya
peningkatan JVP atau tidak, tes uji kaku kuduk.
j. Dada
Pada paru bentuk dada normal chest atau barrel chest atau pigeon
chest/lainnya, pergerakan atau ekspansi paru simetris atau tidak,
suara nafas paru normal atau terdapat suara nafas tambahan (ronchi
atau whezing), respirasi klien berapa dalam satu menit,vocal
premitus sama atau tidak saat mengatakan 77, kaji irama dan
frekuensi pernafasan pada usia lanjut normal 12-20x/ menit bahkan
dapat lebih karena kemampuan otot paru dalam kembang dan kempis
menurun, ada atau tidaknya pernafasan takipnea, dispnea, dan
kusmaul. Pada jantung inspeksi pada ektremitas terhadap tanda
ketidakcukupan vena, antara lain thrombosis, edema dan varises
vena.
k. Abdomen
Bentuk simetris atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, terdapat
lesi/luka atau tidak, adanya udara dalam abdomen atau kembung
atau tidak, terdapat pembesaran hepar atau tidak, bising usus pada
klien berapa kali permenitnya.
l. Ekstremitas
Bentuk simetris atau tidak, warna kuku, bentuk kuku
permukaan tebal atau rapuh, jari-jari lengkap atau tidak, ada lesi atau
tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, penggunaan alat bantu, rentan
gerak, deformitas, tremor, edema, kaji kekuatan otot, turgor kulit
dingin atau hangat, kaji reflek-reflek trisep, bisep, plantar.
m. Genetalia
Apakah ada keluhan atau tidak pada genetalia, misalnya terjadi
nyeri pada saat BAK, atau terjadi gatal-gatal pada daerah genetalia.
n. Integumen
Kebersihan kulit, permukaan kulit kasar atau halus, warna kulit,
kelastisitas kulit.
(Azizah, 2011)
6. Analisa Data
47
Tabel 2.3
48
No Data Etiologi Masalah
Do : Klien menderita penyakit
7. Diagn
- Klien terlihat reumatik yang Nyeri akut
osa
meringis kesakitan menyebabkan klien
1.
- Klien terus sering kesakitan pada
memegang bagian daerah persendian
tubuh yang sakit.
Do : Ketidakseimbangan Ketidakseimba
- Klien tampak tidak nutrisi terjadi karena ngna nutrisi
nafsu makan peningkatan asam kurang dari
bahkan tidak mau lambung akibat kebutuhan
2.
makan. kompensasi sistem saraf tubuh
- Makanan yang simpatis.
disajikan tidak
dihabiskan.
Do : Hipertermi terjadi karena Hipertermi
- Tanda - tanda vital proses peradangan pada
3.
meningkat sendi
- Suhu > 370
Do : Intoleransi aktivitas Intoleransi
- Klien tampak terjadi karena deformitas aktivitas
4. lemah skeletal, nyeri,
- Aktivitas dibantu penurunan kekuatan otot.
oleh keluarga
Do : Kulit mengalami Keruskan
- Kulit tampak kering peradangan dan timbul integritas kulit
5.
- Tampak lesi atau bercak merah serta kulit
ruam merah. menjadi kering
Keperawatan
49
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi
sistem saraf simpatis.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peradangan pada
sendi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi kulit (peradangan).
8. Perencanaan
a. Diagnosa keperawatan I:
Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2) Kriteria hasil :
Klien tampak tenang dan tidak terlihat meringis, dan klien sudah
tidak memegangi sendinya yang sakit.
Tabel 2.4
Intervensi dan Rasional Nyeri Akut
Intervensi Rasional
1 2
50
yang sakit. Peninggian tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3. Biarkan klien mengambil 3. Pada penyakit yang berat/
posisi yang nyaman waktu eksaserbasi, tirah baring mungkin
tidur atau duduk di kursi. diperlukan untuk membatasi nyeri
Tingkatkan istirahat di tempat cedera.
tidur sesuai indikasi
4. Anjurkan klien untuk mandi air 4. meningkatkan relaksasi otot, dan
hangat. Sediakan waslap mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
hangat untuk mengompres menghilangkan kekakuan pada pagi
sendi yang sakit. Pantau suhu hari. Sensitivitas pada panas dapat
air kompres, air mandi, dan dihilangkan dan luka dermal dapat
sebagainya. disembuhkan
5. Berikan masase yang lembut. 5. meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
6. Dorong penggunaan teknik 6. Meningkatkan relaksasi, memberikan
manajemen stres, misalnya rasa kontrol nyeri dan dapat
relaksasi progresif,sentuhan meningkatkan kemampuan koping.
terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan
pengendalian napas.
51
2) Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1 2
52
1) Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2) Kriteria hasil :
b) Nadi : 90-100x/menit
c) Respirasi : 12-20x/menit
d) Suhu : 36,5-370 C
Tabel 2.6
Intervensi Rasional
1 2
2) Kriteria hasil :
53
Klien tampak lebih segar dan ADL dilakukan sendiri.
Tabel 2.7
Intervensi dan Rasional Intoleransi Aktivitas
Intervensi Rasional
1 2
54
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
kulit (peradangan).
2) Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1 2
1. Kaji kerusakan kulit atau iritasi 1. Untuk mengetahui sejauh mana iritasi
yng terjadi. yang terjadi.
2 Anjurkan pasien mandi dengan 2 Untuk menjaga kebersihan kulit
air sabun dan air hangat
3 Mobilisasi pasien (ubah posisi 3 Agar mencegah luka dekubitas
psien setiap 4 jam sekali
9. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujuksn pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,2008).
10. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
55
direncanakan dan merupakan perbandingan hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat,2008)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus (case study), yaitu sebuah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian kualitatif yaitu suatu
pendekatan penelitian yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau
lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa dan pengetahuan atau objek
studi. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman, pemikiran dan
persepsi peneliti. Studi kasus didefinisikan sebagai fenomena khusus yang
dihadirkan dalam suatu kontek yang terbatas (bounded text), meski batas-batas
antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Menurut Krik dan Miler
(2006), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fandumental bergantung pada pengamatan pada manusia
baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Danzin dan
Lincoln (2008), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan melibatkan berbagai metode yang ada.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisa data bersifat
56
induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. Tujuan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna data adalah yang
sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
Penelitian kualitatif memeliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Bogdan (2007) dan Biklen
mengajukan ada 5 ciri, yaitu :
1. Latar ilmiah, dilakukan pada kondisi yang alami, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Peneliti kulalitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menentukan angka.
3. Peneliti lebih menekankan pada proses dari pada produk atau out come
4. Peneliti kualitatif melakukan analisa data secara induktif
5. Peneliti kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang diamati)
Sedangkan jenis penelitian yang menggunkan metode deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan dengan memberikan gambaran yang detail mengenai
gejala atau fenomena.
C. Setting Penelitian
57
1. Letak Puskesmas Sukaluyu Desa Sukamulya Kecamatan Sukaluyu
Kabupaten Cianjur
Puskesmas Sukaluyu bertempat di Jalan Bojongsari Kp. Gempol Desa
Sukamulya Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur 43284
2. Sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Sukaluyu
Puskesmas Sukaluyu saran dan prasarana antara lain :
a. 1 Poned
b. 6 Pustu
c. 2 Polindes
d. 1 Poskesdes
e. 1 Pusling
f. 16 Motor
g. 1 Ampulance
3. Jumlah kunjungan di Puskesmas Sukaluyu
Kunjungan di Puskesmas Sukaluyu bulan Januari sampai dengan Mei 2016,
yaitu :
a. 4967 orang di ruang BP
b. 522 orang di ruang KIA
c. 1485 di ruang MTBS
4. Jumlah keluarga yang mendapat perawatan dari Puskesmas Sukaluyu
Keluarga yang mendapat asuhan keperawatan dari perawat Puskesmas
Sukaluyu pada bulan Januari samapai dengan Mei 2016, yaitu :
a. Kasus maternal risti/ rawan kesehatan berjumlah 15 keluarga
b. Kasus anak risti/ rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
c. Kasus masalah gizi berjumlah 12 keluarga
d. Kasus penyakit menular berjumlah 14 keluarga
e. Kasus usia lanjut risti/ rawan kesehatan berjumlah 12 keluarga
f. Kasus penyakit tidak menular berjumlah 17 keluarga
5. Jumlah perawat di Puskesmas Sukaluyu
Perawat yang ada di Puskesmas Sukaluyu berjumlah 8 orang, 1 orang
perawat bertugas sebagai koordinator perawat, koordinator program, SP 3,
58
siskohatkes, 1 orang perawat bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU
Sindangraja, prorgam perkesmas, kesehatan mata. 1 Salajambe, program
kesling, kesehatan kerja. 1 orang perawat bertugas sebagai penanggung
jawab PUSTU Babakansari, program kesehatan jiwa. 1 orang perawat
bertugas sebagai program TB, program imunisasi. 1 orang perawat bertugas
sebagai penanggung jawab PUSTU Panyusuhan program kusta, 1 orang
perawat bertugas sebagai penanggung jawab PUSTU Mekarjaya, program
ISPA dan diare. Dan 1 orang perawat bertugas sebagai pelaksana BP.
59
e. Masalah kesehatan krinis,keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan
klien dalam waktu 3 bulan terakhir.
f. Fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan memori baru, memori jangka pendekndan memori jangka
panjang.
g. Fungsional katz indeks, kemandirian klien dalam melakukan kebutuhan
dan aktivitas sehari-hari.
h. Skala depresi geriatri (Geriatric Depression Scale / GDS)
2. Metode observasi partisipan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran (GCS)
3) TTV
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Pernapasan
d) Suhu
b. Pemeriksaan Head To Toe (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
1) Penampilan umum
2) Kepala
3) Mata
4) Hidung
5) Telinga
6) Mulut dan tenggorokan
7) Leher
8) Dada
9) Abdomen
10) Tangan (ekstermitas atas)
11) Genitalia
12) Anus
13) Kaki (ekstermitas bawah)
60
F. Metode Uji Keabsahan Data (uji triangulasi sumber)
1 Apakah ibu sering iya ibu sering iya ibu saya sering
61
pengalami merasakan mengeluh
kesemutan,pegel- kesemutan dan kesemutan dan nyeri
pegel dan nyeri nyeri secara tiba- pada daerah lutut
pada daerah lutut? tiba dan setelah sebelah kiri.
berjalan
kesemutan sering
dirasakan.
G. Metode analisa
62
Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari subjek
penelitian atau situasi. Ditemukan berbagai domain. Kemudian peneliti
menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.
H. Etika penelitian
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan
khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apapun.
c. Risiko (benefist ratio)
Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek
ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat
terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right
to full disclasure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
c. Informed consent
63
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan diperlukan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan
dari penelitian.
b. Hak di jaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)
dan rahasia (confidentiality).
BAB IV
B. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Identitas klien
64
Pada saat saya menanyakan nama klien, klien menjawab
bahwa klien bernama Ny I. Pada saat saya menanyakan tempat dan
tanggal lahir klien, klien menjawab lahir di Cianjur, pada tanggal 2
januari tahun 1951. Pada saat saya menanyakan agama klien, klien
menjawab beragama islam. Pada saat saya menanyakan status
pernikahan, klien menjawab suaminya sudah meninggal (cerai mati).
Pada saat saya menanyakan pendidikan klien, klien menjawab hanya
bersekolah sampai sekolah dasar saja. Pada saat saya menanyakan
suku/bangsa klien, klien menjawab suku Sunda dan bangsa
Indonesia. Pada saat saya menanyakan alamat klien, klien menjawab
tinggal di Kp.Rawa Panjang Rt.03 Rw.06 Desa Sukaluyu Kecamatan
Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Pada saat saya menanyakan kapan
klien merasakan penyakit seperti ini,klien hanya menjawab sudah
lama.
b. Riwayat kesehatan
Pada saat saya menanyakan keluhan utama yang sedang
dirasakan oleh klien saat ini, klien mengeluh nyeri lutut sebelah kir
yang tidak sembuh-sembuh meski diobati.
Saya akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan klien sekarang
dengan menggunakan pendekatan PQRST , P (Provocate) yaitu faktor
pencetus, Q (Quality) yaitu kualitas, R (Region) yaitu lokasi, S
(Severe) yaitu Keparahan, T (Time) yaitu durasi. Pada saat dilakukan
pengkajian tanggal 17-06-2016, Pada saat saya menanyakan kepada
klien mengenai riwayat kesehatan klien sekarang, klien menjawab
klien mengatakan nyeri pada bagian lutut sebelah kiri. nyeri yang
dirasakan oleh klien sekarang menjadikan nya sulit beraktivitas, klien
mengatakan nyeri nya secara tiba tiba dan di bagian sebelah kiri
tubuh, pada saat dikaji skala nyeri berada di angka 6. skala penilaian
65
nyeri yang digunakan pada Ny.I adalah skala penilaian numerik yang
terdiri dari angka 0-10.
Pada saat menanyakan riwayat kesehatan dahulu mengenai
penyakit yang pernah diderita oleh klien, klien menjawab belum
pernah mengalami penyakit seperti ini dan baru pertama kali.
Pada saat saya menanyakan mengenai penyakit yang diderita
atau pernah diderita oleh keluarga, klien menjawab keluarganya tidak
memiliki riwayat penyakit menurun, menular ataupun penyakit yang
sama seperti klien saat ini.
c. Genogram
keluaga Ny.I, Ny mempunyai 1 orang kakak dan 1 orang adik,
yang pertama berjenis kelamin perempuan dan yang adiknya berjenis
kelamin laki-laki, dan kedua orang tua Ny J sudah meninggal. Suami
Ny I sudah meninggal, mempunyai 2 saudara yang terdiri dari 1
perempuan, yang ke 2 laki-laki, dan kedua orang tua suaminya juga
sudah meninggal. Ny I mempunyai anak yang bekerja di kalimantan.
Ny I tinggal sendiri di rumah nya semua kebutuhan Ny I di tanggung
oleh cucu nya yang tinggal bersebelahan dengan rumah Ny I.
Pada saat saya menanyakan mengenai tempat keadaan
lingkungan tinggal klien menjawab lingkungan sekitar rumah bersih,
relatif jauh dari jalan raya dan tidak terdapat pabrik disekitar rumah
klien. Pada saat saya menanyakan klien tinggal bersama siapa saja
dalam satu rumah, klien menjawab tinggal sendiri tapi sering
dikunjungi oleh cucunya yang rumahnya bersebelahan dengan klien.
Pada pola persepsi kesehatan pasien mengatakan sehat itu
adalah anugerah dari Allah SWT, karena dengan sehat dapat
melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Pasien berharap ingin cepat
sembuh agar dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dan menurut
pasien sakit itu sesuatu yang tidak nyaman.
66
Pada pola nutrisi, sebelum sakit mengatakan makan 3 kali
sehari dengan nasi, lauk, sayur sedangkan minumnya 7 gelas sehari.
Selama sakit, pasien mengatakan selama sakit makan berkurang.
Pada pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAB
biasanya 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau
khas, dan tidak mengalami kesulitan dalam BAB sedangkan BAK
biasanya 5 kali per hari, warna kuning jernih dan bau khas.
Pada pola aktivitas dan latihan, pasien mengatakan sebelum
sakit dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain. Selama sakit
sebagian aktivitas berkurang hanya berbaring di tempat tidur.
Pada pola kognitif perceptual, pasien mengatakan dapat
berkomunikasi dengan baik dengan orang lain dan dapat mengerti
pembicaraan orang lain.
Pada pola konsep diri, citra tubuh: pasien mengatakan
merasakan perubahan anggota tubuhnya, pasien mengatakan ada
kekurangan dalam tubuhnya. Idela diri : pasien mengatakan berharap
ingin cepat sembuh, hubungan keluarga dan masyarakat baik tidak ada
masalah. Peran diri : pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan
ibu bagi anaknya. Harga diri : pasien mengatakan menerima
keadaannya begitu juga lingkungan keluarga serta masyarakat juga
menerima dengan baik dalam pergaulan dalam masyarakat tidak ada
masalah dan tidak ada gangguan.
Pada pola hubungan pasien, pasien mengatakan bahwa
hubungan klien baik dengan keluarga, tetangga baik. Pasien
mengatakan tidak mempunyai masalah dengan siapapun.
Pada pola seksual dan reproduksi, pasien mengatakan bahwa ia
memiliki satu orang anak.
Pada pola koping dan toleransi stress, pasien mengatakan
apabila mengalami masalah selalu dimusyawarahkan dengan cucunya.
67
1) Tanda-tanda vital
Keadaan umum baik dan kesadaran penuh hasil pemeriksaan
tanda vital pasien (TTV) adalah tekanan darah (TD) 130/90
mmHg, nadi (N) : 89x/menit regular, pernapasan (RR) :
21x/menit, suhu (S) : 38 C.
Pada pemeriksaan sistemik, kepala : bentuk lonjong, kulit
kepala bersih, rambut beruban, tidak berketombe, bersih, dan
kuat. Mata : warna kulit wajah coklat (sawo matang). Mata :
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, fungsi
penglihatan baik, mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung :
simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat polip, dan
bernapas melalui hidung. Telinga : simetris, tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran serta tidak
menggunakan alat bantu pendengaran. Mulut : bersih,
simetris. Gigi : sejajar, gigi kuning dan tidak berlubang. Pada
leher tidak ada pembesaran thyroid.
Pada pemeriksaan dada yang pertama paru-paru, saat
dilakukan inspeksi bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan, saat dilakukan palpasi
vocal fremitus kanan dan kiri sama, saat dilakukan perkusi
bunyinya sonor dan saat dilakukan auskultasi vesikuler di
semua lapang paru. Pada pemerksaan jantung di lakukan
inspeksi Ictus cordis tidak Nampak, kemudian dilakukan
palpasi teraba denyut jantung kuat, pada inter costa ke-4 dan
5, dan perkusi bunyinya pekak, dan pada saat di auskultasi
bunyi jantung I, II regular tidak terdengar bising, serta tidak
ada suara tambahan. Pada pemeriksaan payudara saat di
inspeksi bentuk payudara sudah jatuh ke bawah kanan dan
kiri, tidak ada kemerahan, aerola berwarna coklat, tidak ada
luka dan benjolan pada payudara kiri dan kanan.
68
Pada pemeriksaan abdomen saat dilakukan inspeksi perut
datar, simetris tidak ada jejas atau luka, saat di auskultasi
bising usus 9 x/menit, pada perkusi bunyinya tympani dan
saat di palpasi tidak ada nyeri tekan di semua abdomen. Pada
genetalia bersih klien berjenis kelamin perempuan. Pada
ektremitas tangan kiri dan kanan tidak ada gangguan.
Kekuatan otot nya tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kanan 5
dan kaki kiri 3.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Nutrisi
Pada saat klien sebelum sakit, klien makan dengan
makanan pokok nasi, beserta lauk pauk seperti ikan asin, daging
hewani dan lain-lain. Frequensi makan klien sebanyak 3 kali per
hari, dalam porsi makan habis. Klien mengatakan, klien minum
dengan air putih, sebanyak 8 gelas per hari.
Pada saat klien sakit, klien makan dengan bubur, sayuran,
daging hewani dan lain-lain. Frequensi makan klien sebanyak 3
kali per hari, dalam porsi makan sampai 1 porsi makan yang
habis,Klien mengatakan, klien minum dengan air putih,
sebanyak 8 gelas per hari.
2) Eliminasi
a) BAB
Pada saat klien sebelum sakit maupun sesudah sakit,
klien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan warna kuning dan
terkadang berkonsistensi keras.
b) BAK
Pada saat klien sebelum sakit maupun, klien
mengatakan frekuensi miksi 5 kali per hari, dengan warna
urine kuning jernih.
3) Istirahat tidur
69
Pada saat sebelum sakit, klien mengatakan tidur malamnya
dari jam 21.00 s/d jam 05.00 8 jam, dengan pengantar tidur
berdoa, sedangkan pada siang hari klien tidur dari jam 13.00 s/d
jam 15.00 2 jam.
4) Personal hygine
Pada saat sebelum sakit klien mandi 3 kali per hari, gosok
gigi mengunakan pasta gigi dengan frekuensi 2 kali per hari,
keramas 3 kali per minggu menggunakan syampo, dan
menggunting kuku 1 minggu sekali, dengan cara mandiri.
5) Aktivitas
2. Analisa Data
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan atau proses inflamasi,destruksi sendi.
Pada saat pengkajian didapatkan data subjektif, Klien
mengatakan nyeri pada bagian kaki kiri tubuhnya dan sulit bergerak,
data objektif yang di dapat : kekuatan otot sebelah kiri 5, klien
terlihat meringis kesakitan skala nyeri 6.Pasca nyeri akan
mengakibatkan polyartritis menyebabkan peradangan pada membran
senovial dan diakibatkan oleh persendian.
b. Masalah hipermi berhubungan dengan proses penyakit peradangan
pada sendi.
Pada saat pengkajian didapatkan data subjektif, Klien
mengatakan seluruh badan nya panas data objektif yang di dapatkan :
suhu tubuh klien 38 C. Hipetermia menyebabkan peningkatan sel
70
retikilundetian menyebabkan jaringan perut dan senosis kutub mitral.
c. Intoleransi aktivitas berhungan dengan kelemahan otot.
Pada saat pengkajian didapatkan data subjektif, klien
mengatakan lemas pada bagian kaki sebelah kiri data objektif, klien
terlihat lemas dan susah beraktivitas.
3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
Diagnosa keperawatan pada Ny. I di Kp. Rawa Panjang Rt 03 Rw 06
Desa Sukaluyu Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur dengan
gangguan rematik diantaranya adalah pada masalah aktual didapatkan
diagnose keperawatan, yang pertama nyeri akut berhubungan dengan
distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi,destruksi sendi,
masalah yang kedua adalah hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit,peradangan pada sendi, masalah yang ketiga adalah intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
71
dan efektifitas program. Berikan matras atau kasur lembut, bantal
kecil, tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan. Rasional matras yang
lembut akan menjaga pemeliharaan kesejahteraan tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang sakit, peningkatan tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi. Biarkan klien
mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Rasional pada penyakit yang berat tirah baring mungkin di perlukan
untuk membatasi nyeri cedera. Anjukan lien untuk mandi air hangat.
Rasional meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas menghilangkan
rasa sakit dan kekakuan pada pagi hari. Berikan massage yang
lembut. Rasional meningkatkan relaksasi atau mengurangi tagangan
otot.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
Tujuan jangka pendek ada penurunan suhu tubuh.
Tujuan jangka panjang yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali
normal.
Intervensi Obeservasi TTV. Rasional adanya demam dan
inpeksi dapat mempengaruhi curah jantung, peningkatan suhu dan
meningkatkan laju kebutuhan oksigen. Berikan cairan adekuat
dengan mengajurkan minum yang cukup. Rasional untuk mengganti
cairan yang hilang melalui proses hipertermi. Kompres hangat pada
lipatan bahu atau aksila. Rasional menuunkan panas melalui evaporsi
dan konduksi. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional mencegah penguapan yang berlebihan kerena peningkatan
suhu tubuh.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Tujuan jangka pendek klien dapat beraktivitas.
Tujuan jangka panjang yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5x24 jam diharapkan aktivitas klien kembali
72
normal.
Intervensi Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Rasional
adanya perubahan aktivitas pada klien. Jelaskan pentingnya
istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat. Rasional agar tirah baring diertahankan
selama menurunkan kebutuhan metabolik. Anjukan klien istirahat
bila terjadi kelemahan dan anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas semampunya. Rasional meningkatkan aktivitas secara
bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot. Berikan
linkungan tenang, dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalihan yang cepat. Rasional menurunkan stres dan rangsangan
berlebihan meningkatkan istirahat.
5. Implementasi pada Ny.I
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 17-juni-2016, jam 14.00
WIB.Mengkaji keluhan nyeri,skala nyeri serta catat lokasi dan
intensitas,hasil : klien mengatakan nyeri masih terasa di tukut sebelah
kiri. Memberikan matras/ kasur lembut, bantal kecil dan tinggikan
tempat tidur,hasil : klien mengerti apa yang sudah di perintahkan.
Membiarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau
duduk di kursi, hasil : klien mengatakan ketika ketika berada di
posisi nyaman nyeri mulai berkurang. Membiarkan klien untuk
mandi air hangat, hasil : klien mengatakan setiap mandi suka
memakai air hangat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 18-juni-2016, jam 16.00
WIB.Mengobservasi TTV,hasil : klien mengatakan badan nya merasa
panas.Memberikan cairan adekuat dengan mengajurkan minum yang
cukup,hasil : klien mengatakan sering minum secukupnya sesuia
73
yang di perintahkan.Mengompres pasien pada lipatan paha atau
aksila,hasil : suhu tubuh klien mulai menurun.Memakaikan baju yang
tipis dan menyerap keringat,hasil : klien sudah memakai pakaian
yang tipis agar bisa menyerap keringat.
c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Implementasi dilakukan pada tanggal 19-juni-2016, jam 17.00
WIB.Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas,hasil : klien
mengatakan tidak melakukan aktivitas sama sekali. Menjelaskan
pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat,hasil : tidak ada aktivitas yang
dikerjakan oleh klien supaya klien tidak terlalu kecapean.
Mengajurkan klien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, dan
anjurkan klien untuk melakukan aktivitas semampunya, hasil : klien
mulai melakukan aktivitas secara bertahap. Memberikan lingkungan
tenang, dorong penggunaan manajemen stress dan pengalihan yang
tepat.
74
Masih belum ada perubahan pada hari ketiga, akan tetapi klien dan
keluarga mulai bisa memahami tindakan massage dan klien
mengatakan mulai terbiasa dengan tindakan masage oleh
keluarganya.
Evaluasi pada senin tanggal 20-juni-2016 Setelah dilakukan
tindakan massage di dapatkan hasil skala nyeri berada di angka 4. Di
hari yang keempat ini mulai ada penurunan skala nyeri pada Ny.I dan
klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang.
Evaluasi pada selasa tanggal 21-juni-2016 Setelah dilakukan
tindakan massage di dapatkan hasil skala nyeri berada di angka 2. Di
hari kelima ini mulai ada penurunan skala nyeri pada kaki kiri, klien
terlihat dapat mengangkat kaki nya.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
Evaluasi pada jumat tanggal 17-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan kompres pada klien suhu tubuh klien
masih 38 C . Di hari pertama belum ada perubahan penurunan sehu
tubuh.
Evaluasi pada sabtu tanggal 18-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan kompres pada klien, suhu tubuh klien
masih 37,5 C . Di hari kedua ada perubahan penurunan sehu tubuh.
Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan kompres pada klien suhu tubuh klien
masih 37,5 C . Di hari ketiga suhu tubuh klien masih sama pada hari
kedua.
Evaluasi pada senin tanggal 20-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan tindakan kompres pada klien suhu tubuh
klien 36,5 C . Di hari keempat ada perubahan penurunan sehu tubuh.
c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
Evaluasi pada jumat tanggal 17-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien bisa beraktivitas tetapi masih
75
dibatasi .
Evaluasi pada sabtu tanggal 18-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien sudah bisa beraktivitas bertahap.
Evaluasi pada minggu tanggal 19-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan sudah melakukan aktivitas secara
bertahap.
Evaluasi pada senin tanggal 20-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien sudah bisa melakukan aktivitas
secara bertahap.
Evaluasi tanggal pada selasa 21-juni-2016 jam 16.30 WIB
Setelah dilakukan tindakan klien sudah bisa melakukan aktivitas
seperti biasa.
Berdasarkan diperoleh dari jurnal Thomas Kristanto pada jurnal
Terapi Back Massage bahwa nilai rata-rata tingkat nyeri responden
sebelumnya diberi terapi back massage sebesar 4.000 dan setelah
diberi back massage sebesar 2,69. Hasil uji dengan Wilcoxon Signed
Ranks Test dioeroleh nilai Z score = -3,017 dengan p-vlue = 0,003.
Berdasarkan hasil tersebut, keputusan yang diambil adalah Ho
ditolak, artinya ada pengaruh antara terapi back massage terhadap
penurunan intensitas nyeri.
C. Pembahasan
Pada penelitian kali ini yang dilakukan di rumah Ny.I dengan
responden Ny.I . Responden diberikan pengarahan dan edukasi tentang
pentingnya penelitian ini sebelum dilakukan implementasi back massage dan
dimintai persetujuan untuk menandatangani informed consent. Setelah
menandatangani informed consent responden ditanya letak dan angka skala
nyeri. Prosedur penelitian yang dilakukan pada awal penelitian adalah
melakukan proses perizinan pada institusi tempat penelitian yaitu puskesmas
yang ada di sukaluyu, peneliti membuat surat persetujuan yang harus
76
ditandatangani subyekpenelitian (Ny,I/keluarga), yang isinya bahwa subyek
bersedia menjadi respondenpenelitian ini sampai dengan selesai.
77
Implementasi back massage penelitian hari kedua. Pada hari kedua
skala nyeri sebelum dilakukan implementasi back massage adalah 6 dan
setelah dilakukan implementasi back massage responden masih diangka 6,
sehingga masih belum ada perubahan di hari kedua.
78
berespon dengan baik terhadap tindakan back massage. Hal ini sesuai
dengan teori gate control menurut Prasetyo (2010) yaitu apabila impuls
yang dibawa serabut nyeri berdiameter kecil melebihi impuls yang dibawa
oleh serabut taktil A-Beta maka gerbang akan terbuka sehingga perjalanan
impuls nyeri tidak terhalangi sehingga impuls akan sampai ke otak.
Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa oleh serabut taktil lebih
mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri akan
terhalangi. Alasan inilah mengapa dengan melakukan back massage dapat
mengurangi intensitas nyeri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan keperawatan pada Ny.I dengan Terapi Back
Massage pada klien rematik di Kp. Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukalyu
Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur selama 5 hari 17-21 juni 2016,
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian asuhan keperawatan yang diterapkan sebagai dengan konsep
dasar manusia secara komprehensif.
2. Diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian pada Ny.I adalah 3
diagnosa sesuai dengan prioritas masalah, yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit,peradangan pada
sendi.
79
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Perencanaan disusun berdasarkan hasil pengkajian masalah pada klien dan
implementasi asuhan keperawatan pada klien bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien berdasarkan perencanaan.
4. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan dari respon klien dan mengacu pada
tujuan atau kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan.
5. Penulis telah mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.I dengan
rematik.
6. Interpretasi hasil back massage menunjukan bahwa melakukan back
massage dapat menurunkan intensitas nyeri pada klien rematik.
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan gerontik pada klien
dengan observasi rematik, penulis ingin memberi masukan yang positif dalam
pengelolaan pasien meliputi :
1. Bagi pasien
Diharapkan klien bisa menerapkan back massage untuk membantu klien
dalam melaksanakan aplikasi tindakan massage.
80
b) Perlu adanya peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia
khususnya dosen pelatihan dan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
4. Bagi puskesmas
Dalam proses penyembuhan diharapkan pegawai puskesmas bisa
menambah penerapan back massage untuk menurunkan skala nyeri dengan
rematik.
81
DAFTAR PUSTAKA
Afroh, F & Mohamad Judha, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta:
Nuha Medika
Andarmoyo S. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : EGC
Chang, William. 2014. Metodologi Penulis Ilmiah Teknik Penulisan Esai, Skripsi,
Tesis & Desertasi untuk Mahasiswa. Jakarta: Erlangga
Debora O. 2013. Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik . Salemba Medika :
Jakarta
Fatmah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Kartiko Cahyono. 2009. Terapi back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Lansia. http://www.docs-engine.com/pdf/terapi-back-massage-terhadap-
intensitas-nyeri-pada-lansia.html. (diakses pada tanggal 17 mei 2016 jam
09.10 WIB)
Krik & Miller. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
PT Bineka Cipta
Kristanto, Thomas & Arina Maliya. 2008. Pengaruh Terapi Back Massage
Terhadap Intensitas Nyeri Rematik Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas
Pembantu Karang Asem. http://dokumen.tips/ducuments/massage-
punggung.rematik.html. (diakses pada tanggal 15 mei 2016 jam 13.00
WIB )
Lincoln. 2008. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data. Jakarta : EGC
Nursalam. 2014. Proses Dan Dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC
A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
B. RIWAYAT KESEHATAN
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Gejala yang dirasakan : Nyeri
3. Faktor pencetus :
Timbulnya keluhan : ( - ) Mendadak ( ) Bertahap
Lamanya : 5 menit
Upaya mengatasi
- Pergi ke RS/klinik pengobatan : Iya
- Pergi kebidan atau perawat : Iya
- Mengonsumsi obat-obatan sendiri : Tidak
- Mengonsumsi obat-obatan tradisional : Tidak
- Lain-lain :
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit yang pernah diderita : Sakit kepala
2. Riwayat imunisasi : Lupa lagi
3. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan, dll): Tidak
4. Riwayat kecelakaan : Tidak
5. Riwayat dirawat di Rumah Sakit : Tidak
6. Riwayat pemakaian obat : Tidak
Persepsi klien tentang penyakitnya
1. Hal yang sangat dipikirkan pada saat ini : Ingin cepat
lekas sembuh
2. Harapan setelah menjalani pembinaan :-
3. Perubahan yang dirasakan setelah masuk panti :-
System nilai kepercayaan
1. Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) :
2. Kegiatan agama/ kepercayaan yang ingin dilakukan (macam dan
frekuensi) :
3. Percaya adanya kematian : percaya dengan jika hidup pasti akan mati :
1 Nutrisi
Tidak ada
Tidak ada
2 Eliminasi
a. Berkemih
- Frekuensi
4-5x perhari
- Warna
- Keluhan yang berhubungan Kuning
dengan BAK
Tidak ada
b. Defekasi
- Frekuensi
- Waktu
- Warna
- Bau 1x perhari
- Konsistensi Pagi
- Keluhan yang berhubungan
dengan defekasi Kuning pekat
Tidak ada
Tidak
3 Personal hygiene
a. Mandi
- Frekuensi
2x perhari
- Pemakaian sabun
b. Hygiene oral Iya
-Frekuensi
-Memakai sikat dan pasta gigi (jika
masih ada gigi) 2x perhari
c. Cuci rambut Iya
- Frekuensi
- Penggunaan shampoo
d. Gunting kuku
- Frekuensi
1x dalam 4 hari
-Kebiasaan mencuci tangan pakai
sabun Iya
1x perminggu
Iya
a. Olahraga
- Jenis
Tidak
- Frekuensi
b. Kegiatan waktu luang Tidak
c. Keluhan dalam beraktifitas
Nonton tv
a. Merokok
- Frekuensi
- Jumlah
- Lama pakai Tidak
b. Minuman keras
Tidak
c. Ketergantungan obat
- Frekuensi Tidak
- Jumlah
Tidak
- Lama pakai
Tidak
Tidak
Tidak
Masak 13 : 30 WIB
Makan 12 : 00 WIB
Menonton tv 16 : 10 WIB
D. STATUS KESEHATAN
1. Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi,
Dan palpasi )
a. Keadaan umum ( TTV ) : Lemah
TD : 130/90 mmHg
RR : 21x/menit
Suhu : 38 C
Kesadaran umum : compos mentis
Klien tampak sehat/sakit/sakit berat :
b. BB/TB : 43 / 148
c. Kepala
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak lesi, tidak ada nyeri tekan
Warna rambut : Beruban
Kebersihan rambut/kulit kepala : Kulit kepala bersih
d. MATA
Fungsi pengihatan : Baik
Konjuntiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
Pupil : Isohor
e. TELINGA
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : Baik
Daun telinga : Simetris
Secret : Tidak ada
f. MULUT,GIGI,DAN BIBIR
Membrane mukosa : Lembab
Kebersihan mulut : Baik
Keadaan gigi : Sejajar
Tanda radang (bibir, gusi, lidah) :
Kesulitan menelan : Tidak ada
g. DADA
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Focal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Vesikuler disemua lapang paru
h. ABDOMEN
Insfeksi : Perut datar, simetris dan tidak ada
luka
Auskultasi : Bising usus 9x/menit
Perkusi : Bunyi tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di semua
abdomen
i. KULIT
Warna kulit (sianosi,ikterus, pucat, eritema, dll):
Turgor kulit : < dari 2 detik
Ada atau tidaknya edema : Tidak ada
j. EKTERMITAS ATAS : Tangan kanan 5 dan tangan kiri 5.
k. EKTERMITAS BAWAH : Kaki kanan 5 dan kaki kiri 3.
A Fungsi penglihatan
Penglihatan kabur
Mata berair
Nyeri pada mata
B Fungsi pendengaran
Pendengaran berkurang
Telinga berdenging
C Fungsi paru
( pernapasan )
Jantung berdebar-debar
Cepat lelah
Nyeri dada
E Fungsi pencernaan
Mual/muntah
F Nyeri ulu hati
Lumpuh/kelemahan pada
kaki atau tangan
Kehilangan rasa
Gemetar/tremor
Nyeri/pegal pada daerah
tengkuk
I Fungsi saluran
perkemihan
Jumlah 8 8 5
Analisis hasil
Skor : < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis s.d masalah kesehatan kronis
ringan
Skor : 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor : > 51 : masalah kesehatan kronis berat
29 : Masalah kesehatan kronis sedang
G. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitifdilakukan dalam rangka mengkaji kemampuaan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respons klien :
N Item pertanyaan Benar Salah
o
Jawab : 14 : 20
Jawab : 2016
Jawab : 65 tahun
Jawab : sendiri
jawab : 17 agustus
jawab : Sby
Jawab : 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5
4321
JUMLAH BENAR 8 2
I. STATUS FUNGSIONAL
Modifikasi indeks kemandiriaan katz
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klienn dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan pada
kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan , artinya jika klien menolak
untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan fungdi
meskipun ia sebenarnya mampu.
( nilai 1 ) (0)
Analisa hasil :
Point : 13-17 : Mandiri
Point : 0-12 : Ketergantungan
12 : Ketergantungan
J. STATUS PSIKOLOGIS ( SKALA DEPRESI GERIATIK YESAVAGE, 1983 )
Analisa hasil :Tergantung nilai 1
Normal nilai 0
No Apakah bapak/ ibu dalam satu mingguterakhir. 1 0
menggairahkan?
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari pada
anda?
Nilai : 0 - 5 : Normal
Nilai : 6 - 15 : Depresi Ringan Sampai Sedang
Nilai :16 - 30 : Depresi Berat
12
: Depresi ringan sampai sedang
terbuka
Membungkuk
Kriteria sama dengan
kriteria untuk mata
terbuka
1
Menggerakan kaki,
memegang obyek
untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi 0
sisinya, keluhan
vertigo, pusing atau
keadaan tidak stabil
Tidak mampu untuk
menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi 0
max, sementara
berdiri pada ujung
ujung jari kaki tidak
stabil, memegang
sesuatu untuk
dukungan
Tidak mampu
membungkuk untuk 1
mengambil obyek
obyek kecil untuk
bias berdiri,
memerlukan usaha
usaha multiple untuk
bangun
L. Analisa Data
Nama : Ny.I
Alamat : Kp.Rawa Panjang Rt 03 Rw 06 Desa Sukaluyu Kecamatan
sukaluyu Kabupaten Cianjur
Dx Medis : Rematik
No Data Etiologi Masalah
1 DO : Klien menderita penyakit Nyeri akut
rematik yang menyebabkan
- Klien terlihat
klien kesakitan pada daerah
meringis
persendian
kesakitan
- Skala nyeri 6
DS :
- Klien
mengatakan nyeri
pada bagian kaki
sebelah kiri
- Klien
mengatakan sulit
bergerak
2 DO : Hipertermi terjadi karena Hipertermi
proses peradangan sendi
- Badan klien
panas
- Suhu tubuh 38 C
DS :
- Klien
mengatakan
badan nya panas
3 DO : Intoleransi aktivitas terjadi Intoleransi aktivitas
karena deformitas skaletal,
- Kekuatan tot
nyeri, penurunan kekuatan
sebelah kiri 5
otot
- Klien terlihat
lemas
DS :
- Klien mengatatak
lemas pada kaki
sebelah kiri
- Klien
mengatakan sulit
beraktivitas
- Biarkan
mengambil
yang n
waktu tidu
duduk di ku
- Anjurkan
untuk man
hangat
- Berikan m
yang lembu
2 Hipertermi Tupen : - Observasi T
berhubungan dengan
Ada penurunan suhu
proses penyakit,
tubuh
peradangan sendi
Tupan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
- Berikan ca
selama 5x24 jam
adekuat de
diharapkan suhu tubuh
mengajurka
kembali normal
minum yan
cukup
- Kompres h
pada lipata
atau aksila
- Pakaikan b
yang tipis d
menyerap
keringat
3 Intoleransi aktivitas Tupen : - Evaluasi re
berhubungan dengan klien terhad
Klien dapat beraktivitas
kelemahan otot aktivitas
Tupan :
P : - Intervensi di lanjutkan
P : intervensi dihentikan
P : Intervensi dilanjutkan
TRANSKRIP WAWANCARA
No Pertanyaan Klien Keluarga klien
1 Apakah ibu sering iya ibu sering iya ibu saya sering
pengalami merasakan mengeluh
kesemutan,pegel- kesemutan dan nyeri kesemutan dan
pegel dan nyeri secara tiba-tiba dan nyeri pada daerah
pada daerah lutut? setelah berjalan lutut sebelah kiri.
kesemutan sering
2
Apa yang ibu dirasakan. iya bener ibu saya
Ibu hanya istirahat
lakukan jika nyeri Cuma istirahat
saja jika nyeri
dirasakan? saja.
dirasakan.
5
Setelah dilakukan Biasanya ibu saya
Apakah setelah
massage ibu merasa setelah di massage
melakukan
nyeri sedikit terlihat rileks dan
massage selama 5
berkurang. membaik.
hari dan dilakukan
beberapa kali sudah
merasakan enakan
pada lutut ibu ?
Lampiran 1
INFORM CONSENT
NPM : 34403513055
Responden,
Ny. I
DOKUMENTASI
Hari pertama
Hari kedua dan tiga
Hari ke empat dan lima
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Agama : Islam