Laporan Tutorial Blok 25 Skenario B Tahun 2017
Laporan Tutorial Blok 25 Skenario B Tahun 2017
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Tutor: dr. Hj. Mezfi Unita, Sp.PA(K)
Azora Khairani Kartika (04011281419082)
Dena Nabilah Yasmin (04011281419128)
Elfandari Taradipa (04011181419006)
Elisabeth Stefanny (04011281419114)
Ira Yunita (04011281419084)
Muhammad Arma (04011181419056)
M. Afif Baskara Emirzon (04011281419112)
M. Rifki Al Ikhsan (04011181419010)
Siti Thania Luthfyah (04011281419088)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha
Esa karena atas berkat rahmat yang diberikan-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario B Blok Pediatri-Geriatri ini
dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................
I. SKENARIO ..............................................................................
......................5
II. KLARIFIKASI ISTILAH......................................................................
III. IDENTIFIKASI MASALAH.....................................................................
IV. ANALISIS MASALAH...........................................................................
V. LEARNING ISSUE.............................................................................
VI. KERANGKA KONSEP.........................................................................
VII. SINTESIS.........................................................................................
A KESIMPULAN................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................
..............................75
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke-25 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan
ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi kasus yang sebenarnya pada
waktu yang akan datang. Kasus yang dipelajari tentang berbagai
kelainan tumbuh kembang beserta penjelasan dan
tatalaksananya.
C. Data Tutorial
1. Tutor : dr. Hj. Mezfi Unita, Sp.PA(K)
2. Moderator : Dena Nabilah Yasmin
3. Sekretaris : Elfandari Taradipa dan M. Afif Emirzon
4. Waktu : 1. Senin, 27 Maret 2017
Pukul 10.00 12.30 WIB
2. Rabu, 29 Maret 2017
4
Pukul 10.00 12.30 WIB
BAB II
PEMBAHASAN
I. Skenario
5
Pemeriksaan fisik: tampak sangat kurus, kulit kusam dan pucat,
dan kesadaran apatis, cengeng, denyut nadi 140x/menit, isi dan
tegangan cukup, pernafasan 30x/menit, suhu 350C. Hasil
pengkuran antropometri: berat badan 3,8kg, panjang badan 57
cm, lingkar kepala 42 cm, wajah seperti orang tua dengan tulang
pipi menonjol, warna rambut seperti warna rambut jagung
jarang. Tipis dan mudah dicabut. Pada mata terdapat bercak
seperti busa sabun, konjunctiva pucat, tidak ada edema di
seluruh tubuh, ada iga gambang, perut cekung, lengan dan
tungkai atrofi, dan terdapat baggy pants.
13
d) Bagaimana klasifikasi diare pada bayi?
Lama menyusui
b) Bagaimana Asuhan
19
Nutrisi pada Sandi terhadap
kasus? 7,8,9
a. Assessment
Indikator Pertumbuhan Status gizi
Panjang badan/Usia Panjang badan/usia:
Di bawah -3
Interpretasi: Kerdil
Interpretasi: Gizi
buruk
Interpretasi: Sangat
kurus
20
Lingkar kepala terhadap usia Lingkar kepala:
Di garis SD -1
Interpretasi: Normal
0-3 Bulan
4-6 Bulan
28
Hasil pemeriksaan Nilai normal Interpretasi
Vital sign: Kesadaran kompos Abnormal,
kesadaran apatis, mentis, denyut takikardi,
cengeng, denyut nadi nadi 90-120 hipotermi
140x/menit, isi dan x/menit, isi dan
tegangan cukup, tegangan cukup,
pernapasan RR 30-40 x /menit,
30x/menit, suhu suhu 36,5-37,5oC
35,0oC.
Antropometri: berat Normal z score: (- BB/U : <(-3) gizi
badan 3,8 kg, 2) s/d 2 buruk (severely
panjang badan 57 underweight)
cm, lingkar kepala 42 PB/U: <(-3)
cm, sangat pendek
BB/PB: <(-3)
sangat kurus
LP/U: (-1) normal
Appearance: - Marasmus (kurang
Tampak sangat kurus, gizi tanpa edema)
kulit kusam dan
pucat, dan wajah
seperti orang tua
dengan tulang pipi
menonjol, warna
rambut seperti warna
rambut jagung-
jarang, tipis dan
mudah dicabut. Pada
mata terdapat bercak
seperti busa sabun,
konjunctiva pucat,
tidak ada edema di
seluruh tubuh, ada
iga gambang,
29 perut
Mekanisme
Rambut jagung
35
Iga Gambang, atrofi otot
Baggy pants
Wajah Seperti
36
Orang Tua dan Tulang Pipi Menonjol
6. Aspek Klinis
a) Diagnosis banding
38
Tatacara pemerksaan Anak Gizi Buruk
1) Anamnesis
Awal
- Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
- lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan
dari bahan muntah atau diare, serta tampilan dari bahan
muntah atau diare.
- saat terakhir kencing
Lanjutan
- kebiasaan makan sebelum sakit Makan/minum/menyusui
pada saat sakit
- jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam
beberapa hari terakhir
- kontak dengan penderita campak atau tuberculosis paru
- pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
- kejadian dan penyebab kematian dari kakak atau adik
-berat badan lahir
- tumbuh kembang. Misalnya: duduk, berdiri dan lain-lain
- riwayat imunisasi
- apakah ditimbang setiap bulan di posyandu
39
- apakah sudah mendapatkan imunisasi lengkap
2) Pemeriksaan Fisik
- apakah anak tampak sangat kurus/ edema/
pembengkakan kedua kaki
- tanda - tanda terjadinya syok (renjatan): tangan da kaki
dingin, nadi lemah, dan kesadaran menurun.
- suhu tubuh : hipotermia atau demam.
- kehausan
- frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan: gejala
pneumonia atau gejala gagal jantung
- berat badan dan tinggi badan atau panjang badan,
dibandingkan dengan tabel (Buku 1 tata laksana gizi buruk)
halaman 26-29
- pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada
bagian putih mata (konjunctiva)
- adanya perut kembung, suara usus dan adnaya suara
seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)
- pucat yang sangat berat terutama pada telapak tangan
(dibandingkan dengan telapak tangan ibu)
- gejala pada mata : kelainan pada kornea an konjunctiva
sebagai tanda kekurangan vitamin A
- telinga, mulut dan tenggorokan : tanda -tanda infeksi
- kulit : tada- tanda infeksi atau adanya purpura
- tampilan (konsistensi) tinja.
c) Diagnosis kerja
Gizi Buruk tipe marasmus, diare kronis, anemi, defisiensi
vitamin A
d) Definisi
Gizi buruk adalah kondisi ketika klinis anak tampak sangat
kurus dan/atau adanya edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh. Sedangkan secara antropometri berat
badan per panjang/tinggi badannya dibawah -3 SD (jika tidak
terdapat edema). Berdasarkan gejala klinisnya, anak gizi
buruk dibagi menjadi dua, yaitu gizi buruk dengan edema
dan gizi buruk tanpa edema.
e) Pemeriksaan penunjang
40
Gula darah
Preprat apus darah
Hb atau Ht
Urin rutin / kultur bateri
Feses rutin
Foto rontgen
Tes tuberkulin
f) Epidemiologi
Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia
masih tinggi. Hasil Susenas menunjukkan adanya penurunan
prevalensi balita gizi buruk yaitu dari 10,1% pada tahun
1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3% pada
tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan
kembali prevalensi gizi buruk dari 8,0% menjadi 8,3% pada
tahun 2003 dan kembali meningkat menjadi 8,8% pada
tahun 2005.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan seluruh
Indonesia terjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu pada
tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi
50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun
2007. Penurunan kasusgizi buruk ini belum dapat dipastikan
karena penurunan kasus yang terjadi kemungkinan juga
disebabkan oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan (under
reported).
h) Patofisiologi
Pada kasus ini, faktor risiko yang dialami Sandi antara lain
adalah: riwayat keluarga dengan sosioekonomi rendah dan
pengetahuan orang tua yang rendah sehingga pemberian
nutrisi kepada anak sejak dini kurang tepat dan tidak terjaga
higienitasnya. Pemberian asupan nutrisi yang tidak higienis
menimbulkan infeksi pada bayi sehingga terjadi gangguan
pada penyerapan nutrisi dan terjadinya diare. Selain itu
pemberian susu formula yang terlalu dini (pada usia 2 bulan)
juga memicu terjadinya diare dan gangguan absorbsi nutrisi
oleh saluran cerna bayi (intoleransi laktosa) sehingga bayi
43
terus mengalami diare berulang dan kekurangan nutrisi.
Kekurangan nutrisi inilah yang menyebabkan timbulnya
gejala klinis pada bayi seperti bayi tampak sangat kurus,
rambut merah pada bayi, timbulnya bercak pada mata, atrofi
otot, serta penurunan kesadaran dan penurunan suhu tubuh
bayi.
i) Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik:
Pada tahap akhir fase stabilisasi, bila setiap dosis F75 yang
diberikan dengan interval 4 jam dapat dihabiskan, maka F75
diganti dengan F100 (masuk ke fase transisi)
Catatan:
47
k) Edukasi dan pencegahan
Marasmus
Penuhi asupan nutrisi sesuai usia anak (MP-ASI mulai usia
6 bulan)
Makan makanan bergizi
Imunisasi yang lengkap
Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
Defisiensi vitamin A
Beri makanan yang cukup mengandung vitamin A
Kenali tanda defisiensi vitamin A, seperti hiperkeratosis
folikuler, tidak dapat membedakan warna, bercak bitot,
xeroftalmia, keratomalasia, anosmia, hipogeusia.
Bila ada tanda-tanda kekurangan vitamin A segera ke
dokter
Diare
Hindari faktor risiko terjadinya diare
Beri MP-ASI untuk bayi usia 6 bulan keatas
Gunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
Bersihkan dan buang feses bayi dengan benar
Beri imunisasi campak segera setelah 9 bulan, karena
anak yang sakit campak sering diare
Anemia
Beri asupan makanan yang banyak mengandung zat besi
(Fe) dan asam folat
Pemberian suplemen zat besi
ASI eksklusif selama 4-6 bulan setelah melahirkan
l) Komplikasi
2 Hipotermia
3 Stunting 48
5 Pneumonis
6 Demam tinggi
7 Penurunan kesadaran
8 Kematian
9 Diare
10 Gagal tumbuh
m) Prognosis
Qua ad vitam : bonam
Qua ad functionam: Dubia ad bonam
Qua ad sanationam: Dubia ad bonam
n) SKDI
V. Learning Issue
1) Gizi Buruk
49
Definisi
Pengertian Gizi buruk (severe malnutrition) menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia (2008) adalah suatu istilah tehnis yang
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran,
gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan
gizi menahun.
Menurut Depatemen Kesehatan (2008) gizi buruk adalah
keadaan kekurangan gizi menahun yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari. Kekurangan
gizi tingkat berat pada anak balita berdasarkan pada indeks berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB-PB) <-3 SD dan atau ditemukan
tanda-tanda klinis seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmus-
kwashiorkor Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.
50
Klasifikasi
Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk
karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan
kekurangan kedua-duanya. Perbedaan tipe tersebut didasarkan
pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang
berbeda-beda.
a) Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti
orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit
(kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan
kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering
diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering
rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus
adalah:
o Anak tampak sangat kurus karena hilangnya
sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal
tulang terbungkus kulit
o Wajah seperti orang tua
o Iga gambang dan perut cekung
o Otot paha mengendor (baggy pant)
o Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan
anak masih terasa lapar
51
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein
yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan
anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi
kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi
52
antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain
faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab
marasmus adalah sebagai berikut :
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat
masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian
secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus,
terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis,
bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung
bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum,
palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus
hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada
keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek
mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian
makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru
ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian
makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan
marasmus
i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi
untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi
diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan
kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
53
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu,
dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis
akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus
b) Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk
(suger baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi
disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh
lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tanda
khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema.
Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali
seperti semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya
protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika
hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial.
Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada
penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk
reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor,
selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika
ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan
mengembalikannya membutuhkan waktu yang lama karena
posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan
hidrostatik dan onkotik.
o Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
o Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung
dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang
lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
o Wajah membulat dan sembab
o Pandangan mata anak sayu
o Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah
dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan
yang licin dan pinggir yang tajam.
54
o Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas
dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
(crazy pavement dermatosis)
c) Marasmus-kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala
klinik kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak
cukup mengandung protein dan juga energi untuk
pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian
disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema,
kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan
biokimiawi juga terlihat.
Penyebab
Patofisiologi 56
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan
atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi,
psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan
lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein,
vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini
merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi
vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut.
Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap.
Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu
protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel
tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada
cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi
ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau
kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air
(dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin
myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat
dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan
neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena
kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan
HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang
ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya
penumpukan lemak di hepar.
Komplikasi
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita:
2) Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati/cegah infeksi
58
Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:
1 Hipoglikemia
2 Hipotermia
3 Dehidrasi
4 Elektrolit
5 Infeksi
6 MulaiPemberian
makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian
Makanan)
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
Tidak dibenarkan
Mata cekung
Nadi lemah
Berikan :
2 sampai 4
bulan
1 2,5 ml 2,5 ml
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12
bulan
2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
63
12 bln s/d 5
thn
1 3 7,5 ml 10 ml
(10 - < 19
Kg)
Catatan :
64
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg
bb/hari)
Keterangan :
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg
bb/hari
- Banyaknya muntah
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase
rehabilitasi :
1. frekwensi nafas
68
MAKANAN KELUARGA
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk
tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai
berikut :
(7 - < 10 Kg)
(DOSIS TUNGGAL)
200.000 IU 100.000 IU
- Kasih sayang
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
Langkah-langkah ANP
1. Assessment (penilaian)
Penilaian meliputi penentuan status gizi, masalah yang
berhubungan dengan proses pemberian makanan dan diagnosis
klinis pasien. Anamnesis meliputi asupan makan, pola makan,
toleransi makan, perkembangan oromotor, motorik halus dan
motorik kasar, perubahan berat badan, faktor sosial, budaya dan
agama serta kondisi klinis yang mempengaruhi asupan.
Penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/tinggi badan
dilakukan dengan cara yang benar dan menggunakan timbangan
yang telah ditera secara berkala. Pemeriksaan fisik terhadap
keadaan umum dan tanda spesifik khususnya defisiensi
mikronutrien harus dilakukan.
Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan
(BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB
atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan
adalah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan
grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun.
Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0-5 tahun karena
mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000.
Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan
mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan
optimal. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan
grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak
memiliki grafik BB/TB
72
dan data dari WHO 2007 merupakan
smoothing NCHS 1981.
Penentuan status gizi menggunakan cut off Z score WHO
2006 untuk usia 0-5 tahun dan persentase berat badan ideal
sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas 5 tahun.
Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO
2006, dan CDC 2000
73
Dalam keadaan tertentu dimana berat badan dan
panjang/tinggi badan tidak dapat dinilai secara akurat, misalnya
terdapat organomegali, edema anasarka, spondilitis atau
kelainan tulang, dan sindrom tertentu maka status gizi
ditentukan dengan menggunakan parameter lain misalnya
lingkar lengan atas, knee height, arm span dan lainnya.
2. Penentuan Kebutuhan
Kebutuhan kalori idealnya ditentukan secara individual
menggunakan kalorimetri indirek, namun hal tersebut mahal dan
tidak praktis. Kebutuhan nutrien tertentu secara khusus dihitung
pada kondisi klinis tertentu. Untuk kemudahan praktek klinis,
kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan:
a. Keadaan sakit kritis
Kebutuhan energi = REE x faktor aktivitas x faktor stres
b. Keadaan tidak sakit kritis
Gizi baik/kurang
Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan berat
badan ideal dikalikan RDA menurut usia tinggi
(height age). Usia-tinggi adalah usia bila tinggi
badan anak tersebut merupakan P50 pada grafik.
Kebutuhan nutrien tertentu secara khusus dihitung
74
pada kondisi klinis tertentu. Apabila anak
mengalami gizi buruk maka perlu ditatalaksana
berdasarkan Tatalaksana Gizi Buruk menurut WHO.
Sedangkan bila anak normal/gizi kurang, maka
dihitung berdasarkan perhitungan target BB-ideal:
BB-ideal x RDA menurut usia-tinggi
Pemberian kalori awal sebesar 50-75% dari target
untuk menghindari sindrom refeeding
Obesitas
Target pemberian kalori adalah:
BB-ideal x RDA menurut usia-tinggi
Pemberian kalori dikurangi secara bertahap sampai
tercapai target diikuti peningkatan aktivitas fisik
dan perubahan perilaku.
*Berat badan ideal adalah berat badan menurut tinggi
badan pada P50 kurva pertumbuhan
3. Penentuan cara pemberian
77
78
VI. Kerangka Konsep
anoreksia
Diare
Anemia
KEP Def. Fe (konjunctiva
pucat
Penuru
Simpanan Mobilisasi Penuruan Perkemban Pertumbu Defisiens nan vol.
kalori protein otot jar. Lemak gan han i vit. A Plasma
neurodevel tergangg &CO
opmental
Tubuh tidak Atrofi otot Kurus, wajah
terganggu BB/U,
menghasilka spt orang Penuruna
TB/U,
n panas tua, iga Anak n perfusi/
BB/TB
gambang, belum bisa aliran
hipotermi perut cekung, tengkurap darah ke
baggy pants organ
Rambut Penumpukan Kesadara
jangung, keratin n apatis
tipis dan &epitel di dan
mudah cengeng
Tebentuk
bercak
79 bitot
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati/cegah infeksi
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Sandi, Bayi laki-laki berusia 6 bulan dengan keluhan tidak mau
makan diduga mengalami Gizi Buruk tipe marasmus, diare
kronis, anemia, defisiensi vitamin A dengan imunisasi dasar
tidak lengkap dan kurangnya pengetahuan ibu terhadap
pemberian makan pada anak sebagai faktor predisposisi.
82
Daftar Pustaka
84