A. PENDAHULUAN
Sebelum mengoperasikan peralatan DME LDB 102, perhatikan setting switch
yang tertera pada table 1. dibawah ini. Setting switch harus dilaksanakan dengan
benar untuk mendapatkan pengoperasian DME LDB 102 yang benar.
2. SITE REMOTE
Pastikan bahwa remote indicator AC PWR NORM dan BATT CHG NORM
menyala.
a. PROSEDUR MENGHIDUPKAN PERALATAN
Pada control panel remote, pilih DME NO1 ON atau DME NO2 ON.
Operasi yang benar akan diindikasikan dengan indicator DME
NORMAL dan indicator (jika digunakan) DME NO1 ON atau DME
NO2 ON akan menyala. Pada Site DME, indikasinya akan sama dengan
prosedur yang dijelaskan pada C.1.d kecuali pada indicator REMOTE
yang harus menyala
b. PROSEDUR MEMATIKAN PERALATAN
Pada control panel remote, pilih DME OFF/RESET. Indikator DME
NORMAL dan indicator DME NO1 (jika digunakan) harus menyala.
c. INDIKASI TRANSFER
Jika main transponder tidak operasional dikarenakan adanya alarm, maka
status indicator DME NORMAL dan DME SHUTDOWN akan mati dan
jika standby transponder beroperasi maka indicator DME TRANSFER
akan menyala.
d. INDIKASI SHUTDOWN
Jika masing masing main dan standby transponder tidak operasional
dikarenakan adanya alarm, maka status indicator DME NORMAL dan
DME TRANSFER akan mati dan status indicator SHUTDOWN akan
menyala.
e. PROSEDUR RESET PERALATAN
Untuk me-reset peralatan, pilih DME OFF/RESET, kemudian pilih DME
NO1 ON atau DME NO2 ON.
E. PROSEDURE PEMELIHARAAN
Mode pemeliharaan secara normal digunakan selama servicing atau aligment rak
DME. Dalam pemasangan peralatan, mode pemeliharaan memungkinkan salah
satu transponder dioperasikan terpisah sebagai sebuah transponder tunggal
ketika transponder lain digunakan untuk pemeliharaan. Pengoperasian pada
mode ini, jika MONITOR ALARM dipilih NORMAL, hanya kesalahan primer
yang akan dikenali, dan langkah yang harus diambil adalah mematikan
peralatan. Tes yang lebih luas dapat dilakukan pada CTU dengan menggunakan
switch TI RATE 1 KHz dan 10 KHz.
5. RECYCLE OPERATION
Fasilitas recycling memungkinkan peralatan secara otomatis akan restart bila
terjadi kesalahan. Setelah shutdown karena adanya alarm, peralatan akan
melakukan tiga kali restart. Pada operasi normal peralatan akan kembali on.
Jika terjadi empat kali shutdown dalam waktu 5 menit maka peralatan akan
mati sampai direset secara manual.
a. Fasilitas RECYCLE dalam kondisi enable ketika indicator
RECYCLE menyala. Tekan tombol RECYCLE pada CTU untuk
membuat kondisi toggle antara enable dan disable.
b. Jumlah restart direkam pada counter RESTART. Counter RESTART
ditampilkan pada CTU test display ketika Misc Softkey ditekan dari
level puncak operational mode test menu.
6. CATATAN PENGOPERASIAN
Hal-hal berikut ini dimaksudkan untuk membantu operator ketika terjadi
indikasi abnormal pada CTU :
a. Jika indikator AC PWR NORM, BATT CHG1 atau BATT
CHG2 tidak menyala setelah circuit breaker panel distribusi power
tertutup, maka operasi power suplay AC harus diperiksa untuk
mengetahui kondisi AC mains dan tegangan output DC.
b. Jika indicator BATT LOW menyala setelah circuit breaker
panel distribusi power ditutup, kemudian rack supply DC terlalu rendah
untuk operasi normal dan transponder tidak di-switch pada posisi on,
maka yang harus diperiksa adalah output DC dari Power Suply AC dan
tegangan batteray.
c. Jika fault indikator CTU pada ALARM REGISTER
menyala setelah circuit breaker panel distribusi power ditutup, dan
controller circuits tidak beroperasi dengan baik, maka reset system
dengan men-switch circuit breakers CCTU & TRANSPONDER ke
posisi off kemudian ke posisi on lagi. Jika fault indicator CTU masih
tetap menyala atau berkedip, maka module CTU harus diganti.
d. Jika indicator ALARM REGISTER, PRIMARY atau
SECONDARY menyala setelah saklar pada posisi on, kemudian salah
satu parameter operasi transponder diluar dari toleransi ; jika parameter
ini adalah primary fault, transponder harus shut down setelah periode
ALARM DELAY. Indikator pada ALARM REGISTER dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengetahui penyebab kondisi fault setelah
transponder sudah shutdown.
MAJOR ASSEMBLY/
CONTROL/INDICATION FUNCTION DETAILS
SUBASSEMBLY
TYPE
NAME TYPE LEGEND FUNCTION/SETTING/INDICATION
No.
1A72540 1kW PA LED POWER ON Mengindikasikan bahwa DC power
Power Hijau disupply ke modul
LED TEST Mengindikasikan bahwa saklar
Supply
Merah AMPLIFIER POWER tidak pada posisi
NORMAL
LED HT ON Mengindikasikan bahwa terdapat supply
Hijau HT dalam limit.
Toggle AMPLIFIER ON Tegangan output HT
switch, POWER disupply pada RF power
centre off amplifier 1kW dengan
mengabaikan keadaan sinyal
power control. Ini
dibutuhkan hanya selama
testing dan pemeliharaan.
OFF Tidak ada output power dari
PA power supply 1kW.
NORMAL Terdapat output HT dari
modul ketika sinyal power
control dari CTU sedang
aktif (high); jika ini tidak
aktif (low) output HT diatur
ke 0 Volt.
Test jack POWER AMP Sinyal output dibuffer dari tingkat
MODULATOR modulasi pada RF power amplifier 1kW.
OUT
Test jack POWER AMP Sinyal output dibuffer dari tingkat output
OUTPUT OUT pada RF power amplifier 1kW.
Test jack POWER AMP Sinyal output dibuffer dari tingkat driver
DRIVER OUT pada RF power amplifier 1kW.
Test jack + 15 V Dibangkitkan secara internal +15V supply
(15 Volt).
Test jack SUPPLY ARUS Jack ini dihubungkan ke salah satu resistor
- seri dengan +24 IN supply. Jack + dibuffer
Test jack SUPPLY ARUS
ke sisi tegangan yang lebih tinggi dari
+
resistor, dan jack ke sisi tegangan yang
lebih rendah (1 mV/ampere).
Test jack EARTH Sebuah ground reference untuk +24V IN,
HT OUT dan +15V OUT supply, yang di
hubungkan ke +24V IN return.
Test jack +24V IN Buffered +24V IN power supply input.
Test jack HT OUT Buffered HT output
Test jack SHAPED Buffered pulsa sinyal modulasi
PULSE
MODULATION
2A72547 RF Panel Toggle TPNDR2 Output dari transponder 2 dipasang secara
PWB switch, langsung ke antenna
TPNDR1 Output dari transponder 1 dipasang secara
Assembly centre off
langsung ke antenna.
(Dual)
NORMAL CTU Control yang output transpondernya
dipasang ke antenna.