Anda di halaman 1dari 10

BAB VI

KALOR DAN HUKUM TERMODINAMIKA

1. Kapasitas Kalor

Kapasitas kalor spesifik (c) dari suatu zat adalah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satuan massa (atau berat) zat tersebut sebanyak satu derajat. Bila kalor
sebanyak Q diperlukan untuk menaikkan suhu zat dengan massa m sebanyak T, maka
kapasitas kalor spesifik dirumuskan :
Q
c =
m T

Setiap zat memiliki nilai kapasitas kalor spesifik tersendiri yang berubah dengan
perubahan suhu, kebanyakan zat memiliki nilai c yang lebih kesil daripada c air.
Jika kalor diberikan pada suatu benda, maka temperaturnya akan naik. Seberapa
besar temperaturnya akan naik ? Hal ini tergantung. Besar kalor Q yang dibutuhkan
untuk merubah temperatur dari suatu zat tertentu sebanding dengan massa m zat tersebut
dan dengan perubahan temperatur T, dirumuskan :

Q = m c T

di mana c adalah kapasitas kalor atau kalor jenis, dengan satuan kkal/kgC atau J/kgC.
Untuk air pada 15C dan tekanan konstan 1 atm nilai c = 1 kkal/kgC atau 4186 J/kgC,
karena dari definisi kalori dan Joule, yaitu untuk menaikkan temperatur 1 kg air sebesar
1C diperlukan 1 kkal kalor. Berikut ini nilai kalor jenis untuk beberapa zat pada tekanan
konstan 1 atm :

Contoh soal :

Berapa kalor yang dibutuhkan logam aluminium dengan massa 6 kg untuk menaikan
suhu aluminium dari 30C sampai 50C ?

29
Penyelesaian :

Q = m c T = (6 kg) (0,22 kkal/kgC) (50C 30C) = 26.4 kkal

Jadi untuk menaikan suhu aluminium dari 30C sampai 50C, membutuhkan kalor
sebanyak 26.4 kkal.

Soal :

1. Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur kaleng susu 200 gram
yang terbuat dari aluminium dari 10C sampai 70C ? Bagaimana jika kaleng susu
tersebut berisi 50 gram susu cair ? Anggaplah kalor jenis susu cair sama seperti air.
2. Berapa kalor jenis zat logam jika 135 kJ kalor dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur 5,1 kg logam tersebut dari 20C sampai 30C ?

2. Kalor Laten

Ketika suatu benda (meteri) berubah fase dari padat ke cair, atau dari cair ke uap
(gas), maka sejumlah energi terlibat pada proses perubahan fase tersebut. Kalor yang
diperlukan untuk merubah 1 kg zat dari padat menjadi cair disebut kalor lebur,
dinyatakan dengan LF. Kalor lebur air adalah 79,7 kkal/kg (= 79,7 kal/gr). Sedangkan
kalor yang diperlukan untuk merubah suatu zat dari fase cair menjadi uap disebut kalor
penguapan, dinyatakan LV, dan untuk air adalah 539 kkal/kg (= 539 kal/gr). Nilai-nilai
untuk kalor lebur dan kalor penguapan disebut sebagai kalor laten.
Kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung pada kalor
laten, tetapi bergantung pula pada massa total zat tersebut, sehingga dirumuskan :

Q = mL

di mana L adalah kalor laten proses dari zat tersebut, m adalah massa zat, dan Q adalah
kalor yang diperlukan selama perubahan fase.
Kalor laten seringkali diukur dengan
menggunakan kalorimeter, yaitu suatu alat
yang digunakan untuk pengukuran
kuantitatif dari pertukaran kalor, di mana
sistem alat tersebut terisolasi seluruhnya,
sehingga tidak ada energi yang mengalir ke
dalam atau ke luar. Dengan demikian
berlaku hukum kekekalan energi yang
disebut Azas Black, yaitu kalor yang hilang
sama dengan kalor yang didapat. Sebagai
contoh pada percobaan Panas Lebur Es.

30
Berdasarkan Azas Black :

Kalor yang diberikan = Kalor yang diterima

Q kalorimeter + Q air = Q es melebur + Q es cair

mk ck T + ma ca T = me L + me ca (T2 0)

(H + ma ca) (T1 T2) = (L + ca T2) me


di mana :

H adalah nilai air kalorimeter (kal/C), yaitu besarnya kalor yang dilepaskan untuk
menurunkan suhu kalorimeter setiap penurunan 1C.
Pada percobaan dengan air panas, H adalah besarnya kalor yang diserap untuk
menaikkan suhu kalorimeter setiap kenaikan 1C.

Contoh soal :

Pada pabrik pengolahan kayu, selembar papan dipanaskan (dioven) dan mengeluarkan
kalor sebanyak 180 kkal dalam waktu 30 menit dengan adanya menguapkan air pada
permukaan papan. Berapa liter banyaknya air yang hilang ?

Penyelesaian :

Q
Q = mL m =
L
180 kkal
m = = 0,334 kg = 334 gr
539 kkal/kg

dengan anggapan massa jenis air adalah 1 gr/cm 3, maka banyaknya air yang hilang
adalah 334 cm3 atau 0,334 dm3 (= 0,334 liter).

Soal :

3. Jika air teh sebanyak 200 mL pada 95C dituangkan ke dalam cangkir gelas 150 gram
pada 25C, berapa temperatur akhir T dari campuran ketika dicapai kesetimbangan,
dengan anggapan tidak ada kalor yang mengalir ke sekitarnya ?
4. Sepotong es batu diambil dari lemari es pada 8,5C dan diletakkan pada kalorimeter
aluminium 100 gram yang diisi dengan 300 gram air pada temperatur ruangan sebesar
20C. Situasi akhir terlihat seluruhnya berupa air pada 17C. Berapa massa es batu ?

3. Transfer Kalor

Kalor (panas) dapat berpindah dari satu tempat (benda) ke tempat yang lainnya
dengan 3 cara, yaitu dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi.

31
a. Konduksi

Konduksi adalah peristiwa di mana energi termal berpindah


dalan suatu zat akibat adanya tumbukan antara molekul-molekul zat
tersebut. Sekeping zat dengan luas penampang A dan tebal L, suhu
kedua permukaannya T1 dan T2 di mana T1 T2 , maka jumlah kalor
Q yang berpindah dari permukaan 1 ke permukaan 2 dalam waktu
t adalah :
T1 T2
Q = k (t) A
L

L
di mana :
k adalah koefisien konduktivitas termal.
T1 T2
disebut gradien suhu.
L
Contoh soal :

Melalui jarak berapa harus ada aliran kalor dengan cara konduksi dari selembar plat besi,
jika perbedaan tempertur pada kedua permukaannya adalah 5C ? Anggaplah 20 kW
harus ditransfer melalui luas permukaan seluruh plat besi sebesar 1,5 m2, konduktivitas
termal untuk besi 48,14 J/s.m.C.

Penyelesaian :
Q T1 T2
= kA
t L
5C

20000 J/s = (48,14 J/s.m.C) (1,5 m2)


L
361,05
L = m = 0,01805 m = 1,805 cm
20000

Jadi jarak yang dilalui aliran kalor (ketebatan) pada plat besi tersebur adalah 1,805 cm.

b. Konveksi

Konveksi adalah peristiwa di mana energi termal ditransfer dengan pergerakan


molekul dari satu tempat ke tempat lain. Perbedaannya dengan konduksi yaitu pada
konduksi melibatkan molekul hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan,
sedangkan konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar.

Contoh :

32
- Arus konveksi dari air di dalam panci yang dipanaskan di atas kompor.
- Konveksi juga berperan untuk memanaskan ruangan dalam sebuah rumah, yaitu
dengan menggunakan sistem radiator air panas.
Sebuah benda panas memindahkan kalor Q ke fluida sekitarnya dalam waktu t
secara konveksi adalah sebanding dengan luas permukaan A yang bersentuhan dengan
fluida dan perbedaan suhu T di antara benda dan fluida, dirumuskan :

Q = h (t) A T

di mana h adalah koefisien konveksi, nilainya bergantung pada bentuk dan kedudukan
permukaan, yaitu apakah tegak, miring atau mendatar.

Contoh soal :

Suhu permukaan sebuah logam sebesar 40C. Jika logam tersebut berada dalam ruang
yang suhunya 20C dan luas permukaanya 1,6 m2, berapakah kalor yang dilepaslan oleh
logam tersebut melalui konveksi salama 1 menit ?
(Diketahui h dari logam adalah 7,1 W/m2.K)

Penyelesaian :
T = T1 T2 = 40C 20C = 313,15 K 293,15 K = 20 K
Q = h (t) A T = (7,1 J/s.m2.K) (60 s) (1,6 m2) (20 K) = 13632 J

Jadi jumlah kalor yang dilepaslan oleh logam tersebut melalui konveksi salama 1 menit
sebesar 13632 Joule atau 1,3632 104 Joule.

c. Radiasi

Radiasi adalah peristiwa di mana transfer kalor terjadi tanpa melalui medium
apapun, tidak seperti halnya konduksi dan konveksi.
Contoh :

Transfer energi dari matahari, di mana semua kehidupan di permukaan bumi ini
bergantung kepadanya, radiasi peralatan elektronik, dan lain-lain.

Radiasi pada intinya terdiri dari gelombang elektromagnetik. Kecepatan sebuah


benda meradiasikan energi sebanding dengan temperatur Kelvin T 4 dan sebanding pula
dengan luas A dari benda yang memancarkannya, sehingga kecepatan energi
meninggalkan benda adalah :

Q
= eAT4
t
di mana :

33
adalah tetapan Stefan Boltzmann (= 5,67 10 8 W/m2.K4).
Faktor e disebut emisivitas (0 < e < 1), untuk benda hitam nilainya mendekati 1, dan
benda putih/menkilat nilainya mendekati 0.

Benda apapun tidak hanya memancarkan energi dengan radiasi, tetapi dapat pula
menyerap energi yang diradiasikan oleh benda lain. Bila sebuah benda meradiasikan

energi dengan kecepatan e A T14 dan benda tersebut berada pada lingkungan T2 dan e
(emisivitas) tinggi ( 1), maka kecepatan total aliran kalor radiasi dari benda adalah :

Q
= e A (T14 T24)
t

Perhatikan bahwa kecepatan penyerapan kalor sebuah benda dianggap sebesar e A T24
yaitu konstanta pembanding sama untuk pemancaran maupun penyerapan.

Contoh soal :

Sebuah lempeng logam berada di dalam ruang yang dindingnya gelap pada temperatur
15C. Perkirakan kecepatan kehilangan kalor dengan cara radiasi dengan anggapan
temperatur lempeng logam 34C dan e = 0,70. Anggap pula luas permukaan lempeng
logam sebesar 1,5 m2.

Penyelesaian :

Q
= (0,70) (5,67 10 8 W/m2.K4) (1,5 m2) [(307 K)4 (288 K)4] = 119 W
t

Pemancaran benda dengan radiasi dari matahari tidak dapat dihitung dengan persamaan
sebelumnya, karena temperatur T2 merata, sementara matahari pada intinya merupakan
sumber titik (sumber panas). Fakta menunjukkan sekitar 1350 Joule energi matahari
menimpa atmosfer Bumi persekon permeter persegi (= 1350 J/s.m 2 = 1350 W/m2) yang
disebut konstanta matahari membentuk sudut siku-siku terhadap berkas sinar matahari.

Sedangkan atmosfer dapat menyerap hanya 70%, pada


hari yang cerah yaitu sekitar 1000 W/m 2 yang dapat
mencapai ke permukaan Bumi, sehingga kecepatan
penyerapan kalor pada sebuah benda yang menghadap
ke matahari adalah :
Q
= (1000 W/m2) e A cos
t

34
di mana e emisivitas dan A luas permukaan benda yang terkena sinar matahari.

Contoh soal :
Pada hari yang cerah seorang montir menjemur sepeda motor yang baru saja dicat di
bawah sinar matahari pada jam 12 siang, di mana sinar matahari membentuk sudut 0
dengan bidang vertikal. Dengan anggapan emisivitas warna cat sepeda motor 0,70 , luas
permukaan sepeda motor yang terkena sinar matahari adalah 0,9 m 2 dan 1000 W/m2
mencapai permukaan Bumi, berapakah kecepatan penyerapan energi dari matahari oleh
sepeda motor tersebut ?

Penyelesaian :

Q / t = (1000 W/m2) (0,70) (0,9 m2) cos 0 = 630 W

Jadi kecepatan penyerapan energi pada sepeda motor tersebut sebesar 630 Joule/sekon.

Soal :

5. Keping logam tebal 4 mm dengan beda suhu 32C antara kedua permukaannya.
Keping tersebut dilalui energi 200 kkal/jam pada setiap 5 cm2 luas penampangnya.
Hitunglah konduktivitas termal dari logam tersebut !

6. Tabung tembaga (panjang 3 m, diameter dalam 1,500 cm, diameter luar 1,700 cm)
menembus bejana berisi air pada suhu tetap 20C. Uap air bersuhu 100C dialirkan
melalui tabung. (a) Berapakah aliran kalor persatuan waktu antara uap dan air di
dalam bejana? (b) Berapkah uap yang mengembun setiap menit? (Diketahui ktembaga =
1,0 kal/s.cm.C, dan satu gram uap pada suhu 100C akan melepas 540 kal bila
berkondensasi).

4. Hukum Termodinamika

Termodinamika adalah suatu pengetahuan tentang transformasi energi ke dalam


usaha (kerja). Walaupun usaha dapat ditransformasikan secara keseluruhan ke dalam
energi dalam, namun energi dalam tidak dapat ditransformasikan secara keseluruhan ke
dalam usaha (kerja). Dalam mempelajari termodinamika ini kita mengenal ada 4 macam
hukum termodinamika, yaitu :

a.. Hukum ke nol termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa jika ada dua sistem berada dalam kesetimbangan
termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam kesetimbangan termal satu
sama lain.

35
b. Hukum pertama termodinamika

Jika kalor Q masuk ke dalam sistem, maka energi ini haruslah muncul sebagai
penambahan energi dalam sistem U dan usaha W yang dilakukan oleh sistem pada
sekelilingnya, dirumuskan :

Q = U + W atau U = Q W

Satuan Q, U dan W adalah sama, yaitu kalori atau Joule.

Di sini nampak jelas bahwa energi itu adalah kekal.

c. Hukum kedua termodinamika

RJE Clausius (1822 1888) menyatakan bahwa kalor akan mengalir secara
spontan atau alami dari benda yang panas ke benda yang dingin, dan kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda yang panas.

Selain pernyataan tersebut ada lagi pernyataan yang disampaikan oleh Kelvin dan Plank,
yaitu tidak ada alat yang efek tunggalnya adalah untuk merubah sejumlah kalor menjadi
kerja seluruhnya.

36
Pernyataan umum mengenai hukum kedua termodinamika dinyatakan dalam entropi (S).
Entropi ini merupakan suatu variabel keadaan dari keseimbangan sistem.
Apabila sistem menyerap kalor sebanyak Q pada suhu mutlak T, maka perubahan
entropi S yang dialami sistem adalah :

Q
S = ; T dalam Kelvin
T

Entropi pada sistem tertutup tidak pernah berkurang, jadi entropi hanya bisa tetap
atau bertambah. Entropi akan tetap sama pada proses ideal/reversibel (dapat balik),
sehingga S = 0. Sedangkan pada proses riil entropi akan selalu bertambah, sehingga S
0. Hal ini kemudian merupakan pernyataan umum hukum kedua termodinamika, yaitu
entropi total sistem plus perubahan entropi lingkungannya bertambah sebagai akibat
dari proses alamiah.
Hukum kedua ini memberi informasi tentang arah perubahan spontan, sedangkan hukum
pertama memberikan informasi mengenai kekekalan energi.

d. Hukum ketiga termodinamika

Efisiensi mesin dirumuskan :

Ttinggi Trendah Trendah


= = 1
Ttinggi Ttinggi

Pada temperatur normal, untuk mencapai efisiensi mesin 100% tidaklah mungkin, kecuali
jika temperatur pembuangan Trendah adalah nol mutlak barulah efisiensi 100% bisa
dicapai. Untuk memcapai nol mutlak secara praktek dan teoritis tidak mungkin bisa
dicapai, hal ini dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.

Contoh soal :

Selama suatu proses, kalor sebanyak 8000 kal dihantarkan pada sistem, sedangkan sistem
melakukan usaha 6000 J. Berapa perubahan energi dalam yang dialami sistem ?

Penyelesaian :

Q = (8000 kal) (4,184 J/kal) = 33,5 kJ dan W = 6 kJ


da

Dari hukum pertama diperoleh :

Q = U + W
U = Q W = 33,5 kJ 6 kJ = 27,5 kJ

37
----- o 0 o -----

38

Anda mungkin juga menyukai