Disusun Oleh:
Kelas : 4PA05
DEPOK
DESEMBER 2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN ....................................................................................................... 27
1
BAB I
DASAR TEORI
A. KONTROL DIRI
1. Definisi Kontrol Diri
Chaplin (2006) menyatakan bahwa self-control adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.
2
2. Aspek-aspek Kontrol Diri
Menurut Averill (1973), terdapat lima jenis tipe
mengontrol diri, yaitu:
a. Behavioral control
Berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil
tindakan yang konkret untuk mengurangi dampak
stressor. Tindakan tersebut mungkin dapat mengurangi
intensitas peristiwa yang penuh dengan tekanan atau
memperpendek jangka waktu.
Behavioral control ini diperinci menjadi 2 komponen,
yaitu: mengatur pelaksanaan (regulated administration)
dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus
modification).
Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan
kemampuan individu untuk menentukan siapa yang
mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri
atau sesuatu di luar dirinya. Individu yang kemampuan
mengontrol dirinya baik akan mampu mengatur
perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan
bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber
eksternal.
Kemampuan memodifikasi stimulus merupakan
kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah
atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu
diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung,
menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir,
dan membatasi intensitasnya.
b. Cognitive control
3
Merupakan kemampuan untuk menggunakan proses
dan strategi yang sudah dipikirkan untuk mengubah
pengaruh stressor. Ini untuk memodifikasi akibat dari
tekanan-tekanan. Strategi tersebut termasuk dalam hal
yang berbeda atau fokus pada kesenangan atau
pemikiran yang netral atau membuat sensasi. cognitive
control terdiri atas 2 komponen, yaitu memperoleh
informasi (information gain) dan melakukan penilaian
(appraisal).
Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai
suatu keadaan yang tidak menyenangkan individu
dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan
berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti
individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu
keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan
segi-segi positif secara subjektif.
c. Decisional control
Merupakan kesempatan untuk memilih antara prosedur
alternatif atau cara bertindak. decisional control
merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil
atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Self-control dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya
suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada
diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan.
d. Informational Control
Merupakan waktu yang tepat untuk mengetahui lebih
banyak tentang tekanan-tekanan, apa saja yang terjadi,
mengapa, dan apa konsekuensi selanjutnya. Informasi
kontrol diri dapat mengurangi tekanan dengan
4
meningkatkan kemampuan individu untuk
memprediksikan dan mempersiapkan atas apa yang
akan terjadi dengan mengurangi ketakutan-ketakutan
yang sering dimiliki seseorang yang tidak terduga.
e. Retrospective Control
Bertujuan untuk meyakinkan tentang apa dan siapa
yang mengakibatkan tekanan-tekanan setelah ini
terjadi.
Kelima aspek ini yang digunakan untuk menyusun
instrumen self-control.
5
b. Faktor Eksternal
Menurut Sarafino (1994) terdapat dua faktor eksternal
yang mempengaruhi kontrol diri seseorang, yaitu:
1) Lingkungan
Individu yang mengalami stres bisa dipengaruhi
lingkungan dimana mereka tinggal dan berusaha
mengurangi stress dengan pengalaman mereka.
Dengan kontrol diri seseorang dapat mengendalikan
rasa tertekan.
2) Pendidikan
Seperti dikatakan oleh Sarafino (1994), seseorang
yang mengikuti pendidikan non formal seperti
pelatihan senam kehamilan dan teknik personal
control dalam menghadapi proses kelahiran. Terlihat
perbedaan antara yang mengikuti pelatihan dan yang
tidak mengikuti. Dimana orang yang mengikuti
pelatihan, tingkat stressnya akan lebih kecil
dibandingkan dengan yang tidak mengikuti. Hal ini
dikarenakan dalam proses pelatihan di berikan
personal control yang berguna untuk mengurangi
tingkat stress.
B. KECERDASAN SPIRITUAL
1. Definisi Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Zohar dan Marshall pada
pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa
kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ.
Zohar dan Marshall (2001) merumuskan, Spiritual berasal dari bahasa
Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme.
Sedangkan, spiritual berasal dari Bahasa Latin sapientia (sophia) dalam
bahasa Yunani yang berati kearifan. Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan
bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan
6
aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki
spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan
jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai
hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan
mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang
positif.
Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang
mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan
ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya.
Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai fakultas
dimensi non-material atau jiwa manusia. Lebih lanjut dijelaskan oleh Khavari
(2000), kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki
oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu
menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang
abadi.
Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya
adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk
menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan.
King (2008) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai sekumpulan
kapasitas mental adaptif yang didasarkan pada aspek-aspek non material dan
transenden dari realitas, secara khusus yang berhubungan dengan critical
existential thinking, personal meaning production transcendental awareness,
conscious state expansion.
Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap tindakan, perilaku
dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik,
serta berprinsip hanya karena Allah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi
kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang
7
menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral,
serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup
karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia
dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
8
e. Melakukan Perubahan
Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap
perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja
melawan konvensi, status quo, dan juga menjadi orang
yang bebas merdeka.
f. Sumber Inspirasi
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi
bagi orang lain, memiliki dan mampu memproduksi
gagasan-gagasan yang segar.
g. Refleksi Diri
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan kepada apa
yang mendasar dan pokok bagi diri sendiri.
9
a. Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya
sama sekali.
b. Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak
proposional, atau dengan cara yang negatif atau
destruktif.
c. Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-
bagian.
BAB II
Tabel 3.1.
Penilaian Skala Kontrol Diri
11
9. Saya sering datang kuliah
terlambat.
10. Saya merasa perdebatan
pendapat itu penting.
11. Saya selalu mengikuti jadwal
yang telah saya persiapkan.
12. Saya selalu mencari cara
pandang yang lain terhadap
suatu peristiwa.
13. Saya mampu mengutamakan
prioritas saya.
14. Saya selalu mempersiapkan
segala sesuatu jauh sebelum
melakukan kegiatan.
15. Saya merasa biasa saja apabila
saya tidak mengikuti jadwal
yang telah saya tetapkan
sebelumnya.
16. Saya membatasi cara pandang
saya terhadap suatu peristiwa.
17. Saya sulit memprioritas kan
kebutuhan saya.
18. Saya mempersiapkan segala
sesuatu saat menjelang kegiatan.
19. Saya mengutamakan kegiatan
perkuliahan.
20. Kegiatan organisasi saya
haruslah mendukung kegiatan
akademia saya.
21. Saya mengutamakan kegiatan
organisasi.
22. Kegiatan akademis saya
haruslah mendukung kegiatan
organisasi saya.
23. Saya mampu mengambil
keputusan dalam keadaan
terdesak.
24. Saat banyak pilihan, saya
mampu untuk membuat pilihan.
25. Saya memilih untuk tidak
mengambil keputusan dalam
keadaan terdesak.
12
26. Saya sulit membuat pilihan saat
memiliki banyak opsi.
27. Saya memilih untuk mengikuti
kegiatan utama organisasi saja.
28. Saya memilih untuk masuk pada
mata kuliah yang penting
ketimbang mengikuti kegiatan
organisasi.
29. Saya memilih untuk mengikuti
setiap kegiatan organisasi.
30. Saya memilih untuk tetap
mengikuti kegiatan organisasi
walaupun.
31. Saya selalu memperhitungkan
dampak perilaku saya
32. Saya selalu mengevaluasi
perilaku saya agar menjadi lebih
baik.
33. Saya akan menunggu waktu
yang tepat untuk bertindak
34. Saya akan memperhitungkan
dampak dari perilaku saya
setelah saya bertindak.
35. Saya yakin setiap perilaku saya
berdampak positif.
36. Setiap tindakan saya harus
disegerakan.
37. Saya selalu belajar sebelum
menghadapi ujian.
38. Saya tidak memerlukan
persiapan untuk menghadapi
ujian.
39. Saya selalu mencari tahu
sumber permasalahan.
40. Saya selalu berusaha agar
permasalahan yang lalu tidak
menghasilkan masalah baru.
41. Saya memilih untuk membatasi
informasi mengenai
permasalahan.
42. Saya yakin permasalahan yang
lalu tidak akan mendatangkan
13
masalah baru.
43. Saya selalu berusaha
menyelesaikan tugas lebih awal.
44. Saya selalu mengerjakan tugas
saat memasuki batas waktu.
Tabel 3.4.
Penilaian Skala Kecerdasan Spiritual
14
3. Bersikap fleksibel 57, 58, 59 60, 61, 62 6
4. Berpandangan 63, 64 65, 66 6
holistic
5. Melakukan 67, 68, 69, 70, 72, 73, 74, 75, 10
perubahan 71 76
6. Sumber inspirasi 77, 78 79, 80 4
7. Refleksi diri 81, 82, 83 84, 85, 86 6
Total 21 21 42
15
masalah.
58. Saya suka mencari jalan terbaik
dalam menyelesaikan persoalan.
59. Saya melakukan perubahan
jadwal ketika jadwal kuliah
berhalangan dengan jadwal
organisasi.
60. Saya merasa cukup dengan
keputusan yang sudah ada.
61. Saya suka mencari jalan
termudah dalam menyelesaikan
persoalan.
62. Saya memilih untuk mengikuti
kegiatan organisasi ketika ada
perkuliahan.
63. Kegiatan saya harus berdampak
positif pada orang disekitar saya.
64. Saya selalu mencari makna pada
setiap peristiwa.
65. Kegiatan saya cukup berdampak
positif hanya untuk saya.
66. Saya merasa cukup dengan
membatasi informasi mengenai
suatu peristiwa.
67. Saya selalu melakukan
perbaikan pada diri saya untuk
perubahan yang lebih baik.
68. Saya menghormati pendapat
orang lain.
69. Saya terbuka terhadap kritik
orang kepada saya .
70. Saya mentoleransi adanya
perbedaan pendapat.
71. Saya tidak memaksakan
pendapat saya diterima orang
lain
72. Saya merasa tidak ada yang
perlu diubah dari diri saya.
73. Saya tertutup terhadap keritik
orang kepada saya.
74. Saya merasa pendapat saya
harus dihormati.
16
75. Saya menolak adanya perbedaan
pendapat.
76. Pendapat saya harus diterima
orang lain.
77. Saya mampu menjadi contoh
inspirasi untuk lingkungan saya.
78. Saya mampu menjadi contoh
teladan untuk orang-orang
terdekat saya.
79. Saya belum siap untuk menjadi
contoh inspirasi untuk
lingkungan saya
80. Saya belum siap untuk menjadi
teladan untuk orang-orang
terdekat saya.
81. Saya selalu mendasarkan setiap
kegiatan saya pada tujuan saya.
82. Saya mengetahui kebutuhan
saya
83. Saya dapat mengatur kebutuhan
saya
84. Seringkalikegiatan saya tidak
sesuai dengan tujuan saya.
85. Saya kesulitan memilah
kebutuhan saya
86. Saya kesulitan untuk mengatur
kebutuhan saya
17
BAB III
HASIL CODING, RELIABILITAS & DAYA DISKRIMINASI INTERNAL
SKALA
N %
Valid 40 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
18
Total 40 100,0
Cronbach's N of Items
Alpha
.671 9
r ix
bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki kurang dari
0,30 sebagai suatu aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012).
Dari 44 aitem skala control diri yang telah diujikan, terdapat 9 aitem
dengan daya diskriminasi tinggi yaitu aitem nomor 4, 5, 17, 23, 25, 30,
31, 33, dan 39. Lalu sisanya terdapat 35 aitem dengan daya diskriminasi
rendah.
19
Item-Total Statistics
20
B. Coding, Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Internal Skala Kecerdasan
Spiritual
1. Coding Skala Kecerdasan Spiritual
N %
Valid 40 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 40 100,0 21
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.874 22
r ix
bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki kurang dari
0,30 sebagai suatu aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012).
Dari 42 aitem skala kecerdasan spiritual yang telah diujikan, terdapat
22 aitem dengan daya diskriminasi tinggi yaitu aitem nomor 2, 3, 4, 7, 9,
10, 12, 14, 18, 19, 20, 23, 24, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 39, dan 42. Lalu
sisanya terdapat 20 aitem dengan daya diskriminasi rendah.
22
Item-Total Statistics
23
BAB IV
UJI ASUMSI DAN UJI HIPOTESIS
A. Uji Asumsi
1. Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
2. Linearitas
ANOVAa
Total 4148.971 34
B. Uji Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri
24
Ha : Ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada
N 35 35
**
Pearson Correlation .334 1
N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hipotesis
Ho : Sig > 0,05
Ha : Sig < 0,05
Sig 0,000-0,010 : Sangat Signifikan
Ha : Sig 0,000
Ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan control diri pada
mahasiswa.
25
66-2SD 66-1SD Me 66+1SD 66+2SD
66-32,666 66-16,333 66 66+16,333 66+32,666
= 33,334 = 49,667 = 82,333 = 98,666
BAB V
KESIMPULAN
Ha
islam. Dengan demikian diterima dan arah hubungan yang positif
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Prabowo, H., & Suhendra, E. S. (2008). Diktat kursus SPSS.
Sarafino, E.P (1994). Health psychology : Biopsychosocial
interactions. New York: John Willey & Sons, Inc.
Sinetar, M. (2000). Spiritual Intelligence. New York: Orbis Books.
Zohar, D., & Marshall, I. (2001). SQ: Spiritual Intellegence the
Ultimate Intellegence. London: Plc. Bloomsbury Publishing.
LAMPIRAN
A. Identitas Subjek
28
bje
(Tahun) Kelamin Tinggal saku
k
1. 19 Laki-laki Depok Teknik Industri 5 - PNS
29
21. 21 Laki-laki Depok Sistem Informasi 7 15rb Kepala Sekolah
30