Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN

KONTROL DIRI ADA MAHASISWA ORGANISASI

TUGAS KELOMPOK PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGI

Disusun Oleh:

1. Chakti Prabowo E. (11513864)


2. M. Rafi Nugraha P. (1A513524)
3. Septian Adi Saputra (18513378)
4. Yusuf Rianto (19513641)

Kelas : 4PA05

DEPOK
DESEMBER 2016
DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................... 1

BAB 1 DASAR TEORI....................................................................................... 2


A. Kontrol Diri............................................................................................... 2
1. Definisi Kontrol Diri .......................................................................... 2
2. Aspek-aspek Kontrol Diri ................................................................... 2
3. Faktor yang mempengaruhi Kontrol Diri ........................................... 4
B. Kecerdasan Spiritual ................................................................................. 8
1. Definisi Kecerdasan Spiritual.............................................................. 8
2. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual ..................................................... 8
3. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ............................. 9

BAB II BLUE PRINT SKALA........................................................................... 11


A. Blue Print Skala Kontrol Diri.................................................................... 11
B. Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual....................................................... 13

BAB III HASIL CODING, RELIABILITAS DAN DAYA DISKRIMINASI


INTERNAL.......................................................................................................... 16
A. Coding, Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Internal Skala Kontrol
Diri........................................................................................................ 16
B. Coding, Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Internal Skala Kecerdasan
Spiritual ........................................................................................ 19

BAB IV UJI ASUMSI DAN UJI HIPOTESIS ................................................ 22


A. Uji Asumsi ..............................................................................................22
B. Uji Hipotesis ............................................................................................ 23

BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

LAMPIRAN ....................................................................................................... 27

1
BAB I

DASAR TEORI
A. KONTROL DIRI
1. Definisi Kontrol Diri
Chaplin (2006) menyatakan bahwa self-control adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif.

Calhoun dan Acocella (1990), menyatakan bahwa kontrol diri atau


kendali diri adalah pengaruh seseorang terhadap, dan peraturan tentang
fisiknya, tingkah laku. Dan proses-proses psikologisnya dengan kata lain
sekelompok proses yang mengikat dan mengendalikan dirinya.

Goldfried dan Merbaum (1973), menyatakan bahwa Kontrol diri adalah


proses dimana seorang individu menjadi pihak utama membentuk,
mengarahkan dan mengatur perilaku yang akhirnya diarahkan pada
konsekuensi positif.

Messina (1992), menyatakan bahwa pengendalian diri adalah


seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri
pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan
mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari
pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk
memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku
yang terfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kontrol diri


adalah kemampuan individu untuk menggunakan kehendak atau
keinginannya dalam membimbing tingkah laku sendiri dan menekan atau
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif yang dapat diarahkan
pada konsekuensi positif.

2
2. Aspek-aspek Kontrol Diri
Menurut Averill (1973), terdapat lima jenis tipe
mengontrol diri, yaitu:
a. Behavioral control
Berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil
tindakan yang konkret untuk mengurangi dampak
stressor. Tindakan tersebut mungkin dapat mengurangi
intensitas peristiwa yang penuh dengan tekanan atau
memperpendek jangka waktu.
Behavioral control ini diperinci menjadi 2 komponen,
yaitu: mengatur pelaksanaan (regulated administration)
dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus
modification).
Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan
kemampuan individu untuk menentukan siapa yang
mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri
atau sesuatu di luar dirinya. Individu yang kemampuan
mengontrol dirinya baik akan mampu mengatur
perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan
bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber
eksternal.
Kemampuan memodifikasi stimulus merupakan
kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah
atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu
diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung,
menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir,
dan membatasi intensitasnya.
b. Cognitive control

3
Merupakan kemampuan untuk menggunakan proses
dan strategi yang sudah dipikirkan untuk mengubah
pengaruh stressor. Ini untuk memodifikasi akibat dari
tekanan-tekanan. Strategi tersebut termasuk dalam hal
yang berbeda atau fokus pada kesenangan atau
pemikiran yang netral atau membuat sensasi. cognitive
control terdiri atas 2 komponen, yaitu memperoleh
informasi (information gain) dan melakukan penilaian
(appraisal).
Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai
suatu keadaan yang tidak menyenangkan individu
dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan
berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti
individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu
keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan
segi-segi positif secara subjektif.
c. Decisional control
Merupakan kesempatan untuk memilih antara prosedur
alternatif atau cara bertindak. decisional control
merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil
atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang
diyakini atau disetujuinya. Self-control dalam
menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya
suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada
diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan.
d. Informational Control
Merupakan waktu yang tepat untuk mengetahui lebih
banyak tentang tekanan-tekanan, apa saja yang terjadi,
mengapa, dan apa konsekuensi selanjutnya. Informasi
kontrol diri dapat mengurangi tekanan dengan

4
meningkatkan kemampuan individu untuk
memprediksikan dan mempersiapkan atas apa yang
akan terjadi dengan mengurangi ketakutan-ketakutan
yang sering dimiliki seseorang yang tidak terduga.
e. Retrospective Control
Bertujuan untuk meyakinkan tentang apa dan siapa
yang mengakibatkan tekanan-tekanan setelah ini
terjadi.
Kelima aspek ini yang digunakan untuk menyusun
instrumen self-control.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri


Menurut Hurlock (1973) dan Sarafino (1994), Kontrol diri
dipengaruhi oleh dua faktor. yaitu:
a. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi kontrol diri


seseorang adalah faktor usia dan kematangan (Hurlock,
1973). Semakin bertambahnya usia seseorang maka akan
semakin baik kontrol dirinya, individu yang matang secara
psikologis juga akan mampu mengontrol perilakunya
karena telah mampu mempertimbangkan mana hal yang
baik dan yang tidak bagi dirinya.

Individu yang memiliki kontrol diri yang baik akan


mampu memprioritaskan segala sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya serta mampu mengendalikan diri dan
pikirannya untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan.

5
b. Faktor Eksternal
Menurut Sarafino (1994) terdapat dua faktor eksternal
yang mempengaruhi kontrol diri seseorang, yaitu:
1) Lingkungan
Individu yang mengalami stres bisa dipengaruhi
lingkungan dimana mereka tinggal dan berusaha
mengurangi stress dengan pengalaman mereka.
Dengan kontrol diri seseorang dapat mengendalikan
rasa tertekan.
2) Pendidikan
Seperti dikatakan oleh Sarafino (1994), seseorang
yang mengikuti pendidikan non formal seperti
pelatihan senam kehamilan dan teknik personal
control dalam menghadapi proses kelahiran. Terlihat
perbedaan antara yang mengikuti pelatihan dan yang
tidak mengikuti. Dimana orang yang mengikuti
pelatihan, tingkat stressnya akan lebih kecil
dibandingkan dengan yang tidak mengikuti. Hal ini
dikarenakan dalam proses pelatihan di berikan
personal control yang berguna untuk mengurangi
tingkat stress.

B. KECERDASAN SPIRITUAL
1. Definisi Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual ditemukan oleh Zohar dan Marshall pada
pertengahan tahun 2000. Zohar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa
kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun IQ dan EQ.
Zohar dan Marshall (2001) merumuskan, Spiritual berasal dari bahasa
Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme.
Sedangkan, spiritual berasal dari Bahasa Latin sapientia (sophia) dalam
bahasa Yunani yang berati kearifan. Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan
bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan

6
aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki
spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan
jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai
hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan
mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang
positif.
Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang
mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan
ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya.
Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai fakultas
dimensi non-material atau jiwa manusia. Lebih lanjut dijelaskan oleh Khavari
(2000), kecerdasan spiritual sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki
oleh setiap insan. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu
menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,
menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang
abadi.
Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya
adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk
menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan.
King (2008) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai sekumpulan
kapasitas mental adaptif yang didasarkan pada aspek-aspek non material dan
transenden dari realitas, secara khusus yang berhubungan dengan critical
existential thinking, personal meaning production transcendental awareness,
conscious state expansion.
Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap tindakan, perilaku
dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik,
serta berprinsip hanya karena Allah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi
kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang

7
menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral,
serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup
karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia
dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual


Aspek-Aspek orang yang memiliki kecerdasan
spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001),
yaitu:
a. Memiliki Kesadaran Diri
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran
yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari
berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.
b. Memiliki Visi
Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan
hidup dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh
visi dan nilai-nilai.
c. Bersikap Fleksibel
Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri
secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang
baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai
kegunaan), dan efisien tentang realitas.
d. Berpandangan Holistik
Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri
dan orang lain saling terkait dan bisa melihat
keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang
kehidupan secara menyeluruh sehingga mampu
menghadapi dan memanfaatkan, melampaui
kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya
sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.

8
e. Melakukan Perubahan
Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap
perbedaan, memiliki kemudahan untuk bekerja
melawan konvensi, status quo, dan juga menjadi orang
yang bebas merdeka.
f. Sumber Inspirasi
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi
bagi orang lain, memiliki dan mampu memproduksi
gagasan-gagasan yang segar.
g. Refleksi Diri
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan kepada apa
yang mendasar dan pokok bagi diri sendiri.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual


Otak manusia selalu berkembang untuk menuju
perubahan yang bermanfaat bagi kehidupannya, begitu
juga dengan adanya perkembangan kecerdasan spiritual
untuk berkembang, diantaranya adalah (Zohar & Marshall,
2001):
a. Adanya ketidak seimbangan id, ego, dan superego.
b. Adanya orang tua yang tidak cukup menyayangi
anaknya.
c. Mengharapkan terlalu banyak.
d. Adanya ajaran yang mengajarkan menekan insting.
e. Adanya aturan moral yang menekan insting alamiah.
f. Adanya luka jiwa yang menggambarkan pengalaman
menyangkut perasaan terbelah, terasing, dan tidak
berharga.

Faktor-faktor yang disebutkan di atas, melahirkan


perilaku-perilaku yang dapat disimpulkan menjadi tiga
sebab yang membuat seseorang terhambat secara spiritual
yaitu (Zohar & Marshall, 2001):

9
a. Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya
sama sekali.
b. Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak
proposional, atau dengan cara yang negatif atau
destruktif.
c. Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-
bagian.

BAB II

BLUE PRINT SKALA

A. Blue Print Skala Kontrol Diri


Skala kontrol diri digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
kontrol diri pada mahasiswa organisasi fajrul islam. Skala kontrol diri yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan aspek-aspek kontrol diri menurut
Averill (1973), yaitu Behavioral control, Cognitive control, Decisional
control, Informational Control, dan Retrospective Control.
Untuk menggunakan skala dengan metode ini, subjek diminta untuk
menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dengan lima
macam kategori yang di skor 1 hingga 5 dengan kategori respons yang
diberikan adalah: sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS)
dan sangat tidak setuju (STS). Skala ini dibuat dalam bentuk pernyataan
mendukung (favorable) dan (unfavorable).

Tabel 3.1.
Penilaian Skala Kontrol Diri

Pilihan Favourable Unfavourable


Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Netral 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 10 1 5
Tabel 3.2.
Blue Print Kontrol Diri

No Aspek-aspek Kontrol Aitem


Jumlah
. Diri
Favorable Unfavorable
1. Behavioral control 1, 2, 3, 7, 8 4, 5, 6, 9, 10 10
2. Cognitive control 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 12
14, 19, 20 21, 22
3. Decisional control 23, 24, 27, 28 25, 26, 29, 30 8
4. Informational Control 31, 32, 33, 37 34, 35, 36, 38 8
5. Retrospective Control 39, 40, 41 41, 42, 44 6
Total 22 22 44

Warna merah menandakan item tidak valid dan reliabel


Tabel 3.3.
Blue Print Kontrol Diri (Check Aitem)

No Aitem Aspek-aspek Kontrol


Favorable Unfavorable
. Diri
1. Saya mampu mengendalikan
emosi dalam situasi tertekan.
2. Saya akan berusaha semaksimal
mungkin untuk mengendalikan
perilaku saya.
3. Saya selalu terlebih dahulu
menyelesaikan persoalan saya
sendiri sebelum meminta
bantuan pada orang lain.
4. saya sulit mengendalikan emosi
dalam keadaan tertekan.
5. Saya sering lepas kendali
perilaku saya.
6. Saya selalu meminta bantuan
orang lain dalam menyelesaikan
persoalan saya.
7. Saya selalu berusaha untuk
datang tepat waktu.
8. Saya selalu berusaha untuk
menghindari perdebatan.

11
9. Saya sering datang kuliah
terlambat.
10. Saya merasa perdebatan
pendapat itu penting.
11. Saya selalu mengikuti jadwal
yang telah saya persiapkan.
12. Saya selalu mencari cara
pandang yang lain terhadap
suatu peristiwa.
13. Saya mampu mengutamakan
prioritas saya.
14. Saya selalu mempersiapkan
segala sesuatu jauh sebelum
melakukan kegiatan.
15. Saya merasa biasa saja apabila
saya tidak mengikuti jadwal
yang telah saya tetapkan
sebelumnya.
16. Saya membatasi cara pandang
saya terhadap suatu peristiwa.
17. Saya sulit memprioritas kan
kebutuhan saya.
18. Saya mempersiapkan segala
sesuatu saat menjelang kegiatan.
19. Saya mengutamakan kegiatan
perkuliahan.
20. Kegiatan organisasi saya
haruslah mendukung kegiatan
akademia saya.
21. Saya mengutamakan kegiatan
organisasi.
22. Kegiatan akademis saya
haruslah mendukung kegiatan
organisasi saya.
23. Saya mampu mengambil
keputusan dalam keadaan
terdesak.
24. Saat banyak pilihan, saya
mampu untuk membuat pilihan.
25. Saya memilih untuk tidak
mengambil keputusan dalam
keadaan terdesak.

12
26. Saya sulit membuat pilihan saat
memiliki banyak opsi.
27. Saya memilih untuk mengikuti
kegiatan utama organisasi saja.
28. Saya memilih untuk masuk pada
mata kuliah yang penting
ketimbang mengikuti kegiatan
organisasi.
29. Saya memilih untuk mengikuti
setiap kegiatan organisasi.
30. Saya memilih untuk tetap
mengikuti kegiatan organisasi
walaupun.
31. Saya selalu memperhitungkan
dampak perilaku saya
32. Saya selalu mengevaluasi
perilaku saya agar menjadi lebih
baik.
33. Saya akan menunggu waktu
yang tepat untuk bertindak
34. Saya akan memperhitungkan
dampak dari perilaku saya
setelah saya bertindak.
35. Saya yakin setiap perilaku saya
berdampak positif.
36. Setiap tindakan saya harus
disegerakan.
37. Saya selalu belajar sebelum
menghadapi ujian.
38. Saya tidak memerlukan
persiapan untuk menghadapi
ujian.
39. Saya selalu mencari tahu
sumber permasalahan.
40. Saya selalu berusaha agar
permasalahan yang lalu tidak
menghasilkan masalah baru.
41. Saya memilih untuk membatasi
informasi mengenai
permasalahan.
42. Saya yakin permasalahan yang
lalu tidak akan mendatangkan

13
masalah baru.
43. Saya selalu berusaha
menyelesaikan tugas lebih awal.
44. Saya selalu mengerjakan tugas
saat memasuki batas waktu.

B. Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual


Skala kecerdasan spiritual digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai kecerdasan spiritual mahasiswa organisasi fajrul islam. Skala
kecerdasan spiritual yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan refleksi
diri aspek-aspek kepuasan kerja menurut Zohar dan Marshall (2001) yaitu
memiliki kesadaran diri, memiliki visi, bersikap fleksibel, berpandangan
holistik, melakukan perubahan, sumber inspirasi, dan refleksi diri.
Untuk menggunakan skala dengan metode ini, subjek diminta untuk
menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dengan lima
macam kategori yang di skor 1 hingga 5 dengan kategori respons yang
diberikan adalah: sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS)
dan sangat tidak setuju (STS). Skala ini dibuat dalam bentuk pernyataan
mendukung (favorable) dan (unfavorable).

Tabel 3.4.
Penilaian Skala Kecerdasan Spiritual

Pilihan Favourable Unfavourable


Sangat Setuju 5 1
Tabel Setuju 4 2 3.5.
Blue Netral 3 3 Print
Skala Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Kecerdasan Spiritual
Aspek-aspek Aitem
No
Kecerdasan Jumlah
. Favorable Unfavorable
Spiritual
1. Kesadaran diri 45, 46, 47, 48 49, 50, 51, 52 8
2. Memiliki visi 53, 54 55, 56 4

14
3. Bersikap fleksibel 57, 58, 59 60, 61, 62 6
4. Berpandangan 63, 64 65, 66 6
holistic
5. Melakukan 67, 68, 69, 70, 72, 73, 74, 75, 10
perubahan 71 76
6. Sumber inspirasi 77, 78 79, 80 4
7. Refleksi diri 81, 82, 83 84, 85, 86 6
Total 21 21 42

Warna merah menandakan item tidak valid dan reliabel


Tabel 3.6.
Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual (Check Aitem)

No Aitem Dimensi Dukungan


Favorable Unfavorable
. Sosial Keluarga
45. Saya selalu menyadari dampak
dari setiap tindakan yang saya
buat.
46. Saya memahami betul tujuan
dan saya.
47. Saya mengetahui apa yang
menjadi prioritas
48. Saya memahami peran yang
saya jalankan.
49. Saya sering bertindak sesuai
dengan kemauan saya saja.
50. Saya cukup memilki tujuan.
51. Saya kesulitan menentukan
prioritas
52. Saya cukup hanya menjalani
peran yang diberikan kepada
saya.
53. Saya memahami tujuan kegiatan
yang saya lakukan.
54. Saya telah menentukan tujuan
untuk hidup saya.
55. Saya hanya menjalani kegiatan
yang sudah ditentukan.
56. Tujuan saya mengalir seiring
jalannya hidup.
57. Saya mau mencari jalan
alternatif dalam menghadapi

15
masalah.
58. Saya suka mencari jalan terbaik
dalam menyelesaikan persoalan.
59. Saya melakukan perubahan
jadwal ketika jadwal kuliah
berhalangan dengan jadwal
organisasi.
60. Saya merasa cukup dengan
keputusan yang sudah ada.
61. Saya suka mencari jalan
termudah dalam menyelesaikan
persoalan.
62. Saya memilih untuk mengikuti
kegiatan organisasi ketika ada
perkuliahan.
63. Kegiatan saya harus berdampak
positif pada orang disekitar saya.
64. Saya selalu mencari makna pada
setiap peristiwa.
65. Kegiatan saya cukup berdampak
positif hanya untuk saya.
66. Saya merasa cukup dengan
membatasi informasi mengenai
suatu peristiwa.
67. Saya selalu melakukan
perbaikan pada diri saya untuk
perubahan yang lebih baik.
68. Saya menghormati pendapat
orang lain.
69. Saya terbuka terhadap kritik
orang kepada saya .
70. Saya mentoleransi adanya
perbedaan pendapat.
71. Saya tidak memaksakan
pendapat saya diterima orang
lain
72. Saya merasa tidak ada yang
perlu diubah dari diri saya.
73. Saya tertutup terhadap keritik
orang kepada saya.
74. Saya merasa pendapat saya
harus dihormati.

16
75. Saya menolak adanya perbedaan
pendapat.
76. Pendapat saya harus diterima
orang lain.
77. Saya mampu menjadi contoh
inspirasi untuk lingkungan saya.
78. Saya mampu menjadi contoh
teladan untuk orang-orang
terdekat saya.
79. Saya belum siap untuk menjadi
contoh inspirasi untuk
lingkungan saya
80. Saya belum siap untuk menjadi
teladan untuk orang-orang
terdekat saya.
81. Saya selalu mendasarkan setiap
kegiatan saya pada tujuan saya.
82. Saya mengetahui kebutuhan
saya
83. Saya dapat mengatur kebutuhan
saya
84. Seringkalikegiatan saya tidak
sesuai dengan tujuan saya.
85. Saya kesulitan memilah
kebutuhan saya
86. Saya kesulitan untuk mengatur
kebutuhan saya

17
BAB III
HASIL CODING, RELIABILITAS & DAYA DISKRIMINASI INTERNAL
SKALA

A. Coding, Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Internal Skala Kontrol Diri


1. Coding Skala Kontrol Diri

2. Reliabilitas Skala Kecerdasan Spiritual


Azwar (2012) mengatakan suatu pengukuran yang mampu
menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut
sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu proses pengukuran dapat di percaya. Reliabilitas
dianggap sudah memuaskan jika benilai 0,700 dan yang paling
memuaskan adalah 0,9 hingga 0,95.

Case Processing Summary

N %

Valid 40 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
18
Total 40 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.671 9

Berdasarkan tabel di atas, koefisien reliabilitas skala control diri


sebesar 0,671. Jadi, dapat disimpulkan bahwa skala dukungan sosial
keluarga adalah reliabel.

3. Daya Diskriminasi Internal Skala Kontrol Diri


Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya

r ix
bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki kurang dari

0,30 sebagai suatu aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012).
Dari 44 aitem skala control diri yang telah diujikan, terdapat 9 aitem
dengan daya diskriminasi tinggi yaitu aitem nomor 4, 5, 17, 23, 25, 30,
31, 33, dan 39. Lalu sisanya terdapat 35 aitem dengan daya diskriminasi
rendah.

19
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
VAR00001
81,90 66,810 ,426 ,728
VAR00002
82,98 71,153 ,007 ,753
VAR00003
82,48 67,384 ,279 ,735
VAR00004
82,77 65,563 ,350 ,730
VAR00005
82,88 65,651 ,428 ,726
VAR00006
83,38 63,625 ,455 ,722
VAR00007
82,48 67,692 ,300 ,734
VAR00008
82,82 65,943 ,401 ,727
VAR00009
82,60 67,528 ,246 ,737
VAR00010
83,23 68,589 ,201 ,740
VAR00011
82,55 64,305 ,356 ,729
VAR00012
83,55 72,203 -,060 ,757
VAR00013
82,65 64,336 ,360 ,729
VAR00014
83,00 66,000 ,327 ,731
VAR00015
82,40 69,118 ,246 ,737
VAR00016
83,43 63,379 ,526 ,717
VAR00017
82,43 65,687 ,432 ,726
VAR00018
82,82 66,148 ,339 ,731
VAR00019
82,00 70,359 ,100 ,745
VAR00020
82,85 73,362 -,141 ,757
VAR00021
82,73 66,769 ,307 ,733
VAR00022
83,27 64,461 ,423 ,724
VAR00023
82,85 67,977 ,175 ,743
VAR00024
82,48 64,307 ,436 ,723
VAR00025
82,90 71,272 ,004 ,752

20
B. Coding, Reliabilitas dan Daya Diskriminasi Internal Skala Kecerdasan
Spiritual
1. Coding Skala Kecerdasan Spiritual

2. Reliabilitas Skala Kecerdasan Spiritual


Azwar (2012) mengatakan suatu pengukuran yang mampu
menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut
sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas adalah sejauh
mana hasil suatu proses pengukuran dapat di percaya. Reliabilitas
dianggap sudah memuaskan jika benilai 0,700 dan yang paling
memuaskan adalah 0,9 hingga 0,95.

Case Processing Summary

N %

Valid 40 100,0

Cases Excludeda 0 ,0

Total 40 100,0 21
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.874 22

Berdasarkan tabel di atas, koefisien reliabilitas skala dukungan


sosial keluarga sebesar 0,874. Jadi, dapat disimpulkan bahwa skala
kecerdasan spiritual adalah reliabel.

3. Daya Diskriminasi Internal Skala Kecerdasan Spiritual


Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya

r ix
bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki kurang dari

0,30 sebagai suatu aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012).
Dari 42 aitem skala kecerdasan spiritual yang telah diujikan, terdapat
22 aitem dengan daya diskriminasi tinggi yaitu aitem nomor 2, 3, 4, 7, 9,
10, 12, 14, 18, 19, 20, 23, 24, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 39, dan 42. Lalu
sisanya terdapat 20 aitem dengan daya diskriminasi rendah.

22
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
VAR00002
93,68 104,071 ,682 ,876
VAR00003
94,03 104,794 ,504 ,879
VAR00004
93,83 105,533 ,539 ,878
VAR00007
94,33 100,789 ,580 ,876
VAR00009
94,08 105,558 ,362 ,883
VAR00010
93,78 104,589 ,627 ,877
VAR00012
94,98 105,102 ,387 ,882
VAR00014
93,38 106,651 ,651 ,878
VAR00018
93,55 109,126 ,383 ,882
VAR00019
93,83 108,456 ,236 ,886
VAR00020
93,88 106,881 ,527 ,879
VAR00023
95,35 102,900 ,422 ,882
VAR00024
94,55 102,767 ,560 ,877
VAR00029
94,10 102,144 ,585 ,876
VAR00031
94,70 106,164 ,249 ,889
VAR00032
93,75 107,987 ,513 ,880
VAR00033
93,80 110,062 ,274 ,884
VAR00035
95,08 104,481 ,431 ,881
VAR00036
93,90 106,349 ,584 ,878
VAR00037
94,03 105,820 ,404 ,881
VAR00039
95,33 102,789 ,509 ,879
VAR00042
93,83 109,122 ,330 ,883

94,25 102,756 ,493 ,879

93,78 104,640 ,664 ,876


Item-Total
Statistics 94,08 106,584 ,520 ,879

23
BAB IV
UJI ASUMSI DAN UJI HIPOTESIS
A. Uji Asumsi
1. Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Kontrol Diri .121 35 .200 .977 35 .669


*
Kecerdasan Spiritual .151 35 .040 .936 35 .041

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Normalitas : Sig > 0,05


a) Kontrol Diri
Data kontrol diri terdistribusi normal dengan nilai signifikan 0,200.
b) Kecerdasan Spiritual
Data Kecerdasan Spiritual tidak terdistribusi normal dengan nilai 0,040.

2. Linearitas
ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 463.951 1 463.951 4.155 .050b

1 Residual 3685.020 33 111.667

Total 4148.971 34

a. Dependent Variable: Kontrol Diri


b. Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual
Linearitas : Sig < 0,05
Data control diri dengan kecerdasan spiritual bersifat linear dengan nilai
signifikan 0,050.

B. Uji Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri

pada mahasiswa yang berorganisasi.

24
Ha : Ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada

mahasiswa yang berorganisasi.


Correlations

Kontrol Diri Kecerdasan


Spiritual

Pearson Correlation 1 .334**

Kontrol Diri Sig. (2-tailed) .050

N 35 35
**
Pearson Correlation .334 1

Kecerdasan Spiritual Sig. (2-tailed) .050

N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hipotesis
Ho : Sig > 0,05
Ha : Sig < 0,05
Sig 0,000-0,010 : Sangat Signifikan
Ha : Sig 0,000
Ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan control diri pada
mahasiswa.

Variabel Me Min Max Mean Standar Deviasi


Kontrol Diri 48.917 9 45 27 6
Kecerdasan Spiritual 100,22 22 110 66 16,333
5

Kurva Kontrol Diri

6-2SD 6-1SD Me 6+1SD 6+2SD


27-12 27-6 27 27+6 6+12
= 25 = 21 = 33 = 18

Kurva Kecerdasan Spiritual

25
66-2SD 66-1SD Me 66+1SD 66+2SD
66-32,666 66-16,333 66 66+16,333 66+32,666
= 33,334 = 49,667 = 82,333 = 98,666

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara kecerdasan


spiritual dengan kontrol diri pada mahasiswa organisasi fajrul islam, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif walaupun tidak signifikan
antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada mahasiswa organisasi fajrul

Ha
islam. Dengan demikian diterima dan arah hubungan yang positif

menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi


pula control diri pada mahasiswa orgnaisasi fajrul islam.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. (2001). ESQ Emotional Spiritual Quotient. Jakarta:


PT. Arga Publishing.
Averill (1973). Personal control over aversive stimuli and its
relationship to stress. Psychological Bulletin. Vol. 80, No. 4,
286-303
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset.
Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psikologi Peneyesuaian dan
Hubungan Manusia. New York : McGraw Hill, Inc.
Chaplin, C. P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Grafindo
Persada.
Hurlock, E. B. (1973). Adolescent Development. Tokyo: Mc.
Graw-Hill, Kogakusha, Ltd.
Golfried, M.R., & Merbaum, M. (1973). Behavior change through
self-control. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Khavari, K. (2000). Spiritual Intelligence. Ontario: White Mountain
Publications.
King, D.B. (2008). Rethinking Claims of Spiritual Intelligence: A
Definition. Model, and Measure. Canada: Trent University.
Messina, J. J. (1992). Tools for Handling Control Issues. Lowa:
Kendall Hunt PubCo.

27
Prabowo, H., & Suhendra, E. S. (2008). Diktat kursus SPSS.
Sarafino, E.P (1994). Health psychology : Biopsychosocial
interactions. New York: John Willey & Sons, Inc.
Sinetar, M. (2000). Spiritual Intelligence. New York: Orbis Books.
Zohar, D., & Marshall, I. (2001). SQ: Spiritual Intellegence the
Ultimate Intellegence. London: Plc. Bloomsbury Publishing.

LAMPIRAN

A. Identitas Subjek

Su Usia Jenis Tempat Jurusan Semester Uang Pekerjaan Orang tua

28
bje
(Tahun) Kelamin Tinggal saku
k
1. 19 Laki-laki Depok Teknik Industri 5 - PNS

2. 21 Laki-laki Depok Sistem Komputer 7 20rb Wiraswasta

3. 21 Laki-laki Depok Teknik Arsitektur 3 25rb Dosen

4. 19 Laki-laki Jakarta Teknik Informatika 3 - -

5. 19 Laki-laki Bogor Sistem Komputer 5 25rb Pegawai Swasta

6. 20 Laki-laki Bogor Manajemen 5 30rb Karyawan Swasta

7. 22 Laki-laki Depok Teknik Mesin 5 20rb PNS

8. 21 Laki-laki Jakarta Teknik Mesin 7 Banyak Swasta

9. 22 Laki-laki Bogor Arsitektur 7 50rb Swasta

10. 20 Perempuan Depok Teknik Industri 5 10-20rb Guru

11. 19 Perempuan Depok Teknik Industri 5 35rb Wiraswasta

12. 22 Laki-laki Depok Teknik Elektro 7 - Wirausaha

13. 21 Laki-laki Depok Teknik Informatika 5 Kondisi TNI

14. 20 Laki-laki Jakarta Teknik Elektro 5 - Wirausaha

15. 21 Laki-laki Bogor Teknik Mesin 7 - PNS

16. 21 Laki-laki Jakarta Teknik Mesin 7 - -

17. 19 Laki-laki Jakarta Teknik Mesin 3 15rb Karyawan

18. 20 Laki-laki Depok Teknik Informantika 5 40rb Pegawai

19. 18 Perempuan Jakarta Ilmu Politik 3 100rb Staff Kementrian

20. 20 Perempuan Depok Sistem Komputer 5 50rb Wirausaha

29
21. 21 Laki-laki Depok Sistem Informasi 7 15rb Kepala Sekolah

22. 18 Laki-laki Depok Teknik Elektro 3 - PNS

23. 19 Laki-laki Depok Teknik Informatika 3 - Swasta

24. 19 Laki-laki Dirumah Teknik Elektro 3 15rb Wiraswasta

25. 21 Laki-laki Depok Teknik Informatika 7 - Kontraktor

26. 19 Perempuan Jakarta Teknik Informatika 3 50rb Swasta

27. 20 Perempuan Jakarta Teknik Informatika 5 50rb PNS

28. 19 Perempuan Depok Sastra Inggris 5 Kondisi Dosen

29. 21 Perempuan Depok Manajemen 5 30rb PNS

30. 18 Perempuan Depok Teknik Industri 3 25rb Swasta

31 19 Perempuan Depok Teknik Informatika 3 25rb Pegawai


32 19 Perempuan Depok Teknik Informatika 3 20rb Karyawan
33 20 Perempuan Depok Manajemen 5 40rb Swasta
34 19 Perempuan Depok Akuntansi 3 30rb Swasta
35 19 Perempuan Jakarta Manajemen 3 40rb PNS

30

Anda mungkin juga menyukai