PENDAHULUAN
Kondisi kendaraan tempur saat ini sudah cukup berkembang begitu pula
keendaraan tempur buatan Indonesia. Pada kendaraan tempur memiliki kemampuan
ketahanan terhadap peluru serta dapat menahan ledakan yang dapat diakibatkan
oleh ranjau ataupun geranat serta dapat melindungi pengendara di dalam kendaraan
agar tidak menjadi korban ledakan. Pada umumnya bagian setiap dinding dari
kendaraan tempur baik itu berupa tank ataupun panzer hanya menggunakan satu
lapisan logam yaitu armor steel, sehingga ketika terjadi ledakan pada bagian baw
ah
kendaraan tempur akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan
pengendara didalamnya dapat mengalami cidera.
Cara lain untuk mengurangi dampak ledakan itu ialah dapat menggunakan
logam berlapis (sandwich layers). Lapisan sandwich ini dapat diisi dengan
menggunakan logam dengan bentuk lain seperti metal foam. Metal foam ialah
logam yang memiliki rongga seperti busa/spons. Dengan adanya rongga pada
logam diharapkan dapat menyerap energi yang diberikan. Metal foam dapat
digunakan sebagai core sandwich layers pada bagian dinding kendaraan tempur.
Penggunaan metal foam ini dapat mengurangi dampak energi dari tembakan peluru
ataupun ledakan yang akan diserap oleh lapisan sandwich, sehingga resiko yang
dapat dialami oleh pengendara di dalamnya tidak begitu besar. Metal foam yang
dapat digunakan yaitu salah satunya adalah aluminium foam. Penggunaan
aluminium sebagai metal foam bertujuan agar material yang digunakan lebih
ringan. Karena sifat dari aluminium pada kondisi padat yaitu lebih ringan
dibandingkan dengan logam lain seperti baja. Dengan adanya rongga pada
aluminium maka akan memiliki bobot lebih ringan dibandingkan dengan aluminium
kondisi padat. Proses pembuatan aluminium foam dapat dilakukan dengan beberapa
cara, salah satunya ialah dengan menggunakan foaming agent.
Peneliti tertarik dengan sifat yang dimiliki oleh metal foam dalam hal
kemampuan penyerapan energi. Penelitian ini akan berfokus membahas mengenai
pembuatan foam menggunakan material aluminium seri 7000. Proses pembuatan
foam yang akan dilakukan ialah dengan menggunakan foaming agent, adapun
foaming agent yang digunakan yaitu CaCO3. Pembuatan foam dengan CaCO3 ialah
dengan cara menghasilkan gas pada lelehan aluminium. Gas yang dihasilkan yaitu
CO2 yang berasal dari hasil dekomposisi CaCO3.[Praveen Kumar, dkk.;2015]
Untuk membuat foam sebelum diberi foaming agent ialah pemberian stabilizer
dengan menggunakan stabilizer Al2O3 yang berfungsi untuk menambah viskositas
lelehan aluminium, sehingga gas yang terbentuk akan terjebak didalam logam
aluminium. Pada saat proses pembekuan gas yang terjebak akan menghasilkan
poros didalam aluminium.
Pada penelitian ini berfokus mempelajari pengaruh dari kadar CaCO3
(%berat) terhadap karakteristik aluminium foam yang dihasilkan yaitu densitas da
n
porositas, selain itu untuk mengetahui pengaruh porositas terhadap kekuatan teka
n
dan pengujian balistik (uji tembak) pada aluminium foam seri 7000.
Perumusan masalah yang dijadikan acuan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh kadar CaCO3 sebagai foaming agent terhadap
aluminium foam yang akan dihasilkan ?
2. Bagaimana pengaruh CaCO3 dengan karakteristik ?
3. Bagaimana pengaruh antar karakter aluminium foam ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai
berikut :
1. Mempelajari proses pembuatan Aluminium foam dengan foaming agent
CaCO3
2. Mempelajari pengaruh kadar CaCO3 terhadap karakteristik
3. Menganalisa pengaruh porositas terhadap kekuatan tekan dan uji balistik pada
aluminium foam seri 7000.
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini terbagi menjadi 5 BAB dengan
uraian setiap BAB, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini disajikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan
masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini disajikan metal foam, metode pembuatan cellular material, parameter
dalam proses pembuatan metal foam, jenis stabilizer dan foaming agent, proses
pengujian, rumus, aplikasi metal foam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini disajikan diagram alir penelitian, prosedur percobaan aluminium foam, al
at
dan bahan, prosedur penelitian, proses pembuatan aluminium foam, karakterisasi
dan pengujian.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini disajikan data hasil penelitian pembuatan aluminium foam seri 7000, data
distribusi morfologi pori, data hasil pengujian kompresi, data pengujian balisti
k,
pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini disajikan kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian dan saran untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Hasil reaksi zat terhadap kondisi dispersi [Banhart; 2005]
Pengertian foam(busa) ditujukan untuk hasil dispersi dari gas di dalam zat
berbentuk cair. Foam diproduksi pada kondisi media cair, dapat dilihat pada
Gambar 2.1 . Sistem metallic terbagi menjadi beberapa, yaitu :[Banhart; 2005]
1. Cellular metals (logam bersel), material yang memiliki kandungan
void(rongga) tinggi yang dihasilkan dari jaringan yang terhubung antara strut
dan node, dapat dilihat pada Gambar 2.2
Membran
C:\Users\khairulilhamf\Downloads\foam\materials-08-05340-g001-1024.png
Gambar 2.2 Cellular metal
2. Porous metals, material yang memiliki poros berbentuk bulat, kasar dan
tingkat porositas umumnya kurang dari 70%. Secara mekanik, poros tidak
akan berinteraksi jika kurang dari 20%.
3. Metal foams, cabang dari cellular metals, memiliki bentuk pori bermacam-
macam tergantung arah pembekuan. Tingkat porositas pada metal foam
sebesar 70%-90% Cell yang terbentuk ada dua jenis yaitu terbuka (open cell)
dan tertutup (closed cell). Dapat dilihat pada Gambar 2.3
a. Open cell, ikatan antara strut dan node yang tidak memiliki membran,
sehingga rongga yang ada akan saling terhubung.
b. Closed cell, rongga yang terbentuk tidak saling terhubung karena terdapat
membran yang berada disekeliling rongga.
C:\Users\khairulilhamf\Downloads\foam\foam-by-alia-5-638.jpg
C:\Users\khairulilhamf\Downloads\foam\foam-by-alia-5-638.jpg
Gambar 2.3 Closed cell (kiri), Open cell (kanan) [Babscan; 2003]
Morfologi dari pembentukan metal foam dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Foam akan terbentuk dari partikel yang dimasukan kedalam cairan logam, partikel
ini akan berubah menjadi gas seiring naiknya temperatur dan gas akan
mengembang. Gas yang mengembang kemudian akan menyatu satu sama lain dan
membentuk susunan yang memiliki rongga. Proses terbentuknya rongga didalam
Dispersi
foaming agent
D
ekomposisi
foaming agent
Pengembangan
gas
Solidifikasi
membentuk
porositas
logam cair inilah yang disebut metal foaming. Setelah rongga terbentuk di dalam
cairan logam, kemudian logam didinginkan dan akan terjadi proses pembekuan.
Gas yang berada di dalam logam tersebut akan terjebak dan setelah logam membeku
maka disebut sebagai metal foam.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat material bersel. Metode
yang digunakan dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi logam yang diproses.
Klasifikasi dibagi menjadi 4 buah, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Klasifikasinya
yaitu : [Banhart; 2000]
1. Terbentuk pada logam cair
2. Terbentuk dari logam padat dengan bentuk powder
3. Terbentuk dari metal vapour
4. Metal ion
Pembekuan
Aluminium
cair
Pengaduk
Proses pembuatan yang dilakukan untuk membuat rongga pada logam cair
dengan cara menghasilkan gas pada logam yang dicairkan dan diberi penstabil.
Penstabil yang digunakan dapat berupa serbuk keramik (ceramic powder). Terdapat
dua cara yang umum dilakukan untuk membuat foam pada logam cair, pertama
ialah dengan cara memasukan gas ke dalam logam cair (injecting gas), kedua ialah
dengan cara menambahkan foaming agent.
a. Foaming dengan injeksi gas
Proses pembuatan metal foaming dengan injeksi gas ialah memasukkan gas
ke dalam aluminium cair sehingga gas akan terjebak. Penambahan ceramic partikel
seperti Aluminium oxide (Al2O3) atau silicon carbide (SiC) pada aluminium cair
bertujuan untuk membuat aluminium cair menjadi kental sehingga dapat dibentuk
foam. Gas yang digunakan ialah udara, nitrogen atau argon.[Banhart; 2005] Proses
pembentukan foam ialah dengan cara masukan gas melalui batang pengaduk
sehingga gas yang keluar akan teraduk lalu gas akan terdispersi di dalam alumini
um
cair yang kemudian akan begerak kepermukaan dan tertarik ke conveyor sehingga
terjadi pendinginan dan pembekuan pada conveyor. Proses dapat dilihat pada
Gambar 2.6
2
.
3
.
4
.
5
.
6
.
terdispersi di dalam aluminium cair dan akan menghasilkan rongga. Pada produksi
yang pertama kali digunakan calsium yang ditambahkan kedalam aluminium cair,
kemudian diaduk beberapa saat hingga aluminium cair mengental akibat
terbentuknya oksida CaAl2O4. Oksida ini berfungsi menaikan kekentalan dari
logam cair sehingga akan menstabilkan (stabilizer) rongga ketika proses
pembentukan foam terjadi. Stabilizer jenis lain yang dapat digunakan ialah Al2O3
,
SiO2 dan SiC. Foaming agent yang digunakan yaitu TiH2. TiH2 akan terurai
menghasilkan gas hidrogen yang akan membentuk rongga ketika logam cair mulai
membeku.[Banhart; 2005] Foaming agent lain yang dapat digunakan ialah CaCO3.
Proses pembuatan foam dengan dengan CaCO3 dilakukan dengan proses
pemasukan CaCO3 ke dalam logam cair yang telah diberi stabilizer. CaCO3 setelah
dimasukan lalu dilakukan pengadukan sehingga CaCO3 akan terdekomposisi
menghasilkan CaO dan gas CO2.[Praveen Kumar,dkk.; 2015] Proses dapat dilihat
pada Gambar 2.7
CaCO3 . CaO + CO2 2.1
Foam
ing agent
Gambar 2.7 Proses pembuatan aluminium foam dengan menggunakan foaming agent
[Aboraia; 2011]
2.3.1 Stabilizer
TiH2 adalah salah satu foaming agent yang sangat terkenal. Foaming agent
TiH2 dapat menghasilkan rongga akibat proses dekomposisi yang terjadi, yaitu TiH
2
akan terdekomposisi dan menghasilkan gas hidrogen, gas ini lah yang akan
membentuk rongga di dalam logam cair ketika terjadi pembekuan. Karena harga
dari TiH2 cukup mahal dan berbahaya untuk pengoperasiannya. Alternatif lain yang
dapat digunakan sebagai foaming agent ialah CaCO3.[Takuya Koizumi; 2011]
Proses pelepasan hidrogen pada TiH2 berdasarkan differential scanning
calorimetry (DSC) terdapat dua jenis peak yaitu peak 1 proses dekomposisi yang
terjadi pada temperatur antara 518-579oC dan peak 2 yaitu 569-649oC, dapat dilih
at
pada Gambar 2.8
Pembentuk foam jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan gas
yang akan didspersikan pada logam cair yaitu dapat menggunakan calsium
carbonate. Bentuk dari calsium carbonate yang digunakan berupa serbuk,
mekanisme pembentukannya yaitu dengan memanfaatkan gas hasil dekomposisi
dari CaCO3. Penggunaan CaCO3 sebagai foaming agent dikarenakan temperatur
dekomposisi calcium carbonat saat kontak dengan aluminium cair mencapai 700oC
dengan reaksi dekomposisi sebagai berikut : [Varuzan Kevorkijan; 2010]
CaCO3(s) . CaO(s) + CO2(g) 2.3
II
II
I
C:\Users\khairulilhamf\Documents\My Bluetooth\P_20160619_224347.jpg
Gambar 2.9 Kurva uji kompresi[Ashby, dkk.; 2000]
Pada Gambar 2.9 kurva uji kompresi, terdapat tiga wilayah yaitu daerah I
yaitu linear elasticity, daerah II yaitu plateau dan daerah III yaitu densificat
ion.
Pada daerah I dinding cell pada metal foam akan mengalami penekanan, kemudian
pada daerah II cell akan mengalami buckling yang kemudian akan luluh lalu patah.
Pada daerah II dapat digunakan sebagai indikasi besarnya gaya yang diserap oleh
metal foam, karena metal foam memiliki rongga yang bertingkat ketika kemampuan
cell di lapisan paling atas mulai luluh dan hancur, maka gaya akan diakomodir ol
eh
sususan cell yang ada dibawahnya. Jika susunan cell yang berada dibagian
bawahnya tidak dapat menahan gaya tekan maka metal foam akan semakin
memadat, kemudian masuk ke dalam daerah III yaitu densification.
tipe dari jenis armor berdasarkan NIJ (National Institute of Justice) standar.
Untuk mengetahui nilai denasitas relatif pada aluminium foam seri 7000,
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :[Praveen Kumar, 2015]
....=
....
....
2.1
Keterangan :
.r = densitas produk foam
.f = densitas produk foam (gr/cm3)
.s = densitas produk padat (gr/cm3)
2.5.2 Porositas
Energy
absorption
Damping
insulation
Strength shape
s
-
e curve
Density
stiffness
Bi
-
functional
application
Ideal multi
-
functional
application
Mechanical damping
thermal conductivity
acoustic properties
Metal foam dapat digunakan pada sebuah kendaraan karena sifatnya yang
ringan. Aluminium salah satu logam yang digunakan sebagai inti dari lapisan
sandwich logam yang memiiki kekakuan baik dan juga ringan. Karena sifatnya
yang ringan maka akan mempengaruhi daya konsumsi energi yang digunakan.
Kekakuan yang dimiliki aluminium foam dapat mempertahankan bentuk struktur
dengan baik. Contoh pengaplikasian aluminium foam yaitu digunakan pada bagian
dinding dari kereta listrik modern, dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Banyaknya rongga yang terdapat pada metal foam dapat memberi banyak
keuntungan, selain ringan, kaku dan dapat menyerap energi mekanik, metal foam
juga dapat digunakan untuk pendingin. Salah satu aplikasi yang digunakan pada
bidang yang bekerja menggunakan temperatur cukup tinggi ialah heat-exchanger.
Fungsi dari heat-exchanger ialah ialah untuk menukarkan energi panas yang
dihasilkan dari proses pada suatu siklus. Pada umumnya heat-exchanger ialah pipa
yang didalamnya berisi gas ataupun cairan yang digunakan untuk mendinginkan.
Proses pendinginan dilakukan ketika zat yang mewati pipa akan diradiasikan
panasnya melalui dinding pipa, kemudian panas dari dinding pipa akan diserap ole
h
metal foam yang berada dibagian luar pipa. Pada umumnya terdapat kipas untuk
membuang panas dari metal foam sehingga pipa yang berada diantara metal foam
akan menurun temperaturnya begitu pula pada zat yang mengalir di dalamnya.
Berikut adalah cotoh heat-exchanger dapat dilihat pada Gambar 2.13
Aplikasi lain yang dapat dimanfaatkan dari metal foam dapat dilihat pada
Tabel 2.2
Tabel 2.2 Aplikasi metal foam[Ashby, dkk.; 2000]
Aplikasi
Keterangan
Strain isolation
. Metal foam can take up strain mismatch by
crushing at controlled pressure
Vibration control
. Foamed panels have higher natural
flexural vibration frequencies than solid
sheet of the same mass per unit area
Acoustic abssorption
. Reticulated meta foam have sound-
absorbing capacity
FAKTA
1.
Aluminium
memiliki sifat ringan,
stiffness
,
mudah didapatkan
2.
CaCO
3
mudah didapatkan didalam negeri serta ekonomis
3.
Proses pembuatan
aluminium foam
beragam
PROBLEM STATMENT
1.
Pembuatan koloid
aluminium dengan
Al
2
O
3
2.
Penambahan CaCO
3
sebagai
foaming agent
3.
CaCO
3
terdekomposisi
menghasilkan gas, yaitu CaCO
3(s)
.
.
CaO
(s)
+ CO
2(g)
. dan
membentuk rongga ketika terjadi solidifikasi
DATA MENTAH
1.
Bahan
2.
Parameter proses
3.
Proses percobaan
4.
Karakterisasi
5.
Peralatan
PELAKSANAAN PENELITIAN
1.
Parameter proses
2.
Percobaan
3.
K
arakterisasi
aluminium foam
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1.
Morfologi pori : bentuk pori, diameter pori, tebal dinding, kebulatan dan distri
busi
rongga pori
2.
Sifat fisik : densitas relatif dan porositas
3.
Sifat mekanik : uji kompresi dan
balistik
Pengecekan
temperatur
Peleburan
Al cair
Pengadukan
Koloid
Pengadukan
Pembentukan
foam
Pembekuan dan
pengeluaran produk
Al
-
7075
Al
2
O
3
CaCO
3
Gambar 3.2 Skema proses pembuatan aluminium foam
CaCO3
(%berat)
Al2O3
(%berat)
t mixing (s)
Kecepatan
Putaran
(rpm)
T mixing
dan
foaming
(oC)
Al seri 7075
900 gr
2.5
3.5
30
700
725
3.0
3.5
4.0
4.5
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
1. Tungku
2. Crucible graffit
3. Burner
4. Thermocouple
5. Pengaduk
6. Penjepit
7. Alat potong
8. Perlengkapan keselamatan kerja :
o Apron lengan
o Apron dada
o Sarung tangan
o Pelindung wajah (topeng las)
3.3.2 Bahan
1. Alumunium 7000
2. CaCO3
3. Al2O3
4. Aluminium foil
b. Crucible graffit
Crucible graffit ialah alat yang digunakan sebagai wadah untuk mencairkan
logam Al yang akan dilebur. Crucible jenis ini digunakan karena setelah Al foam
terbentuk dan kemudian membeku, maka akan memudahkan dalam proses
pelepasan produk dari wadah. Dapat dilihat pada Gambar 3.4
c. Burner
Burner (Gambar 3.5) yang digunakan pada proses penelitian ini ialah burner
dengan bahan bakar gas LPG. Burner ini digunakan sebagai alat pemanas yang akan
digunakan untuk memanaskan logam Al dengan cara meradiasikan panas yang
dihasilkan kepada dinding crucible dari hasil pembakaran bahan bakar gas. Beriku
t
adalah reaksi dari proses pembakaran :
3.1
CxHy(gas) + O2(gas) CO2(gas) + H2O(uap) + panaspembakaran
Gambar 3.5 Burner
d. Thermocuople
e. Pengaduk
Gambar 3.9 Perlengkapan keselamatan kerja (sarung tangan, pelindung wajah, apron
lengan dan apron dada)
Siapkan CaCO3 yang digunakan sebagai Foaming Agent, dapat dilihat pada
Gambar 3.11
c. Al2O3
Siapkan Al2O3 yang akan digunakan sebagai stabilizer, dapat dilihat pada
Gambar 3.12
1. Perhitungan densitas
....=
....
....
=
....
....
3.1
Keterangan :
.f = densitas produk foam (gr/cm3)
Wf = berat produk foam (gr)
Ws = berat produk padat (gr)
Vf = volume produk foam (cm3)
2. Perhitungan porositas
b. Mounting
c. Grinding
Proses grinding yaitu proses yang dilakukan untuk mengkikis sisa resin
yang menutupi permukaan spesimen serta agar permukaan dari aluminium foam
dapat terlihat dengan baik. Pada proses grinding dilakukan menggunakan amplas
80 hingga 1000 mesh. Proses dan hasil grinding dapat dilihat pada Gambar 3.17
Gambar 3.17 Proses grinding spesimen (kiri) dan spesimen setelah proses grinding
(kanan)
Hasil dari foto makro kemudian diinput ke software Optimas 6.1, dapat
dilihat pada Gambar 3.19
f. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil software Optimas 6.1 kemudian diolah untuk
mengetahui ukuran sebenarnya.
4. Pengujian kompresi
Backing plate
3,5 mm
5. Pengujian balistik
a. Spesimen aluminium foam yang telah dibentuk kemudian dibuat sebagai core
pada sandwich layers dengan susunan lapisan utama pelat baja 5 mm dan
backing plate 3,5 mm, dapat dilihat pada gambar 3.22 dan dimensi dari
aluminium foam yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
b. Spesimen dipasang pada dudukan target tembak, dapat dilihat pada Gambar
3.23
c. Pemasangan senjata pada dudukan tembak, dapat dilihat pada Gambar 3.24
d. Proses penembakan pada spesimen uji di dalam lorong tembak dapat dilihat
pada Gambar 3.25, dengan senjata yang digunakan yaitu senjata serbu SS1
menggunakan amunisi cal. 5,56 x 45 mm, dapat dilihat pada Gambar 3.26
dan Gambar 3.27.
e. Analisa hasil dari uji balistik
Keterangan :
1. Nilai kekerasan pelat baja ST7 yang digunakan sebesar 126 HBN
2. Jarak penembakan 50 m
3. Kecepatan peluru 915 m/s
4. Proses pengujian dilakukan di DISLITBANG TNI AD (Pusdikpasus)
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini disajikan data hasil penelitian pembuatan aluminium foam seri 7000,
data morfologi pori, data hasil pengujian kompresi dan data pengujian balistik.
D:\Fix Skripsi\skripsi\Data\uji\irul\3%\IMG_6330.JPG
CaCO
3
(3% berat)
CaCO
3
3 (% berat)
Proses pengamatan lain yang dilkukan ialah pengujian morfologi pori yang
bertujuan untuk mengetahui jumlah dari pori yang terbentuk serta nilai diameter
rata-rata pori pada setiap komposisi CaCO3 (%berat). Untuk memperoleh nilai
morfologi pori yaitu menggunakan aplikasi software Optimas 6.1. Data yang telah
diperoleh dapat diihat pada Tabel 4.4. Cara input pada software dapat dilihat pa
da
Gambar 4.2 hingga Gambar 4.16
Tabel 4.4 Data morfologi pori
No
CaCO3 (%berat)
Data
Diameter Pori
Tampak atas
Tampak
Depan
Tampak
samping
kanan
1
2.5
Total
1822
1612
1466
Mean
14.05
12.42
12.50
Std. Dev
7.19
8.05
7.75
Var
51.62
64.76
60.13
Min
0.03
0.03
0.02
Max
27.85
27.76
27.92
2
3.0
Total
2918
3420
3846
Mean
12.73
13.41
13.47
Std. Dev
8.23
7.64
8.03
Var
67.79
58.40
64.45
Min
0.04
0.02
0.02
Max
28.79
27.95
27.98
3
3.5
Total
3880
3836
2698
Mean
15.37
14.10
14.70
Std. Dev
8.31
8.53
8.14
Var
69.97
72.75
66.18
Min
0.03
0.03
0.12
Max
28.80
30.73
29.99
4
4.0
Total
4174
2078
3664
Mean
12.99
13.38
14.08
Std. Dev
7.82
8.10
7.83
Var
61.16
65.60
61.32
Min
0.03
0.03
0.06
Max
27.96
27.94
27.97
5
4.5
Total
4526
3036
3460
Mean
13.98
13.36
12.52
Std. Dev
8.29
8.40
8.23
Var
68.71
70.47
67.70
Min
0.03
0.02
0.03
Max
31.36
28.26
30.66
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan software Optimas 6.1 kemudian data
diolah dengan menggunakan skala Dr : Dmax sehingga didapatkan nilai dengan
satuan mm. Hasil dari pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi diameter pori
No
CaCO3 (%berat)
Diameter pori (mm)
Min
Mean
Max
1
2.5
0.0048
2.82
6.00
2
3.0
0.0044
2.99
6.67
3
3.5
0.0074
3.63
7.33
4
4.0
0.0055
2.91
6.00
5
4.5
0.0053
2.50
5.67
Gambar 4.2 Morfologi pori pada permukaan atas spesimen CaCO3 (2.5%berat)
Gambar 4.3 Morfologi pori pada permukaan depan spesimen CaCO3 (2.5%berat)
Gambar 4.4 Morfologi pori pada permukaan samping kanan spesimen CaCO3 (2.5%berat
)
Gambar 4.5 Morfologi pori pada permukaan atas spesimen CaCO3 (3.0%berat)
Gambar 4.6 Morfologi pori pada permukaan depan spesimen CaCO3 (3.0%berat)
Gambar 4.7 Morfologi pori pada permukaan samping kanan spesimen CaCO3 (3.0%berat
)
Gambar 4.8 Morfologi pori pada permukaan atas spesimen CaCO3 (3.5%berat)
Gambar 4.9 Morfologi pori pada permukaan samping kanan spesimen CaCO3 (3.5%berat
)
Gambar 4.10 Morfologi pori pada permukaan depan spesimen CaCO3 (3.5%berat)
Gambar 4.11 Morfologi pori pada permukaan depan spesimen CaCO3 (4.0%berat)
Gambar 4.12 Morfologi pori pada permukaan samping kanan spesimen CaCO3 (4.0%bera
t)
Gambar 4.13 Morfologi pori pada permukaan atas spesimen CaCO3 (4.0%berat)
Gambar 4.14 Morfologi pori pada permukaan atas spesimen CaCO3 (4.5%berat)
Gambar 4.15 Morfologi pori pada permukaan samping kanan spesimen CaCO3 (4.5%bera
t)
Gambar 4.16 Morfologi pori pada permukaan depan spesimen CaCO3 (4.5%berat)
500m
500m
500m
Pada penelitian aluminium foam seri 7000 untuk mengetahui tebal dinding
rata-rata dari spesimen yang telah dibuat yaitu menggunakan mikroskop optik. Car
a
untuk mengetahui tebal dinding dan kebulatan dengan menggunakan mikroskop
optik dapat dilihat pada Gambar 4.17 dan Gambar 4.18. Data tebal dinding dan
kebulatan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Penekanan 20%
Penekanan 60%
Sebelum pengujian
Setelah pengujian
Gambar 4.19 Proses uji kompresi spesimen dengan CaCO3 4.0 (%berat)
10
20
30
40
50
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
Strain (%)
2.5 % berat
CaCO
3
Gambar 4.21 Kurva kekuatan tekan terhadap strain kompresi pada CaCO3 2.5 (% bera
t)
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
Compressive strength (MPa)
Strain (%)
3.0 % berat
CaCO
3
Gambar 4.22 Kurva kekuatan tekan terhadap strain kompresi pada CaCO3 3.0 (% bera
t)
0
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Strain (%)
3.5 % berat
CaCO
3
Gambar 4.23 Kurva kekuatan tekan terhadap strain kompresi pada CaCO3 3.5 (% bera
t)
10
20
30
40
50
60
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
Strain (%)
4.0 % berat
CaCO
3
Gambar 4.24 Kurva kekuatan tekan terhadap strain kompresi pada CaCO3 4.0 (% bera
t)
0,0
2,5
5,0
7,5
10,0
12,5
15,0
17,5
20,0
22,5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
Strain (%)
Gambar 4.25 Kurva kekuatan tekan terhadap strain kompresi pada CaCO3 4.5 (% bera
t)
0
10
15
20
25
30
35
40
45
10
20
30
40
50
60
70
CaCO3 (2,5%berat)
CaCO3 (3,0%berat)
CaCO3 (3,5%berat)
CaCO3 (4,0%berat)
CaCO3 (4,5%berat)
Gambar 4.26 Kurva compressive strength terhadap strain pada seluruh CaCO3
Pengujian lain yang dilaksanakan dalam penelitian aluminium foam ini yaitu
pengujian balistik. Proses pengujian balistik digunakan untuk mengetahui apakah
aluminium foam yang telah dibuat dapat mengurangi laju dari peluru yang
ditembakkan, sehingga dapat diaplikasikan untuk lapisan pelindung anti peluru.
Pada pengujian balistik spesimen aluminium foam akan dijadikan sebagai core pada
sandiwch layer. Bagian depan dan belakang dari core ini yaitu pelat baja berukur
an
5 mm dan 3.5 mm dengan kekerasan rata-rata sebesar 126 HBN. Setelah spesimen
aluminium foam dan pelat baja disusun kemudian dilakukan uji penembakan
terhadap spesimen menggunakan senjata penguji dapat dilihat pada Gambar 4.27,
dengan jenis amunisi dapat dilihat pada Gambar 4.28. Jarak tembak yang digunakan
ialah 50 m. Bentuk spesimen uji balistik dapat dilihat pada Gambar 4.29 dan data
dari alat yang digunakan pada Tabel 4.6
Lapisan utama (pelat 5 mm)
Backing plate
5 mm
Hasil uji balistik pada spesimen yang telah disiapkan dapat dilihat pada Gambar
4.30 hingga Gambar 4.34
Lapisan utama
Backing plate
Samping
Backing plate
Lapisan utama
Samping
Backing plate
Lapisan utama
Samping
Samping
Lapisan
utama
Gambar 4.30 Hasil uji balistik pada spesimen CaCO3 (2.5% berat)
Lapisan utama
Samping
4.6 Pembahasan
relatif
y =
-
15,211x
2
+ 112,56x
-
127,14
R = 0,9665
y = 0,12x
2
-
0,872x + 1,78
R = 0,9547
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
50
55
60
65
70
75
80
85
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
. relatif
Porositas (%)
CaCO3 (%berat)
Porositas
Densitas
Poly. (Porositas)
Poly. (Densitas)
Gambar 4.35 Kurva pengaruh CaCO3 terhadap porositas dan densitas relatif
20
40
60
80
100
10
20
30
40
50
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
Porositas (%)
. relatif
Compressive strength
Porositas
Linear (Porositas)
Gambar 4.36 Kurva pengaruh densitas relatif terhadap compressive strength dan po
rositas
Pada Gambar 4.36 yang menghubungkan pengaruh densitas relatif terhadap
porositas dan compressive strengh, didapatkan trendline linier yang menurun pada
porositas dan meningkat pada compressive strength. Dari kurva ini menunjukkan
bahwa semakin besar nilai densitas relatif yang dihasilkan maka porositas yang
terbentuk akan semakin rendah serta semakin besar nilai densitas relatif maka
compressive strength akan semakin meningkat . Hal ini disebabkan karena pada
densitas relatif yang besar terbentuk sedikit rongga sehingga porositas yang
terbentuk sedikit, dengan CaCO3 2.5 (%berat) menghasilkan densitas relatif sebes
ar
0.35 dengan porositas 58.48% serta compressive strength sebesar 42.46 MPa,
sedangkan pada CaCO3 3.5 (%berat) memiliki nilai densitas terendah yaitu 0.18
menghasilkan porositas sebesar 81.56% dengan nilai compressive strength sebesar
5.21 MPa.
Untuk mendapatkan produk aluminium foam dengan nilai optimum baik
dari segi densitas relatif, porositas, maupun compressive strength, maka nilai y
ang
dicapai harus berada pada posisi perpotongan garis pada kurva antar karakteristi
k
yang ditandai dengan garis putus-putus. Pada penelitian ini, nilai optimum yang
dapat digunakan sebagai peredam laju peluru yaitu berada pada CaCO3 3.0
(%berat) dengan nilai densitas 0.25, porositas 74.77% dan kekuatan tekan 21.03
MPa, serta pada CaCO3 4.0 (%berat) dengan nilai densitas 0.23, porositas 77.23%,
dan kekuatan tekan 21.57 MPa.
y = 0,0637x
-
1,8765
R = 0,8371
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
55
65
75
85
Porositas (%)
Diameter
Linear (Diameter)
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
Porositas (%)
Compressive strength
y = 0,343x
-
9,968
R = 0,9115
10
15
20
25
30
35
40
45
50
100
150
s
compressi
Linear
(
s
compressi)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan beberapa kesimpulan yang menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu :
5.2 Saran