SOSIAL
Abstract
Utilization of social media technologies by teachers and parents as a
medium of communication and collaboration in junior Kristen Satya Discourse
Salatiga not maximized because there are still some teachers and parents , who
are not yet using social media to communicate, only the phone and SMS .
Problems in the school in the cooperation is the lack of participation of parents to
be involved in school activities.
Cooperation based social media teachers and parents used to be more
practical and efficient . This study used descriptive qualitative method . The
results showed the use of social media does not play an important role in the
cooperation of teachers and parents , as well as the cooperation of parents and
teachers are not influenced by social media .
Pendahuluan
Hubungan kerjasama antara orang tua peserta didik dan guru dalam proses
pendidikan sangatlah penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Untuk
berprestasi di sekolah, siswa membutuhkan dukungan dari guru dan orang tua
yang dapat tercipta apabila ada relasi yang baik di antara keduanya. Hubungan
dan kerjasama antara orang tua dan guru dapat membantu meningkatkan aktifitas
belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Fenomena komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat ini pada
umumnya hanya terjadi dalam pertemuan-pertemuan formal yang diadakan pihak
sekolah saat rapat penentuan uang komite sekolah dan penerimaan hasil belajar
siswa (raport) yang terjadi hanya 4 kali dalam setahun. Guru dan orang tua jarang
1
membicarakan hal-hal pribadi yang berkaitan langsung dengan siswa, seperti
minat belajar, sikap dan tingkah laku, kedisiplinan, pergaulan, bakat, kemajuan
belajar, prestasi, bahkan masalah pribadi siswa.
Selama masa observasi antara bulan Januari sampai April 2015, hanya sekali
saja diadakan pertemuan atau rapat yang dilaksanakan oleh guru dan orang tua
tentang persiapan siswa kelas IX untuk mengikuti Ujian Nasional 2015. Selain itu
pemanggilan orang tua ke sekolah, pemberian informasi melalui surat dan
kegiatan kunjungan guru ke rumah siswa hanya dilakukan ketika siswa membuat
masalah dan melakukan tindakan-tindakan pelanggaran di sekolah.
Karena kurangnya komunikasi antarpribadi antara guru dan orang tua saat
ini, maka guru dan orang tua kurang mengetahui perkembangan siswa setiap hari,
memenuhi segala kebutuhan siswa, kurang memberikan perhatian dan dukungan
kepada siswa, kurang mengetahui segala permasalahan yang dihadapi siswa dalam
belajar, kurangnya tingkat kedisiplinan pada siswa bahkan bisa terjadi
kesalahpahaman antara guru dan orang tua dalam mendidik siswa.
Saat ini, perkembangan TIK mempermudah membangun komunikasi
dengan media sosial, seperti facebook, twitter, blackberry messenger, line,
whatsapp dan lain-lain. Media ini populer dan digunakan oleh hampir semua
kalangan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang baik, praktis
dan efisien dalam proses kerjasama dan koordinasi antara guru dengan orang tua
siswa dalam pengawasan pembelajaran siswa.
Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga untuk
mengetahui dan menganalisa seberapa besar peranan dan keterlibatan orang tua
dalam proses pendidikan anak, seberapa besar kerjasama / komunikasi antara
orang tua dan guru serta pola komunikasi orang tua dan guru dengan
memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu media sosial
sebagai media/alat (tools) dalam proses kerjasama dan komunikasi guru dan orang
tua siswa.
Dengan pemanfaatan media sosial, maka hubungan kerjasama dan
komunikasi antara guru dan orang tua siswa menjadi lebih mudah, praktis dan
efisien.
2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana komunikasi orangtua
dan guru berbasis media sosial di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga ?
Landasan Teori
a. Peran Guru Dalam Pembelajaran Anak
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan
pembelajaran bersama siswa. Syatra (2013) mengatakan bahwa tuntutan
pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Slameto (dalam Syatra 2013: 62)
menegaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, peran guru tidak terbatas
sebagai penyampai ilmu pengetahuan, namun juga bertanggung jawab terhadap
keseluruhan perkembangan kepribadian anak didik.
Uno (2007) menyatakan bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.
Dalam Wahyudi (2012) terdapat beberapa peran guru yaitu: guru sebagai
pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat,
guru sebagai pembaharu, guru sebagai model dan teladan, dan guru sebagai
peneliti. Menurut Zen (2010) fungsi guru adalah sebagai informator, organisator,
motivator, pengarah/ direktor, inisiator, transmiter, fasilitator, mediator, dan
evaluator.
3
Menurut Nursito (2002) mutu pendidikan di Indonesia ini rendah karena
peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan sangatlah minim. Hal ini dipertegas oleh Suharsono (2004) yang
berpendapat bahwa tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orang tua.
Slameto mengungkapkan bahwa meskipun sekolah telah menyediakan
serangkaian materi untuk mendidik seorang anak hingga dewasa, namun tanggung
jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Kunci
menuju pendidikan yang baik adalah keterlibatan orang dewasa yaitu orang tua
yang penuh perhatian. Jika orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anak-
anak di sekolah, maka prestasi anak tersebut akan meningkat. Proses
pembelajaran akan sempurna dan mencapai hasil yang optimal, jika orang tua dan
dan para pendidik biasa memberikan cintanya yang tulus. Sebab cinta yang tulus
dari orang tua itulah sumber energi yang melimpah bagi anaknya (Suharsono
2003).
4
pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian
kepada orang banyak di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan
lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan.
Rogers (dalam Cangara 2006) menjelaskan komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan
maksud mengubah perilaku. Definisi ini menekankan bahwa dalam komunikasi
ada sebuah proses pengoperan (pemrosesan) ide, gagasan, lambang dan di dalam
proses itu melibatkan orang lain. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi.
Proses komunikasi interpersonal antara guru dan orang tua siswa tersebut
seharusnya mengacu pada model komunikasi sirkuler Osgood dan Schramm
(dalam Mulyana 2002), yang menggambarkan hubungan yang dinamis antara
komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan
decoding, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
(Media Sosial)
Message
(Guru/ Sekolah) (Orang Tua Siswa) Decoder, Interpreter, Encoder
Encoder, Interpreter, Decoder
Feedback
Hubungan antara guru dan orang tua terhubung dalam suatu proses
komunikasi yang dinamis, seperti yang diperlihatkan dan disesuaikan dengan teori
Sirkuler Osgood dan Schramm dalam gambar 1. Kedua variabel manusiawi dalam
proses komunikasi interpersonal ini saling berkaitan membentuk suatu hubungan
timbal balik antara komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui
proses encoding dan decoding dengan menggunakan media sosial sebagai saluran
komunikasi interpersonal.
Pada proses komunikasi yang berlangsung secara dinamis tersebut, terdapat
respon dalam umpan balik (feedback) diantara komunikator dan komunikannya,
5
sehingga hubungan komunikasi interpersonal terjalin secara baik dan dinamis.
Hubungan antara guru dan orang tua siswa lebih ditekankan dalam hubungan
kerjasama, baik tentang penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh kedua belah
pihak, pengawasan, dan lain-lain dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa.
6
sekolah jika diundang dalam bentuk rapat wali murid. Partisipasi merupakan
tingkat kerjasama yang lebih luas dan tinggi tingkatannya. Orang tua dan sekolah
duduk bersama membicarakan berbagai berbagai program dan kegiatan anak.
Menurut Epstein (dalam Coleman, 2013) terdapat enam tipe kerjasama
dengan orang tua, yaitu: parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orang tua
pada pembelajaran anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan
kelompok masyarakat. Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk menciptakan
lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak. Komunikasi
merupakan bentuk yang efektif dari sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah
untuk memberitahukan tentang program sekolah dan kemajuan perkembangan
anak. Komunikasi dilakukan guna bertukar informasi antara sekolah dan orang
tua.
Terdapat dua teknik komunikasi antara sekolah dan orang tua yaitu teknik
komunikasi tidak resmi/ nonformal dan teknik komunikasi resmi/ formal.
Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan mengorganisasikan orang
tua dengan tujuan membantu dan mendukung program sekolah di mana anaknya
belajar. Keterlibatan orang tua pada pembelajaran anak di rumah.
Dalam bentuk kerjasama ini, sekolah dapat menyediakan berbagai informasi
dan ide-ide untuk orang tua tentang bagaimana membantu anak belajar di rumah
sesuai dengan materi yang dipelajari di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses
belajar dari sekolah ke rumah. Orang tua dapat mendampingi, memantau dan
membimbing anak di rumah yang berhubungan dengan tugas di sekolah.
Pengambilan keputusan, menunjuk pada orang tua yang ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orang tua, dan
ketua wali murid.
7
phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media sosial
memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan teman atau relasi,
dapat menjadi media untuk membentuk komunitas online (group). Sosial media
memberikan peluang masuk komunitas yang telah ada sebelumnya dan
memberikan kesempatan mendapatkan feedback secara langsung. Media sosial
memiliki kelebihan untuk bookmarking, content dan sharing, dan creating
opinion (Puntoadi, 2011).
Selain itu, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat,
seperti pada berbagai media sosial, dengan biaya yang lebih murah dapat
berinteraksi online dibandingkan menggunakan telepon (Puntoadi 2011). Media
jejaring sosial berbasis komputer seperti facebook, twitter, line, whatsapp,
blackberry messenger dan lain-lain, merupakan sebuah media komunikasi yang
menghubungkan satu orang dengan yang lainnya, sehingga memberi kesempatan
untuk saling berkenalan.
Menurut Erlina (2009) jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari
elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan dimana
mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal
sehari-hari sampai dengan keluarga. Nurudin (2012) menjelaskan secara
substansional media jejaring sosial mengubah cara komunikasi antar organisasi,
masyarakat, serta individu. Fungsi sebenarnya dari media sosial adalah untuk
berbagi dengan sekelompok teman terpercaya dan keluarga, hal-hal yang ingin
dibagikan akan jauh lebih pribadi, orang akan membuka lebih banyak tentang diri
mereka ketika dikelilingi oleh orang-orang yang lebih dipercaya dari pada orang
lain (Aer, 2015).
BlackBerry Messenger atau BBM ternyata masih menjadi aplikasi pesan
instan utama bagi sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia. Hal itu
diungkap lewat temuan survei On Device Meter edisi Februari 2014 dari lembaga
riset pasar Nielsen. BBM dipakai oleh 79 persen pengguna smartphone Tanah Air
untuk chatting. Angka tersebut merupakan yang terbesar di antara aplikasi-
aplikasi lain yang sejenis. Urutan kedua ditempati oleh WhatsApp yang dipakai
oleh 57 persen pengguna, disusul oleh Line dengan catatan angka 30 persen.
8
Pengguna BBM rata-rata menghabiskan waktu 23,3 menit per hari untuk
mengobrol lewat aplikasi itu. Sementara WhatsApp dan Line rata-rata dipakai
pengguna selama 6,2 menit dan 5,1 menit setiap harinya (Kompas.com, 2014).
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang tidak membuat perbandingan variabel
itu pada sampel lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain
(Sugiyono, 2008).
Variabel yang dideskripsikan adalah kerjasama guru dengan orang tua dan
media sosial. Adapun yang menjadi subyek dan obyek dalam penelitian ini adalah:
Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Pertama Kristen Satya Wacana, Salatiga, 9
guru wali kelas, 1 guru Bimbingan Konseling, serta 10 orang tua siswa untuk
memperoleh data yang diinginkan (Purposive Sampling) dan juga aplikasi media
sosial yang digunakan orang tua dan guru dalam berkomunikasi sebagai obyek
utama pada penelitian ini.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara
dan observasi. Selain itu juga digunakan teknik dokumentasi guna memperkuat
hasil perolehan data. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data
tentang upaya sekolah (guru) dalam menjalin kerjasama dengan orang tua, pola
komunikasi antara guru dan orang tua, bentuk kerjasama yang telah dilakukan,
hambatan dalam bekerjasama, dan upaya sekolah mengatasi hambatan tersebut.
Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru (wali kelas) dan orang tua
siswa.
Metode observasi dilakukan untuk mengamati kondisi fisik sekolah,
lingkungan sekolah, kondisi siswa, proses pembelajaran, interaksi sosial siswa
dengan guru, aktivitas guru dalam proses belajar mengajar, serta interaksi siswa
dengan teman dan orang tuanya. Metode dokumentasi digunakan untuk
memberikan gambaran dan mendapatkan data mengenai media sosial sebagai alat
komunikasi antara guru dengan orang tua, catatan guru, dan arsip kegiatan
bersama orang tua yang dimiliki sekolah.
9
Sajian dan Analisis Data
a. Upaya Sekolah Menjalin Kerjasama dengan Orangtua
Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah SMP Kristen Satya Wacana Salatiga
telah berupaya menjalin kerjasama dengan orang tua dengan cara, yaitu:
a. Membangun hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua, karena sekolah
menganggap bahwa orang tua memang merupakan mitra kerja bersama atau klien
untuk menciptakan tujuan bersama, yaitu agar supaya tujuan pendidikan anak
dapat tercapai dengan baik dan berhasil. Oleh karena itu, dalam hal ini sekolah
telah berusaha untuk membangun hubungan kerjasama yang baik diantara kedua
belah pihak.
b. Menjalin kedekatan, memanggil dan mengajak mengobrol dengan orang tua,
karena dengan melalukan pendekatan dan diskusi, maka orang tua akan merasa
nyaman dan dihargai, dan merasa percaya terhadap sekolah sehingga orang tua
akan bersedia untuk terlibat dalam pendidikan di sekolah.
c. Menyediakan kesempatan bagi orang tua untuk terlibat dan berpartisipasi, hal ini
dilakukan dengan mengikutsertakan orang tua dalam berbagai kegiatan-kegiatan
di sekolah, seperti kegiatan parent seminar, pembentukan komite sekolah, dan
pengambilan raport di sekolah untuk mempererat hubungan kerjasama diantara
kedua belah pihak.
10
c. Bentuk kerjasama yang ketiga adalah kegiatan Parent Seminar, untuk
menyampaikan dan menginformasikan bagaimana minat belajar anak, perubahan
sikap, dan kondisi anak di sekolah baik yang positif maupun negatif, serta
beberapa cara-cara dan kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua
dalam mendidik anak-anakberbagai informasi dari sekolah ke orang tua, keluh
kesah orang tua dan guru, dan pendekatan dari pihak sekolah ke orang tua, dengan
mengundang narasumber, ketua komite dan pengurus komite, serta pengurus
yayasan sekolah.
d. Bentuk kerjasama yang keempat adalah komunikasi dengan orang tua, untuk
memantau dan mengawasi anaknya di sekolah, seperti menanyakan tentang
pembelajarannya di sekolah, bagaimana perkembangan belajarnya di sekolah,
kemudian menanyakan sikap dan tingkah lakunya di sekolah dengan menggnakan
media komunikasi seperti telepon, SMS, dan media sosial.
11
komunikator dan komunikannya yang ditransmisikan melalui proses encoding dan
decoding.
12
dan pendidikannya, memberikan perhatian, menjadi teladan serta mengajarkan
tentang hal-hal atau nilai-nilai yang baik dalam kehidupan.
b. Sebagai Motivator yang selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada
anaknya di rumah untuk rajin belajar, namun tidak hanya sekedar memberikan
dorongan dan motivasi saja, namun orang tua juga ikut memperhatikan aktifitas
belajar anaknya di rumah.
c. Memberikan Fasilitas Belajar (Fasilitator) yang bertanggung jawab dalam
pembelajaran anak di rumah, orang tua selalu berusaha memenuhi kebutuhan
anak, baik fasilitas belajarnya, sarana dan prasarana yang digunakan anak dalam
belajar antara lain: tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop,
dan buku-buku. Beberapa fasilitas yang diberikan oleh orang tua antara lain,
tempat ruang belajar yang baik, meja belajar, internet, Laptop, dan buku-buku.
d. Mendampingi dan Membantu Anak Saat Belajar di Rumah yaitu menemani anak
saat belajar, memberi motivasi terhadap anak, perhatian terhadap nilai anak,
memberikan fasilitas belajar yang mencukupi, mengontrol, mengoreksi, serta
memberi petunjuk dalam bertingkah laku.
13
membimbing siswa untuk melakukan hal-hal yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan prestasinya kembali.
g. Jenis Media Sosial Yang Sering Digunakan Guru dan Orang Tua.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap guru dan orang tua yang mengunakan
media sosial, maka dapat diketahui bahwa beberapa guru dan orang tua
menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi setiap harinya, yaitu BBM
(Blackberry Messenger) dan Whatsapp. Beberapa orang tua dan guru yang
menggunakan jenis media sosial BBM (Blackberry Messenger) dan Whatsapp
karena berbagai alasan, yaitu karena lebih mudah, lebih praktis, dan lebih cepat
dalam menyampaikan pesan.
Namun, tidak semua guru dan orang tua yang menggunakan media sosial
dalam berkomunikasi setiap hari. Sebagian guru dan orang tua masih
menggunakan telepon dan SMS sebagai alat komunikasi sehari-hari. Berdasarkan
data penelitian, dari sepuluh responden orang tua, hanya 5 orang saja yang
menggunakan media sosial yaitu, pengguna BBM (Blackberry Messenger)
sebanyak 5 orang, pengguna Whatsapp sebanyak 2 orang dan pengguna Facebook
hanya 1 orang.
Sementara dari kalangan guru-guru dari 11 responden, terdapat 8 orang yang
menggunakan media sosial, yaitu sebanyak 8 orang pengguna BBM (Blackberry
Messenger), kemudian 6 pengguna Whatsapp dan 3 orang pengguna media sosial
Facebook.
14
Sebaliknya juga, guru menggunakan media sosial untuk berkomunikasi
dengan orang tua ketika ada sesuatu yang mendesak dan penting seperti,
memberikan informasi tentang jadwal pelajaran, jadwal pulang sekolah, jadwal
kegiatan di sekolah, dan bertanya ketika siswa tidak masuk sekolah tanpa
keterangan dari orang tua.
Guru dan orang tua masih jarang untuk berkomunikasi setiap harinya
menggunakan media sosial, karena menggunakan media sosial itu hanya dua
sampai tiga kali salam waktu seminggu. Selain itu, tidak ada group di media sosial
khusus orang tua dan guru, sehingga dalam menyampaikan informasi atau sharing
informasi ke orang tua siswa hanya bersifat personal atau priabadi saja.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan media sosial untuk
koordinasi dan kerjasama antara guru dan orang tua belum cukup efektif dan
bermanfaat karena sebagian orang tua dan guru yang masih belum menggunakan
media sosial sebagai alat komunikasi.
Guru dan orang tua yang menggunakan media sosial BBM (Blackberry
Messenger) dan Whatsapp juga masih kurang memanfaatkannya dengan baik
untuk bekerjasama karena intensitas komunikasi guru dengan orang tua juga
rendah.
Daftar Pustaka
Uno, H.B, (2007), Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyudi, Imam, (2012), Mengejar Profesionalisme Guru: Strategi Praktis
Mewujudkan Citra Guru Profesional, Surabaya: PT. Prestasi Pustaka Raya.
Zen, Zulfikar, (2010), Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta:
Gramedia.
Syatra, N.Yusvavera, (2013), Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, Yogyakarta:
Bukubiru.
Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, (2004), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Nursito, (2002), Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah, Yogyakarta: Insan
Cendekia.
Suharsono, (2004), Mencerdaskan Anak, Jakarta: Inisiasi Press
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka
Cipta.
15
Setyono, Ariesandi, (2008), Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses Dan Bahagia
Tips Praktis Dan Teruji Melejitkan Potensi Optimal Anak, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Widjaja, H.A.W, (2008), Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Effendy, O. Uchjana, (2003), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:
Rosdakarya.
Cangara, Hafied, (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mulyana, Deddy, (2002), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suyanto, Slamet, (2005), Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Purwanto, Ngalim, (2000), Ilmu Pendidina Teoritis Dan Praktis, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Coleman, M, (2013), Empowering Family-Teacher Partnership Building
Connections within Diverse Communities, Los Angeles: Sage Publication.
Puntoadi, (2011), Jenis Media Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nurudin, (2012), Media Sosial Baru Dan Munculnya Revolusi Komunikasi Baru,
Yogyakarta: Buku Litera.
Miles, M. B. & Huberman, A. M, (2014), Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang Metode-metode Baru. (Alih bahasa: Tjetjep Rohendi Rohidi),
Jakarta: UI Press.
Sugiyono, (2008), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Yusuf, Oik, (12 Juni 2014), BlackBerry Messenger Masih Juara di Indonesia, diakses 30
November 2015,
http://tekno.kompas.com/read/2014/06/12/0752254/BlackBerry.Messenger.Masih.Juar
a.di.Indonesia?utm_source=tekno&utm_medium=bp-
kompas&utm_campaign=related&
16