KRIPTOGRAFI
VIGNERE CIPHER
Dosen Pengampu
Randi Pratama Murtikusuma, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Ervin Guswanto (140210101005)
Novi Safitri (140210101024)
Natalia Ayu V (140210101025)
Linda Wagiati N (140210101030)
Yulia Tri Susanti (140210101034)
Kelas A
Vignere Cipher adalah suatu algoritma kriptografi klasik yang ditemukan oleh Giovan
Battista Bellaso. Nama Vignere diambil sebagai nama algoritma ini karena beliau menemukan
kunci yang lebih kuat lagi untuk algoritma ini dengan metode autokey cipher meskipun algoritma
dasarnya telah ditemukan lebih dahulu oleh Giovan Battista Bellaso. Algoritma ini menjadi
terkenal karenacukup sulit dipecahkan. Matematikawan Charles Lutwidge Dodgson menyatakan
bahwa algoritma ini tidak terpecahkan. Pada tahun 1917, ilmuwan Amerika menyebutkan bahwa
Vignere cipher adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk ditranslasikan. Namun hal ini
terbantahkan sejak Kasiski berhasil memecahkan algoritma pada abad ke-19.
Vignere cipher adalah salah satu jenis kriptografi klasik yang pada dasarnya adalah
melakukan substitusi cipher abjad majemuk (polyalphabetic substitution), yaitu mengubah
plaintext dengan kunci tertentu biasanya berupa sebuah kata atau kalimat yang berulang sepanjang
plaintext sehingga didapatkan ciphertext. Tetapi salah satu keamanan dari cipher ini adalah ia
mudah diserang dengan metode Kasiski untuk mengetahui panjang huruf yang digunakan sebagai
kunci. Pada dasarnya Vignere Cipher serupa dengan Caesar Cipher, perbedaannya adalah pada
Vignere Cipher setiap huruf pesan aslinya digeser sebanyak satu huruf pada kuncinya sedangkan
pada Caesar Cipher setiap huruf pesannya digeser sebanyak 1 huruf yang sama. Algoritma
Vignere Cipher ini menggunakan bujursangkar Vignere untuk melakukan enkripsi. Setiap baris
di dalam bujursangkar menyatakan huruf-huruf ciphertext yang diperoleh dengan Caesar cipher.
Vignere chiper merupakan salah satu algoritma kriptografi klasik untuk menyandikan
suatu plaintext dengan menggunakan teknik substitusi. Vignere cipher pada dasarnya cukup rumit
untuk dipecahkan. Meskipun begitu, Vignere cipher tetap memiliki kelemahan. Salah satunya
adalah dapat diketahui panjang kuncinya dengan menggunakan metode kasiski. Hal ini disebabkan
karena umumnya terdapat frasa yang berulang-ulang pada ciphertext yang dihasilkan.
Vigenere cipher mempunyai semua feature dari field cipher yang berguna, yaitu dengan
mudah dapat dipindahkan kunci dan tabel, tidak memerlukan perlengkapan khusus, mudah
diterapkan, dsb. Variasi dari Vigenere cipher adalah Gronsfeld Cipher, digunakan dalam bahasa
Jerman dan digunakan secara meluas di Central Europe. Gronsfeld variant menggunakan digits
dari keynumber, bukan huruf kata kunci, tetapi tetap tidak berubah dalam hal lain. Sehingga dalam
kenyataannya Gronsfeld merupakan teknik yang lebih lemah dari Vigenere dan hanya
menggunakan 10 subtitute alphabets dibandingkan dengan 26 yang digunakan oleh Vigenere
Bila pada teknik di atas setiap ciphertext selalu mengganti nilai setiap plaintext tertentu
(tidak peduli apakah jumlah ciphet text nya ekuivalen dengan plain text tertentu), pada teknik
substitusi Vignere setiap ciphertext bias memiliki banyak kemungkinan plaintext. Teknik
substitusi Vignere bisa dilakukan dengan dua acara, yaitu angka dan huruf.
Denisi:
Misal adalah bilangan bulat positif.
= = = (26 ) untuk = (1 , 2 , , )
Didefinisikan
eK ( x1 , x 2 , ... , x m ) ( x1 k1 , x 2 k 2 , ..., x m k m ) dan
d K ( y1 , y 2 , .. . , y m ) ( y1 k1 , y 2 k 2 , .. ., y m k m )
= ( + ) 26
dimana , dan merupakan karakter hasil enkripsi, karakter plaintext dan karakter
kunci.
= ( ) 26
dengan adalah karakter hasil dekripsi, adalah karakter cipher text atau sandi,
adalah karakter kunci.
Contoh Soal:
Proses enkripsi
Plaintext T E K N I K I N F O R M A T I K A
Subtitusi 19 4 10 13 8 10 8 13 5 14 17 12 0 19 8 10 0
Key U N I R O W U N I R O W U N I R O
Subtitusi 20 13 8 17 14 22 20 13 8 17 14 22 20 13 8 17 14
Proses ( + ) 26
Hasil 13 17 18 4 22 6 2 0 13 5 5 8 20 6 16 1 14
Ciphertext N R S E W G C A N F F I U G Q B O
Proses dekripsi
Ciphertext N R S E W G C A N F F I U G Q B O
Subtitusi 13 17 18 4 22 6 2 0 13 5 5 8 20 6 16 1 14
Key U N I R O W U N I R O W U N I R O
Subtitusi 20 13 8 17 14 22 20 13 8 17 14 22 20 13 8 17 14
Proses ( ) 26
Hasil 1 -7 4 10 - 8 - - - 5 - -9 - 0 -7 8 - 0
13 16 18 13 12 14 16
Hasil 2 19 4 10 13 8 10 8 13 5 14 17 12 0 19 8 10 0
Plaintext T E K N I K I N F O R M A T I K A
2. Substitusi Vignere dengan Huruf
Proses enkripsi
Plaintext T E K N I K I N F O R M A T I K A
Key U N I R O W U N I R O W U N I R O
Untuk mendapatkan ciphertext dari teks dan kunci di atas, untuk huruf plaintext
pertama [T], ditarik garis vertikal dari huruf [T] dan ditarik garis mendatar dari huruf [U],
perpotongannya adalah pada kotak yang berisi huruf [N]. Dengan cara yang sama, hasil
enkripsi seluruhnya adalah sebagai berikut:
Plaintext T E K N I K I N F O R M A T I K A
Key U N I R O W U N I R O W U N I R O
HASIL N R S E W G C A N F F I U G Q B O
Proses dekripsi
Ciphertext N R S E W G C A N F F I U G Q B O
Key U N I R O W U N I R O W U N I R O
Untuk mendapatkan plaintext dari ciphertext dan kunci di atas, maka kunci [U]
ditarik horizontal/mendatar sampai kotak ciphertext [N], kemudian ditarik vertical untuk
mendapatkan plaintext. Dengan cara yang sama, hasil deskripsi seluruhnya adalah
sebagai berikut:
Key U N I R O W U N I R O W U N I R O
Ciphertext N R S E W G C A N F F I U G Q B O
Hasil T E K N I K I N F O R M A T I K A
Memecahkan Vignere Cipher Metode Babbage-Kasiski (Babbage-Kasiski Method)
Metode vigenere cipher memiliki kelemahanan pada hasil enkripsi yang dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan sandi tersebut. Terdapat dua langkah yang harus
dilakukan untuk memecahkan sandi vigenere cipher. Pertama menentukan panjang kunci
yang digunakan untuk enkripsi dan yang kedua menentukan karakter kunci yang
digunakan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan panjang kunci
vigenere adalah metode Babbage-Kasiski.
Berdasarkan Gambar terlihat bahwa kata GFH, FHE, dan IPH terdapat perulangan
rangakaian kata sebanyak satu kali. Jarak huruf G pada kata GFH
dengan huruf G pada perulangan selanjutnya adalah 52. Begitu pula huruf F
pada FHE berjarak 60 dan huruf I pada IPH berjarak 8 karakter.
Karakter Interval Faktor Pembagi
berulang
GFH 52 2 4 13
FHE 60 2 3 4 5 6 10 12 15 20
IPH 8 2 4 8
Apabila kemungkinan panjang kunci telah diketahui, maka karakter kunci pada
proses enkripsi dapat ditentukan. Penentuan kemungkinan karakter kunci menggunakan
analisa frekuensi dimana sebelumnya cipher text dibagi beberapa bagian. Pembagian
cipher text didasarkan pada banyaknya kemungkinan karakter yang digunakan. Pada
contoh cipher text Gambar 2.1 akan dibagi menjadi empat bagian.
Bagian pertama terdiri dari karakter ke 1, 5, 9 dan seterusnya. Bagian kedua terdiri
dari karakter ke 2, 6, 10 dan seterusnya. Bagian ketiga terdiri dari karakter ke 3, 7, 11 dan
seterusnya. Bagian keempat terdiri dari karakter ke 4, 8, 12 dan seterusnya. Pembagian
cipher text diasumsikan bahwa pada karakter-karakter plain text tersebut disandikan
menggunakan karakter kunci yang sama (Solomon, 2003). Masing-masing bagian akan
dicari frekuensi kemunculan huruf tertinggi dengan asumsi bahwa setiap huruf dengan
frekuensi penggunaan tinggi pada bahasa tertentu disandikan menjadi huruf tersebut.
Gambar 2.3 Frekuensi Kemunculan Karakter
Contoh cipher text yang digunakan pada Gambar 2.1 menggunakan bahasa Inggris.
Oleh karena itu, huruf yang sering muncul pada masing-masing bagian akan diolah dengan
dasar penggunaan karakter pada bahasa Inggris. Tabel 2.3 menunjukkan bahwa pada
bahasa Inggris huruf tiga yang sering digunakan adalah E, T dan A. Berbeda dengan
bahasa Indonesia, tiga huruf yang sering digunakan pada penyusunan kata berbahasa
Indonesia adalah A, N, dan E.
Gambar 2.4 Pembagian Cipher Text Menjadi Bagian-bagian Kecil
Pada Gambar 2.4 terlihat huruf G yang sering muncul pada bagian pertama
diasumsikan bahwa setiap huruf E pada plain text disandikan menjadi huruf G.
Apabila huruf E bernilai 4 dan huruf G bernilai 6, maka perlu kunci dengan nilai 2
untuk dapat menyandikan huruf E menjadi G. Huruf pada kunci yang dimaksud adalah
C, sehingga diperkirakan karakter pertama pada kunci adalah huruf C.
Gaines, H.F. 1956. Cryptanalysis: A Study of Cipher and Their Solution. Dover Publications Inc.
New York.
Ariyus, Dony. 2008. Pengantar Ilmu Kriptografi Teori, Analisis, dan Implementasi. Yogyakarta:
CV Andi Offset
Prabowo, Hendro. 2015. Enkripsi Text menggunakan Vigenere Chiper. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Prihandoko, V. C. (2015). Kriptografi (Vigenere and Hill Ciphers). Jember: Universitas Jember.
Rossen, Kenneth H. 2006. Cryptography Theory and Practice Third edition. Ontario Canada:
University of Waterloo.
Stallings, W. 2011. Cryptography and Network Security: Principles and Practice 5th Edition. New
York: Pearson Education Inc.