Anda di halaman 1dari 12

Analisa Data Hasil pengujian Geolistrik Metode IPI2WIN

1.Metode IPI2WIN
IPI2WIN merupakan sebuah software yang didesain untuk mengolah data Vertical
Electric Sounding dan Induced Polarization secara otomatis dan semifigurasi rentangan yang
umum dikenal dalam pendugaan geolistrik. IPI2WIN digunakan untuk memecahkan masalah-
masalah geologi sesuai dengan kurva pendugaan yang dihasilkan. Dengan target mendapatkan
hasil yang dapat di interpretasikan secara geologi meruapakan keunggulan IPI2WIN daripada
program inverse lainnya. Beberapa keuntungan yang utama dari software IPI2WIN adalah
penafsiran manual dan berubah parameter model pada model yang berbeda. Aplikasi IPI2WIN
ini juga digunakan untuk mencari resistivitas lapisan bawah tanah yang nyata dengan metode
Inverse.
Program IPI2WIN kemudian mengkoreksi kombinasi nilai ketebalan dan true resistivity
untuk mendapakan angka kesalahan (RMS Error) terkecil setelah terjadi sekian (bisa sampai
ribuan) kali iterasi. Angka kesalahan ini tergantung pada kualitas data lapangan serta banyaknya
parameter yang dimasukkan. Bila hasil perhitungan masih menunjukan nilai kesalahan yang
relatif besar, akan dicoba dengan menambah atau mengurangi jumlah parameter yang
dimasukkan dan diproses perhitungan dimulai lagi.
Proses pemasukan data dalam program IPI2WIN dengan memilih konfirgurasi yang
digunakan dan memasukkan data AB/2 MN, Rho_a pada kolom-kolom yang tersedia pada
program IPI2WIN. Dari data tersebut program IPI2WIN menyajikannya dalam bentuk grafik
Apparent Resistivity vs Spacing dan selanjutnya dapat dilakukan inversi. Hasil yang didapat dari
proses inversi beruapa kondisi bawah permukaan yang meliputi jumlah lapisan (N), harga
tahanan jenis sebenarnya ().
1.1. Tahanan Jenis Batuan

Gambar 2.9. Arus Listrik Merata dan Sejajar dalam Silinder Berbeda Potensial
Sumber: Waluyo, 1984
Tahanan jenis atau resistivitas, dapat ditentukan meggunakan hukum Ohm berikut :
A x V
=
I xL

Dimana : = Tahanan jenis (Ohm m)


V = Tegangan (Volt)
I = Arus listrik yang melewati bahan berbentuk silinder (Ampere)
A = Luas penampang (m2)
L = Panjang (m)
Menurut (Telford et all, 1990) aliran arus listrik di dalam batuan dapat digolongkan
menjadi tiga macam besarnya dipengaruhi oleh porositas batuan dan juga dipengaruhi oleh
jumlah air yang tertangkap dalam pori-pori batuan, yaitu :
1) Konduksi elektronik jika batuan mempunyai elektron bebas sehingga arus listrik dialikan oleh
elektron-elektron bebas.
2) Kondisi elektrolit terjadi jika batuan bersifat poros dan pori-pori terisi oleh cairan elektrolit.
Pada konduksi ini arus listrik dibawa oleh elektrolit.
3) Kondisi dielektrik terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik yaitu terjadi
polarisasi saat bahan dialiri arus listrik.
Tabel 1.1. Harga Tahanan Jenis Berbagai Mineral, Batuan Maupun Fluida
Resistivitas Resistivitas
Material Bumi Material Bumi
Semu (-m) Semu (-m)
Logam Batuan sedimen
-8
Tembaga 1,7 x 10 Batu Lempung 10 1 x 103
Emas 2,4 x 10-8 Batu Pasir 1 1 x 108
Perak 1,6 x 10-8 Batu Gamping 50 1 x 107
Grafit 1 x 10-3 Dolomit 100 1 x 104
Besi 1 x 10-7 Sedimen Lepas
-8
Nikel 7,8 x 10 Pasir 1 1 x 103
Timah 1,1 x 10-7 Lempung 1 1 x 102
Batuan Kristalin Airtanah
2 6
Granit 10 - 10 Air Sumur 0,1 1 x 103
Diorit 104 105 Air Payau 0,3 1
3 6
Gabbro 10 10 Air Laut 0,2
2 4
Andesit 10 10 Air Asin 0,05 0,2
(Garam)
7
Basalt 10 10
Sekis 10 104
Gneiss 104 - 106
Sumber: Waluyo, 1984
Tabel 1.2. Harga Resistivitas Spesifik Batuan
Material Harga resistivitas (M)
Air Permukaan 80-200
Airtanah 30-100
Silt-lempung 10-200
Pasir 100-600
Pasir dan Kerikil 100-1000
Batu Lumpur 20-200
Batu Pasir 50-500
Konglomerat 100-500
Tufa 20-200
Kelompok Adesit 100-2000
Kelompok Granit 1000-10000
Tanah Lempung 1,5-3,0
Lempung Lanau 3,0-15
Tanah Lanau Pasiran 15-150
Batuan Dasar Lembab 150-300
Pasir Kerikil Kelanauan 300
Batuan Dasar Tak lapuk 2400
terdapat Air Tawar 20-60
Air Asin 20-200
Kelompok Chert, Slate 0,18-0,24
Unconsolidated Sedimen
Sand 1-1000
Clay 1-100
Marl 1-100
Ground Water
Portable well water 0,1-1000
Breckish water 0,3-1
Sea Water 0,05-0,2
Sumber: Telford et al., 1990

Tabel 1.3. Harga Resistivitas Spesifik Batuan Menurut Suyono


Tabel 1.4. Harga Resistivitas Spesifik Batuan Menurut Blaricom

Secara teknis hubungan antara besarnya nilai tahanan jenis dengan berbagai macam
batuan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Nilai tahanan jenis batuan yang lepas lebih dari batuan yang kompak.
2) Konduksi elektronik jika batuan mempunyai elektron bebas sehingga arus listrik
dialikan oleh elektron-elektron bebas.
3) Nilai tahanan jenis batuan akan lebih rendah, jika airtanah berkadar garam tinggi.
4) Tidak terdapat batas yang jelas antara nilai tahanan jenis dari tiap-tiap batuan.
5) Tahanan jenis batuan dapat berbeda secara menyolok, tidak saja dari lapisan yang satu
terhadap lapisan yang lain, tetapi didalam satu lapisan batuan.
6) Batuan yang pori-porinya mengandung air, hambatan jenisnya lebih rendah dari yang
kering. Kandungan air didalam batuan akan menunjukan harga resistivitas.
Ketentuan umum dari sifat kelistrikan batuan adalah besarnya tahanan dinyatakan dengan
perantaraan nilai tahanan jenisnya. Tahanan jenis berbanding terbalik dengan daya hantar
listrik, sehingga :
1
=

Dimana : = Tahanan jenis (Ohm m)


= Daya hantar listrik
1.2. Konfirgurasi Schlumberger
Dalam pelaksanaan geolistrik terdapat beberapa cara pemasangan dan urutan penggunaan
elektroda yang disebut konfigurasi. Dari beberapa konfigurasi tersebut yang digunakan oleh
penulis adalah konfigurasi Schlumberger.

Gambar 2.10. Konfigurasi-Konfigurasi Elektroda Geolistrik


Sumber: Loke, 1992
Gamber 2.11. Konfigurasi Schlumberger
Sumber: Bisri, 1998
Konfigurasi Schumberger dipergunakan untuk profiling dan sounding. Untuk dapat
melakukan sounding, elektroda arus dipisahkan oleh AB secara simetris dengan elektroda
potensial MN, kemudian elektroda arus diperbesar sehingga K menjadi :

V=
1
2 [( 1

AM BM
1

1
) (

AN BN
1
)]
Dengan tahanan jenis semu yang terukur :

= ( AB 2MN 2 V
4 MN I )
Kemudian K menjadi :

(
2 2
K=
AB MN
4 MN )
Pada konfigurasi Schlumberger terdapat kelebihan dan kekurangan, sebagai kelebihan
pada konfigurasi Schlumberger dapat signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan sounding karenan pada elektroda arusnya harus dipindahkan untuk kebanyakan
pembacaan dan juga efek dari variasi lateral dalam resistivitasnya di dekat permukaan dapat
dikurangi karana elektroda potensial yang tersisa berada pada posisi yang tetap atau tidak
berubah.
Sedangkan untuk kekurangan dari konfigurasi Sclumberger adalah membutuhkan
voltmeter yang sangat sensitif untuk spasi elektroda arus yang besar, karena spasi pada elektroda
potensialnya kecil bila dibandingkan spasi elektroda arus. Dan juga secara umum interpretasi
pada DC sounding akan terbatas untuk disederhanakan, yaitu pada struktur lapisan horizontal.
1.3. Tahanan Jenis Semu
Menurut Robinson (1998) terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam metode
resistivitas (tahanan jenis semu) antara lain :
1) Bahwa permukaan tanah terdiri dari beberapa lapisan yang dibatasi oleh bidang batas
horizontal serta terdapat perbedaan resistivitas antara bidang batas perlapisan batuan.
2) Lapisan batuan bersifat homogen isotropik dan mempunyai ketebalan tertentu, kecuali
untuk lapisan terbawah mempunyai ketebalan yang tidak terhingga.
3) Batas antara dua lapisan merupakan bidang batas antara dua hambatan jenis yang
berbeda.
4) Dalam bumi tidak ada sumber arus listrik searah yang diinjeksikan diatas permukaan
bumi.
Pada kenyataannyan, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan yang berbeda-beda,
sehingaa potensial yang terukur seolah olah merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan saja
(terutama untuk spasi yang lebar). Resistivitas semu ini dirumuskan dengan (Bisri, 1998) :
V
a=K
I

Dimana : a = Resistivitas semu (Ohm m)


K = Faktor Geometri
V= Beda potensial pada MN (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)
Oleh karena itu resistivitas yang diperoleh dari persamaan konfigurasi Schlumberger
bukan merupakan resistivitas yang sebernarnya, melainkan resistivitas semu atau apparent
resistivity (a). Untuk jarak antar elektroda arus kecil, akan memberikan nilai a yang harganya
mendekati batuan di dekat permukaan.
Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi yang berbeda akan berbeda
nilainya walaupun jarak antar elektrodanya sama. Untuk medium yang berlapis, harga resistivitas
semu merupakan fungsi jarak antara elektroda arus.
tebal lapisan (h), kedalaman laisan (d), dan ketinggian lapisan (alt).
1.4. Analisa Data
1.5.1. Data Pengukuran Lapangan
Dari pengamatan data diperoleh nilai tahanan jenis (R) lapisan batuan bawah permukaan
yang berbeda-beda berdasarkan nilai spasi elektroda yang digunakan pada saat pendugaan.
Penyelidikan geolistrik resistivitas dengan menggunakan konfirgurasi elektroda
Schlumberger dilakukan dengan panjang bentang (line) di titik pendugaan 300 meter, tetapi
karena berbagai kendala yang dihadapi di lapangan sehingga panjang bentang menyesuaikan
kondisi di lapangan. Pelaksanaan pendugaan dilakukan dengan menggunakan spasi elektroda
yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan didapatkan data-data
pengukuran sebagai berikut :
Tabel 1.5. Tahanan Jenis Semu Konfirgurasi Schlumberger
Mejayan
AB/2 MN SP V I K Ro_a
2.5 2 0 507 373 8.2467 11.209
5 2 0 80.4 357 37.699 8.4902
7.5 2 0 39.8 375 86.786 9.2109
10 2 0 29.8 379 155.51 12.227
12.5 2 0 15 330 243.87 11.085
15 2 0 11.5 287 351.86 14.099
17.5 2 0 14.1 411 479.49 16.45
20 2 0 12.9 290 626.75 27.879
22.5 4 0 19.3 292 394.47 26.073
25 4 0 13.7 334 487.73 20.006
27.5 4 0 14.2 274 590.82 30.619
30 4 0 12 368 703.72 22.947
35 4 0 12.2 417 958.97 28.056
40 4 0 7.5 347 1253 27.093
45 4 0 7.8 368 1587 33.644
50 4 0 5 261 1960 37.555
55 10 0 10.7 258 942.48 39.087
60 10 0 5.4 297 1123 20.42
65 10 0 9.6 262 1319 48.347
70 10 0 4 364 1532 16.83
75 10 0 7.5 84 1759 157.08
80 10 0 7.3 229 2003 63.844
85 10 0 7.8 138 2262 127.85
90 10 0 1.5 293 2537 12.987
95 10 0 8.7 199 2827 123.61
100 20 0 9.8 153 1555 99.607
110 20 0 4.9 163 1885 56.664
120 20 0 5.6 176 2246 71.471
130 20 0 9.3 174 2639 141.05
140 20 0 7.5 225 3063 102.1
150 20 0 7 286 3519 86.119
1.5.2. Pengolahan Data dengan Software dan Interpretasi Data
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode Schlumberger dengan tujuan
sounding. Berdasarkan pengukuran di harapkan akan diperoleh data tahanan jenis dari tiap
lapisan batuan yang ada di bawah titik pengukuran. Harga tahanan jenis yang diperoleh dari
pembacaan di lapangan adalah harga jenis semu. Nilai tahanan jenis ini akan dikoreksi dengan
rumusan empiris.
Sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan pada metode penelitian ini maka
dilakukan pengolahan data yang selanjutnya hasilnya disajikan dalam sebuah tabel. Hasil
pengukuran geolistrik di tiap-tiap lokasi tersaji dalam gambar berikut (Observerd data adalah
data yang terbaca pada saat pengukuran, Calculated data adalah data tahanan jenis yang
diperoleh dari rumusan empiris, Error adalah perbedaan antara data semu dan hasil perhitungan
empiris).
Berdasarakan hasil pengolahan menggunakan software IPI2WIN diperoleh berupa grafik
berikut :

Gambar 1.1. Hasil Analitis Data Program IPI2WIN di Mejayan


Gambar 1.2. Hasil Analitis Data Program IPI2WIN
Dari hasil analitis software IPI2WIN di atas diperoleh nilai hambatan jenis semu,
selanjutnya diintegrasikan ke dalam software Autocad untuk menggambarkan profil VES
(Vertical Electrical Sounding) atau penampang vertikal berdasarkan nilai hambatan jenis,
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 1.3. Penampang Vertikal (VES)


Gambar di atas menunjukkan bahwa di lokasi Mejayan dapat diinterpretasikan terdiri
enam lapisan lapisan resistivitas. Dari nilai tersebut akan dilakukan interpretasi jenis litologi
yang ada di Mejayan sebagai berikut :
Tabel 1.5. Hasil Interpretasi Litologi Geolistrik di Mejayan
Kedalama Ketebala Resistivit
Laye n n y Litologi
r
(m) (m) m
Lanau Pasiran (sebagai Top
1 0 1,5 1,5 15
Soil)
2 1,5 3,28 1,78 3,74 Lempung
3 3,28 7,17 3,89 18,5 Lanau Pasiran
4 7,17 15,7 8,51 52,4 Batuan Pasir (Akuifer)
5 15,7 34,3 18,6 31,9 Lempung Pasiran
6 34,3 75 40,7 8162 Kelompok Granit
Dari hasil pengolahan data pengukuran geolistrik di Mejayan, didapatkan susunan lapisan
batuan antara lain lapisan tanah kelompok granit. Ditemukan adanya lapisan pembawa airtanah
atau akuifer dengan ketebalan 8,51 m (kedalaman 7,17 15,7 m). Pada hipotesa awal, akuifer
dimungkinkan sebagai air permukaan (akuifer dangkal).

1.5.3. Koefisien Keterusan Air


Koefisien keterusan air koefisien transmisivitas (Coeficient of Transmisivity) merupakan
banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer, selebar satu
satuan panjang. Harga koefisien keterusan dapat ditentukan dengan uji pompa (pumping test),
atau melalui perhitungan secara teoritis. Koefisien keterusan air dinyatakan dalam:

= koef, permeabilitas x h (kealaman)


Tabel 1.6. Nilai Porositas dan
Permeabilitas Lapisan
Tabel 1.6. Nilai Permeabilitas Tanah

Tabel 1.7. Nilai Transmisivitas


Koef. Transmisivit
Kedalaman Ketebalan
Layer Permeabilitas Jenis Tanah as
(m) (m) m/dt m2/dt
1 0 1,5 1.5 1.0E-05 Lanau Pasiran (sebagai Top Soil) 1.50E-05
2 1,5 3,28 1.78 1.0E-08 Lempung 1.78E-08
3 3,28 7,17 3.89 1.0E-05 Lanau Pasiran 3.89E-05
4 7,17 15,7 8.51 1.0E-03 Batuan Pasir (Akuifer) 8.51E-03
5 15,7 34,3 18.6 1.0E-05 Lempung Pasiran 1.86E-04
6 34,3 75 40.7 1.0E-02 Kelompok Granit 4.07E-01

Anda mungkin juga menyukai