Anda di halaman 1dari 4

Konsep Cedera Kepala

1. Pengertian Cedera Kepala

Cedera kepala adalah suatu cedera akut pada susunan saraf pusat, selaput
otak, saraf kranial, termasuk fraktur tulang kepala, kerusakan jaringan lunak pada
kepala dan wajah, baik yang langsung (kerusakan primer) maupun tidak langsung
(kerusakan sekunder), yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis berupa
gangguan fisik, kognitif dan fungsi psikososial baik yang bersifat sementara
maupun menetap (Setiawan & Maulida, 2010).

Menurut Brain Injury Assosiation of America (2014), cedera kepala adalah


suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik.

2. Mekanisme Cedera Kepala


1) Cedera akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak (misal alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang
ditembakkan ke kepala).
2) Cedera deselarasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur objek diam,
seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca
depan mobil. Cedera akselerasi-deselerasi sering kali terjadi dalam kasus
kecelakaan kendaraan bermotor dan episode kekerasan karena fisik.
3) Cedera coupcontre coup terjadi jika kepala terbentur, yang menyebabkan
otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang
tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur.
Cedera tersebut disebut juga cedera translasional karena benturan dapat
berpindah ke area otak yang berlawanan. Sebagai contoh, apabila seorang
pasien dipukul dengan objek tumpul pada bagian belakang kepalanya, penting
untuk mengkaji apakah terdapat cedera pada lobus frontalis dan lobus
oksipitalis serta serebelum.
4) Cedera rotasional terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar
dalam rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya
neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang
memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak (Morton, Fontaine,
Hudak, & Gallo, 2011).

3. Klasifikasi Cedera Kepala


Menurut American College of Surgeon Commite on Trauma (2004) klasifikasi
cedera kepala meliputi :
1. Mekanisme
1) Cedera kepala tumpul berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas dan benturan
benda tumpul.
2) Cedera kepala tembus disebabkan luka tembak atau bacok

2. Morfologi
1) Tulang cranial
a. Lesi kulit kepala, umumnya kulit dan subkutis mampu meneruskan
dan meredam impact yang mengenainya tanpa menyebabkan kerusakan
pada struktur di bawahnya, namun bila impact terlalu besar dapat
menyebabkan SCALP hematom.
b. Fraktur Tulang Kepala
a) Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau
stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan
tulang kepala.
b) Fraktur diastesis merupakan fraktur yang terjadi pada sutura tulang
tengkorak yang menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang
kepala.
c) Fraktur kominutif merupakan fraktur tulang kepala yang memiliki
lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.
d) Fraktur impresi terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang
langsung mengenai tulang kepala sehingga terjadi penekanan pada
duramater.
e) Fraktur basis cranii suatu fraktur yang terjadi pada dasar tulang
yang ditandai dengan ekimosis periorbital (racoon eyes), ekimosis
retro aurikuler (battle sign), kebocoran cairan serebrospinalis
(rhinorea, ortorea) (Hernanta, 2013).
2) Intra cranial
a. Lesi fokal
a) EDH (epidural hematom) adalah hematoma yang terletak antara
duramater dan tulang, biasanya sumber perdarahan adalah robeknya
arteri meningika media, vena diploica, sinus venosus duralis.
b) SDH (subdural hematom) adalah terkumpulnya darah antara
duramater dan jaringan otak. Terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah vena yang terdapat di antara duramater, perdarahan lambat
dan sedikit.
c) ICH (intraserebral hematom) adanya perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada
dalam jaringan otak.
d) SAH (sub araknoid hematom) merupakan pecahnya pembuluh
darah kortikal baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat
trauma yang memasuki ruang subaraknoid (Muttaqin, 2008).

b. Lesi difus
a) DAI (Diffuse Axonal Injury) ditandai dengan sobeknya atau
terpotongnya akson secara langsung yang memburuk selama 12
sampai 24 jam pertama karena adanya edema difus dan lokal.
b) Kontusio serebri adalah gangguan fungsi neurologik disertai
kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh,
hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.
c) Edema serebri terjadi karena gangguan vaskuler akibat trauma
kepala.
d) Iskemia serebri terjadi akibat suplai aliran darah ke bagian otak
berkurang atau berhenti.
3. Keparahan
Menurut Rosjidi dan Nurhidayat (2009) pada klasifikasi ini digunakan skor
glasgow coma scale (GCS) untuk menilai deskripsi beratnya cedera kepala
secara kuantitatif.
a. Cedera Kepala Ringan (CKR)
GCS : 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia namun
kurang dari 30 menit, tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio
serebral, dan tidak ada hematom.
b. Cedera Kepala Sedang (CKS)
GCS : 9-12, terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit
tetapi kurang dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS : 3-8, terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam,
dapat mengalami cedera meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematom
kranial.

4. Etiologi Dan Predisposisi


Rosjidi (2007), penyebab cedera kepala antara lain:
a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan
mobil.
b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c. Cedera akibat kekerasan.
d. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak.
e. Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat
sifatnya.
f. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat
merobek otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.

Anda mungkin juga menyukai