TINJAUAN PUSTAKA
dijumpai pada karang yang soliter atau disebut dengan secara menyendiri atau
berpasangan, tidak secara kelompok (tentang pola hidup organisme di alam).
Bentuk individu polip karang dapat dilihat pada Gambar 1.
2. 3 Morfologi
Menurut Timotius (2003) dalam Kurniawan (2011), menyatakan bahwa
karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari:
1) Mulut yang dikelilingi oleh tentakel, berfungsi untuk menangkap mangsa dari
perairan serta sebagai alat pertahanan diri
2) Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan
(gastrovascular)
3) Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum
disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di
antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea.
Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada
sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material yang
berfungsi untuk membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa
kalsium karbonat (kapur).
Adapun lapisan-lapisan tubuh karang secara lengkap dapat dilihat pada
Gambar 2.
7
Ektodermis dengan
sel penyengat
Mesoglea
Gastrodermis dengan
zooxanthellae di
dalamnya
Gambar 2. Lapisan tubuhdalamnya
karang dengan sel penyengat di dalamnya
(Timotius, 2003)
2.4 Taksonomi
Menurut (Veron, 2000) dalam Dermawan, 2010) menyatakan, terumbu
karang termasuk dalam phylum Coenlenterata, kelas Anthozoa, Ordo
Scleractinia, yang terdiri atas 15 famili adalah sebagai berikut:
1) Pertunasan
Terdiri dari Intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip, jadi polip
baru tumbuh dari polip lama, sedangkan ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh
di antara polip-polip lain. Jika polip dan jaringan baru tetap melekat pada koloni
induk, ini disebut pertambahan ukuran koloni. jika polip atau tunas lepas dari
koloni induk dan membentuk koloni baru, ini baru disebut reproduksi aseksual.
2) Fragmentasi
Koloni baru terbentuk oleh patahan karang. Terjadi terutama pada karang
bercabang, karena cabang mudah sekali patah oleh faktor fisik (seperti ombak
atau badai) atau faktor biologi (predasi oleh ikan). Patahan (koloni) karang yang
lepas dari koloni induk, dapat saja menempel kembali di dasaran dan
membentuk tunas serta koloni baru. Hal itu hanya dapat terjadi jika patahan
karang masih memiliki jaringan hidup.
3) Polip bailout
Polip baru terbentuk karena tumbuhnya jaringan yang keluar dari karang mati.
Pada karang yang mati, kadang kala jaringan-jaringan yang masih hidup dapat
meninggalkan skeletonnya untuk kemudian terbawa air. Jika kemudian
menemukan dasaran yang sesuai, jaringan tersebut akan melekat dan tumbuh
menjadi koloni baru. Partenogenesis Larva tumbuh dari telur yang tidak
mengalami fertilisasi (Timotius, 2003).
Dari sebagian besar jenis karang yang telah dipelajari proses reproduksinya,
85% di antaranya menunjukkan mekanisme spawning. Waktu pelepasan telur
secara massal, berbeda waktu tergantung kondisi lingkungan.
1) Seperti Richmond dan Hunter menemukan bahwa di Guam, Micronesia
puncak spawning terjadi 7-10 hari setelah bulan purnama bulan Juli
(Richmond 1991).
2) Kenyon menemukan spawning di Kepulauan Palau terjadi selama beberapa
bulan, yaitu Maret, April dan Mei.
Adapun Siklus reproduksi terumbu karang yang diketahui baik reproduksi
secara seksual maupun secara aseksual secara umum adalah dapat dilihat
pada Gambar 3.
2.8.1 Cahaya
Faktor yang sangat berkaitan dengan intensitas cahaya ini adalah
kedalaman, semakin dalam tempat hidup terumbu karang maka semakin rendah
intensitas cahaya yang diterima, karena Kedalaman yang paling optimal bagi
terumbu karang adalah 0-40 meter pada kondisi perairan yang baik (Nontji, 2004
dalam Rahman, 2007).
14
2.8.2 Suhu
Suhu dapat membatasi sebaran terumbu karang secara geografis. Suhu
optimal untuk kehidupan karang antara 25C sampai 28C, dengan pertumbuhan
optimal rata-rata pertahunberkisar 23C sampai 30C (Nybakken 1992 dalam
Aldilla, 2014).
2.8.3 Salinitas
Secara fisiologis salinitas (kadar garam) sangat mempengaruhi kehidupan
hewan karang. Terumbu karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk
pertumbuhan. Salinitas optimum bagi kehidupan karang berkisar 27 ppm sampai
40 ppm sehingga karang jarang sekali ditemukan didaerah bercurah hujan yang
tinggi, perairan dengan kadar garam tinggi dan muara sungai (Nybakken 1992
dalam Aldilla, 2014).
2.8.4 Sedimen
Menurut (Hunter, 1977 Stearn and Scoffin, 1977 dan Land, 1979 dalam
Supriharyono, 2007) menyatakan bahwa lebih dari 50% produksi tahunan
sedimen karbonat dihasilkan oleh bulu babi (diadema antilarum) di Barbados
atau sekitar 90 ton/ ha/ tahun. Sedimentasi merupakan masalah yang umum di
daerah tropis, pembangunan di daerah pantai dan aktivitas-aktivitas manusia
lainnya. Keberadaan sedimen ini, baik terrigeneous Sediments maupun
carbonate sediments menyebabkan perairan disekitar terumbu karang menjadi
keruh, terutama setelah terjadi hujan besar atau badai, ini dapat mempengaruhi
kehidupan terumbu karang.
Kekeruhan perairan dapat menghambat penetrasi cahaya yang masuk ke
perairan dan akan mempengaruhi kehidupan karang karena karang tidak dapat
melakukan fosintesis dengan baik. Sedangkan sedimentasi mempunyai
pengaruh negatif yaitu sedimen yang berat dapat menutup dan menyumbat
bagian struktur organ karang yang berfungsi untuk mengambil makanan dan
15
2.8.6 Substrat
Menurut (Dermawan, 2010), menyatakan planula karang membutuhkan
substrat yang keras dan bersih dari lumpur. Substrat ini berperan sebagai tempat
melekatnya planula karang yang kemudian tumbuh menjadi hewan karang dan
membentuk komunitas yang kokoh. Dasar perairan yang berupa batuan atau
cangkang kerang dapat dipakai sebagai substrat awal seperti yang terjadi pada
proses pembentukan pulau karang.
Gambar 10. Faktor fisik yang berpengaruh pada polip terumbu karang
(Nybakken, 1992)
tepian, seperti gosong, laguna, dan mangrove. Diantara 4000 jenis ikan di
perairan Indo-Pasifik, 18% hidup di ekosistem terumbu karang (Veron, 1993
dalam Sembiring, 2011).
antara jenis karang yang bercabang dan karang yang membentuk hamparan
atau masif. Biasanya karang yang bercabang tumbuh lebih cepat daripada
karang yang membentuk hamparan atau masif dan sering memperluas koloninya
ke bagian atas dan lebih tinggi daripada hamparan, menutupi karang hamparan
dari cahaya. Untuk mencegah terjdinya penguasaan tempat dan memelihara
keanekaragaman pada terumbu karang, karang yang berbentuk masif dapat
mencegah pertumbuhan yang cepat dari karang bercabang dengan memakan
jaringan hidup koloni karang yang menutupi mereka (Nybakken, 1992).
2. Pemangsaan
Jumlah hewan yang hidup dari karang sangat banyak dan dapat
diklasifikasikan sebagai predator, karena kebanyakan dari predator ini
mempunyai sedikit hubungan dengan koloni karang. Kelompok ikan yang secara
aktif memakan koloni-koloni karang ialah spesies ikan buntal (Tetraodontidae),
ikan pakol (Balistidae), ikan kuli pasir (Monacanthidae), dan ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae). Sedankan ikan yang memindahkan polip terumbu karang
untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang hidup di dalam polip karang.
Kelompok ini biasanya dari famili Scaridae (ikan kakatua) dan Achanthuridae
(ikan gron) yang memakan karang hidup atau mati.
3. Grazing
Alga dapat merupakan saingan utama bagi terumbu karang dalam mendapatkan
ruang hidup karena pertumbuhannya yang lebih cepat dari pada karang. Kondisi
ini tidak sampai terjadi karena pertumbuhan alga dikendalikan dengan grazing
yang dilakukan oleh beberapa kelompok ikan dan invertebrata yang tertentu.
Keterangan Gambar:
Anal fin : Sirip bawah ekor
Caudal fin : Sirip ekor
Dorsal fin : Sirip punggung
Eye : Mata
Gill cover : Insang sebagai pernafasan
Lateral line : Gurat sisi sebagai alat sensor
Mouth : Mulut, alat makan
Pectoral fin : 2 sirip dekat kepala
Ventral fin : 2 sirip pada perut
Siganidae Labridae
Hamulidae Nemiteridae
2. Ikan Indikator
Ikan Indukator adalah Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena
ikan indikator ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan
dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe). Adapun karakter dari ikan ini seperti:
Aktif di siang hari (diurnal) umumnya hidup berpasangan, ada sebagian yang
bergerombol, ukuran kurang dari 6 inchi, tubuh bulat dan pipih, gerakan lamban
atau lemah gemulai, cara makan diatas karang seperti seperti kupu-kupu,
berwarna cemerlang dari kuning, putih dengan tompel hitam dan pola bergaris
pada mata, makanan Polip karang, algae, cacing dan invebterata lain (Terangi,
2004).
Gambar 15. Ikan-ikan yang berasosiasi dengan koloni koral individu dari
tipe (a) bercabang dan tipe (b) (Nybakken, 1992)