Anda di halaman 1dari 47

GAMBARAN KUALITAS KIMIA DAN FISIK EFFLUENT

LIMBAH CAIR DI SEMEN PADANG HOSPITAL


TAHUN 2014

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan ke Program Studi D-III Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh :

Mustika Fadila
Nim : 111110092

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN 2014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014


Mustika Fadila

Gambaran Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair di Semen Padang
Hospital Tahun 2014

vii + 41 halaman + 6 tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK
Pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan dalam mendukung
hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.
Dalam pengolahan air limbah BOD5, COD, TSS, dan pH dikenal sebagai
parameter utama yang menjadi tolak ukur limbah cair tersebut. Limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan Semen Padang Hospital selanjutnya dialirkan ke IPAL
untuk dilakukan pengolahan hingga akhirnya akan dibuang ke badan air. Limbah
cair yang akan dibuang ke badan air tersebut bisa jadi dapat mencemari
lingkungan dan mengurangi nilai estetika, maka dilakukan pemeriksaan limbah
cair dengan melakukan pengukuran BOD5, COD, TSS, dan pH. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat gambaran kualitas kimia dan fisik effluent limbah cair di
Semen Padang Hospital.

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu melihat Gambaran Kualitas Kimia


dan Fisik effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital yang meliputi
pengukuran BOD, COD, TSS, dan pH. Sampel Limbah Cair di ambil pada kolam
pantau (see pond). Sampel diambil sebanyak 3 kali dalam satu minggu yaitu pada
hari Senin, Rabu, dan Jumat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan sampel limbah
cair di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang dan UPTD Labkes Padang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kandungan BOD5 didapatkan


hasil 15,6 mg/L, 3,30 mg/L dan 1,8 mg/L dengan kadar maksimum 75 mg/L.
Untuk COD didapatkan hasil 78,40 mg/L, 15,84 mg/L dan 5,23 mg/L dengan
kadar maksimum 100 mg/L Untuk pemeriksaan TSS didapatkan hasil 25,0 mg/L,
10,0 mg/L dan 4,0 mg/L dengan kadar maksimum 100 mg/L. Sedangkan untuk
pemeriksaan pH didapatkan hasil 6,7, 6,82 dan 7,08 dengan kadar maksimum 6-9.

Dari keempat parameter yang diperiksa semuanya telah memenuhi


persyaratan sesuai Kepmen LH No.58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah
Cair Rumah Sakit. Sebaiknya pihak Semen Padang Hospital melakukan
pemeriksaan terhadap kualitas Limbah Cair secara berkala minimal 3 bulan sekali
dan melakukan pemantauan terhadap kondisi dan proses kerja IPAL.
Daftar Bacaan : 16 (1995-2014)
Kata Kunci : Limbah Cair, Rumah Sakit
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul Gambaran Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair di
Semen Padang Hospital Tahun 2014.

Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian
dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D-III Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam
menyelesaikan pendidikan D-III Kesehatan Lingkungan pada masa akhir pendidikan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami


hambatan dan kesulitan baik dari segi penulisan maupun referensinya. Tapi berkat
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, hambatan itu dapat diatasi. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dan meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
arahan serta saran kepada penulis sampai selesai Karya Tulis Ilmiah ini.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Bapak H. Magzaiben Zainir, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I.
2. Ibuk Hj. Erni M. Yatim, SKM, M.Pd selaku Pembimbing II.
3. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politekkes Kemenkes Padang.
4. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan
5. Dosen dan Staff Jurusan Kesehatan Lingkungan Politekkes Kemenkes
Padang.
6. Teristimewa untuk Papa, Mama, dan Adik yang telah memberikan
dukungan, semangat dan kekuatan moril serta doa sehingga penulis bisa
mendapatkan apa yang dicita-citakan.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan
kritikan dari berbagai pihak yang terkait yang sifatnya membangun demi terciptanya
kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan diharapkan semoga pada masa
akan datang Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi tenaga Sanitarian. Amin

Padang, Juni 2014

MF
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita pembangunan nasional Indonesia mencakup semua komponen

pembangunan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga

merupakan tujuan Pembangunan Millenium atau lebih dikenal dengan istilah

Millenium Development Goals (MDGs) yang dicetuskan WHO pada tahun 2010.

Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati 8 (delapan) tujuan

MDGs yang pencapaiannya dicanangkan paling lambat pada Tahun 2015.1

Adapun delapan tujuan tersebut yaitu menanggulangi kemiskinan dan

kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender

dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan

kesehatan ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular

lainnya, kelestarian lingkungan hidup, serta membangun kemitraan global dalam

pembangunan. Dua dari delapan tujuan MDGs terkait dengan kesehatan lingkungan.

Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang

membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.1

Dalam upaya meningkatakan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di

kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Kegiatan Rumah

Sakit menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar.Sebagai akibat kualitas

effluent limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat, maka limbah rumah sakit dapat

mencemari lingkungan sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan untuk


penduduk disekitar rumah sakit. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit

mengandung berbagai zat yang dapat menjadi penyebab penyakit pada manusia

sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan.2

Limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus dilakukan pengolahan

terlebih dahulu, dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dan

anorganik air limbah, supaya tidak mengganggu kehidupan biotik yang berada

dilingkungan tersebut.

Air limbah yang berasal dari Rumah Sakit merupakan salah satu sumber

pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah Rumah

Sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan

mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

menyebabkan penyakit terhadap masyarakat sekitarnya.Oleh karena potensi dampak

air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap

Rumah Sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan yang

berlaku.3

Sesuai dengan Kepmen LH No.58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah

Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit bahwa kegiatan rumah sakit mempunyai potensi

menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh

karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair yang

dibuang ke lingkungan dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan

Rumah Sakit.
Limbah cair yang ada di Semen Padang Hospital terdiri dari limbah infeksius

dan limbah non infeksius.Limbah infeksius berasal dari kegiatan laundry,

laboratorium, ruang praktek dokter, ruang operasi, dan farmasi.Sedangkan limbah

non infeksius berasal dari kamar mandi dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan hasil inspeksi yang didapat sewaktu melaksanakan praktek

lapangan rumah sakit, Semen Padang Hospital memiliki Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) yang akan melakukan pengolahan terhadap limbah cair. Teknologi

pengolahan limbah cair di Semen Padang Hospital menerapkan teknologi Sistem

Activated Sludge (Sistim Lumpur Aktif). Dengan beberapa proses tahapan

pengolahan limbah cair yang dilakukan seperti Proses Pretreatment, Proses

Screening, Proses Ekualisasi, Proses Aerasi, Proses Klarifikasi, Proses Klorinisasi

dan Proses Filtrasi hingga effluent yang keluar telah melalui beberapa tahap

pengelolaan limbah cair.

Pada pasal 7 Kepmen LH No.58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair

Bagi Kegiatan Rumah disebutkan setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola

rumah sakit wajib melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke

lingkungan, dan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan.

Semen Padang Hospital baru mulai beroperasi pada tanggal 18 Maret 2013

sehingga belum ada instansi terkait yang melakukan pemeriksaan terhadap IPAL,

baik kondisi IPAL itu sendiri maupun terhadap limbah cair yang dihasilkan, dan

karena keterbatasan waktu disaat praktek sanitasi rumah sakit kelompok penelitipun

tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap limbah cair.


Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan dalam

mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang

ditetapkan oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan

sekitar. Dalam pengolahan air limbah COD, BOD, TSS, dan pH dikenal sebagai

parameter utama yang menjadi tolak ukur limbah cair tersebut.

Jika BOD dan COD tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena

oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri, akibatnya ikan dan organisme

air yg bernapas dengan insang terancam nyawanya. Pengaruh Padatan tersuspensi

(TSS) sangat beragam, tergantung dari sifat kimia alamiah bahan tersuspensi tersebut,

pengaruh yang berbahaya pada ikan, zooplankton maupun makhluk hidup yang lain

karena terjadinya penyumbatan insang oleh partikel partikel yang menyebabkan

afiksiasi. Sedangkan pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air.Bila

terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme.

Limbah cair yang telah melalui pengolahan IPAL Semen Padang Hospital

selanjutnya akan ditampung pada bak reservoir dan dapat digunakan sebagai air baku

untuk kebutuhan pemadam kebakaran (hydrant) dan air flushing toilet, sisanya

dialirkan menuju kolam pantau (see pond) dan dibuang kebadan air sungai Banda

Lubuk Ipuh. Limbah yang dibuang ke sungai tersebut bisa jadi dapat mencemari

lingkungan dan mengurangi nilai estetika karena rendahnya mutu limbah tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Gambaran Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair di Semen Padang

Hospital Tahun 2014.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimana Gambaran Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair di

Semen Padang Hospital Tahun 2014.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran

Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar BOD limbah cair di Semen Padang Hospital.

b. Untuk mengetahui kadar COD limbah cair di Semen Padang Hospital.

c. Untuk mengetahui kadar TSS limbah cair di Semen Padang Hospital.

d. Untuk mengetahui kadar pH limbah cair di Semen Padang Hospital.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada pihak Semen Padang Hospital dalam pengolahan air

limbah.

2. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota dan Instansi terkait dalam

melakukan pengawasan Rumah Sakit.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada pengukuran kadar BOD dan

COD pada parameter Kimia dan pengukuran TSS dan pH pada parameter fisik

limbah cair di Semen Padang Hospital.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga

kesehatan dan penelitian.4

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. 5

B. Limbah Cair Rumah Sakit

1. Pengertian Limbah Cair Rumah Sakit

Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan

kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.3

2. Sumber Limbah Cair Rumah Sakit

Secara umum hampir semua ruangan di Rumah Sakit menghasilkan limbah

cair. Namun sesuai dengan fungsinya ruangan yang paling dominan menghasilkan

limbah cair antara lain seperti pada tabel 2.1 berikut.3


Tabel 2.1 Sumber, Jenis, dan Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit

No Kegiatan (Sumber) Jenis dan Karakteristik Limbah

1. Instalasi Gizi Limbah cair yang dihasilkan dari instalasi


gizi umumnya adalah dari proses
pencucian dan pengolahan makanan
2. Ruang Laboratorium Limbah cair yang dihasilkan dari proses
pemeriksaan specimen dan bahan kimia
yang digunakan, yaitu berupa bekas
reagent, pencucian alat, dan lain-lain.
3. Instalasi Farmasi Limbah cair yang dihasilkan dari sisa-sisa
bungkusan obat-obatan dan cuci tangan
4. Laundry Limbah yang dihasilkan dari hasil
pencucian sprei, sarung bantal, pakaian
operasi, masker, handuk, selimut, dan
linen rumah sakit.
5. Ruang Operasi (OK) Limbah yang dihasilkan berupa darah
bekas operasi, pencucian peralatan dan
limbah cair yang berasal dari kamar
mandi dan WC
6. Ruang Bersalin Limbah yang dihasilkan dari bahan yang
dipakai misalnya sabun, bekas darah
persalinan, dan lain-lain
7. IGD (Instalasi Gawat Limbah yang dihasilkan berupa air bekas
Darurat) pencucian luka, dan lain-lain
8. Ruang Perawatan Limbah cair yang dihasilkan berasal dari
kamar mandi dan WC
9. Poli Klinik Limbah yang dihasilkan dar air cuci
tangan dan alat-alat yang dicuci
Sumber : Asmadi, 2013
3. Karakteristik Limbah Cair

Karakteristik limbah cair dapat dibedakan menurut sifat dan karakteristik

kimia, biologis dan fisika. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan agar dapat

dipahami sifat-sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana tingkat

pencemaran dapat ditimbulkan limbah terhadap lingkungan.7

Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus

diketahui yaitu:

a. Sifat Fisik

1) Padatan

Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum

diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan

padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan

partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya.

Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan

anorganis tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis

padatan ini ada lagi padatan terendap karena mempunyai diameter lebih

besar yang dalam keadaan tenang dan selama beberapa waktu akan

mengendap sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang

mengandung zat-zat organik pada umumnya terdiri dari protein,

ganggang dan bakteri.

2) Kekeruhan

Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada

partikel koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan
ganggang yang terdapat dalam limbah. Kekeruhan merupakan sifat optis

larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.

3) Bau

Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai

dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang

menimbulkan bau tidak enak dan disebabkan adanya campuran dari

nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang

dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan

suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.

4) Temperatur

Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu

pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah

cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan

aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan

berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat oksidasi lebih besar pada

suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.

5) Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan

(secara alami), humus, plankton, tanaman air dan bahan buangan lain.

Warna berkaitan dengan kekeruhan dan dengan menghilangkan

kekeruhan juga menghilangkan warna air.


Demikian pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan zat

tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air

limbah meskipun warna tidak menimbulkan racun.

b. Sifat Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen

Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat

yang terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan

salah satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode

pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak

langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 20oC

selama 5 hari. Kalau disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia maka

seharusya pengukuran dapat dilakukan pada lebih kurang 30oC. Pengukuran

dengan COD lebih singkat tetapi tidak mampu mengukur limbah yang

dioksidasi secara biologis. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.

c. Sifat Biologi

Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir

dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108

organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun

berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh,

metabolisme, dan reproduksi). Mikroorganisme dimasukkan kedalam kategori

protista yang terdiri dari prokariot dan eukariot. Virus diklasifikasikan secara

terpisah.
Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan

kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting dalam

mengevaluasi kualitas air.7

4. Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-

bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan

Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:8

a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan,

karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya

dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih

mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang

cukup sederhana yakni :

1) Pump Swap (pompa air kotor).

2) Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3) Bak Klorinasi

4) Control room (ruang kontrol)

5) Inlet

6) Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7) Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi

b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)

Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota,

karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau
elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama

berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi).Kemudian air limbah dialirkan

ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur.Selanjutnya

air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan

umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan

dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem

kolam oksidasi ini terdiri dari :

1) Pump Swap (pompa air kotor)

2) Oxidation Ditch (kolam oksidasi)

3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)

4) Chlorination Tank (bak klorinasi)

5) Sludge Drying Bed (tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6) Control Room (ruang kontrol)

c. Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui

filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment

dengan septic tank (inchoff tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya

akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan

senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses

oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida

ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-

zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang

dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.


Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara

lain sebagai berikut:

1) Pump Swap (pompa air kotor)

2) Septic Tank (inhoff tank)

3) Anaerobic filter.

4) Stabilization tank (bak stabilisasi)

5) Chlorination tank (bak klorinasi)

6) Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7) Control room (ruang kontrol).

5. Gambaran Pengolahan Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Teknologi pengolahan limbah cair di Semen Padang Hospital menerapkan

teknologi sistem lumpur aktif (system activated sludge), yang terdiri dari beberapa

tahap sebagai berikut: 9

a. Proses Pretreatment

1) Proses Pemisahan Minyak dan Lemak

Air limbah yang berasal dari dapur, kafe, restoran, dan dari sumber yang

berpotensi menghasilkan minyak dan lemak terlebih dahulu harus melalui

unit grease trap (jebakan minyak).

2) Proses Pretreatment Laundry dan Limbah Infeksius

Air limbah dari laundry dan limbah infeksius dari aktiftas laboratorium,

ruang infeksius dan ruang praktek dokter akan menghasilkan pencemar

lebih komplek dibandingkan dengan air limbah dari aktifitas domestik.


Sehingga diperlukan proses awal (pretreatment) untuk mendapatkan

jumlah bahan organik mudah diurai. Air limbah dari aktifitas Laundry

dilakukan pengolahan awal (pretreatment) juga untuk menurunkan dan

menyerap sisa deterjen. Proses pretreatment terjadi pertukaran asam basa

dengan anaerob dan penyerapan dengan karbon aktif. Pada proses ini

dilakukan penambahan Asam Klorida dan Kostik Soda. Dosis yang

digunakan untuk Asam Klorida dan Kostik Soda terlampir.

Penambahan bahan kimia dilakukan oleh petugas khusus, petugas yang

bertugas melakukan penambahan bahan kimia menggunakan APD berupa

Helm, Sarung Tangan, dan Sepatu Boot.

b. Proses Screening

Air limbah yang berasal dari limbah domestik gedung rumah sakit

sebelum dialirkan untuk diproses, disaring pada unit inlet chamber yang

dipasang alat auto bar screen.Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan

sampah-sampah yang terdapat pada air limbah.

c. Proses Ekualisasi

Pada bak ekualisasi terdapat 2 unit pompa yang berfungsi untuk

memompakan air limbah ke bagian pengolahan biologis melalui flow control

box, untuk menjaga kestabilan air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi.

d. Proses Aerasi

Pada bak aerasi dipasang Air Diffuser sebagai media penginjeksian

udara kedalam air, udara dipompakan dengan menggunakan Air Blower. Pada
air akan terjadi proses pembiakan bakteri aerobik sehingga dapat menurunkan

polutan pencemar dengan cepat melalui oksidasi oksigen.

Pada bak aerasi ini yaitu bak dimana proses pengolahan air limbah

secara biologis terjadi, air limbah yang baru masuk akan mengandung bakteri

aerobik dan anaerobik, selanjutnya bakteri aerobik akan berperan aktif,

akibatnya banyak oksigen yang larut dalam bak aerasi (aerobic digestion

prosess). Proses ini menguraikan polutan terlarut yang terdapat dalam air

limbah.

e. Proses Klarifikasi (Sedimentasi)

Proses pemisahan materi padat dengan air, bak ini dibuat sedemikian

rupa sehingga materi-materi padat terkumpul pada satu titik (lumpur aktif).

Pada proses klarifikasi ini akan terjadi dua proses fisika yaitu:

1) Proses Pengendapan

Hasil endapan tadi dipompakan ke bak penampungan lumpur

dengan menggunakan air lift pump.

2) Proses Pengapungan

Lumpur yang telah mati biasanya akan naik kepermukaan (lumpur

apung), lumpur apung ini akan dipompakan ke bak penampungan

lumpur dengan air lift scum skimmer yang dipasang di ujung bak

klarifikasi. Agar lumpur apung tidak terbawa hanyut ke proses

berikutnya maka lumpur apung ditahan oleh scum baffle. Air yang telah

dipisahkan dengan materi-materi padat akan melimpah ke saluranyang

dibuat sedemikian rupa sehingga hanya air bersih yang bisa mengalir.
f. Bak Klorinisasi

Pembubuhan larutan kaporit bertujuan agar bakteri yang telah

dikembangbiakan pada proses biologi tidak hanyut ke badan penerima air

buangan. Larutan kaporit dipompakan dengan dosis residual klorin sebesar 3

mg/l air buangan.

g. Proses Filtrasi

Air hasil dari proses klorinisasi yang ditampung pada bak intermediate

kemudian disedot dengan pompa filter untuk dipompakan ke sand filter dan

carbon filter.

1) Sand Filter

Untuk menyaring materi padat sehingga zat padat tersuspensi (TSS)

dalam air buangan (effluent) menjadi lebih kecil.

2) Carbon Filter

Untuk menyerap warna, bau dan materi organik lainnya sehingga

diperoleh mutu air buangan yang baik.

Air dari proses filtrasi ini selanjutnya ditampung pada bak reservoir dan

dapat digunakan sebagai air baku untuk kebutuhan pemadam kebakaran (hydrant)

dan air flushing toilet. Sisanya dialirkan menuju kolam pantau (see pond) dan

saluran badan penerima air buangan (Banda Lubuk Ipuh). Mesin pada IPAL

Semen Padang Hospital bekerja 24 Jam dalam sehari.9

Selanjutnya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar 1: Pengolahan Limbah Cair di Semen Padang Hospital
GRASEllTRAP LIMBAH
LIMBAH DAPUR LAUNDRY
NON INFEKSIUS
INFEKSIUS (Proses pre
treatment ) LIMBAH LABOR,
LIMBAH
OPERASI,
AKTIFITAS
PRAKTEK
DOMESTIK
DOKTER, DLL

NON INFEKSIUS INFEKSIUS


( Proses Screening) (Proses Screening)

Proses Ekualisasi

LUMPUR AIR

Proses Klarifikasi

PROSES AERASI
PENAMPUNGAN
LUMPUR AKTIF

Proses FILTRASI
KARBON SAND
EFFLUENT
FILTER FILTER Proses KLORINISASI

Sumber: Buku Petunjuk Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Limbah


Semen Padang Hospital (2012)
6. Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit

BerdasarkanKepmen LH Nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu limbah

cair bagi kegiatan rumah sakit, terdapat empat parameter yang menjadi tolak ukur

bagi limbah cair Rumah Sakit.

a. Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD (biochemical oxygen demand) adalah kuantitas oksigen yang

diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik

terlarut.

Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat

organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung

karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari

sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah

bakteri untuk menguraikan semua zat-zat organik yang terlarut maupun

sebagian tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana.

Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri.

Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Dengan habisnya oksigen

terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi

kekurangan dan akibatnya biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat

hidup. Semakin tinggi angka BOD semakin sulit bagi makhluk air yang

membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.7


b. Chemical Oxygen Demand (COD)

COD (chemical oxygen demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan

mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik terlarut dan

mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia dan nitrit.

Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran

kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktunya

dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan

oksigen untuk reaksi kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah

bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam

tertentu dalam limbah, maka pertumbuhan bakteri akan terhalang dan

pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat

meggunakan analisis COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana pada BOD.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.

Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa semakin sedikit

bahan anorganik yang dapat dioksidasi dengan bahan kimia. Pada limbah

yang mengandung logam-logam pemeriksaan terhadap BOD tidak memberi

manfaat karena tidak ada bahan organik dioksida.Hal ini bisa jadi karena

logam merupakan racun bagi bakteri.

Pemeriksaan COD lebih cepat dan biasnya lebih mudah

mengantisipasinya. Perbandingan BOD dengan COD pada umumnya

bervariasi untuk berbagai jenis limbah. 7


c. TSS (Total Suspended Solid)

Padatan yang tersuspensi total adalah padatan yang menyebabkan

kekeruhan pada air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.

Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya

lebih kecil dari pada sediment, seperti bahan-bahan organik tertentu, dan

tanah liat. Jumlah padatan tersuspensi total (TSS) adalah jumlah padatan

dalam air setelah disaring dengan menggunakan filter yang kemudian

dipanaskan 1030C sampai 1050C. TSS dapat berupa berbagai jenis material

seperti endapan lumpur, hancuran senyawa tanaman dan binatang, dan

limbah industri. Konsentrasi padatan tersuspensi yang tinggi dapat

menyebabkan masalah pada perairan.

Padatan tersuspensi total adalah jumlah bobot bahan yang tersuspensi

dalam suatu volume tertentu, yang biasanya diberikan dalam milligram per

liter atau ppm. Mengukur kekeruhan (turbiditas) air dilakukan untuk dapat

memperkirakan zat padat tersuspensi dalam suatu contoh air. Turbiditas

diukur dengan turbidimeter yang mengukur kemampuan cahaya untuk

melewati suatu contoh air.10

d. pH (power Hydrogen)

pHatau Derajat Keasaman merupakan tingkat keasaman suatu larutan atau

kandungan ion-ion hidrogen dalam suatu larutan (cairan). Nilai pH suatu

perairan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa.

Organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan pada

kisaran pH 6,5 8,3. Proses penguraian limbah organik melalui proses


oksidasi oleh mikroorganisme dengan bakteri aerobik. Limbah organik

dipecah dan diuraikan menjadi gas karbon dioksida (CO2), air dan gas

amoniak (NH3). Timbulnya gas amoniak tersebut menyebabkan bau busuk

pada air yang telah tercemar oleh limbah organik.10

Berikut adalah Parameter Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit.

Tabel 2.2 Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit

KADAR MAKSIMUM
PARAMETER
(mg/L)
BOD5 75
COD 100
TSS 100
pH 69
Sumber: KEP-58/MENLH/12/1995

7. Tujuan Pengolahan Air Limbah

Tujuan pengolahan air limbah adalah untuk memperbaiki kualitas air limbah,

mengurangi BOD, COD dan partikel tercampur, menghilangkan bahan nutrisi dan

komponen beracun, menghilangkan zat tersuspensi, mendekomposisi zat organik,

menghilangkan mikroorganisme pathogen.3

Tujuan dari pengolahan air limbah adalah sebagai berikut :

a. Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk limbah cair pada kesehatan

manusia dan lingkungan.

b. Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan

atau pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia dan

lingkungannya.
1) Tujuan utama pengolahan air limbah

a) Melindungi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya

sebagai pengguna air

b) Menghindari gangguan terhadap lingkungan

c) Melindungi/menghindari kerusakan-kerusakan yang mungkin

timbul seperti musnahnya kehidupan aquatic

d) Melindungi badan air penerima sumber air baku, irigasi, dan

lain-lain.

2) Tujuan khusus pengolahan air limbah

a) Untuk menghilangkan material tersuspensi

b) Untuk mengeleminasi organisme pathogen

c) Untuk mereduksi kandungan nitrogen, phospor, dan komponen

organik tosik

d) Untuk menghilangkan kontaminasi lainnya seperti organik sukar

larut (pestisida), logam berat, dan organik terlarut.

8. Permasalahan yang diakibatkan oleh Limbah

Permasalahan yang terjadi akibat limbah yang pengelolaanya tidak memenuhi

syarat adalah:6

a. Membahayakan kesehatan manusia karena dapat membawa suatu penyakit

(vehicle) ataupun secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan.

b. Kerugian secara ekonomis karena terjadi kerusakan pada benda ataupun

bangunan serta tumbuhan dan hewan.

c. Mengganggu atau membunuh kehiduan akuatik.


d. Merusak keindahan (estetika) akibat bau busuk limbah, timbunan

sampah/limbah padat.

e. Menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan binatang pengganggu

(tikus).

C. Kerangka Konsep

Limbah Cair Rumah Sakit Gambaran Kualitas Kimia


BOD
dan Fisik effluent Limbah
COD
TSS Cair di Semen Padang

pH Hospital
D. Definisi Operasional

Cara Hasil
No Variabel Definisi Alat Ukur Skala
Ukur Ukur
1 BOD Jumlah oksigen yang Botol Pemeriksaan Mg/L Ratio
dibutuhkan oleh bakteri Winkler labordengan
untuk melakukan proses dan alat-alat metode
dekomposisi aerobik titrasi Titrimetri
terhadap bahan organik
dari limbah, dibawah
kondisi suhu 20oC dan
waktu lima hari dalam
Limbah Cair Semen
Padang Hospital
2 COD Jumlah oksigen yang Kondensor, Pemeriksaan Mg/L Ratio
dibutuhkan untuk Erlenmeyer, labordengan
mengoksidasi bahan dll metode refluk
organik yang terdapat di
dalam air limbah secara
sempurna dalam Limbah
Cair Semen Padang
Hospital
3 TSS Padatan yang Cawan Pemeriksaan Mg/L Ratio
menyebabkan kekeruhan Penguap, labordengan
pada air, tidak terlarut dan Oven, metode
tidak dapat mengendap Desikator, Gravimetri
langsungdalam Limbah Neraca
Cair Semen Padang
Hospital
4 pH merupakan tingkat pH Meter Pemeriksaan - Ratio
keasaman limbah cair labordengan
atau kandungan ion-ion menggunakan
hidrogen dalam Limbah pH Meter
Cair Semen Padang
Hospital
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif yaitu melihat

Gambaran Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Tahun 2014.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Mei 2014 di Semen Padang Hospital.

Pemeriksaan kadar BOD, COD, TSS dan pH Limbah Cair dilakukan di Laboratorium

Poltekkes Kemenkes Padang dan UPTD Labkes Padang.

C. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah effluent limbah cair yang dihasilkan Semen

Padang Hospital, Sampel Limbah Cair di ambil pada kolam pantau (see

pond).Sampel diambil sebanyak 3 kali dalam satu minggu yaitu pada hari Senin,

Rabu, dan Jumat.

D. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh mengenai Kualitas Kimia dan Fisik effluent Limbah Cair

di Semen Padang Hospital melalui pemeriksaan labor tentang kadar BOD, COD, TSS

dan pH Limbah Cair.

2. Data Sekunder

Data tentang gambaran umum dan proses pengolahan limbah cair di Semen

Padang Hospital.
E. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dianalisis dengan cara

membandingkan dengan Kepmen LH Nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu

limbah cair bagi kegiatan rumah sakit.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Semen Padang Hospital

Perjalanan Semen Padang Hospital (SPH) sudah mulai sejak tahun 1970.

Semen Padang Hospital berawal dari sebuah klinik yang dibentuk pada tahun

1970. Klinik tersebut adalah Klinik kesehatan PT Semen Padang dan kemudian

berubah menjadi Unit Biro Kesehatan. Seiring dengan kebutuhan akan layanan

kesehatan, maka pada tahun 1997, Unit Biro Kesehatan berkembang menjadi

Yayasan Rumah Sakit Semen Padang. Manajemen terus melakukan

pengembangan dengan melakukan perubahan Badan Hukum Yayasan Rumah

Sakit Semen Padang menjadi Yayasan Semen Padang pada tahun 2009. Rumah

Sakit ini mulai beroperasi pada tanggal 18 Maret 2013.

Semen Padang Hospital memiliki luas tanah 2 ha dan luas bangunan

19.400 m2 serta memiliki fasilitas terbaik bagi pelayanan dan kenyamanan

pasien. Saat ini Semen Padang Hospital memiliki kurang lebih 161 tempat tidur

dalam beberapa pilihan ruang rawat inap yaitu Diamond (VVIP), Saphire (VIP),

Ruby (Kelas 1), Amethyst (Kelas 2), Zirconia (Kelas 3), Saphire & Ruby (Ruang

Rawat Anak LT.5). Disamping itu rumah sakit ini juga mempunyai fasilitas-

fasilitas yang mendukung lainnya seperti, Radiologi, Medical Check up, Kamar

bersalin, UGD, Laboratorium, Farmasi, dan Fasilitas gedung lainnya dengan

layanan Poli Paru, Poli kulit dan kelamin, Poli gigi, Poli syaraf, Poli anak, Poli
THT, Poli bedah, Poli umum, Poli Jantung, Poli Penyakit dalam, Poli Kebidanan

dan kandungan serta Poli Mata.11

2. Visi, Misi dan Motto Semen Padang Hospital

Visi

Menjadi Rumah Sakit Umum terbaik di Sumatera dan bertaraf Internasional

Misi

Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi pelanggan

dengan tenaga medis yang kompeten dan didukung oleh peralatan dan

teknologi kedokteran yang handal.

Menunjang tanggung jawab sosial PT Semen Padang (CSR) berupa

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat

sehingga tewujudnya pola hidup sehat

Membantu perekonomian nasional dengan berusaha mengurangi

pengeluaran devisa untuk berobat ke luar negeri.

Motto

We Serve Beyond Expectations. Serving by Heart for a Better Healthier Life.


B. Hasil Penelitian

1. Hasil pemeriksaan BOD5 effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Tabel 4.1
Pemeriksaan BOD5 effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum


Keterangan
ke (mg/L) (mg/L)
Memenuhi
1 15,6
Standar
Memenuhi
2 3,30
75 Standar
Memenuhi
3 1,8
Standar
Memenuhi
Rata-rata 6,9
Standar

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan BOD5

effluent limbah cair di Semen Padang Hospital pada pemeriksaan pertama

didapatkan hasil 15,6 mg/L, pemeriksaan kedua 3,30 mg/L, pemeriksaan ketiga

1,8 mg/L dan rata-rata 6,9 mg/L dengan kadar maksimum 75 mg/L. Jadi, dapat

diketahui bahwa kandungan BOD5 effluent limbah cair di rumah sakit ini telah

memenuhi standar sesuai dengan Kepmen LH No. 58 Tahun 1995 Tentang Baku

Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit.


2. Hasil pemeriksaan COD effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Table 4.2
Pemeriksaan COD effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum


Keterangan
ke (mg/L) (mg/L)
Memenuhi
1 78,40
Standar
Memenuhi
2 15,84
Standar
100
Memenuhi
3 5,23
Standar
Memenuhi
Rata-rata 33, 16
Standar

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan

CODeffluent limbah cair di Semen Padang Hospital pada pemeriksaan pertama

didapatkan hasil 78,40 mg/L, pemeriksaan 15,84 kedua mg/L, pemeriksaan

ketiga 5,23 mg/L dan rata-rata 33,16 mg/L dengan kadar maksimum 100 mg/L.

Jadi, dapat diketahui bahwa kandungan COD effluent limbah cair di rumah sakit

ini telah memenuhi standar sesuai dengan Kepmen LH No. 58 Tahun 1995

Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit.


3. Hasil pemeriksaan TSS effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Table 4.3
Pemeriksaan TSS effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum


Keterangan
ke (mg/L) (mg/L)
Memenuhi
1 25,0
Standar
Memenuhi
2 10,0
Standar
100
Memenuhi
3 4,0
Standar
Memenuhi
Rata-rata 13,0
Standar

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan TSS

effluent limbah cair di Semen Padang Hospital pada pemeriksaan pertama

didapatkan hasil 25,0mg/L, pemeriksaan kedua 10,0 mg/L, pemeriksaan ketiga

4,0 mg/L dan rata-rata 13,0 mg/L dengan kadar maksimum 100 mg/L. Jadi, dapat

diketahui bahwa kandungan TSS effluent limbah cair di rumah sakit ini telah

memenuhi standar sesuai dengan Kepmen LH No. 58 Tahun 1995 Tentang Baku

Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit.


4. Hasil pemeriksaan pH effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Table 4.4
Pemeriksaan pH effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum Keterangan
ke
Memenuhi
1 6,70
Standar
Memenuhi
2 6,82
Standar
69
Memenuhi
3 7,08
Standar
Memenuhi
Rata-rata 6,87
Standar

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pemeriksaan pH

effluent limbah cair di Semen Padang Hospital pada pemeriksaan pertama

didapatkan hasil 6,70, pemeriksaan kedua 6,82, pemeriksaan ketiga 7,08 dan

rata-rata 6,87 dengan kadar maksimum 6 9. Jadi, dapat diketahui bahwa

kandungan pHeffluent limbah cair di rumah sakit ini telah memenuhi standar

sesuai dengan Kepmen LH No. 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair

bagi kegiatan Rumah Sakit.

Hasil pemeriksaan terhadap keempat parameter (BOD5, COD, TSS dan

pH) effluent limbah cair Semen Padang Hospital dapat digambarkan dengan

grafik berikut.
Gambar 2 : Grafik hasil pemeriksaan kualitas limbah cair
di Semen Padang Hospital

90

80

70

60
BOD5
50
COD
40 TSS
30 Ph

20

10

0
Pemeriksaan 1 Pemeriksaan 2 Pemeriksaan 3

C. Pembahasan

1. Kandungan BOD5 effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Hasil pemeriksaan BOD5 yang dilakukan yaitu 15,6 mg/L pada

pemeriksaan pertama, 3,30 mg/L pada pemeriksaan kedua dan 1,8 mg/L pada

pemeriksaan ketiga, dengan rata-rata 6,9 mg/L dimana nilai ambang batas untuk

BOD5 adalah 75 mg/L (KEPMEN LH No. 58, 1995). Sedangkan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pihak Semen Padang Hospital pada bulan Oktober

2013 didapatkan hasil 5,20 mg/L. Semuanya sudah memenuhi syarat baku mutu

limbah cair.

Dari hasil yang didapatkan pada tiap pemeriksaan kandungan BOD5

didapatkan perbedaan hasil yang jauh berbeda, hal ini dikarenakan kualitas dan
kuantitas limbah yang dihasilkan tidak sama setiap harinya. Limbah yang

dihasilkan tentunya sesuai dengan banyaknya kegiatan yang terjadi pada masing-

masing ruangan yang menghasilkan limbah.

Angka BOD yang dihasilkan dapat memenuhi standar dikarenakan air

limbah telah melalui proses Biological Treatment yaitu proses Aerasi. Pada

proses aerasi ini yaitu bak dimana proses pengolahan air limbah secara biologis

terjadi, air limbah yang baru masuk akan mengandung bakteri aerobik dan

anaerobik, selanjutnya bakteri aerobik akan berperan aktif, akibatnya banyak

oksigen yang larut dalam bak aerasi (aerobic digestion prosess). Proses ini

menguraikan polutan terlarut yang terdapat dalam air limbah.

Biochemical oxygen demand adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi aerobik terhadap bahan

organik dari larutan di bawah kondisi suhu tertentu umumnya 20oC dan waktu

tertentu umumnya 5 hari. Hasil pengukuran BOD dinyatakan dalam mg/l.

Kebutuhan BOD bervariasi antara 100-300 mg/l (kuat), sedangkan bila kurang

dari 100 mg/l disebut lemah. Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD

adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable

organic matter).12

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisa empiris yang

mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar

terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang

terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan

penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan biologis

bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa

alamiah; kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat

menghabiskan oksigen terlarut dalam air, selama proses oksidasi tersebut yang

bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi

anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.13

2. Kandungan COD effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Hasil pemeriksaan COD yang dilakukan yaitu 78,40 mg/L pada

pemeriksaan pertama, 15,84 mg/L pada pemeriksaan kedua dan 5,23 mg/L pada

pemeriksaan ketiga, dengan rata-rata 33,16 mg/L dimana nilai ambang batas

untuk COD adalah 100 mg/L (KEPMEN LH No. 58, 1995). Sedangkan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pihak Semen Padang Hospital pada bulan Oktober

2013 didapatkan hasil 16,00 mg/L. Semuanya sudah memenuhi syarat baku mutu

limbah cair.

Dari hasil yang didapatkan pada tiap pemeriksaan kandungan COD

didapatkan perbedaan hasil yang jauh berbeda, hal ini dikarenakan kualitas dan

kuantitas limbah yang dihasilkan tidak sama setiap harinya. Limbah yang

dihasilkan tentunya sesuai dengan banyaknya kegiatan yang terjadi pada masing-

masing ruangan yang menghasilkan limbah.

Angka COD yang dihasilkan dapat memenuhi standar dikarenakan air

limbah telah melalui proses pretreatment pada tiap-tiap sumber limbah, pada

proses pretreatment terjadi pertukaran asam basa dengan anaerob dan


penyerapan dengan karbon aktif. Pada proses ini dilakukan penambahan Asam

Klorida dan Kostik Soda.

Berdasarkan teori chemical oxygen demand adalah jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air

secara sempurna. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai

secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi

asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan

organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan

teroksidasi.12

Chemical oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK)

merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik

yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO2 dan H2O. Pada reaksi ini hampir

semua zat yaitu sekitar 85% dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam

suasana asam, sedangkan penguraian secara biologi (BOD) tidak semua zat

organik dapat diuraikan oleh bakteri. Angka COD merupakan ukuran bagi

pencemaran air oleh zat- zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan

melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut

didalam air.

Air yang telah tercemar limbah organik sebelum reaksi berwarna kuning

dan setelah reaksi oksidasi berubah menjadi warna hijau. Jumlah oksigen yang

diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap limbah organik seimbang dengan

jumlah kalium dikromat yang digunakan pada reaksi oksidasi.14


3. Kandungan TSS effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Hasil pemeriksaan TSS yang dilakukan yaitu 25,0 mg/L pada

pemeriksaan pertama, 10,0 mg/L pada pemeriksaan kedua dan 4,0 mg/L pada

pemeriksaan ketiga, dengan rata-rata 13,0 mg/L dimana nilai ambang batas

untuk TSS adalah 100 mg/L (KEPMEN LH No. 58, 1995). Sedangkan hasil

pemeriksaan yang dilakukan pihak Semen Padang Hospital pada bulan Oktober

2013 didapatkan hasil 8,00 mg/L. Semuanya sudah memenuhi syarat baku mutu

limbah cair.

Dari hasil yang didapatkan pada tiap pemeriksaan kandungan TSS

didapatkan perbedaan hasil yang jauh berbeda, hal ini dikarenakan kualitas dan

kuantitas limbah yang dihasilkan tidak sama setiap harinya. Limbah yang

dihasilkan tentunya sesuai dengan banyaknya kegiatan yang terjadi pada masing-

masing ruangan yang menghasilkan limbah.

Angka TSS yang dihasilkan dapat memenuhi standar dikarenakan air

limbah telah melalui proses Screening dan Filtrasi. Proses Screening dilakukan

untuk menyaring sampah-sampah besar yang dibawa oleh air limbah, sedangkan

proses Filtrasi yaitu Sand Filter untuk menyaring materi-materi padat sehingga

TSS dalam air buangan menjadi lebih kecil.

Zat Padat Tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis. Zat padat

tersuspensi dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat

terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat

organis dan anorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan


Gravimetri, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke

dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis.15

4. Kandungan pH effluent Limbah Cair di Semen Padang Hospital

Hasil pemeriksaan pH yang dilakukan yaitu 6,70 pada pemeriksaan

pertama, 6,82 pada pemeriksaan kedua dan 7,08 pada pemeriksaan ketiga,

dengan rata-rata 6,87 dimana nilai ambang batas untuk pH adalah 6-9 (KEPMEN

LH No. 58, 1995). Sedangkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pihak Semen

Padang Hospital pada bulan Oktober 2013 didapatkan hasil 6,0. Semuanya sudah

memenuhi syarat baku mutu limbah cair.

Salah satu kriteria kualitas air adalah derajat keasaman (pH). Pada

dasarnya air yang baik adalah air yang tidak tercemar. Dalam kondisi yang

demikian berarti air bersifat netral, sedangkan apabila didalam perairan terdapat

zat pencemaran akan dapat berakibat sifat air berubah menjadi asam atau basa.

pH merupakan kriteria kualitas kimia. Selain kualitas kimia, kualitas fisis dan

biologis juga menjadi kriteria kualitas air. Kualitas fisis meliputi warna, suhu,

dan kekeruhan, sedangkan kualitas biologis menyangkut keberadaan lumut,

mikroorganisme patogen, dan sejenisnya. Kualitas kimia selain pH meliputi pula

kadar oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), kadar limbah organik yang

diukur dari banyaknya oksigen yang diperlukan mendegrasi (memecah) sampah

organik yang dikenal dengan istilah Biological Oxygen Demant (BOD) dan kadar

limbah anorganik yang diukur dari banyaknya oksigen yang diperlukan untuk

memecah limbah anorganik yang dikenal sebagai angka Chemical Oxygen

Demant (COD).16
Fluktuasi hasil pemeriksaan terhadap parameter (BOD5, COD, TSS dan

pH) effluent limbah cair Semen Padang Hospital cenderung sama yaitu mengecil

atau normal. Hal ini membuktikan bahwa pengolahan IPAL Semen Padang

Hospital sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas limbah yang diolah atau

dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan pada ruang pengolahan limbah. Perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efisiensi IPAL dengan cara

mengetahui kualitas limbah sebelum dan sesudah melewati IPAL.

Semen Padang Hospital sudah pernah melakukan pemeriksaan limbah

cair yang dihasilkan, tapi perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala minimal 3

bulan sekali dan perlu juga dilakukan pemantauan terhadap kondisi dan proses

kerja IPAL secara berkala agar bila terjadi penyimpangan dapat segera diatasi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium terhadap kualitas kimia dan

fisik effluent limbah cair di Semen Padang Hospital didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Kandungan BOD5 didapatkan hasil 15,6 mg/L pada pemeriksaan pertama,3,30

mg/L pada pemeriksaan kedua dan 1,8 mg/L pada pemeriksaan ketiga.

2. Kandungan COD didapatkan hasil 78,40 mg/L pada pemeriksaan pertama, 15,84

mg/L pada pemeriksaan kedua dan 5,23 mg/L pada pemeriksaan ketiga.

3. Kandungan TSS didapatkan hasil 25,0 mg/L pada pemeriksaan pertama, 10,0

mg/L pada pemeriksaan kedua dan 4,0 mg/L pada pemeriksaan ketiga.

4. Kandungan pH didapatkan hasil 6,70 pada pemeriksaan pertama, 6,82 pada

pemeriksaan kedua dan 7,08 pada pemeriksaan ketiga.

Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa kualitas kimia dan fisik

limbah cair di semen padang hospital sudah memenuhi standar baku mutu sesuai

KEPMEN LH No. 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah

Sakit.
B. Saran

1. Sebaiknya pihak Semen Padang Hospital melakukan pemeriksaan terhadap

kualitas Limbah Cair secara berkala minimal 3 bulan sekali.

2. Sebaiknya pihak pengelola IPAL Semen Padang Hospital melakukan

pemantauan secara rutin terhadap kondisi dan proses kerja IPAL, agar

kualitas effluent limbah cair yang dihasilkan tidak terjadi fluktuasi.

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efisiensi IPAL

dengan cara mengetahui kualitas limbah sebelum dan sesudah melewati IPAL.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Indonesia Sehat. 2010. Jakarta

2. Keputusan Kepala Bapedal. Nomor 01 Tahun 1995. Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

3. Asmadi. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Edisi Pertama.


Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2013.

4. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup. Nomor Kep-


58/MENLH/12/1995. Tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah
Sakit.

5. Departemen Kesehatan RI. Nomor 1204 Tahun 2004. Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit.

6. Suyono, Budiman. Ilmu Kesehatan Masyarakat. EGC : Penerbit Buku


Kedokteran; 2011

7. Ginting, Perdana. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.


Bandung: CV. Yrama Widya; 2007

8. Bonas silfa, Anshar. Pengelolaan sampah/limbah rumah sakit dan


permasalahannya. [dikutip 7 Maret 2014]. Tersedia dari:
URL:http://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-
sampahlimbah-rumah-sakit-dan-permasalahannya/

9. Chaniago, Idrus. Buku Petunjuk Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air


Limbah Semen Padang Hospital. Padang: Yayasan Semen Padang; 2012

10. Syahriartato. Penggunaan Biofilter Anaerobic-Aerobic Pada Limbah Cair


Rumah Sakit. 2011 Agustus [dikutip 5 Maret 2014]. Tersedia dari: URL:
http://syahriartato.wordpress.com/2013/08/11/penggunaan-biofilter-
anaerobic-aerobic-pada-limbah-cair-rumah-sakit/

11. Sejarah semen padang hospital. 2013 [dikutip 15 Mei 2014]. Tersedia dari:
URL: http://semenpadanghospital.co.id/visi-misi/
12. Soeparman, Suparmin. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2001

13. Goelanzsaw. Analisa BOD dalam Air. [dikutip 26 Mei 2014]. Tersedia dari:
URL: http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/analisa-bod-dalam-air.html

14. Ilmu alam. Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD). [dikutip 26 Mei
2014]. Tersedia dari: URL:
http://ilmualambercak.blogspot.com/2013/04/pengertian-chemical-oxygen-
demand-cod.html

15. Misnani. Praktikum Teknik Lingkungan Total Padatan Terlarut. 2010.


[dikutip 26 Mei 2014]. Tersedia dari: URL:
http://misnanidulhadi.blogspot.com/

16. The child. pH Sebagai Indikator Kualitas Air Limbah. 10 Februari 2011.
[dikutip 26 Mei 2014]. Tersedia dari: URL:
http://rolandy19.blogspot.com/2011/02/ph-sebagai-indikator-kualitas-air.html

17. Politeknik Kesehatan Padang. Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah. Padang:
Politeknik Kesehatan Padang; 2013

Anda mungkin juga menyukai