Abstrak
Rumah sakit dapat memiliki dampak negatif berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu
berupa limbah yang dihasilkan bila tidak dikelola dengan baik. Limbah cair Rumah Sakit X sebelum
dibuang dari outlet terlebih dahulu dilakukan treatment di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan hasil parameter suhu, TSS, BOD5, COD, deterjen, fenol dan pH telah memenuhi baku mutu.
Namun, untuk parameter TDS dengan nilai 2670 Mg/L, fosfat dengan nilai 5,798 Mg/L dan amonia
bebas dengan nilai 1,280 Mg/L tidak memenuhi baku mutu. Penelitian mixed methods dengan
strategi triangulasi konkuren, kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus eksploratoris.
Penelitian didukung dengan data kuantitatif yang dilakukan secara deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan limbah cair rumah sakit di Rumah Sakit X pada bulan
Maret sampai Mei 2015. Hasil evaluasi kinerja aspek pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit X
termasuk dalam kategori baik, hasil pengolahan limbah cair termasuk kategori baik, dan kualitas
limbah cair setelah pengolahan untuk parameter pH, suhu, BOD, COD, amonia, fosfat, dan MPN
Coliform telah memenuhi baku mutu, namun untuk parameter TSS pada pengambilan sampel
minggu ketiga dan parameter TDS untuk pengambilan sampel minggu pertama dan ketiga belum
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Aspek pengelolaan limbah cair Rumah Sakit X termasuk
kategori baik, aspek pengolahan limbah cair termasuk kategori baik, kualitas limbah cair setelah
pengolahan sudah memenuhi baku mutu, kecuali TDS dan TSS.
Kata Kunci: Kualitas Parameter Limbah Cair, Aspek Manajemen, dan Proses Pengolahan Limbah
Abstract
Hospitals have possibility of a negative impact. Among other negative impacts can be contamination
a process activity, in the form of waste produced when it is not managed properly. Hospital of X
wastewater before discharge from the outlets first performed the treatment in Waste Water
Treatment Plant (WWTP) with the results of the parameters of temperature, TSS, BOD 5, COD,
detergents, phenol and pH have met quality standards. However, for the TDS parameter with a value
of 2670 Mg/L, phosphate with a value of 5.798 Mg/L and ammonia-free with a value of 1.280 Mg/L
not quality standards. This study is a mixed methods study with concurrent triangulation
strategy. Qualitative research with exploratory case study design. The research was supported by
quantitative data descriptively to evaluate the management of hospital wastewater in Hospital of X
in March to May 2015. The results of the performance evaluation aspects of wastewater
management at the Hospital of X included in the good category, the results of wastewater treatment
including good category, and the quality of the effluent after treatment for the parameters pH,
temperature, BOD, COD, ammonia, phosphate, and MPN Coliform has met quality standards, but
for TSS parameters in the third week of sampling and TDS parameters for sampling the first and
third weeks not meet the quality standards are allowed. Aspects of wastewater management Hospital
of X in the good category, the results of wastewater treatment including good category, the quality
of wastewater after treatment has met the quality standard, except TDS and TSS.
Keywords: Quality Parameter Wastewater, Aspect Management and Waste Treatment Processes.
Korespondensi: Ulfah
Email: ulfah.maria449@gmail.com
40
Ulfah, Sarto, Iravati Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
41
Vol.1, No.1, Maret 2017 Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair
42
Ulfah, Sarto, Iravati Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
limbah dari pengolahan awal sampai pengolahan pengolahan akhir. Hasil evaluasi skoring rata-
akhir, untuk mendeteksi dan menghilangkan rata kinerja aspek pengolahan pada instalasi
bahan berbahaya dan mikroorganisme pathogen pengolahan limbah cair di Rumah Sakit X
yang ada di dalam air limbah10. berdasarkan hasil wawancara dan berdasarkan
Evaluasi penilaian terhadap kinerja pada observasi di lapangan menunjukkan tingkat
aspek pengolahan limbah cair yang meliputi: kategori baik dengan skor 4,5. Gambaran umum
pengolahan awal, instalasi pengolahan dan aspek pengolahan dapat dilihat pada Tabel 2.
Penanggung jawab usaha wajib melakukan Suhu, BOD, COD, Amonia, TSS, TDS, Fosfat
pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke dan MPN Coliform11. Hasil analisis pH untuk
lingkungan. Evaluasi pengolahan limbah cair pemantauan kualitas limbah cair di instalasi
setiap rumah sakit dapat dipantau berdasarkan pengolahan dapat dilihat pada Gambar 1.
indikator kandungan pencemarnya yaitu; pH,
Analisis pH
10
8
6
4
2
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 7.56 7.65 7.94 7.94
Pengambilan 2 7.7 7.61 7.96 7.72
Pengambilan 3 7.63 7.68 7.74 7.74
BML Max 9 9 9 9
BML Min 6 6 6 6
Analisis pH di atas memberikan gambaran nilai rentang baku mutu pH untuk limbah cair
bahwa kualitas dari limbah cair pada inlet, bak rumah sakit yang dipersyaratkan berada pada 6-
aerasi, bak klorinasi, dan outlet instalasi 9. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kinerja
pengolahan berada pada rentang nilai baku pengolahan limbah cair pada IPAL RS X dapat
mutu yang dipersyaratkan oleh Pergub DIY bekerja dengan optimal, pengolahan di IPAL RS
No.7 Tahun 2010 yang telah mengatur tentang X ini dapat dikatakan baik, karena mampu
43
Vol.1, No.1, Maret 2017 Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair
Analisis Suhu
35
30
Satuan (oC)
o
Mg/L
C 25
20
15
10
5
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 22.9 23 23.1 23
Pengambilan 2 20.2 20.1 20.3 20.2
Pengambilan 3 21.1 21.1 21.2 21.3
BML 30 30 30 30
44
Ulfah, Sarto, Iravati Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
Analisis BOD
Satuan (Mg/L)
60
50
Mg/L 40
30
20
10
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 14.05 9.66 12.59 9.66
Pengambilan 2 1.89 15.59 25.79 5.39
Pengambilan 3 0.58 15.01 49.42 1.89
BML 35 35 35 35
Berdasarkan gambar analisis BOD di atas Faktor lain juga dapat dikarenakan waktu
memberikan gambaran secara umum bahwa tinggal limbah cair dalam reaktor pengolah
kualitas dari limbah cair pada instalasi limbah terlalu cepat akibatnya kontak antara
pengolahan memenuhi baku mutu maksimal mikrobia dengan bahan organik terlalu singkat
yang dipersyaratkan, namun pada bak klorinasi sehingga mikrobia kurang mampu menguraikan
untuk waktu pengambilan sampel minggu ketiga bahan organik yang terkandung pada influen
masih di atas baku mutu maksimal yang dengan maksimal12.
dipersyaratkan. Kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh laju influen yang cepat akibat Untuk hasil analisis COD pemantauan
kandungan polutan organik yang cukup tinggi kualitas limbah cair pada bak inlet, bak aerasi,
bak klorinasi dan bak outlet di Instalasi
pada influen sehingga mikrobia kurang mampu
menguraikan bahan organik yang terdapat pada Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit X dapat
limbah tersebut akibat mengalami washout. dilihat pada Gambar 4.
Analisis COD
Satuan (Mg/L)
100
80
Mg/L 60
40
20
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 53.08 44.44 48.14 59.25
Pengambilan 2 53.08 41.97 37.03 28.39
Pengambilan 3 7.41 6.42 12.84 7.65
BML 85 85 85 85
45
Vol.1, No.1, Maret 2017 Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair
Berdasarkan analisis COD di atas dengan nilai baku mutu yang dipersyaratkan,
memberikan gambaran secara umum bahwa sehingga limbah cair yang telah diolah tersebut
kualitas dari limbah cair pada pengambilan dapat dibuang ke lingkungan tanpa
pertama, pengambilan kedua, dan pengambilan menimbulkan pencemaran.
ketiga di Instalasi pengolahan memenuhi baku Berdasarkan Pergub DIY No. 7 Tahun
mutu maksimal yang dipersyaratkan oleh Pergub 2010 yang telah mengatur tentang nilai
DIY No.7 Tahun 2010 yang telah mengatur maksimum baku mutu amonia untuk limbah cair
tentang nilai maksimum baku mutu COD untuk rumah sakit tidak boleh lebih dari 0,1 Mg/L.
limbah cair rumah sakit tidak boleh lebih dari Dari hasil analisis amonia untuk pemantauan
85 Mg/L. Kondisi ini menggambarkan bahwa kualitas limbah cair pada bak inlet, bak aerasi,
kinerja pengolahan limbah cair pada IPAL RS X bak klorinasi dan bak outlet di Instalasi
dapat bekerja dengan optimal, pengolahan di Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit X dapat
IPAL RS X ini dapat dikatakan baik, karena dilihat pada Gambar 5.
mampu mempertahankan nilai COD sesuai
Analisis Amonia
1.2
Satuan (MgL)
1
Mg/L 0.8
0.6
0.4
0.2
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 0.1477 0.0806 1.093 0.0424
Pengambilan 2 0.1044 0.1628 0.1232 0.0428
Pengambilan 3 0.0157 0.0698 0.1001 0.0698
BML 0.1 0.1 0.1 0.1
Analisis amonia di atas memberikan mutu yang dipersyaratkan, tetapi pada outlet
gambaran bahwa kualitas dari limbah cair untuk untuk pengambilan pertama, pengambilan
pengambilan pertama pada proses pengolahan di kedua, dan pengambilan ketiga di Instalasi
inlet dan bak klorinasi belum memenuhi baku pengolahan memenuhi baku mutu maksimal
mutu yang dipersyaratkan, untuk pengambilan yang dipersyaratkan. Kondisi ini
kedua pada proses pengolahan di inlet, bak menggambarkan bahwa tahapan proses
aerasi, dan bak klorinasi belum memenuhi baku pengolahan pada instalasi pengolahan belum
mutu yang dipersyaratkan, dan pada dapat menurunkan kandungan amonia pada
pengambilan ketiga pada proses pengolahan di limbah cair. Meningkatnya kandungan amonia
bak klorinasi juga masih belum memenuhi baku pada hasil pengolahan bisa disebabkan karena
46
Ulfah, Sarto, Iravati Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
tidak adanya pemilahan limbah cair dan Berdasarkan Pergub DIY No. 7 Tahun
penyaring benda padat yang masuk ke dalam 2010 yang telah mengatur tentang nilai
limbah serta dapat juga disebabkan oleh maksimum baku mutu TSS untuk limbah cair
konsentrasi oksigen terlarut pada limbah cair rumah sakit tidak boleh lebih dari 35 Mg/L.
masih sangat rendah yang dikarenakan belum Hasil analisis TSS untuk pemantauan kualitas
sempurnanya kinerja dari bioreaktor pada limbah cair pada bak inlet, bak aerasi, bak
tahapan proses aerob13. klorinasi, dan bak outlet dapat dilihat pada
Gambar 6.
Analisis TSS
Satuan (Mg/L)
250
200
Mg/L 150
100
50
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 77.1 23 23.1 23
Pengambilan 2 14.8 3.6 45.6 33
Pengambilan 3 83.2 206.4 72.3 99.3
BML 35 35 35 35
Berdasarkan hasil pemantauan limbah cair organik yang ada di dalam limbah cair tidak
menggambarkan terjadi peningkatan nilai terdegradasi oleh bakteri. Oleh karena senyawa-
setelah proses pengolahan di bak klorinasi pada senyawa tersebut tidak terdegradasi, maka
pengambilan pertama, setelah proses jumlah padatan yang ada di dalam limbah
pengolahan pada di klorinasi pada pengambilan tidak berkurang dan mengakibatkan nilai TSS
kedua, dan peningkatan di bak aerasi pada dalam limbah cair tinggi.
pengambilan kedua. Nilai TSS setelah melalui Alternatif pengganti dapat menggunakan
proses pengolahan pada pengambilan pertama media filtrasi yang terdiri dari spon, ijuk, koral,
dan kedua telah memenuhi baku mutu yang arang aktif yang dapat menurunkan kadar
ditetapkan, namun pada pengambilan ketiga kekeruhan, warna dan total suspended solid
tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan (TSS)14.
dengan nilai 99,3 Mg/L. Hasil penelitian kualitas limbah cair untuk
Kondisi ini disebabkan oleh karena sand parameter TSS yang dilakukan pada bulan
filter dan activated carbon filter yang tidak Maret dan April ini berbeda dengan data
dapat dioperasikan lagi dikarenakan ada laporan hasil uji yang dilakukan oleh Rumah
kerusakan sehingga proses pengolahan limbah Sakit X. Data hasil uji kualitas limbah cair di
cair di Rumah Sakit X ini tidak melakukan Rumah Sakit X pada bulan Maret dengan nilai
proses filtrasi, karena tidak adanya proses 1,5 Mg/L dan pada bulan April dengan nilai 3
filtrasi mengakibatkan senyawa-senyawa Mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari uji
47
Vol.1, No.1, Maret 2017 Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair
kualitas limbah cair di Rumah Sakit X ini pada selama masa inkubasi dipengaruhi oleh
bulan Maret dan April untuk parameter TSS beberapa faktor, antara lain adalah pengambilan
masih memenuhi baku mutu maksimal yang cairan limbah secara terus-menerus tanpa diikuti
dipersyaratkan oleh Pergub DIY No.7 tahun penggantian cairan netral dalam bioreaktor,
2010. sehingga menyebabkan nilai TSS semakin hari
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil semakin bertambah akibat adanya pengadukan
penelitian yang menyatakan bahwa adanya dari endapan dalam bioreaktor15.
peningkatan nilai TSS dikarenakan tidak Berdasarkan Pergub DIY No. 7 Tahun
adanya bak pengendap awal yang berfungsi 2010 yang telah mengatur tentang nilai
untuk memberikan waktu adanya proses maksimum baku mutu TDS untuk limbah cair
pengendapan, dan juga dapat disebabkan karena rumah sakit tidak boleh lebih dari 1000 Mg/L.
terjadinya over load volume limbah cair dari Hasil analisis TDS untuk pemantauan kualitas
kapasitas reaktor biofilter yang berakibat tidak limbah cair pada bak inlet, bak aerasi, bak
berjalannya proses pengendapan dan filtrasi klorinasi, dan bak outlet dapat dilihat pada
oleh media biofilter pada instalasi pengolahan Gambar 7.
limbah cair. Berkurangnya penurunan nilai TSS
Analisis TDS
4000
3500
Satuan (Mg/L)
3000
Mg/L 2500
2000
1500
1000
500
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 1972 1916 3156 2940
Pengambilan 2 1288 2048 3396 200
Pengambilan 3 1404 1788 2176 1992
BML 1000 1000 1000 1000
Data hasil uji kualitas limbah cair di maksimal yang dipersyaratkan oleh Pergub DIY
Rumah Sakit X pada bulan Maret dan April No.7 tahun 2010.
berbeda dengan data hasil penelitian. Data hasil Hasil penelitian yang dilakukan
uji di Rumah Sakit X menunjukkan bahwa memberikan gambaran bahwa setelah melalui
kualitas limbah cair untuk parameter TDS pada proses pengolahan untuk parameter TDS terjadi
bulan Maret dengan nilai 290 dan pada bulan peningkatan nilai di bak klorinasi pada
April dengan nilai 287. Hal ini menunjukkan pengambilan pertama, di bak aerasi dan
bahwa hasil uji kualitas limbah cair di Rumah klorinasi pada pengambilan kedua, dan di bak
Sakit X untuk parameter TDS pada bulan Maret aerasi dan klorinasi pada pengambilan ketiga.
dan April masih memenuhi baku mutu Nilai TDS setelah melalui proses pengolahan
48
Ulfah, Sarto, Iravati Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
pada pengambilan kedua telah memenuhi baku kondisi tekanan udara besar. Hasil penelitian ini
mutu yang ditetapkan, namun pada pengambilan berbeda dengan hasil penelitian yang
pertama dengan nilai 2940 Mg/L dan menyatakan bahwa peningkatan jumlah pasien
pengambilan ketiga dengan nilai 1992 Mg/L rawat inap berdampak pada peningkatan volume
tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan. limbah cair yang dapat mempengaruhi nilai
Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena TDS16.
waktu pengambilan sampel yang salah. Hal ini Dari hasil analisis fosfat untuk
kemungkinan juga dikarenakan sampel yang pemantauan kualitas limbah cair pada bak inlet,
diambil merupakan sampel rata-rata, karena bak aerasi, bak klorinasi, dan bak outlet di
sampel diambil di dalam bak pengolahan limbah Instalasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
bukan di pipa aliran limbah. Kemungkinan X dapat dilihat pada Gambar 8.
selanjutnya dapat disebabkan karena pada saat
pengambilan sampel pompa aerator dalam
Analisis Fosfat
4
Satuan (Mg/L)
3.5
Mg/L 3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Bak
Inlet Bak Aerasi Outlet
Klorinasi
Pengambilan 1 1.798 0.1441 0.708 1.49
Pengambilan 2 3.391 3.603 0.569 0.824
Pengambilan 3 2.229 2.623 0.629 1.229
BML 2 2 2 2
Berdasarkan analisis fosfat di atas nilai maksimum baku mutu fosfat untuk limbah
memberikan gambaran secara umum bahwa cair Rumah Sakit tidak boleh lebih dari 2
kualitas dari limbah cair pada pengambilan Mg/L. Kondisi ini dapat terjadi karena kinerja
pertama dan pengambilan kedua di inlet dan bak pada masing-masing tahapan proses pengolahan
aerasi belum memenuhi baku mutu yang kurang sempurna dimana tidak cukup
dipersyaratkan. Namun, pada outlet tersedianya waktu kontak antara
pengambilan pertama, pengambilan kedua, dan mikroorganisme dengan limbah cair untuk
pengambilan ketiga di Instalasi pengolahan menguraikan polutan organik, yang disebabkan
sudah memenuhi baku mutu maksimal yang karena laju aliran limbah cair yang cukup cepat
dipersyaratkan berdasarkan Pergub DIY No. 7 pada masing-masing tahapan proses
Tahun 2010 yang telah mengatur persyaratan pengolahan. Waktu kontak yang lama
49
Vol.1, No.1, Maret 2017 Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair
memungkinkan proses difusi dan pendekatan bak aerasi, bak klorinasi, dan bak outlet dapat
molekul polutan terlarut berjalan dengan baik9. dilihat pada Tabel 3.
Dari hasil analisis MPN Coliform untuk
pemantauan kualitas limbah cair pada bak inlet,
1 210 7 7 7
3 ≥2400 ≥2400 7 3
50
Ulfah, Sarto, Iravati Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
51