KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT GMIM BETHESDA TOMOHON

Febi Kornela Kolibu*, Florensia Betris Tewal*

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT
Based on the Decree of the State Minister for Environment Number: KEP-58/MENLH/12/1995, hospital
wastewaters are all liquid waste materials from hospital that may contain pathogenic microorganisms, toxic
chemicals and radioactivity. Approximately 75-90% of hospital waste is non-hazardous waste and a household
waste like. These wastes are mostly derived from the installation and daily administrative activities, as well as
wastes generated during the installation of building maintenance. The remaining 10-25% is hazardous waste
and can cause various types of health effects. This study was conducted to see the quality of effluent at Bethesda
Hospital Tomohon. The results obtained show that ammonia parameter is incompatible with the base quality of
hospital wastewaters. Therefore, an improvement in wastewater treatment at this hospital needs to be done.

Keywords: Hospital Wastewater, General Hospital of Bethesda Tomohon

.
ABSTRAK
Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995, Tanggal 21 Desember
1995, menyatakan bahwa limbah cair adalah semua bahan buangan berbentuk cair yang berasal dari rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun dan radioaktivitas. Sekitar
75-90% limbah yang berasal dari instalasi kesehatan merupakan limbah yang tidak mengandung resiko atau
limbah ’umum’ dan menyerupai limbah rumah tangga. Limbah tersebut kebanyakan berasal dari aktivitas
administratif dan keseharian instalasi, di samping limbah yang dihasilkan selama pemeliharaan bangunan
instalasi tersebut. Sisanya yang 10-25% merupakan limbah berbahaya dan dapat menimbulkan berbagai jenis
dampak kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilaksanakan untuk melihat kualitas limbah
cair di RSU Bethesda Tomohon. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya parameter amoniak yang tidak
sesuai dengan baku mutu lingkungan sehingga perlu adanya perbaikan pengolahan limbah cair di rumah sakit
ini.

Kata Kunci : Limbah Cair Rumah Sakit, RSU Bethesda Tomohon

6
PENDAHULUAN
Rumah sakit selain merupakan sarana upaya
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian,
juga berpotensi terjadinya pencemaran
lingkungan, gangguan kesehatan dan atau
dapat menjadi tempat penyebab penularan
penyakit. Kondisi lingkungan rumah sakit
yang tidak baik akan secara langsung
mempengaruhi kesehatan lingkungan, oleh
karena itu diperlukan perhatian bagi rumah
sakit terhadap aspek kesehatan lingkungan
karena faktor kesehatan lingkungan inilah yang
mempunyai andil dalam timbulnya kejadian
infeksi silang/nosokomial (Aziz, 2002).
Sebagaimana karakteristik dan sifatnya,
limbah cair rumah sakit merupakan limbah
yang membahayakan ekosistem lingkungan di
sekitar rumah sakit dan bahkan lingkungan
yang lebih luas. Rumah sakit merupakan
penghasil limbah klinis terbesar. Limbah
tersebut berasal dari unit perawatan, ruang
operasi, laboratorium, farmasi, bagian
rumah tangga, kamar mayat dan unit
penunjang/layanan kesehatan lainnya yang
menghasilkan limbah yang sifatnya
berbahaya, beracun dan infeksius (Pruss,
1999).
Pengendalian dampak lingkungan adalah
upaya yang dilakukan untuk mencegah,
meminimalkan, dan atau menangani dampak
negatif suatu usaha (proyek pembangunan)
terhadap lingkungan sehingga kualitas
lingkungan tetap terjaga dengan baik. Dalam
pelaksanaan proyek pembangunan, upaya
pengendalian atau pengelolaan seharusnya
dilakukan sejak pada tahap prakonstruksi,
tahap konstruksi dan tahap operasional.
Sumber dampak penting kualitas air berasal
dari aktivitas RSU Bethesda, dimana akan
dihasilkan limbah cair sebanyak 933.632
liter/hari, dengan kategori limbah klinis dan
non klinis. Volumenya akan bervariasi
tergantung jumlah pasien dan pengunjung RSU
Bethesda. Jenis Dampak Penting adalah
penurunan kualitas air akibat penggunaan air
pada tahap operasional RSU Bethesda. Apabila
tidak dikelola dengan baik akan mencemari air
permukaan dan air tanah sekitarnya. Potensi
dampak dapat dikategorikan negatif penting.
Sifat dampak penurunan kualitas air akibat
penggunaanya dalam kegiatan klinis dan non
klinis adalah berkelanjutan. Tolok ukur
dampak adalah Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air dan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang
Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air Bersih.
Hasil observasi terhadap sejumlah rumah sakit
umum di Sulawesi Utara menggambarkan
bahwa sebagian besar rumah sakit belum
memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Cair
(IPLC) yang memenuhi syarat dan banyak
yang tidak berfungsi bahkan tidak memiliki
sarana sehingga terdapat kemungkinan limbah
cair dibuang melalui saluran pembuangan
umum dan atau ke lahan yang kosong disekitar
rumah sakit. Adanya kecenderungan
membuang limbah cair sembarangan akan
memberikan dampak yang sangat merugikan
bagi upaya pelestarian kualitas lingkungan
hidup. Hasil pemantauan yang dilakukan di
berbagai rumah sakit, menunjukkan
sebagian limbah cairnya belum memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan dalam
SK.Men.Neg.LH No.58/Men.LH/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit (BTKL-PPM Manado,
2006).
Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM
Tomohon adalah salah satu rumah sakit umum
milik Gereja Masehi Injili di Minahasa yang
dikelola oleh yayasan GMIM Ds. AZR Wenas.
Pada awalnya RS ini masih merupakan Rumah
Bersalin yang berdiri tahun 1940, kemudian
pada tanggal 5 Agustus 1950 berganti nama
menjadi Rumah Sakit Kristen Protestan
Tomohon yang selanjutnya disebut dengan
Rumah Sakit Bethesda Tomohon. Rumah sakit
ini terletak diposisi pusat kota Tomohon dan
termasuk RS kelas Madya dengan kapasitas
tempat tidur berjumlah 211 buah. Pada
pertengahan tahun 2007, RSU Bethesda telah
membangun Sistem Pengolahan Air Limbah.
Air limbah yang dihasilkan rumah sakit ini
dikelola terlebih dahulu melalui beberapa
tahapan proses pengolahan yang kemudian
dibuang ke lingkungan menuju kebadan air.
Dengan adanya pembangunan SPAL yang baru
dan mengingat hasil akhir dari pengolahan
limbah cair di RSU Bethesda, maka perlu
adanya pengawasan dan pemantauan akan
hasil pengolahan tersebut karena dapat
mengakibatkan pencemaran di badan air /
lingkungan. Masalah utama yang akan dikaji
dalam penulisan ini adalah bagaimana
efektivitas dari sistem pengolahan limbah cair
yang ada dengan melihat kualitas limbah cair
7
rumah sakit karena diduga kondisi dan
kemampuan yang belum memenuhi syarat
(Posumah, 2006). Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti melaksanakan penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis kualitas air di
RSU Bethesda Tomohon.
METODE
Jenis penelitian ini yaitu eksperimental.
Analisis kualitas limbah cair RSU Bethesda
Kota Tomohon akan kadar BOD di laboratorium
dilakukan berdasarkan SNI 06-
2503-1991 tentang Metode Pengujian
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi Dalam Air.
Data dari sampel limbah cair yang ada akan
dibandingkan dengan Keputusan Menteri
HASIL
Hasil analisa kualitas limbah cair dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Air Limbah Outlet RSU Bethesda Bulan Februari Tahun 2011
No Parameter Satuan
A. FISIKA
1. Suhu 0
C ≤ 300C
B. KIMIA
1 pH - 6,0-9,0
2 BOD mg/l
3 COD mg/l
4 TSS mg/l
5 NH3 mg/l
6 PO4 mg/l
Hasil analisa sampel air limbah RSU Bethesda
yang berasal dari outlet terdapat satu parameter
uji yaitu amoniak (NH3) yang nilainya telah
melampaui batas syarat yang ditentukan untuk
kualitas air limbah rumah sakit. Selain itu
terlihat bahwa untuk suhu masih memenuhi
syarat, begitu juga dengan syarat kimia yaitu
pH, BOD, COD dan TSS masih sesuai dengan
baku mutu limbah cari bagi kesehatan rumah
sakit yaitu Keputusan Menteri LH nomor 58
tahun 1995.
PEMBAHASAN
Kualitas limbah cair, sudah memenuhi syarat
kecuali untuk parameter amoniak nilainya
telah melampaui batas syarat yang ditentukan
untuk kualitas air limbah rumah sakit.
Amoniak adalah salah satu jenis chemical yang
dapat menimbulkan bau. Pada air limbah yang
tdak terolah dengan baik, apabila parameter
Amoniak diatas nilai ambang batas, akan
tercium bau busuk yang dapat mengganggu
Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-
58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Metode pemantauan kualitas limbah cair yaitu
dengan mengambil sampel air kemudian
dianalisis di laboratorium dengan metode
spektrofotometrik, serapan atom dan metode
lainnya. Lokasi pemantauan kualitas limbah
cair yaitu pada Ruang Laundry, Instalasi Gizi,
Ruang Johanes (Ruang perawatan untuk laki-
laki), Ruang Maria (Ruang perawatan untuk
perempuan), Ruang Markus (Ruang ICU) dan
limbah yang dipantau pada bulan Februari
2011. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabel secara
deskriptif.
Batas Syarat Hasil Analisa Ket.
26,9 MS
7,32 MS
30 21,5 MS
80 29,0 MS
30 4,9 MS
0,1 28,25 TMS
2 -
nilai estetika dan kenyamanan bagi manusia
yang berada disekitarnya.
Pengolahan limbah cair mempunyai tujuan
untuk menghilangkan unsur-unsur pencemar
dari air limbah dan untuk mendapatkan effluent
dari pengolahan yang mempunyai kualitas
yang dapat diterima oleh badan air penerima,
tanpa ada gangguan-gangguan fisik, kimiawi
maupun biologi (Djabu, 1990/1991). Instalasi
Pengolahan Limbah Cair rumah sakit dibangun
dengan maksud untuk mengolah limbah cair
yang dihasilkan oleh rumah sakit agar dapat
mengurangi, menghilangkan dan menurunkan
bahan-bahan yang berbahaya yang terkandung
dalam air limbah (Mulia, 2005). Sistem
pengolahan yang ada di RSU Bethesda Kota
Tomohon melewati beberapa tahap sebagai
proses pengolahan. Semua limbah cair yang
dihasilkan di alirkan menuju bak sedimentasi I
atau bak inlet. Kemudian masuk kedalam bak
sedimentasi ke II yang hasil akhir dari limbah
cair nya berada di bak outlet yang nantinya
akan masuk ke sumur resapan dan akan terus
8
ke badan air / lingkungan. Melalui proses
sedimentasi yang akan terjadi di bak I dan II,
diharapkan akan terdapat perbedaan kadar
limbah antara bak inlet maupun bak outletnya.
Perbedaan disini adanya penurunan kadar
limbah dari parameter-parameter limbah cair
yang ada.
Menurut Djabu (1990/1991), air limbah
rembesan dan tambahan berasal dari hujan
yang bisa mengalir masuk kedalam saluran
pengering, ada yang menyerap, ada yang diserap
oleh tumbuh-tumbuhan dan ada pula yang
merembes kedalam tanah. Hujan dan air limbah
rembesan lainnya yang masuk dan bercampur
kedalam bak outlet dapat mempengaruhi
kualitas limbah cair. Air hujan selalu
mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2,
O2 dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi
seperti debu dan partikel-partikel (Fardiaz,
1992). RSU Bethesda Kota Tomohon dulunya
merupakan daerah rawa-rawa dan memiliki
struktur tanah yang mudah terjadi rembesan.
Pada saat hujan turun, air dan bahan-bahan
lainnya dapat masuk ke bak inlet ataupun outlet
melalui rembesan tanah dan ditambah lagi
bangunan SPAL yang belum sempurna karena
masih terdapat celah-celah diantara
bangunannya, bak inlet yang belum
sepenuhnya tertutup dan bak outlet yang tidak
mempunyai tutup beton.
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus
NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas
dengan bau tajam yang khas (disebut bau
amonia). Walaupun amonia memiliki
sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di
bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik
dan dapat merusak kesehatan. Administrasi
Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan
Amerika Serikat memberikan batas 15 menit
bagi kontak dengan amonia dalam gas
berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam
untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas
amonia berkonsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan
kematian. Sekalipun amonia di AS diatur
sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih
digolongkan sebagai bahan beracun jika
terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah
lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus
disertai surat izin (Mulia, 2005).
Amonia yang digunakan secara komersial
dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan
tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -
33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam
tekanan tinggi atau temperatur amat rendah.
Walaupun begitu, kalor penguapannya amat
tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung
reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia
rumah" atau amonium hidroksida adalah
larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan
tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk
larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi
biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat
baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada
15.5 °C). Amonia yang berada di rumah
biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10
persen berat amonia. Amonia umumnya
bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga
bertindak sebagai asam yang amat lemah
(pKa=9.25) (Soemarwoto, 2009).
Pengolahan limbah cair rumah sakit memang
menjadi masalah serius karena untuk membuat
Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC) yang
memenuhi syarat memerlukan biaya yang
mahal. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk menemukan teknologi
pengolahan limbah cair yang sederhana tetapi
efektif menurunkan kadar parameter limbah
cair, mudah didapat, menggunakan material
lokal dan harganya terjangkau. Sistem
pengolahan limbah cair di rumah sakit yang
terdiri dari beberapa jenis, dapat menjadi
alternatif penerapan di rumah sakit. Dengan
melihat situasi dan kondisi dari rumah sakit,
maka teknologi-teknologi alternatif yang ada
dapat di terapkan. Sistem waste oxidation ditch
treatment dapat menjadi salah satu alternatif
lainnya dalam penerapan pengolahan limbah
cair di rumah sakit. Keuntungan dari sistem ini
tidak memerlukan lahan yang luas dan cocok
di terapkan di rumah sakit yang berlokasi di
tengah kota. Selain itu ada juga sistem
anaerobic filter treatment yang merupakan
suatu sistem dengan memanfaatkan
pembusukan anaerobik melalui suati filter.
Dalam proses pengolahan, air limbahnya telah
menjalani pra-pengolahan dengan septik tank.
RSU Bethesda memiliki SPAL dengan sistem
septik tank yang telah di modifikasi. Dimana
SPAL yang ada sudah efektif menurunkan
kadar BOD namun hasil akhirnya belum sesuai
dengan kadar baku mutu yang di tetapkan.
Dengan adanya sistem anaerobic filter
treatment, pihak rumah sakit dapat
mengembangkan ataupun menjadi alternatif
penerapan SPALnya (Soemarwoto, 2009).
Timpua (2005) mengadakan penelitian tentang
kemampuan saringan trikel (Trickling Filter)
Anaerob-Aerob dengan sistem aliran dari
9
bawah ke atas (up flow) efektif dalam
menurunkan kadar BOD, COD, TSS, Fosfor,
Coliform dan E. Coli limbah cair rumah sakit.
Penggunaan Trickling Filter up flow dalam uji
coba pengolahan limbah cair rumah sakit Prof.
dr. RD. Kandou memperlihatkan penurunan
kadar BOD, COD, TSS, Fosfor, Coliform dan
E. Coli sesudah pengolahan (>90%), sebagian
besar telah memenuhi syarat baku mutu limbah
cair untuk kegiatan rumah sakit sesuai KEP-
58/MENLH/12/1995. Hal ini menunjukkan
bahwa Trickling Filter up flow efektif untuk
digunakan sebagai salah satu alternatif teknologi
tepat guna dalam tahapan
pengolahan sekunder (biologis) limbah cair
rumah sakit. Temuan ini memberikan
gambaran adanya desain IPLC rumah sakit
yang lebih sederhana dibandingkan dengan
IPLC yang menggunakan filter biologis
buatan pabrik. Ditinjau dari segi biaya,
teknologi ini murah karena material yang
digunakan merupakan material lokal yang
mudah didapat, mudah dalam pembuatan dan
mudah dalam pengoperasiannya. Temuan ini
memberikan keterangan bahwa penggunaan
Trickling Filter up flow lebih efisien untuk
diterapkan di rumah sakit sehingga diharapkan
kualitas limbah cair rumah sakit memenuhi
syarat sesuai standar baku mutu limbah cair
untuk kegiatan rumah sakit sebelum di buang
ke lingkungan. Sistem-sistem pengolahan
yang ada dapat menjadi alternatif penerapan
ataupun bahan masukan bagi pihak rumah
sakit agar dapat meningkatkan hasil akhir
dari pengolahan limbah cairnya menjadi
lebih baik lagi. Namun menjadi masukan
juga kepada pihak rumah sakit untuk dapat
meningkatkan efektivitas SPAL yang sudah
ada.
SIMPULAN
Secara umum semua kualitas limbah cair yang
dianalisis masih memenuhi syarat kecuali
untuk parameter kadar amoniak yang telah
melebihi baku mutu yang ada.
SARAN
Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan
dan kesimpulan yang dikemukakan di atas,
maka penulis dapat mengemukakan saran yaitu
perlu adanya pemantauan kualitas limbah cair
secara berkala oleh pihak rumah sakit dan
pemerintah yang berwenang dan pihak rumah
sakit perlu melakukan perbaikan untuk
pengolahan limbah cair khususnya amoniak.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. M. H. 2002. Laporan Kegiatan Seminar
Nasional Pengamanan Limbah
Terinfeksi Menuju RS Peduli
Lingkungan. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Dan
Lembaga Pengkajian Lingkungan
Hidup.
BTKL & PPM Manado. 2006. Hasil
Pemeriksaan Kualitas Limbah RS Di
Wilayah Regional BTKL-PPM
Manado. Manado : BTKL-PPM
Manado.
Djabu, U, Koesmantoro, Soeparman., D.
Sanropie, Indariwati, N. Marlina., A.R.
Soemini, Madelan, Pardjono, M.
Mantariputra, T. Supriyo, D. Sugery,
E. Triastuti. 1990/1991. Pedoman
Bidang Studi Pembuagan Tinja Dan
Air Limbah Pada Instituti Pendidikan
Sanitasi/Kesehatan Lingkungan.
Jakarta : Depkes RI - Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.
Yogyakarta : Kanisius. Hlm 19-38
Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta : Graha Ilmu. Hlm : 67-82
Pruss, A. 2002. Pengelolaan Aman Limbah
Layanan Kesehatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Soemarwoto, O. 2009. Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta
Timpua, T. K. 2005. Efektivitas Trickling
Filter Up Flow Dalam Pengolahan
Limbah Cair Rumah Sakit. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Manado :
Universitas Sam Ratulangi.
10