Anda di halaman 1dari 52

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemeriksaan menunjang laboratorium untuk menentukan kasus penyakit

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengiriman sampel ke


laboratorium
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang jenis jenis
pemeriksaan laboratorium yang tersedia
permintaan pemeriksaan laboratorium, penerimaan sample, pengambilan
sample dan penyimpanan sample.

4. Referensi 1. Permenkes No.37 tahun 2012 tentan penyelenggaran laboratorium


pusat kesehatan masyarakat
2. Pedoman nasional pemeriksaan laboratorium
5. Prosedur / 1. Pasien datang mendaftarkan diri diloket pendaftaran puskesmas
langkah-langkah 2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila
diperlukan diberi formulir permintaan laboratorium
3. Pasien rujukan dokter dari luar puskesmas yang datang ke puskesmas
untuk melakukan pemerikasaaan laboratorium, setelah mendaftar
diloket pendaftaran puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium
untuk menyerahkan formulir permintaan rujukan pemeriksaan
laboratorium dari dokter yang merujuknya
4. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada
petugas laboratorium.
5. Setelah meyerahkan formulir permintaaan laboratorium, pasien
langsung diambil spesiemennya.
6. Spesiemen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
7. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab
laboratorium untuk dilakukan validasi.
8. Fomulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawah oleh pasien keruang
pemeriksaaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
9. Untuk pasien rujukan, formulir hasil pemeriksaan laboratorium
langsung dibawah ke dokter yang merujuk.
10. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter
pemeriksa kepada pasien.
6. Alur / bagan Mulai
pelayanan
laboratorium
Petugas menerima permintaan dari poli
umum/poli gigi/KIA untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium

Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan


pemeriksaan spesimen sesuai
permintaan

Mencocokkan identitas pasien

Petugas mengambil spesimen

Pemeriksaan spesimen

Buku register serta belanko hasil


pemeriksaan

Menyerahkan hasil pemeriksaan kepada


pasien

Selesai

7. Unit terkait Petugas laboratorium


PERMINTAAN , PEMERIKSAAN
LABORATORIUM,PENERIMAAN
SPESIMEN,PENGAMBILAN DAN
PENYIMPANAN SPESIMEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengiriman sampel ke


laboratorium
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang permintaan
pemeriksaan laboratorium, penerimaan sample, pengambilan sample dan
penyimpanan sample.

4. Referensi 1. Permenkes No.37 tahun 2012 tentan penyelenggaran laboratorium


pusat kesehatan masyarakat.
2. Pedoman nasional pemeriksaan laboratorium

5. Prosedur / 1. Alat :
a. Buku register laboratorium
b. Botol urine
c. Label atau etiket
d. Potsputum
e. Pot feases
2. Bahan
a. Kapas alkohol
b. Lancet steril
c. Turniket
d. Syringe/spuit

6. langkah-langkah A. Permintaan pemeriksaan laboratorium


1. Pasien datang kepuskesmas, keluarga pasien mendaftar dibagian
pendaftaraan (loket) sesuai dengan kebutuhan unit pelayanan yang
dituju.
2. Dokter /paramedis melakukan pemeriksaan kepada pasien. Apabila
pasien memerlukan pemeriksaan laboratorium, dokter /paramedis
menjelaskan kepada pasien bahwa diperlukan pemeriksaan
laboratorium.
3. Bila pasien setuju dilakukan pemeriksaan laboratorium, dokter
membuat surat pengantar untuk pasien yang memerlukan pemeriksaan
laboratorium.
4. Pasien pergi keruang laboratorium untuk kemudian menyerahkan surat
pengantar peemeriksaan laboratorium dan diserahkan ke petugas
laboratorium.
5. Petugas laboratorium memeriksa formulir permintaan laboratorium
yang dibawa oleh pasien kemudian menjelaskan kepada pasien
pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan.
6. Petugas laboratorium mencatat identitas pasien dibuku register
laboratorium, kemudian mempersiakan peralatan untuk pengambilan
spesiemen selanjutnya dilakukan penngambilan spesiemen.
7. Petugas laboratorium membawa spesiemen yang sudah diambil untuk
dilakukakn pemeriksaan
8. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium sudah selesai, petugas
laboratorium mengantarkan hasil pemeriksaan keunit pelayanan.
B. Penerimaan spesiemen
1. Setelah dilakukan pengambilan spesiemen oleh petugas laboratorium
spesiemen diberi label identitas pasien tersebut kemudian dibawah
kelaboratorium.
2. Spesiemen diterima oleh analis yang bertugas
3. Analis melakukan pemeriksaan terhadap spesiemeen tersebut.
C. Pengambilan spesiemen
1. Pengambilan darah vena
a. Petugas laboratorium melakukan desinfeksi darah vena mediana
cubitidengan kapas alkohol 70 % kemudian biarkan kering.
b. Pasang ikatan pemendung/torniquet diatas fossa cubiti
c. Pasien diminta untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa
kali agar vena terlihat jelas
d. Spuit/syringe ditusukan diatas vena dengan tangan kanan sampai
menembus lumen vena, kemudian lepaskan ikatan
pemendung/torniquet
e. Petugas laboratarium mengambil spesiemen darah sesuai yang
dibutuhkan kemudian simpan kapas alkohol diatas jarum/syringe
dan cabut jarum perlahan-lahan
f. Pasien diminta untuk menekan bekas tusukan dengan kapas
kering.
g. Petugas laboratorium mengalirkan darah dari syringe kedalam
tabung EDTA secara perlahan-lahan lewat dinding tabung agar
eritrosit tidak pecah kemudian spuit yang habis dipakai dibuang ke
safety box.
2. Pengambilan darah kaviler
a. Petugas laboratorium menyiapkan autoclik yang telah diisi blood
lancet yang baru bersihkan ujung jari atau anak daun telinga pasien
dengan kapas alkohol 70 % biarkan kering.
b. Pegang bagian jari yangakan ditusuk supaya tidak bergerak tekan
sedikit agar rasa nyeri berkurang.
c. Petugas laboratorium menusuk dengan cepat memakai autoclik pada
jari tengah dengan arah tegak lurus.
d. Buang tetesan darah pertama keluar dengan memakai kapas kering,
tetesan darah berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.
e. Tekan bekas tusukan dengan kapas kering.
f. Lepaskan blood lancet dari autoclik dan buang kedalam safety box
3. Pengambilan sample urine
a. Beri label pada pot urine kemudian berikan pada pasien.
b. Berikan penjelasan pada pasien untuk mengambil urine yang
pancar tengah (urine keluar pertama dibuang yang tengah-tengah
di tampung dan yang terakhir dibuang).
c. Sample diterima kemudian disimpan ditempat khusus sample
urine.
4. Pengambilan sample feses.
a. Beri label identitas pasien pada pot feses kemudian berikan kepada
pasien
b. Berikan penjelasan kepada pasien untuk buang air kecil terlebih
dahulu karena feses tidak bolehtercsmpur urine kemudisn busng
sir besar langsung kedalam pot feses (kira 2,5 gr) dan
meninstrusikan untuk menutup pot dengan rapat.
c. Sample diterima oleh petugas kemudian disimpan di tempat
khusus sample feses.
5. Pengambilan sampel sputum
a. Beri label identitas pasien pada pot sputumkemudian berikan
kepada pasien.
b. Berikan penjelasan pada pasien bagaimana cara mengeluarkan
sputum yang baik, yaitu dengan cara kumur-kumur lebih dahulu,
tarik nafas 2-3 kali, tahan beberapa detik, batukan kuat kuat.
c. Segera tutup wadah sputum dengan rapat
d. Sample diterima pada petugas kemudian disimpan ditempa khusus
sample sputum.
D. Penyimpanan spesiemen
a. Petugas laboratorium menyimpan spesiemen jika pemeriksaan
ditunda atau dikirim kelaboratorium lain.
b. Perhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa
c. Siapkan wadah untuk penyimpananan spesiemen
1. Petugas laboratorium menyimpan spesiemen yang
menggunakan spesiemen plasma atau serum maka plasma atau
serum dipisahkan dulu baru disimpan.
2. Petugas laboratorium memberi bahan pengawet pada
spesiemen yang diperlukan misalnya urine atau feses.
3. Petugas laboratorium melabeli spesiemen nama dan tanggal
penyimpanan
4. Petugas menyimpan spesiemen untuk pemeriksaan klinik satu
minggu dalam refrigerator.
5. Petugas menyimpan spesiemen untuk pemeriksaan imunologi
satu minggu dalam refrigerator.
6. Petugas laboratorium menyimpan spesiemen untuk
pemeriksaan hematologi 2 hari pada suhu kamar
d. Petugas laboratorium menyimpan formulir permintaan
laboratorium ditempat tersendiri

7 Unit terkait 1. Pelayanan rawat jalan


2. Pelayanan rawat inap
3. UGD
4. VK
5. KIA
6. MTBS

8.. Dokumen terkait

9. Rekaman terkait
PEMANTAUAN PELAKSANAAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium adalah
kegiatan memantau petugas dalam melaksanakan pemeriksaan.
2. Tujuan Agar pemeriksaan laboratorium sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan agar pasien terjamin keamanan dan keselamatannya.
3. Kebijakan Sebagai pedoman pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium di Puskesmas Babat Toman.
4. Referensi
5. Prosedur / 1. Tim Mutu Puskesmas melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur
langkah-langkah pemeriksaan laboratorium.
2. Tim Mutu Puskesmas membuat instrumen penilaian pemantauan
pelaksaan prosedur pemeriksanaan laboratorium.
3. Tim Mutu Puskesmas merencanakan jadwal pemantauan pelaksanaan
prosedur pemeriksaan laboratorium.
4. Tim Mutu Puskesmas pembagian tugas antar anggota dalam
melakukan pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan
laboratorium.
5. Tim Mutu Puskesmas melaksanakan kegiatan pemantauan
pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
rencana pelaksanaan.
6. Tim Mutu Puskesmas mengisi instrumen pemeriksaan berdasarkan
hasil pengamatan.
7. Tim Mutu Puskesmas menyampaian hasil pemeriksaan pelaksanaan.

6. Unit terkait

PENILAIAN KETEPATAN WAKTU


PENYERAHAN HASIL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan membandingkan pelaksanaan penyerahan hasil
pemeriksaan dengan standar yang telah ditentukan berdasarkan ketepatan
waktu penyerahan
2. Tujuan Agar hasil pemeriksaan dapat segera ditindak lanjuti sehingga pasien
mndapatkan penanganan sedini mungkin
3. Kebijakan Sk Kepala Puskesmas Babat Toman No Tentang waktu
penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
4. Referensi Tim akreditasi pokja UKP

5. Prosedur / 1. Tim mutu puskesmas melakukan perencanaan penilaian ketepatan waktu


langkah-langkah penyerahan hasil
2. Tim mutu puskesmas membuat instrumen penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil.
3. Tim mutu puskesmas merencanakan jadwal pelaksaan penilaian ketepatan
waktu penyerahan hasil
4. Tim mutu puskesmas melakukan pembagian tugas antar anggota dalam
melakukakn penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil.
5. Tim mutu puskesmas melaksanakan kegiatan penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil sesuai dengan rencana dan jadwal pelaksanaan.
6. Tim mutu puskesmas mengisi instrumen penilaian berdasarkan hasil
penilaian.
7. Tim mutu puskesmas mennyimpulkan hasil peniaian ketepatan waktu
penyerahan hasil.
8. Tim mutu puskesmas mendokumentasikan hasil penilaian.
9. Tim mutu puskesmas melaporkan hasil penilaian kepada kepala
puskesmas
10. Kepala puskesmas menerima laporan hasil penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil dari tim mutu puskesmas.
11. Kepala puskesmas meminta merencanakan tindak lanjut terhadap hasil
penilaian.
12. Tim mutu puskesmas membuat rencana tindak lanjut terhadap hasil
penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil.
6. Unit terkait 1. Petugas laboratorium
2. Koordinator UKP
3. Koordinator tim mutu
4. Kepala puskesmas
PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelayanan laboratorium untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam
kerja.
2. Tujuan Tercapainya pelayanan laboratorium dengan mutu cakupan dan evisiensi
yang optimal melalui pelayanan laboratorium di luar jam kerja.
3. Kebijakan SK Pimpinan Puskesmas Babat Toman
4. Referensi

5. Prosedur / 1. Dokter menulis dan memberikan jenis pelayanan laboratorium yang akan
langkah-langkah dilakukan oleh petugas laboratorium
2. Petugas laboratorium mengambil sampel pasien yang akan di periksa
3. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sampel sesuai instruksi
dokter yang telah diberikan sesuai jenis pelayanan laboratorium apa yang
akan dilakukan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium diberikan kepada dokter untuk ditindak
lanjuti.

6. Unit terkait KIA,Rawat inap


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
YANG BERISIKO TINGGI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan atau penularan penyakit terhadap petugas laboratorium
2. Tujuan Untuk mengantisipasi bahaya tercemarnya lingkungan dan tertularnya
petugas laboratorium akibat dari spesimen bahan pemeriksaan
laboratorium
3. Kebijakan Kesejahteraan Pegawai dilaksanakan melalui jaminan kesehatan dan
perlindungan kesehatan.
4. Referensi Pedoman praktek laboratorium yang benar, departemen kesehatan
Republik Indonesia tahun 2004`

5. Prosedur / 1. Bahan spesimen darah


langkah-langkah - Bahan spesimen darah setelah selesai pemeriksaan darah
dibuang kedalam saluran IPAL
- Sedangkan tabung direndam dalam wadah yang berisi larutan
klorin 1%.
2. Bahan Urine
- Wadah Urine menggunakan wadah pot plastik dengan tutup
berulir agar rapat dan tak mudah tumpah
- Setelah selesai pemeriksaan, Urine dibuang dalam saluran IPAL
sedangkan wadahnya direndam dalam air yang telah diberi
bahan desinfektan klorin 1%
3. Bahan FAESES
- Wadah FAESES menggunakan wadah pot plastik dengan tutup
berulir agar rapat
- Diperiksa sesuai dengan permintaan pemeriksaan dari dokter
- Setelah pemeriksaan FAESES dan wadahnya ditampung dalam
plastik sampah medis.
- Langsung hari itu juga dibawah kebagian insenarator untuk
dimusnahkan.
4. Bahan Sputum
- Pengambilan sputum dilakukan dengan menggunakan wadah
pot plastik dengan tutup berulir agar rapat
- Setelah selesai pemeriksaan Sputum dalam wadah di tuangi
klorin 1% (1:1) dan didiamkan 30 menit kemudian ditampung
dalam plastik sampah medis bersama wadahnya dibuang atau
dibawah kebagian insenarator untuk dimusnakah pada hari itu
juga.
5. Bahan cairan tubuh
- Bahan dipindahkan kedalam botol atau pot plastik dengan tutup
berulir agar rapat
- Setelah selesai pemeriksaan cairan tubuh dibuang kedalam
saluran IPAL dan wadah direndam dalam air yang telah di beri
larutan klorin 1%.

6. Unit terkait Laboratorium


KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA BAGI PETUGAS
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kegiatan untuk mencegah
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat merugikan petugas
dan pasien atau kerugian terhadap proses dilingkungan kerja.
2. Tujuan Menjaga keselamatan dan kesehatan petugas dan pasien.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Babat Toman no.

4. Referensi Buku panduan GLP (Good Laboratory Pracoice)

5. Alat dan Bahan Larutan dan klorin CHLORYN 0,05%


6. Prosedur / 1. Petugas mengecek ruangan laboratorium dengan peralatan didalamnya
langkah-langkah sebelum pelayanan.
2. Petugas selalu memastikan suhu ruangan laboratorium sesuai standar
3. Petugas menempatkan reagen-reagen di meja pemeriksaan.
4. Petugas membersihkan meja dengan larutan Chloryn 0,05%
5. Petugas selalu mencuci tangan7 langkah sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan laboratorium.
6. Petugas selalu menggunakan alat pelindung diri sebelum melakukan
tindakan.
7. Petugas tidak boleh mencicipi dan menghirup bahan kimia.
8. Petugas selalu membersihkan peralatan dan reagen setelah digunakan.
9. Petugas membuang alat dan bahan habis pakai sesudah digunakan
kedalam sampah medis yang telah disediahkan.
10. Petugas tidak boleh makan dan minum di dalam ruangan laboratorium.
Kepala Puskesmas membentuk Tim
Pelaksanaan K3 di Laboratorium

7. Diagram Alir
Tim K3 Laboratorium membuat
rencana orientasi prosedur praktek
keselamatan kerja

Tim K3 melaporkan kepada Kepala


Puskesmas pelaksanaan pelatihan
K3 Laboratorium

Tim K3 Laboratorium memberikan


orientasi prosedur keselamatan
kepada petugas laboratorium

Tim K3 Laboratorium memberikan


orientasi praktek keselamatan kerja
kepada petugas laboratorium

Tim K3 laboratorium membuat


laporan bukti pelaksanaan orientasi

Tim K3 laboratorium melaporkan


kepada kepala Puskesmas hasil
pelaksanaan orientasi pelatihan
prosedur dan praktek keselamatan
kerja

Tim K3 laboratorium membuat


pelaksanaan keamanan dan
kesehatan kerja di laboratorium

Tim K3 menyusun jadwal


kegiatan orientasi
secara berbeda.

8. Unit terkait Laboratorium


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian 1.1 Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
petugas laboratorium untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja.
1.2 Penggunaan alat pelindung diri adalah cara untuk menggunakan
alat pelindung diri sesuai standar sehingga petugas dapat
terlindung dari bahaya dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Petugas untuk menggunakan
pelindung diri agar tertular penyakit.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Babat Toman No...... tentang penerapan
manejemen mutu.
4. Referensi 1. Buku Good Laboratory Practice 2008.

5. Prosedur / langkah- 1. Petugas laboratorium menyiapkan alat pelindung diri (APD) yang
langkah akan dipakai
2. Petugas laboratorium mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
menggunakan APD
3. Petugas laboratorium memakai jas laboratorium yang berstandar
4. Petugas laboratorium memakai masker sesuai standar
5. Petugas laboratorium memakai sarung tangan saat pemeriksaan.
6. Petugas laboratorium melepaskan semua APD sesuai dengan prosedur,
bila petugas memakai ketiga APD (jas lab, dan sarung tangan) maka
urutan melepaskan APD yang pertama adalah melepaskan sarung
tangan, kedua masker dan yang terakhir jas laboratorium
7. Petugas laboratorium melakukan cuci tangan dengan sabun sesuai
dengan ketentuan cuci tangan yang benar.
6. Unit terkait Petugas laboratorium
PEMANTAUAN TERHADAP
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI
No. Kode :
SOP
Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantauan yang dilakukan oleh tim mutu Puskesmas terhadap petugas
laboratorium dalam pemakaian penggunaan alat pelindung diri dan sarana serta
prasarana yang dikenakan saat bekerja dilaboratorium agar terhindar dari
kecelakaan kerja dan paparan penyakit yang ditimbulkan dilaboratorium.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memantau pemakaian alat
pelindung diri bagi petugas laboratorium yang bertujuan agar melindungi
kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium itu sendiri.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. Tahun tentang kesehatan dan keselamatan kerja
UPT Puskesmas Babat Toman.
4. Referensi 1. Buku pedoman kesehatan dan keselamatan kerja Puskesmas.\
2. Peraturan menteri kesehatan no. 37 tahun 2012 tentang
penyelenggaraan laboratorium Puskesmas.
3. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no. 75 tahun 2014
tentang pusat kesehatan masyarakat.
5. Prosedur / langkah- 1. Petugas laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri dalam
langkah bekerja di laboratorium.
2. Petugas laboratorium harus memperlakukan semua sampel sebagai
bahan yang berisiko tinggi dan memperlakukan sempel sesuai
standar operasional prosedur.
3. Alat pelindung diri bagi petugas laboratorium diantaranya adalah
pemakaian masker, jas laboratorium, hand scoon, sepatu tertutup.
4. Tim mutu memantau setiap hari apakah petugas laboratorium sudah
memakai alat pelindung diri dalam bekerja di laboratorium.
5. Tim mutu mencatat dan memberikan penilaian hasil pemantauan
alat pelindung diri.
6. Tim mutu mengevaluasi hasil pemantauan pemakaian alat
pelindung diri melalui rapat monitoring.
7. Tim mutu memberikan hasil evaluasi kepada kepala Puskesmas
untuk di tindak lanjuti.
8. Kepala puskesmas berhak memberikan teguran atau binaan kepada
petugas laboratorium apabila terdapat pelanggaran terhadap
pemakaian APB di laboratorium.
6. Unit terkait Petugas laboratorium
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pengolahan bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah suatu kegiatan
mengolah termasuk menyimpan menggunakan dan atau membuang bahan
yang karena sifat atau konsistensinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengelola bahan
berbahaya dan beracun (B3) berupa proses pengadaan, pemindahan,
penyimpanan, penggunaan, penanganan, dan pembuangan limbah B3 untuk
mencegah dan mengendalikan dampak lingkungan yang akan muncul
sebagai konsekuensi atas penggunaan bahan tersebut.
3. Kebijakan SK kepala puskesmas no.

4. Referensi 1. Peraturan pemerintah RI no. 74 tahun 2001 tentang


pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
2. Permenkes no. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan
laboratorium pusat kesehatan masyarakat.
5. Alat dan bahan
a. Kelengkapan administrasi B3

b. Alat pelindung diri yang sesuai

c. Kantong plastik.

d. Label B3

6. Prosedur / 1. Pengadaan B3
langkah-langkah a. Petugas memastikan tiap pengadaan B3 harus terlampir lembar
MSDS, Labeling B3 informasi dampak bahaya dan informasi P3K
dan APDnya,
2. Pemindahan B3
b. Petugas memastikan kelengkapan administrasi sebelum bongkar B3
berupa daftar nama B3 yang akan dibongkar, prosedur kerja dan
perizinan, dan daftar petugas dan penanggung jawab.
c. Petugas harus mengetahui resiko bahaya B3, cara pencegahan dan
penanggulangan.
d. Petugas menggunakan APD yang sesuai, petugas menghindari
tindakan tidak aman seperti merokok, makan dan minum di dekat
bahan B3 dan lain-lain.

3. Penyimpanan B3
a. Petugas memastikan tempat penyimpanan B3 di buat agar aman
dari pengaruh alam dan lingkungan, memiliki sirkulasi udara dan
ventilasi yang baik, dan aman dari gangguan biologis (tikus, rayap
dll.)
b. Petugas melakukan pemisahan dan pengelompokkan penempatan
B3 untuk menghindari reaktivitas
c. Petugas melakukan penyusunan yang tidak melebih batas
maksimum agar tidak roboh dan rapi.
d. Petugas memastikan penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan
simbol label B3 (label isi,safety, resiko bahaya) serta cara
pencegahan dan pertolongan pertama.
4. Penggunaan B3
e. Petugas menerapkan perencanaan dan penerapan K3 dalam
penggunaan B3
f. Petugas menggunan APD yang sesuai dengan faktor resiko
bahayanya APAR & P3K harus siap dan cukup
g. Petugas pengguna B3 menggunakan peralatan kerja yang layak
pakai
h. Petugas pengguna B3 harus bekerja sesuai SOP yang aman dan
efektif
i. Petugas pengguna B3 membersihkan dan mengamankan alat-alat
kerja, lingkungan kerja dan wadah sisa B3 jika telah selesai
j. Melepas APD setelah selesai melakukan pengelolaan B3 dan cuci
tangan.
Memastikan tiap Melakukan penyusunan yang
pengadaan B3 harus tidak melebihi batas
terlampir lembar MSDS, maksimum agar tidak roboh
Labeling, B3,Informasi dan rapi.
7. Bagan alir dampak bahaya dan
informasi P3K dan APD nya

Memastikan perlengkapan Memastikan penyimpanan B3


administrasi sebelum harus dilengkapi dengan simbol
bongkar B3 label B3

Mengetahui resiko bahaya


Menerapkan perencanaan dan
B3 cara pencegahan dan
penerapan K3 dalam
penanggulangan
penggunaan B3

Menggunakan APD yang sesuai


Menggunakan APD yang dengan faktor resiko
sesuai bahayanya APAR dan P3K harus
siap dan cukup
Menghindari tindakan
Menggunakan peralatan kerja
seperti merokok dan minum
yang layak pakai
di dekat bahan B3

Memastikan tempat
Pengguna B3 harus bekerja
penyimpanan B3 agar
sesuai SOP yang aman dan
aman dari pengaruh alam
efektif
dan lingkungan

Melakukan pemisahan dan Membersihkan dan


pengelompokkan mengamankan alat-alat kerja,
penempatan B3 untuk lingkungan kerja dan wadah
menghindari reaktifitas sisa B3 jika telah selesai

Melepas APD setelah selesai


melakukan pengelolaan B3 dan
cuci tangan
8. Unit terkait
PENGELOLAAN LIMBA HASIL
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Limbah medis adalah limbah yang berupa limbah imfeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotosi, limbah
kimiawi, limbah radio aktif, limbah container bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah medis di Puskesmas
berasal dari kegiatan pengobatan dan perawatan, limbah yang dihasilkan
antara lain limbah infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari
Laboratorium dan limbah benda tajam.
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya penularan penyakit akibat limbah medis
2. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat limbah medis
3. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
3. Kebijakan

4. Referensi .
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Menyediakan tempat untuk limbah medis (yang kuat, tahan bocor dan
tertutup) di dekat sumber sampah

2. Menyedian safety box tempat sampah khusus benda tajam (spuit,


jarum, ampul)

3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastik

4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan balai pengobatan, UGD,


KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat farmasi kedalam tempat
sampah medis dan tertup kembali

5. Memasukkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang


lebih besar (kuat, tahan air, tahan bocor, tertutup) atau disimpan di
dalam tempat penyimpanan limbah medis dengan syarat :

a. Lokasi penyimpanan bebas banjir

b. Tidak rawan bencana


c. Berada diluar kawasan lindung

d. Sesuai dengan rencana tata ruang

6. Unit terkait
PENGELOLAAN REAGEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1 Pengertian Protap ini memuat langkah langkah yang harus dilakukan dalam
penyimpanan reagen
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas laboratorium dalam penyimpanan reagen.
3. Kebijakan Penyimpanan reagen yang benar dapat menjaga kualitas dan mutu reagen
tersebut, sehingga dapat mendukung hasil pemeriksaan laboratorium yang
lebih akurat

4. Petugas Petugas analis


5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas menggunakan kaedah pertama masuk pertama keluar (FIFO)
first in first out yaitu reagen yang lebih duluh masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.

2. Petugas menggunakan reagen yang mempunyai masa kadaluarsa


pendek untuk dipakai terlebih dahulu (FIFO) first in first out guna
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan lama.

3. Petugas menyimpan larutan bewarna dan larutan organik dalam botol


coklat.

4. Petugas menempatkan reagen pada tempat yang steril

5. Petugas menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar mata
hari

6. Petugas menyimpan reagen pada suhu kamar atau suhu dingin (2 oc


8oc) tergantung jenis reagen.

7. Petugas membuat kartu stok pemakaian reagen


PENGELOLAAN LIMBA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Limbah medis adalah limbah yang berupa limbah imfeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotosi, limbah
kimiawi, limbah radio aktif, limbah container bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah medis di Puskesmas
berasal dari kegiatan pengobatan dan perawatan, limbah yang dihasilkan
antara lain limbah infeksius, limbah farmasi, limbah yang berasal dari
Laboratorium dan limbah benda tajam.
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya penularan penyakit akibat limbah medis
2. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat limbah medis
3. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
4. Kebijakan 1. Limbah medis di Puskesmas Babat Toman dikirim ke PT. Multazzam
untuk dimusnakan di incenarator (telah ada Mou)
2. Sesuai SK Kepala Puskesmas No.

5. Referensi .
6. Prosedur /
langkah-langkah 1. Menyediakan tempat untuk limbah medis (yang kuat, tahan bocor dan
tertutup) di dekat sumber sampah

2. Menyedian safety box tempat sampah khusus benda tajam (spuit,


jarum, ampul)

3. Melapisi tempat sampah medis dengan kantong plastik

4. Memasukkan sampah medis hasil kegiatan balai pengobatan, UGD,


KIA-KB, Laboratorium dan bagian obat farmasi kedalam tempat
sampah medis dan tertup kembali

5. Memasukkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang


lebih besar (kuat, tahan air, tahan bocor, tertutup) atau disimpan di
dalam tempat penyimpanan limbah medis dengan syarat :

a. Lokasi penyimpanan bebas banjir


b. Tidak rawan bencana

c. Berada diluar kawasan lindung

d. Sesuai dengan rencana tata ruang

6. Mengirim limbah medis yang telah dikumpulkan di dalam tempat


penampungan sampah sementara PT. Multazzam dengan alat angkut
yang kuat, tahan air dan tertutup.

7. Unit terkait
PEMANTAUAN WAKTU
PENYAMPAIAN HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM UNTUK PASIEN
URGENT / GAWAT DARURAT
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantaun waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium yang telah
diperiksa oleh petugas laboratorium untuk pasien urgent dalam kegiatan
pelayanan laboratorium`
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk digunakan sebagai
perencaan, pemantauan, dan evaluasi serta pengambilan keputusan dalam
suatu tindakan untuk peningkatan pelayanan laboratorium.
3. Kebijakan Sesuai kebijakan Kepala Puskesmas Babat Toman No.

4. Referensi .
5. Prosedur /
langkah-langkah Tertulis :

1. Laporan hasil pemeriksaan dengan menyerahkan hasil tertulis yang


telah diketik kepada bagian yang menangani pasien.

2. Cocokkan identitas hasil dengan identitas pasien dibagian yang


menangani pasien.

3. Periksa kembali pemeriksaan laboratorium yang diminta

4. Tulis bukti pelaporan hasil yang diterima : nama, paraf, dan waktu pada
buku serah terima hasil pemeriksaan laboratorium

Telepon :

5. Laporkan hasil pemeriksaan dengan membacakan hasil lewat telepon


yang telah selesai dikerjakan

6. Menanyakan keberadaan pasien

7. Membacakan hasil pemeriksaan laboratorium dan nilai rujukan dengan


benar kepada penerima telepon yang menangani pasien tersebut.

8. Meminta penerima telepon untuk membaca ulang dengan benar


9. Menulis dibuku serah terima hasil pemeriksaan laboratorium (hasil
lewat telepon) nama, paraf dan waktu pembacaan.

10. Dokter atau petugas Laboratorium, radiologi dan perawatan yang


melakukan perekaman EKG menyampaikan hasil kritis bila
tidak bisa dihubungi, dokter atau petugas Laboratorium,
radiologi dan perawatan yang melakukan perekaman EKG
langsung menghubungi dokter atau perawat unit perawat
inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat.

11.Dokter atau petugas yang melaporkan hasil urgent (CITO)


mencatat tanggal dan waktu menelpon, nama lengkap
petugas yang di hubungi dan nama lengkap yang menelpon.

12.Dokter atau perawat ruangan yang menerima hasil kritis


menggunakan teknik kemunikasi perbal tulis (Write back) /
baca (Read back)/konfirmasi proses pelaporan ini ditulis di
dalam rekam medis catatan perkembangan terintergrasi`

13.Dokter atau perawat rungan yang menerima laporan hasil


urgent langsung menghubungi DPJP atau PPDS yang merawat
pasien. Penerima pesan boleh tidak melakukan pembacaan
kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar
situasi gawat darurat di IGD.

6. Unit terkait Laboratorium, BPU dan KIA


PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM YANG KRITIS,
REKAM MEDIS
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis adalah pelayanan
hasil laboratorium yang menggambarkan kondisi potovisiologi pasien yang
nilainya diluar batas normal yang telah disepakati bersama, baik dibawah
atau diatas nilai normal dimana pasien memerlukan intervensi tindakan
medis segera karena dapat membahayakan keselamatan pasien.
2. Tujuan Prosedur ini ditujukan untuk menjadi pedoman buku petugas laboratorium
memberikan laporan hasil segera yang dianggap kritis dan berhubungan
dengan keselamatan pasien sehingga dokter yang merawat segera
melakukan intervensi tindakan medis segera.
3. Kebijakan SK kebijakan kepala Puskesmas No. :
Prosedur ini berada dibawah tanggung jawab koordinator laboratorium dan
kepala Puskesmas

4. Referensi 1. Good Laboratory Practice (GLP) 1999


2. Permenkes no. 15 tahun 2015 tentang pelayanan laboratorium
3. UUD no. 23 Pasal 50 tahun 1992 tentang kesehatan
4. Depkes RI : Pedoman kerja Puskesmas jilid IV halaman 5 14
1991/1992
5. Permenkes RI nomor 441 Menkes/RI/III/2010 tentang laboratorium
Klinik
6. Kemenkes No. 835/Menkes/SK/IX/2009 tentang pedoman keselamatan
dan keamanan laboratory micro Biologi dan biomedic
7. Permenkes no. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium Klinik yang benar.
8. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik edisi ke 6,
Joeoeleverke.
9. Praktik sistem Manajemen laboratorium pengujian yang baik Carles JP.

5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas melaporkan hasil laboratorium yang kritis kepada penanggung jawab
laboratorium
2. Petugas memeriksa kondisi spesimen

3. Petugas memeriksa ulang hasil laboratorium

4. Petugas memeriksa kondisi klinis pasien

5. Petugas melakukan proscek menggunakan alat yang lain bila memungkinkan.

6. Petugas bisa menuliskan hasil laboratorium apabila didapatkan hasil


pemeriksaan Duplo yang sama

7. Petugas melakukan verifikasi hasil dan legalisasi hasil laboratorium kepada


penanggung jawab laborat.

8. Petugas segera melaporkan hasil laboratorium kepada dokter.


6. Alur Petugas laporkan hasil laborat
yang kritis ke dokter
penanggung jawab
laboratorium

Petugas memeriksa kondisi


spoeimen

Petugas memeriksa ulang hasil


laboratorium

Petugas memeriksa kondisi


klinis pasien

Petugas melakukan crosscek


dengan alat lain

Petugas mencatatkan hasil bila


hasil yang di dapatkan sama

Petugas melakukan vervikasi


hasil dan legalisasi hasil
laboratorium oleh penanggung
jawab laboratorium

Petugas segera malaporkan


kedokter
7. Unit terkait 1. Petugas laboratorium
2. Petugas kesehatan lingkungan
3. klining service
MONITORING HASIL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan /
kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu dengan tujuan agar semua
data masukan atau informasi yang di peroleh dari hasil pengamatan tersebut dapat
menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang
diperlukan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menemukan kesalahan sedini
mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar dan melakukan tindakan
modifikasi terhadap kegiatan apabila hasil monitoring mengharuskan untuk itu.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes Nomor 5 tahun 2014
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas menentukan tujuan evaluasi ketepan waktu sasaran dan tempat
pelaksanaan dengan merumuskan masalah

2. Petugas menentukan jenis pemeriksaan yang akan dimonitoring

3. Petugas menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan pemantaun.

4. Petugas merencanakan personal evaluasi

6. Bagan Alur Petugas petugas petugas


menentukan menentukan menentukan
tujuan evaluasi jenis model evaluasi
ketepatan waktu pemeriksaan

Petugas
merencakan
personal
evaluasi

7. Unit terkait
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI
REAGENSIA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Penyimpanan dan distribusi reagen adalah merupakan kegiatan dalam
melakukan pengendalian reagen melalui penerimaan penyimpanan dan
mendistribusikan reagen.
2. Tujuan Untuk mengawasi operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang
optimal dan berkualitas.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4. Referensi Pedoman Praktek laboratorium yang benar, Depkes RI 2008.
5. Input
1. Reagensia

2. Kartu stok reagensia

3. ATK

6. Proses 1. Penerimaan reagensia


a. petugas laboratorium memeriksa dokter reagen yang datang
b. memeriksa keadaan kemasan reagensia, kemasan reagen dalam
keadaan tersegel tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek.
c. reagen yang datang di periksa tanggal kadaluarsa

2. Penyimpanan reagensia
a. reagensia yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa dan disimpan
sesuai prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan reagen.
b. Kulkas tempat penyimpanan reagen harus selalu diperiksa
suhunya agar sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen dengan cara :
1. letakkan termometer dalam kulkas
2. atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
reagen
3. usahakan kulkas agar selalu dalam keadaan hidup
4. catat suhu setiap hari dalam checklis pemantauan suhu
5. bersihkan kulkas setiap 2 bulan.
7. Output Pemeriksaan Hb tersedia

8. Hal-hal yang perlu Memencet-mencet ulang jari kapiler berulang-ulang dapat berpengaruh
diperhatikan terhadap hasil pemeriksaan disebabkan karena adanya cairan jaringan.
9. Unit terkait 1. Laboratorium
2. Poli umum
3. Poli gigi
4. IGD
5. KIA
10. Dokumen terkait 1. FORM hasil laboratorium
2. Buku register
3. Buku ekspedisi hasil laboratorium
PENYEDIAAN REAGENSIA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian

2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Input

6. Proses
7. Output
8. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
11. Unit terkait
12. Dokumen terkait 1.
EVALUASI TERHADAP RENTANG
NILAI
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Kalibrasi dan kalidasi instrumen adalah kegiatan untuk menentukan
keberadaan nilai penunjukkan instrumen atau alat ukur dan bahan ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar ukur yang punya
kemampuan telusuran kestandar nasional atau internasional.
2. Tujuan Untuk melaporkan hasil pemeriksaan labor yang terpercaya, menjamin
penampilan hasil pemeriksaan.
3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 013 N tahun 2015 tentang
pengendalian mutu laboratorium.
2. Kalibrasi instrumen peralatan secara berkala harus pantas dan
dibuktikan memenuhi syarat sesuai standar laboratorium.
4. Referensi 1. Permenkes No. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan
laboratorium pusat kesehatan masyarakat.
2. Permenkes No. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinis yang baik
3. Pemahaman dan penerapan ISO/ IEC 17025/2005
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas laboratorium melalui petugas pengelola barang medis
puskesmas mengajukan rencana program kalibrasi dan validasi
instrumen ke Dinas Kesehatan

2. Petugas laboratorium menerima jadwal kalibrasi dan validasi instrumen


dari Dinas Kesehatan yang diketahui kepala Puskesmas dan petugas
pengola barang medis Puskesmas.

3. Petugas laboratorium menerima dan mendampingi petugas pihak yang


kompeten dari Dinas Kesehatan untuk mengkalibrasi instrumen sesuai
prosedur.

4. Petugas labor meminta bukti kalibras dan validasi instrumen yang telah
dilakukan.
6. Bagan alur

7. Unit terkait Laboratorium


PENGENDALIAN MUTU
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan teliti
3. Ruang lingkup Unit pelayanan kesehatan Puskesmas khususnya laboratorium
4. Referensi Kepala Puskesmas Babat Toman
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Petugas mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik di dalam
laboratorium maupun diluar laboratorium.

2. Petugas melaksanakan kegiatan pemantauan mutu internal pada seluruh


proses pemeriksaan laboratorium mulai dari persiapan pasien sampai
pencatatan dan pelaporan hasil.

3. petugas mengikuti program pemantapan mutu eksternal

4. Petugas melakukan validasi hasil melalui pemeriksaan chroscek

5. Petugas melaksanakan keamanan laboratorium untuk melindungi petugas


dan masyarakat sekitar dari resiko penyakit dan gangguan kesehatan
akibat dari kegiatan pemeriksaan laboratorium.

6. Petugas melaksanakan praktek laboratorium secara benar untuk


mendapatkan hasil yang baik.
6. Dokumen terkait
7. Distribusi
8. Rekaman historis No Yang dirubah Isi perubahan Tanggal
perubahan
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
(PMI)
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pemantapan mutu internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
2. Tujuan 1. Untuk menjamn ketapan dan ketelitian hasil pemeriksaan laboratorium
2. Mencegah atau mengurangi kejadian penyimpangan
3. Mencegah pengeluaran hasil yang salah
4. Perbaikan pelayanan kepada pasien.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. /TU-Kepeg/SK/HCLB/VI/2016


tentang Pengendalian mutu laboratorium.
4. Referensi 1. Permenkes RI No. 37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan
laboratorium pusat kesehatan masyarakat.
2. Permenkes RI No. 43 tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinik yang baik.

5. Prosedur / 1. Alat
langkah-langkah a. Alat pemeriksaan laboratorium
2. Bahan
a. Specimen pemeriksaan laboratorium

6. Unit terkait Laboratorium

PROSEDUR PEMANTAPAN MUTU


EKSTERNAL
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan pemantapan mutu yan dilakukan secara periodik oleh pihak diluar
laboratorium yang bersangkutan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pemantapan mutu eksternal

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas N. 800/06/SK-VIII/I/2016 tentang pelayanan Penunjang


Klinis Laboratorium, Pengelolaan obat, Manajemen Informasi, Manajemen
Informasi, Manajemen Lingkungan dan Prasarana, Manajemen Peralatan,
Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Klinis Puskesmas I Tambak.
4. Referensi Buku arsip pemeriksaan

5. Prosedur /
langkah-langkah Alat : Buku Pemeriksaan Laboratorium

Prosedur :

1. Pihak laboratorium penguji akan mengirimkan sampel atau persediaan kepada


laboratorium yang akan diuji.

2. Petugas laboratorium yang diuji melaksanakan pemeriksaan terhadap sampel


atau sediaan dari laboratorium penguji.

3. Hasil pemeriksaan petugas dikembalikan kepada laboratorium penguji

4. Petugas laboratorium yang diuji akan mendapatkan nilai dan sertifikat dari
laboratorium penguji.
5. Diagram alur
Laboratorium penguji mengirimkan
sampel atau ......

Petugas laboratorium yang diuji


melaksanakan pemeriksaan .....

Hasil pemeriksaan dikembalikan


kepada laboratorium penguji
Laboratorium yang diuji mendapatkan
nilai

6. Unit terkait KIA, BP Umum, Rawat Inap, BP Gigi

7. Rekaman No Yang dibuah Isi Perubahan Tanggal mulai


diberlakukan

PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua
laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium
kesehtan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.

Tidak ada kewajiban bagi laboratorium untuk melakukan PME karena sifatnya sukarela. PME ini
dilakukan secara periodik dalam jangka waktu tertentu. Prosedurnya adalah lembaga penyelenggara
PME mengirimkan suatu sampel yang harus diperiksa oleh laboratorium peserta, kemudian hasil dari
laboratorium- laboratorium peserta ini dikumpulan untuk mendapatkan nilai referensinya. Dari nilai
referensi inilah dapat dinilai apakah akurasi suatu laboratorium itu baik, sedang, kurang atau buruk.
Karena itu semakin banyak peserta misalnya pada PME yan dilakukan secara global (internasional)
maka semakin baik nilai reeensi yang dihasilkan. Pihak penyelenggara biasanya memberikan feecback
untuk perbaikan yang bisa dilakukan di laboratorium. Masalah biaya dan keengganan pimpinan
laboratorium kembali menjadi penyebab suatu laboratorium untuk melaksanakan PME.

Karena PMI dan PME ini sangat berkaitan dengan metode dan alat yang digunakan masing-
masing laboratorium, maka hasil PMI dan PME ini juga spesifik untuk laboratorium tersebut berada,
sebaai contoh, apabila seseorang mempunyai lima laboratorium di tempat yang berada maka hasil PMI
dan PME untuk satu tempat tida dapat digunakan untuk keempat laboratorium lainnya karena variasi
tiap alat, metode, kondisi ruangan dan kemampuan operator masing-masing tempat juga berbeda.

Kesimpulan
Perbedaan Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal

Pemantapan Mutu Internal Pemantapan Mutu Eksternal


1. Dilaksanakan oleh laboratorium yang 1. Dilaksanakan oleh pihak diluar
hendak melakukan pemantapan mutu. laboratorium.
2. Dilaksanakan secara terus menerus, 2. Dilaksanakan secara periodik atau
untuk berkala, biasanya setiap 2 kali dalam
3. Mencakup pra-analitik, analitik, paska- setahun.
analitik. 3. Mencakup hasil pemeriksaan secara
4. Pihak lab mencari penyebab garis besar saja.
penyimpangan hasil, ketika terdapat 4. Pihak lab hanya melakukan perbaikan,
ketidaksesuaian dengan kontrol, baru berdasarkan feefback atau saran dari
kemudian melakukan perbaikan. penyelenggara.
5. Hasil pemantapan mutu internal berupa 5. Hasil pemantapan mutu eksternal
jaminan mutu terhadap semua berupa jaminan mutu terhadap
pemeriksaan analitik pada laboratorium pemeriksaan analitik spesifik, berupa
penyelenggara. pengakuan atau sertifikat dari institusi
penyelenggara.
KALIBRASI DAN VALIDASI
INSTRUMEN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Validasi adalah kegiatan untuk menentukan satu atau lebih karekteristik
dari suatu bahan atau instrumen sehingga dapat dipastikan kesesuaian
antara karekteristik dengan spesikasinya.

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menstandarisasi alat ukur


laboratorium dengan cara membandingkan alat ukur tersebut dengan
peralatan standar yang dapat di identifikasi dan ditelusuri ke standar
nasional/internasional.
2. Tujuan 1. Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi terhadap suat
bahan bakar ukur atau instrumen.
2. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu
instrumen ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk
suatu bahan ukur.
3. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar
nasional/internasional.

4. Kebijakan Sesuai kebijakan kepala Puskesmas No.


4. Referensi Depkes RI 2001 Pedoman pengujian dan validasi alat kesehatan
5. Prosedur / 1. Tim pengelola barang mengidentifikasi alat ukur yang akan divalidasi
langkah-langkah dan dikalibrasi.
2. Tim pengelola barang membuat perencanaan jadwal validasi dan
kalibrasi eksternal setiap satu tahun sekali.
3. Pelaksanaan validasi dan kalibrasi eksternal oleh badan kalibrasi yang
sudah ditunjuk dengan bukti catatan kalibrasinya.
4. Tim pengelola barang menyimpan alat ukur yang sudah di kalibrasi dan
validasi eksternal untuk dijadikan master.
5. Tim pengelola barang merencanakan jadwal validasi dan kalibrasi
internal yaitu setiap enam bulan sekali
6. Tim pengelola barang berkoordinasi dengan kordinator poli/bagian.

6. Unit terkait Laboratorium


PERBAIKAN ALAT LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Perbakar seluruh peralatan yang di laboratorium baik medis dan non medis.

2. Tujuan Agar perbaikan peralatan baik medis dan non medis di laboratorium dapat
dilakukan dengan cepat dan sesuai dengan standar.

3. Kebijakan 1. Semua proses kegiatan perbaikan peralatan harus melalui prosedur yang
sudah ditetapkan pimpinan puskesmas
2. Perbaikan alat non medis/medis dilaporkan ke penanggung jawab
inventaris puskesmas.
4. Referensi
5. Prosedur / 1. Kordinator ruangan mengisi bangko perbaikan alat dan melaporkan
langkah-langkah kerusakan peralatan yang perlu diperbaiki kepada penanggung
jawab sarana prasarana puskesmas.
2. Penanggung jawab inventaris akan melakukan pengovekan peralatan
tersebut masih bisa dperbaiki atau tidak. Termasuk biaya yang
diperlukan dan kemungkinan perlu menunjuk pihak luar untuk
pelaksanaan perbaikan selanjutnya.
3. Bila kegiatan perbaikan tersebut memerlukan biaya, penanggung
jawab inventaris terlebih dahulu melaporkan kepada pimpinan
puskesmas untuk mendapatkan persetujuan
4. Pimpinan puskesmas akan memberikan pertimbangan tentang
perbaikan alat tersebut, apakah dapat dilakukan perbaikan oleh
bagian pemeliharaan puskesmas atau perbaikan dengan pihak ketiga.
5. Petugas atau pihak luar segera melakukan perbaikan peralatan di
laboratorium yang mengalami kerusakan.
6. Jika alat yang rusak akan dibawa oleh petugas, maka petugas
inventaris akan membuat catatan bahwa alat sedang dalam
perbaikan.
7. Setelah selesai perbaikan petugas segera mengembalikan alat yang
sudah diperbaiki ke laboratorium dan meminta tanda tangan
kordinator laboratorium sebagai bukti bahwa perbaikan alat sudah
selesai di lakukan.
6. Unit terkait 1. Pimpinan puskesmas
2. IGD
3. Laboratorium
RUJUKAN LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Rujukan laboratorium adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merujuk
jenis pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dikerjakan.
2. Tujuan Agar pelayanan lebih optimal dan pasien terlayani dengan baik
3. Kebijakan Keputusan kepala UPTD Puskesmas no. ......tentang rujukan laboratorium

4. Referensi KMK No. 37 tahun 2012 tentang penyelengaraan PKM


5. Prosedur / 1. Pasien datang ke Puskesmas disertai bawah pengantar dari pengirim
langkah-langkah 2. Pasien diarahkan ke laboratorium .
3. Petugas melihat pengantar lalu KIE pasien jika tidak bisa dikerjakan
di laboratorium Puskesmas
6. Bagan alir

Pasien
Pasien KIE
datang
ke lab pasien
ke
Puskes

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan
8. Unit terkait
9. Dokumen yang
terkait
10. Rekomendasi No Yang dibuah Isi Perubahan Tanggal mulai
perubahan diberlakukan
PELAPORAN PROGRAM
KESELAMATAN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Pelaporan program keselamatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
petugas laboratorium untuk memberikan informasi tentang program
keselamaan pasien yang dilakukan di puskesmas.
2. Tujuan 1. Agar diketahui kegiatan keselamatan pasien yang dilakukan di unit
laboratorium
2. Untuk dilakukan evaluasi dan perbaikan
3. Kebijakan 1. UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Kepmenkes RI no. 364/Menkes/SK/III/2003 tentang laboratorium
kesehatan.
3. Kepmenkes RI no. 298/Menkes/SK/III/2008 tentang pedoman
akreditasi laboratorium kesehatan
4. Kepmenkes RI No.37 tahun 2012 tentang penyelenggaraan
laboratorium pusat kesehatan masyarakat.

4. Referensi
5. Prosedur / 1. Melakukan kegiatan keselamatan pasien di unit laboratorium
langkah-langkah 2. Bekerja sesuai dengan panduan keselamatan pasien puskesmas Babat
Toman
3. Mencatat semua upaya keselamatan pasien yang telah dilakukan
4. Melaporkan upaya keselamatan pasien di unit laboratorium
5. Melakukan evaluasi terhadap upaya keselamatan pasien yang telah
dilakukan.
6. Melakukan perbaikan jika ada yang masih harus diperbaiki
7. Mendokumentasikan tindakan perbaikan dalam buku bukti
pelaksanaan perbaikan.

6. Unit terkait Semua unit pelayanan klinis


PELAPORAN INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN DI
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengajah
dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cidera pada pasien.
2. Tujuan Telaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
di laboratorium
3. Kebijakan 1. SK Kepala puskesmas Babat Toman no. 133 tahun 2016 tentang
pemberlakuan standar operasional prosedur unit laboratorium
puskesmas Babat Toman.
2. SK Kepala puskesmas Babat Toman no. 55 tahun 2016 tentang
pengendalian mutu laboratorium puskesmas Babat Toman

4. Referensi 1. Petunjuk pemeriksaan laboratorium puskesmas Departemen


kesehatan RI tahun 1991
2. Pedoman penyelenggaraan praktek laboratorium puskemas laboratorium
kesehatan Depkes RI Jakarta tahun 1999.

5. Prosedur / 1. Bila terjadi insiden keselamatan pasien di laboratorium, petugas


langkah-langkah laboratorium segera memberikan pertolongan pertama
a. Bila pasien tiba-tiba pingsan atau sock petugas segera
menempatkan pasien pada tempat yang nyaman dan melonggar
ikatan baju/celana. Pasien segera dibawah unit gawat darurat
(UGD) atau tim keselamatan pasien yang berwenang.
b. Bila terjadi pendarahan atau cidera pada pasien petugas segera
menutup luka/cidera dan segera membawa ke Unit Gawat
Darurat (UGD) atau tim keselamatan pasien yang berwenang.
2. Petugas laboratorium segera membawa pasien ke unit Gawat Darurat
(UGD) untuk segera mendapat penanganan.
3. Petugas laboratorium segera melaporkan kejadian kepada dokter jaga
atau tim keselamatan yang bertugas.
4. Petugas laboratorium membuat laporan tentang insiden keselamatan
pasien (IKP)
5. Laporan meliputi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) kejadian
nyaris cidera (KNC atau Near Miss) dll.

5. Diagram Bagan
Alir
Insiden keselamatan pasien (IKP)

Pertolongan pertama pada kesehatan

Segera membawa pasien ke Unit Gawat


Darurat (UGD) atau tim keselamatan pasien

Melaporkan kejadian kepada dokter atau tim


keselamatan

Membuat catatan dan laporan tentang IKP

6. Unit terkait Laboratorium, rawat jalan, rawat inap, UGD


PENANGANAN DAN PEMBUANGAN
BAHAN BERBAHAYA
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Bahan infeksius adalah bahan yang mengandung mikro organisme hidup
seperti bakteri, virus riketsia, parasit, jamur atau suatu rekombina hibrid
atau muatan yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan.
Penanganan dan pembuangan bahan berbahaya adalah suatu kegiatan
dalam menangani bahan berbahaya dan pembuangan agar dilakukan
dengan baik sehingga tidak membahayakan diri kita sendiri dan lingkungan
di sekitarnya
2. Tujuan Mencegah terjadinya penularan dan infeksi nosokomial baik kepada
petugas maupuan lingkungan dari segala sesuatu yang disebabkan oleh
bahan infeksius yang berada di laboratorium sebagai akibat dari proses
kerjanya.
3. Kebijakan
4. Referensi 1. Keputusan menteri kesehatan no. 1267/Menkes/SK/XII/2004
2. Pedoman praktek laboratorium yang benar Depkes RI
5. Prosedur /
langkah-langkah A. LIMBAH INFEKSIUS
1. Petugas laboratorium harus dilatih sehingga memiliki keahlian
khusus untuk menangani mikro organisme patogen.
2. Petugas laboratorium yang pertama datang harus mematikan lampu
UVI yang terpasang.
3. Pekerjaan dilakukan dalam kabinet keamanan biologis bilah dapat
menghasilkan Aerosol
4. Pintu laboratorium harus dalam keadaan tertutup
5. Petugas laboratorium dengan resiko tinggi untuk terkena infeksi,
tidak diperbolehkan masuk ke laboratorium.
6. Semua bahan dari laboratorium sebelum dibuang harus di
dekontaminasi sesuai dengan peraturan yang ada.
7. Semua bahan yang akan didekontaminasi di luar ruang kerja
laboratorium harus ditempatkan dalam kantong khusus yang
tertutup rapat.
8. Petugas laboratorium yang terakhir pulang harus menyalakan lampu
UVI.
B. BUANGAN BAHAN BERBAHAYA
1. Pengendapan, keagulasi dan flokulasi : kontaminan logam berat
dalam limbah cair dapat dipisahkan dengan pengendapan.
2. Oksidasi reduksi : terhadap zat organik topsik limbah dapat
dilakukan reaksi oksidasi reduksi sehingga terbentuk zat yang
kurang/tidak toksik
3. Penukaran ion : ion berat nikel dapat diserap oleh kation, sedangkan
anion
C.

6. Unit terkait Semua unit pelayanan klinis


PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
LABORATORIUM
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Manajemen resiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian
dan konsekuensinya (ISO 2008)
2. Tujuan Mewujudkan pengolaan laboratorium yang berkualitas dengan
mengindentifikasi dan menganalisis resiko serta mengelola
konsekuensinya.
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur /
langkah-langkah Evaluasi Risiko
Tindak lanjut risko
Status risiko
Identifikasi
Kemungkinan Dampak Peta Rangking
risiko
profil risiko
risiko
Belum
tersedianya 1,0 100 100 Tinggi 1. Rekrutmen
tenaga labor atau 2. Diklat
teknisi lab 3. Pembinaan
4. Penempatan
Belum ada yang 1. Rekrutmen
memiliki 1,0 50 50 Sedang 2. Diklat
kompetensi 3. Pembinaan
kepala Lab. 4. Penempatan
Belum adanya
komitmen kuat 05 100 50 Sedang 1. Pendapatan
untuk mengelola pengelolaan labor
lab. Secara sebagai indikator
profesional kerja petugas
2. Review kinerja
reward atau
punisment
Belum bertanya
lembaga labor 1,0 100 100 Tinggi Membentuk unit

6. Unit terkait Laboratorium


PELATIHAN DAN PENDIDIKAN
UNTUK PROSEDUR BARU, BAHAN
BERBAHAYA, PERALATAN BARU,
BUKTI PELAKSANAAN, PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN
No. Kode :
SOP Terbit :
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
Halaman :
PUSKESMAS BABAT dr. Ichsan Nur Hamdan
TOMAN
1. Pengertian Suatu kegiatan yang bertujuan mengimpormasikan kepada petugas
laboratorium guna penggunaan prosedur baru, bahan berbahaya atau alat
baru.
2. Tujuan Guna mengimpormasikan tentang tata cara penggunaan prosedur baru,
bahan berbahaya ataupun peralatan yang baru.
3. Kebijakan 1. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelatihan dan pendidikan untuk
prosedur baru, bahan berbahaya dan peralatan yang baru.
2. pelaksanaan pelatihan dan pendidikan untuk prosedur baru, bahan
berbahaya dan peralatan yang baru sesuai dengan SPO
4. Referensi Pedoman good laboratory Practice
5. Prosedur /
langkah-langkah 1. Ka. TU melaporkan kepada direktur klinik bahwa akan ada pelatihan
dan pendidikan untuk prosedur, bahan yang berbahaya atau alat yang
baru bagi petugas labor.
2. Direktur klinik menginstruksikan kepada petugas labor untuk mengikuti
pelatihan dan pendidikan untuk prosedur yang baru, bahwa berbahaya
atau alat yang baru.
3. Petugas melaporkan kepada petugas direktur klinik bahwa pelatihan
dan pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya dan alat
yang baru telah dilaksanakan.
4. Petugas membuat laporan hasil pelatihan pendidikan untuk prosedur
yang baru bahan berbahaya dan alat yang baru.
5. Petugas menyampaikan hasil pelatihan dan pendidikan melalui rapat
laboratorium klinik.
6. Petugas membuat SPO penggunaan prosedur yang baru, bahan
berbahaya atau alat yang baru.
7. Petugas menerapkan pelatihan pendidikan untuk prosedu yang baru,
bahan berbahaya dan alat yang baru melalui kegiatan pelayanan di
labor.
8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan labor di klinik sesuai
SPO.
9. Koordinator layanan klinik melakukan evaluasi pelaksanaan
penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang baru
menggunakan daftar tilik.

6. Unit terkait

Anda mungkin juga menyukai