Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Persalinan

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala

atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Berikut ini pengertian nyeri :

1. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan

menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan

ketegangan.

2. Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan

akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam serabut saraf dalam

tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional

(Musrifatul., Hidayat. 2008).

Rasa nyeri pada persalinan kala I terjadi karena aktivitas besar di dalam tubuh

guna mengeluarkan bayi. Persalinan diartikan sebagai peregangan pelebaran mulut

rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi

keluar. Otot-otot rahim menegang selama kontraksi. Bersamaan dengan setiap

kontraksi, kandung kemih, rektum, tulang belakang, dan tulang pubic menerima

tekanan kuat dari rahim. Berat dari kepala bayi ketika bergerak ke bawah saluran

lahir juga menyebabkan tekanan. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah

punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut mugkin juga menyebar ke

7
Universitas Sumatera Utara
8

kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian

menghilang seluruhnya (Danuatmadja., Meiliasari, 2004).

Pada persalinan kala I sebelum atau sesudah terjadi kontraksi, sering kali muncul

lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan, hal ini

disebabkan oleh karena terlepasnya sumbatan pelindung pada leher rahim, karena

serviks mulai membuka dan mendatar sedangkan darah itu berasal dari pembuluh

darah kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis yang peka akibat pergesaran

yang terjadi sewaktu serviks membuka. Masa kala I pada ibu primigravida terjadi

sekitar 13 jam sedangkan pada ibu multigravida sekitar 7 jam. Kala pertama selesai

apabila pembukaan serviks lengkap. Intensitas kontraksi uterus meningkat sampai

kala pertama dan frekuensi menjadi 2 sampai 4 kontraksi dalam 5 sampai 10 menit,

juga lamanya his meningkat mulai dari 20 detik pada awal partus ibu sampai

mencapai 60 sampai 90 detik pada kala pertama (Wiknjosastro, 2002).

Pada awal persalinan, kontraksi mungkin terasa seperti nyeri punggung bawah

yang biasa atau kram saat haid. Kontraksi awal ini biasanya berlangsung singkat dan

lemah. Datangnya kira-kira setiap 15-20 menit. Namun , beberapa persalinan dimulai

dengan kontraksi-kontraksi kuat yang lebih dekat jarak waktunya. Banyak wanita

yang awalnya merasa sakit di bagian punggung mereka, yang kemudian merambat

ke bagian depan. Bila kontraksi-kontraksi terus datang, tetapi hanya berlangsung

kurang dari 30 detik, atau jika tidak begitu kuat, dan jika tidak berdekatan waktunya,

berarti masih dalam tahap pra persalinan atau memasuki persalinan awal. Dalam

persalinan sejati, kontraksi akan bertambah kuat, panjang, dan makin berdekatan

waktunya (Whalley., Simkin., & Keppler. 2008).

Universitas Sumatera Utara


9

B. Etiologi Nyeri dalam Persalinan

a. Persepsi Nyeri

Persepsi tentang nyeri bergantung pada jaringan kerja neurologis yang utuh.

Neurofisiologi nyeri mengikuti proses yang dapat diperkirakan :

1. Rangsangan bahaya diketahui melalui reseptor yang ditemukan di kulit,

jaringan subkutan, sendi, otot, periosteum, fascia, dan visera. Nosiseptor

(reseptor nyeri) adalah terminal serat delta A kecil yang diaktivasi oleh

rangsangan mekanis atau panas dan serat aferen C yang diaktivasi oleh

rangsangan mekanis, termal, dan kimiawi ( Bonica dan McDonald. 1995).

Rangsangan nosiseptif di bawah tingkat kepala ditransmisikan melewati

serat-serat aferen ini ke kornu dorsal medula spinalis.

2. Rangsangan kemudian ditransmisikan melalui struktur yang sangat rumit

yang mengandung berbagai susunan neuron dan sinaptik yang memfasilitasi

derajat tinggi pemprosesan input sensori. Beberapa impuls kemudian

ditrasmisikan melalui neuron internunsial ke sel kornu anterior dan

anterolateral , tempatnya merangsang neuron yang mempersarafi otot skelet

dan neuron simpatik yang mempersarafi pemuluh darah, visera, dan kelenjar

keringat. Impuls nosiseptif lain ditransmisikan ke sistem asenden yang

berarktikulasi dengan batang otak.

3. Implus yang naik ke otak kemudian masuk ke hipotalamus yang mengatur

sistem autonomik dan respons neuroendokrin terhadap stres dan ke korteks

serebral yang memberi fungsi kognitif yang didasarkan pada pengalaman

masa lalu, penilaian, dan emosi.

Universitas Sumatera Utara


10

Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala-satu adalah

akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan,

dan trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong struktur-struktur ini

(Bonika dan McDonald), menyatakan bahwa faktor berikut mendukung teori tersebut

1. Peregangan otot polos telah ditunjukan menjadi rangsangan pada nyeri versal.

Intensitas yang dialami pada konntraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan

dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.

2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin

yang menambah dilatasi struktural tesebut. Pada awal persalinan, terdapt

pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah

mulai kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan

tekanan lebuh cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal sebelum

adanya persepsi nyeri.

3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka

mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

Rangsangan persalinan kala-satu ditransmisikan dari serat aferen melalui pleksus

hipogastrik superior, inferior dan tengah, rantai simpatik torakal bawah, dan lumbal,

ke ganglia akar saraf posterior. Nyeri dapat disebar dari area pelvik ke umbilikus,

paha atas, dan area midsakral (Patree., Walsh. 2007).

b. Ekspresi Nyeri

Rasa nyeri muncul akibat respons psikis dan refleks fisik. Kualitas rasa nyeri

fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan,

sensasi tajam, rasa mual, dan kram. Rasa nyeri dalam persalinan menimbulkan

Universitas Sumatera Utara


11

gejala yang dapat dikenali. Peningkatan sistem saraf simpatik timbul sebagai

respon terhadap nyeri dan dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut

nadi, pernapasan dan warna kulit. Serangan mual, muntah dan keringat

berlebihan juga sangat sering terjadi ( Bobak, 2004).

C. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu :

1. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang. Tidak melebih enam bulan, serta ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot.

2. Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara berlahan-lahan, biasanya

berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang

termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri

kronis, dan nyeri psikosomatis (Musrifatul., Hidayat. 2008).

D. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor , termasuk

pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya dan pengharapan tentang

penghilang nyeri. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi

nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh

sikap respon terhadap nyeri ( Suddarth., Brunner. 2001).

Universitas Sumatera Utara


12

E. Pengukuran Intensitas Nyeri

Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi neyri

seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus

memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) mudah dimengerti dan digunakan, (2)

memiliki sedikit upaya pada pihak pasien, (3) mudah dinilai, dan (4) sensitif

terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri.

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya

harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya ( Suddarth., Brunner.

2001).

SKALA INTENSITAS NYERI

1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Tidak ada Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Paling


Nyeri Ringan Sedang Hebat Sangat Hebat Hebat

Pendeskripsian ini diranking dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak

tertahankan. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk

memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien

memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri.

Universitas Sumatera Utara


13

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0 10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri paling

Nyeri Sedang Hebat

Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian

kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi.

3. Skala Analog Visual (VAS)

Tidak ada Nyeri Sehebat

Nyeri Yang dapat terjadi

Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang

mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian

verbal pada setiap ujungnya.

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik

yaitu:

Universitas Sumatera Utara


14

1. 0 : Tidak nyeri

2. 1 2: Nyeri ringan

3. 3 5: Nyeri sedang

4. 6 7: Nyeri berat

5. 8 10 : Nyeri sangat berat (Perry., Potter. 2005).

F. Relaksasi Pernapasan

1. Defenisi Relaksasi

Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang

dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relakasasi

secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi

ketidaknyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan (Salmah, 2006 ).

Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan otot

dam menurunkan laju metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh

selama persalinan tampak meningkatkan keefektifan kontraksi uterus. Ketika

dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi dapat membantu ibu bersalin

mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di

antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007).

Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa

sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang

normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan

sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode

mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak

Universitas Sumatera Utara


15

hanya itu, menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan

membantu ibu merasa lebih kuat (Whalley., Simkin., & Keppleer. 2008).

Wanita yang mampu menghadapi persalinan dengan baik selalu

menggunakan relaksasi, baik selama atau di antara kontraksi atau terus menerus.

Adalah umum bagi para wanita yang sedang dalam awal persalinan untuk

membiarkan otot-ototnya lemas selama kontraksi dan menggerakkannya di

antara waktu kontraksi. Pada persalinan lebih lanjut, beberapa wanita akan

menjadi lebih aktif selama kontraksi (bergoyang, mengayun, dibelai).

Relaksasi (melepaskan ketegangan otot) adalah bagian yang penting dalam

persalinan, di saat rileks, ibu dapat mengurangi ketegangan yang memperburuk

rasa nyeri. Mencoba untuk rileks selama suatu kontraksi persalinan dapat

membantu mengurangi rasa nyeri sekalipun ibu tidak benar-benar rileks.

Memang, tidak mudah untuk betul-betul rileks dalam persalinan. Namun, dapat

dilakukan dengan teknik dan bantuan sederhana khususnya dari pendamping

persalinan. Kebanyakan ibu terbebas dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman di

antara dua kontraksi. Inilah saat tepat memeriksa tubuh, khususnya di bagian

yang tegang, istirahatkan bagian itu. Pendamping dapat memeluk dan mencium

agar ibu lebih tenang. Tetap pokus pada latihan pernapasan, baik saat terjadi

kontraksi atau antara kontraksi juga dapat membantu.

Menurut beberapa penelitian, orang yang rajin mempraktekkan relaksasi

secara berkala cenderung lebih tenang, lebih mampu mengendalikan emosi dan

lebih sehat. Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah kontrol

pernapasan (Indriarti, 2009).

Universitas Sumatera Utara


16

2. Manfaat Relaksasi

a. Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan

Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot

selama kontraksi. Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,

memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi, serta

membuat ibu lelah.

b. Menenangkan pikiran dan mengurangi stres

Tubuh yang relaks membuat pikiran relaks, yang pada gilirannya membantu

mengurangi respons stres. Ada bukti bahwa distres pada wanita yang sedang

mengalami persalinan yang disebabkan oleh kecemasan, amarah, ketakutan,

atau penyakit yang menghasilkan ketekolamin (hormon stres). Kadar

katekolamin yang tinggi di dalam darah dapat memperpanjang persalinan

dengan mengurangi efisiensi kontrasi rahim dan dapat berpengaruh buruk

pada janin dengan mengurangi aliran darah kerahim dan plasenta.

c. Mengurangi rasa nyeri

Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri

yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga memungkinkan

ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim, yang juga

mengurangi nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim berkontraksi)

menjadi sakit jika kekurangan oksigen. Selain itu, konsentrasi mental yang

terjadi saat ibu secara sadar merelakskan otot membantu mengalihkan

perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan karena itu, akan mengurangi

kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley., Simkin., & Keppleer. 2008).

Universitas Sumatera Utara


17

3. Penatalaksanaan Teknik Relaksasi

Ada banyak cara untuk mengatasi rasa nyeri dan stres bersalin. Keterampilan

mengatasi nyeri dan langkah-langkah kenyamanan ini dapat ibu gunakan selama

persalinan. Mengatasi persalinan dengan baik berarti ibu tidak kewalahan atau

panik saat menghadapi rangkaian kontraksi. Itu berarti ibu mampu rileks dan

menangani rasa nyeri (Whalley., Simkin.,Keppleer. 2008)

Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan

istirahat atau selama proses persalinan

1. Posisi relaksasi dengan telentang

Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua

tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.

2. Pososi relaksasi dengan berbaring miring

Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala

diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut

tidak menggantung.

3. Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang

Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan

di samping telinga.

4. Posisi relaksai dengan duduk

Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas tempat

tidur. Kedua kaki tidak boleh mengantung.

Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his dan pada saat itu

ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada pernapasan atau pada sesuatu yang

menyenangkan (Salmah, 2006).

Universitas Sumatera Utara


18

Tahap pertama untuk belajar relaks adalah menyadari bagaimana rasanya

tubuh dan pikiran ibu ketika beristirahat atau tidur karena tubuh dan pikiran

saling mempengaruhi satu sama lain. Keadaan pikiran ibu mempunyai pengaruh

yang besar terhadap seberapa rileks atau tegangnya tubuh ibu. Jika ibu cemas

atau takut, tubuh akan merefleksikan perasaan ini dengan cara menegang. Jika

ibu merasa percaya diri dan positif, tubuh akan tetap relaks. Saat ibu mulai

berlatih relaksasi, cobalah berbaring menyamping dengan tumpukan bantal. Atau

duduk untuk membuat ibu merasa nyaman. Setelah belajar rileks dalam posisi

ini, praktikkan relaksasi pernapasan (Whalley., Simkin., & Keppleer. 2008).

Dibawah ini tiga alternatif panduan untuk ibu melakukan teknik pernapasan

sederhana yaitu :

1. Pikirkan kata rileks yang terdiri dari dua suku kata, yaitu ri dan leks.

Selanjutnya, cobalah latihan ini. Ketika menarik napas, pikirkan kata ri,saat

menghembuskan , pikirkan kata leks. Jangan alihkan pikiran dari kata

rileks tersebut. Ketika menghembuskan napas, singkirkan segala

ketegangan dari tubuh, khususnya otot-otot yang biasanya mudah tegang

setiap kali stres.

2. Cobalah menghitung pernapasan. Begitu bernapas, hitung tiga sampai empat,

atau lebih secara perlahan-lahan. Ketika menghembuskan napas, hitung

sampai tiga atau empat lagi.

3. Cobalah bernapas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut.

Embuskan napas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak

mengeluarkan suara saat menghembuskan napas, misalnya fuuuuuuuuuh

(Danuatmadja., Meiliasari, 2004).

Universitas Sumatera Utara


19

Pernapasan dan relaksasi saling ketergantungan, pernapasan, dan relaksasi

akan sangat baik jika dilakukan bersamaan. Latihan pernafasan dapat efektif jika

pikiran dan tubuh tenang, sehingga oksigen bersama darah mengalir ke seluruh

tubuh (Whalley., Simkin., & Keppleer. 2008).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai