Anda di halaman 1dari 7

Dongeng Cerita Rakyat Nusantara : Kisah Ratu Agung

Kisah Ratu Agung merupakan dongeng cerita rakyat nusantara yang berasal dari

Sumatra Selatan. Cerita rakyat ini berlatarkan kejadian saat Belanda hendak

menduduki Palembang. Pada kisah ini diceritakan siasat licik dari penjajah Belanda

dalam memenangkan pertempuran. Selain bisa mengenal seorang pahlwan yang

menjadi legenda di daerah Sumatera Selatan yaitu Ratu Agung, kita juga bisa sedikit

belajar sejarah bagaimana Belanda bisa menguasai Palembang yang saat ini

menjadi Ibu Kota Sumatera Selatan.

Dongeng Cerita Rakyat Nusantara : Legenda Ratu Agung dari


Palembang

Kerajaan Palembang pada zaman dahulu diperintah oleh penguasa yang bergelar

Suhunan. Suhunan yang memerintah ketika itu melaksanakan pemerintahannya

dengan adil dan bijaksana. Segenap rakyat Palembang menghormati, mencintai,

dan mematuhi titah Suhunan.


Suatu hari Suhunan mendengarakan tibanya pasukan Belanda untuk menyerang

dan menjajah Palembang. Suhunan lantas menyiagakan segenap kekuatan untuk

menghadapinya. Rakyat Palembang pun bersatu padu di belakang Suhunan.

Mereka tidak ingin menjadi jajahan bangsa asing yang terkenal serakah, kejam, dan

sewenang-wenang. Mereka nyatakan kesanggupan mereka untuk berkorban jiwa

dan raga demi negeri tercinta.

Suhunan menunjuk dan menugaskan tiga kesatria perempuan Palembang untuk

membantu pertahanan Kerajaan Palembang. Ketiganya adalah Putri Kembang

Mustika, Putri Darah Putih, dan Putri Iran. Ketiganya ternama kesaktian dan

keperwiraannya. Suhunan memerintahkan pula bagi mereka untuk menjadi

pengawal pribadinya.

Kerajaan Palembang terus memperkuat pertahanannya. Berbagai senjata telah

disiagakan. Begitu pula dengan meriam-meriam telah disiapkan menghadap sungai

Musi yang diperkirakan akan menjadi pintu masuk datangnya pasukan penjajah

tersebut.

Benar perkiraan mereka. Pasukan Kompeni Belanda dengan menaiki kapal-kapal

besar memasuki Palembang melalui sungai Musi. Kedatangannya segera disambut

dengan serangan gencar. Peluru-peluru meriam beterbangan ke arah kapal-kapal

pasukan Kompeni Belanda, menimbulkan kerusakan dan kehancuran. Kian gencar

serangan kekuatan Kerajaan Palembang itu hingga pasukan Kompeni Belanda

memutuskan untuk mundur. Bersorak-sorailah kekuatan Kerajaan Palembang

mendapati mundurnya pasukan Kompeni Belanda yang berniat menjajah negeri


mereka. Mereka menyangka pasukan Kompeni Belanda tidak akan berani lagi

datang ke Palembang.

Perkiraan rakyat Palembang meleset, sebulan kemudian pasukan Kompeni Belanda

kembali datang. Jauh lebih banyak kekuatan pasukan mereka dibandingkan

kedatangan mereka yang pertama. Ketika itu kekuatan Kerajaan Palembang tidak

setangguh dan sesiap seperti ketika mereka menghadapi tibanya pasukan Kompeni

Belanda sebulan sebelumnya. Pasukan Kompeni Belanda dapat memporak-

porandakan kekuatan Kerajaan Palembang hingga rakyat Palembang tercerai- berai

dan berlarian untuk menyelamatkan diri.

Suhunan tetap bertahan dan terus menggelorakan semangat perlawanan. Begitu

pula dengan Putri Kembang Mustika, Putri Darah Putih, dan Putri Iran. Ketiganya

tetap berada di dekat Suhunan dan siap menangkis serangan yang mernbahayakan

jiwa penguasa Kerajaan Palembang itu.

Dongeng Cerita Rakyat Nusantara Kisah Ratu Agung

Menghadapi kekuatan pasukan Kompeni Belanda itu Putri Kembang Mustika

menunjukkan kesaktian luar biasanya. Ketika peluru-peluru meriam datang

berdesingan, ia bergerak sigap lagi gesit untuk menangkapnya. Kesaktian Putri

Kembang Mustika itu benar-benar mencengangkan dan membuat pasukan Kompeni

Belanda keheranan. Berulang-ulang peluru meriam ditembakkan, berulang-ulang

pula Putri Kembang Mustika dapat menangkapnya dengan mudah. Persediaan

peluru meriam pasukan Kompeni Belanda terus berkurang karena peluru-peluru


yang mereka tembakkan menjadi sia-sia karena ditangkap Putri Kembang Mustika.

Mereka akhirnya memilih mundur setelah peluru-peluru meriam mereka habis dan

serangan balik kekuatan Kerajaan Palembang kian deras tertuju kepada mereka.

Suhunan sangat bangga dan kagum mendapati kehebatan Putri Kembang Mustika.

Suhunan kemudian mengangkat Putri Kembang Mustika menjadi saudara Putri

Darah Putih dan menggelari Putri Kembang Mustika dengan gelar Ratu Agung.

Dua kali berniat menundukkan dan menjajah Palembang namun dua kali itu pula

mereka terpukul mundur membuat pasukan Kompeni Belanda tidak lagi berniat

menyerang Palembang.

Palembang kembali aman dan damai. Suhunan kembali memerintah dengan segala

keadilan dan kebijaksanaannya yang senantiasa mengutamakan kesejahteraan.

Sayang, tidak semua orang Palembang senang berada dalam kedamaian itu. Salah

seorang dari mereka yang tidak senang itu bahkan termasuk kerabat dekat Suhunan

sendiri, adik kandung Suhunan sendiri.

Adik kandung Suhunan berniat menjadi suhunan. Ia lantas merencanakan siasat

licik. Ia mengirimkan sepucuk surat ke Kerajaan Belanda. Disebutkannya kekuatan

Palembang waktu itu tidak lagi tangguh dan perkasa. Jika kekuatan Kerajaan

Belanda menyerang, niscaya Kerajaan Palembang akan dapat ditaklukkan. Terlebih-

Iebih, ia akan membantu memperlemah kekuatan Kerajaan Palembang dari dalam.

Untuk semua itu adik kandung Suhunan meminta imbalan dengan diangkat menjadi

Suhunan.
Kekuatan Kerajaan Belanda segera disiagakan dan diberangkatkan menuju

Palembang. Mereka telah menyiapkan siasat khusus untuk mengalahkan kekuatan

Kerajaan Palembang. Mereka telah membungkus ringgit-ringgit hingga membentuk

bulatan-bulatan seperti peluru-peluru meriam. Jika meriam ditembakkan, ringgit-

ringgit itu beterbangan. Rakyat Palembang tentu akan berebut ringgit-ringgit itu

hingga mengabaikan pertahanan mereka.

Di Palembang sendiri adik kandung Suhunan telah pula menyiapkan siasat khusus.

Dengan diam-diam ia membuang peluru-peluru meriam dan menggantinya dengan

buah-buah jeruk yang dibentuknya menyerupai peluru meriam.

Pasukan Kompeni Belanda akhirnya tiba di Palembang, Suhunan segera

menyiagakan kekuatannya untuk menghadapi dan menghalau. Meriam-meriam

disiagakan dan tak berapa lama kemudian mulai ditembakkan. Amat terperanjat

para prajurit penembak meriam ketika mendapati tembakan mereka tidak

berdampak apapun setelah mengena pada sasaran yang mereka bidik. Baru

kemudian mereka dapati kemudian jika peluru- peluru yang mereka gunakan untuk

menembak ternyata hanyalah buah-buah jeruk!

Adapun siasat yang diterapkan pasukan Kompeni Belanda berjalan sesuai rencana

mereka. Ketika buntalan-buntalan berisi ringgit-ringgit itu ditembakkan, rakyat

berebut mengambil ringgit-ringgit yang beterbangan dan berjatuhan. Rakyat menjadi

lengah dan tidak membantu para prajurit Kerajaan Palembang yang tengah

menghadapi kekuatan pasukan Kompeni Belanda. Porak-porandalah akhirnya

kekuatan Kerajaan Palembang.


Menghadapi keadaan genting tersebut Putri Kembang Mustika, Putri Darah Putih,

dan Putri Iran segera mengungsikan Suhunan.

Mundurnya Suhunan segera diikuti kerabat dan juga para prajurit Palembang. Istana

kerajaan pun akhirnya kosong ketika pasukan Kerajaan Belanda memasukinya.

Mereka hanya menemukan adik kandung Suhunan yang terlihat gembira

menyambut kedatangan mereka.

Adik kandung Suhunan menghadap Raja Belanda. Katanya, "Hamba yang telah

mengirim surat kepada Tuan. Hamba juga telah melemahkan pasukan Kerajaan

Palembang dengan mengganti peluru-peluru meriam mereka dengan buah-buah

jeruk. Bukankah serangan mereka menjadi sia-sia dan tidak berarti? Bukankah

pasukan Belanda akhirnya dapat mengalahkan kekuatan Palembang dengan

mudah? Itu semua karena jerih payah hamba, Tuan. Oleh karena itu hendaklah

Tuan mengangkat hamba menjadi Suhunan yang baru."

Raja Belanda mencibirkan bibirnya. "Engkau telah nyata-nyata mengkhianati

saudara kandung dan juga negerimu sendiri! Engkau tega hati untuk melakukannya

hanya karena keserakahan dan keinginanmu semata-mata untuk berkuasa. Maka,

jika engkau kuangkat menjadi Suhunan, niscaya engkau pun pasti akan tega hati

untuk mengkhianatiku di kemudian hari!"

Mati-matian adik kandung Suhunan memberikan janji-janjinya untuk senantiasa setia

terhadap Raja Belanda.


"Sifatmu bukan menunjukkan sifat orang yang setia. Engkau bersifat pengkhianat.

Seorang Suhunan tidak seharusnya bersifat khianat seperti dirimu itu!" jawab Raja

Belanda.

Alangkah kecewanya adik kandung Suhunan mendengar jawaban Raja Belanda.

Sama sekali ia tidak menduga mendapat jawaban seperti itu dari Raja Belanda.

Musnahlah harapannya untuk menjadi Suhunan. Ia terjepit dan merasa sama sekali

tidak berdaya. Terlebih-lebih ketika Raja Belanda memerintahkan prajuritnya untuk

menangkap dirinya!

Adik kandung Suhunan yang mengkhianati kakak kandung dan juga negerinya itu

pun akhirnya menemui kematiannya setelah dilaksanakan hukuman pancung pada

dirinya.

Sementara Ratu Agung sendiri kembali ke kampung halamannya di daerah

Sukadana setelah Suhunan memberinya izin. Warga Sukadana sangat menghormati

sosok perempuan pemberani lagi sakti itu. Ratu Agung terus menetap di kampung

halamannya itu hingga akhirnya menutup mata. Kepergiannya diratapi orang-orang

yang mengetahui sepak terjangnya yang gagah berani ketika membela Palembang

dari serangan pasukan Kompeni Belanda.

Pesan moral dari dongeng cerita rakyat nusantara : kisah ratu agung adalah bersifat khianat

seharusnya kita hindari karena akan merugikan diri kita sendiri di kemudian hari. Nama

seorang pengkhianat akan dikenang buruk selama-lamanya. Nama pahlawan akan dikenang

balk selama lamanya

Anda mungkin juga menyukai