Anda di halaman 1dari 12

STUDI ANALISA PENELUSURAN BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN

BENDUNGAN JATIGEDE KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT

JURNAL ILMIAH

TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PERENCANAAN TEKNIK


BANGUNAN AIR

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

MOCHAMMAD IMAM ABDURRACHMAN


NIM. 0910643023

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2016
STUDI ANALISA PENELUSURAN BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN
BENDUNGAN JATIGEDE KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT

Mochammad Imam Abdurrachman1, Runi Asmaranto2, Anggara W.W.S.2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
Jalan M.T. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
email : imamimeem@gmail.com

Abstrak
Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung meliputi wilayah seluas 7.711 km,
terletak di Provinsi Jawa Barat : Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Cirebon,
Indramayu, Kuningan dan Kota Cirebon, dan di Provinsi Jateng : Kabupaten Brebes.
Intrusi air laut menyebabkan sulitnya memperoleh air baku di wilayah Pantura Cirebon
Indramayu. Sehingga, terjadilah krisis ketersediaan air baku untuk keperluan domestik,
perkotaan, dan industri. Oleh karena itu, pembangunan Bendungan Jatigede menjadi
prioritas utama. Sebuah bendungan yang menghasilkan sebuah tampungan air raksasa
(waduk) berfungsi sebagai penangkap air pada musim hujan dan menyimpannya di musim
kemarau diwaktu air sungai mengalir dalam debit yang kecil untuk keperluan irigasi, air
minum, industri atau yang lainnya. Volume tampungan Bendungan Jatigede sebesar 980 x
106 m3 berada pada elevasi +265,00 m. Dengan memiliki daya tampung tersebut, air sungai
yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir kedalam
sungai lagi sesuai dengan kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan.
Penelitian ini menitik beratkan mengenai dampak yang ditimbulkan akibat
keruntuhan Bendungan Jatigede. Sedangkan hasil analisis ini meliputi perhitungan
kecepatan aliran banjir, tinggi genangan maksimum banjir dan area yang terdampak akibat
keruntuhan Bendungan Jatigede, serta pengklasifikasian daerah tergenang berdasarkan
tinggi genangan yang terjadi pada daerah tersebut dan jumlah penduduk (KK) tiap
kecamatan. Tujuan penulisan ini adalah agar diperoleh hasil analisis berupa peta genangan
banjir akibat runtuhnya bendungan Jatigede, yang akan digunakan untuk untuk menyusun
peta bencana banjir Bendungan Jatigede, dan aspek lainnya yang akan dipakai sebagai
sarana pendukung dalam penyusunan Panduan Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan
Jatigede.
Berdasarkan hasil hasil running steady flow HEC RAS, kecepatan aliran banjir
rata-rata akibat keruntuhan Bendungan Jatigede sebesar 6,552 m/dt. Ketinggian
maksimum banjir berada di STA 61 = 13,77 m. Sedangkan tinggi genangan rata-rata
yakni 3,08 m. Dengan debit Q PMF sebesar 11000 m/dt, keruntuhan Bendungan Jatigede
menimbulkan genangan yang sangat luas hingga Laut Jawa dengan total luas genangan
sebesar 1151,38 km, meliputi 43 kecamatan dari 4 kabupaten yakni Kab. Sumedang, Kab.
Majalengka, Kab. Indramayu dan Kab. Cirebon. Menurut klasifikasi bencana berdasarkan
tinggi genangan untuk daerah hilir Bendungan Jatigede termasuk daerah bahaya tingkat 3
(tinggi genangan >2m). Sedangkan menurut klasifikasi berdasarkan jumlah jiwa (KK)
daerah hilir Bendungan Jatigede termasuk daerah dengan tingkat resiko 3 (menengah).
Total penduduk terkena resiko untuk kasus keruntuhan Bendungan Jatigede sebanyak
2.251.172 jiwa atau 442.314 KK.

Kata kunci : Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung. Keruntuhan Bendungan Jatigede


STUDY ANALYSIS OF FLOOD ROUTING DUE TO DAMBREAK OF JATIGEDE
DAM SUMEDANG DISTRICT WEST JAVA

Mochammad Imam Abdurrachman1, Runi Asmaranto2, Anggara W.W.S.2


1
Student at Department of Water Resourcess Engineering University of Brawijaya
Malang
2
Academic Supervisor at Department of Water Resourcess Engineering University
of Brawijaya Malang
email : imamimeem@gmail.com

Abstract
Cimanuk - Cisanggarung River Region covering an area of 7711 km, located in
the province of West Java: Garut, Sumedang, Majalengka, Cirebon, Indramayu, Kuningan
and Cirebon, and in the province of Central Java: Brebes. Sea water intrusion causing
difficulty of obtaining raw water in the northern coast of Cirebon Indramayu. Thus, there
was a crisis of availability of water for domestic, urban and industrial. Therefore,
construction of Dams Jatigede a top priority. A dam that produces a giant water storage
(reservoir) to function as water catchments in the rainy season and store it in the dry
season at a time when the river flows into a small discharge for irrigation, drinking water,
industrial or otherwise. Volume Jatigede dam reservoirs of 980 x 106 m3 located at an
elevation of +265.00 m. By having such capacity, the river water that exceed the needs can
be stored in reservoirs and released a new drain into the river again in accordance with the
needs of only the time required.
This study focuses on the impact caused by the collapse of the dam Jatigede. While
the results of this analysis includes the calculation of the flow velocity of flooding, the
maximum water level and flood-affected areas as a result of the collapse of the dam
Jatigede, as well as the classification of the area inundated by the water level that occurred
in the area and population (KK) each district. The objective is to obtain the results of the
analysis in the form of a map of inundation due to the collapse of the dam Jatigede, which
will be used for to construct a map of the flood dam Jatigede, and other aspects that will be
used as a means of support in the preparation of Free Action Plan Emergency (RTD) Dam
Jatigede.
Based on the results of the results of running steady flow HEC RAS, the speed of
the flood flow on average due to the collapse of the dam Jatigede of 6.552 m / dt. The
maximum height of the flood were on the STA 61 = 13.77 m. Meanwhile, the average
water level that is 3.08 m. With Q PMF discharge of 11,000 m / dt, Jatigede Dam collapse
pose a very wide pool of up to the Java Sea with a total area of 1151.38 km puddle,
covering 43 districts of four districts, Kab. Sumedang, Kab. Majalengka, Kab. Indramayu
and Kab. Cirebon. According to the classification based on high inundation disaster for the
area downstream dam Jatigede including the danger level 3 (high inundation> 2m).
Meanwhile, according to the classification based on the number of people (families)
Jatigede Dam downstream areas including areas with risk level 3 (medium). The total
population at risk in the case of the collapse of the dam Jatigede many as 2,251,172 people
or 442 314 households.

Keywords : Cimanuk- Cisanggarung River Region. Dambreak of Jatigede DAM


PENDAHULUAN analisis tentang keruntuhan suatu
Manusia tidak bisa terlepas dari air bendungan menjadi suatu yang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diperlukan. Dengan analisis tersebut
misalnya untuk air domestik, irigasi, maka dapat diketahui resiko bencana
pembangkit listrik, dan sebagainya. pada wilayah-wilayah yang terkena
Kebutuhan air semakin meningkat dampak bencana.
sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk, sedangkan persediaan air di RUMUSAN MASALAH
bumi adalah tetap. Dalam siklus Dengan memperhatikan latar
hidrologi perubahan air hanya terjadi belakang yang telah disebutkan di atas,
pada wujudnya saja. Fakta menunjukkan maka rumusan masalah pada penelitian
bahwa sirkulasi air tidak merata karena tersebut adalah :
dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, 1. Berapa cepat rambat aliran banjir
sehingga ada perbedaan dari tahun ke akibat keruntuhan Bendungan
tahun dan dari musim ke musim. Jatigede?
Salah satu usaha untuk mengatasi 2. Berapa tinggi genangan maksimum
masalah-masalah tersebut adalah dengan akibat keruntuhan Bendungan
membangun bendungan. Sebuah Jatigede?
bendungan yang menghasilkan sebuah 3. Bagaimana peta genangan banjir
tampungan air raksasa (waduk) berfungsi akibat runtuhnya bendungan
sebagai penangkap air pada musim hujan Jatigede?
dan menyimpannya di musim kemarau 4. Bagaimana klasifikasi daerah
diwaktu air sungai mengalir dalam debit bahaya dan tingkat resiko bencana
yang kecil untuk keperluan irigasi, air akibat keruntuhan Bendungan
minum, industri atau yang lainnya. Jatigede?
Dengan memiliki daya tampung tersebut
sejumlah besar air sungai yang melebihi METODOLOGI PENELITIAN
kebutuhan dapat disimpan dalam waduk Umum
dan baru dilepas mengalir kedalam Data hidrologi adalah kumpulan
sungai lagi sesuai dengan kebutuhan saja keterangan atau fakta mengenai
pada waktu yang diperlukan. phenomena hidrologi (hydrologic
Bendungan selain dapat berperan phenomena), seperti besarnya : curah
sebagai faktor yang dapat meningkatkan hujan, temperatur, penguapan, lamanya
kemampuan (capacity) dalam penyinaran matahari, kecepatan angin,
menurunkan resiko terhadap bencana, debit sungai, tinggi muka air sungai,
bendungan dapat pula menjadi sebuah kecepatan aliran, kosentrasi sedimen
faktor ancaman bencana (hazard) baru. sungai akan selalu berubah terhadap waktu
Bencana banjir besar dapat menjadi (Soewarno,1995). Data hidrologi dianalisis
untuk membuat keputusan mengenai
sebuah bencana baru bila sebuah
phenomena hidrologi berdasarkan sebagian
bendungan mengalami keruntuhan. Air
data hidrologi yang dikumpulkan.
yang tertampung oleh bendungan akan
mengalir menuju hilir bendungan dengan
karateristik debit yang sangat besar serta Analisa Frekuensi
kecepatan yang tinggi. Bila kapasitas Tujuan analisis frekuensi data
tampung alur sungai tidak mampu hidrologi adalah berkaitan dengan
menampung aliran maka air akan meluap besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang
ke arah kanan dan kiri dari alur sungai berkaitan dengan frekuensi kejadiannya
dan dapat menggenangi daerah hilir melalui penerapan distribusi
bendungan yang umumnya padat kemungkinan. Data hidrologi yang
penduduk. Dari uraian diatas, maka dianalisis diasumsikan tidak bergantung
(independent) dan terdistribusi secara Uji Kesesuaian Distribusi
acak dan bersifat stokastik. Untuk mendapatkan suatu distribusi
frekuensi yang sesuai dengan data yang
Distribusi Log Pearson Type III tersedia perlu dikaji terlebih dahulu
Terdapat 12 buah distribusi Pearson, ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu :
tapi hanya distribusi Log Pearson Type
III yang dipakai dalam analisis hidrologi. 1. Dihitung parameter-parameter
Parameter statistik yang diperlukan statistik Cs, Ck dan Cv, untuk
ada 3, yaitu : menentukan macam analisis
1. Harga rata-rata (mean) frekuensi yang dipakai.
2. Penyimpangan baku (Standard 2. Koefisien skewness (Cs) atau ukuran
Deviation) ketidaksimetrisan dihitung dengan
3. Koefisien kepencengan persamaan :
(skewness)
Cs =
n. X - X 3 ( (6)
)
Persamaan yang digunakan :
n
(n - 1) (n - 2 ) . S3
Log x 1 3. Koefisien kurtosis (Ck) atau ukuran
Log x =
i =1
(1) ketajaman dihitung dengan
n persamaan :
n

( Log X 1 - Log X ) 2 Ck =
(
n3 . X - X 4 )
Cs =
i =1
3
(2) ( n - 1 ) ( n - 2 )( n - 3 ). S 4 (7)
(n - 1) * (n - 2) * ( S1 ) i 4. Koefisien variasi (coefficient of
S1 variation, Cv), merupakan variasi
Cv = (3) relatif dari variabel terhadap nilai
Log x
rata-rata aljabar.
n

( Log x - Log x )
i =1
1
2
Cv =
S
(8)
S = (4) X
n -1 dimana :
Log X t = Log x + k S (5) n = jumlah data
X = rerata data hujan (mm)
dimana : S = simpangan baku (standar
deviasi)
LogX = rata-rata nilai logaritma data X X = data hujan (mm)
hasil pengamatan Pemilihan terhadap distribusi
frekuensi yang mendekati syarat berikut
Cs = koefisien kepencengan
ini :
(skewness) (dalam log)
Distribusi Normal, dengan syarat
N = jumlah data tahun pengamatan
: Cs = 0 dan Ck = 3
S = simpangan baku (dalam log)
Distribusi Log Normal 2
Cv = koefisien variasi
Parameter, dengan syarat :
K = faktor penyimpangan yang 3Cv + Cv3 = 0 dan Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4
digunakan untuk distribusi Log + 16Cv2 + 3 = Ck
Pearson Type III Distribusi Gumbel Type I, dengan
syarat :
Cs = 1,139 dan Ck = 5,402
Distribusi Log Pearson Type III,
dengan syarat :
1,5 Cs2 + 3 = Ck dan Cs = 0
Uji Chi Kuadrat tidak mengalami perubahan. Upaya ini
Uji ini mengkaji ukuran digunakan untuk menghitung debit
perbedaan yang terdapat di antara sungai. Prinsip-prinsip hidrograf satuan
frekuensi yang diamati/dihitung dengan bisa diterapkan untuk menaksir banjir
yang diharapkan/teoritis dan digunakan rancangan (dalam hal ini diperlukan data
untuk menguji simpangan secara vertikal, hujan yang panjang). (Limantara, 2009:
yang ditentukan dengan persamaan : 30)
k ((O - Ej ) 2 ) Analisa debit rencana pada studi
c 2
hitung =
j =1
j

Ej (9)
ini menggunakan hidrograf satuan
berdasar HSS Nakayasu dapat
dengan : dirumuskan sebagai berikut (CD
c2 hitung
= uji statistik Soemarto, 1995: 100):
Ej = nilai X pengamatan CA . R o
(observed frequency) Qp = (11)
3,6 (0,3Tp + T 0,3 )
Oj = nilai X yang diharapkan
(expected frequency) dengan:
Qp = Debit puncak banjir (m3/detik)
Uji Smirnov Kolmogorov Ro = Hujan satuan (mm)
Uji kesesuaian ini digunakan Tp = Tenggang waktu dari mulai
untuk menguji simpangan secara hujan sampai puncak (jam)
horisontal. Uji ini dilakukan dengan T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh
menghitung perbedaan probabilita penurunan debit, dari debit
empiris dengan teoritis dengan tingkat puncak sampai mejadi 30% dari
kepercayaan tertentu, yang hasilnya debit puncaknya (jam).
dibandingkan dengan cr,. Hitung nilai CA = Luas daerah aliran sungai (km2)
selisih maksimum antara distribusi
teoritis dan distribusi empiris dengan Gambar 1 : Unit Hidrograf Satuan Sintetik
persamaan :

maks = Pe (x ) - Pt (x ) (10)

dengan :
maks = selisih antara probabilitas
empiris dan teoritis
Pe (x) = probabilitas empiris Nakayasu
Pt (x) = probabilitas teoritis (Sumber: C.D. Soemarto, 1987: 168)
dengan ketentuan jika :
cr>maks maka distribusi tidak Bagian lengkung naik (rising limb)
diterima hidrograf satuan mempunyai persamaan:
cr<maks maka distribusi diterima 2,4

t
Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Qa = Qp . (12)
T
Hidrograf satuan adalah hidrograf p
limpasan langsung yang dihasilkan oleh dengan:
hujan efektif merata di DAS dengan
Qa = Limpasan sebelum mencapai debit
intensitas tetap (diambil 1 mm/jam)
puncak (m3/det)
dalam satu satuan waktu yang ditetapkan
t = Waktu (jam)
(diambil 1 jam). Hidrograf satuan ini
dianggap tetap selama faktor fisik DAS
Sedangkan pada kurva turun HASIL DAN PEMBAHASAN
(recession line) hidrograf satuan Data hujan diperoleh dari Buku
mempunyai persamaan: Laporan Hidrologi Jatigede berupa data
hujan harian maksimum tahunan. Data
Tp < t < (Tp + T0,3) hujan harian maksimum tahunan.
Tabel. 1 Data hujan harian maksimum
t - Tp
tahunan
T0, 3
Qt = Qp . 0,30 CH Harian Maksimum
(13) No Tahun
Tahunan (mm)
(Tp + T0,3) < t < (Tp + T0,3 +1,5 T0,3) 1 1990 29.74
t -Tp + 0,5 T0,3 2 1991 61.42

1,5 T0,3 3 1992 50.43
Qt = Qp . 0,30 (14)
4 1993 32.33
t > (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
5 1994 36.21
t -Tp + 0,5 T0,3
6 1995 50.43
2 T0, 3
Qt = Qp . 0,30 (15) 7 1996 50.43
8 1997 21.98
9 1998 32.97
DESKRIPSI WILAYAH STUDI
Lokasi Pembangunan Waduk 10 1999 29.09
Jatigede yang terletak di kampung 11 2000 48.49
Jatigede Kulon, Desa Cijeungjing, 12 2001 95.04
Kecamatan Jatigede, Kabupaten 13 2002 95.69
Sumedang. Secara geografis berada pada 14 2003 94.39
posisi : 060 07 50 - 060 57 00 LS, 15 2004 93.75
dan 1070 03 20 - 1080 0811 BT. 16 2005 86.63
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat
17 2006 73.06
dilakukan dengan menggunakan jalan
18 2007 53.66
raya Sumedang - Cirebon, di Kecamatan
Tolengas ( km 25) berbelok kanan ke 19 2008 63.36
arah Kecamatan Jatigede yang berjarak 20 2009 45.9
15 km. 21 2010 64.65
Sumber : Laporan Hidrologi Jatigede

Data hidrologi berupa data curah


hujan daerah maksimum tahunan yang
telah dihitung sebelumnya akan
digunakan untuk memperkirakan
bersarnya debit banjir rancangan Sungai
Cimanuk. Penentuan curah hujan
rancangan dengan periode ulang tertentu
dihitung dengan menggunakan analisa
Gambar 2 : Peta Lokasi Studi Penulis frekuensi dalam hal ini dengan
(Sumber : Anonim. 2008) menggunakan metode Log Pearson Type
III.
Tabel. 2 Perhitungan Curah Hujan
Rancangan Koefisien Pengaliran
Tr P (%) G Log X X rancangan Koefisien Pengaliran (C) adalah
2 50 0.136 1.748 55.971 perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di suatu daerah akibat turunnya
5 20 0.855 1.886 76.913
hujan dengan jumlah air hujan yang turun
10 10 1.161 1.945 88.033
di daerah tersebut. Nilai koefisien
25 4 0.696 1.855 71.668 pengaliran dipengaruhi oleh kondisi
50 2 1.591 2.027 106.463 daerah pengaliran tersebut.
100 1 1.714 2.051 112.402 Karena Bendungan Jatigede
1000 0.1 1.927 2.092 123.497 terletak di daerah perbukitan, maka
Sumber : Hasil Perhitungan berdasarkan dari Tabel koefisien
pengaliran Mononobe (run-off coeffisien)
Uji Kesesuaian Distribusi ditentukan sebesar 0,8.
1. Uji Smirnov Kolmogorov
Untuk menguji diterima atau Hidrograf Satuan Sintetis Metode
tidaknya distribusi, maka dilakukan Nakayasu
pengujian simpangan horizontal yakni uji
Smirnov Kolmogorov. Dengan pertimbangan di lokasi
Dari perhitungan yang telah daerah studi tidak terdapat stasiun duga
tinggi air otomatis (Automatic Water
dilakukan, diperoleh nilai DP max = 8,402
Level Recorder, AWLR), maka
%. Untuk a = 5 % dan n = 21, pada tabel
perhitungan hidrograf satuan dihitung
nilai kritis untuk uji Smirnov
secara teoritis dengan rumus hidrograf
Kolmogorov (Tabel 2.2) diperoleh DP cr satuan sintetik Nakayasu seperti dibawah
= 0,119 = 11,91 %. Karena DP max < ini.
DP cr, maka uji distribusi Smirnov
Kolmogorov diterima.

2. Uji Distribusi Chi-Square


Selanjutnya setelah dilakukan uji
simpangan horizontal, dilakukan juga
pengujian simpangan vertikal, yakni Chi
Square ( c ). Uji Chi Square
2

dimaksudkan untuk menentukan apakah


persamaan distribusi peluang yang telah
dipilih dapat mewakili dari distribusi Gambar 3 : Peta DAS Jatigede
statistik sampel data yang dianalisis. (Sumber : Anonim. 2008)
Pengambilan keputusan uji ini
Luas DAS (A) = 1460 km2
menggunakan parameter c .
2
Panjang Sungai (L) = 101.45 km
Dari perhitungan yang telah Rumus Penunjang
dilakukan, diperoleh nilai X2 hitung = Tg (waktu konsentrasi hujan)
2,571. Untuk a = 5 % dan DK = 2, pada (untuk L > 15 km)
tabel nilai kritis untuk uji Chi-Square = 0.40 + 0.058 L
yang disajikan pada Tabel 2.3. diperoleh (untuk L < 15 km)
X2 cr = 5,990. Karena X2 hitung < X2 cr, = 0.21 L0.70
maka uji distirbusi Chi Square diterima Tg = 6.284 jam
= 6 jam
Tr = (0.5 - 1) Tg = 3 jam
empiris = 1.5
teoritis = 1/Tg x 0.47 (A.L)0.25 Tabel 3 Rekapitulasi Perhitungan
= 1.467 ~ 1,5 Debit Banjir Rancangan
Tp = Tg + 0.80 tr = 8,8 jam Tr Q (m3/det)
T0.3 = Tg 2 1,535
= 9.22 jam = 9 jam 5 2,107
1 Ro
Qp = C x xAx 10 2,411
3,6 (0,3 Tp + T0,3 ) 25 1,964
= 34,196 m3/dt 50 2,915
100 3,078
Penentuan Ordinat Hidrograf
1000 3,381
Satuan
PMF 10,668
2,4
Qa = Qp . (t/Tp)
~ Untuk t = 0 < t < 8.80 Debit Aliran Dasar (Base flow)
Qd1 = Qp . 0,3(t/Tp)/T0,3 Dengan pertimbangan bahwa di
~ Untuk t = 8.80 < t < 18.02 lokasi studi tidak tersedia data debit
Qd2 = Qp . 0,3((t/Tp)+0,5. T0,3)/1,5.T0,3 pengamatan untuk mengetahui debit
~ Untuk t = 18.02 < t < 31.85 aliran dasar, maka perhitungan debit
Qd3 = Qp . 0,3((t/Tp)+1,5. T0,3)/2.T0,3 aliran dasar (base flow) diperkirakan
~ Untuk t = t > 31.85 dengan pendekatan variabel masukan
luas DAS dan kerapatan jaringan sungai.
Berikut merupakan tahapan perhitungan
debit aliran dasar (base flow) dengan data
:

Luas DAS (A) = 1460 km2


Panjang orde sungai = 101,450 km

Perhitungan kerapatan jaringan sungai :


Panjang Total Orde Sungai
D=
A
Gambar 4 : Unit Hidrograf Satuan 101,450
= = 0.069
Sintetik Nakayasu (Hasil Hitungan) 1460
(Sumber : Anonim. 2008) Perhitungan debit aliran dasar :
QB = 0.4751 x A0.6444 x D0.9430
= 0.4751 x 1460 0.6444 x
0.9430
0.069
QB = 4,177 m3/dt

Analisa Keruntuhan Bendungan


Dalam berbagai kasus kegagalan
sebuah bendungan. Pada umumnya,
kegagalan bendungan disebabkan oleh
tiga faktor, yaitu :
1. Melimpasnya air waduk melalui
Gambar 5 : Hidrograf Debit Banjir crest dam (overtopping)
Metode Nakayasu (Hasil Hitungan) 2. Erosi buluh (piping)
(Sumber : Anonim. 2008) 3. Gempa bumi (earthquake)
Dari ketiga faktor tersebut, potensi alur sungai Cimanuk sehingga dapat
kegagalan bendungan lebih banyak menjalankan pengolahan geometri
disebabkan karena piping dan sungai.
overtopping. Karena dalam penelitian ini 2. Pengolahan geometri sungai
penulis menggunakan aliran seragam Proses pengolahan geometri
(Steady Flow Analysis), maka simulasi sungai menggunakan software
diasumsikan karena overtopping. ArcGIS. Pada dasarnya pengolahan
geometri sungai ini adalah proses
Input Data digitasi alur sungai yang telah tampak
Dalam menjalankan simulasi dari proses sebelumnya. Proses
Jatigede dambreak penulis menggunakan digitasi yang dimaksud antara lain
bantuan software HEC-RAS, HEC- untuk menentukan :
GeoRAS yang terintegrasi dengan 1. Centerline sungai (layout)
software ArcGIS. 2. Bantaran kiri dan kanan
Data masukan atau input data (riverbanks)
yang diperlukan ketiga software tersebut 3. Potongan melintang sungai (river
untuk melakukan simulasi dambreak, XS)
antara lain : Dikarenakan peta DEM yang
1. Peta diperoleh hanya mempunyai tingkat
Data peta yang digunakan di dalam ketelitian 90x90 pixel, sehingga alur
simulasi Jatigede dambreak ini terdapat Sungai Cimanuk tidak begitu
dua jenis, antara lain : nampak, maka proses digitasi alur
DEM sungai dilakukan dengan
Peta RBI mengoverlay peta Sungai Cimanuk
2. Potongan memanjang dan format .dxf ke dalam Peta DEM
melintang sungai. Terkait keterbatasan tersebut, sehingga mempermudah
data dan informasi yang diperoleh, maka proses digitasi.
data cross section diinterpretasikan dari
peta RBI Bakosurtanal dengan skala
1:25000. Peta RBI Bakosurtanal
memiliki keterbatasan kontur yaitu atas
hilir yang dapat disimulasi hanya sampai
50 km dari bendungan. Hal ini
disebabkan karena setelah 50km, kontur
sungai berada pada elevasi yang sama
(datar).

Gambar 6 : Pembuatan XS Cutlines


Analisis Simulasi Banjir
(Sumber : Perhitungan)
Analisis simulasi banjir perlu
dilakukan dengan teliti agar didapat hasil
3. Proses running simulasi
yang dapat mewakili kondisi dilapangan.
Setelah semua proses pengolahan
Pada dasarnya terdapat tiga tahapan
awal yakni proses pengolahan DEM
dalam pelaksanaan pemodelan ini, antara
dan pengolahan geometri sungai,
lain :
selanjutnya adalah proses running
1. Pengolahan DEM
simulasi. running simulasi
Proses pengolahan DEM
menggunakan aliran seragam atau
dilaksanakan menggunakan software
Steady Flow. Beberapa tahapan yang
ArcGIS. Tujuan dari pengolahan
perlu dilakukan pada saat proses ini
DEM ini adalah untuk
antara lain :
mempermudah dalam menentukan
1. Memasukkan data geometri PB3 Plan: Plan 02
RS = 57
9/10/2015

sungai 300
.035 .
0
.035
Legend
2. Memasukkan nilai koefisien 280
3
EG PF 1

Manning WS PF 1

Elevation (m)
260

3. Memasukkan data Q PMF 240


Crit PF 1

Ground
4. Proses Running 220 Bank Sta

200

Output Data Running HEC RAS 180


0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Dari hasil running program HEC Station (m)

RAS dapat diketahui bahwa kapasitas Gambar 7 : Detailed Cross Section


sungai tidak mampu untuk menampung (Sumber : Perhitungan)
debit PMF. Data keluaran yang bisa PB3 Plan: Plan 02 9/10/2015

diperoleh dari hasil simulasi keruntuhan 200


Cimanuk Cimanuk River
Legend

EG PF 1

Bendungan Jatigede, antara lain :


WS PF 1
Crit PF 1
Ground

1. Cross Section (Tampang Lintang) 150

Jumlah cross section pada

Elevation (m)
simulasi ini yaitu sebanyak 57 patok.
100

Panjang bentang cross section dibuat


panjang bertujuan untuk mengetahui
50

batas limpasan maksimum yang terjadi


akibat keruntuhan Bendungan Jatigede.
0
0 20 40 60 80 100 120
Main Channel Distance (km)

2. Water Surface Profiles (Profil Muka Gambar 7 : Detailed Long Section


Air) (Sumber : Perhitungan)
Panjang sungai untuk simulasi PB3 Plan: Plan 02 9/10/2015
yakni 123 km. tetapi karena peta RBI Legend

Bakosurtanal memiliki keterbatasan


57
45 WS PF 1
38
kontur yaitu hilir yang dapat disimulasi Ground
33
29 Bank Sta

hanya sampai 50 km dari bendungan. 25


22

Hal ini disebabkan karena setelah


19
15
12 5 2
50km, kontur sungai berada pada 7

elevasi yang sama (datar) sehingga pada


patok 24 sampai patok 0 elevasi tanah
lebih rendah daripada elevasi muka air
banjir. Gambar 8 : Detailed XYZ Profile
3. XYZ Perspective Plots (Profil 3 (Sumber : Perhitungan)
Dimensi)
Profil 3 dimensi ini merupakan KESIMPULAN DAN SARAN
tampilan layout sungai cimanuk beserta Kesimpulan
semua tampang lintang dari hulu Berdasarkan hasil analisa simulasi
(upstream) sampai hilir disertai dengan banjir akibat keruntuhan Bendungan
genangan banjir. Jatigede, maka dapat ditarik kesimpulan
4. Detailed Output Tables (Detail Tabel sebagai berikut.
Output) 1. Kecepatan aliran banjir akibat
Pada tabel ini kita dapat melihat keruntuhan Bendungan Jatigede.
elevasi muka air banjir, elevasi dasar Berdasarkan hasil running steady
sungai, kecepatan banjir, kemiringan flow HEC RAS, kecepatan aliran
dasar saluran pada setiap patok yang banjir rata-rata akibat keruntuhan
telah kita buat sebelumnya. Bendungan Jatigede sebesar 5,58
m/s.
5. Tinggi genangan maksimum akibat Waspada, Siaga dan Awas Bencana,
keruntuhan Bendungan Jatigede. walaupun bendungan tidak mengalami
Berdasarkan hasil running steady keruntuhan.
flow HEC RAS, ketinggian
maksimum banjir berada di STA 52 DAFTAR PUSTAKA
= 18,74 m. Sedangkan tinggi Anonim. 2009. Panduan Pengawasan
genangan rata-rata yakni 3,08 m. Pekerjaan Proyek
Aliran banjir yang mengalir ke arah Pembangunan Bendungan
hilir mengalami penurunan elevasi Jatigede, Jawa Barat.
muka air karena elevasi sungai Anonim. 2008. Laporan Hidrologi
mengalami penurunan yang cukup Pekerjaan Proyek Pembangunan
drastis sedangkan kecepatan banjir Bendungan Jatigede, Jawa
meningkat. Barat.
6. Daerah tergenang akibat keruntuhan Anonim,2010.Guidelines for Dambreach
Bendungan Jatigede. Analysis.pdf
Keruntuhan Bendungan Jatigede Anonim, 2010.DAK_2Jabar.pdf
menimbulkan genangan yang sangat Dirjen Sumber Daya Air. 2010, Laporan
luas hingga Laut Jawa dengan total Penunjang Perhitungan DBA
luas genangan sebesar 1151,38 km, dan Klasifikasi Hazard,
meliputi 43 kecamatan dari 4 Penyusunan Rencana Tindak
kabupaten yakni Kab. Sumedang, Darurat (Emergency Action
Kab. Majalengka, Kab. Indramayu Plan) Bendungan Tempuran.
dan Kab. Cirebon. Kementrian Pekerjaan Umum.
7. Klasifikasi daerah tergenang akibat Jakarta.
keruntuhan Bendungan Jatigede. Hydrologic Engineering Center. 2010.
Menurut klasifikasi bencana HEC-RAS River Analysis
berdasarkan tinggi genangan untuk System. Applications Guide,
daerah hilir Bendungan Jatigede Version 4.1. January 2010. U. S.
termasuk daerah bahaya tingkat 3 Army Cormps of Engineers.
(tinggi genangan >2m). Sedangkan Davis. CA.
menurut klasifikasi berdasarkan Hydrologic Engineering Center, 2010,
jumlah jiwa (KK) daerah hilir HEC-RAS River Analysis
Bendungan Jatigede termasuk daerah System, Hydraulic Reference
dengan tingkat resiko 3 (menengah). Manual, Version 4.1, January
Total penduduk terkena resiko untuk 2010, U. S. Army Cormps of
kasus keruntuhan Bendungan Engineers, Davis, CA.
Jatigede sebanyak 2.251.172 jiwa Limantara, Lily Montarcih Dr. Ir. M.Sc.
atau 442.314 KK. 2009. Hidrologi Praktis,
Bandung.
Saran Soemarto CD, B.I.E. Dipl. He. 2008.
Direkomendasikan untuk penelitian Hidrologi Teknik. Surabaya.
lebih lanjut, sebaiknya input data
terutama data peta topografi harus
menggunakan peta dengan ketelitian
hingga 1m untuk hasil yang lebih akurat.
Sedangkan untuk keperluan
penetapan wilayah terdampak sebaiknya
dilakukan kajian terhadap kapasitas
aliran sungai di sepanjang hilir waduk
sehubungan dengan penetapan Status

Anda mungkin juga menyukai