Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
5. Olahraga
Terdapat banyak keuntungan yang didapat dari berolahraga secara teratur.
Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa olahraga berat jangka panjang dapat
2. Pemeriksaan Mikroskopik
a. Aglutinasi sperma: Pemeriksaan ini dimulai dengan hapusan tebal dengan
meletakkan semen pada slide yang ditutup oleh cover slip dan diamati pada
pembesaran 1000x. Melalui metode ini, aglutinasi sperma, keberadaan sperma dan
motilitas subjektif sperma dapat diamati. Dalam keadaan normal tidak ditemukan
adanya aglutinasi dan jumlah leukosit 1 juta/mL serta tidak ditemukan adanya
immature germ cell. Adanya adhesi sperma ke elemen non spema
mengindikasikan adanya infeksi kelenjar aksesoris, adanya adhesi sperma-sperma
mengindikasikan adanya antibodi antisperma sekunder .
b. Jumlah dan konsentrasi: Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi
pengenceran cairan semen. Jumlah sperma normal 20 juta sperma per mL.
Bila jumlahnya < 20 juta sperma/mL maka disebut sebagai oligospermia.
Gambar 2.1 Struktur Morfologi Sperma Normal ( Guyton dan Hall, 2007)
Kepala
Bentuk Oval Oval, pinggiran halus
Akrosom 40%-70% dari permukaan 40%-70% dari permukaan kepala
kepala
Ukuran Panjang 4-5, 5 mm, lebar Panjang 3-5mm
2, 5-3, 5 mm, P/l 1,5-1,72 Lebar 2-3 mm
Vakuola <20% area kepala 1/4 area kepala
Bagian tengah
Bentuk Lurus regular, melengkung Kurus, lurus regular, melengkung
aksial aksial
Ukuran <1/3 area kepala Lebar < 1mm, panjang 1,5 x
kepala
<1/3 area kepala <1/3 area kepala
Droplet sitoplasma
Ekor
Tampilan Lebar Kurus , tidak melengkung Bentuk sama, tidak melengkung,
lebih kurus dari bagian tengahnya
Panjang >45 mm 10 x kepala
e. Viabilitas: Standar nilai viabilitas normal dalah 58%. Bila sperma yang motil
ditemukan kurang dari 58% sperma yang viabel, maka kemungkinan motilitas
sperma akan menurun karena terdapat sperma yang mati (nekrospermia). Perlu
dilakukan pemeriksaan viabilitas pada analisa sperma ini (WHO, 2010).
f. Sel non sperma: sel germinal yang immatur, sel epitel dan leukosit. Leukosit
merupakan elemen sel non sperma yang sangat signifikan dan sering dijumpai
pada pasien dengan infertilitas. WHO menyatakan bahwa bila level leukosit diatas
1 x 106 WBC/mL maka disebut dengan leukositospermia. Nilai normalnya adalah
1juta/mL (Wein et al., 2012).
Warna : putih
Berat jenis spesifik : 1,028
pH : 7,35-750
Hitung sperma : Rerata sekitar 100 juta/mL, dengan bentuk abnormal kurang dari 20%
Komponen lain:
Fruktosa (1,5-6,5 mg/ml)
Dari vesikula seminalis
Fosforilkolin, ergotionein
Asam askorbat, flavin , prostaglandin (membentuk 60% volume total)
Spermin
Asam sitrat
Dari prostat
Kolesterol, fosfolipid
Fibrinolisin, fibrogenase (membentuk 20 % volume total)
Seng
Fosfatase asam
Fosfat Dapar
Bikarbonat
Hialuronidase
2.3. Leukosit
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan imun tubuh.
Imunitas adalah kemampuan tubuh menahan atau menyingkirkan benda asing
yang berpotensi merugikan atau sel yang abnormal. Leukosit dan turunan-
turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma, membentuk sistem imun,
suatu sistem pertahanan internal yang mengenali dan menghancurkan atau
menetralkan benda-benda dalam tubuh yang asing bagi diri normal (Sherwood,
2012).
Leukosit ini sebagian besar diproduksi di sumsum tulang (granulosit,
monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-
sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai
bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah
sebagian besar diangkut secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami
peradangan serius. Jadi, sel-sel tersebut dapat menyediakan pertahanan yang cepat
dan kuat terhadap agen-agen infeksius (Guyton dan Hall, 2007).
Terdapat enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan di
dalam darah. Keenam sel tersebut adalah netrofil polimorfonuklear, basofil
polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, monosit, limfosit dan kadang-
kadang, sel plasma. Ketiga tipe pertama dari sel yaitu sel-sel polimorfonuklear,
seluruhnya memiliki gambaran granular, sehingga sel-sel tersebut disebut
granulosit (Guyton dan Hall, 2007).
Pada manusia dewasa, leukosit dapat dijumpai sekitar 7000 sel per
mikroliter darah. Presentasi normal dari sel darah putih kira-kira sebagai berikut
(Guyton dan Hall, 2007):
Nilai normal jumlah leukosit adalah kurang dari 1 106 /mL ( Lackner, et
al., 2010).
Pengaruh leukosit pada motilitas sperma terdapat pada adanya sitokin-
sitokin dan reactive oxygen species (ROS). Peningkatan konsentrasi dari leukosit
dapat meningkatkan kadar kedua senyawa tersebut (Lui dan Cheng, 2007).
Peningkatan kadar sitokin dapat mengurangi beberapa produksi protein
yang dibutuhkan untuk proses spermatogenesis. Beberapa sitokin-sitokin seperti
TNF- dan TGF-3 yang bisa mengurangi produksi Ocludin yang dapat
mengurangi pembentukan spermatozoa dan Claudin yang menyebabkan tubulus
seminiferus terisi banyak nucleated cell yang berkumpul (Lui dan Cheng, 2007).
Peningkatan jumlah leukosit dalam semen sangat erat hubungannya
dengan reactive oxygen species (ROS). ROS itu sendiri merupakan produk normal
metabolisme seluler, termasuk diantaranya adalah ion oksigen, radikal bebas dan
peroksida. Tingkat produksi ROS oleh leukosit dilaporkan mencapai 1000 kali
lebih besar dibandingkan dengan kapasitas spermatozoa yang ada (Tremellen,