Anda di halaman 1dari 24

SISTEM PENGUMPULAN SAMPAH DI LINGKUNGAN SADANG

SERANG PERMAI RW 14

LAPORAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Persampahan

Oleh:

KELOMPOK 4
Farida N.I.Yusriyani (15312068)
Dwi Wahyu Kurnia Z (15312070)
Nabella Azzahra A (15312072)
Ade Lismi Rohaya M. (15312074)
Agung Kusumawardhana (15312076)
Kunfachri Adhi (15312078)
Farah Wirasenjaya (15312080)
Nurhaida Adha P (15312082)
Nurul Ekawati P (15312084)
Sylvia Kurniawati (15312086)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bersamaan dengan berjalannya waktu, semakin besar pula perkembangan dan


pertumbuhan manusia. Baik itu dari sisi populasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
perekonomian, dll. Dari faktor-faktor ini, dapat dihubungkan dengan jumlah
konsumsi yang dikorelasikan dengan hasil pmbuangan atau sampah yang
dihasilkan.Semakin banyak jumlah populasi manusia dan juga semakin banyak
kebutuhan yang harus dipenuhi, maka akan berbanding lurus pula dengan jumlah
sampah yang dihasilkan.

Saat ini, sampah sedang menjadi permasalahan besar di berbagai daerah


Indonesia. Sampah yang dihasilkan masyarakat selalu meningkat setiap tahunnya
karena sebagian besar aktivitas manusia akan menghasilkansampah. Sampah yang
dihasilkan seringkali tidak terkelola dengan baik dan akhirnya akan menimbulkan
dampak pada lingkungan. Berat timbunan sampah di Indonesia secara nasional
mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun. Jumlah
timbunan sampah rata-rata harian di kota metropolitan, di mana jumlah penduduknya
lebih dari 1 juta jiwa dan kota besar yang jumlah penduduknya 500 ribu sampai 1 juta
jiwa, masing-masingnya adalah 1.300 ton dan 480 ton.

Bandung termasuk deretan kota penghasil sampah terbesar di Indonesia. Perlu


adanya penanganan yang serius terhadap masalah sampah di Bandung. Kota Bandung
menghasilkan 15.000 sampai 18.000 ton sampah yang didominasi oleh sampah
organik rumah tangga. Lima puluh lima persen adalah sampah organik rumah tangga,
45 persennya adalah sampah anorganik. Sampah Kota Bandung padahari-hari biasa
diangkut dengan menggunakan ratusan rittruk ke TPA Sarimukti di Kabupaten
Bandung Barat.

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara


pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat
penampunan sementara atau ke pengolahan sampah skala kawasan, atau langsung ke
tempat pemrosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Operasional
pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah hinggga ke lokasi
pemrosesan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to
door), atau secara tidak langsung (dengan menggunakan transfer depo/container)
sebagai tempat penampungan sementara.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud: Mengetahui efektivitas pengangkutan sampah dari masyarakat sampai
ke TPS
Tujuan :
1. Mengetahui proses dan pola pewadahan sampah di masyarakat
2. Mengetahui proses pengumpulan dan pengangkutan sampah di masyarakat
3. Mengetahui alternatif pengangkutan sampah yang efektif

1.3 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini,
diantaranya adalah:
1. Bagaimana proses dan pola pewadahan sampah di masyarakat?
2. Bagaimana masyarakat mengumpulkan sampah dari rumah ke TPS?
3. Apakah menerapkan sistem pengumpulan sampah secara komunal?
4. Berdasarkan data sekunder yang dhasilkan, apakah pengangkutan sampah
yang berasal dari masyarakat sudah efektif?
5. Bagaimana seharusnya pengangkutan sampah di masyarakat agar tercapai
tujuan pengangkutan sampah yang efektif?

1.4 Metode Penelitian


Penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu studi literatur, pengumpulan
data sekunder, serta pengamatan dan pengambilan data primer.
a. Studi Literatur
Studi literature dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dasar mengenai
persampahan. Dimulai dari pengelolaan sampah, proses pengumpulan sampah
dan lainnya. Studi literature harus didahulukan dari tahapan-tahapan yang
lain, karena agar memudahkan pelaksanaan penelitian pada tahap-tahap
berikutnya.
b. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi kondisi lahan
yang digunakan untuk tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kondisi
penduduk di sekitar TPS tersebut yang juga meliputi kondisi ekonomi,
kebiasan penduduk membuang sampah, serta jarak antar rumah penduduk dan
rumah penduduk ke TPS. Data-data yang didapati nantinya akan memudahkan
dalam analisis bentuk pengumpulan sampah oleh pengumpul sampah, serta
seberapa efektifnya pengumpul sampah dalam mengumpulkan sampah dari
rumah ke rumah.
c. Pengamatan dan Pengambilan Data Primer
Data primer di dapat dari pengamatan lokasi sekitar TPS, wawancara
kepada pengumpul sampah, petugas TPS, serta beberapa penduduk sekitar
yang ikut serta dalam proses pengumpulan sampah hingga ke TPS.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Penyusunan Kuesioner
Kuesioner disusun oleh anggota yang bertugas sebagai penyusun pertanyaan, dan
isi pertanyaan berdasarkan kebiasaan masing-masing warga yang tinggal di RT
bersangkutan dan kebiasaan petugas sampah sendiri. Daftar pertanyaannya adalah
sebagai berikut :
Tabel 01. Daftar Pertanyaan Kuesioner
No
. Bahasan Pertanyaan
1 Kebiasaan masyarakat RT Menyediakan wadah? Kalau iya bagaimana bentuknya?
dalam penganangan sampah Membersihkan halaman? kalau iya kapan saja?
sehari-hari Memilah? Bagaimana memilahnya?
Membuang sampah sembarangan kah?
Setiap jam berapa mereka mengeluarkan sampah dari
rumah?
2 Kebiasaan petugas Berapa jumlah sampahnya(secara total satu hari)?
pengumpul sampah dalam Berapa jumlah sampahnya(setiap satu siklus(dari TPS ke
berkerja (rumah sampai TPS kembali)/setiap membawa dr rumah ke TPS)?
Apa saja jenis sampah yang diangkut?
TPS) Apakah langsung dibuang saja ke TPS atau ada yang
diambil/diolah/dipilih untuk dijual/lainnya?
Kalau ada, apa yang dilakukan dan jenis sampahnya apa?
Seberapa banyak (dalam liter)?
Catat waktu (menit)!! (masing-masing rumah)
Dari wadah depan rumah ke gerobak
Dari gerobak ke TPS
3 Informasi tambahan Berapa yang dibayar tiap rumah untuk pengelolaan sampah
mereka (per bulan)? Dibayar langsung oleh warga ke
RW/RT atau langsung ke pengumpul sampahnya?
Berapa yang dibayar RW kpd pengumpul sampah(per
bulan)?
Berapa jumlah gerobak yang dipakai?
Adakah upaya maintenance /perawatan /penambahan
alat2nya?
Kalau ada berapa alokasi biayanya?
Dari mana uang perawatan tersebut?
Berapa jumlah rumah yang dilayani?
Apakah semua dapat pelayanan pengumpulan sampah ini?
Kalau tidak, mana saja yang dapat dan tidak dapat? Kira-
kira ekonomi kelas apa ya yang dilayani itu?
Petugas pengumpul sampahnya ada berapa?
Coba tanya ke pak RW, per bulan petugas dikasih berapa?
Petugas resmi dr PD kebersihan atau dr RW saja?
Ada berapa KK dan berapa penduduk dalam setiap RT itu?

Tabel 02. Data Sekunder yang Diperlukan


Wadah Waktu pengambilan
Waktu
No Tong Tong Cat Kra
Penuangan
Plastik plastik Kaleng t Karung Tempat Sampah
1
2
3

2.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara beberapa
narasumber agar data yang didapatkan representatif dan valid. Observasi dilakukan
dengan mengunjungi langsung TPS Tubagus Ismail dan mengikuti petugas
pengumpul sampah. Sedangkan wawancara dilakukan dengan mewawancarai
beberapa warga dan petugas pengumpul sampah.
Selain mengumpulkan data primer dengan cara observasi dan wawancara,
dilakukan juga pengumpulan data sekunder berupa literatur.

2.3 Pengolahan Data


Data yang didapatkan dari observasi dan wawancara digabungkan lalu
direkapitulasi. Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil pengumpulan data primer
dan sekunder. Untuk mengetahui jumlah sampah yang terdapat di dalam gerobak,
dilakukan dengan mengukur ukuran gerobak tersebut dengan tambahan tinggi sampah
yang menumpuk melebihi tinggi gerobak. Dan untuk mengetahui waktu efektif
sampah dilakukan dengan menghitung jumlah sampah.

2.4 Analisis Data


Dari data wawancara dan observasi dapat dianalisis poin-poin berikut:
Evaluasi Kebiasaan warga dalam upaya pengelolaan sampah
Pola pengumpulan sampah pada masing-masing RT (4 RT) ke TPS Sadang Sari
Evaluasi peran serta RW dalam pengelolaan sampah
Efektivitas pengumpulan sampah
Efektivitas di TPS

Penyusunan Pengambilan Pengolahan Analisis


Kuesioner Data Data Data

Membuat Wawancara Rekapitulasi Analisis Hasil


daftar Petugas data Pengolahan
pertanyaan pengumpul kuesioner Data
sampah dan hasil
wawancara
Pengelompok- Studi
kan daftar Wawancara
pertanyaan. Literatur
warga sekitar

Gambar 01. Diagram Alir Langkah Kerja


BAB III

KONDISI SAAT INI

3.1 Jenis Sampah

Jenis sampah yang dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah adalah


segala jenis sampah yang ada di tempat sampah warga. Sampah-sampah tersebut
berupa sampah dapur, dedaunan, botol plastik, kertas, kardus, kemasan makanan
ringan, dispenser, dll.

3.2 Pewadahan Sampah di Rumah

Tempat sampah yang digunakan warga bermacam-macam. Ada yang berupa


kantong kresek yang digantung di pagar, ada tempat sampah plastik, bekas wadah cat
baik dari bahan ember maupun logam, karung, dan krat kayu.
Gambar 3.2 Wadah Sampah

3.3 Kebiasaan Warga

Warga RW 14 Sadang Sari telah membiasakan diri untuk membersihkan


lingkungannya. Setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat dilakukan Gerakan Pungut
Sampah, gerakan yang dipelopori oleh walikota. Selain itu pada hari Jumat diadakan
gerakan Jumat bersih yaitu warga setiap RT melakukan kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan tempat tinggal di tiap RT. Walaupun ada program GPS dan
Jumat Bersih, setiap harinya pun warga tetap melakukan penyapuan halaman dan
jalan di depan rumahnya masing-masing.

RW 14 juga memiliki biopori yang ditanam di jalanan di tiap RT. Fungsi dari
biopori ini dimaksudkan untuk mengurangi limbah dapur dan daun yang sering
diproduksi oleh rumah tangga. Walaupun biopori ini telah disosialisasikan dan
ditanam di jalanan, tidak banyak penduduk RW 14 yang memasukkan sampah dapur
maupun daunnya ke dalam biopori tersebut.

RW 14 juga memiliki banyak komposter yang merupakan bantuan dari


pemerintah kota. Selain itu warga juga telah mendapatkan pelatihan tentang
pembuatan tatakura dan mendapatkan bantuan alat untuk membuat takakura di
masing-masing rumah. Namun ternyata banyak takakura yang malah digunakan
untuk keranjang, bukan untuk komposter. Pun sama halnya dengan komposter yang
malah digunakan sebagai tempat sampah biasa.

Gambar 3.3 Wadah Komposter

Usaha pemilahan warga RW 14 belum terlalu tinggi, masih hanya beberapa


warga yang melakukan pemilahan. Biasanya sampah yang dipilah adalah botol plastik
dan semacamnya karena masih memiliki nilai ekonomi. Di RW 14 sebenarnya sudah
ada bank sampah yang bertempat di dekat perbatasan RW 14 dengan RW 15 tetapi
pelaksanaannya masih belum lancer karena barang yang sudah dikumpulkan sering
dicuri oleh pemulung dan juga kesadaran masyarakat, terutama masyarakat ekonomi
menengah ke atas, untuk memanfaatkan fasilitas bank sampah tersebut.

3.4 Pengumpulan Sampah

Di RW14 Sadang Sari terdapat 3 petugas pengambil sampah yaitu Pak Oha,
Pak Asep, dan Pak Ibud. Untuk RT 02,03,05,07, dan 08 yang bertugas mengambil
sampah adalah Pak Oha. Sementara pada beberapa RT yang lain memang tidak
dilayani oleh pengumpul sampah karena terbiasa membuang sampah sendiri langsung
ke TPS atau karena rumahnya cukup dekat dengan TPS. Pengumpulan sampah
dilakukan secara bergiliran untuk masing-masing RT dalam satu minggu, jadi tidak
setiap RT akan diambil sampahnya setiap hari. Pengumpulan sampah menggunakan
gerobak tangan (hand cart) dengan dua ukuran berbeda, ada yang kecil dan besar.
Pada RT yang kami tinjau, pengumpul sampah menggunakan gerobak tangan yang
besar berukuran 1.47 x 0.65 x 0.6 m. Namun pada kenyataannya saat pengangkutan,
sampah yang dimasukkan dalam gerobak melebihi kapasitasnya hingga tingginya
melebihi 57 cm dari tinggi yang seharusnya.

Gambar 3.4 Pengumpulan Sampah

Dalam proses pengumpulan tidak dilakukan pemilahan oleh pengumpul


sampah, jadi dari wadah sampah warga langsung dimasukkan ke dalam gerobak.
Setelah sampai di TPS baru sampah seperti botol plastik dibedakan oleh pengumpul
sampah untuk dibawa pulang lalu nantinya setelah jumlahnya cukup banyak akan
dijual.

3.5 Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Setelah dikumpulkan menggunakan gerobak tangan kemudian sampah dibawa


ke TPS Sadang Sari dan dimasukkan ke dalam container yang lebih besar yang
nantinya akan diangkut oleh mobil PD Kebersihan ke TPA Sarimukti (Padalarang).
Ukuran container tersebut adalah 3.47 x 2.1 x 1.4 m. Namun pada kenyataannya saat
pengangkutan, sampah yang dimasukkan dalam gerobak melebihi kapasitasnya
hingga tingginya melebihi 1 m dari tinggi yang seharusnya. Pengambilan PD
Kebersihan ke TPS tersebut tidak dilakukan setiap hari, biasanya 2-3 hari. Pada suatu
pengamatan pernah ada dua container dalam TPS tersebut hingga memenuhi hamper
seluruh area TPS. Luas TPS sendiri diperkirakan sekitar 10 x 15 m.

Gambar 3.5 Tempat Penampungan Sementara

3.6 Honor

Petugas pengumpul sampah mengumpulkan sampah dari RT. Biaya yang


diberikan tiap RT kepada petugas pengumpul sampah adalah Rp 75.000,- Rp
100.000,-. Petugas pengumpul sampah juga diberi uang tambahan oleh warga yang
besarannya tak tentu. Setiap bulan Pak Oha mendapat Rp 450.000,- secara
keseluruhan dan penghasilan tambahan dari menjual botol plastik.

3.7 Jumlah Kepala Keluarga

RW 14 Sadang Sari, Coblong, Bandung, memiliki 10 RT. Adapun RT yang menjadi


objek dari wilayah pengamatan ini antara lain RT 02, 03, 05, 07, dan 08. Dengan RT
02 terdapat 96 KK (3777 jiwa), RT 03 ada 77 KK (236 jiwa), RT 05 terdapat 70 KK
(245 jiwa), RT 07 ada 52 KK (206 jiwa), dan RT 08 ada 92 KK (344 jiwa).
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pewadahan Sampah oleh Warga


Kebanyakan warga menggunakan plastik sebagai wadah plastik sementara
sebelum akhirnya ditaruh didepan rumah untuk diambil pengumpul sampah atau
langsng dibawa ke TPS. Hal tersebut dikarenakan penggunaannya praktis dan mudah
dibawa. Selain itu juga dimungkinkan mereka sering mendapatkan plastik baik dari
pembelian barang dan lainnya sehingga mereka bermaksud menggunakannya kembali
daripada dibuang begitu saja. Pada beberapa rumah juga masih ada yang
menggunakan wadah seperti plastik atau bekas wadah cat, krat kayu dan lain-lain
namun sampah dari dalam rumah biasanya tetap dibungkus dalam wadah kantong
plastik.
Pewadahan sampah oleh warga tidak dipisahkan untuk sampah yang berbeda
atau dengan kata lain mereka masih mencampur sampahnya menjadi satu dalam satu
wadah. Hal tersebut mungkin dikarenakan cukup merepotkan untuk memilah sampah
dalam wadah yang berbeda. Menurut pengamatan kami, sebagian besar warga disana
adalah penduduk dengan ekonomi menengah ke atas sehingga tidak merasa perlu
untuk memilah sampah karena merepotkan dan memakan waktu. Karena tidak dipilah
dari sumbernya, pengumpul sampah serta pengelola sampah di TPS (tukang loak
yang ada di sebelah TPS) cukup kesusahan jika ingin memilah sampah yang masih
dapat dijual seperti botol plastik, kardus, dll.

4.2 Sistem Pengumpulan Sampah oleh Petugas Sampah


Sampah warga dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah dengan
menggunakan gerobak dan didatangi tiap rumah satu per satu kemudian dibawa ke
TPS. Menurut Diktat Kuliah Pengelolaan Persampahan (Damanhuri dan Damanhuri,
2010) pola pengumpulan sampah tersebut termasuk pola individual tidak langsung
dengan menggunakan pengumpul sejenis gerobak sampah, dengan kriteria sebagai
berikut:
- Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan
sebagai tempat pemrosesan sampah skala kawasan
- Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat
pengumpul non-mesin (gerobak, becak).
- Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
- Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa
mengganggu pemakai jalan lainnya.
- Terdapat organisasi pengelola pengumpulan sampah dengan sistem
pengendaliannya.

Proses pengumpulan sampah yang dilakukan di RW tersebut termasuk ke


dalam proses tidak langsung. Proses tidak langsung adalah dengan menggunakan
transfer depo/container sebagai Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pemrosesan, atau ke tempat
pemrosesan akhir, sampah dari masing-masing sumber dikumpulkan dahulu oleh
sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS.
Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir.
(Damanhuri dan Damanhuri, 2010).
Selama pengamatan kami tidak mendapati adanya penumpukan sampah di
depan rumah warga sehingga dapat disimpulkan bahwa meski pengumpulan sampah
tidak dilakukan setiap hari tetapi sistem tersebut tidak menjadi masalah bagi warga
karena jumlah sampah yang dihasilkan warga per harinya tidak banyak. Di sisi lain,
sampah yang dimasukkan ke gerobak hingga menumpuk di atas gerobak dan saat
perjalanan kami mendapati beberapa sampah berceceran di jalan. Namun jika sampah
tidak ditumpuk seperti itu, maka pengumpul sampah harus melakukan ritasi
pengambilan sampah lebih sering dalam sehari, mungkin sampai dua atau tiga kali
agar semua sampah tetap terangkut ke TPS. Pada pengumpulan ini seharusnya wadah
yang digunakan lebih besar dalam hal ketinggian jadi bisa menampung lebih banyak
sampah karena beberapa jalan yang dilalui cukup sempit sehingga lebih baik
menambah dimensi tingginya saja. Atau dilakukan ritasi pengumpulan sampah yang
lebih sering dalam satu hari.
Gambar 4.2 Kondisi Lingkungan

Penumpukan sampah tidak hanya terjadi saat pengumpulan sampah tetapi juga
di TPS yaitu pada kontainer sampah (lihat Gambar 4.2). Hal tersebut karena
pengambilan sampah oleh mobil PD Kebersihan tidak dilakukan secara rutin dan
kurang sering sehingga terjadi hal tersebut. Hal tersebut membuktikan kurang
efektifnya pengangkutan sampah sehingga terjadi penumpukan sampah di TPS dan
menyebabkan lindi tercecer di TPS dan menimbulkan bau yang tidak sedap yang
dapat menganggu estetika kebersihan lingkungan sekitarnya. Seharusnya
pengangkutan sampah oleh PD Kebersihan dilakukan lebih sering dan rutin sehingga
lancer dan tidak ada penumpukan sampah di TPS.
Diilihat dari lamanya pengumpulan sampah pada RW tersebut, termasuk
pengambilan dan penuangan sampah ke gerobak, ada variasi dari RT satu dan RT
lainnya. Berikut hasil pengolahan pencatatan waktu pengambilan dan penuangan
sampah pada masing-masing RT.
Waktu Pengambilan & Penuangan
8.0
7.0
6.0
Rata-Rata Waktu
5.0 Pengambilan
4.0 Column1

3.0
2.0
1.0
0.0
RT 02 RT 03 RT 08 RT 05&07
Grafik 01. Grafik Pengambilan dan Penuangan Sampah

Total Waktu dari TPS ke TPS


(menit)
RT 02 29,33
RT 03 11,09
RT 08 24,1
Tabel 01. Data Waktu Total Pengambilan
RT 05& 07 40
Sampah Per Siklus Tiap RT

Grafik warna biru di atas menunjukan lamanya waktu yang di butuhkan


petugas sampah untuk mengambil wadah sampah dari rumah hingga menyimpan
wadah kembali ke rumah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal yakni:

1. Wadah sampah yang digunakan


Bentuk dan besarnya wadah mempengaruhi kecepatan petugas dalam mengumpulkan
sampah. Semakin besar wadah sampah yang digunakan, semakin banyak sampah
yang dapat ditampung sehingga wadah semakin berat. Petugas sampah pun
membutuhkan waktu yang lebih lama. Pemakaian jenis wadah juga mempengaruhi
kecepatan pengumpulan petugas sampah. Untuk beberapa jenis wadah seperti kotak
kayu, kaleng cat, dan karung petugas sampah memerlukan waktu yang lebih lama
dibandungkan dengan penggunaan wadah plastik. Karena petugas sampah butuh
waktu tambahan untuk mengembalikan wadah ke rumahnya setelah dikumpulkan ke
dalam gerobak.

2. Jarak rumah ke gerobak sampah


Besar jalan di setiap RT berbeda-beda, sehingga untuk jalan berupa gang kecil yang
tidak cukup untuk dilalui gerobak sampah membuat petugas sampah harus
menyimpan gerobak sampahnya di ujung jalan kemudian mengambil sampah satu per
satu ke setiap rumah maupun sekaligus kemudian barulah di masukkan ke gerobak
sampah. Hal ini membuat petugas sampah membutuhkan waktu lebih untuk bolak
balik mengumpulkan sampah setiap rumah pada jalan tersebut.

3. Jumlah Rumah yang Terlayani


Jumlah rumah yang dilayani oleh petugas mempengaruhi lama tidaknya petugas
sampah mengumpulkan sampah. Dalam satu RT, ada beberapa rumah yang sudah
tidak memiliki sampah. Sehingga petugas sampah dapat mempersingkat waktu
pengumpulannya karena jumlah rumah yang harusnya dilayani jadi berkurang. Hal ini
disebabkan oleh beerapa hal diantaranya warga memilih membawa sampah langsung
ke TPS sehingga tidak menunggu petugas sampah yang mengambil ke rumah. Ada
juga warga yang tidak ada di rumah ketika petugas sampah mengambil sampah di
rumahnya sehingga mempersingka waktu pengangukatan sampah ke gerobak.

Grafik warna merah menunjukkan waktu yang dibutuhkan petugas sampah


untuk menuangkan sampah dari wadah ke gerobak. Hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya sampah yang telah dikumpulkan petugas. semakin banyak sampah yang
telah dikumpulkan, semakin lama waktu penuangan sampah berikutnya, karena
dibutuhkan waktu untuk memadatkan sampah di dalam gerobak yang biasanya
dilakukan dengan cara menginjak-injak sampah dalam gerobak sehingga sampah-
sampah warga berikutanya masih dapeat tertampung oleh gerobak sampah tersebut.
Total waktu yang dibutuhkan petugas sampah untuk mengumpulkan sampah
di setiap RT dari TPS hingga ke TPS kembali dipengaruhi oleh jarak dari setiap RT ke
TPS, luas wilayah setiap RT, dan ukuran gerobak sampah yang digunakan. Semakin
jauh dan luas suatu RT, maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan petugas
sampah untuk kembali ke TPS lagi. Semakin kecil ukuran suatu gerobak sampah,
semakin cepat petugas sampah kembali ke TPS. Namun, ukuran gerobak yang kecil
membuat gerobak cepat penuh sehingga terkadang diperlukan beberapa kali putaran
agar seluruh sampah warga dapat terangkut ke TPS oleh petugas sampah. Sehingga
pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak ukuran yang terlalu kecil sangat
tidak efesien karena bila di jumlahkan waktu yang dibutuhkan hingga semua sampah
warga terangkut pada hari itu.
LAMPIRAN
Data perkembangan penduduk RW 14 Bulan Juni

Anda mungkin juga menyukai