Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gigi yang disebut impaksi ketika gigi tersebut menghalangi jalan dari

normalnya erupsi pada lengkung gigi karena kurangnya ruang pada lengkung atau

obstruksi pada jalannya erupsi dari gigi. Molar ketiga maksila dan mandibula,

caninus maksila dan insisiv sentral maksila merupakan yang paling sering terjadi

impaksi gigi. Kebanyakan molar ketiga yang impaksi atau tidak erupsi dapat

erupsi dengan normal dan kebanyakan impaksi molar tidak pernah menyebabkan

masalah secara klinis. Kurangnya jarak antara gigi bersama dengan

kecenderungan molar ketiga yang tumbuh paling akhir dalam kronologi gigi

manusia menjelaskan fakta bahwa molar ketiga adalah yang paling sering terjadi

impaksi gigi (1,2).

Molar ketiga juga dikenal sebagai gigi bungsu. Mereka biasanya berasal dari

belakang molar kedua, biasanya erupsi selama periode remaja akhir atau awal dua

puluhan. Seseorang akan memiliki empat gigi bungsu: kiri atas, kanan atas, kiri

bawah, dan kanan bawah. Molar ketiga biasanya tidak terdapat 25% pada orang

dewasa. Usia erupsinya bervariasi, pada dasar umumnya erupsi antara usia 18 dan

24 tahun (2).

Insidensi Impaksi gigi makin meningkat seiring dengan perkembangan waktu

meskipun metode diagnosis untuk deteksi dan pencegahan yang lebih baik

meliputi riwayat keluarga, pemeriksaan visual dan palpasi pada usia tertentu

1
2

melalui penilaian radiografis belum memuaskan. Bila kondisi ini diidentifikasi

secara dini pada kasus tertentu, maka pencabutan impaksi gigi dapat dilakukan

lebih dini pula sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut (3).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi, antara lain

jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya gigi susu

yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, rahang terlalu

sempit oleh karena pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna dan menurut

teori Mendel, jika salah satu orang tua mepunyai rahang kecil, dan salah satu

orang tua lainnya bergigi besar maka kamungkinan salah seorang anaknya

berahang kecil dan bergigi besar. Sebagai akibat dari kondisi tersebut, dapat

terjadi kekurangan tempat erupsi gigi permanen sehingga terjadi impaksi (3)

Menurut Naosherwan dkk dari penelitian yang dilakukan di rumah sakit pada

tahun 2000 sampai 2005 dengan jumlah pasien yang dirawat sebanyak 15.076

orang, terdapat 261 kasus impaksi molar ketiga mandibula sedangkan pada kasus

impaksi molar ketiga maksila hanya ditemukan 11 kasus. Kebanyakan kasus

molar ketiga yang datang ke rumah sakit mengeluh adanya sakit dan bengkak

adapun lainnya datang dengan tujuan orthodonti. Sebagian besar kasus impaksi

molar ketiga mandibula ditemukan dengan posisi mesial dibandingkan dengan

kasus impaksi molar ketiga maksila yang sebagian besar ditemukan dengan posisi

vertikal (1).

Penelitian ini dilakukan di RSUD Ulin bagian Poli Gigi Banjarmasin karena

di tempat tersebut khusus menangani kasus yang terjadi pada gigi dan rongga

[Type text]
3

mulut, sehingga akan banyak ditemukan kasus-kasus impaksi dan akan

mempermudah penelitian. Selain itu, di RSUD Ulin bekerja sama langsung

dengan Universitas Lambung Mangkurat karena merupakan rumah sakit umum

milik pemerintah sehingga mempermudah peneliti untuk pengambilan data.

Golongan pasien yang datang ke Bagian Poli Gigi RSUD Ulin Banjarmasin

bervariasi dengan fasilitas ASKES, JAMKESMAS, JAMKESDA, JAMKESKIN,

JAMKESPROV, dan lain sebagainya, sehingga data yang diambil mencakup

golongan masyarkat yang lebih luas dan bermacam ragam.

Berdasarkan Suku Banjar dapat ditentukan dengan wawancara langsung

dengan pasien itu sendiri, wawancara menggunakan bahasa banjar dan

menanyakan secara singkat silsilah keluarga pasien tersebut.

Orang banjar atau suku banjar adalah yang mendiami daerah aliran sungai

dari Banjarmasin sampai Amuntai, dan daerah pahuluan atau pedalaman dari

Banjarmasin, Martapura, Pleihari, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai dan

Tanjung. Penduduknya adalah sebuah bangsa (nation) yang merdeka yang

mempunyai identitas sendiri yakni berbahasa dan berbudaya banjar (4).

Posisi molar ketiga mandibula dievaluasi dengan serangkaian parameter,

mendistribusikan gigi menjadi sub-kelas yang berbeda dari 4 variabel posisi

kategori. Kategori tersebut seperti: berdasarkan garis bidang oklusal yang

ditetapkan oleh permukaan oklusal gigi molar pertama dan kedua, berdasarkan

kedalaman impaksi dan jaraknya ke molar kedua, posisinya berdasarkan jarak

antara molar kedua mandibula dengan batas anterior ramus mandibula, dan

[Type text]
4

berdasarkan hubungan gigi impaksi terhadap panjang aksis gigi molar kedua

mandibula (5).

Meskipun molar ketiga yang impaksi bebas dari rasa sakit yang tidak

menentu, biasanya memproduksi perubahan lokal, regional atau sistemik dengan

keparahan bervariasi. Menurut Gay-Escoda yang dikutip Nieves dkk perubahan

ini terbagi masuk kedalam infeksi, mekanikal, reurogikal, dan komplikasi

tumorfrekuensi paling sering menjadi masalah yaitu perikoronitis. Menurut

Leonal dkk yang dikutip Nieves dkk melaporkan bahwa 10% dari molar ketiga

yang diektraksi sebelumnya pernah mengalami proses infeksi perikoronal (5).

Perikoronitis dapat berkembang dari saat mahkota dari molar ketiga yang

erupsi itu berkontak dengan rongga mulut. Sekali proses sudah berkembang, ini

cenderung menjadi kronis dan sering kambuh sampai gigi sepenuhnya erupsi (5).

Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi maka perlu dilakukan tindkan

pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau

memungkinkan terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-

benar tidak berfungsi (6).

[Type text]
5

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah, maka permasalahan yang

akan diteliti adalah bagaimanakah prevalensi gigi impaksi molar ketiga rahang

bawah pada suku banjar di RSUD Ulin Banjarmasin?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghitung prevalensi

gigi impaksi molar ketiga rahang bawah pada suku banjar di RSUD Ulin

Banjarmasin.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah melihat ada atau tidaknya gigi

impaksi molar ketiga rahang bawah pada suku banjar di RSUD Ulin Banjarmasin,

perbandingan insidensi gigi impaksi molar ketiga pada suku banjar antara laki-laki

dan perempuan, dan usia yang paling sering terjadi gigi impaksi molar ketiga

rahang bawah pada suku banjar.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

[Type text]
6

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi RSUD Ulin Banjarmasin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

prevalensi gigi impaksi molar ketiga rahang bawah pada suku banjar.

2. Bagi FK UNLAM

Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya

untuk meneliti variabel yang lain kaitannya dengan impaksi molar ketiga

rahang bawah.

3. Bagi Peneliti

Mendapat informasi dan pengetahuan yang baik mengenai prevalensi gigi

impaksi molar ketiga rahang bawah pada suku banjar. Mendapat informasi

dan wawasan tentang gigi impaksi molar ketiga rahang bawah serta

menambah khasanah pengetahuan ilmu itu sendiri.

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai