Anda di halaman 1dari 53

A.

Judul Penelitian
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Teknik Dasar Passing
Bola Basket pada Siswa Kelas VII A8 SMP Negeri 3 Sawan Tahun Pelajaran
2016/2017.
B. INDENTITAS PENELITI
Nama : Ahmad Febi Arif Isnaini
Nim : 1316011106
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Olahraga dan Kesehatan
SKS : 131

C. Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia ditentukan antara lain oleh kinerja lembaga
pendidikan, guru, peserta didik serta kurikulum. Pendidikan merupakan suatu
yang sangat memegang peranan dalam meningkatkan kualitas manusia di negara
ini. UUSPN No. 20 tahun 2003 (dalam Syaiful, 2008:3) memberikan definisi
pendidikan sebagai suatu usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktik mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, keceradasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Charles E. Silberman (dalam Saiful,
2008:5) memandang pendidikan tidak sama dengan pengajaran, karena
pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas
manusia. Sedangkan pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek
kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (Soetopo,2010) tentang
Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

1
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di dalam kurikulum SMP memuat sepuluh
mata pelajaran, antara lain seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan didalamnya
termasuk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
(penjasorkes). Dalam hal ini mata pelajaran penjasorkes memiliki suatu keunikan
tersendiri yaitu membelajarkan siswa melalui gerak.
Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional
(Husdarta (2009:3). Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus
mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional
dan moral (Husdarta (2009:19).
Dengan demikian tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus
mencakup tujuan dalam tiga domain (ranah) yaitu psikomotor, kognitif dan
afektif. Domain psikomotor mencakup pencapaian perkembangan aspek
kebugaran jasmani dan perkembangan aspek perseptual motorik (gerak dan
keterampilan, kemampuan fisik dan motorik serta perbaikan organ tubuh).
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, penalaran dan
kemampuan memecahkan masalah (konsep gerak, arti sehat, memecahkan
masalah, kritis serta cerdas). Domain afektif mencakup sifat sifat psikologis
yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh (menyukai kegiatan fisik, merasa
nyaman dengan diri sendiri, ingin terlibat dalam pergaulan sosial dan percaya
diri).
Menurut Depdiknas (2006:512), Penjasorkes merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan

2
pandidikan nasional. Dengan demikian tujuan Penjasorkes selaras dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Pengembangan individu secara menyeluruh dalam artian pengembangan
moral, spiritual, pengembangan fisik, serta kebugaran jasmani merupakan hal
yang ditekankan dalam proses pembelajaran penjasorkes. Walaupun penjasorkes
lebih menitik beratkan pada domain psikomotor, tetapi tidak lepas juga dari
domain kognitif dan afektif.
Guru memiliki peranan penting sebagai penentu keberhasilan dalam suatu
pendidikan. Peserta didik atau siswa memiliki karakteristik yang berbeda beda
sehingga guru harus memiliki kemampuan dalam hal mengelola kelas serta
mengadakan pembelajaran melalui pendekatan pendekatan tertentu agar siswa
dapat menerima pelajaran dengan baik. Dengan demikian dalam suatu kegiatan
belajar mengajar, interaksi antara peserta didik dan guru sangat dibutuhkan untuk
bisa mencapai tujuan pembelajaran. Peran seorang guru di dalam proses belajar
mengajar di samping sebagai fasilitator, guru juga sebagai komunikator, sahabat
yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku, nilai-nilai
moral, serta sebagai orang yang menguasai bahan yang diajarkan (Prey Katz
dalam Sardiman A.M, 2007:143).
Guru sebagai perancang, pembuat program dan pengembangan materi
pembelajaran diharapkan mampu merencanakan program pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi siswa. Selain itu dalam proses pembelajaran
penjasorkes, guru diharapkan harus kreatif dan mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga,
internalisasi nilai nilai (sportivitas, kerjasama, percaya diri dan lain lain) dan
pembiasaan pola hidup sehat serta memiliki kompetensi guru profesional. Sering
kali berbagai keterampilan yang diharapkan oleh siswa tidak mampu diberikan

3
oleh guru, ini disebabkan selain manajemen guru yang masih bersifat tradisional
sehingga memandang guru sebagai pelaksana kurikulum dan sistem pengajaran
belaka, model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
penjasorkes pada umumnya berorientasi pada model pembelajaran konvensional,
sehingga masih bersifat statis dan kurang berkembang. Oleh karena itu sangat
diperlukan tipe atau model pembelajaran yang lebih inovatif agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan lakukan pada tanggal
22 November 2016 di SMP Negeri 3 Sawan dalam pembelajaran bola basket
(chest pass dan bounce pass) peneliti mengamati, bahwa guru penjasorkes
mengajar belum menggunakan model pembelajaran modern. Sehingga
kebanyakan siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan
hasilnya, sebagian besar siswa tidak dapat melakukan gerakan dengan teknik yang
benar atau dapat dikatakan hasil belajar siswa belum mencapai tingkat ketuntasan.
Adapun faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang mencapai tingkat
ketuntasan, yaitu guru yang menggunakan model pembelajaran yang masih
konvensional yang tidak membuat siswa aktif. Guru menjadi satu-satunya sumber
belajar, serta aktivitas yang ingin dilakukan siswa terlalu bebas, kurangnya
pengawasan guru dalam membimbing kelompok belajar. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan presentase hasil belajar siswa yang diperoleh pada saat observasi
pada siswa kelas VII A8 SMP Negeri 3 Sawan yang berjumlah 25 orang dan
berpedoman pada konversi nilai mata pelajaran penjasorkes, ketuntasan secara
individu 76, ketuntasan klasikal 76%. Berdasarkan hasil observasi, presentase
Hasil belajar teknik dasar passing bola basket, siswa yang tuntas sebanyak 4
orang dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 21 orang . Siswa yang berada pada
katagori sangat baik 1, kategori baik sebanyak 3 orang, cukup baik sebanyak 5
orang, kurang baik sebanyak 10 orang, sangat kurang baik sebanyak 6 orang.
Faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa masih kurang aktif adalah:
(1) masih terpusatnya pembelajaran pada guru yang menyebabkan rendahnya
aktivitas belajar siswa. (2) kurangnya penerapan model pembelajaran yang lebih

4
banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, yang menyebabkan siswa
kurang aktif sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, (3) guru
kurang memperhatikan interaksi belajar siswa yang hanya belajar mandiri dan
tergantung pada materi yang hanya diajarkan oleh guru sehingga tidak
memperlihatkan adanya interaksi atau kerjasama antar teman, (4) interaksi
diantara siswa kurang, siswa yang memiliki kemampuan kurang, tidak mau
bertanya dan berlatih pada siswa yang lebih mampu begitu pula sebaliknya siswa
yang lebih mampu hanya berlatih sendiri dan tidak mengajarkan kepada siswa
yang kurang mampu sehingga kelas tampak pasif, (5) siswa terlihat masih
mengalami keraguan dalam melakukan gerakan yang di perintahkan oleh guru.
(6) kurang termotivasinya siswa dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru, dan (7) sarana (bola) yang ada masih kurang sehingga siswa lebih
banyak menunggu dari pada mempraktikkan gerakan.

Keberhasilan proses pembelajaran dalam Penjasorkes ditentukan oleh banyak


faktor antara lain: model pembelajaran, guru, sarana prasarana, dan situasi dalam
proses pembelajaran. Para pakar pendidikan telah banyak mengadakan terobosan
tentang model pembelajaran yang telah diujicobakan, namun sekarang belum bisa
dipastikan mana yang paling tepat dipergunakan karena dalam proses
pembelajaran sangat tergantung pada aktivitas siswa itu sendiri. Oleh karena itu
peneliti merasa tertarik untuk melakukan uji coba dalam bentuk penelitian untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran yang sudah ada. Hal ini disebabkan
karena guru belum menggunakan model-model pembelajaran kooperatif dengan
baik. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat klasikal,
dimana peran guru masih dominan, sehingga berdampak dalam proses
pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran siswa kurang aktif, sehingga
berakibat pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi ketuntasan belajar.
Mengacu pada permasalahan di atas, maka peran seorang guru sangatlah
penting di dalam penggunaan model pembelajaran yang tepat, sehingga mampu
memacu siswa berperan aktif terhadap materi yang diberikan khususnya pelajaran

5
teknik dasar bola basket (chest pass dan bounce pass) Oleh karena itu, peneliti
mencoba memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah yaitu dengan
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut wina (2008:242)
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem
pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen). Dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut, diharapkan
nantinya mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran. Terdapat beberapa alasan kuat diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
dengan maksud membantu kesulitan guru dalam memberikan materi
pembelajaran kepada siswa. Dalam pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok belajar kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa
yang heterogen. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dalam pembelajaran teknik dasar bola basket (chest pass dan
bounce pass), sehingga dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar
teknik dasar bola basket (chest pass dan bounce pass)
Pemilihan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
dikuatkan oleh hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya, diantaranya : (1)
Oky Wasrik Dwi Nugroho (2014) menemukan, Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD N Karang Duren, (2) Ni Made
Sunilawati (2012/2013) menemukan, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemampuan
Numerik Siswa Kelas IV SD N 1 Darmasaba, (3) Fathoni Reza Irfanto (2011)
menemukan, Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK
Perindustrian Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010 / 2011.

6
Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa terdorong untuk mengadakan
penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Teknik
Dasar Passing Bola Basket pada Siswa Kelas VII A8 SMP Negeri 3 Sawan
Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana pengauh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar teknik dasar
passing bola basket pada Siswa Kelas VII A8 SMP Negeri 3 Sawan Tahun
Pelajaran 2016/2017?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) terhadap hasil belajar Teknik Dasar
Passing Bola Basket pada Siswa Kelas VII A8 SMP Negeri 3 Sawan Tahun
Pelajaran 2016/2017.
F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi guru penjasorkes


tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement division (STAD) pada pembelajaran penjasorkes khususnya
dalam mempelajari teknik dasar passing bola basket.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam
mengembangkan model pembelajaran yang lebih inovatif pada mata

7
pelajaran penjasorkes, sehingga pembelajaran penjasorkes menjadi lebih
baik.
2. Manfaat Praktis

a. Manfaat untuk guru

a) dapat menambah pengalaman, wawasan yang dapat menambah


profesionalisme guru penjasorkes dalam melaksanakan proses pembelajaran
terutama dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement division (STAD) (b) dapat meningkatan keterampilan guru
penjasorkes dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student
teams achievement division (STAD) pada pembelajaran bola basket, (c) dapat
menumbuhkembangkan kreativitas guru penjasorkes dalam merancang metode
pembelajaran sehingga dapat mengubah gagasan-gagasan dalam membangun
konsep-konsep yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)
b. Manfaat untuk siswa

(a) membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar teknik dasar passing
(chest pass dan bounce pass) bola basket melalui implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division (STAD)
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermanfaat, (b) membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar teknik dasar passing (chest pass dan bounce pass)
bola basket melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe student
teams achievement division (STAD) sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermanfaat, (c) menumbuhkan rasa kerjasama, tanggung jawab pada siswa dalam
memecahkan masalah serta membangun motivasi belajar anak bagi yang kurang
mampu.

c. Manfaat untuk sekolah

(a) dapat bermanfaat bagi pengembangan model pembelajaran khususnya dalam


pembelajaran permainan bola basket, (b) dapat membantu sekolah dalam
meningkatkan pemberdayaan kecakapan hidup para siswa sehingga diharapkan
lebih dapat bersaing dalam kompetisi antar sekolah, terjun ke masyarakat

8
maupun kepentingan melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi, (c) dapat
dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran dalam upaya meningkatkan
mutu Penjasorkes.

d. Manfaat untuk peneliti

(a) dapat menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan model


pembelajaran yang lain dalam pembelajaran penjasorkes, (b) mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam merancang pembelajaran bola basket dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division
(STAD), (c) dapat memberikan pengalaman dalam hal melakukan penelitian
tindakan kelas dan memberikan pengalaman dalam situasi dan kondisi dalam
proses belajar mengajar.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII
SMP Negeri 3 Sawan tahun pelajaran 2016/2017.
2. Penelitian ini terbatas pada hasil belajar teknik dasar passing bola basket.
3. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada lembar asesmen
kemampuan teknik dasar Passing Bola Basket, yaitu chest pass dan bounce
pass.

H. Kajian Teori
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, dimana bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,
keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran stabilitas
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional (Depdiknas, 2006:163).

9
Husdarta (2009:3) menyatakan,
Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental
serta emosional. juga memaparkan bahwa penjasorkes memperlakukan
anak atau siswa sebagai sebuah kesatuan yang utuh, makhluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas
fisik dan mentalnya.
Dari pendapat di atas maka, penjasorkes merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara keseluruhan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani yang
dirancang dan disusun secara sistematis untuk menghasilkan perubahan holistik yang
mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan individu secara jasmani,
intelektual, emosional, dan moral, spiritual yang selaras, serasi, dan seimbang untuk
membentuk manusia seutuhnya.
Pelaksanaan pembelajaran penjasorkes dengan aktivitas gerak sebagai sarana
pencapaian tujuan harus selalu direncanakan dengan baik oleh guru penjasorkes
penyampaian informasi pada bagian awal pengajaran penjasorkes sangat berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Penyampaian informasi itu memiliki dua
macam tujuan, yaitu agar siswa mengetahui dan memahami apa yang dikerjakan, dan
memahami bagaimana cara melakukannya.
Sistematika pembelajaran dalam penjasorkes berdasarkan PERMENDIKNAS
Nomor 41 Tahun 2007 sebagai berikut:a) pembelajaran pendahuluan, b)
pembelajaran inti, dan c) pembelajaran penutup.

1. Pembelajaran Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan guru.
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran,
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari,
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai,

10
4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Pembelajaran Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar (KD) yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti
menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi.
a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.
b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain.
c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.

2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi.
a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-
tugas tertentu yang bermakna.
b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

11
c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut.
d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar.
f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.
g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok.
h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan.
i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi.
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber.
c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar.
e. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang
baku dan benar.
f. Membantu menyelesaikan masalah.
g. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi.
h. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

12
i. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
c. Dalam kegiatan penutup.
1. Bersama-sama dengan peserta didik/sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran.
2. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), dengan berakhirnya suatu proses
belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar tersebut dapat
dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran
adalah hasil yang dapat diukur dengan segera atau secara langsung. Sedangkan
dampak pengiring adalah hasil belajar siswa yang tampak secara tidak langsung atau
merupakan transfer hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:295).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:26), siswa yang belajar berarti
menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk berinteraksi
terhadap lingkungannya dalam melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di
atas di dalam instruksional, Bloom, dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:26)
mengkatagorikan jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar, antara lain:
a) ranah kognitif, b) ranah afektif, dan c) ranah psikomotor. Adapun penjelasan dari
ketiga ranah di atas sebagai berikut.

a. Ranah Kognitif

13
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku antara lain sebagai berikut.
1. Pengetahuan yakni pencapaian kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan ini berkenaan dengan
fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.
2. Pemahaman yang mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
yang dipelajari.
3. Penerapan yang mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analisis yang mencakup kemampuan terperinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis yang mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6. Evaluasi yang mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif
1. Penerimaan yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan
memperhatikan.
2. Partisipasi yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3. Penilaian dan penentuan sikap yang mencakup menerima suatu nilai,
menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
4. Organisasi yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup.
5. Pembentukan pola hidup yang mencakup kemampuan menghayati nilai
membentuknya menjadi nilai kehidupan pribadi.
c. Ranah Psikomotor
1. Persepsi yang mencakup kemampuan memilah hal-hal secara khas dan
menyadari akan adanya perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan yang mencakup kesiapan menempatkan diri dalam keadaan di mana
akan terjadinya suatu gerakan atau rangkaian gerak.

14
3. Gerakan terbimbing yang mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
dengan contoh atau gerakan peniruan.
4. Gerakan yang terbiasa yang mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa
contoh.
5. Gerakan kompleks yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat.
6. Penyesuaian gerak yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku.

Dari ketiga ranah di atas hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini hanya
terbatas pada hasil belajar dalam ranah psikomotor, karena dalam pembelajaran
penjasorkes lebih banyak menggunakan unsur gerak dan dalam hal ini tidak pula
menyampingkan ranah kognitif dan afektif.

3. Model-model Pembelajaran
Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Adapun model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran (Suprijono, 2009:46-68)
sebagai berikut: a) model pembelajaran langsung, b) model pembelajaran kooperatif,
dan c) model pembelajaran berbasis masalah.

a. Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active
teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif
dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkanya secara
langsung kepada suluruh kelas.
b. Model Pembelajaran Kooperatif

15
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,
di mana guru menetapkan tugas dan pertanyan-pertanyan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud.
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep
yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan
atau discovery learning. Proses belajar penemuan meliputi proses informasi,
transformasi, dan evaluasi. Belajar penemuan menekankan pada berpikir tingkat
tinggi. Belajar ini memfasilitasi peserta didik mengembangkan dialektika berpikir
melalui induksi logika yaitu berpikir dari fakta ke konsep.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang terstruktur


dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai
tujuan-tujuan bersama (Santyasa, 2007:30).
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya
selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar aktif, memberi penjelasan teman kelompok dengan baik, dan dapat
melakukan diskusi kelompok. Pembelajaran belum selesai jika salah satu anggota
kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran.
Menurut Trianto (2007:42), pembelajaran kooperatif bertujuan untuk: (1)
meningkatkan partisipasi siswa, (2) memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, dan (3) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Jadi, model pembelajaran kooperatif merupakan model

16
yang mengkondisikan siswa bekerja bersama untuk memperoleh tujuan bersama
dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan
Herberit Thelan (dalam Ibrahim, dkk, 2000:13) yang menyatakan bahwa kelas
haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji
masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Kerja kelompok kooperatif digambarkan
oleh Dewey dan Thelan berjalan melampaui hasil belajar akademik. Mereka
memandang tingkah laku kooperatif dan proses-proses sebagai bagian tak terelakkan
dari usaha keras manusia, di atas merupakan dasar mana masyarakat demokratis
dapat dibangun dan dipertahankan.
Menurut Ibrahim dkk (2000:11), pembelajaran kooperatif akan menjadi
sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru,
perpustakaan, ataupun di pusat media.
Terdapat lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (Santyasa, 2005:89-
96) yaitu: a) saling ketergantungan positif, b) interaksi tatap muka, c) keterampilan-
keterampilan kolaboratif, d) pemrosesan interaksi-interaksi kelompok, e) tanggung
jawab individu. Penjelasan dari kelima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif
sebagai berikut.
a. Saling Ketergantungan Secara Positif
Saling ketergantungan secara positif adalah perasaan antar kelompok siswa untuk
membantu setiap orang dalam kelompok tersebut. Cara-cara mempromosikan
saling ketergantungan secara positif dalam kelompok meliputi: tujuan,
penghargaan, peranan, sumber dan identitas.
b. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi
juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat
saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
c. Keterampilan-keterampilan Kolaboratif

17
Keterampilan-keterampilan kolaboratif yang baik adalah sangat penting tidak
hanya untuk sukses di luar sekolah dengan teman dan keluarga, tetapi juga dalam
karir. Guru memilih suatu keterampilan kolaboratif hendaknya lebih menekankan
pada kesesuaian dengan karakteristik masing-masing pelajaran. Namun tidak
menutup kemungkinan bahwa akan terdapat keterampilan yang sama untuk
beberapa pelajaran.
d. Pemrosesan Interaksi-interaksi Kelompok
Sebagai bagian dari masing-masing unit dimana pembelajaran kooperatif
digunakan, waktu hendaknya direncanakan paling tidak sekali untuk para siswa
mendiskusikan bagaimana sebaiknya kelompok mereka bekerja bersama.
Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek. Pertama, menjelaskan tentang
keberfungsian kelompok. Kedua, kelompok akan mendiskusikan apakah interaksi
mereka perlu diperbaiki. Pemrosesan interaksi kelompok ini membantu kelompok
belajar bagaimana berkolaborasi dengan lebih efektif, dimana dapat ditetapkan
selama atau diakhir kegiatan.
e. Tanggung Jawab Individu
Satu hal yang paling umum bagi siswa bekerja dalam kelompok adalah bahwa
beberapa anggota kelompok akan mengakhiri semua pekerjaan dan semua
pembelajaran. Jadi, mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi
dan belajar merasakan bertanggung jawab secara individual untuk keberhasilan
kelompok mereka.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 01
berikut (Trianto, 2007:48).
Tabel 01 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
No. Fase Tingkah Laku

1. Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang


dan motivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa dalam belajar

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia

18
3. Mengorganisasikan Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
siswa ke dalam yang setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa
kelompok-kelompok dan dipilih secara heterogen
belajar

4. Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar


bekerja dan belajar dengan menggunakan sarana dan prasarana yang
tersedia

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi


yang telah dipelajari kemudian masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6. Memberikan Guru mencari cara untuk memberikan


penghargaan penghargaan kepada siswa, baik secara
individu/kelompok

Adapun beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif


(Nurhadi dkk, 2004:63), sebagai berikut: a) Memudahkan siswa melakukan
penyesuaian sosial, b) mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, c)
memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi,
perilaku sosial, dan pandangan, d) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya
nilai-nilai sosial dan komitmen, e) meningkatkan keterampilan metakognitif, f)
menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris, g)
meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, h) menghilangkan siswa dari
penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan, i) dapat menjadi acuan bagi
perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi, j) membangun persahabatan
yang dapat berlanjut hingga masa dewasa, k) mencegah timbulnya gangguan
kejiwaan., l) encegah terjadinya kenakalan di masa remaja, m) menimbulkan perilaku
rasional di masa remaja, n) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan, o)
meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama, p) meningkatkan kemampuan
memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif, q) meningkatkan perasaan
penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup, r) meningkatkan keyakinan terhadap

19
ide atau gagasan sendiri, s) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain
yang dirasakan lebih baik, t) meningkatkan motivasi belajar intrinsik.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division


(STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran tim yang paling sederhana dan paling banyak diterapkan. Dalam STAD,
para siswa dibagi dalam tim yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran,
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai pelajaran, selanjutnya siswa mengerjakan kuis tim untuk mendapatkan
skor tim serta yang terakhir siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-
sendiri dan tidak diperbolehkan untuk saling membantu (Slavin, 2010:11). Dengan
dilaksanakannya model pembelajaran kooperatif secara berkesinambungan dapat
dijadikan sarana bagi guru untuk melatih dan mengembangkan siswa pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Menurut Slavin yang dikutip Yatim Riyanto (2009:269-270) ada 8 fase model
pembelajaran kooperatif model STAD adalah sebagai berikut:
Fase 1 : Guru presentasi memberikan materi yang akan dipelajari secara garis besar dan
prosedur kegiatan juga tata cara kegiatan kelompok.
Fase 2 : Guru membentuk kelompok berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, ras, suku,
jumlah antara 3-5 siswa.
Fase 3 : Siswa bekerja dalam kelompok, siswa belajar bersama, diskusi atau mengerjakan
tugas yang diberikan guru sesuai LKS.
Fase 4 : Scafolding, guru memberikan bimbingan
Fase 5 : Validation, guru mengadakan validasi hasil kerja kelompok dan memberikan
kesimpulan tugas kelompok.
Fase 6 : Quizzes, guru mengadakan kuis secara individu, hasil nilai dikumpulkan, dirata-
rata dalam kelompok, selisih skor awal (base scorer) individu dengan skor hasil
kuis (skor pengembang)

20
Fase 7 : Perhitungan kelompok berdasarkan skor perhitungan yang diperoleh anggota,
dirata-rata, hasilnya disesuaikan dengan predikat tim
Fase 8 : Evaluasi yang dilakukan oleh guru
Adapun keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah sebagai berikut.
Keunggulan.
a Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-
norma kelompok.
b Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
c Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok.
d Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Kelemahan.
a Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target
kurikulum.
b Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru
tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
c Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif.
d Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama

Berdasarkan penerapan di atas, langkah-langkah model pembelajaran


kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut sesuai table 02.
Table 02 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
No Fase Tingkah Laku
1 Fase-1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan mengkomunikasikan kompetensi dasar
tujuan dan yang akan dicapai serta memotivasi siswa
memotivasi siswa
2 Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan
informasi
3 Fase-3 Guru menginformasikan pengelompokkan
Mengorganisasikan Siswa
siswa ke
dalam kelompok-

21
No Fase Tingkah Laku
kelompok belajar

4 Fase-4 Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam


Membimbimg kelompok-kelompok belajar
kelompok belajar

5 Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang


Evaluasi materi pembelajaran yang telah dilaksanakan

6 Fase-6 Guru memberi penghargaan hasil belajar


Memberikan individual dan kelompok
penghargaan

6. Model Pembelajaran Konvensional


Pembelajaran konvensional menekankan pada guru sebagai pusat informasi
dan siswa sebagai penerima informasi. Situasi kelas sebagian besar masih berfokus
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, serta pengguanaan model ceramah
sebagai pilihan utama strategi belajar mengajar. Model pembelajaran konvensional
adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga model ceramah, karena sejak
dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
anak didik dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran konvensional merupakan model yang masih berpandagan
pada paradigm lama. Model pembelajaran ini cenderung menganggap siswa sebagai
objek bukan subjek. Siswa dianggap sebuah botol kosong yang harus diisi terus
menerus oleh guru. Pembelajaran konvensional cenderung dimulai dengan
apersepsi, penyajian informasi, pemberian soal-soal dan tugas, kemudian membuat
simpulan (Suryosubroto, 2002:71).
Pembelajaran konvensional sering juga disebut sebagai pembelajaran
tradisional. Siswa menjadi penerima pengetahuan yang pasif dan kebanyakan
menghafal tanpa belajar untuk berfikir. Pada umumnya kegiatan pembelajaran
bergantung pada pembicaraan guru yang menggunakan metode ceramah atau sebuah

22
pertanyaan dan sebuah jawabannya hanya melibatkan daya ingat dasar dari
pembelajar (Khan, 2011).
Menurut Coleman (dalam Santyasa, 2005:36) pembelajaran konvensional
memiliki cirri-ciri, yaitu: (1) pemerolehan informasi (melalui sumber-sumber secara
simbolik, seperti para guru atau membaca), (2) pengasimilasian atau
pengorganisasian informasi sehingga suatu perinsip umum dimengerti, (3)
penggunaan prinsip-prinsip umum pada kasus yang bersifat spesifik, dan (4)
penerapan prinsip umum pada keadaan baru.
Institute of Computer Technology (Sunarto, 2009) menyatakan bahwa
pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang
paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah seluruh dunia. Pengajaran model
ini dipandang efektif, terutama untuk hal-hal sebagai berikut: a) Berbagi informasi
yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, sehingga satu sumber dirasa cukup, b)
menyampaikan informasi dengan cepat, yang disebabkan banyaknya materi yang
harus diberikan tetapi dengan waktu yang terbatas, c) membelajarkan siswa yang
modalitas atau yang gaya belajar utamanya dengan cara mendengarkan.
Namun, menurut Suryosubroto (2002:192) pendekatan model pembelajaran
memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: a) Setiap siswa mempunyai cara
belajar atau modalitas terbaik yang berbeda, tidak semua siswa bisa belajar dengan
baik hanya dengan mendengarkan, b) sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar
siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, sehingga siswa akan cepat merasa
bosan, c) cenderung tidak memerlukan yang kritis sehingga siswa hanya akan bersifat
pasif, d) pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan
tidak bersifat pribadi, padahal kemampuan setiap siswa itu berbeda.
Langkah-langkah pembelajaran konvensional (ceramah, demonstrasi,
penugasan) adalah sebagai berikut.

Table 03 Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional


No Fase Tingkah Laku
1 Apersepsi Guru menyampaikan pokok bahasan atau materi yang akan
diberikan

23
2 Kegiatan Inti Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang diajarkan
Guru mendemonstrasikan materi yang diajarkan
Guru menugaskan siswa melakukan tugas gerak terkait materi
yang diajarkan
3 Penutup Guru menyimpulkan bahan ajar yang diberikan

7. Permainan Sepak Bola


Permainan bola basket merupakan olahraga berkelompok yang terdiri dari dua tim
berlawanan dengan anggota masing-masing 5 orang, dimana tujuan permainan bola
basket adalah memperoleh poin sebanyak banyaknya dengan cara memasukan bola
kedalam ring lawan.Pertandingan bola basket diselenggarakan diruang yang memiliki
ukuran lapangan basket dengan panjang 28,5 meter dan lebar 15 meter.Posisi utama
dalam permainan bola basket, yaitu forward yang bertugas mencetak poin dan
memasukan bola kedalam ring lawan, defance, permainan yang bertugas menghadang
lawan, serta playmaker, pemain yang memegang peran mengatur alur bola dan
merancang strategi permainan.
Nuril Ahmadi (2007: 9) menyatakan,

Lapangan bola basket dibuat di lapangan berbentuk segi empat yang tertutup
dan rapat, Untuk permainan penuh, lapangan bola basket berukuran panjang
sekitar 28 m dan lebar 15 m, Garis tengah lingkaran di tengah lapangan 3,6
meter. Tinggi ring basket 3,05 meter, Diameter ring basket 0,45 meter,
Ukuran papan pantul panjang x lebar adalah 1,8 x 1.2 meter.

a. Teknik Dasar Permainan Bola Basket


Bola basket sejatinya adalah permainan tim. Walaupun pemain yang memiliki
keterampilan tinggi bias mendominasi pada kondisi tertentu, seorang pemain sepak
bola harus saling bergantung pada setiap anggota tim untuk menciptakan permainan
cantik dan membuat keputusan tepat.
Tim bola basket terdiri dari enam pemain lapangan. Keterampilan untuk
mengoper dan menerima bola membentuk jalinan vital yang menghubungkan keenam
pemain ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik dari pada bagian-bagiannya.
Ketepatan, langkah, dan waktu pelepasan bola merupakan bagian yang penting dari

24
kombinasi pengoperan bola yang berhasil. Keterampilan mengoper dan menerima
bola yang tidak baik akan mengakibatkan lepasnya bola dan membuang-buang
kesempatan untuk menciptakan masuknya bola kedalam ring.
Adapun teknik dasar permainan bola basket adalah sebagai berikut: 1)
menggiring bola (dribbling), 2) mengoper (passing), 3) pivot, 4) menembak
(shooting)., 5) Rebound.

1. Menggiring bola
Menggiring bola bertujuan untuk membawa bola menghindari lawan atau
mengumpannya pada kawan satu tim yang dekat dengan ring lawan. Menggiring
dilakukan dengan cara memantulkan bola pada permukaan lantai dengan
menggunakan tangan, sementara pada sepat kaki menggiring dilakukan dengan
menggiring bola dengan menggunakan kaki.

2. Mengoper (passing)
Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain
lain. Passing membutuhkan banyak teknik yang sangat penting agar dapat tetap
menguasai bola.
3. Pivot
Pivot digunakan untuk melakukan gerakan tipuan pada lawan, dengan cara
pemain menggerakan badan dengan bertumpu pada salah satu kaki dan kedua
tangan menjaga bola dari serbuan lawan.
4. Menembak (shooting)
Melakukan shooting dengan cara memasukan bola kedalam ring lawan
menggunakan teknik set shoot (diam ditempat dan memasukan bola dengan satu
tangan atau dua tangan), jump shoot (memasukan bola dengan melompat), dan
lay up (memasukan bola dengan berlari dengan melompat).
5. Rebound
Rebound ofensif merupakan lemparan yang gagal masuk kemudian dimasukan
lagi ke dalam ring oleh rekan tim dan jika berhasil masuk, tim mendapatkan dua

25
poin. Rebound defensive merupakan teknik merebut bola yang gagal dimasukan
oleh lawan agar tidak ada lagi usaha untuk memasukan bola ke ring.

a. Teknik passing setinggi dada (chest pass)

Teknik Passing setinggi dada (chest pass) dalam permainan bola basket
dapat dilakukan dipermainan bola basket dengan cara mengoper teman dengan
lemparan di dipan dada.
Adapun cara passing setinggi dada (chest pass) terdiri dari tiga fase yaitu
sebagai berikut: 1) sikap awal, 2) sikap pelaksanaan, 3) sikap akhir.
1. Sikap awal
a Berdiri dengan sikap melangkah.
b Bola dipegang dengan kedua tangan didepan dada.
c Badan agak condong kedepan
2. Sikap pelaksanaan
a Dorong bola kedepan dengan dengan meluruskan kedua lengan bersamaan
kaki belakang dilangkahkan kedepan dan berat badan dibawa kedepan.
b Lepaskan bola dari kedua pegangan tangan setelah kedua lengan lurus.
c Arah bola lurus sejajar dada.
3. Sikap akhir
a Berat badan dibawa kedepan.
b Kedua lengan lurus kedepan rileks.
c Pandangna mengikuti arah gerak bola.

b. Teknik passing pantulan (bounce pass)

Teknik Passing pantulan (bounce pass) dalam permainan bola basket dapat
dilakukan dipermainan bola basket dengan cara mengoper teman dengan lemparan di
pantulkan ke bawah dada.
Adapun cara Passing pantulan (bounce pass) terdiri dari tiga fase yaitu
sebagai berikut: 1) sikap awal, 2) sikap pelaksanaan, 3) sikap akhir.

26
1. Sikap awal
a Berdiri dengan sikap melangkah.
b Bola dipegang dengan kedua tangan didepan dada
c Badan agak condong kedepan
2. Sikap pelaksanaan
a. Dorong bola kedepan dengan dengan meluruskan kedua lengan bersamaan
kaki belakang dilangkahkan kedepan dan berat badan dibawa kedepan.
b. Lepaskan bola dari kedua pegangan tangan setelah kedua lengan lurus.
c. Arah bola memantul kelantai.
3. Sikap akhir
a. Berat badan dibawa kedepan.
b. Kedua lengan lurus kedepan rileks.
c. Pandangna mengikuti arah gerak bola.

I. Kajian Penelitian Yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh (1) Oky Wasrik Dwi Nugroho (2014) menemukan, Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan
Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD N Karang Duren, (2) Ni
Made Sunilawati (2012/2013) menemukan, Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD N 1 Darmasaba, (3) Fathoni Reza Irfanto
(2011) menemukan, Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK
Perindustrian Yogyakarta Tahun Pelajaran 2010 / 2011.

27
J. Kerangka berpikir

SISWA
Kelas VII A8 SMP Negeri 3
Sawan

Model Pembelajaran Kooperatif


Model Pembelajaran
Tipe STAD
Konvensional

Teori belajar Teori belajar


behaviorisme konstruktivisme

Berpusat pasa guru Berpikir bersama


Siswa lebih banyak Tanggung jawab perorangan
mendengarkan daripada
melakukan/mencoba Siswa belajar aktif

Dapat mengemukakan ide

Siswa susah Siswa dapat lebih mudah


memahami materi memahami atau menguasai
yang diajarkan materi yang diajarkan

Hasil belajar teknik


Hasil belajar teknik dasar
dasar Passing Bola
Passing Bola Basket
Basket
?
Gambar 01 Kerangka berpikir.

28
Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang
baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus
perlu secara terus menerus dikembangkan di setiap event pembelajaran. Kebiasaan-
kebiasaan untuk bersedia mendengar dan menghargai pendapat rekan-rekan sesama
siswa seringkali mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin
yang berlangsung begitu saja pada kegiatan pembelajaran sehari-hari. Kemampuan
ini tidak dapat berkembang dengan baik begitu saja melainkan membutuhkan
latiham-latihan yang terbimbing dari guru.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model
pembelajaran yang epat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan
menyenangkan sehingga siswa dapat meraih keberhasilan belajar dan prestasi yang
optimal.
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang
sudah biasa digunakan dalam proses pembelajaran disekolah. Dimana proses
pembelajaran dengan menggunakan model ini siswa akan lebih banyak diam dan
mendengarkan materi yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran berpusat pada guru
sehingga siswa kurang aktif dalam mencari informasi terkait materi yang diajarkan.
Hal tersebut dapat menyebabkan siswa susah untuk memahami materi dan berdampak
pada hasil belajar yang rendah.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
yang sangat melibatkan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang
heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5
siswa. Pembelajaran dengan model ini lebih menekankan pada tanggung jawab,
partisipasi aktif, kerjasama, dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan ide-ide pada kelompok belajarnya.
Dengan penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD, dimana dalam
pembelajaran teknik dasar Passing Bola Basket akan dapat memudahkan siswa dalam

29
proses belajar gerak, artinya siswa yang sulit menguasai atau menerima materi
pelajaran akan tertolong dalam pemberian materi yang telah dipecah-pecah kemudian
dirangkum secara keseluruhan menjadi bagian yang sederhana. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD memberikan kontribusi yang besar dalam proses pengajaran,
karena model pembelajaran ini mengajarkan siswa secara bertahap sampai siswa
dapat menguasai materi pelajaran.
Hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional akan dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Dari hasil pembandingan tersebut akan diketahui apakah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar teknik dasar Passing Bola
Basket.

K. Hipotesis
Bedasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis yaitu,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar teknik dasar passing bola basket pada siswa kelas VII A8 SMP
Negeri 3 Sawan tahun pelajaran 2016/2017.

L. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
(quasi experimental). Penelitian eksperimen semu bertujuan untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dari
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel relevan (Sugiyono,
2008:114).

2. Subjek Penelitian

30
Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan. Dalam konteks
pendidikan di sekolah, subjek penelitian adalah siswa, guru, pegawai, atau kepala
sekolah. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, subjek penelitian umumnya adalah
siswa.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa
Kelas VII SMP Negeri 3 Sawan tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi
kedalam 2 kelas yaitu: VII A8 berjumlah 25 orang dan VII A7 berjumlah 25 orang,
sehingga keseluruhan jumlah subjek penelitian adalah 50 orang. Dua kelas yang ada
akan diundi untuk menetapkan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh subjek penelitian untuk masing-
masing perlakuan seperti tertera pada tabel 04 di bawah ini.

Tabel 04 Subjek Penelitian pada Masing-masing Perlakuan


Jumlah Siswa
No Kelas Sampel Metode Pembelajaran
(orang)
1 VII A7 Konvensional 25
2 VII A8 Kooperatif tipe STAD 25
Jumlah Total 50

3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sawan pada Kelas VII tahun
pelajaran 2016/2017. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar teknik
dasar teknik dasar passing bola basket pada siswa klompok eksperimen sedangkan
kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan model konvensional. Rancangan
pada penelitian ini adalah rancangan the pretest-posttest control group design (yang
ditampilkan pada Gambar 01 berikut)

T1 X1 T2
S
T1 X2 T2

31
Gambar 02 Rancangan Penelitian
( Kanca, 2010)
Keterangan:
S = Subjek
T1 = Tes Awal (pretest)
T2 = Tes Akhir (posttest)
X1 = kelompok Eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
X2 = Kelompok Kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional
(ceramah, demonstrasi, pemberian tugas)

4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:60). Penelitian ini bertujuan
untuk menyelidiki pengaruh variable bebas (independent) terhadap variabel terikat
(dependent).
Ada dua jenis variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat.
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan model pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar teknik dasar passing
bola basket.

5. Definisi Konseptual
Untuk memperjelas definisi konseptual variabel yang dibahas dalam
rancangan penelitian ini, diberikan batasan agar tidak menimbulkan salah penafsiran.

a. Hasil Belajar

32
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar dengan suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Hasil belajar siswa dapat berupa apa yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar seperti misalnya perubahan kemampuan-kemampuan pada siswa baik
kemampuan berfikir, keterampilan gerak, maupun perubahan sikap. Hasil belajar
tidak hanya berupa sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif saja melainkan juga
dapat diukur secara kualitatif, terkait perkembangan siswa dari yang tidak bisa
menjadi bisa.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
yang sangat melibatkan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang
heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5
siswa. Pembelajaran dengan model ini lebih menekankan pada tanggung jawab,
partisipasi aktif, kerjasama, dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan ide-ide pada kelompok belajarnya.
.
c. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
berpusat pada guru sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran,
umumnya melalui tahapan-tahapan pembelajaran dengan langkah-langkah tetap
dimulai dengan orientasi, presentasi latihan terbimbing yang lazim dan kebanyakan
dilakukan oleh guru.

6. Definisi Operasional
a. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
sangat melibatkan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen
(tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa.
Pembelajaran dengan model ini lebih menekankan pada tanggung jawab,

33
partisipasi aktif, kerjasama, dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan ide-ide pada kelompok belajarnya.
.
b. Model Pembelajaran konvensional
Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran yang sudah biasa digunakan dalam proses belajar mengajar
oleh guru penjasorkes di SMP Negeri 3 Sawan yaitu dengan model ceramah,
demonstrasi dan penugasan.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar teknik
dasar passing bola basket (chest pass dan bounce pass) pada aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh
siswa melalui tes akhir (posttest) setelah selesai pembelajaran.

7. Prosedur Penelitian

Ada beberapa tahapan yang akan dilaksanakan terhadap penelitian ini


yaitu sebagai berikut.
A. Tahap Persiapan
1. Melakukan observasi kesekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian, yaitu
SMP Negeri 3 Sawan.
2. Mengajukan permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada Kepala SMP
Negeri 3 Sawan.
3. Berkoordinasi dengan guru yang bertanggung jawab mengajar di Kelas VII
SMP Negeri 3 Sawan.
4. Melakukan pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
5. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran meliputi: silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrument

34
yang dibuat adalah tes hasil belajar.
B. Tahap Pelaksanaan
1. Mengadakan tes awal (pretest) pada kelas eksperimen dan kelas control.
2. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol. Perlakuan diberikan sebanyak 2 kali pada masing-masing kelompok.
3. Mengadakan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas control
setelah diberikan perlakuan. Pemberian tes akhir ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap
hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa. Tes akhir yang diberikan
sama dengan tes awal.

8. Perlakuan Penelitian

Penelitian eksperimen ini menggunakan dua kelompok. Perlakuan pada


masing-masing kelompok dirancang dalam waktu yang sama, dan porsi materi
pelajaran yang sama. Berikut dijelaskan rancangan perlakuan pada masing-masing
kelompok dalam tabel 05 dan 06.

Tabel 05 Rancangan Perlakuan Kelompok Eksperimen (Model Membelajaran


Kooperatif Tipe STAD)
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pembagian Siswa dibagi kedalam kelompok Siswa Bekerja sama dalam
kelompok yang beranggotakan 4-5 orang kelompok.
secara heterogen.
Mengajukan Pemberian LKS kepada masing- Siswa mengerjakan LKS dan
Pertanyaan masing kelompok untuk mendiskusikan bersama teman
didiskusikan bersama anggota kelompoknya.
kelompoknya.
Berfikir Mengawasi kerja masing-masing Melalui diskusi siswa diberikan
Bersama kelompok agar dapat diketahui kesempatan untuk menemukan
pasrtisipasi masing-masing konsep/prinsip yang terkait
anggota kelompok dan tetap dalam materi.
memberikan bimbingan kepada
siswa apabila ada yang mengalami
kesulitan.

35
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pemberian Masing-masing kelompok ditunjuk Masing-masing kelompok maju
Jawaban secara berurutan untuk untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil diskusi diskusi.
kelompok di depan menerangkan
hasil diskusi dalam kelompoknya
sedangkan kelompok yang tidak
maju harus mendengarkan dengan
baik

Tabel 06 Rancangan Perlakuan Kelompok Kontrol (Model Pembelajaran


Konvensional)
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Apersepsi Menyampaikan pokok bahasan Mendengarkan informasi yang
atau materi yang akan diberikan. disampaikan dan menerima
informasi baru.
Kegiatan Inti Memberikan pertanyaan terkait Mencatat pertanyaan atau soal
materi yang diajarkan. terkait materi yang diajarkan.
Mendemonstrasikan terkait materi Memperhatikan materi yang
yang diberikan. didemonstrasikan guru.
Menugaskan siswa melakukan Melakukan tugas gerak yang
gerakan terkait materi yang diberikan oleh guru.
diajarkan.
Penutup Menyimpulkan bahan ajar yang Mendengarkan kesimpulan
diberikan. yang disampaikan guru.

9. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
RPP dan LKS yang disusun berdasarkan silabus KTSP yang berlaku di SMP Negeri 3
Sawan. RPP yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perwujudan
pelaksanaan pembelajaran di kelas masing-masing kelompok perlakuan, baik dengan
model pembelajaran konvensional maupun dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Lebih lanjut menurut Permendiknas No 14 Tahun 2007, langkah-
langkah kegiatan kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu (1)
eksplorasi, (2) elaborasi, (3) konfirmasi. Secara umum langkah-langkah dalam
mengembangkan RPP adalah (1) menentukan satu unit pembelajaran yang akan
diterapkan dalam pembelajaran berdasarkan silabus, (2) menuliskan standar

36
kompetensi, (3) kompetensi dasar yang terdapat dalam unit tersebut, (4) menentukan
indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, (5) menentukan alokasi waktu
yang diperlukan, (6) merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (7)
menentukan materi pembelajaran, (8) menentukan model pembelajaran yang dapat
mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran, (9) menentukan langkah-langkah
pembelajaran dan mengalokasikan waktu untuk melaksanakan masing-masing
langkah tersebut, (10) menentukan sumber dan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran tersebut, (11) menentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh
instrument penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi
dasar berikut rambu-rambu penilaiannya.

10. Instrumen Penelitian

Dalam memperoleh data yang sesuai dengan tujuan peneliti, instrumen yang
akan digunakan adalah asesmen teknik dasar passing bola basket (chest pass dan
bounce pass). Data tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan
instrumen berupa assesmen hasil belajar teknik dasar passing bola basket (chest pass
dan bounce pass).
Asesmen adalah proses pengumpulan informasi atau proses pengumpulan data
yang biasa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Adapun bentuk
asesmen yang digunakan adalah dengan menggunakan format pengamatan sesuai
dengan aspek yang diamati dalam pembelajaran teknik dasar passing bola basket
(chest pass dan bounce pass). Adapun bentuk lembar observasi dan asesmen yang
digunakan adalah pada tabel berikut ini.

a. Penilaian Aspek Kognitif


Penilaian aspek kognitif teknik dasar passing bola basket dilaksanakan
dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk isian dengan materi
pembelajaran. Penilaian aspek ini mempunyai bobot 20. Adapun pertanyaan,
jawaban, serta skor masing-masing pertanyaan pada tabel 07 dan 08 halaman berikut.

37
Tabel 07 Asesemen Penilaian Aspek Kognitif Teknik Dasar Passing Bola
Basket (Chest Pass)(Luxbacher, 2012:12)

No Pertanyaan Jawaban Skor


1 Sebutkan 3 indikator
dalam melakukan sikap a Berdiri dengan sikap melangkah. 1
awal teknik dasar
passing chest pass b Bola dipegang dengan kedua 1
dalam bola basket! tangan didepan dada.
c Badan agak condong kedepan 1
.

2 Sebutkan 3 indikator 1
a. Dorong bola kedepan dengan
dalam melakukan sikap dengan meluruskan kedua lengan
pelaksanaan teknik bersamaan kaki belakang
dasar passing chest dilangkahkan kedepan dan berat
pass dalam bola badan dibawa kedepan
1
basket! b. Lepaskan bola dari kedua
pegangan tangan setelah kedua
lengan lurus.
c. Arah bola lurus sejajar dada. 1

3 Sebutkan 3. indikator a. Berat badan dibawa kedepan. 1


dalam melakukan sikap b. Kedua lengan lurus kedepan
akhir teknik dasar dasar rileks.
c. Pandangna mengikuti arah gerak 1
passing chest pass
dalam bola basket! bola.
1

Total Skor 9

Tabel 08 Asesemen Penilaian Aspek Kognitif Teknik Dasar Passing Bola


Basket (Bounce Pass) (Luxbacher, 2012:13)

No Pertanyaan Jawaban Skor

38
No Pertanyaan Jawaban Skor
1 Sebutkan 3 indikator 1
dalam melakukan 1
sikap awal teknik
dasar passing Bounce a. Berdiri dengan sikap melangkah. 1
pass dalam bola b. Bola dipegang dengan kedua tangan
basket! didepan dada
c. Badan agak condong kedepan

2 Sebutkan 3 indikator
dalam melakukan a. Dorong bola kedepan dengan
sikap pelaksanaan 1
dengan meluruskan kedua lengan
teknik dasar passing
Bounce pass dalam bersamaan kaki belakang
bola basket! dilangkahkan kedepan dan berat
badan dibawa kedepan.
b. Lepaskan bola dari kedua pegangan
tangan setelah kedua lengan lurus. 1

c. Arah bola lurus sejajar dada. 1

3 Sebutkan 3 indikator a. Berat badan dibawa kedepan. 1


dalam melakukan
b. Kedua lengan lurus kedepan rileks.
sikap akhir teknik
1
dasar passing Bounce c. Pandangna mengikuti arah gerak
pass dalam bola bola. 1
basket!

Total Skor 9

Tabel 08 Format Lembar Penilaian Aspek Kognitif Teknik Dasar Passing Bola
Basket (Chest Pass)
Pertanyaan Ke- Jumlah
No Nama 1 2 3 Skor

39
1 a b C d e a b c d e a b c d e
2
3
Ds
t
Keterangan :
1. Pada kriteria terpenuhi beri tanda centang () yang berarti skor 1.
2. Pada criteria tidak terpenuhi dikosongkan.
3. Jumlah skor maksimal = 9
a. Pertanyaan Ke-1 = 3
b. Pertanyaan Ke-2 = 3
c. Pertanyaan Ke-3 = 3
Jumlah =9

Tabel 10 Format Lembar Penilaian Aspek Kognitif Teknik Dasar Passing Bola
Basket (Bounce Pass)
Pertanyaan Ke- Jumlah
No Nama 1 2 3 Skor
1 a b c D e a b c d e a b c d E
2
3
Ds
t
Keterangan :
1. Pada kriteria terpenuhi beri tanda centang () yang berarti skor 1.
2. Pada kriteria tidak terpenuhi dikosongkan.
3. Jumlah skor maksimal = 9
a. Pertanyaan Ke-1 = 3
b. Pertanyaan Ke-2 = 3
c. Pertanyaan Ke-3 = 3
Jumlah =9

Tabel 11 Format Rekapitulasi Lembar Penilaian Aspek Kognitif Teknik Dasar


Passing Bola Basket (Chest Pass Dan Bounce Pass)
Jumlah skor Jumlah skor
No Nama aspek aspek Total Nilai Ket.
kognitif kognitif skor Kognitif
Chest Pass Bounce Pass (N1)
1
2
3
Dst

40
Keterangan:
- Jumlah Skor Maksimal : 9+9 = 18
Rumus penilaian aspek Kognitif (N1):

1 = 20

b. Penilaian Aspek Afektif


Penilaian aspek afektif yang dilakukan oleh guru terhadap siswa didasarkan
pada perilaku yang ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan lembar pengamatan.

Tabel 12 Format Lembar Observasi Aspek Afektif Teknik Dasar Passing Bola
Basket
Aspek yang dinilai
Perca Kerjasam Tanggu Mengharga Menjaga Jumla Nilai
N Nama ya a ng i Teman Keselamata h Skor Afekti
o Diri Jawab n f (N2)
a b c a B c a b c a b c a b c
1
2
ds
t
Keterangan : - Pada kriteria terpenuhi beri tanda () yang berarti skor 1.
- Pada kriteria tidak terpenuhi dikosongkan
- Jumlah skor maksimal = 15
1. Percaya diri :3
2. Kerjasama :3
3. Tanggungjawab :3
4. Menghargai teman :3
5. Menjaga keselamatan :3
Jumlah : 15
Rumus penilaian Afektif (N2):

N2 = Jumlah skor yang diperoleh x 30

41
Jumlah skor maksimal

Tabel 13 Deskripsi Lembar Observasi Aspek Afektif Teknik Dasar Passing Bola
Basket
Aspek Afektif Deskripsi Skor
Percaya Diri a. Berani membimbing teman yang belum 1
mengerti.
b. Berani mengemukakan pendapat. 1
c. Berani mendemonstrasikan materi 1
pembelajaran.
Kerjasama a. Mau membantu teman dalam proses 1
pembelajaran.
b. Dapat menjaga kekompakan kelompok 1
belajarnya.
c. Ikut bersama-sama mengerjakan tugas yang 1
diinstruksikan oleh guru.
Tanggung jawab a. Mampu mengerjakan tugas yang diberikan 1
dengan baik.
b. Mampu menjamin keselamatan diri sendri dan 1
orang lain.
c. Menaati peraturan dan tata tertib yang sudah 1
ditetapkan.
Menghargai teman a. Menerima pendapat dan masukan yang 1
diberikan oleh teman.
b. Memberikan kesempatan teman untuk 1
berpendapat.
c. Menilai teman dengan sikap yang positif. 1
Menjaga a. Gerakan yang dilakukan tidak menyimpang. 1
Keselamatan b. Tidak mengganggu saat melakukan gerakan. 1
c. Tidak melakukan gerakan-gerakan yang 1
merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Keterangan:
- Dihitung skor 1 apabila setiap deskripsi terpenuhi.

Adapun penilaian aspek afektif untuk seluruh siswa dengan menggunakan


format lembar observasi aspek afektif teknik dasar passing bola basket seperti pada
tabel 12 tabel diatas.

42
c. Penilaian Psikomotor

Penilaian aspek psikomotor berdasarkan unjuk kerja siswa dalam melakukan


teknik dasar passing bola basket.
Asesmen Penilaian teknik dasar passing bola basket (chest pass)
a.

Tabel 14 Format Asesmen Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Bola Basket.
Sikap Awal Sikap Sikap Akhir Nilai
No Nama Pelaksanaan Skor Psikomotor
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 (N3)
1
2
3
Dst
Keterangan:
1. Pada criteria terpenuhi beri tanda () yang berarti skor 1
2. Pada criteria tidak terpenuhi dikosongkan
3. Jumlah skor maksimal = 15

Tabel 15 Format Asesmen Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Bola Basket.
Sikap Awal Sikap Sikap Akhir Nilai
No Nama Pelaksanaan Skor Psikomotor
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 (N3)
1
2
3
Dst
Keterangan:
1. Pada criteria terpenuhi beri tanda () yang berarti skor 1
2. Pada criteria tidak terpenuhi dikosongkan
3. Jumlah skor maksimal = 15

43
Tabel 16 Format Rekapitulasi Lembar Penilaian Aspek Psikomotor Teknik
Dasar Passing Bola Basket
Jumlah skor Jumlah skor
No Nama aspek aspek Total Nilai Ket.
psikomotor psikomotor skor Psikomotor
(Chest Pass) (Bounce (N3)
Pass)
1
2
3
Dst
Keterangan:

a. Passing (Chest Pass) : 15


b. Passing (Bounce Pass) : 15
Jumlah : 30

Rumus penilaian Psikomotor :



= 50

Tabel 17 Asesemen Penilaian Aspek Psikomotor Teknik Dasar Passing Bola


Basket (Chest Pass) (Luxbacher, 2012:12)
Aspek Yang Dinilai Skor Deskripsi
Sikap Awal 3 a. Berdiri dengan sikap melangkah.
b. Bola dipegang dengan kedua tangan
didepan dada.
c. Badan agak condong kedepan
2 Apabila 2 dari 3 indikator di atas
terpenuhi
1 Apabila 1 dari 3 indikator di atas
terpenuhi
Sikap Pelaksanaan 3 a. Dorong bola kedepan dengan dengan
meluruskan kedua lengan bersamaan
kaki belakang dilangkahkan kedepan dan
berat badan dibawa kedepan.
b. Lepaskan bola dari kedua pegangan

44
Aspek Yang Dinilai Skor Deskripsi
tangan setelah kedua lengan lurus.
c. Arah bola lurus sejajar dada.

2 Apabila 2 dari 3 indikator di atas


terpenuhi
1 Apabila 1 dari 3 indikator di atas
terpenuhi
Sikap Akhir 3 a. Berat badan dibawa kedepan.
b. Kedua lengan lurus kedepan rileks.
c. Pandangna mengikuti arah gerak bola
2 Apabila 2 dari 3 indikator di atas
terpenuhi
1 Apabila 1 dari 3 indikator di atas
terpenuhi

Total Skor : 9

b. Asesmen Penilaian Teknik Dasar Dribbling Sepak Bola Menggunakan Kaki


Bagian Luar.

Tabel 18 Asesemen Penilaian Aspek Psikomotor Teknik Dasar Passing Bola


Basket (Bounce Pass) (Luxbacher, 2012:14)
Aspek yang dinilai Skor Deskripsi

Sikap Awal a. Berdiri dengan sikap melangkah.


b. Bola dipegang dengan kedua tangan
3
didepan dada
c. Badan agak condong kedepan
Apabila 2 dari 3 indikator di atas
2
terpenuhi
Apabila 1 dari 3 indikator di atas
1
terpenuhi
Sikap Pelaksanaan a. Dorong bola kedepan dengan dengan
meluruskan kedua lengan bersamaan
3
kaki belakang dilangkahkan kedepan
dan berat badan dibawa kedepan.

45
Aspek yang dinilai Skor Deskripsi

b. Lepaskan bola dari kedua pegangan


tangan setelah kedua lengan lurus.
c. Arah bola lurus sejajar dada.
Apabila 2 dari 3 indikator di atas
2
terpenuhi
Apabila 1 dari 3 indikator di atas
1
terpenuhi
Sikap Akhir a. Berat badan dibawa kedepan.
b. Kedua lengan lurus kedepan rileks.
3 c. Pandangna mengikuti arah gerak
bola.

Apabila 2 dari 3 indikator di atas


2
terpenuhi
Apabila 1 dari 3 indikator di atas
1
terpenuhi

Total Skor : 9

8. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang diperoleh adalah berdasarkan hasil penilaian
asesmen teknik dasar passing bola basket (chest pass dan bounce pass) yang diisi
oleh 2 orang evaluator dari guru penjasorkes SMP Negeri 3 Sawan. Prosedur
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan posttest setelah perlakuan. Tes
yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tes yang
sama.

9. Teknik Analisis Data

46
Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan simpulan, data yang
diperoleh perlu diuji normalitas dan homogenitasnya. Analisi data pada penelitian ini
akan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

1. Uji Normalitas Sebaran Data

Uji normalitas digunakan untuk menentukan data dalam kelompok sampel


berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal, maka uji hipotesis
dapat dilakukan. Pengujian normalitas sebaran data dengan menerapkan teknik
Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov dapat digunakan untuk sampel besar
maupun sampel kecil dan berupa data interval. Hipotesis statistika yang digunakan
adalah sebagai berikut.
0 : data hasil teknik dasar passing bola basket siswa berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
1 : data hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa berasal dari
populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji normalitas untuk hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa
digunakan uji Kolgomorov Smirnov. Ringkasan perhitungan uji normalitas dengan uji
Kolgomorov Smirnov disajikan pada Tabel 19 seperti di bawah ini.

Tabel 19 Ringkasan Rumus Kolgomorov Smirnov


X F FK PK Z F(Z) D-1 D0 Mak(D-1, D0)
Harga D-1 = selisih D0 = selisih

Z dari antara F(Z) antara F(Z)
=
tabel dengan PK dengan PK
Z di batas di batas
bawahnya atasnya
(Candiasa, 2010:231)
Keterangan:
X = data skor tes
F = frekuensi responden yang memperoleh skor tersebut

47
FK = frekuensi kumulatif
N = banyak data

PK = probabilitas frekuensi kumulatif ( )

Z = harga Z (skor baku) dengan rumus = , dengan = mean
= standar deviasi
F(Z) = frekuensi data atau luas wilayah dibawah kurva normal dengan batas
Z yang diperoleh dari tabel kurva normal (tabel Z)
D-1 = selisih antara F(Z) dengan PK di batas bawahnya
D0 = selisih antara F(Z) dengan PK di batas atasnya
D = nilai maksimum antara D-1 dan D0

Nilai D terbesar (maksimum) yang disebut Dhitung dibandingkan dengan harga


Dtabel, yang diperoleh dari tabel Kolgomorov Smirnov. Pada taraf signifikansi 5%.
Apabila nilai Dhitung lebih kecil nilainya dari pada nilai Dtabel maka 0 yang
menyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dapat
diterima.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk memperlihatkan bahwa data pemahaman


hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan model pembelajaran konvensional memiliki varian yang sama atau tidak. Uji
homogenitas varian antara kelompok belajar juga digunakan untuk memastikan
bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis memang benar akibat adanya
perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan
Levenes Test of Equality of Error Variance. Uji Levene dilakukan dengan
menghitung nilai W. dengan rumus:

)
( ) = i(i
=
( )
= (ij- )
=

48
(Candiasa, 2010:282).

Keterangan:
N = banyak data keseluruhan
n = banyak data tiap-tiap kelompok
k = banyak kelompok

dij = Yij -
Yij = data sampel ke-j pada kelompok ke-i
= rerata kelompok sampel ke i

= rerata dij untuk kelompok sampel ke-i

= rerata seluruh dij

Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila angka signifikansi yang


diperoleh lebih besar dari 0,05 maka data memiliki varian yang sama (homogen).
Sedangkan jika angka signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka varian
sampel tidak sama (tidak homogen)

3. Uji Hipotesis

Sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah diajukan sebelumnya, dapat


dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) berikut.
H0:1=2 melawan Ha:1>2 (Sudjana, 1996)

1. Ho : 1 2 yaitu hasil belajar Dribbling sepak bola siswa yang


dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak memiliki
perbedaan dengan hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Ha : 1 2 yaitu hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari
pada hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional.

49
Keterangan:
1: rata-rata skor hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa kelompok
eksperimen.
2: rata-rata skor hasil belajar teknik dasar passing bola basket siswa kelompok
kontrol.
Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui bahwa data
berdistribusi normal dan variansnya homogen maka untuk menguji hipotesisnya
digunakan uji t satu ekor (ekor kanan) dengan taraf signifikansi 5%. Uji t yang
digunakan adalah dengan rumus:

X1 X 2
t hitung
1 1
S gab
n1 n2
Dengan

S 2 gab
n1 1s1 2 n2 1s 2 2
n1 n2 2

s1
2

(X i X1)2
n 1

s2
2

(X i X 2 )2
(Sudjana, 1996).
n 1
Keterangan:
X 1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
Xi = skor post-test
Sgab = varians gabungan
s1 = varians kelompok eksperimen
s2 = varians kelompok kontrol
n1 = banyak siswa dari kelompok eksperimen
n2 = banyak siswa dari kelompok kontrol

Kriteria pengujian tolak H0 jika thitung ttabel., dimana ttabel = t(1-)(dk) dengan derajat
kebebasan dk = 1 + 2 2 dan =5%.

50
Jika data kedua sampel berdistribusi normal, tetapi variansnya tidak homogen maka
digunakan uji t sebagai berikut.
X1 X 2
t'
2 2
s1 s
2
n1 n2

w1t1 w2 t 2
Kriteria pengujian hipotesisnya adalah tolak H0 jika t ' dan terima H0 jika
w1 w2
sebaliknya, dengan:
s12 s2
w1 , w2 2 , t1 t 1 n1 1 , t 2 t 1 n2 1 (Sudjana, 1996).
n1 n2
Dengan derajat kebebasan masing-masing (1 1) dan (2 1) serta taraf
signifikansi 5%.

51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Candiasa, I Made. 2010. Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi ITEMAN
dan BIGSTEPS. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
-------, 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Pedidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hanafiah, N. dan Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung; Refika
Aditama.
Op., Cit, Asnawir dan Basyiruddin Usman, h. 47.
Khan, S. A. 2011. The effect of cooperative learning on academic achievement of low
achievers in english. Language In India. 11, 232-243, 1930-2940. Tersedia
pada http://www.languageinindia.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015
Husdarta, 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.
Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Kanca, I Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha
Luxbacher, A. J. 2012. Sepak Bola. Cetakan Kelima. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Mielke, Dany. 2007. Dasar-Dasar Sepak Bola. Bandung: Pakar Raya.
Nurhadi dkk, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Santyasa, I W. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Buku Ajar (tidak diterbitkan).
Jurusan Pendidikian Fisika, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja
Satyawan. 2012. Buku Ajar Permainan Sepak Bola. Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja
Subadi, T. 2011. Pengembangan Peningkatan Kualitas Guru Melalui Pelatihan
Lesson Study Bagi Guru SD Eks Karesidenan Surakarta. Tersedia pada
http://suaraguru.wordpress.com/2011/01/16/pengembangan-model-
peningkatan-kualitas-guru-melalui-pelatihan-lesson-study-bagi-guru-sd-eks-
karesidenan-surakarta/.Diakses pada tanggal 15 Oktoberr 2015

52
Sudarso, Yanuar Nurfajrin. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar
Dribbling Sepakbola (Studi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Tarik Sidoarjo). Tersedia pada http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
pendidikan-jasmani/article/view/9967 Vol 2, No 2 (diakses pada tanggal 14
Desember 2015).
Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung:Tarsito
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi belajar. Makalah. Tersedia pada
http://www.sunartombs.wordpress.com diakses pada tanggal 9 oktober 2015
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Susilana, Rudi. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prim.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

53

Anda mungkin juga menyukai