Anda di halaman 1dari 23

Jenis Jenis Penyakit Kulit

di 19:15
Jenis Jenis Penyakit Kulit. Banyak sekali Jenis Jenis Penyakit Kulit yang bisa menyerang
kita kapanpun. Untuk masalah keganasan pada penyakit ini cukup beragam. Seperti halnya
penyakit panu sampai penyakit kulit yang susah sekali untuk penyembuhannya. Pasti anda
tidak akan percaya jika penyakit kulit ini bisa mengakibatkan kematian. Memang hal tersebut
nyata adanya. Karena kulit merupakan pertahanan pertama ketika tubuh diserang bakteri atau
virus. Contoh yang paling sederhana, ketika kulit kita terkena sinar matahari terlalu lama,
akan beraksi dan merembet pada organ tubuh lainnya.

Jenis Jenis Penyakit Kulit

Sebagian pertahanan utama terhadap serangan bakteri atau virus, kulit juga berfungsi untuk
menjaga suhu tubuh agar tetap stabil dan sebagai alat mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu.
Gangguan pada kulit memang sangat menjengkelkan dan dapat menghambat aktifitas kita.

Gangguan pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain yaitu cuaca,
lingkungan tempat tinggal, kebiasaan hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain-lain. Dan
penyakit kulit yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

Jenis Jenis Penyakit Kulit

1.Eksim (Dermatitis).
Gejala utama yang dirasakan penderita eksim adalah rasa gatal yang berlebihan pada kulit.
Lalu disertai dengan kulit memerah, bersisik dan pecah-pecah, timbul gelembung-gelembung
kecil mengandung air atau nanah. Tangan, kaki, lipatan paha dan telinga adalah bagian tubuh
yang paling sering terkena eksim. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah.
Pada eksim basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit.

Eksim disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu seperti yang terdapat
dalam detergen, sabun, obat-obatan dan kosmetik, kepekaan terhadap jenis makanan tertentu
seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam, alkohol, vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga
dapat disebabkan karena alergi serbuk sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan
emosi.

Eksim lebih sering menyerang pada orang-orang yang berbakat alergi. Penyakit ini sering
terjadi berulang-ulang atau kambuh. Oleh karena itu harus diperhatikan untuk menghindari
hal-hal atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi (alergen.) Tetapi, dengan
pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang seiring dengan
pertambahan usia penderita.

Tujuan utama pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal pada kulit agar tidak terjadi
infeksi. Ketika kulit terasa sangat gatal dan kering setelah melakukan atau menyentuh
sesuatu, sebaiknya gunakan krim pelembab untuk melembabkan kulit. Tindakan ini lebih baik
dilaksanakan ketika kulit masih sedikit basah, seperti sehabis mandi. Sehingga pelembab
yang dioleskan akan mempertahankan kulit. Untuk mengurangi rasa gatal, sebaiknya kulit
dikompres dengan air dingin.

Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison diberikan untuk
mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk kasus yang berat, sebaiknya telan tablet
kortikosteroid. Apabila daerah terkena eksim telah terinfeksi telan antibiotika untuk
membunuh bakteri penyebab infeksi.

Obat lain yang dibutuhkan adalah antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang terlalu
berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon terhadap semua jenis pengobatan
yang diberikan.

2.Bisul (Furunkel).
Bisul merupakan infeksi kulit berupa benjolan, tampak memerah, yang akan membesar.
Benjolan ini berisi nanah, dan terasa panas dan berdenyut. Bisul bisa tumbuh di semua bagian
tubuh. Namun lebih banyak tumbuh pada bagian tubuh yang lembab, seperti, lipatan paha,
sela bokong, sekitar leher dan ketiak, dan juga kepala.

Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri Stafilokokus aureus pada kulit melalui folikel
rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, kemudian menimbulkan infeksi lokal. Faktor
yang meningkatkan risiko terkena bisul antara lain kebersihan yang buruk, luka yang
terinfeksi, pelemahan diabetes, kosmetika yang menyumbat pori, dan pemakaian bahan
kimia.

Untuk menghindari bisul, sebaiknya tetaplah menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan
asupan gizi harus benar-benar diperhatikan. Karena gizi yang baik akan memperkuat daya
tahan tubuh.

3.Campak (Rubella).
Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus. Biasanya menyerang anak-
anak. Gejala awal campak adalah demam, pilek, bersin, badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu
makan menurun drastis dan radang mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul
ruam merah yang gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian tubuh.

4.Kudis (Skabies).
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal yaitu sarcoptes scabiei
var hominis. Kulit terjangkit kudis lebih banyak terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga
kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari,
terutama di sela-sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, pinggang dan lain-lain.
Kudis sangat gampang menular pada orang lain, secara tidak langsung maupun tidak
langsung.

Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis dengan kulit orang lain.
Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk atau pakaian yang dipakai secara
bergantian dengan penderita kudis. Cara sangat mudah untuk menghindari kudis tentu saja
dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh.

5.Kurap. Kurap terjadi karena jamur.


Biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-
lingkaran yang semakin jelas, bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian pada
lingkaran-lingkaran akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul karena kurang menjaga
kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu tengkuk, leher, dan kulit
kepala.

6.Psoriasis.
Psoriasis termasuk penyakit kulit yang sulit didiagnosa. Bagian tubuh yang biasa terkena
eksim sama dengan bagian tubuh yang biasa terkena psoriasis, ditambah kulit kepala,
punggung bagian bawah, telapak tangan, dan telapak kaki. Stres, trauma, dan tingkat kalsium
yang rendah dapat menyebabkan psoriasis.

Psoriasis bukan penyakit menular, tetapi bersifat menurun. Gejala psoriasis adalah timbulnya
bercak-bercak merah yang di atasnya terdapat sisik-sisik putih tebal dan menempel berlapis-
lapis. Bila digaruk, sisik-sisik tersebut akan rontok. Mula-mula, luas permukaan kulit yang
terkena hanya kecil, dan semakin lama semakin melebar.

7.Melanoma.
Melanoma merupakan kanker kulit yang sangat serius, sehingga dapat menyebabkan
kematian jika tidak diobati. Melanoma adalah jenis kanker yang menyebabkan perubahan tahi
lalat pada kulit, sangat berbahaya jika muncul pada leher atau kulit kepala. Salah satu tanda
terjadinya melanoma adalah tahi lalat yang membesar. Selain itu terjadi perubahan warna
pada tahi lalat serta terlihat tanda-tanda peradangan pada kulit di sekitar tahi lalat.

8.Impetigo.
Impetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Impetigo
menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan kulit menjadi merah. Impetigo
sangat mudah terjadi pada anak berusia dua sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke
dalam kulit melalui gigitan serangga, luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi
orang yang mengalami impetigo.

9.Jerawat.
Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen dari seluruh manusia pernah memiliki jerawat.
Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh di kulit
dan menghubungkan pori-pori dengan kelenjar minyak di bawah kulit. Jerawat dapat
berkembang jika pengobatan tidak dilakukan di tahap awal kemunculannya. Jerawat tidak
hanya tumbuh di wajah, namun juga bisa tumbuh di bagian tubuh lain terutama punggung.
Cara Menghilangkan Bekas Jerawat dan Cara Menghilangkan Komedo anda bisa melihat di
artikel sebelumnya.
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin
bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
Chikungunya
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
ICD-10 A92.0
ICD-9 065.4, 066.3
DiseasesDB 32213
MeSH D018354
?
Virus Chikungunya
Klasifikasi virus
Kelas: Kelas IV ((+)ssRNA)
Famili: Togaviridae
Genus: Alphavirus
Spesies: Chikungunya virus

Chikungunya merupakan penyakit sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang
disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Namanya berasal dari sebuah
kata dalam bahasa Makonde yang berarti "yang melengkung ke atas", merujuk kepada tubuh
yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis penyakit ini.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Pengertian Chikungunya

2 Penyebab Chikungunya

3 Chikungunya di Indonesia

4 Gejala penderita Chikungunya

5 Senjata biologis

6 Pranala luar

7 Referensi

[sunting] Pengertian Chikungunya


Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti
(posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan
(MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan
kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah yang merebak di
sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan kasus Chikungunya. Gejala
penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C, nyeri pada persendian
terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai
ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival
injection dan sedikit fotofobia.

Penyakit ini biasanya dapat disembuhkan dengan membatasi diri sendiri dan akan sembuh
sendiri. Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah terdapat tanda-tanda penyakit lain
yang lebih berbahaya. Hh

[sunting] Penyebab Chikungunya

Aedes aegypti merupakan penyebab chikungunya.

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk
Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue.
Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit
Chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Apakah penyakit ini juga disebabkan
virus dengue? Lalu, apa bedanya dengan DBD dan bagaimana membedakannya? Penyakit
Chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. virus
Chikungunya ini masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus.

[sunting] Chikungunya di Indonesia

Peta yang menunjukan epidemiologi chikungunya.

Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda
tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya dilaporkan pada tahun
1982, Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun
1973[1], kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983),
Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port
Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal
2001, kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan
Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit
lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang
tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang
diakibatkan penyakit ini.

[sunting] Gejala penderita Chikungunya

Pegal linu merupakan ciri khas dari chikungunya.

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti
dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa
pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menyebutnya sebagai
demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue
dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke
penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti. virus yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia. virus menyerang semua
lapisan usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita
akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima
hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah
itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering
dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit
pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa,
gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara
karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada
umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit
sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
chikungunya tidak terdapat perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
GUDANG ILMU
SELAMAT ANDA BERKESEMPATAN UNTUK
MENDAPAT :

Beranda

Ilmu Komputer dan Blog

Puisi

Sop keperawatan

Kalimat Motivasi

Tentang Yudi

Senin, 23 Mei 2011


ASKEP DERMATITIS

ASKEP DERMATITIS
A. Konsep Dasar Penyakit

2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal
( Djuanda, Adhi, 2007 ).

2.2 Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras,
dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak,
namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak
penderita dengan kelainan ringan tidak datang berobat. Bila dibandingkan dengan dermatitis
kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi
mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat.

2.3 Etiologi
Penyebabnya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen ), fisik ( sinar matahari, suhu ),
mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

2.4 Faktor Predisposisi


Keringnya kulit.
Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain.
Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan
pakaian berlapis.
Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu.
Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu hewan.
Virus dan infeksi lain.
Perjalan ke Negara dengan iklim berbeda.

2.5 Gejala klinis


Pada umumnya penderita dermatitis akan meneluh gatal, dimana gejala klinis lainnya
bergantung pada stradium penyakitnya.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi kusta.
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.6 Patofisologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui kerja kimiawi
atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak
lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya
pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai andil pada
terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri
yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan
intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering,
pecah-pecah dan kulit bersisik.

2.7 Klasifikasi
2.7.1 Berdasarkan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
Dermatitis kontak ( dermatitis venemata )
Merupakan dermatitis yang disebabkan oleh oleh bahan yang menempel pada kulit atau
dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini
adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik merusak
kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang
dengan iritan ringan selama waktu yang lama. Dermatitis ini terjadi karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak,
kekerapan, gesekan dan trauma fisis, shu serta kelembaban. Selain faktor diatas faktor lain
yang mendukung terjadinya dermatitis kontak alergik adalah faktor individu misalnya
perbedaan kelembaban kulit, usia ( anak dibawah umur 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah
teritasi ), ras ( kulit hitam lebih rentan dari kulit putih ) dan jenis kelamin ( insidans DKI
lebih banyak pad wanita ). Gejala klinis yamg terjadi adalah kekeringan kulit yang
berlangsung beberapa hari hingga bulan. Vesikulasi, fisura dan pecah-pecah. Tangan dan
lengan bawah merupakan bagian yang paling sering terkena.

Dermatitis kontak alergik.


Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan
alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10
14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:
- Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap oleh sel
langerhans denagn cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada
awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya berfungsi sebagai makrofag
dengan sedikit kemampuan menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada
sinyal iritan yang dapat berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang. Jadi sinyal
bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan
dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan menurunkan potensi
sensitisasi.
Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen
(hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen,
diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-
DR-antigen akan dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun
di kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara
24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada
dermis, edema intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.

Dermatitis kontak fototoksik


Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar
matahari dan bahan kimia yang merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa
dengan dermatitis iritan.

Dermatitis kontak fotoalergik


Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya disamping kontak alergen
untuk menimbulkan reaktivitas imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.

Dermatitis Atopik
Adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel Mast.
Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Manifestasi
klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak
kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak
yang yang lebih tua dan remaja, lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di
belakang lutut dan lipat siku. Gejala terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya
peradangan dan pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari bantuan.

Dermatitis medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk ruang kulit
karen pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat
timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

2.6.2 Berdasarkan morfologinya, dermatitis dapat diklasifikasikan menjadi 4 , yaitu :


Dermatitis papulosa
Dermatitis vesikulosa
Dermatitis madidans
Dermatitis eksfloliative
2.7.2 Berdasarkan bentuknya , dermatitis diklasifikasikan menjadi :
Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang atau agak lonjong, berbatas tegas,
dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat gatal, lesi akut berupa
vesikel dan papolu vesikel ( 0,3 1.0 cm ) kemudian membesar dengan cara berkonploensi
atau meluas kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar numular.

2.8 Pemeriksaan fisik


Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
a. Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang.
b. Kelainan yang bisa nampak pada inspeksi, yaitu:
Makula: suatu bercak yang nampak berwarna kemerahan, permukaan kulit datar dan
ukurannya kueang dari 1 cm, misalnya pada morbili atau campak.
Eritema: suatu bercak kemerahan yang ukurannya lebih besar dari makula, misalnya:
crysipelas
Papula: suatu lesi kulit yang menonjol lebih tinggi daripada sekitarnya, misalnya gigitan.
Vesikula: suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan yang jernih, misalnya cacar air
, herpes simpleks. Jika tonjolannya besar-besar lebih dari 1 cm disebut bula, misalnya luka
bakar.
Pustula: suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo, jerawat, infeksi kuman
staphilococcus (bisul ).
Ulkus: suatu lesi yang terbuka yang diakibatkan pecahnya vesikula dan pustula.
Crusta: cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah, darah dsb.
Eksoriasis: pengelupasan epidermis pada luka lecet atau abrasi.
Fisurre: retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan. Hal ini
diakibatkan penurunan elastisitas jaringan kulit.
Cicatrix: pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah penyembuhan luka. Hal ini bisa
karena bakat ( mempunyai kecenderungan untuk itu) ada pula yang spesifik, yaitu cicatrix
bekas irisan kulit pada seseorang mofinis dan bekas suntikan BCG.
Petekie: ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di epidermis kulit berukuran
kurang dari 1 cm.
Hematoma: pendarahan di bawah kulit yang umumnya berukuran lebih besar dan berwarna
merah, biru, ungu sampai biru.
Naevus pigmentosus: andeng- andeng atau tahi lalat, hiperpigmentasi pada suatu daerah
kulit dengan batas tegas.
Hiperpigmentasi: suatu daerah di kulit yang lebih tua warnanya dari kulit sekitarnya.
Vitiligo/hipopigmentasi: daerah kulit yang tidak berpigmen/ kurang pigmen daripada kulit
sekitarnya.
Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluh- pembuluh darah
setempat yang biasanya kongenital.
Spider naevi: suatu pelebaran pembuluh- pembuluh darah arteriola di kulit yang khas
bentuk dan arah aliran darahnya ( keluar) misalnya pada penderita sirosis hepatis.
Lichenifikasi: penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit perut wanita hamil, orang-
orang yang sangat gemuk ( daerah gluteal, lipat bahu, ketiak ini karena regangan kulit yang
melebihi ekstisitisitasnya).
Mongolian spot: suatu bercak kebiruan yang sering didapat di daerah gluteal sampai lumbal,
bayi-bayi dari ras oriental, Indian, Amerika, dan Negro.
Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal halus ureum yang terjadi
akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga di kulit tertinggal bedak ureum.
Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir, konjungtiva, warna dasar kuku
karena kurangnya Hb.
Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced Hb melebihi kadar 5 %
akibat kegagalan transport oksigen atau menumpuknya CO2 di jaringan.
Ikterus: warna kuning- kuning kehijauan yang bisa tampak di kulit, telapak tangan, dan
sklera mata karena bilirubin yang tinggi pada penyakit-penyakit hati.
2. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit ( dingin, hangat, deman ) kemudian
kelembabannya, psien dehidrasi terasa kering dan pasien hipertiroidisme berkeringat terlalu
banyak.
a. Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal. Teraba ksar pada defisiensi
vitamin A, hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak ketombe, diaper-rash (di selangkangan
bayi ) akibat popok bayi.
b. Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali ke keadaan
semula menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.
c. Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di bawah kulit akibat fraktura tulang-
tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada di
bawah kulit dada.
d. Edema adalah terkumpulnya cairan tubuh di jaringan tubuh lebih daripada jumlah
semestinya.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Tes Tempel Terbuka.
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena
daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya.
Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
b. Tes Tempel Tertutup.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada
bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai
ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya
dievaluasi.
c. Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet
baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan
secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam
ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24
jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung
atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar
tidak bisa menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya
penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut
kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan
menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai
macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam
sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan
oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan
mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang
didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan
merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana
misalnya hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita
harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif
dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil
uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang
itu. Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum
standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

2.10 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik adalah
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual
yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak
alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung
tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang
panjang, penggunaan deterjen.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis
yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering.
Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila
subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan
salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim
atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan
pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :

1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan
menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat
aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada
sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya
molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi
penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi
sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses
dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan
menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat
penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap
hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi
akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem
imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan
menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat
mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji
antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi
peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi
ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan
infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme
yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang
jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1
pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada
marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan
oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. coli, Proteus
dan Candida sp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya
gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM
981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi
sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini
akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping
sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti
inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid
klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-
valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%.
Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal
sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-
kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1)Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang
berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang
berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,
SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2)Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena.
Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki
kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes
dan hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan
gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan
menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-
a dan MCAF.
3)Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat
produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit,
makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4)Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek
menghambat peradangan.
5)FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-
2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan
histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6)Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid.
7)Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang
merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
8)SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga
diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin

2.11 Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang kontriversional. Alergi
makanan yang signifikan tidak diketahui seganai penyebab dari dermatitis atau berapa
persentase dari klien dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada
penyakit dermatitis adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein).
a. Tujuan diet dermatitis:
Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala alergi, meringankan intensitas
serangan, mengurangi frekuensi serangan.
Mencapai status gizi yang optimal.
b. Syarat diet dermatitis:
Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka menimbulkan alergi.
c. Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi:
Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung, kentang, lombok, terong .
Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun, itik, burung dara dan telur
hewan tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong, kepiting, rajungan, udang, belut, kura-
kura,penyu, telur penyu, ular , kacang tanah,kacang polong, kedelai dan hasil olahan.
Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang putih, labu, ragi, semangka,
kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei, stroberi,kayu manis, kakao, coklat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak alergik diperlukan anamnesis yang
teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya.
Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah
kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan
pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan,
hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun
dilakukan sendiri, obyek personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama,
kosmetika, kaca mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan
mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan
pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada
umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah
sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian
tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu
penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
- Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu
kali tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
- Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
- Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan
tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada
tempat kontak.
- Rasa gatal.
- Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.

Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada tempat-tempat tertentu
seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita
dermatitis atopik mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan
memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi IgE, dan IL-5 yang
merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan
kepekaan terhadap alergen kontak menurun.
Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Dermatitis medikamentosa: adanya riwayat minum obat sebelumnya, setelah itu timbul
reaksi obat mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

2. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan
kekakuan kulit.
Nyeri b/d agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi , papula, garukan berulang
Gangguan pola tidur b/d pruritus, nyeri.
Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis.
Kurang pengetahuan b/d program terapi.

3. Intervensi dan Rasionalisasi


Dx 1: Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis
dan kekakuan kulit.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam kondisi kulit klien menunjukkan
perbaikan.
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya
peradangan, ditandai dengan:
- Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
- Berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet
karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak.
Intervensi:
Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang
telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab
selama 2 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari
mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak
membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
Kolaborasi: oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.

Dx 2: Nyeri b/d agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi , papula, garukan berulang.
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat berkurang
Kriteria Hasil:
- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
- Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.
Intervensi:
Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 )
Rasional: dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
Rasional: membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien
dari nyeri.
Kolaborasi: Berikan obat sesuai indikasi topikal maupun sistemik; pentoksifilin
Rasional: pemberian obat membantu mengurangi efek peradangan.

Dx 3: Gangguan pola tidur b/d pruritus, nyeri.


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x 24 jam klien bisa beristirahat secara
optimal.
Kriteria Hasil :
- Mencapai tidur yang nyenyak.
- Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
- Menghindari konsumsi kafein.
- Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
- Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

Intervensi :
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban
yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak
dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

Dx 4: Ganguan citra tubuh b/d penyakit dermatitis


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam pengembangan peningkatan
penerimaan diri pada klien tercapai.
Kriteria Hasil :
- Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
- Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
- Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
- Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
- Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
- Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan.
Intervensi :
Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri
sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata
bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak
perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Dx 5: Kurang pengetahuan b/d program terapi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 jam terapi dapat dipahami dan
dijalankan
Kriteria Hasil :
- Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
- Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
- Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
- Menggunakan obat topikal dengan tepat.
- Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.
Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka lakukan, kebanyakan
klien merasakan manfaat.
Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan.
Rasional: dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk kambuh kembali.

4. Evaluasi
Dx 1:
- Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
- Berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet
karena garukan, penyembuhan area kulit yang telah rusak.
Dx 2:
- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
- Berpartisipasi dalam aktivitas dan tiduratau istirahat dengan tepat.
Dx 3:
- Mencapai tidur yang nyenyak.
- Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
- Menghindari konsumsi kafein.
- Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
- Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Dx 4:
- Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
- Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
- Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
- Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
- Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
- Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk
meningkatkan penampilan.
Dx 5:
- Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
- Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
- Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
- Menggunakan obat topikal dengan tepat.
- Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Penyakit herpes atau yang paling dikenal


masyarakat dengan penyakit cacar adalah radang kulit dengan tanda-tanda gelembung-
gelembung berisi air secara berkelompok pada permukaan kulit.

Penyakit Herpes ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Herpes Genetalis

2. Herpes Zoster

Herpes Genetalis terjadi karena infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit
terutama dibagian vagina, penis, pintu dubur/anus, pantat dan pangkal paha/selangkangan.
Penyebabnya adalah virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan
hampir pada bagian seluruh tubuh.

Penularan Penyakit Herpes

Penularan penyakit herpes bisa saja melalui : bersin, batuk, pakaian yang terkena gelembung
yang pecah (cairan yang kena pakaian). Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia),
penularan terjadi melalui hubungan sex

Gejala Penyakit Herpes

Secara umum tanda maupungejala penyakit herpes ini adalah : demam, menggigil, sesak
napas, nyeri persendian, ada bintik merah pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah
gelembung cair, disamping itu ada kalanya disertai sakit perut.

Pengobatan Penyakit Herpes

Yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan agar tidak pecah supaya tidak
meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman yang lain, yaitu dengan cara
pemberian bedak talk yang membantu melicinkan kulit.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit herpes ditujukan untuk mengurangi
keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.
Pemberian Acyclovir tablet sebagai antiviral yang bertujuan untuk mengurangi demam dan
nyeri.

Untuk penanganan yang lebih serius adalah dengan pengobatan terapy infus Acyclovir.

Untuk pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster.

Blog ini
Blog ini

MENGENAL PENYAKIT PROGERIA

Menurut seorang dokter ahli : dr. Eriyati


Indrasanto, SpA, "Progeria atau penyakit penuaan dini adalah merupakan suatu penyakit
genetik yang disebabkan oleh mutasi (perubahan) gen. Progeria bukan penyakit turunan dan
tidak menular.

Selanjutnya dr. Eriyati Dr. Eriyati Indrasanto, Sp.A, menjelaskan bahwa progeria adalah
kelainan genetik yang memang sangat jarang terjadi. Progeria berasal dari bahasa Yunani
yaitu geras yang berarti usia tua. Jadi si penderita mengalami penuaan dini dengan kecepatan
yang berkisar 4-7 kali lipat dari proses penuaan normal. Contoh konkretnya, bila si anak yang
mengalami progeria berumur 10 tahun, maka penampilannya akan tampak seperti orang
berusia 40-70 tahun! Artinya, semua organ tubuh si bocah, termasuk organ pernapasan,
jantung, maupun sendi-sendinya sudah mengalami kerentaan.
Penderita progeria memang lahir normal. Namun, di usia 6 bulan sampai 1 tahun, mulai
terlihat tanda-tandanya. Antara lain :

rambut rontok yang tidak tumbuh lagi,

kulit dan jaringan kulit menipis,

kuku dan gigi tumbuh tidak baik.

Namun, secara mental, justru tidak tua, termasuk mata. Intelegensi pun normal." Lebih lanjut
Eri mengatakan, berdasarkan buku-buku kepustakaan, secara statistik, umur rata-rata
penderita progeria adalah 14 tahun

Tentang pengobatan, Eri berkata, belum ada obat untuk progeria. Pengobatan hanya
simtomatik, yaitu berdasar gejala yang timbul. "Misalnya sakit sendi, dikasih obat sakit sendi.
Kalau sakit panas, dikasih obat panas" katanya.

Menurut penjelasan ilmiahnya, lanjut Eriyati, telah terjadi mutasi gen tunggal yaitu pada gen
LMNA yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein lamin A dan lamin C. Protein
ini bertugas menstabilitasi selaput dalam dari inti sel (inner membrane). Diduga
ketidakstabilan karena mutasi itulah yang menyebabkan terjadinya penuaan dini pada anak-
anak penderita progeria. "Sayangnya, sampai sejauh ini hasil penelitiannya masih sebatas
itu."

Yang pasti, kata dokter spesialis anak yang mendalami bidang genetika klinik ini, mutasi gen
bisa terjadi pada siapa saja. Prosesnya berlangsung secara sporadik atau bisa tiba-tiba muncul
dan dapat dialami siapa pun. "Tadinya ada yang menduga, penyakit ini bersifat resesif.
Artinya, didapat dari ayah-ibu yang mengandung gen yang mengalami mutasi tadi. Toh,
nyatanya pada mereka progeria tak muncul. Jadi, apa penyebab pastinya masih diteliti," papar
dokter dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini.
Kasus progeria pertama kali dikemukakan oleh Dr. Jonathan Hutchinson pada tahun 1886 dan
oleh Dr. Hastings Gilford sebelas tahun kemudian. Makanya penyakit ini sering disebut
sebagai Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS).

MENGENALI GEJALA KLINIS PROGERIA

Progeria berbeda dengan penyakit-penyakit lain yang biasanya sudah bisa terdeteksi saat
masih bayi, bahkan selagi masih dalam kandungan. Penyakit ini justru muncul setelah anak
berusia satu tahun. Tak heran kalau di rentang usia 0-1 tahun ia kelihatannya normal-normal
saja, baru selewat usia itu akan terlihat jelas proses penuaannya. Eriyati sendiri tak
mengetahui secara pasti kenapa penuaan tersebut mulai terjadi di usia satu tahun dan
bukannya kurang atau lebih dari angka tersebut.

Ahli neonatologi ini kemudian menyebut beberapa gejala klinis progeria yang cukup
membuat bulu kuduk bergidik. Umpamanya, rambut yang semula lebat kemudian rontok dan
tak tumbuh lagi, pembuluh darah di bagian kepala tampak jelas, jaringan lemak di bagian
bawah kulit berkurang bahkan menghilang sehingga kulit menjadi keriput, dan kuku tak
tumbuh sempurna tapi tumbuh melengkung serta rapuh. Selain itu, ada pengerasan di
persendian, tulang patah atau retak yang tak kunjung sembuh maupun pengeroposan tulang.
Gigi geliginya terlambat tumbuh, bahkan ada juga yang tak tumbuh sama sekali selain tak
teratur susunannya.

Gejala yang bisa berakibat fatal adalah jika mengalami kekakuan pembuluh darah. Terlebih
bila kekakuannya terjadi di pembuluh darah jantung, maka kemungkinan besar si penderita
akan mendapat serangan jantung atau stroke. "Pembuluh darah jantung mesti diperhatikan
karena menjadi penyebab utama kematian di kalangan penderita progeria. Salah satu jalan
keluarnya adalah operasi by pass."

Akibat adanya mutasi gen itu pula, perkembangan tulang penderita progeria akan terganggu
dan mengalami degenerasi tulang. Dengan begitu, kalau dihitung-hitung pertumbuhan
tulangnya cuma setengah atau bahkan sepertiga dari pertumbuhan tulang anak normal
seusianya. Makanya kalau diperhatikan dengan saksama, yang bersangkutan akan terlihat
seperti orang yang sudah tua. Meski begitu, mata seorang penderita progreria tidak pernah
mengalami katarak layaknya kaum lanjut usia. "Kenapa bisa demikian? Itu juga masih belum
diketahui," tandas Eriyati.

Untungnya, faktor intelegensi atau perkembangan kemampuan berpikir anak penderita


progreria tidak terganggu. Hanya saja secara psikologis, mungkin ia relatif sensitif karena
merasa dirinya berbeda dari teman-temannya atau tak bisa selincah anak seusianya. "Dia
hanya bisa melakukan permainan-permainan yang tak membutuhkan banyak tenaga karena
mudah capek."

Yang membuat hati miris, rata-rata penderita progeria hanya bisa bertahan hidup hingga umur
14 tahun. Dapat dihitung dengan jari penderita progeria yang bisa mencapai usia 20 tahunan.
"Mungkin hanya satu atau dua orang saja, karena organ tubuhnya seperti orang tua. Coba 14
dikalikan tujuh, di usia itu kondisi tubuhnya sudah seperti orang yang berusia 98 tahun."

Ciri lainnya adalah kuku melengkung serta rapuh, pengerasan di persendian, pengeroposan
tulang yang menyebabkan tulang mudah retak atau patah, gigi terlambat tumbuh, merupakan
tanda-tanda penderita progeria. Padahal itu adalah gejala pada orang yang memasuki usia
lanjut.Gejala klinis yang terjadi pada penderita progeria di atas benar-benar memilukan.
Bagaimana tidak, semua gejala menyedihkan tersebut harus dialami oleh bocah yang
seharusnya dapat tumbuh dan bermain secara normal.

Anda mungkin juga menyukai