Teori Jalan Raya
Teori Jalan Raya
LANDASAN TEORI
1
1.4. KRITERIA PERENCANAAN
Tetapkan:
Alinemen jalan yang optimal diperoleh dari satu proses iterasi pemilihan
alinemen
2
3. Pada setiap gambar alternatif alinemen, bubuhkan "nomor station",
disingkat Sta. dan ditulis Sta.XXX+YYY, di mana XXX adalah satuan
kilometer dan YYY satuan meter. Penomoran Sta. ditetapkan sebagai
berikut:
Pada bagian jalan yang lurus Sta. dibubuhkan untuk setiap 50 meter;
Pada bagian jalan yang lengkung Sta. dibubuhkan untuk setiap 20 meter
Penulisan Sta. pada gambar dilakukan disebelah kiri dari arah kilometer
kecil ke kilometer besar.
3
3) Potongan melintang jalan beserta alinemen horizontal serta alinemen
vertikal digunakan untuk menghitung volume galian, timbunan, dan
pemindahan material galian dan timbunan.
Alinemen terpendek;
Semua kriteria perencanaan harus dipenuhi. Jika tidak ada alternatif
alinemen yang memenuhi kriteria perencanaan, maka kriteria
perencanaan harus dirubah;
Memiliki pekerjaan tanah yang paling sedikit atau paling murah. Yang
dimaksud pekerjaan tanah di sini melingkupi volume galian, volume
timbunan, dan volume perpindahan serta pengoperasian tanah galian
dan timbunan; dan
Memiliki jumlah dan panjang jembatan paling sedikit atau paling
pendek atau paling murah.
4
BAB II
PERENCANAAN
2.1. PENGERTIAN
Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas,
median, dan bahu jalan.
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan
darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis
pondasi, dan lapis permukaan.
Batas Median Jalan adalah bagian median selain jalur tepian, yang biasanya
ditinggikan dengan batu tepi jalan.
Daerah di Luar Kota adalah, daerah lain selain daerah perkotaan.
Daerah Manfaat Jalan (Damaja) adalah daerah yang meliputi seluruh badan
jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
Daerah Milik Jalan (Damija) adalah daerah yang meliputi seluruh daerah
manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan
penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk
pengaman jalan.
Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) adalah lajur lahan yang berada di
bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap
terhalangnya pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor dan untuk
pengamanan konstruksi jalan dalam hal ruang daerah milik jalan tidak
mencukupi.
Daerah Perkotaan adalah daerah kota yang sudah terbangun penuh atau
areal pinggiran kota yang masih jarang pembangunannya yang diperkirakan
akan menjadi daerah yang terbangun penuh dalam jangka waktu kira-kira 10
tahun mendatang dengan proyek perumahan, industri, komersil, dan berupa
pemanfaatan lahan lainnya yang bukan untuk pertanian.
Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor dari berbagai kendaraan
dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya
kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
5
Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu
lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu
lintas harian rata- rata tahunan.
Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam,
ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu
jam dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menittertinggi.
Jalan Antar Kota adalah jalan jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa
distribusi dengan ciri-ciri tanpa perkembangan yang menerus pada sisi mana
pun termasuk desa, rawa, hutan, meskipun mungkin terdapat perkembangan
permanen, misalnya rumah makan, pabrik, atau perkampungan.
Jarak Pandang (Jr) adalah, jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari
mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat
dilihat oleh pengemudi.
Jarak Pandang Mendahului (Jd), adalah jarak pandang yang dibutuhkan
untuk dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
Jarak Pandang Henti (JP) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam
keadaan biasa.
Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan
kemiringan penuh.
Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
Jalur Lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan
khusus untuk lintasan kendaraan bermotor(beroda4 atau lebih).
KAJI adakah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.
Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang per jam.
Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika
kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh
keistimewaan perencanaan jalan.
Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan.
6
Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitastempat duduk4
sampai 6.
Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas
dan pengawasan yang berlaku.
Strip Tepian adalah bagian datar median, yang perkerasannya dipasang
dengan cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk
menjamin ruang bebas samping pada jalur.
Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak
diperki- rakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang
seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu
yang ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan,
dan lingkungan yang berlaku dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per
jam.
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam
pada jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung
dari perkalian VLHR dengan faktor K.
Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang
melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama
satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan
volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan
tertentu.
7
2.2. PEMBUATAN TRASE JALAN
a. Pembuatan sketsa rencana jalan pada peta yang memiliki kontur 1 :1000.
penggambaran sketsa rencana jalan yang akan buat di gambarkan pada
peta tersebut.
b. Menentukan koordinat titik pada sketsa rencana.
Penentuan titik pada sketsa rencana jalan di buat dengan menentukan
nilai x untuk panjang horizonthal dan y untuk vertical serta z untuk
menentukan kontur pada trase yang telah di buat.
Contoh perhitungan sudut.
Nama Titik X Y Z
A 409.400 270.910 1234
PI1 409.190 270.920 1235
PI2 409.020 270.725 1233
B 408.900 270.780 1237
Tabel 2.1 koordinat titik dan kontur pada trase jalan rencana
8
Nama sudut Besar sudut ( )
2,726
1 48,918
1 51,644
2 24,624
2 73,542
Tabel 2.2 sudut dan pada trase jalan rencana
270.920270.725
Jarak PI2-PI1 =
1
195
=
48,918
= 258,699 meter
270.780270.7250
Jarak PI2-B =
2
55
=
24,624
= 132,002 meter
9
2.3. ALINEMEN HORIZONTAL
Perencanaan tikungan pada jalan harus memperhatikan ketentuan
ketentuan yang telah menjadi ketetapan.D berikut:
10
Tabel 2.4 Kecepatan rencana (VR) untuk jalan antar kota
Kecepatan rencana, VR, (km/jam)
Fungsi jalan
Datar Bukit Gunung
Arteri 70 120 60 80 40 70
Kolektor 60 90 50 60 30 50
Lokal 40 70 30 50 20 30
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997
c) Jari-Jari Tikungan
^2
Rmin = 127 ( . )
di mana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m),
VR = Kecepatan Rencana (km/j),
emax = Superelevasi maximum (%),
F = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,14-0,24
11
d) Lengkung peralihan
a) Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara
bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap
R; berfungsi mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari
bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan
berjari jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara
berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan
maupun meninggalkan tikungan.
b) Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral
(clothoid). Dalam tatan cara ini digunakan bentuk spiral.
c) Panjang lengkung peralihan (L) ditetapkan atas pertimbangan
bahwa:
lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi
untuk menghindarkan kesan perubahan alinemen yang
mendadak, ditetapkan 3detik (pada kecepatan VR);
gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat
diantisipasi berangsur angsur pada lengkung peralihan
dengan aman; dan
tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (re) dari
bentuk kelandaiannormal ke kelandaian superelevasi
penuh tidak boleh melampaui re-max yang ditetapkan
sebagai berikut:
untuk VR 70 km/jam, re-max =0.035 m/m/detik,
untuk VR 80km/jam, re-max =0.025 m/m/detik.
Ls=3.6
di mana:
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik.
12
VR = kecepatan rencana (km/jam).
^3 ^
Ls=0.022
2.272
Ls = (em en ) VR
3.6 re
13
f) Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan
yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima
kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan
VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 10%.
Pencapaian superelevasi
a) Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan
melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai
ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung.
b) Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear , diawali dari bentuk normal sampai awal
lengkung peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian
lurus jalan, 'lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh
pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
c) Pada tikungan fC, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear, diawali dari bagian lurus sepanjang 213
LS sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang
113 bagian panjang LS.
g) Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh
seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian
sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang dibedakan atas jarak pandang henti (Jh)
dan jarak pandang mendahului (Jd).
1. Jarak pandang henti (Jh)
Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang
diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan
kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan
di depannya. Geometrik jalan yang baik adalah ruas jalan
yang dapat memberikan rasa aman bagi pengemudi, oleh
karena itu setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi jarak
pandang henti.
14
Jarak pandang henti (Jh) terdiri dari 2 (dua) elemen jarak,
yaitu:
1). Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh
kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang
menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi
menginjak rem; dan
2). Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan
untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi
menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Jarak pandang henti (Jh) diukur berdasarkan asumsi bahwa
tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tingggi halangan
15 cm diukur dari permukaan jalan.
di mana:
VR = kecepatan rencana, km/jam
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/detik2.
fp =koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan
perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35 0,55.
Nilai jarak pandang henti (Jh) minimum untuk jalan antar kota yang
dihitung berdasarkan rumus diatas dapat dilihat pada Tabel 3.10.
15
Tabel 2. 8 Jarak pandang henti (Jh) minimum untuk jalan antar kota
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Nilai jarak pandang henti (Ss) minimum untuk jalan perkotaan dapat
dihitung dengan rumus:
2
V
S s 0,278 VR T 0,039 R
a
di mana:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu reaksi, ditetapkan 2,5 detik
a = tingkat perlambatan, ditetapkan 3,4 m/detik2.
Berdasarkan persamaan di atas, jarak pandang henti (Ss) minimum
untuk jalan perkotaan dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 2.9 Jarak pandang henti (Ss) minimum untuk jalan perkotaan
VR (km/jam) 100 90 80 70 60 50 40 30
Ss minimum (m) 185 160 130 105 85 65 50 35
Sumber: RSNI T- 14 2004
Gerakan mendahului pada jalan tak terbagi, dapat dilihat pada gambar
16
Jarak pandang mendahului total = DE
A V1 V1 B
C C A
A B B
d1 1/3d2 B
d2 d3 d4
17
Rumus estimasi d1, d2, d3, d4 adalah sebagai berikut:
a.T1
d1 0,278 T1 VR m
2
(3.8)
d2 = 0,278 VR T2
d3 = antara 30 100 m
d4 = 2/3 d2
di mana:
Nilai jarak pandang mendahului (Jd) untuk jalan antar kota yang dihitung
berdasarkan rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 1.13
18
Daerah bebas samping di tikungan (E) untuk jalan antar kota dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
90 0 Jh
1). Jika Jh < Lt. E R1 cos
R
Lt
Jh
E
Lajur luar
R
Garis
pandang Lajur dalam
R R
Penghalang
pandangan
Gambar 3.3 Daerah bebas samping di tikungan, untuk Jh < Lt
19
90 0 Jh 1 90 0 Jh
2). Jika Jh > Lt. E R1 cos
R 2 Jh L t sin R
(3.12)
Jh
Lt
Lajur
luar
E
Garis pandang
R'
R R
Penghalan
g Lajur
pandangan dalam
28,65 S s
M R 1 cos
R
20
Sumbu jalan
Garis Penghalang
R pandang pandangan R
Sumbu
lajur
dalam
=51,644
Fungsi jalan : Kolektor
Keadaan medan : Bukit
Dari tabel 3.2 Diktat Perencanaan Geometrik Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan diperoleh Vr = 50-60 km/jam
maka, diambil Vr = 60 km/jam
e maks = 10%
en = 2%
Lebar jalan 2x3,75 meter tanpa median
2
R min = untuk Vr < 80 km/jam :
127(+)
fm = -0,00065Vr+0,192
fm = -0,00065(60)+0,192
= 0,153
21
602
R min = = 112,041 meter Diambil Rrencana = 119 m
127(0,1+0,153)
Ls (90) 60 (90)
s = = = 14,44
(119)
Ls = 60 meter
Lc = 0
2 602
P= - Rc(1 coss) = - 119(1 cos14,44)=1,283 m
6 6(119)
3
K = Ls - - Rc sins
40 2
603
= 60 - (119 sin14,44)= 29,944
40(1192 )
51,644
Ts = (Rc+P) tan1/2+K= (119+1,283) tan( )+29,944 = 88,148 m
2
51,644
Es = (Rc+P) sec1/2-Rc = (119+1,283) sec( ) - 119 = 14,625 m
2
22
Maka data untuk lengkung horizontal pada tikungan I adalah
sebagai berikut :
=73,542
Fungsi jalan : Kolektor
Keadaan medan : Bukit
Dari tabel 3.2 Diktat Perencanaan Geometrik Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan diperoleh Vr = 50-60 km/jam
maka, diambil Vr = 60 km/jam
e maks = 10%
en = 2%
Lebar jalan 2x3,75 meter tanpa median
2
R min = untuk Vr < 80 km/jam :
127(+)
fm = -0,00065Vr+0,192
fm = -0,00065(60)+0,192
= 0,153
602
R min = = 112,041 meter Diambil Rrencana = 119 m
127(0,1+0,153)
Ls (90) 60 (90)
s = = = 14,44
(119)
23
Ls = 60 meter
Lc = 0
2 602
P= - Rc (1 coss) = - 119 (1 cos14,44) =1,283 m
6 6(119)
3 603
K = Ls - - Rc sins = 60 - (119 sin14,44)=29,944 m
40 2 40(1192 )
73,542
Ts = (Rc+P) tan1/2+K = (119+1,283) tan( )+29,944 =119,832 m
2
73,542
Es = (Rc+P) sec1/2-Rc = (119+1,283) sec( ) - 119 = 14,625 m
2
sebagai berikut :
Gambar Perhitungan dan Diagram super Elevasi Dapat dilihat pada lampiran
24
2.4. ALINEMEN VERTIKAL
datar,
25
Landai Maksimum
26
kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan
rencana. Untuk menghindari hal tersebut perlu dibuatkan lajur
pendakian.
tanjakan
30 m 45 m 50 m 60m
Lajur pendakian
200 m 60
27
Lengkung Vertikal
Koordinasi alinemen
1) Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan potongan melintang
jalan adalah elemen elemen jalan sebagai keluaran perencanaan
hares dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu
bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk
kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan
dilalui di depannya sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi
lebih awal.
2) Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(a) alinemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen vertikal,
dan secara ideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi
alinemen vertikal;
(b) tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung
atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
(c) lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan;
(d) dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal
harusdihindarkan; dan
(e) tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan
panjang harus dihindarkan.
28
Lengkung vertikal dapat berbentuk satu diantara gambar berikut:
PVI
+g2
-g1
+g1 -g2
PVI
+g2
-g1
PVI
+g1 PVI
-g2
+g2 -g1
PVI
+g1 -g2
PVI
PVI
A
EV
PTV PLV
LV/2 LV/2 g2 % ( - )
g1 % ( + )
LV
29
PLV = Peralihan Lengkung Vertikal, adalah peralihan dari lengkung vertikal
ke bagian tangen.
Letak titik-titik pada lengkung vertikal dinyatakan dengan ordinat X dan Y terhadap
sumbu koordinat titik PTV.
D2 A
LVC = .(1) berdasarkan jarak pandang henti
398
V2 A
LVS = .(2) berdasarkan penyerapan guncangan
360
30
Perhitungan dapat dilihat pada lampiran
BAB III
KESIMPULAN
31