Anda di halaman 1dari 12

HORDEOLUM

KELAS : 3 B

KELOMPOK : 6

NAMA ANGGOTA :

DEVI NURDIANAWATI
FENI YUNI ASTANTI
IKA PURWANTI NINGSIH
IKTA ADILITA
MOHAMMAD IMAM SYAFII
SITI MASRUROH
TARYONO
ULFA DIANA SAFITRI

DOSEN :
DARSINI, S.Kep.Ns.M.Kes

S1KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat,
serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
HORDEOLUM ini tanpa ada halangan suatu apapun.
Makalah ini kami susun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembaca yang
ingin mengetahui lebih jauh mengenai Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas
dari dosen Darsini, S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku dosen mata kuliah Persepsi Sensori.

Kami ucapkan terima kasih kepada :


1. Dr. M. Zainul Arifin, Drs. M.Kes, selaku Ketua Stikes ICME Jombang
2. Muarrofah, S.Kep. NS, M.Kes, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
3. Endang Y, S.Kep. NS, M.kes, selaku pembimbing akademik
4. Darsini, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku dosen Persepsi Sensori

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharap tegur sapa dan kritik yang membangun dari para pembaca guna perbaikan dan
peningkatan untuk karya selanjutnya.
Demikian kiranya, apabila ada kurang lebihnya makalah ini kami mohon maaf, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan pembaca pada khususnya. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jombang, Oktober 2014

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi...........................................................................................................2

B. Etilogi.............................................................................................................2

C. Klasifikasi......................................................................................................2

D. Tanda dan Gejala............................................................................................3

E. Patofisiologi...................................................................................................3

F. Manifestasi Klinis..........................................................................................3

G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................4

H. Penatalaksanaan ............................................................................................4

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian......................................................................................................5

B. Pemeriksaan Fisik..........................................................................................5

C. Diagnosa Keperawatan...................................................................................5

D. Intervensi........................................................................................................5

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................7

B. Saran ..............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................8

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hampir setiap orang mengenal timbilen yang dalam bahasa medis disebut Hordeolum.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang tua. Disebutkan bahwa
angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak dibanding anak-anak. Tidak ada perbedaan angka
kejadian (insidens rate) antara wanita dengan pria. Adakalanya seseorang mudah sekali
mengalami timbilen (berulang). Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi timbil
di tempat yang lain.
Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas
maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus
(Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih.
Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.

B. TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
Hordeolum dengan menggunakan metode proses keperawatan.

C. TUJUAN KHUSUS
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit hordeolum
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan hordeolum
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Hordeolum adalah suatu peradangan supuratif kelenjar Zeis, kelenjar Moll (hordeolum
eksterternum) atau kelenjar Meibom (Hordeolum internum). Hordeolum (Stye) adalah suatu
infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata. Bisa terbentuk lebih
dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari
dan bisa sembuh secara spontan.
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di folikel
atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila terjadi di
daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri.
Hordeolum adalah infeksi supuratif akut kelenjar kelopak mata yang biasanya disebabkan
oleh stafilokokkus.

Klasifikasi hordeolum :
a) Hordeolum internum adalah abses akut pada kelopak mata yang disebabkan oleh
infeksi stafilokokkus pada kelenjar meibomian, dengan penonjolan mengarah ke
konjungtiva.
b) Hordeolum eksternum disebabkan oleh infeksi stafilokokkus yang memberikan
gambaran abses akut yang terlihat pada folikel bulu mata dan kelenjar Zeis atau Moll,
hordeolum aksternum sering ditemukan pada anak-anak.

Hordeolum bisa terbentuk lebih dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum
biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan.

B. ETIOLOGI
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari
kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri stafilokokkus ).
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. Hordeolum
sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul besamaan dengan atau sesudah
blefaritis, hordeolum bisa timbul secara berulang.

Faktor Resiko

1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.

C. KLASIFIKASI
a) Hordeolum internal
infeksi pada kelenjar meibom sebasea. hordeolum yang terbentuk pada kelenjar yang lebih
dalam. Gejalanya lebih berat dan jarang pecah sendiri, karena itu biasanya dokter akan
menyayatnya supaya nanah keluar.

b) Hordeolum eksternal
infeksi yang terjadi dekat kelenjar zeis dan Moll, tempat keluarnya bulu mata (pada batas
palpebra dan bulu mata).

ii
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala subyektif dirasakan mengganjal pada kelopak mata rasa sakit yang bertambah kalau
menunduk, dan nyeri bila ditekan. Gejala obyektif tampak suatu benjolan pada kelopak mata
atas/bawah yang berwarna merah dan sakit bila ditekan didekat pangkal bulu mata. Secara umum
gambaran ini sesuai dengan suatu abses kecil.
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi
kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di matanya.
Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak, meskipun kadang
seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik
kecil yang berwarna kekuningan.
Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah
nanah.

E. PATOFISIOLOGI
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus aureus. Yang akan
menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Dapat terjadi di kelenjara minyak
Meibom, kelenjar Zeis atau Moll. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi
sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.
Apabila bakteri stafilokokkus menyerang kelenjar Zeis atau moll maka akan membentuk
abses kearah kulit palbebra yang biasanya disebut hordeolum eksternum. Setelah itu terjadi
pembentukan chalazion yakni benjolan di kelopak mata yang disebabkan peradangan di kelenjar
minyak (meibom), baik karena infeksi maupun reaksi peradangan akibat alergi. (Indriana
Istiqomah, 2004).
Pembentukan nanah terdapat dalam lumen kelenjar Bisa mengenai kelenjar Meibom, Zeis
dan Moll Apabila mengenai kelenjar Meibom, pembengkakan agak besar, disebut hordeolum
internum.
Penonjolan pada hordeolam ini mengarah kekulit kelopak mata atau kearah konjungtiva.
Kalau yang terkena kelenjar Zeis dan Moll; penonjolan kearah kulit palpebra, disebut hordeolum
ekstenum.

F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya benjolan pada
kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan. Adakalanya nampak bintik berwarna
keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata.
Pada hordeolum internaL, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak
mata. Keluhan yang kerap dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada
kelopak mata, nyeri tekan dan makin nyeri saat menunduk. Kadang mata berair dan peka
terhadap sinar. Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan
mengeluarkan nanah.
1. Nyeri pada kelopak mata
2. Kalau menunduk rasa sakit bertambah
3. Tampak suatu benjolan setempat
4. Warna kemerahan
5. Nyeri tekan
6. Mata terkadang berair
7. Peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya
8. Pembengkakan pada sebagian kelopak mata atau kadang seluruh kelopak membengkak
9. Ditengah daerah yang membengkak seringkali bintik kecil yang berwarna kekuningan

ii
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesikel.
Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup dan
lihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat
dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan tipis
dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (Arief, M, Suproharta,
Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin
B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan
selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin,
Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan
dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan
pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai
dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.

2. Penatalaksanaan bedah
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila:
Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika topikal dan
antibiotika oral dalam 2-4 minggu.
Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.
Setelah insisi dianjurkan kontrol dalam seminggu atau lebih untuk penyembuhan luka
insisi agar benar-benar sembuh sempurna.

ii
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan:
Keluhan utama
klien biasanya mengeluh nyeri pada kelopak mata, rasa yang mengganjal pada
kelopak mata.

Riwayat Kesehatan Sekarang


klien mengalami penglihatan sedikit terganggu dengan benjolan pada kelopak mata.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Pesien pernah masuk ke Rumah Sakit karena penyakit ini

Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu
hardeolum

Kebiasaan Sosial: jarang melakukan perawatan mata dan kebersihan mata.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
a) Mata tampak kemerahan
b) Mata tampak bengkak / edema, tampak warna kekuningan atau putih ditengah
kulit atau kelopak mata yang bengkak

Palpasi:
a) Rasa nyeri timbul saat kelopak mata disentuh atau ditekan
b) Ditemukan nodul kecil yang tak nyeri pada hordeolum internal.

3. Pemeriksaan Diagnostik
Ditegakkan sesuai dengan gejala.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan penglihatan akibat
edema pada kelopak mata
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata dan
kemerahan.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada
kelopak mata.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan penglihatan akibat
edema pada kelopak mata
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan edema
klien dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1. Edema hilang
2. Mata tidak memerah kaji TTV
Intervensi :
1. Kaji adanya kemerahan pada mata, cairan eksudat, atau ulserasi
2. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh matanya
3. Pindahkan kontak lensa apabila klien memakai
4. Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk pemberian obat tetes mata

ii
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada kelopak mata dan
kemerahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien tidak
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1. Nyeri terkontrol
2. Puss hilang
Intervensi :
1. Kaji nyeri klien seperti lokasi, karakteristic, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas serta factor presipitasinya.
2. Observasi pada nyeri non verbal
3. Anjurkan klien untuk mengkompres matanya dengan air hangat
4. Kolaborasikan dengan tim medis lain untuk menghilangkan nyeri pada
matanya.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan edema pada
kelopak mata.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien tidak
mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang hordeolum, gejala, dan penyebabnya
2. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang sakit yang dialaminya
3. Bantu klien untuk mengerti, memahami dan menerima keadaannya

ii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hordeolum adalah suatu peradangan supuratif kelenjar Zeis, kelenjar Moll (hordeolum
eksterternum) atau kelenjar Meibom (Hordeolum internum). Hordeolum (Stye) adalah suatu
infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata. Bisa terbentuk lebih
dari 1 hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum biasanya timbul dalam beberapa hari
dan bisa sembuh secara spontan.
Hordeolum di bagi menjadi dua yaitu hordeolum interna dan hordeolum eksternal.
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan
oleh bakteri dari kulit yaitu bakteri stafilokokus aureus.

B. SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien
hordeolum sesuai dengan indikasi penyakit
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien hordeolum
dengan baik dan benar

ii
DAFTAR PUSTAKA

Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisis:8, vol.3. Suzanne C. Smeltzer & Brenda
G. Bare. Penerbit Buku Kedokteran: EGC
NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2009-2010. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Masjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI;2000.
http://www.scribd.com/doc/86631189/ASKEP-HORDEOLUM
Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisis:8, vol.3. Suzanne
C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Penerbit Buku Kedokteran: EGC
NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2009-2010. Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Masjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK UI;2000.
http://www.scribd.com/doc/86631189/ASKEP-HORDEOLUM
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://munahasrini.wordpress.com/2012/04/13/askep-hordeolum/
http://madewijaya15.blogspot.com/2012/06/askep-hordeolum.html

ii

Anda mungkin juga menyukai