G30S Pki
G30S Pki
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah kejadian yang terjadi
pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa
orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta
yang dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Namun, setidaknya ada 5 versi mainstream yang tetap bertahan mengenai peristiwa yang berbuntut
pada pembantaian sekitar 500 ribu simpatisan PKIpaling tragis di Jawa dan Balihingga 1967 itu.
Versi lain sebenarnya cukup bertebaran, tapi umumnya merupakan sempalan dari kelima analisa
pokok tersebut.
1. Versi Pertama, adalah versi Angkatan Darat yang didukung oleh pemerintah otoriter Soeharto.
Secara jelas, buku tersebut menuduh bahwa PKI-lah yang menjadi pelaku kup.
Versi ini menjadi the final and the whole truthserta haram untuk dibantah selama puluhan tahun!
Namun, sejarawan LIPI Asvi Warman Adam mencatat, kalau buku putih itu dibaca dengan seksama,
akan diperoleh kesimpulan yang tentu tidak diharapkan oleh pembuatnya.
Mengapa bisa begitu? Karena ternyata banyak nama yang disebutkan secara berulang-ulang hingga
ratusan kali.
Aidit (blogspot)
Cara penulisan dalam buku ini mungkin sengaja dibuat untuk mengalihkan inti permasalahan dan
memfokuskan pembaca hanya pada tokoh-tokoh yang disebut berkali-kali tersebut agar terjadi
pengontrolan pemikiran dan pembaca terbius, ibarat doktrin.
Terdapat indeks nama sebanyak 306 orang tokoh dalam buku itu. Dan beberapa diantaranya disebut
secara berulang-ulang:
Sedangkan dalam indeks kata penting, tiga kata yang paling sering muncul adalah:
2) Dewan Revolusi,
3) Dewan Jenderal.
Jadi, buku ini lebih berbicara tentang tokoh PKI (atau menurut istilah Orde Baru, oknum)
Oknum tersebut yaitu Aidit dan Syam, ketimbang mengenai PKI sebagai sebuah organisasi sosial-
politik, kata Asvi (Majalah TEMPO edisi 2-8 Oktober 2000).
2. Versi Kedua, datang dari kolega LaCapra, B.R.O.G Anderson dan Ruth McVey yang dikenal
sebagai Cornell Paper.
Tahun 1966, dua Indonesianis terkemuka itu menerbitkan tulisan berjudul A Preliminary Analysis of
The October 1, 1965: Coup in Indonesia,.
Cornell Paper menyatakan bahwa PKI tidak memainkan peran sama sekali dalam kup.
Ben Anderson alias Prof. Emeritus Benedict Anderson alias Soebeno alias Bargowo dari Cornell
University, USA. (indiependen.com)
A Preliminary Analysis of the October 1, 1965, Coup in Indonesia (bahasa Indonesia: Analisis Awal
Kudeta 1 Oktober 1965 di Indonesia), atau lebih umum dikenal sebagai Cornell Paper ini adalah
publikasi ilmiah yang mengungkapkan kegagalan kudeta oleh Gerakan 30 September dengan sangat
rinci.
Artikel ini dipublikasikan pada tanggal 10 Januari 1966. Studi paper ini ditulis oleh Benedict Anderson
and Ruth Mcvey, dengan pertolongan Frederick Burnell, dengan menggunakan informasi dari
berbagai sumber berita Indonesia pada saat itu.
Pada saat paper ini ditulis, ketiga orang ini adalah anggota dari Ikatan Alumni Universitas Cornell dan
adalah ahli dalam bidang sejarah Asia Tenggara.
Dalam paper ini Anderson dan Mcvey memaparkan teori bahwa PKI maupun Sukarno tidak terlibat
dalam gerakan kudeta ini; bahkan mereka adalah korban dari gerakan ini.
Berdasarkan informasi dan dokumen-dokumen yang Anderson dan McVey gunakan, mereka
memberikan teori bahwa kudeta adalah sebuah masalah internal dalam tentara yang bertujuan
menggeser beberapa jendral yang dikatakan bekerja sama dengan CIA.
pict: wikimedia
Dalam waktu seminggu Gerakan 30 September diberantas oleh Mayor Jendral Suharto, yang
mengambil alih pertanggung jawaban untuk menggalakkan keamamanan.
Paper ini juga mengajukan alternative teori yang akhirnya ditolak. Salah satu diantaranya adalah
teori yang didukung secara resmi oleh pemerintah Indonesia sampa saat ini yaitu PKI adalah dalang
dari kudeta ini.
Publikasi ini awalnya dirahasiakan, tetapi bocor pada tanggal 5 Maret 1966 dengan munculnya
artikel di Koran The Washington Post oleh jurnalis Joseph Kraft.
Sampai tahun 1971, Cornell menolak aksess ke publikasi ini dan artikel ini banyak disalahgunakan
atau diinterpretasikan tidak benar.
Jadi, menurut paper ini PKI tidak mempunyai motif apa pun untuk melakukan kudeta, karena partai
pimpinan Aidit ini telah menikmati keuntungan yang besar di bawah pemerintah Soekarno.
Kup yang dilakukan sangat cepat itu adalah murni persoalan internal AD. Kudeta gagal tersebut,
kata Prof. Emeritus Benedict Anderson alias Soebeno alias Bargowo dari Cornell University, USA dan
juga McVey, dipicu oleh kesenjangan yang dirasakan oleh beberapa kolonel divisi Diponegoro,
Semarang.
Kolonel seperti Untung, Supardjo, serta Latief kecewa atas kepemimpinan AD di pusat yang dianggap
tercemar oleh gemerlap kehidupan Jakarta serta lemah sikap anti-komunisnya. Akhirnya ketiga
orang itu lalu melancarkan pemberontakan.
3. Versi Ketiga, adalah kesimpulan dari John Hughes dan Antonie C.A. Dake.
Buku Soekarno File, Berkas-berkas Soekarno 1965-1967, Kronologi Suatu Keruntuhan (Antonie C.A.
Dake)
Hughes melalui bukunya The End of Soekarno(1967) berpendapat bahwa Presiden Soekarno-lah
yang justru bertanggung jawab atas semua rangkaian peristiwa kelam itu.
Menurutnya, tindakan Untung menciptakan Gerakan 30 September adalah atas dasar restu dari
Soekarno.
Sedangkan Antonie C.A. Dake dalam bukunyaSoekarno File, Berkas-berkas Soekarno 1965-1967,
Kronologi Suatu Keruntuhan mengatakan bahwa mastermind dari G30S adalah Soekarno.
Tulisan di dalam buku Antonie C.A. Dake yang muncul sekitar tahun 2006 lalu tersebut langsung
mendapat reaksi cukup keras dari keluarga Soekarno.
Guru Besar Universitas Amsterdam, Wertheim punya pandangan lain mengenai G30S yang kemudian
menjadi versi keempat.
Tampak Suharto sedang menatap salah seorang Jenderal yang sedang diinterogasi oleh PKI di dalam
diorama saat berada di musium Lubang Buaya. (Setneg)
Soeharto, yang juga berasal dari Kodam Diponegoro, tidak puas dengan kepemimpinan AD di bawah
Ahmad Yani yang lemah terhadap PKI.
Hal keterlibatan Soeharto ini juga didukung oleh kedekatannya dengan Latief, pemimpin gerakan.
Latief diketahui menjenguk anaknya Soeharto, yaitu Tommy Soeharto yang sedang sakit sebelum
terjadinya kup.
Peter Dale Scott dari University of California, Berkeley, mensinyalir keterlibatan pihak asing,
khususnya AS melalui Central Intelligence Agency (CIA). (lihat videonya dibawah mengenai Black
Operation atau klik disini)
Scott berusaha menarik hubungan antara kepentingan CIA dengan penggulingan Soekarno serta
kedekatan badan intelijen AS tersebut dengan AD pada waktu itu.
Menurutnya, Gestapu, respons yang ditunjukkan Seharto dengan mengambil alih keadaan, serta
pertumpahan darah, adalah skenario AD untuk merebut kekuasaan.
Soeharto dikatakannya bermuka dua, seolah-olah memihak status quo, namun sebenarnya punya
rencana untuk menumbangkan Soekarno.
Dampak Politik
a. Presiden Soekarno kehilangan kewibawaannya di mata rakyat Indonesia.
b. Kondisi politik Indonesia semakin tidak stabil sebab muncul pertentangan dalam lembaga tinggi
negara.
c. Sikap pemerintah yang belum dapat mengambil keputusan untuk membubarkan PKI sehingga
menimbulkan kemarahan rakyat.
d. Munculnya aksi demonstrasi secara besar-besaran yang dilakukan rakyat beserta mahasiswa yang
tergabung dalam KAMI, KAPPI, dan KAPI menuntut pembubaran terhadap PKI beserta
ormas-ormasnya. Tuntutan mereka dikenal dengan istilah Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat yaitu
1) Pembubaran PKI.
2) Pembersihan Kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI.
3) Penurunan harga-harga barang.
f. Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan KAMI sebab dianggap telah
menjadi pemicu munculnya aksi demonstrasi dan turun ke jalan yang dilakukan oleh para pemuda
Indonesia dan mahasiswa Indonesia.
g. Pada tanggal 11 Maret 1966 diselenggarakan sidang kabinet yang ingin membahas kemelut politik
nasional. Namun sidang mi tidak dapat diselesaikan dengan baik karena adanya pasukan tak dikenal
yang ada di luar gedung yang dianggap membahayakan keselamatan Presiden Soekarno.
h. Padatanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau
yang dikenal dengan istilah Supersemar yang isinya Presiden Soekarno memberi perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap penting dan perlu agar terjamin
keamanan dan ketertiban, jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta menjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden.
Dampak Sosial-Politik Peristiwa G30S/PKI terhadap masyarakat Indonesia.
Kondisi politik Indonesia masih belum stabil, kehidupan ideologi nasional belum mapan,
kemelaratan di mana-mana, keamanannasional sulit dikendalikan.
-Demonstrasi besar-besaran terjadi pada tanggal 10 Januari 1966.
-Isi Tritura: Pembubaran PKI, Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI dan Penurunan
harga-harga.
Aksi semacam itu terus meluas dan berlangsung lama hinggaakhirnya ditandai dengan keluarnya
Surat Perintah Sebelas Maret(Supersemar).
-Diselenggarakan sidang kabinet untuk membahas kemelut politik nasional.
-Isi pokoknya adalah memerintahkan kepada Letjen Soeharto atasnama presiden untuk mengambil
tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden.