Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja sering digunakan istilah pubertas dan adolescent. Istilah

pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang

meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa

anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu

perubahan alat kelamin dari tahapan anak ke dewasa (Soetjiningsih,

2007). Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolescent, dulu

merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk

menyatakan perubahan psikososial yang menyertai pubertas.

Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan somatik yang merupakan

bagian dari perubahan fisik pada pubertas, disebut sebagai pacu

tumbuh adolescent (Soetjiningsih, 2007).

Remaja atau adolenscent adalah periode diantara pubertas dan

selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai

19 tahun. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang

dalam rentang masa kanak-kanak sampai dewasa. Pada masa ini,

pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih

kanak-kanak (Dorlan, 2011).

Menurut sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh BPS

(2010), di Indonesia jumlah remaja putri umur 10-19 tahun sebanyak

1
2

21.083.128 jiwa, jumlah remaja putra umur 10-19 tahun sebanyak

22.083.007 jiwa. Di Kalimantan Timur jumlah remaja putri umur 10-19

tahun sebanyak 296.151 jiwa, dan jumlah remaja putra 316.644 jiwa

(BPS, 2015).

Sekitar 50 juta orang (20%) populasi Indonesia adalah remaja

(usia 10-19 tahun). Dari jumlah tersebut tentunya akan banyak

permasalahan yang dihadapi. Beberapa masalah remaja antara lain

kehamilan yang tidak diinginkan (33,79%) remaja siap, untuk

melakukan aborsi (PKBI, 2005). Pada penelitian lain didapatkan, dari

2,4 juta aborsi 21% (700-800 ribu) dilakukan oleh remaja (BBKBN-

LDFEUI, 2000). Sedangkan PMS pada remaja 4,18%, HIV/AIDS 50%

terjadi pada umur 15-29 tahun (Jabar, 2001). (The Knowledge for

Health, 2015)

Pada masa ini diharapkan remaja mulai memperhatikan

kesehatan diri (Personal hygiene) terutama kesehatan reproduksi.

Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini masih

belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan Negara di

ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek

kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi selain

berdampak secara fisik juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan

mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial

(Departemen Kesehatan RI, 2001)


3

Penggunaan sumber air yang tidak bersih juga dapat

mempengaruhi kesehatan reproduksi terutama dalam menjaga

kebersihan. Menurut hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis

sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada

umumnya adalah sumur gali terlindung (29,2%), sumur pompa

(24,1%), dan PDAM (19,7%) (Riskesdas, 2013).

Dalam rangka menumbuh kembangkan pengetahuan hidup

sehat bagi remaja, maka perlu kepedulian dalam bentuk pelayanan

dan penyediaan informasi yang benar serta kesepahaman bersama

akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat

membantu mereka dalam menentukan pilihan masa depannya. (The

Knowledge for Health, 2015)

Promosi kesehatan telah menjadi bidang yang semakin penting

dari tahun ke tahun. Dalam tiga decade terakhir, telah terjadi

perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai

masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986, World Health

Organization (WHO) menyelenggarakan konferensi internasional

pertama dalam bidang promosi kesehatan yang diadakan di Ottawa,

Kanada. Piagam ini menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan

di tiap Negara, termasuk Indonesia dengan tujuan dapat

meningkatkan kesadaran didalam diri orang-orang tentang pentingnya

kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan


4

melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka. (Asep,

2009)

Menurut Depkes RI (2002), hak kesehatan reproduksi dapat

dijabarkan secara praktis diantaranya adalah setiap remaja, lelaki

maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan

benar tentang reproduksi, sehingga dapat berperilaku sehat dalam

menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.

Hak-hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia

yang diakui oleh hukum nasional, dokumen internasional tentang hak

asasi manusia, dan dokumen-dokumen kesepakatan atau perjanjian

lainnya. Hak-hak ini menjamin hak-hak dasar setiap pasangan dan

individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab

mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak dan untuk

memperoleh informasi dan juga terkandung makna memiliki hak untuk

mmperoleh standar tertinggi dari kesehatan reproduksi dan seksual.

Juga termasuk hak mereka untuk membuat keputusan menyangkut

reproduksi yang bebas dari diskriminasi, perlakuan sewenang-

wenang, dan kekerasan (ICPD,1994).

Organ reproduksi merupakan organ yang sensitive dan

memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan mengenai organ

reproduksi kadang dianggap tabu oleh remaja. Pengetahuan dan

perawatan organ reproduksi merupakan factor penentu dalam

memelihara kesehatan reproduksi. (Kathy French, 2015)


5

Secara umum alat atau organ reproduksi wanita dibagi atas dua

bagian yaitu alat kelamin atau genitalia luar dan alat kelamin bagian

dalam. Organ genitalia luar terdiri dari vulva, mons pubis, labia

mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, bulbus vestibuli, introitus

vagina dan perineum. Sedangakan organ genitalia bagian dalam

vagina atau liang kemaluan, uterus, tuba fallopi dan uterus.evaluasi

terhadap fungsi alat reproduksi wanita lebih rumit dibandingkan

dengan laki-laki.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Hani

Handayani (2011), diperoleh hasil terdapat hubungan antara

pengetahuan terhadap sikap, danterdapat hubungan antara sikap

dengan perilaku(Hani H, 2011). Sedangkan berdasarkan penelitian

yang sudah dilakukan oleh Deissy Marcelien Nanlessy (2013) di SMA

Negeri 2 Pineleng dapat disimpulkan sebagai berikut: Tidak ada

hubungan antara pengetahuan remaja putri dalam menjaga

kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2

Pineleng. Kedua penelitian tersebut telah membuktikan bahwa

rendahnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Hal

ini dapat berpengaruh terhadap pengetahuan kesehatan mereka

dalam menjaga personal hygiene pada organ genilatia. (DM Nanlessy,

2013).

Agama dan ajaran Islam menaruh perhatian amat tinggi pada

kebersihan, baik lahiriah fisik maupun batiniyah psikis. Kebersihan


6

lahiriyah itu tidak dapat dipisahkan dengan kebersihan batiniyah. Oleh

karena itu, ketika seorang Muslim melaksanakan ibadah tertentu

harus membersihkan terlebih dahulu aspek lahiriyahnya. Ajaran Islam

yang memiliki aspek akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak ada

kaitan dengan seluruh kebersihan ini. Hal ini terdapat dalam tata cara

ibadah secara keseluruhan. Orang yang mau shalat misalnya,

diwajibkan bersih fisik dan psikhisnya. Secara fisik badan, pakaian,

dan tempat salat harus bersih, bahkan suci. Secara psikhis atau

akidah harus suci juga dari perbuatan syirik. Manusia harus suci dari

fahsya dan munkarat.

An sadibni abi waqqasin an abihi aninnabiyyi sallallahu alaihi

wasallama innallaha tayyibun yuhibbuttayyiba nadifun yuhibbunnadifa

karimun yuhibbulkarama jawadun yuhibbuljawada fanaddifu

afnaitakum. (HR. At- Turmudi)

Artinya : Sesungguhnya Allah Taala itu baik (dan) menyukai

kebaikan, bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai

kemuliaan, bagus (dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu,

bersihkanlah lingkunganmu. (HR. At- Turmudzi)


7




Al- islamu nadifun fatanaddafu fainnahu la yadkhululjannata illa

nadifun. (HR. Baihaqiy)

Artinya : Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci,

maka hendaklah kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak

akan masuk surga kecuali orang-orang yang suci. (HR. Baihaqiy)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

Desember 2015 didapatkan data jumlah siswi di SMP Negeri 2

Tenggarong, yaitu sebanyak 150 anak. Diperoleh data bahwa siswi-

siswi SMP Negeri 2 Tenggarong berusia sekitar13-15 tahun. Saat

dilakukan wawancara dengan beberapa siswi, diperoleh data bahwa

siswi-siswi masih merasa tabu saat diajukan pertanyaan mengenai

sistem reproduksi. Mereka mengatakan belum pernah mendapatkan

promosi/penyuluhan kesehatan mengenai sistem reproduksi. Juga

diperoleh data bahwa beberapa dari siswi tersebut sudah pernah

mengalami masalah pada system reproduksi seperti keputihan.

Studi pendahuluan yang dilakukan wawancara kepada kepala

sekolah SMP Negeri 2 Tenggarong mengatakan bahwa para murid

SMP ini tidak ada mendapat pelajaran khusus tentang kesehatan

reproduksi. Pelajaran biologi dan agama ada membahas sekilas

tentang kesehatan reproduksi namun tidak terperinci, dan semua

siswa-siswi belum pernah mendapatkan promosi kesehatan

reproduksi. Data yang diperoleh saat wawancara 5 dari 10 siswi


8

mengaku pernah mengalami keputihan. Masalah kesehatan

reproduksi ini seharunya tidak terjadi jika mereka mengerti dan paham

mengenai pentingnya kesehatan reproduksi.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Promosi Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan

Dalam Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Pada Siswi-Siswi SMP

Negeri 2 Tenggarong

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya

adalah Apakah ada pengaruh promosi kesehatan reproduksi

terhadap pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ genitalia

pada siswi-siswi di SMP Negeri 2 Tenggarong?


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menjelaskan adakah pengaruh pemberian promosi

kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dalam menjaga

kebersihan organ genitalia pada siswa-siswi SMP Negeri 2

Tenggarong.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan

usia, memiliki saudara perempuan, sumber air dan warna air di

rumah responden.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswi-siswi SMP

Negeri 2 Tenggarong sebelum dilakukan pemberian promosi

kesehatan pada kelompok kontrol dan perlakuan.


9

c. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswi-siswi SMP

Negeri 2 Tenggarong sesudah dilakukan pemberian promosi

kesehatan pada kelompok perlakuan.


d. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan siswi-siswi

SMP Negeri 2 Tenggarong dalam menjaga kebersihan organ

genitalia sebelum dan sesudah pemberian promosi kesehatan

pada kelompok kontrol dan perlakuan.


e. Untuk menganalisa perbedaan tingkat pengetahuan siswi-siswi

SMP Negeri 2 Tenggarong sebelum pemberian promosi

kesehatan pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi/perlakuan.
f. Untuk menganalisa perbedaan tingkat pengetahuan siswi-siswi

SMP Negeri 2 Tenggarong sesudah pemberian promosi

kesehatan pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi/perlakuan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswi SMP Negeri 2 Tenggarong
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini bisa menjadi

sumber pengetahuan untuk siswi-siswi SMP Negeri 2 Tenggarong

mengenai kesehatan reproduksi terutama dalam menjaga

kebersihan organ genitalia.


2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan kesehatan

reproduksi khususnya yang berhubungan dengan bagaimana cara

menjaga kebersihan organ genitalia.


3. Bagi Institusi Pendidikan
10

Diharapkan dengan diadakannya penelitian ini bias menjadi

dasar pengembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dalam menjaga kebersihan organ genitalia.


4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta melatih diri

berfikir secara ilmiah sesuai dengan disiplinilmu yang didapat

dibangku kuliah dan juga sebagai dasar untuk mengembangkan

diri dimasa yang akan datang.

5. Bagi SMP Negeri 2 Tenggarong


Sebagai masukan, evaluasi, dan mempermudah dalam

meningkatkan pengetahuan Bapak/Ibu Guru tentang Kesehatan

reproduksi khususnya pengetahuan dalam menjaga kebersihan

organ genitalia pada siswi-siswi di SMP Negeri 2 Tenggarong

E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Hani Handayani,
Penelitian Hani (2011) berjudul Hubungan Pengetahuan,

Sikap dan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Organ

Genitalia Eksterna di MTS Pembangunan Tahun 2011. Penelitian

ini menggunakan desain penelitian cross sectional bersifat analitik.

Perbedaan antara penelitian Hani Handayani dengan penelitian ini

adalah terletak pada tempat penelitiannya, yaitu di SMP Negeri 2

Tenggarong. Berjudul Pengaruh promosi kesehatan reproduksi

terhadap pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ

genitalia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian


11

kuantitatif eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Teknik sampling

yang digunakan adalah Stratifeid Random Sampling.


2. Penelitian Deissy Marcelien Nanlessy
Penelitian Nanlessy (2011) Hubungan antara pengetahuan

dan pengetahuan remaja puteri dalam menjaga kebersihan alat

genitalia dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 pineleng.

Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional analitik

dengan rancangan cross sectional yang menggunakan teknik total

sampling. Perbedaan antara penelitian Deissy Marcelien Nanlessy

dengan penelitian ini terletak pada tempat penelitiannya, yaitu di

SMP Negeri 2 Tenggarong. Berjudul Pengaruh promosi

kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dalam menjaga

kebersihan organ genitalia. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kuantitatif eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Teknik

sampling yang digunakan adalah Stratifeid Random Sampling.

Anda mungkin juga menyukai