Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata aborsi berarti menggugurkan kandungan, adapun abortus yaitu

diartikan terpecahnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan

keempat dari kehamilan).1 Sehingga kata aborsi atau pun abortus sebenarnya

memiliki arti yang sama yang kemudian istilah ini sering dipakai untuk

penyebutan istilah pengguguran kandungan.

Dalam dunia medis istilah abortion (baca: aborsi) yaitu, menggugurkan

kandungan dari dalam rahim seorang wanita sebelum mencapai 22 minggu masa

kehamilan atau sebelum mencapai berat 500 gram. Sedangkan menurut

Muhammad Ali bin Al-Baari, mengeluarkan janin sebelum masa kehamilan

mencapai 28 minggu dan dihitung sejak akhir wanita tersebut mengalami haid.2

Dalam literatur fiqh Islam, aborsi dikenal dengan sebutan Al-Jahdu atau

Al-Ijhaad yakni menurut bahasa merupakan bentuk masdar dari ajhadha yang

artinya wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum

sempurna penciptaannya. Atau secara bahasa juga bisa dikatakan lahirnya janin

karena dipaksa atau karena lahir dengan sendirinya. Sedangkan makna ijhaad

menurut para fuqaha tidak keluar jauh dari makna lughawi (bahasa) nya, akan

1KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Versi digital

2 Dr. Faridah Zozo, Al-Ijhadh Dirosah Fiqhiyyah Maqhosidiyyah, (ttp.: t.p., t.t.), hlm.10

1
‫‪2‬‬

‫‪tetapi mayoritas diantara mereka mengungkapkan hal ini dengan beberapa istilah‬‬

‫’‪yang berbeda, diantaranya; isqath (menjatuhkan), tharh (membuang), ilqaa‬‬

‫‪(melempar) dan imlaash (melahirkan dalam keadaan mati).3‬‬

‫‪Berawal dari Firman Allah Ta’ala:‬‬

‫س َّاالبت َّالحلرلم َّاالل َّاإبلل َّا باِلللقق‬


‫لوللتَالنلقتْلنلوُا َّاالنلنلف ل‬
‫‪Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah‬‬

‫)‪(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (QS. Al-Isra’: 33‬‬
‫‪Kemudian dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda:‬‬
‫ب‬
‫ي ن َّايلنلوُةم ناِ َّانلطللف نة َّالثلن َّايللك نلوُلن َّالعللق نة َّابمثلنلل َّالذل ن ل‬
‫ك َّالثلن َّايللك نلوُلن‬ ‫ب ب‬
‫إبلن َّاأللح نلدلكلم َّا لليلمنلع َّالخللق نهل َّابفن َّابلطلنبن َّاألقم نه َّاأللربلع ل ل‬

‫ب َّابرلزقبنبه َّالوأللجلبنبه‬ ‫ك َّافلنينلننلفنخ َّافبينبه َّاالنروح َّاوي نؤمر َّا بنألرببع َّالكلبمنناِ ت‬
‫ت َّا‪َّ :‬ا بلكلتْن ب‬
‫ك َّالثلن َّاينللرلسنلل َّاإللينه َّااللملن ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل‬
‫ب ب‬ ‫ب‬
‫ضنغلة َّابمثلنلل َّالذلن ل‬
‫لم ل‬

‫غي نلرهل َّاإبلن َّاأللحنلدلكلم َّالليلنلعلمنلل َّا بلعلمنبل َّاأللهنبل َّاالللنلنبة َّالحلتن َّالمناِ َّايللكنلوُلن‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬ ‫بب ب‬
‫لولعلمله َّالولشقيي َّاأللو َّالسعليدد َّافلنلوُ َّاال َّاالذيِ َّالل َّاإبلنهل َّا لل‬

‫ب َّافلنيلنلعلمن نلل َّا بلعلمن نبل َّاأللهن نبل َّاالنلنناِبر َّافلنينل نلدلخ للهاِ َّالوإبلن َّاأللحن نلدلكلم َّالليلنلعلمن نلل‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬
‫بللنينننل نهل َّالوبللنيننلنلهن ناِ َّاإبلل َّاذلراعد َّافلنيللسن نبلق َّالعللين نه َّاالكتْلنناِ ل‬

‫ب َّافلنيلنلعلمنلل َّا بلعلمنبل َّاأللهنبل َّاالللنلنبة‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬ ‫ب‬


‫لعلمنبل َّاأللهنبل َّاالننلناِبر َّالحلتن َّالمناِ َّايللكنلوُلن َّابللنيننلنهل َّالوبللنيننلنلهناِ َّاإبلل َّاذلراعد َّافلنيللسنبلق َّالعللينه َّاالكتْنلناِ ل‬

‫فلنيللدلخللهاِ‬

‫‪“Sesungguhnya fase penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya‬‬

‫)‪selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian selama itu (40 hari‬‬

‫‪menjadi segumpal darah, kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal‬‬

‫‪daging kemudian diutuslah malaikat ditiupkan ruh dan dicatat empat hal,‬‬

‫‪rezekinya, ajalnya, amalnya, apakah ia beruntung atau celaka, demi Allah yang‬‬

‫‪3 Ibid, hlm. 11‬‬


3

tiada sesembahan yang haq selain Dia, sungguh diantara kalian ada yang

beramal denagan amalan penduduk syurga hingga antara dia dengan syurga

sejarak satu hasta, kemudian ia didahului dengan takdir sehingga ia beramal

dengan amalan penduduk neraka, maka ia masuk ke dalam neraka.

Sesungguhnya ada diantara kalian yang beramal dengan amalan penduduk

neraka hingga antara dia dengan neraka sejarak satu hasta kemudian ia

didahului dengan takdir sehingga beramal dengan amalan penduduk syurga,

maka ia masuk ke dalam syurga.” (HR. Bukhori)4

Merupakan bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, dimana

Allah Ta’ala begitu memuliakan jiwa manusia melalui syari’at Islam ini yang

mengarah kepada penjagaan setiap jiwa hamba-Nya. Hingga dalam kondisi masih

berupa janin sekali pun, syariat Islam tetap memperhatikannya.

Seiring berjalannya waktu, seiring itu pula teknologi semakin canggih,

dimana manusia pada zaman ini dengan mudah dapat mengetahui kondisi janin

ketika masih berada dalam kandungan seorang ibu, yakni melalui suatu alat

khusus yang biasa kita kenal dengan USG, dari sini manusia dapat mengetahui

apakah janin tersebut dalam kondisi hidup dan sehat, sakit, mati, atau bahkan

dalam kondisi ia cacat sekali pun, kemudian dari sini muncul suatu permasalahan,

yang mana tidak banyak dari mereka para ibu atau keluarga yang bersangkutan

ternyata tidak menginginkan kelahiran sang bayi dikarenakan hasil USG

4 Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori, Shahih Bukhori, “Kitab Qodari”,
(Riyadh: Baitul Afkar Ad-dauliyah 1419 H/1998 M), hlm. 1060. hadits no. 2643
4

mengatakan ada kecacatan pada sang bayi, dan menjadikan si ibu ingin

melakukan aborsi.

Masyarakat dunia digegerkan dengan endemik virus zika di Amerika

Selatan. Virus ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Virus zika memiliki

kadar bahaya yang tak sepele. Jika menyerang ibu hamil, ada risiko besar sang

janin akan terlahir dengan kondisi mikrosefali (cacat pertumbuhan otak) pada bayi

baru lahir. Ukuran kepala bayi akan lebih kecil dari bayi normal.

Virus ini juga menyebabkan Guillain-Barre, yakni gangguan saraf yang

menyebabkan kelemahan otot yang dimulai pada kaki yang kemudian menyebar

ke lengan dan wajah. Ancaman virus zika terhadap wanita hamil membuat banyak

orang di Amerika Selatan memilih melakukan aborsi.5

Di sisi lain terdapat studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest

(1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau

incest (hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu,

dan 3% karena janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh. 6 Maka penulis

memandang bahwasanya hal ini sangatlah penting untuk dikaji, karena sebagai

seorang muslimah tidak terlepas dari hukum-hukum syar’i. yakni ketika

melakukan hal tersebut apakah syari’at memperbolehkan, dan bagaimanakah

tanggapan para ulama’ terkait dengan pembahasan ini, dengan keahlian mereka

5 http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/02/12/o2f1s520-aborsi-karena-
virus-zika-bolehkah, diakses 21 April 2016.

6 http://xxx-dennis.blogspot.co.id/2008/11/aborsi.html, diakses 13 januari 2016.


5

dalam bidang fiqih maka akan muncul hukum berdasarkan penelitian terhadap

dalil-dalil yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi persoalan mengenai

hukum aborsi janin cacat genetic dalam prespektif syar’i saja, rumusan masalah

dapat dijelaskan dalam bentuk pertanyaan: Bagaimana hukum aborsi janin cacat

genetik dalam prespektif syar’i?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hukum aborsi janin cacat

genetik dalam prespektif syar’i.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
a. Kajian ini bermanfaat memberikan kontribusi ilmu

dan khazanah penulisan Islam.


b. Sumbangan karya ilmiyah bagi perkembangan ilmu

pengetahuan baik di kalangan akademis maupun masyarakat

luas pada umumnya.


c. Hasil penelitian ini dapat membantu untuk

penelitian berikutnya.

2. Secara Praktis
a. Bagi para da’i kajian ini dapat menjadi sebuah

referensi atau sebagai buku pegangan untuk berda’wah kepada

seluruh manusia, terkhusus bagi kaum muslimah.


6

b. Bagi masyarakat luas sebagai kajian ilmiyah tentang

hukum aborsi janin cacat genetik dalam prespektif syar’i.


c. Bagi Ma’had Aly Hidayaturrahman sebagai

sumbangan pemikiran mengenai masalah terkait.

E. KAJIAN PUSTAKA
Pembahasan tentang aborsi janin cacat genetik telah banyak

dikemukakan oleh berbagai kalangan antara lain:


Pertama, Dalam skripsi yang ditulis oleh Yeni Farianto dengan judul

“Pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta Terhadap Fatwa MUI

Pusat Nomer 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi”. Dalam skripsinya membahas tentang

Aborsi secara umum sehingga di dalamnya pula dibahas tentang aborsi janin

cacat genetik namun tidak mendetail.


Dalam kitab “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul muqtashid” yang ditulis

oleh Ibnu Rusyd, di dalamnya terdapat pembahasan tentang perbedaan ulama

beserta hujjah dari setiap pendapat terkait tentang diyat atas gugurnya janin baik

karena sengaja maupun tidak sengaja, maka di sini tidak dijelaskan bagaimana

pendapat ulama tentang hukum aborsi janin cacat genetik karena perkara ini

termasuk perkara kontemporer.


Dalam kitab “Fiqih Islam wa Adillatuhu” yang ditulis oleh Dr. Wahbah

az-Zuhaili merojihkan ijhadh hanya diperbolehkan jika dilakukan diawal

kehamilan dan awal pembentukan janin, yang bertujuan untuk mempertahankan

hidup si ibu, dan dilakukan dalam kondisi dhorurot, baik karena adanya penyakit

yang sulit disembuhkan seperti penyakit TBC dan kanker atau karena udzur

Yeni Farianto, “Pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta Terhadap Fatwa
MUI Pusat Nomer 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi”, Skripsi S1 (Yogyakarta: Fakultas Syari’ah,
Universitas islam Negeri Sunan Kalijaga 2009 M )

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, cet. Ke-6, (Beirut: Darul Ma’rifah,
1402 H/1982 M) hlm. 415
7

terhentinya air susu ibu sedang ia masih menyusui anaknya dan suaminya pun

tidak mampu menyewa ibu susuan.7


Dari data di atas, penulis menyimpulkan bahwa belum ada buku khusus

yang membahas tentang hukum aborsi janin cacat genetik dalam prespektif syar’i

dan sejauh ini pula penulis juga belum menemukan skripsi yang membahas

tentang judul tersebut. Maka pembahasan ini sangat perlu untuk dikaji.

F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Menurut jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library

research) yaitu studi yang memfokuskan pembahasan pada literature-literature

baik berupa buku, jurnal, makalah-makalah atau literature lain mengenai materi-

materi yang berhubungan dengan tema maupun terbitan lainnya.


2. Teknik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dengan

jalan dokumentasi, dengan megumpulkan Yaitu mencari dan mengumpulkan data

yang diperoleh, kemudian dikelompokkan menjadi dua, yakni data primer dan

data sekunder.

a. Data Primer
Sumber data primer ialah sumber data yang diperoleh melalui

pengamatan dan analisa terhadap literatur-literatur pokok yang dipilih untuk dikaji

kembali kesesuaiannya antara teks dengan realitas berdasarkan berbagi macam

tinjauan ilmiah. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kitab-kitab ulama yang berkaitan dengan permsalahan yang dibahas.


b. Data Skunder

7 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, cet. Ke-2, (Damaskus : Darul Fikr,
1985 H/1405 M), hlm. 557
8

Sumber data ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber bacaan yang

mendukung sumber primer yang dianggap relevan, hal tersebut sebagai

penyempurnaan bahan penelitian terhadap bahasan dan pemahaman peneliti.

Sumber data seekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab-kitab

yang berkaitan dengan sekripsi ini.


c. Analisis Data

Dari penjelasan di atas maka dalam menganalisa data digunakan metode

analisa yang dilakukan dengan jalan contect analysis, yaitu analisa secara

langsung berdasarkan data yang diperoleh dari data primer.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini kerangka penulisannya dibagi menjadi lima bab,

sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan, bab ini sebagai sebuah pengantar dalam

melakukan penelitian yang terdiri dari: A. Latar belakang masalah. B. Rumusan

masalah. C. Tujuan penelitian. D. Manfaat penelitian. E. Kajian pustaka. F.

Metodologi penelitian. G. Sistematika pembahasan.


Bab kedua, membahas tentang pengertian aborsi, macam-macamnya,

motivasi dilakukannya aborsi, tekhnik aborsi, resiko aborsi, pengertian cacat

genetik, beserta faktor-faktor penyebabnya. Pembahasan ini dimaksudkan untuk

menjadi pemahaman dasar dari tema yang akan dibahas. Bahwa aborsi bukanlah

perkara yang begitu saja bisa kita abaikan, karena aborsi merupakan tindakan keji

yang tidak pantas untuk dilestarikan dan merupakan tindakan yang berbahaya.
9

Bab ketiga, membahas tentang hukum aborsi janin cacat genetik, baik

sebelum ditiupkan ruh maupun setelah ditiupkannya ruh serta perbedaan pendapat

ulama di dalamnya. Kemudian penulis juga akan memaparkan tentang kafarat

aborsi.

Bab keempat, bab akhir/penutup, berisi kesimpulan yang diambil dari

rangkuman penelitian dari hukum aborsi janin cacat genetik dalam prespektif

syar’i, yang telah ditelaah dari berbagai referensi dan sumber data yang ada

disertai saran peneliti kepada pembaca hasil penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM TERHADAP ABORSI


1. Pengertian Aborsi
a. Secara Bahasa

Secara bahasa aborsi berasal dari kata ‫ض‬


‫( َّالجلهن ن ل‬Jahadha) yang artinya

menggugurkan, ‫ض‬
‫( َّا للمهن ن د‬Mujhidhun) yaitu orang yang membuang anak sebelum

sempurna, dan jamaknya adalah ‫ض‬


‫( َّا للماِهلي ل‬Majaahiidhu).
8

8 Ibnu Mandhur, Lisaanul ‘Arob, (Qahirah: Daarul Ma’arif, 1300 H/ 1882 M), hlm. 713
10

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) aborsi adalah

pengguguran kandungan.9 Aborsi berasal dari kata ‫ض‬


‫ض َّالو َّااللجلهنناِ ل‬
‫( َّااللله ن ل‬Al-Jahdhu
wal Ijhaadhu) yang artinya pengguguran anak.10 Sedangkan dalam Kamus

Mu’jamul Wasith, kata ‫ض‬


‫( َّااللجله نناِ ل‬Al-Ijhaadh) diartikan dengan keluarnya janin

dari rahim sebelum bulan keempat.11 Kemudian Ijhaad menurut bahasa

merupakan bentuk masdar dari ajhadha yang artinya wanita yang melahirkan

anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya atau secara

bahasa juga bisa dikatakan lahirnya janin karena dipaksa atau karena lahir dengan

sendirinya.12

b. Secara Istilah
Menurut istilah para fuqaha, makna aborsi tidak keluar jauh dari makna

lughawi (bahasa) nya, akan tetapi mayoritas diantara mereka mengungkapkan hal

ini dengan beberapa istilah yang berbeda, diantaranya; isqath (menjatuhkan),

tharh (membuang), ilqaa’ (melempar) dan imlaash (melahirkan dalam keadaan

mati).13
Menurut istilah kedokteran aborsi adalah penghentian kehamilan.

Melahirkan embrio atau janin sebelum janin bisa hidup di luar rahim, biasanya

diberi batasan sebelum 20 minggu kehamilan. Aborsi bisa bersifat spontan, kerap
9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Cet. Ke-2,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002 M), hlm. 3

10 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, cet. ke-14, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), hlm. 219

11 Ibrahim Unais dkk, al-Mu’jamul Wasith, (ttp.: t.p., t.t.), Juz: 1-2, hlm. 164

12 Dr. Faridah Zozo, Al-Ijhadh Dirosah Fiqhiyyah Maqhosidiyyah, (ttp.: t.p., t.t.), hlm.10

13 Ibid,. hlm. 11
11

disebut keguguran, atau dirangsang seperti pada aborsi medis atau terapeutik yang

dilakukan untuk menghentikan kehamilan.14

Menurut istilah undang-undang aborsi adalah mengeluarkan janin dengan

unsur kesengajaan sebelum waktu kelahiran, dan dilakukan dengan sengaja

dengan segala cara yang tidak dihalalkan oleh undang-undang. Maka

ditegakkannya hukum apabila terdapat 3 rukun; adanya kehamilan, adanya

praktek-paktek yang mengacu kepada tindakan aborsi dan adanya maksud

perbuatan kriminal.15

2. Sejarah Aborsi

Aborsi adalah buah ideologi untuk membatasi pertumbuhan penduduk

dan pembatasan keturunan. Pada akhir abad ke-18 M, berkembang di Eropa

sebuah pemikiran yang dipelopori oleh pendeta bernama Thomas Robert Malthus,

ia berpendapat bahwa pertambahan populasi penduduk yang begitu pesat dari 2, 4,

8, 16, 32, … dan seterusnya., sedangkan data devisa Negara hanya dapat

mencukupi antara 3, 4, 5, 6, 7, 8 … dan seterusnya. Oleh karena itu, negara

terancam kelaparan bila hal ini terus dilestarikan, maka ia mengajak kepada

pembatasan keturunan dengan jalan memakai gaya hidup rahib (tidak menikah),

14 Glade B. Curtis, Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Minggu per Minggu, terj. Gianto
Widianto & Surya Satyanegara (Jakarta: Arcan, 1999 M), hlm. 276

15 Dr. Ibrahim ibn Muhammad Qasim, Ahkamul Ijhadh Al-Fiqhil Islami, cet. Pertama,
(Britania: Majalah Al-Hikmah 1423 H/2002 M), hlm. 77
12

atau mengakhirkan proses perkawinan sampai populasi penduduk tidak bertambah

pesat.

Teori Malthus ini diikuti oleh masa berikutnya, tetapi dengan

menggunakan alat-alat pembatasan keturunan. Teori ini berkembang di Amerika.

Awalnya mendapatkan protes dan pertentangan keras sampai terjadi perang Dunia

I tahun 1914-1918 M, lalu berubahlah persepsi masyarakat disebabkan masuknya

wanita ke lapangan-lapangan kerja dan buruh. Berangkat dari sinilah berkembang

beraneka ragam alat pencegah kehamilan.

Pada tahun 1942 M, ada undang-undang pembatasan keturunan di

Amerika dan hal itu mendapatkan dukungan hangat dan respon positif masyarakat

sehingga diadakan berbagai seminar dan dibagikan berbagai selebaran tentang

anjuran penggunaan alat pembatasan keturunan demi mengantisipasi melonjaknya

angka pertumbuhan penduduk sehingga pada tahun 1964 menjadi undang-undang

resmi dan diikuti oleh beberapa negara lainnya, termasuk negara-negara Islam

juga.16

3. Dalil-dalil Pelarangan Aborsi


a. Dalil-dalil Al-Qur’an
Terdapat beberapa dalil normatif yang melarang praktek aborsi dalam

Islam diantaranya ialah sebagai berikut:


1. Larangan membunuh jiwa tanpa alasan yang benar menurut syar’i,

sebagaimana firman Allah Ta’ala:

16 Ibid., hlm. 93-96


13

‫س َّاالبت َّالحلرلم َّااللهل َّاإبل َّا باِلللقق َّالولملن َّاقلتْبنلل َّالمظلللوُةمناِ َّافلنلقنلد َّالجلعلنلناِ َّالبنلوُلبيقبه َّالس للطاِنةاِ َّافللَ َّايللسنبر ل‬
‫ف‬ ‫لول َّاتَالنلقتْلنلوُا َّاالنلنلف ل‬

‫بف َّااللقلتْبل َّاإبنلهل َّالكاِلن َّالملن ل‬


‫صوُةرا‬

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan alasan yang benar. Dan barang siapa

dibunuh secara zali, maka sungguh, kami telah memberi kekuasaan kepada wali

(ahli waris) nya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam

pembunuhan. Sungguh dia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS. Al-

Isra’: 33)17

Dalil tentang larangan membunuh anak (termasuk di dalamnya janin

yang masih dalam kandungan) hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman

Allah Ta’ala:

‫قللل َّاتَالنلعاِللوُا َّاألتَاللل َّالماِ َّالحلرلم َّالربرلكلم َّالعلليلكلم َّاألل َّاتَاللشبرلكوُا َّا بنبه َّالشنليئةاِ َّالوبباِللوُالبنلديلبن َّاإبلحلسنناِنةاِ َّالول َّاتَالنلقتْلنلنوُا َّاأللوللدلكنلم‬

‫ب‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ب‬


‫س َّاالبتن‬ ‫منلن َّاإبلملَق َّا للننلن َّانلنلرلزقللكنلم َّالوإبينلناِلهلم َّالول َّاتَالنلقلربلنوُا َّااللفنلوُاح ل‬
‫ش َّالمناِ َّاظللهنلر َّاملننلهناِ َّالولمناِ َّابلطلنلن َّالول َّاتَالنلقتْلنلنوُا َّاالنلنلفن ل‬

‫صاِلكلم َّا ببه َّاللعللكلم َّاتَالنلعبقللوُلن َّا‬


‫لحلرلم َّااللهل َّاإبل َّا باِلللقق َّالذلبلكلم َّالو ل‬

Katakanlah: "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan atas kamu

oleh Rabb-mu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,

berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu

17 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul ‘Adzhim, jilid. 5-6, (Qahirah: Al-Maktabatu At-
Taufiqiyah), hlm. 56
14

membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezki

kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-

perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi,

dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)

melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar, demikian itu yang diperintahkan

kepadamu supaya kamu memahaminya.” (QS. Al-An’am: 151).18


Selanjutnya adalah firman Allah Ta’ala yang membahas tentang larangan

untuk membunuh anak, yang mana larangan tersebut merupakan bentuk kasih

sayang Allah Ta’ala kepada hamba_Nya, dan kasih sayang Allah kepada hamba-

Nya lebih besar daripada kasih sayang orang tua kepada anak kandungnya. yakni

sebagai berikut:

‫لول َّاتَالنلقتْلنلوُا َّاأللوللدلكلم َّالخلشيلةل َّاإبلملَتق َّا للنلن َّانلنلرلزقلنلهلم َّالوإبلياِلكلم َّاإبلن َّاقلنلتْنللهلم َّالكاِلن َّابخطلئةاِ َّالكبةيا َّا‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut

kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga

kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”

(QS. Al-Isra’: 31).19


2. Membunuh satu nyawa artinya sama dengan membunuh semua

orang. Menyelamatkan satu nyawa artinya sama dengan menyelamatkan

semua orang. Ini sesuai dengan firman-Nya, yakni:

18 Wahbah az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir, jilid. 4, (Damaskus: Darul Fikr, 2003 M), hlm. 450

19 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul ‘Adzhim,jilid. 5-6…., hlm. 55


15

‫س َّاأللو َّافللساِتد َّابف َّااللر ب‬


‫ك َّالكللتْبننلاِ َّالعلىَ َّابلبن َّاإبلسلرابئيل َّاألنلهل َّالملن َّاقلنتْلل َّانلنلفةساِ َّا بغل لبي َّانلنلف ت‬ ‫ب‬
ِ‫ض َّافللكألللنا‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫بملن َّاأللجبل َّالذل ل‬

‫جيعاِ َّاوللقلد َّاجاِءتَالنهم َّارس لنلاِ َّابباِللبنيقنلناِ ب‬


‫ت َّالثل َّاإبلن َّالكثبةيا َّا‬ ‫جيعاِ َّاومن َّاألحياِهاِ َّافللكأللنلاِ َّاألحياِ َّااللناِ ب‬
‫قلنتْلل َّااللناِ ب‬
‫س َّا ل ة ل ل ل ل ل ل ل ل‬ ‫لل ل‬ ‫س َّا ل ة ل ل ل ل ل ل‬ ‫ل ل‬

‫ب‬
‫بملننلهلم َّابلنلعلد َّالذل ل‬
‫ك َّابف َّااللر ب‬
‫ض َّاللملسبرلفوُلن‬

“Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa

barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka

seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia. Dan barang siapa yang

memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah

memelihara keselamatan nyawa semua manusia. Sesungguhnya Rasul kami telah

dating kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas.

Tetapi kemudian banyak diantara mereka setelah itu melampaui batas di bumi ”

(QS. Al-Maidah: 32)20

3. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah

Ta’ala, Allah ciptakan manusia dari tanah, termasuk Nabi Adam, yang

kemudian proses selanjutnya adalah di dalam rahim ibu hingga ia terlahir

sebagai bayi, sebagaimana firman-Nya:

‫ب َّالثل َّابملن َّانلطللفتة َّالثل َّابملن َّالعللقتة َّالثل‬


‫ث َّافلبإنلاِ َّالخللقلناِلكم َّابمن َّاتَالنرا ت‬
‫ل ل ل‬
‫ب َّابمن َّااللبنع ب‬
‫س َّاإبلن َّالكلنتْللم َّابف َّالريل ت ل ل ل‬
‫يلاِ َّاألينرلهاِ َّااللناِ ل‬

َ‫ي َّاللكلم َّالونلبقر َّابف َّااللرلحاِبم َّالماِ َّانللشناِءل َّاإبللن َّاأللجنتل َّالملسنممىَ َّالثلن َّالنلبرلجلكنلم َّابطلفل‬ ‫تب‬ ‫بمن َّام ل ت ت‬
‫ضغلة َّالملللقة َّالولغ لبي َّالملللقة َّاللنبلن ق ل‬ ‫ل ل‬
20 Ibid., jilid 3-4, hlm. 68
16

ِ‫لثلن َّالبللتْبنلغلنوُا َّاأللشنلدلكلم َّالوبملنلكنلم َّالمنلن َّاينلتْل نلوُلف َّالوبملنلكنلم َّالمنلن َّاينل لررد َّاإبللن َّاأللرلذبل َّاالعللمنبر َّالبلكليلَ َّايلنلعلنلم َّابمنلن َّابلنلعنبد َّابعلنتم َّالشنليةئا‬

‫ت َّابملن َّالكقل َّالزلوتج َّا لببيتج َّا‬


‫ت َّالوألنلنبلتْل ل‬
‫ت َّالولربل ل‬
‫ب‬
‫ض َّالهاِملد ة َّافلبإذلا َّاألنلنلزلنلاِ َّالعلللينلهاِ َّااللماِءل َّاالهتْلنلز ل‬
‫لوتَالنلرىَ َّااللر ل‬

“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka

sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes

mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang

sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu.

Dan Selanjutnya kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak kami

sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim

ibumu sebagai bayi. (sehingga dengan berangsur-angsur kamu sampai kepada

usia dewasa, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara

kamu yang dipanjangkan umurnya sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia

tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini

kering, lalu apabila telah kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu

dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang

indah” (QS. Al-Hajj : 5)21

Hukum asal aborsi yang dilakukan secara sengaja adalah haram, karena

Allah Ta’ala tidak mensyari’atkan nikah melainkan supaya mendapatkan

keturunan. Kalau bukan karena nikah tentu binasalah keturunan manusia.22

21 Ibid,. jilid. 5-6, hlm. 293

22 Ali Thanthawi, Fatwa-fatwa Populer Ali Tahanthawi, terj. Tim Penerjemah Intermedia,
cet, Pertama, (Surakarta: Era Intermedia 1998 M) hlm. 338
17

b. Dalil-dalil As-Sunah
1. Hadist tentang fase penciptaan manusia ketika berupa janin di

dalam rahim. Dari Anas bin Malik ra dari Nabi SAW bersabda:

‫ب‬
‫ي ن َّايلنلوُةم ناِ َّانلطللف ن ة َّالثلن َّايللك نلوُلن َّالعللق ن ة َّابمثلنلل َّالذل ن ل‬
‫ك َّالثلن َّايللك نلوُلن‬ ‫ب ب‬
‫إبلن َّاأللح نلدلكلم َّا لليلمنلع َّالخللق نهل َّابفن َّابلطلنبن َّاألقم نه َّاأللربلع ل ل‬

‫ب َّابرلزقبنبه َّالوأللجلبنبه‬ ‫ك َّافلنينلننلفنخ َّافبينبه َّاالنروح َّاوي نؤمر َّا بنألرببع َّالكلبمنناِ ت‬
‫ َّا بلكلتْن ب‬:‫ت َّا‬
‫ك َّالثلن َّاينللرلسنلل َّاإللينه َّااللملن ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل‬
‫ب ب‬ ‫ب‬
‫ضنغل ة َّابمثلنلل َّالذلن ل‬
‫لم ل‬

‫لولعلملببه َّالولشبقيي َّاأللو َّالسعبليدد َّا‬

“Kejadian seseorang itu dikumpulkan pada perut ibunya selama 40 hari,

setelah genap 40 hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku, maka genaplah

40 hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus

seorang malaikat untuk meniupkan ruh serta memerintahkan supaya menulis 4

perkara, yaitu ditentukan rizki, waktu kematian, amal serta nasibnya, baik

mendapat kesengsaraan atau kebahagiaan.”(HR. Muslim)23

Dalam hadits yang lain juga terdapat penjelasan tentang tahapan dalam

penciptaan manusia dengan konteks yang sedikit berbeda, dari Abu Abdurrahman

Abdullah bin Mas’ud ra beliau berkata: Rasulullah SAW menyampaikan kepada

kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:


‫ب‬
‫ً َّالثل َّايللكنلوُلن َّالعللقنة َّابمثلنلل َّا َّا َّالذلن ل‬،‫ي َّايلنلوُماِة َّانلطللفة‬
‫ً َّالثلن َّايللكنلوُلن‬،‫ك‬ ‫ب ب‬
‫إبلن َّاأللحلدلكلم َّا لليلملع َّالخللقهل َّابف َّابلطلبن َّاألقمه َّاأللربلع ل ل‬

‫ب َّابرلزقبنبه َّالوأللجلبنبه‬ ‫ً َّاوي نؤمر َّا بنألرببع َّالكلبمناِ ت‬،‫ك َّافلنينلننلفنخ َّافبينبه َّاالنروح‬
‫ َّا بلكلتْن ب‬:‫ت‬
‫ً َّالثلن َّاينللرلسنلل َّاإللينه َّااللملن ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل‬،‫ك‬
‫ب ب‬ ‫ب‬
‫ضغلة َّابمثللل َّالذلن ل‬
‫لم ل‬

‫غينلرهل َّاإبلن َّاأللحلدلكلم َّالليلنلعلملل َّا بلعلمبل َّاأللهنبل َّاالللنلنبة َّالحلتن َّالمناِ َّايللكنلوُلن‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬ ‫بب ب‬
‫ٌ َّافلنلوُ َّاال َّاالذيِ َّالل َّاإبلهل َّا لل‬.‫لولعلمله َّالولشقيي َّاأللو َّالسعليدد‬
23Abil Husain Muslim bin Al-Hajaj, Shohih Muslim, “Kitab Al-Qodari” (Riyadh: Baitul
Afkar Ad-Dauliyah 1419 H/1998 M), hlm. 1061, hadits no. 2646
18

‫ً َّالوإبلن َّاأللح نلدلكلم َّالليلنلعلم نلل‬،ِ‫ب َّافلنيلنلعلم نلل َّا بلعلم نبل َّاألله نبل َّاالنلنناِبر َّافلنيلنلدلخ للها‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬
‫بللنيننلنهل َّالوبللنيننلنله ناِ َّاإبلل َّاذلراعد َّافلنيللس نبلق َّالعللي نه َّاالكتْلنناِ ل‬

‫ب َّافلنيلنلعلمنلل َّا بلعلمنبل َّاأللهنبل َّا َّاالللنلنبة‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬ ‫ب‬


‫لعلمبل َّاأللهبل َّااللناِبر َّالحلتن َّالمناِ َّايللكنلوُلن َّابللنيننلنهل َّالوبللنيننلنلهناِ َّاإبلل َّاذلراعد َّافلنيللسنبلق َّالعللينه َّاالكتْلناِ ل‬

ِ‫فلنيللدلخللها‬
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut

ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi

setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging

selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu

ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara:

menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya. Demi Allah

yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang

melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal

sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan

ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian

ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan

neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia

melakukan perbuatan ahli syurga maka masuklah dia ke dalam syurga.” (HR.

Bukhari).24

Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah Ta’ala mengetahui

tentang keadaan makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan

mereka alami, termasuk masalah bahagia dan celaka.

24 Imam Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shohih Bukhori,
(Riyadh: Baitul Afkar Ad-Dauliyah Linnasyri 1419 H/ 1998 M), hlm. 1422, hadits no. 7454
19

Janin tidak dikatakan hidup sebelum berumur empat bulan, maka dari itu

kalaulah janin tersebut mengalami keguguran sebelum sempurna empat bulan

usianya maka ia tidak perlu dimandikan, tidak dikafani dan juga tidak perlu

disholatkan, karena ia setatusnya bukanlah manusia.

Setelah janin berusia empat bulan maka Allah meniupkan ruh ke

dalamnya, maka ditetapkanlah janin tersebut sebagai manusia yang hidup,

sehingga apabila janin tersebut mengalami keguguran maka ia harus dimandikan,

dikafani dan disholatkan begitu pula jika usia janin telah mencapai sembilan bulan

secara sempurna.

Kehidupan ada di Tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia

telah menyempurnakan umurnya.25

Kemudian juga terdapat sebuah hadits yang menunjukkan bahwa

melakukan aborsi adalah tindakan yang terlarang, diantaranya ialah dari Abu

Hurairah ra, beliau berkata:

‫ب‬ ‫ي َّابمن َّاهلذيبل َّارمت َّاإبحنلدالهاِ َّااللخنرىَ َّافلطلرحن ب‬ ‫ب‬


‫صنلىَ َّااللن‬
‫ضنىَ َّالرلسنلوُلل َّاالن َّا ل‬ ‫لألن َّاالملرألتَالن ل ب ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل‬
‫ َّافلنلق ل‬,‫ت َّالج لنيننلنلهناِ َّا‬

‫لعلليبه َّالو َّالسللم َّا بلفينلهاِ َّا بغللرةت َّالعلبدد َّاأللو َّالولبليلدةد‬

“Sesungguhnya ada dua wanita dari Bani Hudzail, salah satu dari

keduanya melempar lainnya sehingga gugur kandungannya. Maka Rasulullah

25 Muhyiyuddin yahya bin Syarfi Nawawi dkk, Syarh Arba’in An-Nawawi fil Ahadits As-
Shohihah An-Nabawiyah, (Qahirah: Darul Mustaqbal 1426 H/ 2005 M), hlm. 83
20

memutuskan harus membayar diyat memerdekakan seorang budak laki-laki atau

budak wanita.”26

Dalam riwayat yang lain terdapat atsar mengenai hukuman bagi seorang

wanita yang memukul wanita lain sehingga wanita tersebut mengalami

keguguran, maka hal itu menandakan bahwa tindakan pengguguran janin

merupakan tindakan yang terlarang, berikut atsarnya, dari Abu Hurairah ra. Ia

berkata:

‫ب‬ ‫ب‬ ‫ب‬ ‫ب ب‬


‫صنلىَ َّااللن‬
‫ضنىَ َّالرلسنلوُلل َّاالن َّا ل‬
‫ َّافلنلق ل‬,‫ت‬ ‫ت َّالحنناِملَة َّافلأللمل ل‬
‫صن ل‬ ‫ت َّاأللخنلرىَ َّالكنناِنل ل‬ ‫أللن َّاالمنلرألة َّامنلن َّابلب لنن َّاللينلناِبن َّا ل‬
‫ضنلربل ل‬

‫ص َّااللملرألةب َّا بغللرتة َّالعلبدد َّاأللو َّاأللمةد‬


‫لعلليبه َّالو َّالسللم َّاب لف َّاإبلمللَ ب‬

“Seorang wanita dari Bani Lihyan memukul salah seorang wanita yang

lain, yang mana wanita tersebut sedang hamil sehingga wanita tersebut

keguguran, maka Rasulullah SAW memutuskan untuk wanita yang menggugurkan

tersebut dengan membayar diyat seorang budak laki-laki atau wanita” (HR.

Muslim).27

c. Dalil Ijma’

26Abil Husain Muslim bin Al-Hajaj, Shahih Muslim....,. 697. hadits no.1681. Al-Amir
‘Alauddin ‘Ali bin Balban Al-Farisi, Shohih Ibnu Hibban Bi Tartibi Ibnu Balban, Cet. ke-2, Jilid.
13, (Beirut: Muassasaturrisalah 1414 H/1993 M), hlm. 373, hadits no. 6017

27 Abil Husain Muslim bin Al-Hajaj, Shahih Muslim ....., hlm. 697. hadits no.1681.
21

Tidak ada perselisihan pendapat dikalangan para ulama’ tentang larangan

melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh28, akan tetapi para ulama’ berselisih

pendapat tentang hukum aborsi yang dilakukan setelah ditiupkannya ruh ke dalam

janin.29

4. Macam-macam Aborsi
Aborsi dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni:
a. Abortus Spontaneus
Aborsi spontan (Abortus Spontaneus), yaitu aborsi secara tidak sengaja

dan berlangsung alami tanpa ada kehendak dari pihak-pihak tertentu. Masyarakat

mengenalnya dengan istilah keguguran.


Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima, diantaranya:
1) Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya pendarahan

vagina pada setengah awal kehamilan, terjadinya pendarahan dari

uterus pada kehamilan 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih

dalam uterus dan viable serta serviks tertutup.


Ini merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus,

ditandai dengan pendarahan pervaginam, ostium uteri telah

membuka, akan tetapi hasil dari konsepsi masih baik dalam

kandungan.
Yang pertama kali muncul biasanya adalah pendarahan dari

beberapa jam sampai beberapa hari, kemudian terjadi keram

perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat

ritmis, nyeri ini dapat berupa nyeri punggung bawah.

28 Muhammad bin Yahya bin Hasan An-Najimi, Al Ijhadh Ahkamuhu wa Hududuhu fi


Syari’a Al-Islamiyah wal Qonunul Wadh’I Dirosah Al-Muqoronah, (Riyadh: Obekan 1432 H/2011
M), hlm. 33

29 Manshur bin Yunus bin Idris, Kisyaful Qina’ ‘an Matanil Iqna’, jilid 1 (Beirut: Alimul
Kutub 1417 H/1997 M), hlm. 220
22

Untuk penanganan abortus iminens dapat dicegah dengan

istirahat berbaring agar aliran darah ke uterus bertambah dan

rangsang mekanik berkurang, tidak melakukan aktifitas yang

berlebihan dan tidak melakukan hubungan seksual.


2) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam

ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah

membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri

dalam proses pengeluaran. Abortus ini tidak inevitable

(terhindarkan), ditandai oleh pecahnya ketuban yang disertai

denagn pembukaan serviks.


3) Incomplete Miscarriage (Abortus Tidak Lengkap), abortus

semacam ini terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan

plasenta biasanya keluar bersama-sama tetapi setelah waktu ini

keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta

tertahan di uterus cepat atau lambat akan terjadi pendarahan yang

merupakan tanda utama abortus inkomplet.


4) Missed Abortion, hal ini didefinisikan sebagai retensi

produk konsepsi yang telah meninggal di uteri selama beberapa

minggu, setelah janin meniggal, mungkin terjadi pendarahan

pervaginam atau gejala yang lain yang mengisyaratkan abortus

iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami

perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.


5) Recurrent Miscarriage (Abortus Berulang), keadaan ini

didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi


23

definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan

berturut-turut selama tiga kali atau lebih.30

b. Abortus Profocatus
Aborsi buatan (Abortus Profocatus), yaitu aborsi yang dilakukan secara

sengaja dengan tujuan tertentu baik dengan memakai obat-obatan ataupun

menggunakan alat. Aborsi Profocatus ini dibagi menjadi dua :


1) Aborstus Profocatus Therapeuticum
Aborstus Profocatus Therapeuticum yakni abortus yang dilakukan

dengan tujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta

pengobatan.
2) Abortus Profocatus Criminalis
Abortus Profocatus Criminalis yakni abortus yang dilakukan

karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang

berlaku.

Yang dimaksud dengan Aborsi dalam pembahasan ini adalah:

menggugurkan secara paksa janin yang belum sempurna penciptaannya atas

permintaan atau kerelaan ibu yang mengandungnya.31

5. Motivasi Aborsi
Adanya larangan melakukan aborsi yang diancam dengan pidana, karena

merupakan tindak kejahatan ternyata tidak membuat jera bagi para wanita untuk

melakukannya, baik itu para ibu maupun para remaja.


Faktor-faktor yang mendorong mereka melakukan aborsi ini ditulis

dalam Koran Sinar Harapan bahwa:

30 Muhammad Ali Al-Baar, Musykilatul Ijhaadh Dirosah Thibiyyah Fiqhiyyah, (Riyadh:


Daarussu’udiyyah 1985 M), hlm. 18

31 Ibid., hlm. 20
24

“Aneka ragam faktor yang mendorong dilakukan abortus, diantaranya

banyak para ibu yang memang tidak menginginkan lagi untuk melahirkan. Bagi

kaum remaja putri, abortus dilakukan karena terlanjur hamil, sedangkan

pernikahan belum dilaluinya, akibat pergaulan bebas tanpa kendali. Dan juga

sementara wanita yang hanya karena iseng gemar kenikmatan sekejap. Terkadang

juga akibat tekanan ekonomi, ternyata ia hamil di luar kehendaknya.”


Demikian tulisan Nasroen Yasabari (Abortus dan kemungkinan

Legalisasi) dalam Sinar Harapan 23 Oktober 1978.


Secara garis besar terdapat dua macam alasan seseorang melakukan

aborsi:
a. Atas dasar indikasi medis, seperti:
1) Untuk menyelamatkan ibu, karena apabila

kelanjutan kehamilan dipertahankan, dapat mengancam

dan membahayakan jiwa si ibu.


2) Untuk menghindari kemungkinan yang akan terjadi

berupa cacat jasmani atau rohani, apabila janin dilahirkan.


b. Atas dasar indikasi sosial, seperti:
1) Karena kegagalan mereka dalam menggunakan alat

kontrasepsi atau dalam usaha mencegah terjadi kehamilan.


2) Karena mereka sudah menemukan dokter yang

bersedia membantu melakukan aborsi, sebagaimana

dikemukakan oleh Imam Toto, bahwa: “klinik-klinik

aborsi muncul secara diam-diam walaupun tidak berarti

praktek gelap. Tempat itu (di rumah bersalin, medical

centre, RSU atau tempat tersendiri), biasanya diketahui

secara berantai dari pembicaraan antara pasien, antara


25

wanita ataupun antara para dokter. (Lihat Majalah

Matahari No. 2 1978 hlm. 39”Komoditi Mahal”).


3) Karena kehamilan yang terjadi akibat hubungan

gelap dan ingin menutup aib, seperti yang dilakukan oleh

wanita yang belum bersuami (gadis atau janda), atau

dilakukan oleh wanita yang telah bersuami dengan laki-

laki lain karena terdorong oleh godaan dan kenikmatan

yang bersifat sementara.


4) Karena kesulitan ekonomi yang membelit bagi

sebagian orang, sedangkan kehamilan itu tidak diinginkan,

yang terjadi di luar dugaan.


5) Karena kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.

Kendatipun kejadian itu di luar kehendaknya dan dia tidak

dapat dipersalahkan, tetapi rasa malu tetap ada apabila

terjadi kehamilan.32

6. Teknik Aborsi
Secara umum aborsi dilakukan dengan dua cara berikut, yakni:
a. Cara Modern
Cara modern ini dilakukan dengan alat modern, metode ini dapat

dilakukan dengan cara:


Dilatase dan Curettage yaitu dengan alat khusus untuk melebarkan

mulut rahim, kemudian janin dicuret dengan alat seperti sendok

kecil. Pada kehamilan bulan pertama sampai ke tiga, aborsi

diakukan dengan metode penyedotan. Teknik ini sering dilakukan

pada kehamilan usia dini.


1) Penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.

32 M. Ali Hasan, Masail Fiqhyah Al-Haditsah Pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum


Islam, cet. Pertama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995 M), hlm. 53
26

2) MR atau Menstrual Regulation yang dilakukan oleh

dokter dengan alasan pengaturan haid atau indikasi haid.


3) Hytrotomi, yaitu melalui operasi.
b. Cara Tradisional
1) Cara tradisional yang dilakukan oleh para ibu yakni

dengan cara memakan buah nanas muda dengan harapan

kandungannya mengalami keguguran, kemudian bisa juga

dengan makan ramuan tertentu, makan bubuk gelas, makan

daun dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu dan seterusnya.


2) Olah raga yang berlebihan, misalnya terjun bebas,

loncat tinggi, loncat jauh dan lain sebagainya.


3) Menjatuhkan diri dengan sengaja, misalnya naik

sepeda, naik tangga dan lain-lain


4) Pada para wanita pelacur yang hamil, maka mereka

biasanya melakukan coitus (persetubuhan) yang berulang-

ulang dengan beberapa laki-laki dan terkadang bisa

merangsang embrio atau janin, akibatnya rahim

berkontraksi, embrio atau janin bisa gugur akibat

rangsangan tadi.
5) Badan di bawah dan di rendam dengan air panas

sehingga pembuluh darah bagian bawah membesar dan

mengakibatkan peredaran darah yang terlalu cepat,

sehingga bisa mengalami keguguran.


6) Perut diurut-urut secara kasar atau dipukul-pukul.33

33. Dr. Hj. Tina Asmarawati, S.H., M.H, Hukum dan Abortus, Cet. Pertama, (Yogyakarta:
Deepublish 2013 M), hlm. 10
27

7. Resiko Aborsi
Setelah melakukan aborsi, maka banyak resiko yang akan dihadapi oleh

perempuan yang bersangkutan. Diantaranya ialah sebagai berikut:


a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik:
1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius di

sekitar kandungan.
4) Rahim yang sobek (uterine perforation).
5) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yang

akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.


6) Kanker payudara (karena ketidak seimbangan

hormone estrogen pada wanita).


7) Kanker indung telur (ovarian cancer).
8) Kanker leher rahim (cervical cancer).
9) Kanker hati (liver cancer).
10) Kelainan pada placenta/ari-ari (placenta previa)

yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan

pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.


11) Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan

lagi (ectopic pregnancy).


12) Infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory

disease).
13) Infeksi pada lapisan rahim (endometriosis).
b. Dari sisi kejiwaan

Selain dampak fisik di atas, terdapat pula efek negatif yang akan dialami

oleh pelaku aborsi berupa resiko gangguan psikologis. Diantaranya sebagai

berikut:

1) Kehilangan harga diri (82%).


2) Berteriak-teriak histeris (51%).
3) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%).
4) Ingin melakukan bunuh diri (28%).
28

5) Mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang

(41%).
6) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual

(59%).34

B. TINJAUAN UMUM TENTANG JANIN


1. Pengertian Janin
a. Menurut Bahasa
Janin secara bahasa adalah bakal bayi yang masih dalam kandungan.35

Jamaknya adalah ajinnatun dan ajnan yang yang artinya menutupi diri.

Dinamakan janin, karena ia ditutupi oleh perut ibunya.36

b. Menurut Istilah
Menurut para dokter, mereka menggunakan kata janin untuk menyebut

anak yang ada di dalam perut ibunya ketika telah muncul tanda-tanda bahwa anak

tersebut berbentuk manusia dengan anggota badannya yang lengkap, dan hal itu

terjadi setelah anak itu berumur tiga bulan di dalam perut hingga datang masa

kelahiran.37

2. Fase-fase Terbentuknya Janin di Dalam Rahim


Pembahasan tentang fase-fase dalam pembentukan janin di sini tentu

terdapat kaitannya dengan aborsi, karena dari hadist mengenai pembahasan inilah

ulama’ pun berselisih pendapat mengenai hukum aborsi. 38 Kemudian daripada itu

34. @Peyemp, Peyempuan 1, 2, 3, Cet. Pertama, (Jakarta: TransMedia Pustaka 2013 M), hlm.
100-102

35. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, hlm. 458

36. Ibnu Mandhur, Lisaanul ‘Arob…..hlm. 702

37. Ibrahim Unais dkk, al-Mu’jamul Wasith…..hlm. 162

38. Dr. Ibrahim ibn Muhammad Qasim, Ahkamul Ijhadh…hlm. 27


29

terdapat perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya agar memperhatikan

ciptaan Allah, tentunya agar mereka mengetahui kekuasaan Allah dan agar

menjadi hamba-Nya yang senantiasa berfikir. Allah Ta’ala berfirman:


‫ف َّابللدأل َّاالللللق َّالثل َّاالل َّالينبشلئ َّاالنللشألةل َّاالللبخلرلة َّاإبلن َّاالل َّالعلىَ َّالكقل َّا‬ ‫قللل َّابسيلوا َّابف َّااللللر ب‬
‫ض َّالفاِنظللروا َّالكلي ل‬

‫لشلىَتء َّاقلبديدر‬
"Katakanlah, “Berjalanlah di Bumi, maka perhatikanlah bagaimana

Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang

akhir. Sungguh, Allah maha kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-‘Ankabut: 20)

Kemudian dalam firman Allah Ta’ala yang lain:


‫فلنللينظلبر َّاالبلنلساِلن َّابملم َّالخلبلق‬
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan”. (QS.

At-Thariq: 5)
Lebih spesifik lagi, Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-nya agar

memperhatikan penciptaan dirinya yakni dalam firman-Nya:


‫وبف َّالأنلفبسلكم َّاألفللَل َّاتَالنب ب‬
‫صلرولن‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak

memperhatikan?” (QS. Az-Zariyat: 21)


Al-Qur’an berbicara tentang proses perkembangbiakan (reproduksi)

manusia dengan menyebut tempat-tempat mekanisme yang tepat serta tahap-tahap

reproduksi tanpa keliru sedikit pun. Sehingga manusia mengetahui bahwa mereka

tercipta dari tanah. Allah Ta’ala berfirman:

‫ب َّالثل َّابملن َّانلطللفتة َّالثل َّابملن َّالعللقتة َّالثل‬


‫ث َّافلبإنلاِ َّالخللقلناِلكم َّابمن َّاتَالنرا ت‬
‫ل ل ل‬
‫ب َّابمن َّااللبنع ب‬
‫س َّاإبلن َّالكلنتْللم َّابف َّالريل ت ل ل ل‬
‫يلاِ َّاألينرلهاِ َّااللناِ ل‬
َ‫ي َّاللكلم َّالونلبقر َّابف َّااللللرلحاِبم َّالماِ َّانللشناِءل َّاإبللن َّاأللجنتل َّالملسنممىَ َّالثلن َّالنلبرلجلكنلم َّابطلفةل‬ ‫تب‬ ‫بمن َّام ل ت ت‬
‫ضغلة َّالملللقة َّالولغ لبي َّالملللقة َّاللنبلن ق ل‬ ‫ل ل‬
30

ِ‫لثلن َّالبللتْبنلغلنوُا َّاأللشنلدلكلم َّالوبملنلكنلم َّالمنلن َّاينلتْل نلوُلف َّالوبملنلكنلم َّالمنلن َّاينل لررد َّاإبللن َّاأللرلذبل َّاالعللمنبر َّالبلكليللَ َّايلنلعلنلم َّابمنلن َّابلنلعنبد َّابعلنتم َّالشنليةئا‬

‫ت َّابملن َّالكقل َّالزلوتج َّا لببيتج‬


‫ت َّالوألنلنبلتْل ل‬
‫ت َّالولربل ل‬
‫ب‬
‫ض َّالهاِملد ة َّافلبإذلا َّاألنلنلزلنلاِ َّالعلللينلهاِ َّااللماِءل َّاالهتْلنلز ل‬
‫لوتَالنلرىَ َّااللللر ل‬
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dalam)

kubur, maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,

kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari

segumpal daging yang sempurna penciptaannya dan yang tidak sempurna, agar

kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami

kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan kemudian kami keluarkan kamu

sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia

dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula ) diantara kamu

yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun) sehingga dia tidak mengetahui

lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan lihat bumi ini kering, kemudian

apabila telah kami turunkan air (hujan)di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi

subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tumbuhan) yang indah”. (QS.

Al-Hajj: 5)

Dari ayat di atas, maka fase-fase pembentukan janin dalam rahim sesuai

dengan urutannya dapat dirinci sebagai berikut:

a. Berupa Sperma (Nuthfah)


Kata nuthfah dalam konteks ini adalah setetes sperma yakni air yang

keluar dari (kemaluan) laki-laki (bukan air kencing)39. Dalam Al-Qur’an, kata

nuthfah disebut berkali-kali, dan antara lain dalam firman Allah Ta’ala:
‫ك َّانلطللفة َّاقمن َّالم ب ن‬
‫ن َّاليللن‬ ‫ألللل َّايل ل‬

39 Ibnu Mandhur, Lisaanul ‘Arob….hlm. 4461


31

“Bukankah ia dulu setetes mani yang ditumpahkan.” (QS. Al-Qiyamah:

37)
Pada hakikatnya manusia tercipta dari setetes air mani yang hina. 40 Dan

ayat ini merupakan ayat pngingkaran, yang mana maksud dari ayat pengingkaran

ini menunjukkan kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali setelah

mematikannya dan mewujudkannya kembali setelah menghilangkannya.41


Ketika terjadi proses pembuahan, sperma-sperma itu bergerak menuju

telur sehingga terdapat satu sperma yang membuahinya. Pada saat itulah ia

menentukan janin yang akan dibentuk, apakah laki-laki atau perempuan. Namun,

dalam hal ini janin belum mengalami penyempurnaan karena organ tubuh akan

terbentuk setelah memasuki bulan keempat dari pembentukan janin.42

b. Berupa Gumpalan Darah (‘Alaqoh)


Perkembangan janin selanjutnya adalah pertumbuhan pembuahan antara

sperma dan ovum yang menjadi zat yang melekat pada dinding rahim. 43 Yakni

setelah melalui proses selama 40 hari, maka sperma tersebut kemudian menjadi

segumpal darah merah dengan izin Allah.44

c. Berupa Gumpalan Daging (Mudghah)

40 Ibnu Katsir, Al-Mishbahul Munir Fi Tahdzibi Tafsir Ibnu Katsir, (Riyadh: Darussalam,
2000 M), hlm. 1467

41 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, jilid. 10, (Qahirah:
Darussalam, 2009 M), hlm. 8352

42 Muhammad Izuddin Taufiq, Dalil Afaq Al-Qur’an dan Alam Semesta, (Solo: Tiga
Serangkai), hlm. 88

43 Drs. Ahsin W. Alhafidz, M.A, Fikih Kesehatan, (Jakarta: Amzah 2007 M), hlm. 246

44 Ibnu Katsir, Al-Mishbahul Munir Fi Tahdzibi Tafsir Ibnu Katsir…..hlm. 884


32

Tahap berikutnya ialah janin kemudian menjadi mudghah, yakni

gumpalan daging yang tidak berbentuk dan tidak bergaris.45

d. Pembentukan Tulang dan Daging (Izhaman Wa

Lahman)
Berikutnya tampaklah Al-Izham (tulang), lalu tulang itu diselubungi oleh

daging (seperti daging segar). Hal demikian digambarkan Allah Ta’ala dalam

firman-Nya:
ِ‫فللكلسلوُنلاِ َّاالعبلظاِلم َّالللةما‬
“Maka tulang belulang itu lalu kami bungkus dengan daging.” (QS. Al-

Mukminun: 14)
Demikianlah manusia menjadi takjub dan heran ketika mereka

mengetahui rahasia penciptaan janin yang terkandung dalam Al-Qur’an.46

C. CACAT GENETIK
Pewarisan sifat seperti warna mata dan bentuk hidung merupakan

pewarisan sifat yang tidak berbahaya. Pewarisan sifat menjadi masalah yang

serius ketika gen-gen yang diwariskan menyebabkan kelainan atau penyakit

hereditas yang menimbulkan cacat atau kematian.


1. Pengertian Cacat Genetik
Cacat genetik adalah ketidak sempurnaan dalam susunan gen pada bayi.

Gen merupakan protein yang diwariskan oleh orang tua kepada bayinya. Adapun

fungsi dari gen selain membawa sifat-sifat fisik dari orang tua seperti warna kulit,

rambut, mata, tinggi badan, bentuk hidung, tetapi juga berfungsi untuk mengatur

metabolisme, fungsi tubuh hingga intelektual.

45 Ibid,.

46 Drs. Ahsin W. Alhafidz, M.A, Fikih Kesehatan...hlm. 247


33

Kecacatan pada gen dapat menimbulkan perubahan pada bayi, baik

perubahan bentuk fisik (yakni bentuk badan maupun jenis kelamin) menjadi

abnormal, perubahan fungsi dan metabolisme tubuh hingga gangguan intelektual

pada bayi.47
Cacat genetik (genetic abnormality) merupakan penyimpangan dari sifat

umum atau sifat rata-rata manusia karena terjadi penyimpangan dari rata-rata

fenotip, orang yang mengalami cacat genetik biasanya jarang atau tidak umum

dijumpai dalam masyarakat.


Contoh cacat genetik adalah polidaktili (berjari banyak) dan albinisme

(tubuh tidak memiliki melanin, sehingga berwarna pucat). Penyakit genetik

(genetic disorder) merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya

faktor-faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia.

Penyakit genetik menyebabkan masalah medis yang bervariasi. Misalnya,

penyakit anemia karena sel darah merah berbentuk bulan sabit dan penyakit

hemophilia yang menyebabkan darah sukar membeku saat luka sehingga

pendarahan dapat berlebihan.48

2. Macam-macam Cacat Genetik


Ada banyak macam cacat lahir pada bayi, akan tetapi jenis tersebut

diklasifikasikan menjadi dua jenis atau tipe cacat lahir, yaitu cacat struktural dan

cacat metabolik. Cacat struktural merupakan cacat lahir dimana bagian tubuh atau

organ tertentu tidak ada sama sekali atau keradaanya tidak terbentuk dengan

47 Ivan Derutama, “Cacat Genetik Pada Bayi, Faktor Resiko dan Deteksi Dini”, dalam
http://www.kompasiana.com/ivanderutama/cacat-genetik-pada-bayi-faktor-resiko-dan-deteksi-dini,
diakses tanggal 16 februari 2016.

48 Diah Aryulina, Ph.D dkk, Biologi SMA dan MA untuk Kelas XII, (Jakarta: Penerbit
Erlangga 2004 M), hlm. 165
34

sempurna. Beberapa contoh termasuk spina bifida,49 hipospadia,50 cacat jantung,

dan bibir sumbing.


Cacat metabolik merupakan cacat lahir dimana salah satu bahan kimia

tubuh, seperti enzim, hilang atau tidak terbentuk dengan benar. Beberapa contoh

dari cacat metabolik diantaranya termasuk fenilketonuria atau phenylketonuria,51

galaktosemia,52 Down Sindrom,53 penyakit sel sabit atau anemia sel sabit,54

fibrosis kistik,55 dan seterusnya.56

3. Faktor-faktor Terjadinya Cacat Genetik


49 Spina bifida adalah kelainan yang terjadi ketika janin berkembang di dalam rahim dan
tulang belakangnya tidak membentuk dengan benar (cacat tabung saraf). Beberapa vertebra (ruas
tulang di tulang belakang) tidak menutup untuk membentuk lingkar normal mereka di sekitar
sumsum tulang belakang. (W.B. Saunders Company, Kamus Kedokteran Dorland, terj. Tim
Penerjemah EGC, (Jakarta: Buku kedokteran EGC 1996 M), hlm: 1724)

50 Hipospadia adalah suatu kondisi di mana pembukaan uretra berada pada posisi abnormal
di penis. Pembukaan uretra dapat terletak di bagian bawah penis, di dekat skrotum, atau di daerah
antara skrotum dan anus. (Kamus Kesehatan, dalam, http://kamuskesehatan.com/?s=Hipospadia,
diakses pada tanggal 16 februari 2016).

51 Phenylketonuria adalah kelainan metabolisme yang bersifat bawaan sejak lahir dan terjadi
akibat defisiensi atau defek pada enzim fenilalanin hidroksilase yang mengkatalisis konversi
fenilalanin menjadi tirosin. Kekurangan enzim ini menyebabkan akumulasi fenilalanin dan hasil
metaboliknya di dalam cairan tubuh. Akibatnya adalah retardasi mental, pigmentasi ringan dan
seterusnya. (W.B. Saunders Company, Kamus Kedokteran….., hlm. 1405)

52 Galaktosemia adalah kelainan bawaan di mana bayi tidak dapat memetabolisme galaktosa,
gula susu. (Ibid,. hlm. 752)

53 Sindrom Down (Down syndrome) dinamai menurut Dr John Down, yang pertama kali
secara resmi menggambarkan kondisinya. Disebut juga Trisomi 21, kondisi yang menyebabkan
sekumpulan gejala mental dan fisik khas ini disebabkan oleh kelainan gen di mana terdapat ekstra
salinan kromosom…(Ibid,. hlm. 1966)

54 Anemia sel sabit adalah penyakit keturunan di mana mutasi pada gen protein salah satu
hemoglobin menghasilkan molekul hemoglobin yang rusak, yang dikenal sebagai hemoglobin S.
(Kamus Kesehatan, dalam http://kamuskesehatan.com/?s=penyakit+sel+sabit, diakses pada
tanggal 16 februari 2016. W.B. Saunders Company, Kamus Kedokteran…,hlm. 93 ).

55 Fibrosis kistik (cystic fibrosis) adalah suatu penyakit keturunan yang disebabkan oleh
mutasi pada regulator konduktansi transmembran fibrosis kistik. Fibrosis kistik ditandai oleh
produksi sekresi abnormal yang mengarah ke akumulasi lendir di paru-paru, pankreas, dan usus.
(Ibid,. hlm. 705).
35

Dalam tubuh kita terdapat sel. Di dalam setiap sel tersusun gen yang khas

untuk setiap orang, yang membentuk kromosom. Ada ribuan gen yang dengan

variasi sangat banyak itu menentukan sifat tabiat manusia yang memilikinya. Sifat

tabiat itu muncul dalam bentuk fisik (phenotype) maupun dalam bentuk yang

diturunkan (genotype), yang tidak tampak dari luar.


Pertumbuhan seorang manusia ditentukan oleh dua faktor utama, yakni

factor genetik dan lingkungaan. Kedua factor ini saling berinteraksi sehingga anak

akan tumbuh menjadi normal, cacat, terganggu metabolismenya, atau membawa

kelainan lainnya.
Manusia memiliki 46 kromosom atau 23 pasang. Dua puluh dua pasang

di antaranya merupakan autosom, sementara sepasang lagi kromosom seks

(penentu jenis kelamin. Wanita memiliki XX kromosom, sedangkan pria XY

kromosom.
Cacat dalam faktor herediter dapat terjadi di dalam gen sendiri, zat

pembentuk kromosom. Dapat pula pada autosom atau pada kromosom seks

sendiri. Ada lebih dari 2.000 kelainan yang sudah berhasil dilacak akibat adanya

factor keturunan yang berakibat cacat ini.


Jika sebagian autosom ibu dan sebagian kromosom seks ibu bertemu

dengan sebagian autosom dan seks kromosom bapak, lahirlah anak yang

membawa sebagian autosom dan seks kromosom setiap orangtuanya. Sifat tabiat

anak akan mewariskan sifat tabiat ayah atau ibnya, sebesar berapa banyak

dominasi kromosom ayah atau ibu yang diwarisinya. Warisan ini baik untuk sifat-

sifat yang tampak (genotype) maupun phenotype-nya.


Orangtua yang tampaknya normal, dapat saja melahirkan anak yang

cacat. Pertama, jika salah satu dari mereka membawa factor gen yang cacat.
56http://www.referensisehat.com/2015/03/jenis-jenis-dan-cara-pencegahan-cacat-lahir.html,
diakses pada tanggal 16 februari 2016.
36

Kedua, hasil pembauran dari pasangan tersebut membentuk tubuh yang cacat,

karena bertemunya kedua sifat lemah (terjadi perkawinan incest, antar saudara

sedarah).
Semua bagian tubuh yang tampak dan dapat diukur (matematis)

diwariskan orangtua terhadap anak-anaknya. Bentuk tubuh, tinggi badan, besar

hidung, warna kulit, warna iris mata, sifat rambut, golongan darah, maupun

tingkat kecerdasan.
Faktor lingkungan berpengaruh pula terhadap faktor yang diwariskan ini.

Gen yang semula normal dapat berubah abnormal jika terjadi perubahan dalam

gen (mutasi genetik) akibat pengaruh radiasi, obat, atau segala sesuatu yang

berada di lingkungan, termasuk makanan. Dengan adanya mutasi genetik ini, gen

menjadi cacat, di mana kecacatan ini diwariskan terhadap keturunannya. Bentuk

cacat tergantung pada jenis gen mana yang terkena, sebagai penentu sifat tubuh

maupun fungsi yang diperankannya.


Kanker pun diwariskan. Mereka yang membawa sifat rentan terhadap

kanker, mewariskan sifat lemah ini pada keturunannya. Jika suatu waktu terpapar

oleh bahan-bahan yang membangkitkan kanker (karsinogenik), muncullah kanker

tersebut. Sifat lemah ini merupakan faktor predisposisi57

D. PENGERTIAN ABORSI JANIN CACAT GENETIK


Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka bisa disimpulkan

bahwa aborsi janin cacat genetik ialah pengguran janin secara sengaja oleh

seorang ibu yang setelah diadakan pemeriksaan oleh dokter dengan menggunakan

alat medis ternyata janin mengalami cacat genetik. Baik itu dengan cara modern

ataupun dengan cara trdisional.

57 Dr. Handrawan Nadesul, Dari Balik Kamar Praktik Dokter, Cet, Pertama, (Jakarta:
Penerbit Libri, 2009 M), hlm. 64-65
37

E. CARA MENGETAHUI JANIN MENGALAMI CACAT

GENETIK

Alat-alat kedokteran pada zaman sekarang memang terus mengalami

perkembangan, diantaranya ialah munculnya alat-alat canggih yang kemudian

dimanfaatkan oleh para dokter untuk memudahkan pekerjaannya, termasuk dalam

mengetahui janin yang berada dalam kandungan pun merupakan hal yang tidak

sulit lagi untuk dilakukan, karena telah terbantu dengan adanya alat-alat modern

yang ada. Adapun caranya ialah sebagai berikut:

1. Dengan cara tes diagnotis chorionic villus sampling (CVS)


Penyampelan vilus korionik (chorionic villus sampling /CVS) adalah

prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan dari plasenta (vili

korionik) untuk tujuan diagnosis gangguan genetik pralahir.58


Cara kerjanya: karena plasenta, seperti juga janin, terbentuk dari sel-sel

yang berasal dari sel telur yang sama yang sudah dibuahi, maka

plasenta merupakan sumber DNA ideal yang dapat menunjukkan

setiap penyimpangan genetik pada bayi yang sedang berkembang (atau

untuk sebuah tes untuk mengetahui asal-usul). Chorionic Villus

Sampling, dilakukan antara minggu kesepuluh dan kedua belas

kehamilan, dengan mengambil sedikit contoh sel plasenta. Sampel itu

kemudian dibudidayakan di sebuah laboratorium, dan DNA-nya diteliti

untuk mengetahui kandungan genetiknya.


Oleh karena tes CVS dilakukan melalui sebuah pembedahan kecil

dengan peluang keguguran yang sangat kecil (kurang dari 1%),

58 Kamus Kesehatan, dalam http://kamuskesehatan.com/?s=Chorionic+Villus+Sampling,


diakses pada tanggal 16 februari 2016.
38

biasanya tes ini dilakukan jika ada indikasi kehamilan yang beresiko:

jika pernah mengalami masalah genetika pada kehamilan sebelumnya,

jika ada sejarah penyakit genetika baik pada keluarga sang ibu maupun

keluarga ayah si bayi, jika mengalami penyimpangan pada screen test

triwulan pertama atau nuchal translucecy test,59 atau jika akan berusia

tiga puluh lima tahun atau lebih (meskipun dalam beberapa kasus usia

tidak berpengaruh) saat kelahiran terjadi dan karenanya lebih beresiko

untuk memiliki bayi dengan sindrom down. Meskipun CVS dapat

mendeteksi sampai dua ratus jenis cacat genetika yang berada denan

ketetapan 98% sampai 99% (termasuk penyakit Tay-Sachs, kista pada

jaringan fibrosia, dan hemofilia), tes ini tidak mampu mendeteksi cacat

pada saluran saraf seperti sepina bifida, yang dapat dideteksi melalui

prosedur amniocentesis (pengambilan cairan amnion). Kelebihan CVS

dari amniocentesis adalah tes CVS dapat dilakukan jauh lebih awal,

sementara amniocetesis biasanya dilakukan antara minggu keenam

belas dan kedua puluh.


Untuk persiapan, maka sang ibu diminta untuk banyak minum air,

karena kantung keih harus penuh. Pertama-tama, dokter akan

melakukan pemeriksaan ultrasonik untuk menaksir posisi bayi dan

orientasi rahi untuk menentukan apakah CVS akan dilakukan melalui

59 Nuchal translucency adalah pengukuran ketebalan cairan bawah kulit leher belakang janin
pada umur kehamilan 10 - 13 minggu dengan USG. Hal ini dilakukan untuk menilai kemungkinan
adanya kelainan kromosom, seperti trisomi 21 (sindrom down). angka deteksi skrining ini sekitar
70 %, sedangkan false positif sekitar 10 %. (Ummu Muhammad, “Pemeriksaan Nuchal
Translucency (NT)” dalam http://ummu-muhammad-al-
indunisi.blogspot.co.id/2011/02/pemeriksaan-nuchal-translucency-nt.html, diakses tanggal 16
februari 2016.)
39

vagina, dengan memasukkan keteter melalui leher rahim, atau melalui

perut, dengan menggunakan jarum biopsi. Apa pun yang terjadi, sang

ibu akan merasa sedikit kejang selama dan setelah prosedur tersebut,

atau mengeluarkan sedikit bercak darah jika prosedur tersebut

dilakukan melalui vagina. Sebaiknya, sang ibu meminta seseorang

untuk menemaninya dan setelahnya hendaknya istirahat sepanjang

hari. Keesokan harinya, seharusnya sang ibu sudah meras normal

kembali: jika pendarahan semakin banyak, ada cairan yang keluar dari

vagina, atau demam, segera hubungi dokter. Beberapa dokter akan

meminta sang ibu untuk datang dan melakukan pemeriksaan USG

untuk memastikan bahwa semuanya berjalan baik. Hasilnya dapat

diperoleh dalam satu atau dua minggu.60


2. Amniosentesis
Amniosentesis, teknik mengendus adanya janin yang cacat dalam

kandungan dengan mengambil cairan ketuban ibu, sudah lama dikenal.

Dengan demikian, bisa diketahui lebih dini jika benar janin bertumbuh

cacat.
Cairan ketuban ini diperiksa secara kimiawi maupun mikroskopis

untuk melihat adanya sel atau reaksi kimiawi yang menyimpang dan

akan memberikan informasi yang berharga tentang keadaan janin yang

sedang dikandung. Jika kehamilan diperkirakan mengandung janin

cacat, dilakukan pemeriksaan amniosentesis. Biasanya pada minggu

ke-16, pada masa di mana banyaknya cairan sudah cukup, dan masih

tersedia kemungkinan untuk menggugurkannya jika diinginkan.


60 Memet C. Oz, M.D, Having A Baby, terj. Lala Heraway D, Cet. Pertama, (Bandung:
Qanita 2010 M), hlm. 73
40

Dengan pemeriksaan ini, kasus bayi dengan gangguan pembentukan

selubung sumsum tulang belakang yang terbuka atau spina bifida

dapat dicegah. Demikian pula jika anak lahir dengan sindrom down

(keterbelakangan mental), di mana keduanya merupakan suatu

kecacatn seumur hidup dan belum bisa dikoreksi.


Amniosentesis juga ditawarkan bagi ibu hamil yang telah melampaui

usia 35 tahun, mengingat peluang adanya cacat kromosom pada umur

ini lebih besar dibandingkan pada ibu muda. Pemeriksaan ini juga

dianjurkan bagi setiap ibu yang sebelumnya pernah melahirkan bayi

cacat.
Pemeriksaan amniosentesis dilakukan dengan cara memasukkan jarum

melalui dinding perut ibu setelah ditentukan lokasi yang paling tepat

lewat panduan USG. Jadi, tidak akan mencederai janin. Kulit yang

akan ditusuk, dimatirasakan terlebih dahulu, sehingga ibu tidak

merasakan nyeri yang berarti. Cairan ketuban hanya diambil sebanyak

20 cc, yang sama sekali tidak akan mengganggu kehidupan janin.


Sekalipun tindakan pemeriksaan amniosentesis tidak membahayakan

ibu, tetapi mengundang resiko bagi janin. Satu dari setiap seratus janin

bisa gugur setelah dilakukan amniosentesis tanpa panduan. Namun,

dengan dikembangkannya teknik pengindraan ultrasonogrfi,

penusukan jarum memasuki rongga rahim dapat dilakukan dengan

lebih aman.
3. Biopsi korion dan fetoscope
Pada saat ini ada cara lebih canggih dalam mengetahui cacat janin

dalam kehamilan muda, yaitu dengan biopsi korion. Cara ini dapat
41

menggantikan pemeriksaan amniosentesis jika dianggap kurang aman

bagi janin.
Tes ini sudah dapat dikerjakan pada miggu ke-8 atau ke-9. Yang

diambil sebagai contoh bahan pemeriksaan adalah jaringan korion,

yaitu jaringan yang menyelubungi janin, yang kemudian membentuk

ari-ari.
Cara lain yang lebih akurat dengan menggunakan alat teropong yang

langsung melihat janin di dalam kandungan ibunya. Alat tersebut

dimasukkan ke dalam perut untuk melakukan amniosentesis, sehingga

memungkinkan peninjauan keadaan perkembangan janin di dalam

kandungan.61

BAB III

HUKUM ABORSI JANIN CACAT GENETIK

A. HUKUM ABORSI
Mengenai hukum aborsi ini, tidak ada nash syar’i yang secara langsung

dan khusus menjelaskannya, baik dari Al-Qur’an maupun hadits.62 Sedangkan

yang terdapat di dalam Al-Qur’an adalah tentang haramnya membunuh jiwa orang

lain tanpa hak, mencela perbuatan itu dan menghukum pelakunya dengan

hukuman yang kekal di neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:

61. Dr. Handrawan Nadesul, Dari Balik Kamar Praktik Dokter..…..hlm. 74-76

62 Dr. Muhammad Fadhil Ibrahim, Hukmu Isqathu Al-janin Al-Masyuh baina As-Syari’ah wa
Thibbi, (ttp.: t.p, t.t.), hlm. 384
42

ِ‫ب َّاالل نهل َّالعللينبه َّالوللعنلنهل َّالوأللعنلد َّالنهل َّالعنلذاةبا‬ ‫ب‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬
‫لولمنن َّايلنلقتْلنلل َّالملؤمنةناِ َّارمتْلنلعقمنةدا َّافللجنلزالؤهل َّالجلهنلنلم َّالخاِلنةدا َّافيلهناِ َّالولغضن ل‬

ِ‫لعبظيةما‬
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,

maka balasannya adalah Jahannam dan ia kekal didalamnya. Allah murka

kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS.

An-Nisa’: 93)
Para ulama’ ahli fikih telah mendiskusikan tentang hukum melakukan

aborsi, dan mereka sangat menjaga hak janin hingga menuju sempurnanya

pertumbuhan. Yang kemudian janin dilahirkan lalu hidup sesuai dengan apa yang

telah ditetapkan atasnya.


Permasalahan ini menjadi satu problematika umat, ketika ia berupa janin

di dalam rahim seorang ibu, maka tidak berhak bagi ibu dan ayahnya atau salah

satu diantara keduanya untuk menghentikan kehidupannya dengan cara

menggugurkan janin tersebut, terkhusus setelah ditiupkan ruh ke dalamnya, baik

janin tersebut hasil dari pernikahan secara syar’i atau karena sebab zina, kecuali

jika dalam keadaan dhorurat, yakni apabila membahayakan nyawa sang ibu.

Berdasarkan atas satu kaedah yang berbunyi:


‫ب‬
‫ضلرلولريلبن‬ ‫إبلرتَالكاِ ل‬
‫ب َّاأللخ ر‬
‫ف َّا ل‬
63
”Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya”
Melalui pertimbangan bahwa ibu adalah ushul (pokoknya) dan janin

merupakan cabangnya, jika ushulnya meninggal maka cabangnya pun juga akan

mengikutinya, kemudian dikarenakan pula kehidupan seorang ibu sudah pasti

63 Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al Maqarri, Al-Qowa’id, (Makkah:
Jami’ah ummul Qura), jilid. 2, hlm. 456. Ali bin Abdul Aziz bin Ibrahim Al Mathurudi, Tatbiqul
Qawa’id Al-Fiqhiyyqh alal Masa’il At-thibbiyah, (Riyadh:Jami’ah Al-Imam Muhammad bin Sa’ud
Al-Islamiyyah 1429 H), hlm. 30
43

sedangkan kehidupan janin masih belum pasti, dan hal yang pasti harus

didahulukan dari hal yang belum pasti.64


Berikut adalah rincian hukum aborsi beserta perbedaan pendapat antara

ulama’ yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini ulama’ membedakannya

menjadi dua keadaan, keadaan tersebut ialah:

1. Aborsi Sebelum Peniupan Ruh


Para ulama’ berbeda pendapat tentang hukum aborsi sebelum peniupan

ruh menjadi dua pendapat:

64 Zainab Abdussalam Abu Al Fadhl, ‘Inayatul Qur’an Bi Huquqil Insan Dirosah


Maudhu’iyah wa Fiqhiyah, (Qahirah: Darul Hadits 1431 H/2010 M), jilid. Pertama, hlm. 493
44

Pendapat pertama: menggugurkan janin sebelum peniupan ruh

hukumnya boleh. Pendapat ini dianut oleh para ulama’ dari mazhab Hanafi 65,

Syafi’i66, Hanbali67 dan Ibnu Hazm.68


Mereka berhujjah dengan hadits Rasulullah SAW yang menunjukkan

bahwa sebelum empat bulan, ruh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum

65 Disebut dengan Mazhab Hanafi karena dinisbatkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hanifah
an-Nu’man bin Tsabit bin Zauti at-Taimi al-Kufi. Adapun sumber rujukan mazhab ini ialah dari
nash Al-Qur’an maupun sunnah kemudian Ijma’ (konsensus/kesepakatan para ulama’) dan juga
menggunakan Qiyas. (Muhammad Ibnu Abidin, Raddul Mukhtar ‘Ala Daaril Mukhtar Syarh
TanwirAl-Abshar, (Riyadh: Daarul ‘Alamil Kutub 1423 H/2003 M), jilid. 1, hlm. 29)
disebutkan juga dalam kitab yang lain sumber rujukan mazhab ini juga menggunakan istihsan, urf
(kebiasaan masyarakat), pendapat sahabat dan syar’u man qablana (syari’at sebelum masa
Rasulullah SAW) dan lain-lain. Mazhab Hanafi banyak tersebar di Afghanistan, Pakistan, India,
Mesir dan negara-negara Asia pada umumnya. (Umar Sulaiman Al-Asyqar, Al Madkhol Ila
Dirosatil Madaris Al-Mazhab Al-Fiqhiyah, (Yordania: Darunnafa’is 1428 H/1998 M), hlm. 97-
100. Abdullah Hayder, Mazhab Fiqh: Kedudukan dan cara menyikapinya,terj. Erwandi Tarmizi,
LC, (Riyadh: Dar Khalid bin Al-Waleed for Pub. & Dist 1425 H/2004 M), hlm. 41).

66 Mazhab ini dinisbatkan kepada Muhammad bin Idris bin al Abbas bin Utsman bin Syafi’i
bin As-Shaa’ib bin Abdullah bin Ubaid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdu manaf bin Qushai
al-Qurasyi al-mathlabi al-Hijazi al-Makki. Kemudian dikenal dengan Imam Syafi’i. nasab
keturunannya bertemu Rasulullah SAW pada Abdu Manaf. (Umar Sulaiman Al-Asyqar, Al
Madkhol Ila Dirosatil Madaris…, hlm. 134). Landasan mazhabnya ialah Al-Qur’an, As Sunnah,
Ijma’ dan Qiyas. Mazhab ini merupakan mazhab yang dianut mayoritas di Indonesia, Malaysia dan
Brunei Darussalam dan negeri sekitar Asia Tenggara. (Abdullah Hayder, Mazhab Fiqh…, hlm. 44-
46.)

67 Mazhab ini dinisbatkan kepada Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abu Abdullah Asy-
Syaibani. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan Imam Ahmad bin Hanbal. Landasan
Mazhabnya ialah nash Al-Qur’an dan riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW, fatwa sahabat,
menggunakan hadits Mursal dan Dha’if, hal tersebut diutamakan dari qiyas. Kemudian juga
menggunakan qiyas. Mazhab ini banyak tersebar di Jazirah Arabia, di dataran Mesir serta di
Damaskus (Suriyah). (Ibid,. hlm. 46-49)

68 Ibnu Hazm termasuk pengikut mazhab zhahiri. rujukan dalam metode pengambilan hukum
oleh mazhab ini menggunakan kezhohiran nash Al-Qur’an dan As-Sunnah saja dan tidak
menggunakan rujukan selain keduanya, baik itu qiyas, Mashlahah Mursalah, Istihsan dan
seterusnya. (Umar Sulaiman Al-Asyqar, Al Madkhol Ila Dirosatil Madaris….., hlm. 27-28)
45

sempurna serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan. 69 Berikut

haditsnya:
‫ب‬
‫ً َّالثل َّايللكلوُلن َّالعللقة َّابمثللل َّا َّا َّالذل ل‬،‫ي َّايلنلوُماِة َّانلطللفة‬
‫ً َّالثل َّايللكلوُلن‬،‫ك‬ ‫ب ب‬
‫إبلن َّاأللحلدلكلم َّا لليلملع َّالخللقهل َّابف َّابلطلبن َّاألقمه َّاأللربلع ل ل‬

‫ب َّابرلزقببه َّالوأللجلببه َّا‬ ‫ً َّاوينؤمر َّا بألرببع َّالكلبماِ ت‬،‫ك َّافلنينلننلفخ َّافبيبه َّاالروح‬
‫ َّا بلكلتْ ب‬:‫ت‬ ‫بب‬
‫ً َّالثل َّاينللرلسلل َّاإلليه َّااللمل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل‬،‫ك‬
‫ب‬
‫ضغلة َّابمثللل َّالذل ل‬
‫لم ل‬

‫غينلرهل َّاإبلن َّاأللحلدلكلم َّالليلنلعلملل َّا بلعلمبل َّاأللهبل َّاالللنلبة َّالحلت َّالماِ َّايللكلوُلن‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬ ‫بب ب‬
‫ٌ َّافلنلوُ َّاال َّاالذيِ َّالل َّاإبلهل َّا لل‬.‫لولعلمله َّالولشقيي َّاأللو َّالسعليدد‬

‫ً َّالوإبلن َّاأللحلدلكلم َّالليلنلعلملل َّا‬،ِ‫ب َّافلنيلنلعلملل َّا بلعلمبل َّاأللهبل َّااللناِبر َّافلنيللدلخللها‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬
‫بللنيننلهل َّالوبللنيننلنلهاِ َّاإبلل َّاذلراعد َّافلنيللسبلق َّالعلليه َّاالكلتْاِ ل‬

‫ب َّافلنيلنلعلملل َّا بلعلمبل َّاأللهبل َّا َّاالللنلبة َّا‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬ ‫ب‬


‫لعلمبل َّاأللهبل َّااللناِبر َّالحلت َّالماِ َّايللكلوُلن َّابللنيننلهل َّالوبللنيننلنلهاِ َّاإبلل َّاذلراعد َّافلنيللسبلق َّالعلليه َّاالكلتْاِ ل‬

ِ‫فلنيللدلخللها‬
“Sesungguhnya fase penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya

selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian selama itu (40 hari)

menjadi segumpal darah, kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal

daging kemudian diutuslah malaikat ditiupkan ruh dan dicatat empat hal,

rezekinya, ajalnya, amalnya, apakah ia beruntung atau celaka, demi Allah yang

tiada sesembahan yang haq selain Dia, sungguh diantara kalian ada yang

beramal dengan amalan penduduk syurga hingga antara dia dengan syurga

sejarak satu hasta, kemudian ia didahului dengan takdir sehingga ia beramal

dengan amalan penduduk neraka, maka ia masuk ke dalam neraka.

69 ’Alauddin Abi Bakar bin Mas’ud Al Kasani Al Hanafi, Badai’ Shonai’ fie Tartibi Syaroi’,
(Beirut: Darul Kitab Al Arobi 1394 H/1974 M), jilid. 7, hlm. 325. Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj ila
Syarh Al-Manhaj fi Fiqhil Islam ala Mazhabi Al-Imam Asy-Syafi’i, (Beirut: Darul Fikr 2009 M),
jilid. 8, hlm. 474. ‘Alauddin Abil Hasan Ali bin Sulaiman bin Ahmad Al Mardawi As-Sa’idi Al
Hanbali, Al Inshofu fie Ma’rifati Rojih Minal Hilafi ‘ala Mazhabi Al Imam Ahmad bin Hanbal,
(Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah 1418 H/1997 M), jilid. 10, hlm. 130. Ibnu Hazm, Al Muhalla,
(Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah 1424 H/ 2003 M), jilid. 11, hlm. 236.
46

Sesungguhnya ada diantara kalian yang beramal dengan amalan penduduk

neraka hingga antara dia dengan neraka sejarak satu hasta kemudian ia

didahului dengan takdir sehingga beramal dengan amalan penduduk syurga,

maka ia masuk ke dalam syurga.” (HR. Bukhari)70


Dr. Yusuf Al-Qardhawi71 mengatakan dalam fatwanya bahwa: Sebagian

saudara kita yang ahli kedokteran dan anatomi mengatakan, “Sesungguhnya

hukum yang diterapkan para ulama yang terhormat (yang mengharamkan aborsi

sebelum ditiupkannya ruh) itu didasarkan atas pengetahuan mereka pada waktu

70 Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori, Shahih Bukhori, “Kitab Qodari”,
(Riyadh: Baitul Afkar Ad-dauliyah 1419 H/1998 M), hlm. 1060. hadits no. 2643

71 Dr. Yusuf Al-Qaradhawi adalah ulama yang sangat masyhur di dunia karena
kedalaman ilmu dan da’wahnya. Ia menjadi rujukan banyak kalangan karena kemampuannya
dalam menjawab segala masalah umat sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits. Nama
lengkapnya adalah Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. Sedangkan al-Qaradhawi merupakan
nama keluarga yang diambil dari nama daerah tempat mereka berasal, yakni al-Qardhah.
Beliau lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada
9 September 1926. Usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an. Menamatkan pendidikan di Ma'had
Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi terus melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas
Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952. Tapi gelar doktornya baru dia peroleh pada tahun 1972 dengan
disertasi "Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian di
sempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan
zakat dengan nuansa modern.
Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia sempat meninggalkan Mesir
akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di
sana sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga
mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan
menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam "pendidikan" penjara sejak
dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23
tahun, karena keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia
ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara
militer selama dua tahun.
Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang sebagai
khatib di sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan
opini umum tentang ketidak adilan rejim saat itu. (Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad: Sebuah Karya
Monumental Terlengkap Tentang Jihad Menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Cet. Pertama, terj. Irfan
Maulana Hakim dkk, (Bandung: PT Mizan Pustaka 1431 H/ 2010 M), hlm. xxvii)
47

itu. Andai kata mereka mengetahui apa yang kita ketahui sekarang mengenai

wujud hidup yang membawa ciri-ciri keturunan (gen) kedua orang tuanya dan

keluarganya serta jenisnya, niscaya mereka akan mengubah hukum dan fatwa

mereka (sehingga memperbolehkan aborsi) karena mengikuti perubahan illat,

yang mana hukum itu berputar menurut illat-nya, pada waktu ada dan tidak

adanya illat.”72
Syaikhul Islam Al-Hafizh Ibnu Hajar 73 di dalam Fathul-Bari

menyinggung mengenai pengguguran kandungan setelah membicarakan secara

panjang lebar mengenai masalah azl (mencabut zakar untuk menumpakan sperma

di luar vagina pada waktu ejakulasi) serta perbedaan pendapat ulama tentang

boleh dan tidaknya melakukan hal itu, yang pada akhirnya beliau cenderung

72 Dr. Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, cet. Pertama, terj. Drs.As’ad Yasin,
(Jakarta: Gema Insani Press 1995 M), jilid. 2, hlm. 775

73 Beliau adalah Abu Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali Al-
Asqolani. Yang kemudian beliau terkenal dengan panggilan Ibnu Hajar. Beliau seorang ulama
besar madzhab Syafi’i, digelari dengan ketua para qadhi, syaikhul islam, hafizh Al-Muthlaq
(seorang hafizh secara mutlak), amirul mukminin dalam bidang hadist dan dijuluki syihabuddin
dengan nama pangilan (kunyah-nya) adalah Abu Al-Fadhl. Beliau juga dikenal dengan nama Abul
Hasan Ali dan lebih terkenal dengan nama Ibnu Hajar Nuruddin Asy-Syafi’i. Guru beliau,
Burhanuddin Ibrahim Al-Abnasi memberinya nama At-Taufiq dan sang penjaga tahqiq.

Beliau dilahirkan tanggal 12 Sya’ban tahun 773 Hijriah dipinggiran sungai Nil di Mesir
kuno. Tempat tersebut dekat dengan Dar An-Nuhas dekat masjid Al-Jadid.

Imam Ibnu Hajar juga melakukan rihlah (perjalanan tholabul ilmi) ke negeri Syam,
Hijaz dan Yaman dan ilmunya matang dalam usia muda himgga mayoritas ulama dizaman beliau
mengizinkan beliau untuk berfatwa dan mengajar.

Beliau mengajar di Markaz Ilmiah yang banyak diantaranya mengajar tafsir di Al-
madrasah Al-Husainiyah dan Al-Manshuriyah, mengajar hadits di Madaaris Al-Babrisiyah, Az-
Zainiyah dan Asy-Syaikhuniyah dan lainnya. Membuka majlis Tasmi’ Al-hadits di Al-Mahmudiyah
serta mengajarkan fikih di Al-Muayyudiyah dan selainnya. Beliau juga memegang masyikhakh
(semacam kepala para Syeikh) di Al-Madrasah Al-Baibrisiyah dan madrasah lainnya. (Ibnu Hajar,
Fathul Bari, (Qahirah: Darul Hadits 1424 H/2004 M), Muqaddimah. hlm. 5)
48

memperbolehkannya karena tidak kuatnya dalil pihak yang melarangnya. Beliau

berkata:
“Dan terlepas dari hukum azl ialah hukum wanita menggunakan obat

untuk menggugurkan (merusak) nuthfah (embrio) sebelum ditiupkannya ruh.

Barangsiapa yang mengatakan hal ini terlarang, maka itulah yang lebih layak; dan

orang yang memperbolehkannya, maka hal itu dapat disamakan dengan azl. Tetapi

kedua kasus ini dapat juga dibedakan, bahwa tindakan perusakan nuthfah itu lebih

berat, karena azl itu dilakukan sebelum terjadinya sebab (kehidupan), sedangkan

perusakan nuthfah itu dilakukan setelah terjadinya sebab kehidupan (anak).”74


Pendapat kedua: Menggugurkan janin sebelum peniupan ruh hukumnya

haram. Ini adalah pendapat mayoritas Malikiyyah dan Imam Al-Ghazali 75 dan

dikuatkan oleh beberapa ulama yang lain. Diantara alasannya bahwa air mani

sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga

siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan.
Diantara ulama Hanafiyah juga ada yang menolak hukum yang

memperbolehkan pengguguran secara mutlak itu, mereka berkata, “Saya tidak

mengatakan halal, karena orang yang sedang ihram saja apabila memecahkan telur

buruan itu harus menggantinya, karena itulah hukum asal mengenai pembunuhan.

74 Ibid., jilid.2, hlm. 222

75 Beliau ialah Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali At-Thusi, Abu Hamid. Beliau belajar
dan bermulazamah kepada Imam al-Haramain. Imam Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat
cerdas. Adapun kitab “Ihya’ Ulumuddin” merupakan tulisan beliau yang sangat terkenal yang
mana di dalamnya terdapat pembahasan halal dan haram beserta perinciannya secara mendetail.
Dan masih banyak lagi karya beliau yang lain. (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Beirut:
Daar Ibnu Hazm 1426 H/2005 M), hlm. 5)

Ibnu Arafah Ad-Dusuqi, Hasiyah Ad-Dusuqi Ala Syarhil Kabir, (Daar Ihya’ Al-Arabiyah),
jilid. 2, hlm. 267. Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin…., jilid. 2, hlm. 51.Syaikh Mahmud
Syalthut, Fatwa Dirasah Li Musykilah Al Muslim Al-Mu’ashirah fi Hayatihi Al-Yaumiyyah
Al-‘Ammah, (Qahirah: Darussyaruq 1424 H/2004 M), hlm. 250
49

Kalau orang yang melakukan ihram saja dikenakan hukuman pembalasan, maka

tidak kurang dosanya bagi orang yang menggugurkan kandungan tanpa udzur.”
Diantara mereka ada pula yang mengatakan makruh, karena air (sperma)

setelah masuk ke rahim belumlah hidup tapi mempunyai hukum sebagai manusia

hidup, seperti halnya telur binatang buruan pada waktu ihram. Karena itu ahli

tahqiq berkata, “Maka kebolehan menggugurkan kandungan itu harus diartikan

karena dalam udzur, atau dengan pengertian bahwa ia tidak berdosa seperti

dosanya membunuh.”76
Mahmud Syaltut77 mengatakan, bahwa sejak bertemunya sel sperma

dengan ovum (sel telur), maka pengguguran adalah suatu tindak kejahatan dan

haram hukumnya, sekalipun janin belum diberi nyawa, sebab sudah ada

kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan

untuk menjadi manusia. Seperti alasan ulama pada umumnya, Mahmud Syaltut

juga memberikan pengecualian terhadap anjuran medis, yakni demi

menyelamatkan nyawa ibu, maka abortus diperbolehkan dengan berprinsip:

menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari hal yang berbahaya itu

wajib (hukumnya).78

76 Ibnu Abidin, Ad-Durrul Mukhtr wa Hasyiyah Ibnu Abidin Alaih, (Terbitan Bulaq), jilid. 2,
hlm. 380

77 Syeikh Mahmud Syaltut lahir pada tahun 1310 H di Buhairah, Mesir. Setelah
menyelesaikan pendidikannya di universitas Iskandariah Mesir, beliau mengajar di universitas
tersebut lalu pindah ke universitas Al-Azhar. Di sana beliau terus berkembang dan maju hingga
pada akhirnya pada tahun 1378 H menjadi mufti umum al-Azhar. Beliau terus mengemban
tanggung-jawab ini hingga wafat pada tahun 1383 H. tetapi sayangnya dalam fatwa beliau, beliau
membenarkan mazhab Syiah sebagai salah satu mazhab yang sah dan boleh diikuti. Padahal,
sampai saat itu belum ada ulama besar dari Ahli Sunah maupun mufti Al-Azhar yang pernah
memberikan fatwa seperti itu. (http://www.eslam.de/arab/begriffe_arab/13shin/schaltut.htm,
diakses 17 April 2016 M)

78 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah..., hlm. 57


50

Ibnu Rajab Al-Hanbali79 juga berpendapat dalam kitabnya yang berjudul

“Jami’ul Ulum Wal Hikam”, Sebagian dari fuqaha’ berpendapat merupakan hal

yang rukhsoh untuk melakukan aborsi bagi janin yang belum ditiupkan ruh ke

dalamnya dan mengatakan bahwa hal tersebut kedudukannya seperti Azl, maka

pendapat ini kedudukannya adalah dho’if atau lemah, karena janin akan menjadi

seorang anak dengan mengikat janji dan ia telah terbentuk, sedangkan azl secara

umum tidaklah menjadi seorang anak.80


Dan pendapat inilah yang lebih kuat, insya Allah. Wallahu A’lam.

2. Aborsi Setelah Peniupan Ruh


Peniupan ruh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut

ibu. Ketentuan ini berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud bahwa Nabi SAW bersabda:
‫ب‬
‫ً َّالثل َّايللكلوُلن َّالعللقة َّابمثللل َّا َّا َّالذل ل‬،‫ي َّايلنلوُماِة َّانلطللفة‬
‫ً َّالثل َّايللكلوُلن‬،‫ك‬ ‫ب ب‬
‫إبلن َّاأللحلدلكلم َّا لليلملع َّالخللقهل َّابف َّابلطلبن َّاألقمه َّاأللربلع ل ل‬

‫ك َّافلنيلنلننلفلخ َّافبليبه َّاالرلولح‬


‫ً َّالثل َّاينللرلسلل َّاإبلليبه َّااللمل ل‬،‫ك‬
‫ب‬
‫ضغلة َّابمثللل َّالذل ل‬
‫لم ل‬
“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan

penciptaannya di perut ibunya empat puluh hari sebagai air mani, kemudian

empat puluh hari berikutnya menjadi gumpalan darah, kemudian empat puluh

79 Beliau ialah Imam Al-Hafidz Al-Alamah Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin
Abdirrahman bin Al Hasan bin Muhammad, yang kemudian beliau terkenal dengan nama
julukannya yakni Ibnu Rajab. Beliau lahir di Baghdad pada tahun 736 H. orang tuanya berusaha
menjaganya dalam penjagaan terhadap hafalan hadits, dengan cara berguru kepada para syaikh di
berbagai wilayah yang ada. yang kemudian beliau mendapatkan ijazah (izin dari para syaikh untuk
meriwayatkan hadits). (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Jami’ul Ulum wal Hikam, (Beirut:
Muassasaturrisalah 1419 H/1999 M), jilid. 1, hlm. 25)

80 Ibid,. hlm. 157

Muhammad Ali Al-Bar, Musykilah Al-Ijhadh Dirasah Thibbiyah Fiqhiyyah, hlm. 41


51

hari berikutnya menjadi segumpal daging, kemudian diutus padanya Malaikat

lalu ditiupkan ruh.” (HR. Bukhari)81


Janin yang sudah ditiupkan ruh dalam dirinya, secara otomatis dia telah

menjadi seorang manusia sehingga haram untuk dibunuh. Allah Ta’ala berfirman:
‫س َّاالبت َّالحلرلم َّاالل َّاإبلل َّا باِلللقق‬
‫لوللتَالنلقتْلن لوُا َّاالنلنلف ل‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.” (QS. Al-Isra’:

33)

Para ulama’ telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan

ruh hukumnya adalah haram.82

A. IKHTILAF ULAMA KONTEMPORER TENTANG HUKUM

ABORSI JANIN CACAT GENETIK


Perlu diketahui bahwasanya aborsi yang dilakukan karena janin

mengalami cacat genetik, tidaklah pernah terjadi pada zaman dahulu. Karena

zaman dahulu berbeda dengan zaman sekarang. Janin yang mengalami cacat

genetik ketika berada dalam kandungan hanya bisa diketahui dengan alat canggih.

Sedangkan alat canggih tersebut baru muncul pada pada zaman modern saat ini

dan tidak ada zaman dahulu.

81 Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori, Shahih Bukhori, “Kitab Qodari”,
(Riyadh: Baitul Afkar Ad-dauliyah 1419 H/1998 M), hlm. 1060. hadits no. 2643

82 Burhanuddin Abil Ma’ali Mahmud bin Ahmad bin Abdul Aziz bin Mazah Al-Bukhori Al
Hanafi, Al-Muhithu Al-Burhani Fil Fiqhi Nu’man Fiqhi Al Imam Abi Hanifah radhiyaallahu
‘anhu, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah 1423 H/2004 M), Jilid: 5, hlm 374. Shodiq Abdurrahman
Al-Ghoyani, Mudawwanatul Fiqhil Maliki wa Adillatuhu, (Beirut: Muasasah Aroyyan 1423
H/2002 M), jilid. 2, hlm. 625. Ibnu Hazm, Al Muhalla….. jilid. 11, hlm. 236. Zainab Abdussalam
Abu Al Fadhl, ‘Inayatul Qur’an Bi Huquqil Insan Dirasah Maudhu’iyah Wa Fiqhiyyah, jilid.
Pertama, hlm. 494. Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, jilid. 4, hlm. 2646. Syaikh
Mahmud Syalthut, Fatwa Dirasah Li Musykilah Al Muslim Al-Mu’ashirah…., hlm. 249
52

Setelah mengetahui pendapat para ulama salaf (terdahulu) maupun

khalaf (sekarang) mengenai hukum aborsi secara umum serta perbedaan pendapat

diantara mereka, maka ulama kontemporer dalam permasalahan yang juga

terbilang kontemporer ini berbeda pendapat dalam pengambilan hukum,

diantaranya ada yang memperbolehkan aborsi janin cacat genetik dan ada pula

yang melarangnya, dan kedua pendapat ini masing-masing memiliki hujjah.

Adapun perinciannya ialah sebagai berikut:

1. Pendapat yang Memperbolehkan Sebelum Peniupan Ruh dan

Melarang Setelahnya secara Mutlak

Ulama yang memperbolehkan aborsi janin cacat genetik ini ialah Syaikh

Muhammad Shalih Al-Munajjid hafidzahullah83. Beliau menjelaskan dalam

fatwanya bahwa ada banyak sebab cacatnya janin dan kebanyakan sebabnya akan

menimbulkan kerusakan dan kematian. Islam dan kedokteran mernganjurkan

untuk mencegah sebab-sebab penyakit, kematian dan apa yang memungkinkan

terjadi. Ajaran Islam mendorong agar menjaga kesehatan dan menjaga janin serta

83 Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid adalah seorang ulama di Saudi Arabia. Beliau
memiliki pendidikan sampai di Strata S1, Bachelor Manajemen Industri. Beliau telah belajar dari
banyak ulama, di antaranya: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Muhammad bin
Sholih Al Utsaimin, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, dan banyak mengkaji dengan
membaca pada Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrok, juga beliau membetulkan qiroah Quran
pada Syaikh Sa’id Ali Abdullah. Ulama lain yang beliau ambil faedah adalah Syaikh Sholih bin
Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, Syaikh Abdullah bin Muhammad Al Ghunaiman, Syaikh Abdul
Muhsin Az Zamil, dan Syaikh Abdurrahman bin Sholih Al Mahmud. Namun ulama yang banyak
beliau ambil faedah adalah Syaikh Abdul Aziz bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa
silam. Beliau punya hubungan yang erat dengan Syaikh Ibnu Baz hingga 15 tahun lamanya.
Syaikh Ibnu Baz-lah yang mendorong Syaikh Al Munajjid untuk mengajar ilmu syar’i, hingga ia
berada di Markaz Dakwah dan Pembimbingan di kota Dammam (sebelah timur Saudi Arabia).
Karena sebab Syaikh Ibnu Baz-lah, beliau menjadi imam, khotib dan pengisi kajian Islam. Beliau
saat ini menjadi imam dan khotib di Masjid Jaami’ Umar bin Abdul Aziz di daerah Khobar (dekat
dengan kota Dammam). (Muhammad Abduh Tuasikal, Msc, Ilmuan yang Menjadi Ulama (2),
https://rumaysho.com/2996-ilmuwan-yang-menjadi-ulama-2.html, diakses 3 April 2016)
53

menjaganya dari berbagai penyakit yang penyebabnya adalah jauh dari ajaran

Islam, terjerumus dalam maksiat seperti zina, minum khamr, merokok dan

memakai narkoba. Demikian juga Ilmu kedokteran memperingatkan para ibu

(hamil) dari bahaya yang menimpa berupa meminum obat-obat (sembarangan)

dan terekspos sinar-X ketika awal kehamilan.

Jika telah pasti cacat janin dengan gambaran yang rinci dan nyata, tidak

diragukan lagi melalui tim dokter yang terpercaya. Dan cacat tersebut tidak bisa

diobati melalui penanganan dokter spesialis. Maka yang rajih menurut beliau ialah

boleh mengugurkan janin tersebut sebelum ditiupkannya ruh, yakni sebelum

berusia 120 hari dari kehamilan. Dengan menimbang apa yang akan didapatkan

berupa kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya dan tentunya hal ini disertai

dengan izin dari kedua pasangan suami istri tersebut. Sedangkan apabila telah

ditiupkan ruh, maka hukumnya sebagaimana pengharaman aborsi secara umum.84

84 http://islamqa.info/ar/ref/12118 diakses 7 April 2016


54

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin85 ketika ditanya oleh seorang

wanita yang sedang hamil yang mana ia disarankan oleh dokter untuk

menggugurkan kandungannya karena diperkirakan kandungannya akan lahir

dalam keadaan cacat, maka beliau menjawab: “Jika janin sudah ditiupkan ruh

kepadanya, maka tidak boleh dalam kondisi apapun untuk menggugurkannya,

meski dengan resiko kematian ibunya atau lahir dalam keadaan sakit, karena janin

tersebut merupakan jiwa yang haram untuk dibunuh. Janin yang sudah berumur

empat bulan dalam kandungan maka itulah saat dimana ditiupkan kepadanya ruh,

ditetapkannya rizki, umur, perbuatan, dan nasibnya akan bahagia ataukah

sengsara. Sedangkan apabila janin belum berumur empat bulan dan yang

dikatakan oleh dokter sebagai suatu keniscayaan, maka hukum menggugurkannya

boleh, karena janin tersebut belum sampai pada fase mempunyai jiwa. Bila kita

meyakini bahwa janin dalam keadaan sebagaimana dikatakan oleh para dokter

85 Syaikh Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin al-Wuhaiby at-Tamimi
(bahasa Arab: ‫ )الشيخ محمد بن صالح العثيمين‬adalah seorang ulama era kontemporer yang ahli dalam
sains fiqh. Lebih dikenal dengan nama Syaikh Ibn Utsaimin atau Syaikh Utsaimin. Dilahirkan di
kota Unaizah pada tahun 1928. Pernah menjabat sebagai ketua di Hai'ah Kibarul Ulama (semacam
MUI di Kerajaan Arab Saudi). Dia wafat pada tahun 2001 di Jeddah, disholatkan di Masjidil
Haram, dan dimakamkan di pemakaman Al-Adl Makkah, Arab Saudi.

Syaikh Utsaimin kecil mulai belajar membaca Al-Qur'an kepada kakeknya (ayah dari ibunya)
yaitu Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali ad-Damigh, hingga dia hafal. Sesudah itu dia mulai
mencari ilmu dan belajar khat (ilmu tulis menulis), ilmu hitung, dan beberapa bidang ilmu sastra
kepada kakeknya tersebut. Kemudian Syaikh Utsaimin melanjutkan belajarnya di Maktab (sekolah
kecil) Syaikh Abdurrahman as-Sa'di, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menugaskan kepada dua orang
orang muridnya untuk mengajar para junior (murid-muridnya yang masih kecil). Dua murid
tersebut adalah Syaikh Ali ash-Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi'.
Kepada yang terakhir ini (Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi') dia Syaikh Utsaimin
mempelajari kitab "Mukhtasar Al-Aqidah Al-Wasithiyah" dan "Minhaju Salikhin fil Fiqh" karya
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Disamping itu, Syaikh Utsaimin juga belajar ilmu faraidh (waris)
dan fiqh kepada Syaikh Abdurrahman bin Ali bin 'Audan. Sedangkan kepada guru utama dia yaitu
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, dia mengkaji masalah tauhid, tafsir, hadits, fiqh, ushul
fiqh, faraidh, musthalahul hadits (ilmu-ilmu hadits), nahwu, dan sharaf.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Shalih_al-Utsaimin, diakses 19 April 2016)
55

akan lahir dalam keadaan cacat, dan akan menjadi beban baginya dan bagi

keluarganya nanti, maka hukum menggugurkannya boleh.”86

2. Pendapat yang Tidak Memperbolehkan Secara Mutlak

Sebelum atau Setelah Peniupan Ruh Kecuali Jika Hal Tersebut

Mengancam Nyawa Sang Ibu


Ulama yang tidak memperbolehkan melakukan aborsi janin cacat genetik

ialah Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah87, bahkan beliau melarang secara

mutlak tindakan aborsi dalam segala keadaan, dan menjelaskan dalam fatwanya

bahwa terkadang Allah Azza wa Jalla merubahnya. Banyak para dokter telah

menyampaikan dugaan-dugaan mereka, namun Allah Azza wa Jalla membatalkan

dugaan mereka, anak terlahir dengan selamat. Dan Allah Azza wa Jalla menguji

para hamba-Nya dengan kesenangan dan juga dengan kesusahan. Jadi tidak boleh

menggugurkan kandungan karena dugaan cacat dari seorang dokter, bahkan janin

itu tetap harus dibiarkan. Jika dia memang cacat, maka alhamdulillah orang

tuanya bisa mendidiknya dan tetap bersabar mengurusinya. Kedua orang tuanya

akan mendapatkan pahala yang besar. Mereka juga bisa menyerahkannya ke panti-

panti rehabilitasi yang didirikan oleh pemerintah untuk tujuan ini. Kedua orang

tuanya tidak mendapatkan dosa.


Terkadang keadaan berubah, mereka sudah menduga akan cacat namun

pada bulan kelima atau keenam, kondisinya berubah normal, Allah Azza wa Jalla

86 Muhammad Shalih Al-Utsaimin dkk, Fatwa-fatwa Tentang Wanita 3, terj. Ahmad Amin
Syihab (Jakarta: Darul Haq 1429 H/2008 M), hlm. 241

87 Beliau merupakan pimpinan dari Al-Lajnah Daimah yang mana di dalamnya membahas
tentang berbagai disiplin ilmu dan fatwa-fatwa yang kemudian muncullah fatwa-fatwa yang
terkumpul dan sebagai rujukan bagi kaum muslimin. Beliau telah menghafal Al-Qur’an diusianya
yang masih kecil dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu kepada para ulama yang berada
di Riyadh. (Abdul Aziz bin Baz dkk, Fatwa Al-Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta’,
cet. Pertama, (Riyadh: Darul Mu’id 1424 H), jilid. 1, hlm. 4)
56

memberikan kesembuhan serta faktor-faktor yang menyebabkan cacat menjadi

hilang.88

3. Pendapat yang Rajih


Setelah menganalisa kedua pendapat diatas, maka pendapat yang rajih

(kuat) menurut penulis ialah pendapat Abdullah bin Baz, yang mana beliau selaku

ketua pimpian dari Majlis Al Majma’ Al-Fiqhi Al-Islami bi Rabithatil Alimi Al-

Islami pada pertemuannya yang ke 12, ketika melakukan musyawarah yang

dihadiri oleh para ulama pun menetapkan bahwa hukum aborsi janin cacat genetik

ialah sebagai berikut:


Jika kehamilan seorang wanita telah berumur 120 hari, maka tidak boleh

menggugurkan kandungannya meskipun para dokter memberitahukan bahwa

janin tersebut mengalami cacat pada tubuhnya. Kecuali jika para dokter spesialis

menetapkan jika janin tersebut tetap dipertahankan maka hal tersebut benar-benar

akan mendatangkan bahaya yang sangat besar bagi sang ibu, dalam keadaan ini,

para ulama memutuskan diperbolehkannya aborsi. Baik janin tersebut mengalami

cacat maupun tidak. Sebagai bentuk pencegahan terhadap dua bahaya.


Sebelum mencapai umur 120 hari dari kehamilan, kemudian para dokter

spesialis menetapkan akan kecacatan pada janin, maka dibangun atas undang-

undang yang ada, dan dengan adanya bukti yang dihasilkan dengan menggunakan

alat yang canggih untuk penelitian sehingga hasilnya ialah janin secara pasti

mengalami cacat yang membahayakan dan tidak akan mungkin dapat

disembuhkan, yang mana hal tersebut mengakibatkan kesulitan bagi janin dan

juga keluarganya, maka dengan beberapa sebab ini, aborsi pun diperbolehkan

tentunya hal ini dilakukan atas permintaan kedua orang tuanya. Dan semua pihak
88 Ibid., jilid. 21, hlm. 440, fatwa no. 15961
57

menyepakati hal ini. Di akhir pembahasan mereka yakni para ulama’ juga

berpesan untuk para dokter dan para orang tua agar senantiasa bertaqwa kepada

Allah Ta’ala dan berhati-hati dalam perkara ini.89


Kecenderungan penulis dalam pendapat ini berdasarkan beberapa dalil

yang kuat, diantaranya ialah larangan keras untuk melakukan pembunuhan pada

jiwa seorang mukmin dengan sengaja. firman Allah Ta’ala:

ِ‫ب َّاالل نهل َّالعللينبه َّالوللعنلنهل َّالوأللعنلد َّالنهل َّالعنلذاةبا‬ ‫ب‬ ‫ب ب‬ ‫ب‬
‫لولمنن َّايلنلقتْلنلل َّالملؤمنةناِ َّارمتْلنلعقمنةدا َّافللجنلزالؤهل َّالجلهنلنلم َّالخاِلنةدا َّافيلهناِ َّالولغضن ل‬

ِ‫لعبظيةما‬
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,

maka balasannya adalah Jahannam dan ia kekal didalamnya. Allah murka

kepadanya dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS.

An-Nisa’: 93)

Adapun janin termasuk dalam kategori jiwa, terlebih ketika berumur 120

hari, karena pada saat itu janin telah ditiupkan ruh, sedangkan sebelumnya, ia

merupakan satu bakal yang siap untuk hidup. Sehingga pengguguran janin tanpa

alasan yang dibenarkan oleh syari’at hukumnya adalah haram dan merupakan

tindak kriminal. Hujjah ini sesuai dengan pendapat Malikiyah dan Imam Al-

Ghazali. Yakni berdasarkan hadits berikut:

“Sesungguhnya fase penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya

selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian selama itu (40 hari)

menjadi segumpal darah, kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal

89 Abdul Aziz Abdullah bin Baz dkk, Majlis Al Majma’ Al-Fiqhi Al-Islami bi Rabithatil Alimi
Al-Islami, (ttp.: t.p., t.t.), hlm. 277
58

daging kemudian diutuslah malaikat ditiupkan ruh dan dicatat empat hal,

rezekinya, ajalnya, amalnya, apakah ia beruntung atau celaka, demi Allah yang

tiada sesembahan yang haq selain Dia, sungguh diantara kalian ada yang

beramal dengan amalan penduduk syurga hingga antara dia dengan syurga

sejarak satu hasta, kemudian ia didahului dengan takdir sehingga ia beramal

dengan amalan penduduk neraka, maka ia masuk ke dalam neraka.

Sesungguhnya ada diantara kalian yang beramal dengan amalan penduduk

neraka hingga antara dia dengan neraka sejarak satu hasta kemudian ia

didahului dengan takdir sehingga beramal dengan amalan penduduk syurga,

maka ia masuk ke dalam syurga.” (HR. Bukhari)90


Kemudian melihat pada satu kaedah, yang mana adanya kaedah tentunya

dibangun berdasarkan atas dalil-dalil yang kuat, kaedah tersebut ialah:


‫ب‬
‫ضلرلولريلبن‬ ‫إبلرتَالكاِ ل‬
‫ب َّاأللخ ر‬
‫ف َّا ل‬
91
”Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan diantara dua bahaya”
Sehingga ketika dua bahaya ini menjadi suatu pilihan, janin yang cacat

atau nyawa ibu yang harus dipertahankan, maka wajib untuk menempuh bahaya

yang lebih ringan, dalam hal ini jika kecacatan pada anak mengakibatkan bahaya

yang besar bagi nyawa sang ibu, maka sudah seharusnya yang diselamatkan

adalah sang ibu, karena jika ibu meninggal, janin pun ikut meninggal tapi jika

janin digugurkan, nyawa sang ibu akan selamat. Dan inilah bentuk pilihan

terhadap bahaya yang lebih ringan. Adapun cacat genetik pada janin tidak boleh

dijadikan sebagai alasan untuk menggugurkan janin kecuali dengan alasan yang
90 Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori, Shahih Bukhori....., hlm. 1060. hadits
no. 2643

91 Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al Maqarri, Al-Qowa’id....., jilid. 2,
hlm. 456. Ali bin Abdul Aziz bin Ibrahim Al Mathurudi, Tatbiqul Qawa’id Al-Fiqhiyyqh......., hlm.
30
59

sangat kuat dan tidak dilakukan setelah peniupan ruh. Akhir kata dari penulis,

substansi dari larangan ini semata-mata sebagai bentuk kehati-hatian atas larangan

Allah Ta’ala, dan menjauhi dari sifat peremehan terhadap larangan-Nya. Wallahu

A’lam.

B. KAFARAT ABORSI
Sesungguhnya Allah Ta’ala menetapkan wajibnya membayar kafarat

bagi pelaku tindak kriminal berupa pembunuhan. Yakni berupa membebaskan

budak atau berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Maka para ulama’ ahli fiqih

bersepakat jika janin mengalami keguguran dengan sebab tindak kriminal yang

sebelumnya ia hidup kemudian mati, maka si pelaku harus membayar diyat92 dan

kafarat (tebusan), hal ini dibangun atas dalil yang bersumber dari nash Al-Qur’an,

Allah Ta’ala berfirman:


‫لولم ناِ َّالكنناِلن َّالبلم نلؤبمتن َّاألن َّايلنلقتْلنلل َّالملؤبمنةناِ َّاإبلل َّالخطلئةناِ َّالولم نن َّاقلنتْلنلل َّالملؤبمنةناِ َّالخطلئةناِ َّافلنتْللحبري نلر َّالرقلنبلنتة َّارملؤبمنلنتة َّالوبديلنةد‬

‫صلدقلوُال َّافلبإن َّالكاِلن َّابمن َّاقلنلوُتم َّالعلدنو َّاللكلم َّالولهلوُ َّالملؤبمدن َّافلنتْللحبريلر َّالرقلنبلنتة َّارملؤبمنلنتة َّالوإبن َّالكنناِلن‬
‫رملسللمةد َّاإبلل َّاأللهلببه َّاإبلل َّاألن َّايل ل‬

‫بمن َّاقلنوُتم َّابنيننللكم َّاوبنيننلنهنم َّاقميثلناِدق َّافلبدينةد َّارمس لمةد َّاإبللن َّاألهلبنبه َّاوللتبرينر َّارقلنبنتة َّارملؤبمنل ة َّافلمنن َّاللن َّا لبينلد َّافل ب‬
‫صنلياِمل َّالش لهلريلبن‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل ل لل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل لل ل ل ل ل ل ل‬

ِ‫ي َّاتَالنلوُبل ة َّاقملن َّااللبه َّالولكاِلن َّااللهل َّالعبليةماِ َّالحبكيةما‬


‫لمتْللتْاِ بلع ل ب‬
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin

(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan barangsiapa membunuh

92 Rasulullah SAW menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan diyat janin dalam lafadz di
sini ialah gurrah yakni berupa pembebasan budak laki-laki atau budak perempuan. (Ibnu Hazm,
Al-Muhalla, jilid. 11, hlm. 237)

Abdullah Al Buqiri, Ahkamul Janin wa Tifli fil Fiqhil Islami, (Makkah: Jami’ah Ummul Qura
1990 M), jilid.1, hlm. 187
60

seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba

sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya

(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si

terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan

kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh)

berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari Allah. dan

adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’: 92)
Sebagaimana juga disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah, yakni

sebagai berikut:

‫ي َّابمن َّاهلذيل َّارمت َّاإبحلدالهاِ َّاالللخرىَ َّافلطلرح ب‬


‫صنلىَ َّاالدن‬ ‫أللن َّاالملرألتَالن ل ب ل ل ل ل لل ل ل ل ل ل ل ل ل‬
‫ َّافلنلقضنلىَ َّالرلسنلوُلل َّاالن َّا ل‬,‫ت َّالج لنيننلنلهناِ َّا‬

‫لعلليبه َّالو َّالسللم َّافبليبه َّا بغللرةت َّالعلبدد َّاأللو َّاأللمةد‬

“Dua orang perempuan dari Bani Hudzail beradu pukul. Janin salah

satu dari mereka akhirnya tidak selamat. Nabi SAW kemudian memutuskan

hukuman baginya adalah memerdekakan budak laki-laki atau perempuan.” (HR.

Muslim dan Abu Dawud). Hadits ini disebutkan oleh Imam Malik di dalam

kitabnya Al-Muwatha’.93

93 Abil Husain Muslim bin Al-Hajaj, Shahih Muslim...., hlm. 697. hadits no.1681. Imam
Malik, Al-Muwatha’, “Kitab Al-Uqul” (Beirut: Daarul Fikr 1432 H/2011 M), hlm. 432-433. hadits
no. 1608
61

Kemudian jika janin tersebut terlahir dalam keadaan mati maka dalam

hal ini ulama berbeda pendapat dalam kewajiban kafarat atas janin tersebut,

perbedaan tersebut terbagi menjadi dua pendapat94:


Pertama: Mazhab Hanafiyah dan sebagian dari Syafi’iyah berpendapat,

jika tindakan kriminal menyebabkan gugurnya janin dalam keadaan meninggal,

maka tidak wajib atas pelaku untuk membayar kafarat, akan tetapi Hanafiyah

berpendapat membayar kafarat tetap disyari’atkan sebagai bentuk amalan sunnah

dan kehati-hatian.95
Dalil-dalil yang digunakan sebagai hujjah oleh mazhab pertama ini

berasal dari Al-Qur’an, sunnah dan logika:


Dari Al-Qur’an: Allah Ta’ala berfirman:
‫لولم ناِ َّالكنناِلن َّالبلم نلؤبمتن َّاألن َّايلنلقتْلنلل َّالملؤبمنةناِ َّاإبلل َّالخطلئةناِ َّالولم نن َّاقلنتْلنلل َّالملؤبمنةناِ َّالخطلئةناِ َّافلنتْللحبري نلر َّالرقلنبلنتة َّارملؤبمنلنتة َّالوبديلنةد‬

‫صلدقلوُال َّافلبإن َّالكاِلن َّابمن َّاقلنلوُتم َّالعلدنو َّاللكلم َّالولهلوُ َّالملؤبمدن َّافلنتْللحبريلر َّالرقلنبلنتة َّارملؤبمنلنتة َّالوإبن َّالكنناِلن‬
‫رملسللمةد َّاإبلل َّاأللهلببه َّاإبلل َّاألن َّايل ل‬

‫بمن َّاقلنوُتم َّابنيننللكم َّاوبنيننلنهنم َّاقميثلناِدق َّافلبدينةد َّارمس لمةد َّاإبللن َّاألهلبنبه َّاوللتبرينر َّارقلنبنتة َّارملؤبمنل ة َّافلمنن َّاللن َّا لبينلد َّافل ب‬
‫صنلياِمل َّالش لهلريلبن‬ ‫ل ل‬ ‫ل ل ل لل‬ ‫ل ل ل‬ ‫ل لل ل ل ل ل ل ل‬

ِ‫ي َّاتَالنلوُبلة َّاقملن َّااللبه َّالولكاِلن َّااللهل َّالعبليةماِ َّالحبكيةما‬


‫لمتْللتْاِ بلع ل ب‬
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin

(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan barangsiapa membunuh

seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba

sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya

(si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si

terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan
94 Abdullah Al Buqiri, Ahkamul Janin wa Tifli…, hlm. 187

95 ’Alauddin Abi Bakar bin Mas’ud Al Kasani Al Hanafi, Badai’ Shonai’ fie Tartibi Syaroi’,
jilid. 7, hlm. 326. An-Nawawi, Kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab Li Syirazi, (Jeddah:
Maktabah Al-Irsyad), jilid. 19, hlm. 56-57
62

kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada

keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh)

berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari Allah. dan

adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’: 92)
Maksud dari ayat mulia ini ialah adanya kewajiban membayar kafarat

karena adanya illat (sebab hukum) yakni berupa pembunuhan dan juga dilihat dari

status korban yang dibunuh, akan tetapi status sang janin belumlah diketahui

apakah ia termasuk orang mukmin atau kafir karena hal tersebut hanya bisa

diketahui jika ia hidup sedangkan hal itu tidaklah bisa diketahui karena ia telah

mati.

Terdapat sebuah hadits yakni dari Abu Hurairah ra, beliau berkata:

‫ي َّابمن َّاهلذيل َّارمت َّاإبحلدالهاِ َّاالللخرىَ َّافلطلرح ب‬


‫صنلىَ َّاالدن‬ ‫أللن َّاالملرألتَالن ل ب ل ل ل ل لل ل ل ل ل ل ل ل ل‬
‫ َّافلنلقضنلىَ َّالرلسنلوُلل َّاالن َّا ل‬,‫ت َّالج لنيننلنلهناِ َّا‬

‫لعلليبه َّالو َّالسللم َّافبليبه َّا بغللرةت َّالعلبدد َّاأللو َّاأللمةد‬

“Sesungguhnya ada dua wanita dari Bani Hudzail, salah satu dari

keduanya melempar lainnya sehingga gugur kandungannya. Maka Rasulullah

Alauddin Abi Bakar bin Mas’ud Al-Kasani Al-Hanafi, Bada i’ Shona i’ fi Tartibi Syaro i’,
jilid.7, hlm. 326
63

memutuskan harus membayar diyat memerdekakan seorang budak laki-laki atau

budak wanita.”96

Dalam hal ini Rasulullah SAW hanya menyebutkan gurrah saja tanpa

menyebutkan kafarat. Kemudian terdapat juga dalil secara logika ialah sebagai

berikut:

1. Kafarat merupakan pembahasan “Al-Maqadir” (Ukuran),

dan Maqadir tidaklah bisa diselesaikan dengan logika maupun ijtihad

(ruang lingkup untuk mengeluarkan pendapat), akan tetapi hal itu

hanya bisa diselesaikan dengan cara tawaquf (diam), dan caranya

ialah dengan kembali kepada Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’

(kesepakatan para ulama’). Maka tidak didapati dalil yang terkait

dengan kafarat dalam kasus janin yang digugurkan dalam keadaan

mati. Sehingga tidak wajib atas pelaku pengguguran janin untuk

membayar kafarat.97
2. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam nash bahwa

kewajiban kafarat ialah atas jiwa yang mutlak yakni jiwa tersebut

dapat dikatakan sebagai jiwa secara sempurna, maka kebalikan dari

pada itu, sehingga kafarat tidaklah diwajibkan atas jiwa yang tidak

sempurna yakni janin. Karena janin belumlah menjadi jiwa yang

sempurna. Ketidak mutlakan tersebut berdasarkan dalil bahwa tidak

wajib untuk membayar diyat secara sempurna atas janin, dan

96 Abil Husain Muslim bin Al-Hajaj, Shahih Muslim,.....hlm. 697. hadits no.1681

97 ’Alauddin Abi Bakar bin Mas’ud Al Kasani Al Hanafi, Badai’ Shonai’ fie Tartibi Syaroi’,
jilid. 7, hlm. 326
64

dikarenakan juga kafarat merupakan suatu bentuk hukuman. Adapun

qiyas tidak bisa diterapkan dalam hal hukuman. Para ulama’ pun

tidak mengqiyaskan jiwa yang tidak sempurna atas jiwa yang

sempurna. Karena jiwa yang tidak mutlak tidak bisa disamakan

dengan jiwa yang mutlak juga didapati dalil tentang tidak wajibnya

membayar diyat secara sempurna atas janin, akan tetapi wajib atasnya

gurrah.98
3. Janin merupakan sebagian dari suatu bentuk, adapun sifat

daripada sebagian menyimpan adanya keragu-raguan atau kesa, maka

tidak ada kafarat atas sesuatu yang menyimpan keragu-raguan

sebagaimana tidak dilaksanakannya qishas jika terdapat keragu-

raguan. Dibangun atas inilah sehingga tidak ada kafarat atas janin.99
Namun kemudian dari beberapa pemaparan pendapat diatas ternyata

terdapat bantahan atas argumen mereka, yakni sebagai berikut:


1. Hukum kafarat atas janin ialah wajib. Baik ia gugur dalam

keadaan hidup ataupun mati. Karena janin termasuk jiwa, maka wajib

untuk berhati-hati dalam hal ini dan adapun kehati-hatian tersebut

merupakan satu bentuk ibadah.


2. Mereka berdalil bahwa Rasulullah SAW hanya menetapkan

gurrah atas pelaku aborsi dan tidak menyebutkan kafarat di

dalamnya. dari sini perlu diketahui bahwa dari jalur yang lain

terdapat penjelasan tentang kewajiban kafarat. Allah Ta’ala

98 Ibid

99 Syamsuddin As-Sarkhasi, Kitab Al-mabsuth Li Syamsuddin As-Sarkhasi, (Beirut:


Darul Ma’rifah), Jilid. 26, hlm. 88
65

mewajibkan kafarat bagi pembunuh seorang mumin. Sedangkan

Allah Ta’ala menciptakan janin dalam kondisi suci dari dosa,

sehingga darahnya pun juga terjaga (tidak boleh membunuhnya).

Janin dihukumi sebagaimana ia dilahirkan. Yakni jika ia dilahirkan

dari seorang muslimah maka ia dihukumi sebagai seorang muslim,

begitupula dengan kafir dzimmi, maka ia terjaga pula darahnya.

Wajib bagi pembunuh untuk membayar diyat yakni gurrah.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Untuk jiwa seorang mukmin

maka harus membayar dengan 100 ekor unta”100


Di dalam hadits memang hanya disebutkan diyat dan tidak disebutkan

tentang kafarat namun dalam dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala telah

menjelaskan adanya kafarat bagi pelaku pembunuhan. Kemudian dari

kedua nash tersebut digabungkan. Baik diyat maupun kafarat tetap

diwajibkan bagi pelaku pembunuhan janin.101


3. Mereka berpendapat dalam nash disebutkan kewajiban

membayar kafarat secara sempurna hanya untuk jiwa yang sempurna

saja, bukan untuk sebaliknya (jiwa yang tidak sempurna). Begitu pula

dengan diyat, pembayaran diyat tidaklah sempurna pada jiwa yang

tidak sempurna. Bantahan terhadap argument ini ialah sempurna atau

tidaknya diyat bukan dilihat dari sempuna atau tidaknya jiwa, akan

tetapi kewajiban diyat telah tertulis dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala

berfirman:

100 Imam Malik, Al-Muwatha’......., hlm. 430, hadits no. 1601

101 Abdullah Al Buqiri, Ahkamul Janin wa Tifli fil Fiqhil Islami, jilid. 1, hlm. 190-191
66

“Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan

kepada keluarganya (si terbunuh)” (QS. An-Nisa’: 92)


Dalam Ayat ini Allah Ta’ala tidak menjelaskan ukuran daripada diyat

tersebut. Namun Rasulullah lah yang menjelaskan tentang ukuran

pembayaran diyat. Adapun untuk kafarat, Rasulullah SAW tidak

membaginya sebagaimana beliau membagi-bagi diyat.102


4. Yang terakhir ialah pendapat yang meniadakan kafarat

dengan sebab adanya keragu-raguan pada janin apakah ia dikatakan

sebagai jiwa yang sempurna atau tidak, dan begitu juga tidak ada

qishas baginya. Bantahan terhadap argument yang keempat ini.

Kafarat ialah bentuk permohonan ampunan kepada Allah Ta’ala.

Maka tidak ada kaitannya dengan sempurna atau tidaknya janin.103

Kedua: Mazhab Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat jika janin gugur

dalam keadaan mati, maka dalam kondisi ini sang pelaku harus membayar kafarat.

Hal ini sebagaimana pendapat Imam Malik sebagai bentuk istihsan.104

Syaikh Al-Fauzan berkata: Jika kehamilan telah ditiupkan ruh dan telah

bergerak kemudian sang ibu menggugurkan kandungannya dan sang janin pun

lahir dalam keadaan mati, maka hal tersebut dihukumi telah membunuh jiwa.

Sehingga ia harus membayar kafarat, yakni berupa membebaskan budak, jika

102 Ibnu Qudama Al-Hanbali, Al-Mughni, (Riyadh: Darul Alam Al-Kutub 1417 H/1997 M),
jilid 7 hlm 815-816

103 Abdullah Al Buqiri, Ahkamul Janin wa Tifli fil Fiqhil Islami, jilid. 1, hlm. 192.

104 Syamsuddin Muhammad bin Al-Khattib As-Syarbini, Mughni A-Muhtaj ila Ma’rifati
Ma’ani Alfadh Al-Manhaji, (Beirut: Darul Ma’rifah 1418 H/1997 M), jilid. 4, hlm. 108. Ibnu
Qudamah Al Hanbali, Al Kafi, (ttp. T.p., t.t), jilid. 4, hlm. 156. Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid
wa Nihayatul Muqtashid, (Beirut: Darul Ma’rifah 1402 H/1982 M), jilid. 2, hlm. 416-417
67

tidak bisa maka hendaknya ia berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebagai

bentuk taubat kepada Allah Ta’ala. Adapun peniupan ruh pada janin terjadi pada

bulan ke 4 dari kehamilan. Dan yang terkhir tidaklah diperbolehkan untuk

meremehkan perkara yang besar. Wallahu A’lam.105

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa

para ulama fiqh baik ulama’ klasik maupun kontemporer sepakat bahwa hukum

menggugurkan kandungan adalah haram, kacuali dalam kondisi tertentu yang

dharurat, yaitu mengancam jiwa dan keselamatan si ibu yang sedang

mengandung. Dalam artian bahwa dibalik pengharaman pembunuhan janin

tersebut ada alasan-alasan tertentu yang memberikan kemungkinan berlakunya

hukum sebaliknya, yaitu boleh atau makruh, tetapi tidak sampai pada tingkatan

haram.
Kalangan ulama’ kontemporer berpendapat bahwa kondisi-kondisi

tertentu itu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman, tidak

hanya sebatas mengancam jiwa dan keselamatan ibu hamil saja, tetapi ketika

bahaya tersebut mengancam jiwa si janin yakni janin mengalami cacat genetik,

sehingga dengan pertimbangan syar’i dan dengan kesepakatan dari berbagai pihak

maka aborsi pun boleh dilakukan sebelum ditiupkannya ruh, adapun setelahnya,

105 Al-Fauzan dkk, Al-fatawa Al-Jami’ah Lil mar’ati Al-Muslimah, (ttp.: t.p., t.t.), jilid. 3,
hlm 1052
68

maka tidak diperkenankan untuk aborsi, kecuali jika hal itu membahayakan nyawa

sang ibu karena kondisi tersebut tergolong dalam kondisi dhorurat.


Ketika aborsi merupakan satu-satunya jalan terakhir setelah melakukan

berbagai usaha sebelumnya, maka kafarat pun hendaknya tetap ditunaikan sebagai

bentuk kehati-hatian dan sebagai bentuk taubat kepada Allah Ta’ala.

B. Saran dan Kritik

Setelah menguraikan dan memaparkan penjelasan mengenai hukum

aborsi janin cacat genetik dalam perspektif syar’i, maka kami menyadari bahwa

tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, seperti kurangnya pemaparan

pendapat para ulama dengan jelas, ataupun dalam masalah referensi yang tidak

merujuk langsung kepada kitab mazhab dalam sebuah pendapat dikarenakan

keterbatasan penyusun dalam hal mencari buku-buku yang berbicara seputar

aborsi janin cacat genetik.

Dari pembahasan dan kesimpulan mengenai hukum aborsi janin cacat

genetik yang selama ini masih terjadi kebingungan dikalangan masyarakat,

sekarang kita bisa mengetahui bagaimana hukumnya secara jelas. Wallahu a’lam

bi Showab.

C. Penutup
Alhamdulillahilladzi bi ni’ matihi tatimus Shalihat….
Semakin tinggi pohon, maka semakin kencang pula tiupan angin,

Semakin tinggi iman maka semakin tinggi pula ujian.


Dengan pertolongan Allah Ta’ala dan dukungan berbagai pihak

disekeliling saya, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan juga. Besar
69

harapan penulis akan adanya pihak yang dapat melengkapi, mengkoreksi, dan

menyempurnakan tulisan ini sehingga menjadi kajian yang berkualitas.


Semoga apa yang penulis tuturkan ini dapat bermanfaat bagi segenap

kaum muslimin, khususnya Muslimah.

Anda mungkin juga menyukai