Anda di halaman 1dari 26

Alur cerita Sastra mengenal tiga ragam atau genre karya, yakni puisi, drama dan

prosa fiksi. Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
rima, serta penyusunan larik dan bait (KBBI). Drama merupakan prosa yang
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog
yang dipentaskan. Sedangkan prosa fiksi merupakan karangan bebas yang tidak
terikat oleh kaidah seperti halnya puisi (baca : jenis jenis puisi) (KBBI). Genre
sastra prosa seperti naskah drama, novel, dan cerpen memiliki unsur pembangun.
Unsur tersebut biasa kita kenal sebagai unsur intrinsik (Baca juga: Macam-macam
cerpen). Salah satu unsur intrinsik prosa yaitu alur cerita. Apa yang dimaksud alur
cerita? Apa saja jenis-jenisnya? dan bagaimana tahapannya dalam karya? kita
akan membahasnya sebagai berikut.
ads

Pengertian
Alur cerita menurut beberapa ahli, adalah sebagai berikut.

1. Andri Wicaksono, dalam Menulis Kreatif Sastra (2014)


menyatakan Alur merupakan konstruksi yang dibuat mengenai sebuah deretan
peristiwa secara logik dan kronologik saling berkaitan dan diakibatkan atau
dialami oleh para pelaku.

2. M. Antar Semi, dalam Anatomi Sastra (1988) menyatakan Alur adalah


struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi
fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan
fiksi.

3. Aminudin, dalam Pengantar Apresiasi karya sastra (2002) menyatakan


bahwa Plot atau Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan


bahwa Alur adalah struktur cerita yang disusun oleh rentetan peristiwa, yang
mana diakibatkan atau dialami oleh pelaku. Sederhananya, Alur atau juga bisa
disebut plot merupakan rangkaian peristiwa dalam cerita. Peristiwa-peristiwa
dalam alur memiliki hubungan sebab akibat hingga menjadikannya sebuah cerita
yang utuh. Misalnya, karena ada peristiwa 1 (orang tuanya meninggal) terjadilah
peristiwa 2 (tokoh A putus sekolah). Hubungan tersebutlah yang dinamakan
alur/plot.
Sebuah alur cerita harus membangkitkan rasa penasaran para pembacanya. Hal
ini akan membuat pembaca terdorong untuk membaca cerita hingga selesai.
Pembacaan juga bukan hanya sekedar membaca, tapi juga mendalami isi cerita.

Dalam drama, alur disajikan dalam urutan babak dan adegan. Pergantian babak
ditandai dengan perubahan pada setting panggung. Biasanya dengan
dimatikannya lampu utama.

Tahapan Alur
1. Tahap pengenalan (Eksposition atau Orientasi)
Tahap pengenalan merupakan tahapan awal cerita yang digunakan untuk
mengenalkan tokoh, latar, situasi, waktu, dan lain sebagainya.

2. Tahap pemunculan konflik (Rising action)


Tahap pemunculan konflik merupakan tahap dimunculkannya masalah. Tahap ini
ditandai dengan adanya ketegangan atau pertentangan antar tokoh.

3. Tahap konflik memuncak (Turning point atau Klimaks)


Tahap konflik memuncak atau biasa disebut klimaks merupakan tahap di mana
permasalahan atau ketegangan berada pada titik paling puncak.

4. Tahap konflik menurun (Antiklimaks)


Tahap konflik menurun atau biasa disebut antiklimaks merupakan tahap di mana
masalah mulai dapat diatasi dan ketegangan berangsur-angsur menghilang.

5. Tahap penyelesaian (Resolution)


Tahap penyelesaian merupakan tahap di mana konflik sudah terselesaikan. Sudah
tidak ada permasalahan maupun ketegangan antar tokohnya, karena telah
menemukan penyelesaiannya.

Pola atau tahapan alur dapat dilihat sebagai berikut.

Tahap konflik memuncak

Tahap konflik menurun

Pemunculan konflik

Tahap penyelesaian

Pengenalan

ads

Jenis Alur
Secara umum, alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pembagian ini
didasarkan pada urutan waktu atau kronologisnya.

1. Alur Maju
Alur maju atau bisa disebut progresif adalah sebuah alur yang klimaksnya berada
di akhir cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur maju berawal dari masa awal
hingga masa akhir cerita dengan urutan waktu yang teratur dan beruntut.

Tahapan pada Alur maju adalah sebagai berikut.

Pengenalan Muncul konflik Klimaks Antiklimaks Penyelesaian

2. Alur Mundur
Alur mundur atau bisa disebut regresi adalah sebuah alur yang menceritakan
masa lampau yang menjadi klimaks di awal cerita. Rangkaian peristiwa dalam
alur mundur berawal dari masa lampau ke masa kini dengan susunan waktu yang
tidak sesuai dan tidak beruntut.

Tahapan pada Alur mundur adalah sebagai berikut.


Penyelesaian Antiklimaks Klimaks Muncul konflik Pengenalan

3. Alur Campuran
Alur campuran atau bisa disebut alur maju-mundur adalah alur yang diawali
dengan klimaks, kemudian menceritakan masa lampau, dan dilanjutkan hingga
tahap penyelesaian. Pada saat menceritakan masa lampau, tokoh dalam cerita
dikenalkan sehingga saat cerita satu belum selesai, kembali ke awal cerita untuk
memperkenalkan tokoh lainnya.

Tahapan pada Alur campuran adalah sebagai berikut.

Klimaks Muncul konflik Pengenalan Antiklimaks Penyelesaian

Tahap Peristiwa

Penyelesai Langit begitu cerah. Masyarakat bergotong-royong membersihkan


an sisa-sisa kekacauan tadi malam.

Tadi malam, para masyarakat berkumpul mencari tempat yang lebih


Anti tinggi. Para orang tua berbondong-bondong menggendong anaknya
klimaks untuk dibawa ke balai desa, yang memiliki topografi tanah lebih
tinggi.

Dalam waktu kurang dari 1 jam, air telah masuk ke rumah warga.
Barang-barang rumah tangga tidak sempat diselamatkan. Warga
Klimaks
harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Banyak pula warga
yang histeris melihat harta bendanya tenggelam.

Muncul Hujan yang turun dari pukul 5 sore hingga 8 malam, sudah cukup
konflik membuat tanggul sungai jebol.

Desa Lembayung merupakan desa yang dikelilingi oleh sungai besar.


Pengenala
Semakin bertambahnya penduduk, pinggiran sungai pun digunakan
n
sebagai perumahan.

Modalitas (modality) menurut Hasanudin dkk. (2009: 772) adalah:

1) Klasifikasi proposisi menurut hal menyuguhkan atau mengingkari


kemungkinan atau keharusan;

2) Cara pembicara menyatakan sifat terhadap suatu situasi dalam suatu


komunikasi antarpribadi;

3) Makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang


dinyatakan dalam kalimat; dalam Bahasa Indonesia modalitas dinyatakan
seperti barangkali, harus, akan, dsb. Atau denga adverbia kalimat seperti
pada hakikatnya menurut hemat saya, dsb.

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa keterangan modalitas


menunjukka sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, terhadap
pendengar, terhadap lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara
hal-hal itu sendiri. Sedangkan secara eksplisit biasanya modalitas itu
terdiri atas sebuah kalimat (Samsuri, 1985: 245).

Perhatikan contoh berikut:

(a) i. Anak itu belajar bahasa.


ii. Aku pikir (Anak itu belajar bahasa) baik.
iii.Aku pikir baik anak itu belajar bahasa.
iv.Sebaiknya anak itu belajar bahasa.

(b) i. Orang hidup mesti bekerja.


ii. Itu (orang hidup mesti bekerja) hemat saya.
iii.Hemat saya orang hidup mesti bekerja.
iv.Hemat saya orang hidup mesti bekerja.

Kalimat (ii) pada kedua contoh di atas merupakan sikap pembicara.


Kalimat (iii) merupakan gabungan sikap itu dengan apa yang
dibicarakan. Oleh karena itu, secara implisit dinyatakan sikap pembicara
itu mengungkapkan apa yang dipahaminya pada sebuah kalimat.
Sedangkan pada kalimat (iv), sikap pembicara pada umumnya
diungkapkan oleh kata atau frasa modalitas saja.

Perhatikan pula pemakaian kata itu dalam kalimat-kalimat (ii). Kata itu
dalam kalimat-kalimat (ii) mengacu ke seluruh kalimat (i). Hal ini
menguatkan anggapan bahwa pemakaian kata itu secara metafora, yaitu
mengacu kembali ke sebuah kalimat (atau frasa) sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modalitas
atau M merupakan sikap pembicara. Oleh karena itu, M biasanya tedapat
pada bagian depan kalimat, meskipun ada pula yang terdapat di bagian
tengah.

b. Macam-macam Modalitas

Modalitas dalam Bahasa Indonesia dibagi menjadi lima, yaitu modalitas


intensional, epistemik, deontik, dinamik, dan aletis.

(1) Modalitas Intensional


Modalitas intensional merupakan modalitas yang menyatakan keinginan,
harapan, permintaan, atau ajakan. Modalitas ini ditandai dengan unsur
leksikal seperti ingin, mau, tolong, mari, ayo, dan silakan.

Contoh:
Saya ingin segera lulus S3 di UNNES.
Dinar mau membeli baju baru.
Tolong dibawakan LCD ke ruang kuliah kita.
Mari, masuk!
Ayo kita sukseskan program keluarga berencana.
Silakan dicicipi hidangan khas Pekalongan ini.

(2) Modalitas Epistemik

Modalitas epistemik adalah modalitas yang menyatakan kemungkinan,


kepastian, dan keharusan. Modalitas ini ditandai dengan unsur leksikal
seperti mungkin, bisa jadi, belum pasti, dan harus.

Contoh:
Dia mungkin tidak bisa datang besok pada khitanan anak kita.
Bisa jadi anak itu sempat terjatuh karena badannya biri-biru.
Kami pasti datang pada pesta pernikahan itu, jangan khawatir!
Dia belum pasti datang karena kesibukannya.
Makalah ini harus buat sebagai salah satu syarat kelulusan.

(3) Modalitas Deontik

Modalitas deontik adalah modalitas yang menyatakan keizinan atau


keperkenanan. Unsur penandanya adalah unsur leksikan seperti izin dan
perkenan.

Contoh:

Saya mohon izin tidak mengajar karena anak saya sakit.


Atas perkenan beliaulah saya dapat mengajar di tempat ini.

(4) Modalitas Dinamik

Modalitas dinamik adalah modalitas yang menyatakan kemampuan. Unsur


penandanya bisa berupa unsur leksikal bisa, dapat, dan mampu.

Contoh:

Kami semua bisa menjawab soal itu dengan benar.


Semua orang sebenarnya dapat menabung jika mau.
Dinaria mampu mengangkat kopernya yang berat itu.

(5) Modalitas Aletis

Modalitas Aletis adalah modalitas yang bersangkutan dengan keperluan.


Penandanya unsur leksikal harus.
Contoh:

Makalah ini harus dikumpulkan secepatnya, kalau tidak akan menghambat


kelulusan.

Selain pendapat di atas, ada beberapa pendapat mengenai macam-macam


modalitas. Pendapat lain mengatakan bahwa modal epistemik dalam
karakteristik non teknis tidak lebih mudah dari pada mode aletik. Secara
prinsip ada dua macam model epistemik yang dapat dibedakan: obyektif
dan subyektif. Hal ini bukanlah perbedaan yang dapat dibedakan dengan
jelas dalam pemakaian bahasa sehari-hari; dan justifikasi epistemologinya
untuk menyatakan ketidakpastiannya.

. Macam-macam Modalitas

Modalitas dalam Bahasa Indonesia dibagi menjadi lima, yaitu modalitas intensional, epistemik,
deontik, dinamik, dan aletis.

(1) Modalitas Intensional


Modalitas intensional merupakan modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan,
atau ajakan. Modalitas ini ditandai dengan unsur leksikal seperti ingin, mau, tolong, mari, ayo,
dan silakan.

Contoh:
Saya ingin segera lulus S3 di UNNES.
Dinar mau membeli baju baru.
Tolong dibawakan LCD ke ruang kuliah kita.
Mari, masuk!
Ayo kita sukseskan program keluarga berencana.
Silakan dicicipi hidangan khas Pekalongan ini.

(2) Modalitas Epistemik

Modalitas epistemik adalah modalitas yang menyatakan kemungkinan, kepastian, dan


keharusan. Modalitas ini ditandai dengan unsur leksikal seperti mungkin, bisa jadi, belum pasti,
dan harus.

Contoh:

Dia mungkin tidak bisa datang besok pada khitanan anak kita.
Bisa jadi anak itu sempat terjatuh karena badannya biri-biru.
Kami pasti datang pada pesta pernikahan itu, jangan khawatir!
Dia belum pasti datang karena kesibukannya.
Makalah ini harus buat sebagai salah satu syarat kelulusan.

(3) Modalitas Deontik

Modalitas deontik adalah modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan. Unsur
penandanya adalah unsur leksikan seperti izin dan perkenan.

Contoh:

Saya mohon izin tidak mengajar karena anak saya sakit.


Atas perkenan beliaulah saya dapat mengajar di tempat ini.

(4) Modalitas Dinamik

Modalitas dinamik adalah modalitas yang menyatakan kemampuan. Unsur penandanya bisa
berupa unsur leksikal bisa, dapat, dan mampu.

Contoh:

Kami semua bisa menjawab soal itu dengan benar.


Semua orang sebenarnya dapat menabung jika mau.
Dinaria mampu mengangkat kopernya yang berat itu.

(5) Modalitas Aletis

Modalitas Aletis adalah modalitas yang bersangkutan dengan keperluan. Penandanya unsur
leksikal harus.

Contoh:
Makalah ini harus dikumpulkan secepatnya, kalau tidak akan menghambat kelulusan.

Selain pendapat di atas, ada beberapa pendapat mengenai macam-macam modalitas. Pendapat
lain mengatakan bahwa modal epistemik dalam karakteristik non teknis tidak lebih mudah dari
pada mode aletik. Secara prinsip ada dua macam model epistemik yang dapat dibedakan:
obyektif dan subyektif. Hal ini bukanlah perbedaan yang dapat dibedakan dengan jelas dalam
pemakaian bahasa sehari-hari; dan justifikasi epistemologinya untuk menyatakan
ketidakpastiannya.

Di bawah ini adalah ppernyataan yang menggambarkan perbedaan antara modal epistemik
subjektif dengan modal epistemik objektif:
(1) Alfred mungkin belum menikah.
(2) Alfred pasti belum menikah.
Interpretasi dari pembicara pada kalimat (1) adalah menyatakan ketidakyakinannya. Apabila
yang dimaksud demikian, mungkin pembicara akan menambah kata-kata seperti dibawah ini:
(3) Tetapi aku tidak mempercayai hal itu, atau
(4) Dan aku tidak yakin apa yang aku pikirkan tentang dia itu benar.
Kalimat tersebut jelas mengindikasikan subjektifitas pembicara. Berdasarkan hal itu, maka
perbedaan modal epistemik subjektif dan epistemik objektif secara teori bisa dipertahankan,
apabila hal ini adalah pemikiran yang terus dikembangkan, di satu pihak terletak pada modal
aletik dan dilain pihak terletak pada modal epistemik sunjektif, dan kemungkinan keduanya
berasimilasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal epstemik objektif merupakan
prinsip yang bisa terukur dalam skala kebutuhan dan ketidak mungkinan.

III. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan makalah ini adalah:


1. Modalitas merupakan keterangan dalam kalimat yang menunjukkan sikap pembicara terhadap
hal yang dibicarakan.
2. Modalitas dibagi menjadi lima, yaitu modalitas intensioal, epistemik, deontik, dinamik, dan
aletis.

Home
Artikel
Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen [Lengkap]

Pengertian Unsur Intrinsik dan


Ekstrinsik Cerpen [Lengkap]
Pamungkas Adipura 12/11/2016 Artikel No Comments
Unsur Intrinsik Cerpen Cerpen (cerita pendek) merupakan diantara
jenis karya sastra yang menggambarkan cerita atau kisah alur hidup
manusia dalam bentuk tulisan yang ringkas dan jelas.
Cerpen yang biasa juga dinamakan dengan prosa atau karangan fiksi,
memiliki isi pengisahan yang hanya berfokus pada sebatas satu
permasalahan atau konflik. Secara singkatnya, jalan cerita pendek hanya
berpusat pada satu konflik saja.

Baca Juga : 5 Contoh Pidato Singkat Tentang Pendidikan


Daftar Isi [hide]
1 Ciri-ciri Cerpen
2 Unsur Intrinsik Cerpen
o 2.1 1. Tema
o 2.2 2. Tokoh dan Penokohan
o 2.3 3. Alur (Plot)
o 2.4 4. Setting (Latar)
o 2.5 5. Sudut Pandang
o 2.6 6. Gaya bahasa
o 2.7 7. Amanat
3 Unsur Ekstrinsik Cerpen
o 3.1 1. Latar Belakang Masyarakat
o 3.2 2. Latar Belakang Penulis
o 3.3 3. Nilai yang Terkandung di dalam Cerpen
4 Share this:
CIRI-CIRI CERPEN

500px.com
a. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
b. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan
Novel.
c. Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari.
d. Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen yang
dikisahkan hanyalah intinya saja.
e. Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai
pada tahap penyelesaiannya.
f. Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca
untuk memahaminya.
g. Bersifat Fiktif.
h. Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal
dan lurus.
i. Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
j. Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga
pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita tersebut.
UNSUR INTRINSIK CERPEN

pexels.com
Cerpen memiliki dua unsur pembangun, diantaranya adalah unsur
intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam
cerpen itu sendiri. Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka unsur intrinsik
adalah komponen-komponen bangunan tersebut.

Salah satu poin saja hilang, maka bangunan tersebut akan roboh.
Begitupun dengan unsur intrinsik, jika salah satu unsur ini hilang, maka
karya tulis tersebut tidak bisa disebut sebagai cerpen.

Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita,
latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Berikut penjelasannya:

1. TEMA
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen
tema merupakan ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata
lain tema merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi
keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari
lingkungan sekitar, permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi
pengarang sendiri, pendidikan, sejarah, perjuangan romansa,
persahabatan dan lain-lain.

2. TOKOH DAN PENOKOHAN

pixabay.com
Unsur intrinsik cerpen yang kedua adalah tokoh. Tokoh atau penokohan
adalah salah satu bagian yang wajib ada dalam sebuah cerpen.

Namun, yang perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan


dua hal yang berbeda dalam sebuah penulisan cerpen.

Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita


tersebut. Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh
yang ada di dalam cerita. Watak yang diberikan dapat digambarkan dalam
sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan dalam melihat suatu masalah.

Ada 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerpen, antara lain:

Protagonis : Tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan
mempunyai sifat yang baik.

Antagonis : Tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan
daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri,
dengki, sombong, angkuh, congkak dan lain-lain.
Tritagonis : Tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara
antagonis. Tokoh ini biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
Figuran : Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan
tambahan warna dalam cerita.
Penokohan watak dari 4 tokoh diatas akan disampaikan dengan 2 metode,
diantaranya:

Analitik, yaitu sebuah metode penyampaian oleh penulis mengenai sifat


atau watak tokoh dengan cara memaparkan secara langsung. Seperti :
keras kepala, penakut, pemberani, pemalu dan lain sebagainya.

Dramatik, yaitu sebuah metode penyampaian sifat tokoh secara tersirat.


Biasanya disampaikan melalui tingkah laku si tokoh dalam cerita.

3. ALUR (PLOT)
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Alur adalah urutan jalan cerita
dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan
cerita, ada tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis.
Diataranya:
Tahap perkenalan.
Tahap penanjakan.
Tahap klimaks.
Anti klimaks

Tahap penyelesaian.

Tahap-tahap alur tersebut harus ada di dalam sebuah cerita. Hal ini
bertujuan agar cerita tidak membingungkan orang yang membacanya.
Ada 2 macam alur yang kerapkali digunakan oleh para penulis, yakni :

Alur maju : Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal
perkenalan tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik
dan terakhir penyelesaian konflik. Intinya adalah, pada alur maju
ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Alur mundur : Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara
tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah
itu menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.
4. SETTING (LATAR)
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya
cerita tersebut. Latar akan memberikan persepsi konkret pada sebuah
cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar tempat,
waktu dan suasana.

5. SUDUT PANDANG
Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang
cerpen untuk menyampaikan ceritanya. Baik itu sebagai orang pertama,
kedua, ketiga. Bahkan acapkali para penulis menggunakan sudut pandang
orang yang berada di luar cerita.

6. GAYA BAHASA
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan
tulisannya kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan
pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

7. AMANAT

pixabay.com
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita
petik dari cerita pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya
tidak ditulis secara langsung, melainkan tersirat dan akan bergantung
sesuai pemahaman pembaca akan cerita pendek tersebut.
UNSUR EKSTRINSIK CERPEN

pexels.com
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya
sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini mempengaruhi proses
pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:

1. LATAR BELAKANG MASYARAKAT


Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat
sekitar yang mempengaruhi penulis dalam membuat cerpen tersebut. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penulis, diantaranya sebagai
berikut :

a. Ideologi Negara
b. Kondisi Politik
c. Kondisi Sosial
d. Kondisi Ekonomi

2. LATAR BELAKANG PENULIS


Latar belakang penulis adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis yang
mendorong penulis dalam membuat cerpen. Latar belakang penulis terdiri
dari beberapa faktor, diantaranya adalah :
a.Riwayat Hidup Penulis
b. Kondisi Psikologis
c. Aliran Sastra Penulis

3. NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM CERPEN


Ada beberapa nilai yang menjadi unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen.
Dan nilai-nilai tersebut diantaranya adalah :

a. Nilai Agama
b. Nilai Sosial
c. Nilai Moral
d. Nilai Budaya

Penggambaran Watak Tokoh dalam Naskah Drama

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.


Melihat drama, penonton seolah-olah melihat kejadian dalam masyarakat. Dalam hal
ini, potret kehidupan dalam dunia nyata diangkat atau disampaikan melalui
pemeranan tokoh-tokoh cerita.

Maka dari itu, ketika kalian menulis atau mengarang sebuah naskah drama, kalian
dapat mengambil referensi dari berbagai sisi kehidupan nyata di sekitar kalian.
Dalam pemeranan, watak suatu tokoh dapat dimengerti dari kalimat-kalimat yang
diucapkan maupun dari perilakunya.

Cara Menggambarkan Watak Tokoh


Teknik yang dipakai untuk melukiskan watak tokoh antara lain dengan cara berikut.

1. Melukiskan secara langsung bentuk fisik tokoh, misalnya pakaian rapi, pakaian
lusuh compang-camping, dan berambut pirang.

2. Melukiskan jalan pikiran tokoh, misalnya dalam dialognya seorang tokoh ingin
menjadi seorang pengusaha dan tidak suka dengan kekerasan.

3. Melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa, misalnya meneteskan air mata
ketika tertimpa masalah dan marah ketika keluarga tokoh diperlakukan tidak adil.
4. Melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya ruangan kerja yang berantakan.

5. Melukiskan pandangan seorang tokoh terhadap tokoh lainnya, misalnya tokoh


yang lain menggambarkan watak tokoh sebagai seorang yang sombong dan tinggi
hati.

Watak Tokoh Drama

Hal-hal penting dalam pemeranan drama

Bermain drama merupakan bentuk kegiatan pemeranan tokoh yang dituliskan dalam
naskah drama. Untuk dapat memerankan suatu tokoh dalam drama diperlukan
berbagai kemampuan agar pemeranan yang dilakukan menjadi menarik, bagus, dan
tepat.

Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dalam pemeranan drama adalah
berikut.

1. Pemahaman terhadap keseluruhan isi naskah melalui dialog antartokoh dan


petunjuk lakuan.

2. Pemahaman terhadap setiap dialog yang diucapkan dan lawan dialog yang
diperankan tokoh lain.
3. Pemahaman dan penghayatan terhadap karakter tokoh yang diperankan.

4. Pengungkapan ekspresi sebagai bentuk perwakilan dari apa yang ingin


disampaikan kepada penonton.

5. Penyampaian dialog jelas, sehingga penonton dapat menangkap maksud dari


sesuatu yang ingin disampaikan kepada penonton. Dalam hal ini, diperlukan
kemampuan yang berkaitan dengan artikulasi, intonasi, dan volume suara.

6. Pemahaman teknik-teknik panggung yang meliputi blocking, crossing, teknik


muncul, dan bentuk akting.

Teks Diskusi
A. Teks diskusi adalah teks yang memberikan dua pendapat (mendukung dan menentang)
mengenai suatu hal.

B. Struktur Teks Diskusi


Isu atau masalah di dalam teks diskusi berisi masalah yang akan didiskusikan lebih
lanjut.
Argumen mendukung, pada bagian berisi argumen (alasan) yang mendukung.
Argumen menentang, berisi argumen yang bertentangan dengan argumen yang
mendukung.
Kesimpulan, berisi kesimpulan dan rekomendasi mengenai isu yang dibahas.
Usahakan mengambil jalan tengah dari isu yang
dibahas.

C. Kata Nomina (Kata Benda) Konkret dan Kata Benda Abstrak


Rumah itu sedang dibangun. (kata benda konkret)
Keadilan harus ditegakkan. (kata benda abstrak)

D. Konjungsi
Konjungsi sebab
menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Konjungsinya
antara lain: apabila, jika, sebab, dan karena.
Konjungsi akibat
menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Konjungsinya antara
lain: sehingga, sampai, maka, dan
akibatnya.
Konjungsi penegasan
menghubungkan hal yang menegaskan suatu hal. Konjungsinya antara lain: bahkan,
malah (malahan), lagipula, apalagi,
jangankan, dan selain itu.
Konjungsi perlawanan (kontras)
menyatakan suatu hal yang bertentangan. Konjungsinya antara
lain: tetapi, sedangkan, tidak tetapi, bukan melainkan, dan
sebaliknya.

E. Kohesi Leksikal (adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata)


1. Kohesi Bentuk Pengulangan
Pada Sabtu, di SD Patompon diadakan rekreasi ke Keraton Surakarta, Waduk
Gajah Mungkur dan Tawangmangu. Pada waktu
itu berangkat dari sekolah pukul 06.30 dan pukul 10.00 sampai di Waduk Gajah
Mungkur dan pada 16.00 sudah sampai ke
Tawangmangu.
2. Kohesi Bentuk Sinonim
Ia kagum dengan pria yang duduk di serambi itu. Lelaki itu sederhana, tetapi
berbudi mulia.
3. Kohesi Bentuk Antonim
Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya:
lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif.
4. Kohesi Bentuk Hiponim (bersifat umum-khusus)
Indonesia kaya akan jenis bunga. Ada bunga matahari yang bunganya berwarna
kuning. Bunga mawar dengan ciri khas
bunga berwarna merah dan terdapat duri pada tangkainya, serta memiliki bau yang khas.
Sama halnya mawar, bunga melati juga
memilki bau yang khas tetapi bunganya berwarna putih.

F. Modalitas adalah kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, keharusan,


dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat.
Contoh kata modalitas: ingin, akan, dapat, harus.

G. Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang diperjelas oleh kalimat-kalimat lain dalam
suatu paragraf. Dengan kata lain, kalimat utama
adalah kalimat yang berisi gagasan utama.
H. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memperjelas, menguraikan, atau berupa rincian-
rincian tentang kalimat utama.

I. Macam-macam Diskusi:
1. Seminar
Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai
suatu hal.
2. Sarasehan/Simposium
Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai
suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
3. Lokakarya/Sanggar Kerja
Pertemuan yang membahas suatu karya.
4. Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang
dihadapi bersama.
5. Konferensi
Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
6. Diskusi Panel
Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa
pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.
7. Diskusi Kelompok
Penyelesaian masalah dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil.

Teks Ulasan

A. Teks ulasan adalah teks yang ditujukan untuk meninjau/menilai suatu karya untuk
mengetahui kualitas, kelebihan, dan kelemahannya.

B. Struktur Teks Ulasan


Orientasi : berisi gambaran umum karya sastra yang akan diulas, misalnya, berisi
tentang gambaran umum sebuah karya atau
benda yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut dapat berupa nama,
kegunaan, dan sebagainya.
Tafsiran : berisi pandangan sendiri mengenai karya atau benda yang diulas.
Evaluasi : penulis mengevaluasi (kelebihan dan kekurangan) karya, penampilan, dan
produksi.
Rangkuman : penulis memberikan ulasan akhir yang berisi simpulan karya tersebut.
Rekomendasi kepada pembaca (layak atau
tidak untuk dibaca/ditonton).

C. Majas metafora: majas yang menggunakan kata atau kelompok kata bukan dengan arti
yang sebenarnya.
Contoh:
Andi menjadi kambing hitam dalam persoalan itu.
Andi menjadi tulang punggung keluarga.

D. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur
kalimat majemuk terdiri dari dua kalimat dasar
atau lebih (Subjek Predikat konjungsi Subjek Predikat). Kalimat majemuk ini terdiri dari
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat.

E. Kata Penghubung Kalimat Majemuk Setara, antara lain: dan, dan lagi, lagi pula,
serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, sedang (kan),
melainkan, sebaliknya, bahkan, malahan.

F. Contoh kalimat majemuk setara:


Ibu membersihkan meja dan adik menyapu lantai.

G. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika,


karena, supaya, meskipun, jika, bahwa, agar dan
sehingga.

H. Contoh kalimat majemuk bertingkat:


Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya sehingga banjir melanda sawah dan
ladang petani desa itu.

Teks Fabel
A. Teks fabel adalah teks dongeng yang menceritakan kehidupan hewan yang mempunyai
sifat seperti manusia.

B. Struktur Teks Fabel


Bagian orientasi merupakan bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat
dan waktu, dan awalan masuk ke tahap
berikutnya.
Bagian komplikasi berisi tokoh utama berhadapan dengan masalah (problem).
Bagian ini menjadi inti teks narasi dan harus ada.
Jika masalah pada bagian ini tidak ada, penulis harus menciptakannya.
Bagian resolusi berisi pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara
yang kreatif.
Koda merupakan bagian terakhir dari struktur teks cerita fabel. Koda berisi
perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang
dapat dipetik dari cerita tersebut.

C. Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat,
misalnya memegang, mengangkat.
Contoh kalimat yang menggunakan kata kerja aktif transitif:
Andrian melempar bola basket ke ring.

D. Kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam
kalimat, misalnya diam.
Contoh kalimat yang menggunakan kata kerja aktif intransitif:
Rossa bernyanyi gembira.

E. Kata kerja adalah kata yang menunjukkan nama perbuatan yang dilakukan oleh subyek,
namun mungkin juga untuk menunjukkan
keadaan. Kata kerja biasanya menjadi Predikat dari suatu kalimat.
Contoh: berlari, makan, mandi, tersenyum, dsb.

F. Kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang,
benda, atau binatang.
Contoh: mahal, indah, jelek, tinggi,dsb.

Teks Eksposisi :
Teks yang berisi pendapat disertai argumen/alasan yang mendukung pendapat
tersebut.

Teks Cerpen :
Cerita pendek dengan manusia sebagai tokoh utamanya, dan ada amanat yang
disampaikan

Pengertian Teks Diskusi


Secara singkat, teks diskusi adalah sebuah teks yang memberikan dua pendapat
berbeda mengenai suatu hal (satu "pro" dan satu "kontra) yang menyebabkan
kedua belah pihak menjadi saling membicarakan masalah yang sedang
dipersoalkan (diskusi).

Diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara. Dengan berdiskusi kita dapat
memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak pengalaman. Diskusi adalah
pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan.

Struktur Teks Diskusi


Teks diskusi memiliki 4 struktur, diantaranya yaitu isu, argumen mendukung,
argumen menolak, dan terakhir adalah kesimpulan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
dibawah ini.

Isu, berisi masalah yang akan didiskusikan lebih lanjut.


Argumen mendukung, berisi argumen (alasan) mendukung hal yang
menjadi pokok masalah diskusi.
Argumen menentang, berisi argumen yang bertentangan dengan
argumen yang mendukung.
Kesimpulan, berisi kesimpulan dan rekomendasi mengenai isu yang
dibahas. Usahakan mengambil jalan tengah dari isu yang dibahas.
Tujuan Teks Diskusi

Tujuan diskusi adalah mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau


pendapat. Diskusi yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi.
Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi, membangkitkan minat
anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta
menyimpulkan hasil diskusi.

Jenis Teks Diskusi


Teks diskusi tergabi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu antara lain:
Seminar.
Sarasehan.
Simposium.
Diskusi panel.
Kongres.
Muktamar.
Lokakarya.
Contoh Teks Diskusi
Dampak Menonton Televisi bagi Remaja

Isu
Di dalam era globalisasi ini tayangan televisi sudah tidak bisa dihindari.
Dengan menonton televisi, kita bisa memperoleh bermacam-macam
informasi, termasuk di dalamnya hiburan. Pertanyaannya adalah adakah
dampak negatif yang ditimbulkan dari menonton televisi? Sebagian
masyarakat menganggap bahwa menonton televisi berdampak positif, tetapi
banyak juga masyarakat yang menganggap bahwa menonton televisi
berdampak negatif.

Argumen Mendukung
Dampak positif dari menonton televisi adalah sebagai berikut :

Pertama, televisi memiliki kelebihan dalam hal penyajian berita, televisi umumnya selalu up to
date. Hal ini tentu akan membuat remaja tidak ketinggalan informasi dan memberikan wawasan
yang cukup luas pada remaja secara cepat.

Kedua, jika televisi menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, hal ini tentu
sangat berguna bagi para pelajar. Seorang pelajar bisa mengambil manfaat berupa informasi
pendidikan dari acara televisi tersebut.

Ketiga, pengaruh positif televisi lainnya adalah remaja bisa menyegarkan otak dengan menonton
beragam tayangan hiburan yang disajikan oleh stasiun televisi. Mulai dari acara kuis, film,
sinetron, atau hiburan-hiburan yang lain.

Keempat, acara televisi sering menayangkan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh, baik dalam
dunia pendidikan, dunia usaha, hiburan, atau yang lainnya. Tokoh-tokoh yang ditampilkan
dalam televisi ini bisa memicu remaja untuk mencontoh kesuksesan mereka.

Argumen Menentang
Sementara itu, dampak negatif dari menonton televisi adalah sebagai berikut :

Pertama, televisi membuat remaja lupa waktu. Bagi pelajar, kecanduan nonton
televisi menjadi kontraproduktif dengan tugas seorang pelajar yang kewajibannya
belajar.

Kedua, banyaknya acara-acara yang kurang mendidik di televisi bisa mempengaruhi


kejiwaan remaja. Film-film yang menampilkan adegan tidak layak ditonton remaja
tanpa ada sensor sangat mudah ditiru oleh remaja.

Ketiga, televisi mampu meningkatkan daya konsumtif remaja. Karena televisi


merupakan media iklan yang memiliki pengaruh tinggi terhadap konsumennya. Iklan
yang ditayangkan secara terus menerus sepanjang hari, remaja untuk untuk
membeli produk yang dipromosikan oleh produsen.

Keempat, banyak acara televisi yang isinya kurang sesuai dengan norma masyarakat
Indonesia, termasuk juga dengan berita-berita yang kerap menayangkan kekerasan
tanpa disensor terlebih dahulu. Acara demikian jika ditonton oleh remaja yang
notabene suka meniru, tentu bisa ditiru oleh mereka.

Simpulan
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa televisi mempunyai
dampak positif atau negatif. Hal itu bergantung pada penonton televisi.

Kalimat Simpleks dan Kalimat Kompleks


Keberadaan konjungsi pada sebuah kalimat dapat menyebabkan kalimat
tersebut menjadi kompleks. Berdasarkan kompleksitasnya, kalimat dibedakan
menjadi kalimat simpleks dan kalimat kompleks.
a. Kalimat simpleks, yaitu kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur
dengan satu
verba utama. Dengan kata lain, kalimat simpleks adalah kalimat sederhana.
Contoh:
Tumbuh-tumbuhan tergolong ke dalam makhluk hidup.
b. Kalimat kompleks, yaitu kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih
dengan
dua verba atau lebih. Contoh:
1. Yang pertama sering disebut makhluk hidup dan yang kedua disebut
makhluk mati.
2. Tanaman kacang itu akan tumbuh subur apabila petaninya rajin

1. Cermin Guru Teladan, maknanya adalah contoh guru yang


menjadi teladan atau panutan.
2. Memberikan mimpi mimpi, maknanya adalah memberi harapan
harapan.
3. Hubungan Darah, makananya adalah memiliki hubungan
kekeluargaandengan dasar genetik.
4. Hati yang Lembut, maknanya adalah seseorang yang baik hatinya.
5. Mengiriskan Hati, maknanya adalah membuat hati menjadi sakit,
terluka, kecewa dan perasaan perasaan lain yang tak diinginkan.

metafora/metafora/ /mtafora/ n Ling pemakaian kata atau kelompok kata


bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda
adalah tulang punggung negara

Anda mungkin juga menyukai