IIIIIIIIIII
IIIIIIIIIII
prosa fiksi. Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
rima, serta penyusunan larik dan bait (KBBI). Drama merupakan prosa yang
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog
yang dipentaskan. Sedangkan prosa fiksi merupakan karangan bebas yang tidak
terikat oleh kaidah seperti halnya puisi (baca : jenis jenis puisi) (KBBI). Genre
sastra prosa seperti naskah drama, novel, dan cerpen memiliki unsur pembangun.
Unsur tersebut biasa kita kenal sebagai unsur intrinsik (Baca juga: Macam-macam
cerpen). Salah satu unsur intrinsik prosa yaitu alur cerita. Apa yang dimaksud alur
cerita? Apa saja jenis-jenisnya? dan bagaimana tahapannya dalam karya? kita
akan membahasnya sebagai berikut.
ads
Pengertian
Alur cerita menurut beberapa ahli, adalah sebagai berikut.
Dalam drama, alur disajikan dalam urutan babak dan adegan. Pergantian babak
ditandai dengan perubahan pada setting panggung. Biasanya dengan
dimatikannya lampu utama.
Tahapan Alur
1. Tahap pengenalan (Eksposition atau Orientasi)
Tahap pengenalan merupakan tahapan awal cerita yang digunakan untuk
mengenalkan tokoh, latar, situasi, waktu, dan lain sebagainya.
Pemunculan konflik
Tahap penyelesaian
Pengenalan
ads
Jenis Alur
Secara umum, alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pembagian ini
didasarkan pada urutan waktu atau kronologisnya.
1. Alur Maju
Alur maju atau bisa disebut progresif adalah sebuah alur yang klimaksnya berada
di akhir cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur maju berawal dari masa awal
hingga masa akhir cerita dengan urutan waktu yang teratur dan beruntut.
2. Alur Mundur
Alur mundur atau bisa disebut regresi adalah sebuah alur yang menceritakan
masa lampau yang menjadi klimaks di awal cerita. Rangkaian peristiwa dalam
alur mundur berawal dari masa lampau ke masa kini dengan susunan waktu yang
tidak sesuai dan tidak beruntut.
3. Alur Campuran
Alur campuran atau bisa disebut alur maju-mundur adalah alur yang diawali
dengan klimaks, kemudian menceritakan masa lampau, dan dilanjutkan hingga
tahap penyelesaian. Pada saat menceritakan masa lampau, tokoh dalam cerita
dikenalkan sehingga saat cerita satu belum selesai, kembali ke awal cerita untuk
memperkenalkan tokoh lainnya.
Tahap Peristiwa
Dalam waktu kurang dari 1 jam, air telah masuk ke rumah warga.
Barang-barang rumah tangga tidak sempat diselamatkan. Warga
Klimaks
harus menanggung kerugian yang tidak sedikit. Banyak pula warga
yang histeris melihat harta bendanya tenggelam.
Muncul Hujan yang turun dari pukul 5 sore hingga 8 malam, sudah cukup
konflik membuat tanggul sungai jebol.
Perhatikan pula pemakaian kata itu dalam kalimat-kalimat (ii). Kata itu
dalam kalimat-kalimat (ii) mengacu ke seluruh kalimat (i). Hal ini
menguatkan anggapan bahwa pemakaian kata itu secara metafora, yaitu
mengacu kembali ke sebuah kalimat (atau frasa) sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modalitas
atau M merupakan sikap pembicara. Oleh karena itu, M biasanya tedapat
pada bagian depan kalimat, meskipun ada pula yang terdapat di bagian
tengah.
b. Macam-macam Modalitas
Contoh:
Saya ingin segera lulus S3 di UNNES.
Dinar mau membeli baju baru.
Tolong dibawakan LCD ke ruang kuliah kita.
Mari, masuk!
Ayo kita sukseskan program keluarga berencana.
Silakan dicicipi hidangan khas Pekalongan ini.
Contoh:
Dia mungkin tidak bisa datang besok pada khitanan anak kita.
Bisa jadi anak itu sempat terjatuh karena badannya biri-biru.
Kami pasti datang pada pesta pernikahan itu, jangan khawatir!
Dia belum pasti datang karena kesibukannya.
Makalah ini harus buat sebagai salah satu syarat kelulusan.
Contoh:
Contoh:
. Macam-macam Modalitas
Modalitas dalam Bahasa Indonesia dibagi menjadi lima, yaitu modalitas intensional, epistemik,
deontik, dinamik, dan aletis.
Contoh:
Saya ingin segera lulus S3 di UNNES.
Dinar mau membeli baju baru.
Tolong dibawakan LCD ke ruang kuliah kita.
Mari, masuk!
Ayo kita sukseskan program keluarga berencana.
Silakan dicicipi hidangan khas Pekalongan ini.
Contoh:
Dia mungkin tidak bisa datang besok pada khitanan anak kita.
Bisa jadi anak itu sempat terjatuh karena badannya biri-biru.
Kami pasti datang pada pesta pernikahan itu, jangan khawatir!
Dia belum pasti datang karena kesibukannya.
Makalah ini harus buat sebagai salah satu syarat kelulusan.
Modalitas deontik adalah modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan. Unsur
penandanya adalah unsur leksikan seperti izin dan perkenan.
Contoh:
Modalitas dinamik adalah modalitas yang menyatakan kemampuan. Unsur penandanya bisa
berupa unsur leksikal bisa, dapat, dan mampu.
Contoh:
Modalitas Aletis adalah modalitas yang bersangkutan dengan keperluan. Penandanya unsur
leksikal harus.
Contoh:
Makalah ini harus dikumpulkan secepatnya, kalau tidak akan menghambat kelulusan.
Selain pendapat di atas, ada beberapa pendapat mengenai macam-macam modalitas. Pendapat
lain mengatakan bahwa modal epistemik dalam karakteristik non teknis tidak lebih mudah dari
pada mode aletik. Secara prinsip ada dua macam model epistemik yang dapat dibedakan:
obyektif dan subyektif. Hal ini bukanlah perbedaan yang dapat dibedakan dengan jelas dalam
pemakaian bahasa sehari-hari; dan justifikasi epistemologinya untuk menyatakan
ketidakpastiannya.
Di bawah ini adalah ppernyataan yang menggambarkan perbedaan antara modal epistemik
subjektif dengan modal epistemik objektif:
(1) Alfred mungkin belum menikah.
(2) Alfred pasti belum menikah.
Interpretasi dari pembicara pada kalimat (1) adalah menyatakan ketidakyakinannya. Apabila
yang dimaksud demikian, mungkin pembicara akan menambah kata-kata seperti dibawah ini:
(3) Tetapi aku tidak mempercayai hal itu, atau
(4) Dan aku tidak yakin apa yang aku pikirkan tentang dia itu benar.
Kalimat tersebut jelas mengindikasikan subjektifitas pembicara. Berdasarkan hal itu, maka
perbedaan modal epistemik subjektif dan epistemik objektif secara teori bisa dipertahankan,
apabila hal ini adalah pemikiran yang terus dikembangkan, di satu pihak terletak pada modal
aletik dan dilain pihak terletak pada modal epistemik sunjektif, dan kemungkinan keduanya
berasimilasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal epstemik objektif merupakan
prinsip yang bisa terukur dalam skala kebutuhan dan ketidak mungkinan.
III. Simpulan
Home
Artikel
Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen [Lengkap]
500px.com
a. Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.
b. Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan
Novel.
c. Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari.
d. Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen yang
dikisahkan hanyalah intinya saja.
e. Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai
pada tahap penyelesaiannya.
f. Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca
untuk memahaminya.
g. Bersifat Fiktif.
h. Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal
dan lurus.
i. Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
j. Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga
pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita tersebut.
UNSUR INTRINSIK CERPEN
pexels.com
Cerpen memiliki dua unsur pembangun, diantaranya adalah unsur
intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam
cerpen itu sendiri. Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka unsur intrinsik
adalah komponen-komponen bangunan tersebut.
Salah satu poin saja hilang, maka bangunan tersebut akan roboh.
Begitupun dengan unsur intrinsik, jika salah satu unsur ini hilang, maka
karya tulis tersebut tidak bisa disebut sebagai cerpen.
Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita,
latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Berikut penjelasannya:
1. TEMA
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen
tema merupakan ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata
lain tema merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi
keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari
lingkungan sekitar, permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi
pengarang sendiri, pendidikan, sejarah, perjuangan romansa,
persahabatan dan lain-lain.
pixabay.com
Unsur intrinsik cerpen yang kedua adalah tokoh. Tokoh atau penokohan
adalah salah satu bagian yang wajib ada dalam sebuah cerpen.
Protagonis : Tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan
mempunyai sifat yang baik.
Antagonis : Tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan
daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri,
dengki, sombong, angkuh, congkak dan lain-lain.
Tritagonis : Tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara
antagonis. Tokoh ini biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
Figuran : Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan
tambahan warna dalam cerita.
Penokohan watak dari 4 tokoh diatas akan disampaikan dengan 2 metode,
diantaranya:
3. ALUR (PLOT)
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Alur adalah urutan jalan cerita
dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan
cerita, ada tahapan-tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis.
Diataranya:
Tahap perkenalan.
Tahap penanjakan.
Tahap klimaks.
Anti klimaks
Tahap penyelesaian.
Tahap-tahap alur tersebut harus ada di dalam sebuah cerita. Hal ini
bertujuan agar cerita tidak membingungkan orang yang membacanya.
Ada 2 macam alur yang kerapkali digunakan oleh para penulis, yakni :
Alur maju : Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal
perkenalan tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik
dan terakhir penyelesaian konflik. Intinya adalah, pada alur maju
ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Alur mundur : Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara
tidak urut. Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah
itu menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.
4. SETTING (LATAR)
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya
cerita tersebut. Latar akan memberikan persepsi konkret pada sebuah
cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar tempat,
waktu dan suasana.
5. SUDUT PANDANG
Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang
cerpen untuk menyampaikan ceritanya. Baik itu sebagai orang pertama,
kedua, ketiga. Bahkan acapkali para penulis menggunakan sudut pandang
orang yang berada di luar cerita.
6. GAYA BAHASA
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan
tulisannya kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan
pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.
7. AMANAT
pixabay.com
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita
petik dari cerita pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya
tidak ditulis secara langsung, melainkan tersirat dan akan bergantung
sesuai pemahaman pembaca akan cerita pendek tersebut.
UNSUR EKSTRINSIK CERPEN
pexels.com
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya
sastra. Akan tetapi, secara tidak langsung unsur ini mempengaruhi proses
pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen antara lain:
a. Ideologi Negara
b. Kondisi Politik
c. Kondisi Sosial
d. Kondisi Ekonomi
a. Nilai Agama
b. Nilai Sosial
c. Nilai Moral
d. Nilai Budaya
Maka dari itu, ketika kalian menulis atau mengarang sebuah naskah drama, kalian
dapat mengambil referensi dari berbagai sisi kehidupan nyata di sekitar kalian.
Dalam pemeranan, watak suatu tokoh dapat dimengerti dari kalimat-kalimat yang
diucapkan maupun dari perilakunya.
1. Melukiskan secara langsung bentuk fisik tokoh, misalnya pakaian rapi, pakaian
lusuh compang-camping, dan berambut pirang.
2. Melukiskan jalan pikiran tokoh, misalnya dalam dialognya seorang tokoh ingin
menjadi seorang pengusaha dan tidak suka dengan kekerasan.
3. Melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu peristiwa, misalnya meneteskan air mata
ketika tertimpa masalah dan marah ketika keluarga tokoh diperlakukan tidak adil.
4. Melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya ruangan kerja yang berantakan.
Bermain drama merupakan bentuk kegiatan pemeranan tokoh yang dituliskan dalam
naskah drama. Untuk dapat memerankan suatu tokoh dalam drama diperlukan
berbagai kemampuan agar pemeranan yang dilakukan menjadi menarik, bagus, dan
tepat.
Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dalam pemeranan drama adalah
berikut.
2. Pemahaman terhadap setiap dialog yang diucapkan dan lawan dialog yang
diperankan tokoh lain.
3. Pemahaman dan penghayatan terhadap karakter tokoh yang diperankan.
Teks Diskusi
A. Teks diskusi adalah teks yang memberikan dua pendapat (mendukung dan menentang)
mengenai suatu hal.
D. Konjungsi
Konjungsi sebab
menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Konjungsinya
antara lain: apabila, jika, sebab, dan karena.
Konjungsi akibat
menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Konjungsinya antara
lain: sehingga, sampai, maka, dan
akibatnya.
Konjungsi penegasan
menghubungkan hal yang menegaskan suatu hal. Konjungsinya antara lain: bahkan,
malah (malahan), lagipula, apalagi,
jangankan, dan selain itu.
Konjungsi perlawanan (kontras)
menyatakan suatu hal yang bertentangan. Konjungsinya antara
lain: tetapi, sedangkan, tidak tetapi, bukan melainkan, dan
sebaliknya.
G. Kalimat utama adalah sebuah kalimat yang diperjelas oleh kalimat-kalimat lain dalam
suatu paragraf. Dengan kata lain, kalimat utama
adalah kalimat yang berisi gagasan utama.
H. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memperjelas, menguraikan, atau berupa rincian-
rincian tentang kalimat utama.
I. Macam-macam Diskusi:
1. Seminar
Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai
suatu hal.
2. Sarasehan/Simposium
Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai
suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
3. Lokakarya/Sanggar Kerja
Pertemuan yang membahas suatu karya.
4. Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang
dihadapi bersama.
5. Konferensi
Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
6. Diskusi Panel
Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa
pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.
7. Diskusi Kelompok
Penyelesaian masalah dengan melibatkan kelompok-kelompok kecil.
Teks Ulasan
A. Teks ulasan adalah teks yang ditujukan untuk meninjau/menilai suatu karya untuk
mengetahui kualitas, kelebihan, dan kelemahannya.
C. Majas metafora: majas yang menggunakan kata atau kelompok kata bukan dengan arti
yang sebenarnya.
Contoh:
Andi menjadi kambing hitam dalam persoalan itu.
Andi menjadi tulang punggung keluarga.
D. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur
kalimat majemuk terdiri dari dua kalimat dasar
atau lebih (Subjek Predikat konjungsi Subjek Predikat). Kalimat majemuk ini terdiri dari
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat.
E. Kata Penghubung Kalimat Majemuk Setara, antara lain: dan, dan lagi, lagi pula,
serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, sedang (kan),
melainkan, sebaliknya, bahkan, malahan.
Teks Fabel
A. Teks fabel adalah teks dongeng yang menceritakan kehidupan hewan yang mempunyai
sifat seperti manusia.
C. Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat,
misalnya memegang, mengangkat.
Contoh kalimat yang menggunakan kata kerja aktif transitif:
Andrian melempar bola basket ke ring.
D. Kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam
kalimat, misalnya diam.
Contoh kalimat yang menggunakan kata kerja aktif intransitif:
Rossa bernyanyi gembira.
E. Kata kerja adalah kata yang menunjukkan nama perbuatan yang dilakukan oleh subyek,
namun mungkin juga untuk menunjukkan
keadaan. Kata kerja biasanya menjadi Predikat dari suatu kalimat.
Contoh: berlari, makan, mandi, tersenyum, dsb.
F. Kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang,
benda, atau binatang.
Contoh: mahal, indah, jelek, tinggi,dsb.
Teks Eksposisi :
Teks yang berisi pendapat disertai argumen/alasan yang mendukung pendapat
tersebut.
Teks Cerpen :
Cerita pendek dengan manusia sebagai tokoh utamanya, dan ada amanat yang
disampaikan
Diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara. Dengan berdiskusi kita dapat
memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak pengalaman. Diskusi adalah
pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan.
Isu
Di dalam era globalisasi ini tayangan televisi sudah tidak bisa dihindari.
Dengan menonton televisi, kita bisa memperoleh bermacam-macam
informasi, termasuk di dalamnya hiburan. Pertanyaannya adalah adakah
dampak negatif yang ditimbulkan dari menonton televisi? Sebagian
masyarakat menganggap bahwa menonton televisi berdampak positif, tetapi
banyak juga masyarakat yang menganggap bahwa menonton televisi
berdampak negatif.
Argumen Mendukung
Dampak positif dari menonton televisi adalah sebagai berikut :
Pertama, televisi memiliki kelebihan dalam hal penyajian berita, televisi umumnya selalu up to
date. Hal ini tentu akan membuat remaja tidak ketinggalan informasi dan memberikan wawasan
yang cukup luas pada remaja secara cepat.
Kedua, jika televisi menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, hal ini tentu
sangat berguna bagi para pelajar. Seorang pelajar bisa mengambil manfaat berupa informasi
pendidikan dari acara televisi tersebut.
Ketiga, pengaruh positif televisi lainnya adalah remaja bisa menyegarkan otak dengan menonton
beragam tayangan hiburan yang disajikan oleh stasiun televisi. Mulai dari acara kuis, film,
sinetron, atau hiburan-hiburan yang lain.
Keempat, acara televisi sering menayangkan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh, baik dalam
dunia pendidikan, dunia usaha, hiburan, atau yang lainnya. Tokoh-tokoh yang ditampilkan
dalam televisi ini bisa memicu remaja untuk mencontoh kesuksesan mereka.
Argumen Menentang
Sementara itu, dampak negatif dari menonton televisi adalah sebagai berikut :
Pertama, televisi membuat remaja lupa waktu. Bagi pelajar, kecanduan nonton
televisi menjadi kontraproduktif dengan tugas seorang pelajar yang kewajibannya
belajar.
Keempat, banyak acara televisi yang isinya kurang sesuai dengan norma masyarakat
Indonesia, termasuk juga dengan berita-berita yang kerap menayangkan kekerasan
tanpa disensor terlebih dahulu. Acara demikian jika ditonton oleh remaja yang
notabene suka meniru, tentu bisa ditiru oleh mereka.
Simpulan
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa televisi mempunyai
dampak positif atau negatif. Hal itu bergantung pada penonton televisi.