Anda di halaman 1dari 18

CERPEN

-Muh. Abdan -Rizka Putri.A


-Raihan Hilmy -Rizky Lestari

XI MIA 3
Pengertian Cerpen
• Cerpen atau dapat disebut cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain seperti novella dan novel.

• Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah
atau cerita mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan
pendek dan singkat. Atau pengertian cerpen yang lainnya yaitu sebuah
karngan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang atau kehidupan
yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu
tokoh saja.

• Cerpen biasanya mempunyai kata yang kurang dari 10.000 kata atau
kurang dari 10 halaman saja.
Jenis Cerpen
Berdasarkan Jumlah Kata Berdasarkan Tekhnik
Mengarangnya
• 1. Cerpen mini (flash), cerpen • 1. Cerpen sempurna (wellmade
dengan jumlah kata antara short-story), cerpen yang
750-1.000 kata. terfokus pada satu tema
dengan plot yang sangat jelas,
dan ending yang mudah
• 2. Cerpen yang ideal, cerpen dipahami. Umumnya bersifat
dengan jumlah kata antara konvensional dan berdasar
3.000-4000 kata. pada realitas (fakta).

• 3. Cerpen panjang, cerpen • 2. Cerpen tak utuh (slice of life


yang jumlah katanya mencapai short-story), plot (alurnya) tidak
angka 10.000 kata. terstruktur, dan kadang-kadang
dibuat mengambang oleh
cerpenisnya. Umumnya bersifat
kontemporer.
Ciri-ciri Cerpen Menurut Sumarjo dan Saini
• Bersifat rekaan (fiction)
• Bersifat naratif dan
• Memiliki kesan tunggal.

Unsur-unsur Cerpen
Unsur cerpen dibagi 2, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen
mencakup:
a. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
b. Latar (setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita
harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita
berlangsung.
c. Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:


1. Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian
atau cerita yang bergerak ke depan terus.
2. Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu
kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
3. Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:
1. Pengantar: bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat atau kejadian yang merupakan
awal cerita.
2. Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.
3. Puncak ketegangan / klimaks: masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah
memuncak.
4. Ketegangan menurun / antiklimaks: masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan
kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian / resolusi: masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.

Sifat Alur :
1. Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di
samping masalah dasar persoalan.
2. Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh
Godlobnya Danarto.
3. Campuran keduanya.
d. Perwatakan, menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari
melalui, dialog tokoh, penjelasan tokoh, dan penggambaran fisik tokoh.

e. Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.

f. Gaya Bahasa adalah cara pengarang membahasakan cerita.

Gaya Bahasa Sindiran


1. Ironi (sindiran halus): sindiran yang dikatakan, kebalikan dari apa yang sebenarnya. Contoh:
Lekas betul abang pulang, hari baru pukul satu malam (lekas betul=terlambat sekali)
2. Sinisme: sindiran lebih kasar dari ironi yang bermaksud mencemoohkan. Contoh: “Bersih
benar badanmu, ya?” Kata ibu kepada anaknya yang belum mandi
3. Sarkasme: sindiran yang sangat tajam dan kasar, hingga kadang-kadang menyakitkan hati.
Contoh: Hai, binatang pergi engkau dari sini!

Gaya Bahasa Pertentangan


1. Paradoks: gaya bahasa yang mengemukakan dua pengertian yang bertentangan sehingga
sepintas lalu tidak masuk akal. Contoh: Dia sering kesepian dikota besar yang ramai itu
2. Antitesis: pengungkapan mengenai situasi, benda atau sifat yang keadaannya saling
bertentangan, dan menggunakan kata-kata berlawanan arti. Contoh: Besar kecil, tua muda, pria
wanita ikut menyaksikan perlombaan itu
3. Anakhronisme: gaya bahasa yang melukiskan suatu keadaan tidak sesuai dengan
peristiwa sejarah. Contoh: Candi Borobudur dibuat oleh nenek moyang dengan
menggunakan computer
4. Kontrakdiksio interminis: Gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang
bertentangan dengan penjelasan semula.Contoh: Semua telah beres, kecuali surat jalan

Gaya Bahasa Penegasan


1. Inversi: kalimat yang predikatnya terletak di depan subjek.Contoh: Besar sekali
rumahnya.
2. Retoris : kalimat tanya tak bertanya, yang menyatakan kesangsian atau bersifat
mengejek. Contoh: Itukah bukti janji yang engkau ucapkan?
3. Koreksio: membetulkan kembali ucapan yang salah, baik dengan sengaja atau tidak.
Contoh: Dia baru saja makan, oh bukan, dia tidur
4. Repetisi: pengulangan kata-kata dalam bahasa prosa. Contoh: Kita telah merdeka, kita
telah membangun, kita telah bahagia
5. Paralelisme: pengulangan kata-kata untuk penegasan dalam bahasa puisi
6. Enumerasio: melukiskan suatu peristiwa atau keadaan dengan cara menguraikan satu
demi satu situasi/keadaan sehingga merupakan suatu keseluruhan. Contoh: Apa yang
engkau harapkan, saya orang miskin, yang tidak disenangi orang kampong, yang tidak
punya rumah tempat tinggal
7. Klimaks: gaya bahasa yang menguraikan suatu keadaan secara berturut-turut makin
lama makin memuncak. Contoh: Sejak dari kecil sampai dewasa, malah sampai setua
ini perangainya tidak pernah berubah.

8. Anti klimaks: gaya bahasa yang menguraikan suatu keadaan secara berturut-turut
makin lama makin menurun. Contoh: Jangankan sejuta, seribu, seratus pun tak mau
aku memberikan uang itu kepadamu

9. Pleonasme: menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi
sebab arti kata tersebut telah terkandung dalam kata yang diterangkannya.Contoh: Ia
tidak ingin naik ke atas

10. Tautologi: mengulang beberapa kali sepatah kata dalam sebuah kalimat.Contoh:
Tidak, tidak mungkin dia yang mencuri uang itu

11. Ekslamasio: gaya bahasa yang didalamnya memakai kata seru.Contoh: Wah, cantik
benar gadis itu!
Gaya Bahasa Perbandingan
1. Asosiasi: melukiskan suatu keadaan dengan membandingka terhadap keadaan lain
yang menimbulkan suatu asosiasi yang sama dengan benda tersebut sehingga lebih
jelas.Contoh: Wajahnya cantik bagaikan bulan purnama
2. Alusio: gaya bahasa perbandingan dengan mempergunakan ungkapan-ungkapan,
peribahasa, atau sampiran pantun yang sudah lazim dipergunakan orang. Contoh:
Makan hati saya melihat tingkahmu
3. Litotes: gaya bahasa yang melukiskan keadaan sesuatu dengan menyatakan keadaan
yang sebaliknya, guna merendahkan diri.Contoh: Terimalah baju jelek ini sebagai
kenang-kenangan
4. Hiperbola: gaya bahasa yang menggunakan kata-kata untuk melukiskan peristiwa atau
keadaan dengan cara berlebihan daripada sesungguhnya. Contoh: Hatiku rasa terbakar
mendengar caci makinya
5. Personifikasi: gaya bahasa perbandingan yang membandingkan benda mati seolah-
olah bernyawa sehingga bertindak, berlaku, berpikir, merasa seperti manusia. Contoh:
Hatiku berkata, saya harus sukses
6. Sinekdokhe: gaya bahasa yang mengungkapka sebagian masalah padahal yang
dimaksud semuanya, juga menyatakan seluruh masalah sedangkan yang dimaksud
hanya sebagian. Gaya bahasa ini dibagi 2 yaitu:
• - Pars pro toto (sebagian untuk seluruh) Contoh: Saya membeli tiga ekor kambing
• - Totem pro parte (seluruh untuk sebagian) Contoh: Desa kami memenagkan lomba
gerak jalan.
7. Metonemia: gaya bahasa yang menggunakan sepatah kata atau sebuah nama yang
dapat berasosiasi dengan nama benda, binatang, tempat, untuk menggantikan benda
yang dimaksud tadi. Contoh: Kami pulang pergi naik kijang
8. Alegori: gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.
Contoh: Gadis itu bunga mekar di kampung kami
9. Metafora: gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain yang
mempunyai sifat yang sama. Contoh: Dewi malam telah pergi ke peraduannya (bulan)
10. Eufemisme: gaya bahasa perbandingan mempergunakan kata yang mengandung
ari memperlembut atau memperhalus yang dimaksudkan untuk menghindarkan
pantang (hal yang tabu) atau sopan santun
11. Antonomasia: menyebutkan keterangan atau sifat tentang sesuatu, tetapi tidak
menyebutkan hal yang diterangkan itu. Contoh: Berdoalah kepada Yang Maha
Pengasih
g. Sudut Pandang (Point of View) adalah cara pengarang menceritakan tentang tokoh.
Sudut pandang dibagi menjadi :
˃ Sudut Pandang orang pertama (Aku, Saya, Dia, Kamu, dll )
˃Sudut Pandang orang ketiga (Nama Orang).
>Sudut pandang campuran (Campuran Dia dan Nama Orang).

2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Unsur ekstrinsik meliputi:
•Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
•Latar belakang kehidupan atau riwayat hidup pengarang
•Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
Contoh Cerpen
Asyiknya Matematika
Pulang sekolah, Adelina terlihat kesal. Dia melempar tas putihnya yang seperti
kulit Snow White dan bergradasi biru, sebiru langit yang cerah. Sangat kontras dengan
wajah Adelina yang tampak muram.
Bruk!!! Agak keras tas gendong yang biasa dipakainya itu dijatuhkan diatas sofa.
Adelina masuk ke kamarnya sambil menutup pintu agak keras. Dia segera mengganti
bajunya. Mukanya masih tampak cemberut. Wajah cantiknya terlihat bak langit yang
cerah tertutup awan gelap.
“Kenapa, Del? Pulang sekolah, kok, murung?” tanya mama heran.
“PR Matematika lagi,” jawab Adelina.
Dari dulu dia memang membenci pelajaran Matematika. Harusnya PR itu tidak
dijadikan beban, apalgi sampai stress begitu. Kalau ada yang tidak paham ketika guru
mengajar, kan, bisa minta dijelaskan lagi sampai kita paham. Bu guru pasti senang kalua
ada muridnya yang bertanya. Itu berarti muridnya benar-benar ingin bisa.
“Sini deh, Mama kasih tahu” kata mama sambal melangkah menuju ruang tamu.
“Ada apa, sih, Ma?” tanya Adelina.
“Ikut saja!” kata mama sambil mengelus rambut cokelat Adelina.
Adelina mengikuti mama dari belakang.
“Matematika itu asyik, lho, Del. Masa, sih, kamu benci sama Matematika? Kamu hanya
belum ketemu kuncinya supaya senang belajar Matematika. Semua kegiatan dalam hidup
ini perlu Matematika. Makanya orag bilang Matematika itu adalah ibu dari segala ilmu,”kata
mama.
“Maksudnya?!” tanya Adelina heran.
“Coba kamu ingat, kalau kita tukang jahit,apa yang meraka lakukan?” tanya mama
“Kok Mama malah ngomongin tukang jahit. Iya, tahu. Diukur dulu badan kita dengan
meteran, kan?” jawab Adelina sekenanya.
“Perlu menghitung, tidak?” tanya mama.
“Kadang iya, kadang tidak….” Kata Adelina
“Si tukang jahiit itu perlu menghitung dan dia menggunakan ilmu Matematika,” kata mama.
Puding cokelat yang kamu makan itu terasa lezat karena menggunkan
baha-bahan yang takarnnya pas. Misalnya, gulanya berapa ons, cokelat bubuknnya
berapa ons, agar-agarnya berapa bungkus, santan berapa liter, dan sebagainya.
Kalua takarannya tidak pas, rasanya tidak akan enak. Bisa terlalu manis karena
kebanyakan gula atau terasa hambar karena kekurangan gula. Bisa terlalu keras
karena kurang air dan bisa juga terasa pahit karena kebanyakan cokelat bubuk. Nah
menakar itu semua menggunakan ilmu Matematika. Jadi tanpa kita sadari, ilmu Matematika
itu ada dalam kegiatan kita sehari-hari. Mau membeli alat tulis perlu menghitung berapa
harganya. Kalau uangnya terlalu besar, perlu menghitung berapa kembaliannya. Mau tidur
supaya besok kita tidak kesiangan perlu menghitung, pukul berapa kita harus bangun,”
mama menjelaskan panjang lebar. Adel tampak serius mendengarkannya.
“Kamu tadi malam mengetik tugas Bahasa Indonesia di komputer, kan, perlu menetukan
jaraknya berapa spasi, berapa halaman, dan sebagainya. Itu adalah Matematika. Betul,
kan, Sayang?” kata mama bermaksud memancing senyum Adelina.
“Malah, ahli pesawat lebih susah lagi kalau mau membuat pesawat. Mereka perlu
menggunkan rumus-rumus yang sulit. Jadi, manusia tidak dapat menghindar dari
Matematika,” tambah mama.
“Iya juga sih, tapi, PR Matematikanya susah! Ada tiga puluh dua soal!” kata Adellina.
“Dikerjakan dengan santai. Nanti Mama bantu” kata mama lagi “Sekarang kita makan
siang dulu, yuk. Kan sejak pulang sekolah perutmu belum diisi,” ajak mama sambil
membimbing tangan Adelia menuju ruang makan .
“Nah ini satu mangkuk sup ayam, dua piring nasi, tiga macam lauk dalam tiga piring saji,
satu piring kecil sambal kecap, dua gelas air putih, dua gelas jus jambu biji, satu piring
potongan buah papaya. Coba hitung ada berapa macam menu yang tersaji untuk makan
siang kita ini?” canda mama sambil melirik wajah Adelina yang sudah kembali ceria.
“Ah Mama bisa saja makan sambil belajar Matematika,”kata Adelina tanpa menjawab
pertanyaan mama. Mereka pun tergelak.
“Oh ya, tadi Papa SMS. Katanya masih ada kegiatan di Jogja. Jadi pulangnya ditunda
besok malam. Masih ada tugas yang belum selesai,” kata mama.
“Yah….. kenapa ditunda, sih. Adel sudah terlanjur berjanji sama teman-teman di kelas
mau membagi pensil oleh-oleh Papa dari Jogja. Kemarin Papa telepon katanya sudah
membeli pensil banyak,” kata Adelina tampak kecewa.
“Iya, deh, Ma,” jawab Adelina “Berarti Adel boleh tidur sama mama lagi, dong? Asyiiik…
diceritain lagi!” kata Adelina mendadak ceria.
“Mama, kan, ceritanya bagus-bagus,” tambah Adelina lagi. Mama hanya tersenyum dan
mengangguk. “Gampang…, kan tinggal bilang sama teman-temanmu kalau Papa pulangnya
ditunda. Yang pentingkan tetap dapat oleh-oleh. Betul enggak?” tanya mama.
Hari beranjak malam. Selesai shalat Magrib, Adelina makan malam, membaca Al-
Qur’an, menyiapkan buku pelajaran buat besok, sholat Isya lalu tidur. Adelina senang sekali
bisa tidur sama mama. Biasanya, Adel tidur di kamarnya sendiri. Tetapi kalau papanya
sedang keluar kota, Adelina diizinkan untuk tidur dikamar mama. Biasanya, menjelang
tidur, mama selau menceritakan kisah-kisah menarik. Kadang cerita tentang kisah para
nabi, cerita dongeng, atau cerita tentang masa kecil mama yang tinggal di kampung nun
jauh di Jawa Timur.
Mendengar kisah masa kecil mama, Adelina serasa ikut hadir ke masa itu. Tidak
hidup di kota, meskipun serba ada, tetapi Adelina merasa kesepian. Apalagi dia anak
tunggal. Dia tidak memiliki teman bermain kecuali di sekolah.
Kalau tidak ada les, Adelina sendirian di rumah. Dia bermain game komputer,
main piano, nonton televisi, atau membaca buku. Sedangkan masa kecil mama dulu
sepertinya sangat seru. Bisa bebas bermain dengan banyak teman-teman sampai
menjelang malam. Tempat bermainnya pun tak terbatas.
Bisa ke kebun memetik buah-buahan, berenang di sungai, atau bersepeda ke
rumah teman-temannya. Permainan pun dibuat sendiri, seperti rumah-rumahan beratap
daun pisang, mobil-mobilan dari kayu, ketapel, dan tembak-tembakan. Mereka tidak perlu
membeli.
“Ayo dong, Ma, cerita lagi!” kata Adelina sambil memeluk bantal guling berbentuk boneka beruang
yang ukurannya hampir sebesar badan Adel. Bantal yang sudah berusia dua tahun itu dibeli waktu
papa mengajak mereka berlibur di kebun stroberi di daerah Lembang Bandung. Entah kenapa, dari
sekian koleksi boneka, beruang putih itu saja yang paling sering menemanii Adel. Mungkin selain
bentuknya yang lucu, bulu-bulunya yang halus juga karena terasa empuk dan enak di pakai tidur.
“ Sebentar Mama mikir dulu. Cerita apa, ya? Nah ini tentang keajaiban Al-Qur’an yang berhubungan
dengan Matematika,” kata mama.
“Maksud Mama?” tanya Adelina.
“Sini, deh, lebih dekat ke Mama. Gulingnya singkirkan dulu.” Pinta mama.
“ Masih ingat cerita Mama mingggu lalu tentang keangungan Al-Qur’an?” tanya mama”.
“ Iya, masih ingat. Al-Qur’an itu tidak mungkin dibuat oleh Nabi Muhammad, karena mengandung
banyak hal diluar akal manusia. Seperti cerita tentang nabi-nabi terdahulu, cerita tentang surga dan
neraka, dan juga cerita ilmu pengetahuan yang baru bisa dibuktikan ketika ilmu pengetahuan mulai
maju,” kata Adelina mencoba mengingat-ingat apa yang pernah diceritakan mama.
“Ada hal menarik kaluu diteliti dari kitab suci Al-Qur’an. Kamu tahu ada berapa hari dalam sebulan?
Ada berapa bulan dalam satu tahun? Lalu kalua dijumlahkan semua, dalam satu tahun ada berapa
hari? Coba kamu hitung!” kata mama.
Sejenak Adel menggerak-gerakan jari-jari tangannya sambil komat-kamit menghitung.
Kebetulan di sekolah sudah diajarkan bagaiman mnghitung perkaliann dengan cepat menggunakan
jari tangan. Tak alam kemudian.
“Ada tiga puluh hari dalam sebulan. Ada 12 bulan X 30 hari sam dengan 360 hari!!” jawab Adel girang
karena berhasil menjawab soal dengn cepat menggunakan jari tangan.
“Betul sekali! Jumlah hari dalam setahun itu ada 365 hari. Karena dlam sebulan ada yang 30 hari, 31
hari dan ada yang 28 hari. Nah, Al-Qur’an menyebutkan kata “yaum” yang artinya “hari” itu sebanyak
365 kali. Itu sama dengan jumlah bilangan hari dalam setahun. Terus Al-Qur’an menyebutkan kata
“syahru” yang artinya ”bulan” itu sebanyak 12 kali. Sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
Kemudian menyebutkan kata “sab’u” yang artinya “minggu” itu 7 kali. Sama dengan
jumlah bilangan hari per minggu yaitu 7 hari,” lanjut mama
“Haaa? Benar begitu, Ma?” tanya Adel terbelalak. “Kok, bisa, ya,? Hebat sekali Al-Qur’an ya, Ma,”
tambah Adel yang masi terbengong-bengong.
“Itu pasti betul, Del. Apalagi sekrang penghitungan sudah canggih melalui komputer. Dengan meng-
klik kat yang mau kita hitung, bisa langsung keluar hasilnya,” jelas mama.
“Wah, hebat…..” kata Adel kagum.
“kalimat-kalimat yang disebutkan dalam Al-Qur’an memiliki kata yang sangat seimbang seperti ilmu
Matemstikayang mengajarkan keteraturan,” mama melanjutkan ceritanya.
“Dalam Al-Qur’an, kata “dunia” itu disebut sebanyak 115 kali dan kata “akhirat”juga disebut 115 kali.
Itu atinya supaya manusia menjalani hidup di dunia dan akhirat secara seimbang. Kata "malaikat"
disebutkan 88 kali sama banyaknya dengan kata "syetan" yang disebut juga 88 kali. Kata "hidup"
disebut 145 kali dan kata "mati" disebut 145 kali hebat, kan?" Kata mama.

"Semua ilmu itu datangnya dari Allah. Berusahalah untuk mencatinya dan berdoalah selalu supaya
kita diberi kepahaman," kata mama menutup cerita.

"Nah, sekarang sudah malam. Ayo berdoa dulu sebelum tidur," ajak mama. Tak berapa lama Adelina
sudah terlelap.
Esoknya, Adelia tampak ceria. Dia menyesal kenapa selama ini menolak mengikuti saran
mama untuk ikut les Matematika seperti teman-temannya. Padahal ada banyak lembaga kursus
metode kumon dan metode sempoa. Malah belakangan disekolahnya mengadakan kegiatan yang
mengenalkan cara baru menghitung cepat yaitu menggunakan metode "Gasing".
Tentu saja gasing yang dimaksud bukan mainan gasing yang muter-muter itu. Gasing itu singkatan
dari GAmpang ASyik MenyeNGkan. Kalau selama ini diajarkan cara penghitungan dimulai dari
belakang,metode Gasing sebaliknya.menghitung penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan
pembagian dimulai dari depan. Kelebihannya, menghitung bisa dilakukan sangat cepat dan resiko
terjadinya krslahan sangat kecil. Metode gasing juga mengenalkan terknik-teknik menggunakan jari.
Rumus-rumusnya dinyanyikan melalui lagu-lagu yang mudah dinyanyikan, jadi terasa asyik.
Keesokan harinya, setelah selesai makan siang.
"Mama....., Adel punya cara menghitung model baru, cepat dan asyik," kata Adelina sambil
menyodorkan kertas coret-coretan.
" Tadi di sekolah bu guru mengajarkan Matematika dengan metode Gasing. Adel ingin membedakan
bagaimana cara penghitungan metode Gasing yang diajarkan dan cara Mama menghitung. Begini
caranya, Ma," kata Adel mempraktikan di kertas.
Oh, begitu. Mama baru tahu. Dulu Mama diajarkan menghitung penambahan,
pengurangan, perkalian semuanya dimulai dari angka yang paling belakang. Tapi sekarang ada cara
yang lebih mudah, dimulai dari depan. Wah, hebat anak Mama, mendadak suka Matrmatika....!
Berarti kamu sudah menemukan metode yang tepat," puji mama. Sejak itu Adelina tak pernah lagi
mengeluhkan PR Matematika. Malah, kelihatannya Adel senang sengan pelajaran Matematika. Benar
kata mama, Matematika sangat penting,dan belajarnya harus santaidan dibuat asyik. Ilmu apapun
kalau ditekuni pasti bisa, pikir Adelina. Lama-lama, Adelina semakin merasakan keasyikan belajar
Matematika. Kalian juga,kan?

Anda mungkin juga menyukai