Anda di halaman 1dari 8

Mengenal Rustono, Raja Tempe dari Grobogan

yang Berhasil Taklukkan Pasar Tiga Benua

Membanggakan negara Indonesia di mata dunia bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Contohnya para atlet yang memenangkan pertandingan hingga membuat nama tanah air
berada di puncak mengungguli negara lain. Dan bisa juga lewat berkarya di bidang lain
seperti yang dilakukan Rustono. Pria ini memang bukan atlet atau artis, tapi namanya telah
dikenal luas di berbagai negara di dunia.

Dikenal sebagai King of Tempeh, pria kelahiran Grobogan itu telah membawa tempe
Indonesia terkenal hingga ke benua Asia, Eropa, bahkan Amerika. Namun sebelum
menjadikan makanan legendaris itu mendunia, banyak jalan terjal yang harus dilewati
Rustono. Berikut lika-liku kehidupan sang raja tempe.

Berawal dari Mimpi Naik Pesawat Terbang Saat Kecil

Masa kecil Rustono dihabiskan di sebuah desa agraris di Kramat, Kecamatan Penawangan,
Grobogan, Jawa Tengah. Tinggal di desa yang masih tertinggal, maka tak ada listrik dan
jalanan berbatu pun mewarnai kesehariannya. Rustono kecil setiap hari membantu orang
tuanya bercocok tanam.
Sosok Rustono

Meski kebanyakan orang melarang anaknya pergi ke sawah, tak demikian dengan orang tua
Rustono. Saat di tengah sawah, Rustono kerap melihat pesawat terbang berlalu lalang dan
meninggalkan kepulan awan putih. Anak kecil itu pun berharap suatu saat bisa terbang di
dalam pesawat tersebut.

Menempuh Akademi Perhotelan

Rustanto mulai memilih mimpinya sejak momen study tour kala SMP. Dalam kegiatan itu,
Rustanto yang berwisata ke Borobudur bertemu orang asing dan berkomunikasi dengan
beberapa di antara mereka. Dari situ, tiba-tiba Rustanto merasa memiliki impian untuk
memilih pekerjaan yang berhubungan dengan orang asing.

Rustono memberi pelatihan di kampus


Setelah itu, lelaki ini pun mantap memilih akademi perhotelan dan berhasil lulus di tahun
1990. Keberuntungan rupanya berpihak pada anak kesembilan dari 10 bersaudara itu,
sebab tak lama setelah lulus dirinya diterima bekerja di sebuah hotel di Jakarta. Tak
disangka, di tempatnya bekerja Rustanto malah terpikat oleh turis asing dari negeri Sakura.
Hubungan itu pun berlanjut dan berakhir di pelaminan. Setelah menikah, pasangan muda
itupun pindah ke Jepang.

Hijrah ke Jepang dan Ratusan Kali Gagal Membuat Tempe

Tiba di Jepang, Rustono berniat menjadi pengusaha. Alasannya, ia merasa miris melihat jam
kerja di negeri itu yang sangat padat. Rustono pun berkeliling Jepang untuk survei inspirasi
bisnis. Hingga ia melihat banyak produk kedelai di Jepang, dan mata jelinya menangkap jika
tempe belum ada dalam jajaran produk itu. Rustanto pun berusaha memulai usaha tempe.

Rustono dan keluarga

Ia membatasi bahwa usaha itu harus berhasil dalam waktu 6 bulan. Rustanto pun
menelepon ibunya untuk mencari tahu cara pembuatan tempe. Namun sayang, hingga
empat bulan usaha Rustono membuat tempe tak kunjung berhasil. Terhitung sekitar
ratusan kali dirinya mencoba, tak ada satupun yang berhasil. Tak bisa hidup dengan cara
seperti itu, Rustono akhirnya memilih bekerja di pabrik untuk menghidupi keluarganya. Tiga
tahun menggeluti pekerjaan, Rustono pun telah hafal etos kerja orang Jepang. Ia kemudian
membawa semangat itu dan berniat keluar untuk melanjutkan mimpinya menjadi
pengusaha.
Belajar Membuat Tempe dari 60 Lebih Pengrajin di Indonesia

Setelah memiliki niat keluar dari pekerjaan, selama empat bulan sepulang kerja Rustono
mencoba membuat tempe. Sayangnya, masih tetap gagal seperti sebelumnya. Akhirnya,
pria ini memutuskan untuk pulang ke Indonesia.

Produk Rustono

Ia pun mengunjungi sang ibu sembari belajar membuat tempe ke lebih dari 60 pengrajin. Di
antaranya pembuat tempe dari Solo, Semarang, Grobogan, Jogja, hingga Bogor.

Tempe Buatannya Terus Menerus Ditolak Berbagai Restoran Jepang

Sepulang dari Indonesia, Rustono langsung mempraktekkan ilmu yang ia dapat. Dan, 20
tempe pertama buatannya laku terjual pada orang Indonesia di Jepang. Tiap hari, ada saja
orang-orang Indonesia yang membeli tempe Rustono. Tapi semakin hari, jumlahnya
semakin menurun. Rustono pun mencoba menawarkan produk buatannya kepada pemilik
resto, hotel, catering, dan sebagainya.
Tempe buatan Rustono

Sayangnya, tak ada satupun dari mereka yang menerima. Hari pertama, Rustono
menawarkan ke 10 tempat dan kesemuanya menolak. Hari berikutnya 15 tempat yang
menolak, hari selanjutnya 20 tempat menolaknya, begitu seterusnya. Mulai putus asa,
Rustono pun memakan tempenya sendiri. Suatu hari Rustono menawarkan tempenya
hingga ke 30 tempat, namun masih saja tak aja yang mau menerima. Kesal, ia pun
membagikan tempe-tempe itu secara gratis.

Keberuntungan dari Seorang Wartawan

Di tengah keterpurukan karena penolakan tempenya, musim salju datang dan membuat
produksi tempe terhambat. Sempat mengalami keputusasaan, istri Rustono mengingatkan
mimpi untuk bisa membuat tempe buatannya tersebar di seluruh Jepang. Karena itu,
Rustono pun berusaha bangkit dan memutar otak. Akhirnya ia pun menemukan ide
memanfaatkan selimut elektrik untuk membuat tempe.
Rustono dan bule

Di musim salju, tak banyak orang Jepang yang beraktivitas di luar rumah. Tapi Rustono
tetap teguh melakukan hal itu di tengah turun salju lebat. Ia mengangkut kayu gelondongan
yang dibelinya untuk memperluas pabrik tempe. Imbauan orang-orang untuk menghindari
bahaya tak dihiraukan. Alasannya cukup konyol, untuk membangun mimpi.

Hari kedua, Rustono tetap melakukan aktivitas seperti hari sebelumnya. Dan orang-orang
tetap menghimbau agar dirinya tak melakukan hal itu. Dan ternyata, satu orang yang
menghampirinya adalah wartawan. Wartawan ini akhirnya meliput aktivitas aneh ini dan
tentang impian usaha tempe Rustono. Setelah dimuat, berita Rustono pun jadi viral di
Jepang.

Mempopulerkan Tempe di Tiga Benua

Setelah namanya dikenal di pelosok Jepang lewat cerita yang ditulis wartawan, hal tak
terduga menghampirinya. Rustono mendapat telepon dari restoran yang menolak
tempenya dulu. Penelepon itu pun langsung mengutarakan niat menjadikan tempe Rustono
sebagai langganan di restorannya.
Rustos Tempe di Meksiko

Dan hal itu menjadi awal titik balik kehidupan Rustono dan tempenya berhasil diterima di
Jepang. Tak hanya menyediakan tempe di 60 tempat di negara Sakura saja,Rustono bahkan
memasok tempe di beberapa negara benua Asia, Eropa, bahkan Amerika.

Menerbangkan Tempe di batas Langit

Hidangan tempe Rustono

Telah sukses menaklukkan pasar Jepang, Rustono teringat mimpi masa kecilnya yaitu naik
pesawat. Namun bukan dirinya, tapi tempe buatannya. Ia sangat ingin tempe buatannya
dimakan oleh setiap orang yang melewati tingginya batas langit (kala itu pesawat Boeing
tertinggi terbang di atas 13.000 mdpll). Tak lama kemudian, Rustono menemui manajer
Garuda Indonesia dan penentu masakan dalam kabin, William Wongso.

Ia menceritakan mimpinya agar wisatawan yang ingin ke Indonesia mencoba dulu masakan
khas Indonsia selama perjalanan. Gayung bersambut, mulai saat itu Chicken and Rustos
Tempe Curry menjadi menu penerbangan Garuda Indonesia dari Kyoto ke Denpasar. Kini,
mimpi Rustono menerbangkan tempe sampai batas langit pun terwujud.

Kisah Rustono mengajarkan kita bahwa putus asa adalah hal yang haram dilakukan mereka
yang ingin sukses. Meski bertubi-tubi mengalami kegagalan, kegigihannya untuk tidak
menyerah akhirnya membuahkan hasil. Karena pada dasarnya, penolakan adalah
penerimaan yang tertunda. Dan tempe yang dulunya ditolak di mana-mana itu, akhirnya
bisa mendunia.

Anda mungkin juga menyukai