Rangkuman GC
Rangkuman GC
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 1
Kromatografi Gas
Injektor Detektor
Detektor
amplifier
Gas inlet
Pengatur Kolom
laju dan
tekanan
Oven
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 2
Kromatografi Gas
Gas Pembawa
regulator
filter
silinder gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 3
Kromatografi Gas
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan laju alir dari gas-gas
yang digunakan baik sebagai gas pembawa ataupun sebagai gas yang
diperlukan untuk menjalankan detektor. Pengukuran laju alir gas dapat
dilakukan dengan menggunakan bubble meter, rotameter atau dengan
flow meter elektronik/digital.
Bubble meter menggunakan larutan sabun sebagai penunjuk laju alir dan
dapat digunakan untuk pengukuran laju setelah melalui kolom atau detektor.
Rotameter digunakan untuk pengukuran laju pada pra-kolom.
Pengukurannya dilakukan dengan membaca bola kecil yang melayang
didalam suatu kaca yang telah dikalibrasi. Alat pengukur digital/elektronik
dapat berupa detektor daya hantar termal yang dimodifikasi sehingga
memungkinkan pengukuran laju secara kontinu. Alat ukur ini memerlukan
kalibrasi sebelum penggunaannya dan responsnya dapat bervariasi
bergantung pada jenis gas yang diukur. Gambar berikut menunjukkan
peralatan pengukur laju alir yang sering digunakan dalam kromatografi gas.
A B
Oven
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 4
Kromatografi Gas
syringe
gas pembawa
blok pemanas
glass wool
liner
kolom
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 5
Kromatografi Gas
dibahas secara rinci pada bagian lain dari diktat ini. Bagian berikut ini akan
membahas cara-cara penyuntikan dengan menggunakan syringe.
Alat suntik ini terdiri dari barrel gelas yang telah dikalibrasi dan piston yang
berguna untuk menyuntikkan sejumlah volume tertentu dari isi barrel
melalui jarum penyuntik. Terdapat juga jenis syringe yang khusus untuk
keperluan penyuntikan cuplikan gas atau uap. Cara menginjeksikan cuplikan
merupakan tahapan yang sangat menentukan kinerja kromatografi.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 6
Kromatografi Gas
sample
sample+udara
udara+sample+udara
pelarut+udara+sample+udara
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 7
Kromatografi Gas
load inject
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 8
Kromatografi Gas
Terdapat dua macam kolom kromatografi gas yang lazim digunakan yakni
kolom terbuka dan kolom yang dipack. Kolom terbuka merupakan tabung
terbuka yang permukaan dalamnya dilapisi dengan cairan fasa diam. Jenis
kolom seperti ini mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah
karena tekanan yang dibutuhkan rendah jadi kolom dapat dibuat panjang,
namun jumlah cuplikan harus sedikit karena kapasitas kolom seperti ini
kecil. Kolom pack, fasa diam di-packing di dalam suatu tabung kaca atau
logam.
Dalam menyiapkan kolom packing, maka jenis zat padat pendukung dan fasa
diam yang akan digunakan harus memiliki karakteristik tertentu agar dapat
digunakan untuk keperluan pemisahan yang diinginkan.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 9
Kromatografi Gas
- kolom konvensional
berdiameter luar 1/8 1 /4 yang terbuat dari baja tahan
karat atau pipa gelas dengan panjang 6 20 feet.
- kolom preparatif
berdiameter > 1/4 dengan panjang > 10 feet.
- kolom kapiler
berdiameter dalam 0,1 0,5 mm dengan panjang 10 100
meter.
Secara skematis, jenis-jenis kolom yang dapat digunakan dalam
kromatografiu gas dirangkum sebagai berikut
column
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 10
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 11
Kromatografi Gas
Contoh aplikasi yang dapat ditemukan pada katalog produk kromatografi gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 12
Kromatografi Gas
Pertimbangan kedua, memilih kolom yang ideal untuk suatu analisis yang
spesifik yaitu meliputi,
- pemilihan fasa diam yang benar
- diameter dalam dari kolom
- tebal lapisan film fasa diam
- panjang kolom
Kepolaran
0 SQUALANE SE - 30
APIEZON
OV - 1
SE - 52
OV - 101
DEXSIL 380
KEPOLARAN RELATIF
1 OV - 17
OV - 25
OV
- - 210
OV - 225
2
CARBOWAX 20M
CARBOWAX 1500
3
DEGS
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 13
Kromatografi Gas
Kapasitas kolom
Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu kolom juga
akan membesar, namun daya pisah akan menurun. Untuk pemisahan
campuran yang sangat rumit, diameter yang sempit akan memberikan hasil
yang baik. Di sisi lain, jika konsentrasi komponen dalam contoh sangat
bervariasi maka kolom dengan diameter besar harus digunakan untuk
memperbesar kapasitas kolom.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 14
Kromatografi Gas
Panjang kolom
Untuk analisis isothermal, besaran pelat teoritis dan waktu analisis
berhubungan secara proporsional dengan panjang kolom. Namun perlu
diingat bahwa resolusi adalah akar pangkat dua dari jumlah pelat teoritis.
Jika panjang kolom diperbesar dari 30 m ke 60 m, resolusi akan meningkat
kira-kira 40% dan waktu analisis meningkat kira-kira dua kalinya.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, column bleed, ke-iner-an zat
pendukung dan indeks retensi dari kolom juga perlu dipertimbangkan dalam
memilih suatu kolom.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 15
Kromatografi Gas
Pemrograman Temperatur
Temperatur kolom merupakan variabel penting yang harus dikontrol dengan
baik untuk memperoleh hasil analisis yang baik. Kebergantungan retensi
komponen dalam kolom pada tekanan uap dari masing-masing komponen
yang akan dipisahkan, menyebabkan suatu campuran yang terdiri dari
berbagai komponen dengan titik didih yang sangat bervariasi tidak mungkin
dipisahkan dengan sempurna jika digunakan sistim elusi isotermal.
Komponen-komponen yang mudah menguap mungkin dapat dipisahkan
dengan baik, tetapi komponen dengan titik didih tinggi akan terelusi dengan
waktu retensi yang besar dan disertai dengan gejala pelebaran puncak yang
nyata. Sebaliknya jika digunakan temperatur yang tinggi maka komponen
dengan titik didih tingi akan teresolusi dengan baik namun komponen-
komponen yang mudah menguap akan menunjukkan resolusi yang kurang
baik bahkan terdapat kemungkinan di mana komponen-komponen tersebut
terelusi secara bersama-sama.
Untuk menghindari hal di atas maka temperatur kolom dinaikkan selama
analisis berlangsung. Cara yang disebut terakhir ini yang disebut sebagai cara
pemrograman temperatur.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana suatu pemisahan dapat diperbaiki
dengan menggunakan pemrograman temperatur
Isotermal.
- Komponen tak terpisah dengan baik.
- Beberapa komponen terelusi pada saat
yang sama.
- Puncak yang terakhir menunjukkan
adanya pelebaran puncak.
Temperatur terprogram
- Komponen terpisah dengan sempurna.
- Tidak ditemui adanya pelebaran puncak
chromatogram.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 16
Kromatografi Gas
Detektor
Perangkat ini berfungsi untuk mendeteksi komponen-komponen yang keluar
dari kolom setelah terjadi proses pemisahan. Respon dari perangkat inilah
yang dirubah menjadi isyarat yang dapat terkuantisasi hingga diperoleh
suatu kromatogram.
Sebelum melihat lebih jauh bagaimana mekanisme kerja suatu detektor,
berikut ini diberikan terlebih dahulu beberapa pemahaman mengenai
beberapa besaran karakteristik yang perlu dipunyai oleh detektor.
Kepekaan (sensitivitas)
Kepekaan merupakan ukuran seberapa besar suatu detektor mampu
memberikan perubahan isyarat akibat terjadinya perubahan
konsentrasi analit.
Daerah linier
Daerah linier merupakan rentang konsentrasi dimana besarnya isyarat
detektor linier dengan besarnya konsentrasi.
Batas deteksi
Batas deteksi adalah konsentrasi terkecil dari analit dimana detektor
masih mampu memberikan isyarat yang kuantitatif.
Ketiga besaran di atas dapat dijelaskan dengan baik melalui aluran antara
isyarat detektor (R) terhadap konsentrasi atau jumlah zat (Q) yang melalui
detektor.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 17
Kromatografi Gas
R
b
Lereng (slope) garis grafik R terhadap Q
adalah tan = dR/dQ = S = ukuran
kepekaan detektor.
dR
Daerah liniear adalah rentang konsentrasi a
dQ hingga b.
Q
a
Kepekaan dan daerah linier dari berbagai detektor yang disebutkan di atas,
dirangkum pada gambar berikut ini.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 18
Kromatografi Gas
R1 R2
R3 R4
R5
A
R6
Rangkaian detektor daya hantar panas.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 19
Kromatografi Gas
Detektor daya hantar termal umumnya merupakan suatu blok logam yang
didalamnya terdapat 2 lubang berbentuk silinder. Di dalam silinder inilah
ditempatkan suatu kawat hantar yang tipis (R1 dan R2) atau suatu termistor.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 20
Kromatografi Gas
Dibawah ini diberikan nilai ndaya hantar kalor dari berbagai gas (kal.det -
1.cm-1.derajat-1).
H2 (hidrogen) 44,5
He (helium) 36,0
Ne (neon) 11,6
O2 (oksigen) 6,35
N2 (nitrogen) 6,24
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 21
Kromatografi Gas
udara
recorder
amplifier
hidrogen
kolom
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 22
Kromatografi Gas
asam pentanoat
butana
asam butanoat
propana
asam propionat
asam asetat
etana
asam format
metana
Kepekaan FID yang bergantung pada jenis analit
Kedua jemis detektor yang telah dibahas diatas (TCD dan FID) dapat secara
bersama-sama terinstalasi dalam suatu peralatan kromatografi gas, seperti
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Perbedaan respon antara TCD dan FID untuk cuplikan yang sama diberikan
berikut ini.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 23
Kromatografi Gas
anode purge
pembuangan
anoda (+)
sumber elektron
(63Ni)
gas makeup
kolom
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 24
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 25
Kromatografi Gas
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 26
Kromatografi Gas
dan redeposisi dari rubidium. Jika tak ada analit yang keluar dari kolom,
maka elektron yang mengalir di dalam sistem ini akan memberikan arus
dasar yang dicatat sebagai garis dasar dari kromatogram. Bila eluat
merupakan senyawa nitrogen atau fosfor, hasil ionisasinya akan
mempengaruhi siklus vaporasi, ionisasi dan redeposisi dari rubidium.
Perubahan ini akan menghasilkan arus yang lebih besar di dalam sistem dan
dicatat sebagai puncak kromatogram.
kolektor
(anoda, -ve)
rubidium
katoda, +ve
udara
hidrogen
kolom
Detektor Nitrogen-Fosfor, NPD
Dari konstruksi dan prinsip kerja yang diterangkan di atas dapat dimengerti
jika detektor ini sering pula disebut sebagai Flame Thermionic Detector
(FTD) atau Thermionic Ionization Detector (TID).
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 27
Kromatografi Gas
zona tabung
pengganda
emisi foton
udara filter
hidrogen
kolom
Detektor Fotometri Nyala (Flame Photometric Detector, FPD)
Detektor jenis ini adalah detektor destruktif yang mampu memberikan limit
deteksi hingga 20 pg S/detik dan 0,9 pg P/detik. Daerah liniernya dapat
mencapai 104 untuk fosfor dan 103 untuk belerang.
lampu UV
elektroda
polarisasi insulator
ruang reaksi
elektroda
kolektor
kolom
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 28
Kromatografi Gas
Detektor jenis ini tentu saja hanya memberikan respon terhadap senyawa-
senyawa yang dapat diionisasi dengan radiasi UV. Limit deteksinya mampu
mencapai hingga 2 pg C/detik dengan daerah kelinieran hingga 10 7.
170 N, P, S, C
450
495 Br, Cl, H
generator 658 H, O
gelombang mikro 690 F
740 N
He 777 O
kolom
diode
array
plasma
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 29
Kromatografi Gas
Bergantung pada jenis gas pereaksi, suhu dan pelarut yang digunakan,
detektor ini dapat selektif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung
halogen, belerang dan nitrogen. Temperatur antara 800 1000oC biasanya
digunakan untuk deteksi halogen, 850-950oC untuk nitrogen dan antara 750-
825oC untuk belerang. Kepekaan yang dapat diperoleh melalui detektor ini
adalah 5-10 pg untuk halogen, 10-20 pg untuk belerang dan 10-20 pg untuk
nitrogen.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 30
Kromatografi Gas
B B+C
A C
B
A A
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 31
Kromatografi Gas
Kemungkinan I.
Dari kromatogram yang diperoleh, dihasilkan dua puncak dengan waktu
retensi yang sama dengan kromatogram campuran A + B, hanya saja salah
satu puncak membesar sedang yang lainnya mengecil. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa zat B kemungkinan sama dengan zat C, karena
waktu retensinya sama dan adanya zat C memperbesar puncak B.
Kemungkinan II
Dari kromatogram yang diperoleh, terdapat tiga puncak dengan waktu
retensi berlainan. Disini, dengan pasti dapat dikatakan bahwa zat A dan B
bukanlah zat C.
B B
A A
C
to to
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 32
Kromatografi Gas
Dari hasil perhitungan RRT di atas dapat dikatakan bahwa senyawa B adalah
n-oktana karena nilai RRT-nya sama.
Sebagai standar dalam dapat dipilih salah satu dari daftar yang diakui secara
internasional yang dikeluarkan oleh IUPAC. Beberapa diantaranya diberikan
dalam tabel berikut.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 33
Kromatografi Gas
Standar yang dipilih bergantung pada volume retensi atau waktu retensi
komponen yang akan dianalisis. Juga bergantung pada kereaktifannya
terhadap komponen cuplikan dan fasa diam. Ini berarti standar tak boleh
berekasi baik dengan fasa diam maupun dengan komponen ciplikan dan juga
puncaknya terletak berdekatan dengan komponen yang akan dianalisis.
Waktu retensi relatif suatu zat terhadap suatu zat standar akan berubah bila
fasa diam dari kolom berubah atau berlainan.
Untuk mempermudah pemilihan standar dalam, E. Kovats telah menyusun
suatu sistem indeks yang didasarkan pada senyawa alkana sebagai standar.
Senyawa alkana dipakai sebagai standar karena inert dan larut dalam
kebanyakan fasa diam yang digunakan dalam kromatografi gas. Indeks yang
disusun ini disebut sebagai INDEKS KOVATS (I).
log R x log R z
I 100 n z dimana:
log R z n log R z
RX = tR untuk senyawa X
RZ = tR untuk senyawa n-alkana dengan z buah atom C
RZ+n = tR untuk senyawa n-alkana dengan z+n buah atom C
n = selisih antara jumlah atom C senyawa alkana normal
bersangkutan
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 34
Kromatografi Gas
Jika ingin dilakukan pengukuran waktu retensi relatif (RRT) dari campuran
n-oktana + etilbenzena dengan menggunakan salah satu dari ketiga standar
diatas maka zat standar dalam yang paling baik adalah syandar dengan
indeks Kovats terletak antara 810 920 yaitu sikloheksana dengan nilai I =
894.
Berdasarkan atas nilai-nilai I yang diberikan di atas maka puncak
sikloheksana akan terletak diantara puncak n-oktana dan etil-benzena.
Prinsipnya adalah bahwa zat dengan I paling kecil akan terelusi paling awal
sedang zat dengan I terbesar akan terelusi paling akhir.
Perlu diketahui bahwa jika fasa diam diubah maka nilai indeks Kovats suatu
zat juga akan berubah. Jika digunakan Carbowax 20M pada suhu yang sama
seperti di atas (1600C) maka nilai indeks Kovats dari n-oktana=800, etil-
benzena=1176, benzena=979, p-xylen=1180 dan untuk sikloheksanon=1361.
Pada kondisi kromatografi seperti ini, maka untuk pengukuran RRT dari n-
oktana dan etil-benzena tak dapat lagi digunakan sikloheksana karena indeks
Kovatnya tidak lagi terletak antara indeks Kovats kedua senyawa yang akan
ditentukan RRT-nya. Untuk keperluan ini maka yang dapat digunakan
sebagai standar dalam adalah benzena dengan nilai I = 979.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 35
Kromatografi Gas
Beberapa cara analisis kuantitatif dalam kromatografi gas antara lain adalah :
cara relatif, seperti metoda 100% dan metoda 100% yang diperbaiki.
cara mutlak, seperti cara luas permukaan spesifik dan cara standar
dalam.
C
B
A
Jika dianggap bahwa kepekaan detektor sama untuk semua komponen yang
terdapat dalam cuplikan, maka jumlah masing-masing komponen tersebut
sebanding dengan luas permukaan puncak kromatogramnya.
Cara seperti ini hanya dapat dilakukan jika semua komponen dari cuplikan
dapat terdeteksi dan terekam pada kromatogram. Cara ini digunakan jika
diperlukan analisis semua komponen yang terdapat dalam cuplikan.
Kekurangan cara ini adalah karena detektor umumnya tidak memberikan
kepekaan yang sama untuk masing-masing komponen yang akan dianalisis.
Keragaman kepekaan ini dapat memberikan kesalahan sebesar 10-15%.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 36
Kromatografi Gas
Jumlah komponen A = qA = fA . AA
Jumlah komponen B = qB = fB . AB
Jumlah komponen C = qC = fC . AC
fA, fB dan fC adalah faktor kalibrasi untuk komponen A, B dan C
Dengan demikian :
f A AA
QA x100%
f A AA f B AB f C AC
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 37
Kromatografi Gas
luas puncak, A
Ax
Cx
konsentrasi, C
Waktu Retensi
No. Faktor
kecil besar
1 Laju alir gas pembawa cepat lambat
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 38
Kromatografi Gas
Contoh II.
Kromatogram menunjukkan puncak-puncak yang tidak terpisah dengan baik
dan terdapat puncak yang sangat dekat dengan titik injeksi (t R sangat kecil)
seperti ditunjukkan berikut ini.
waktu retensi
Penurunan laju alir atau tekanan gas pembawa hanya akan sedikit
memperbaiki resolusi, kalau laju alir mula-mula ada di atas laju optimum
(kurva Van Deemter).
Dengan memperpanjang kolom, resolusi mungkin dapat doiperbaiki tetapi
waktu analisis akan semakin panjang. Menurunkan suhu kolom
kemungkinan besar akan memperbaiki pemisahan terutama jika digunakan
pemrograman temperatur.
Contoh III.
Suatu kromatogram dengan resolusi yang buruk dimana hampir semua
puncak tidak nampak diperoleh walaupun waktu retensi dan waktu
analisisnya sudah cukup baik seperti gambar berikut ini.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 39
Kromatografi Gas
waktu retensi
Menurunkan laju alir gas tidak tepat karena akan memperpanjang waktu
retensi sedang waktu retensi dan waktu analisisnya sudah baik. Menurunkan
suhu kolom juga kurang baik karena akan memperbesar waktu retensi.
Dalam situasi seperti ini, cara terbaik adalah dengan memilih fasa diam lain
dengan mempertimbangkan efek polaritas dan afinitas dari komponen yang
akan dipisahkan.
Contoh IV.
Kromatogram berikut memperlihatkan hasil pemisahan yang kurang baik
dengan dua puncak utama yang tidak terpisah dengan sempurna.
waktu retensi
Contoh V.
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 40
Kromatografi Gas
waktu retensi
Contoh VI.
Kromatogram berikut menunjukkan resolusi yang sudah baik namun waktu
analisisnya atau waktu retensi komponen masih terlalu besar.
waktu retensi
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 41
Kromatografi Gas
Contoh VII.
Hasil pemisahan senyawa-senyawa hidrokarbon memberikan kromatogram
berikut ini.
1. pentana
6 2. heksana
4 3. heptana
2
3 5 4. oktana
1 5. dekana
6. dodekana
7. tetradekana
waktu retensi
amran@chem.itb.ac.id
laboratorium pemisahan analitik dan spesiasi departemen kimia institut teknologi bandung
halaman 42