Jurnal
Jurnal
ABSTRAK
Pelayanan PMTCT semakin menjadi perhatian dikarenakan epidemi HIV/AIDS di Indonesia meningkat
dengan cepat. Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu dan bayi. Dampak infeksi HIV terhadap ibu
antara lain: timbulnya stigma sosial, diskriminasi, morbiditas dan mortalitas maternal. Sebagian besar
infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu, hanya sebagian kecil yang terjadi karena proses
transfusi. Kecenderungan Infeksi HIV pada Perempuan dan Anak Meningkat oleh karenanya diperlukan
berbagai upaya untuk mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah penularan HIV dari ibu
hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission). Dengan intervensi yang
baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan menjadi kurang dari
2%. Intervensi tersebut meliputi 4 konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif,
(2) Menurunkan viral load serendah-rendahnya, (3) Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap darah dan
cairan tubuh ibu HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu dengan HIV positif.
ABSTRAC
Service of PMTCT progressively become attention because of epidemic of HIV/AIDS in Indonesia mount
swiftly. Infection of HIV can affect to baby and mother. Infection impact of HIV to mother for example:
incidence of social stigma, discrimination, and morbiditas of mortalitas maternal. Most infection of HIV
at baby caused by infection of mother, only some of small that happened because transfusion process.
Tendency of Infection of HIV at woman and child mount for the reason needed various effort to prevent
infection of HIV at woman, and also prevent infection of HIV of pregnant mother to baby that is PMTCT
(Prevention Prevention of Mother to Child HIV Transmission). With good intervention hence risk
infection of HIV of mother to baby equal to 25 till 45% can be depressed to become less than 2%. The
intervention cover 4 elementary concept: (1) Lessening the amount of pregnant mother with positive HIV,
(2) Degrading rock bottom load viral, (3) Minimization fetus presentation/ baby to mother body dilution
and blood of HIV positive, and (4) is Optimal [of] health of mother with positive HIV
1
tulus, dan perhatian yang 1. Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke
berkesinambungan kepada ibu, bayi dan Bayi.
keluarganya. Pelayanan PMTCT dapat Sebagian besar infeksi HIV pada bayi
dilakukan di berbagai sarana kesehatan disebabkan penularan dari ibu. Infeksi
(rumah sakit, puskesmas) dengan proporsi yang ditularkan dari ibu ini kelak akan
pelayanan yang sesuai dengan keadaan mengganggu kesehatan anak.
sarana tersebut. Namun yang terutama Diperlukan upaya intervensi dini yang
dalam pelayanan PMTCT adalah baik, mudah dan mampu laksana guna
tersedianya tenaga/staf yang mengerti dan menekan proses penularan tersebut.
mampu/berkompeten dalam menjalankan 2. Mengurangi dampak epidemi HIV
program ini.1,2 terhadap Ibu dan Bayi
II. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Dampak akhir dari epidemi HIV berupa
ke Bayi (Preventif mother to child berkurangnya kemampuan produksi
transmission) dan peningkatan beban biaya hidup
yang harus ditanggung oleh Odha dan
Sebagian besar (90%) infeksi HIV
masyarakat Indonesia di masa
pada bayi disebabkan penularan dari ibu,
mendatang karena morbiditas dan
hanya sekitar 10% yang terjadi karena
mortalitas terhadap Ibu dan Bayi.
proses transfusi. Infeksi yang ditularkan
Epidemi HIV terutama terhadap Ibu
dari ibu ini kelak akan mengganggu
dan Bayi tesebut perlu diperhatikan,
kesehatan anak. Padahal dengan intervensi
dipikirkan dan diantisipasi sejak dini
yang mudah dan mampu laksana proses
untuk menghindari terjadinya dampak
penularan sudah dapat ditekan sampai
akhir tersebut.1,2
sekitar 50%nya. Selain itu tindakan
intervensi dapat berupa pencegahan primer/ B. Sasaran Program PMTCT
primary prevention (sebelum terjadinya Guna mencapai tujuan tersebut, Program
infeksi), dilaksanakan kepada seluruh PMTCT mempunyai sasaran program,
pasangan usia subur, dengan kegiatan antara lain:
konseling, perawatan dan pengobatan di 1. Peningkatan Kemampuan
tingkat keluarga. Sebagai langkah antisipasi Manajemen Pengelola Program
maka dalam Strategi Nasional PMTCT
Penanggulangan AIDS 2003-2007 2. Peningkatan akses informasi mengenai
ditegaskan bahwa pencegahan penularan PMTCT
HIV dari ibu ke bayi merupakan program 3. Peningkatan akses intervensi
prioritas.1,2 PMTCT pada ibu hamil, bersalin dan
Kecenderungan Infeksi HIV pada nifas
Perempuan dan Anak Meningkat oleh 4. Peningkatan akses pelayanan
karenanya diperlukan berbagai upaya untuk Dukungan Perawatan dan Pengobatan
mencegah infeksi HIV pada perempuan, (Care, Support dan Treatment) bagi ibu
serta mencegah penularan HIV dari ibu dan bayi.1,2
hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of
C. Bentuk-bentuk intervensi PMTCT
Mother to Child HIV Transmission)
1. Intervensi untuk Pencegahan
A. Tujuan Program PMTCT Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Program Pencegahan Penularan HIV dari Dengan intervensi yang baik maka
Ibu ke Bayi bertujuan untuk: risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
sebesar 25 45% bisa ditekan menjadi
2
kurang dari 2%. Menurut estimasi Obat antiretroviral (ARV) yang ada
Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu sampai saat ini baru berfungsi untuk
hamil HIV positif yang melahirkan di menghambat multiplikasi virus, belum
Indonesia. Berarti, jika tidak ada menghilangkan secara total keberadaan
intervensi diperkirakan akan lahir virus dalam tubuh Odha. Walaupun
sekitar 3.000 bayi dengan HIV positif demikian, ARV merupakan pilihan
setiap tahunnya di Indonesia. Intervensi utama dalam upaya pengendalian
tersebut meliputi 4 konsep dasar: (1) penyakit guna menurunkan kadar virus.
Mengurangi jumlah ibu hamil dengan 4. Meminimalkan paparan janin dan
HIV positif, (2) Menurunkan viral load bayi terhadap cairan tubuh ibu
serendah-rendahnya, (3) Persalinan dengan seksio sesarea
Meminimalkan paparan janin/bayi berencana sebelum saat persalinan tiba
terhadap darah dan cairan tubuh ibu merupakan pilihan pada Odha. Pada
HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan saat persalinan pervaginam, bayi
kesehatan dari ibu dengan HIV positif. terpapar darah dan lendir ibu di jalan
2. Mengurangi jumlah ibu hamil lahir. Bayi mungkin juga terinfeksi
dengan HIV positif karena menelan darah atau lendir jalan
Secara bermakna penularan infeksi lahir tersebut (secara tidak sengaja pada
virus ke neonatus dan bayi terjadi trans saat resusitasi). Beberapa hasil
plasenta dan intrapartum (persalinan). penelitian menyimpulkan bahwa seksio
Terdapat perbedaan variasi risiko sesarea akan mengurangi risiko
penularan dari ibu ke bayi selama penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar
Kehamilan dan Laktasi, tergantung sifat 50-66% . Apabila seksio sesarea tidak
infeksi terhadap ibu : Infeksi primer bisa dilaksanakan, maka dianjurkan
( HSV/ Herpes Simpleks Virus, HIV1), untuk tidak melakukan tindakan invasif
Infeksi Sekunder/ Reaktivasi (HSV, yang memungkinkan perlukaan pada
CMV/ Cyto Megalo Virus), atau Infeksi bayi (pemakaian elektrode pada kepala
Kronis (Hepatitis B, HIV1, HTLV-I). janin, ekstraksi forseps, ekstraksi
Mengingat adanya kemungkinan vakum) dan perlukaan pada ibu
transmisi vertikal dan adanya (episiotomi).
kerentanan tubuh selama proses Telah dicatat adanya penularan melalui
kehamilan, maka pada dasarnya ASI pada infeksi CMV, HIV1 dan
perempuan dengan HIV positif tidak HTLV-I. Sedangkan untuk virus lain,
dianjurkan untuk hamil. Dengan alasan jarang dijumpai transmisi melalui ASI.
hak asasi manusia, perempuan Odha HIV teridentifikasi ada dalam
dapat memberikan keputusan untuk kolustrum dan ASI, menyebabkan
hamil setelah melalui proses konseling, infeksi kronis yang serius pada bayi
pengobatan dan pemantauan. dan anak . Oleh karenanya ibu hamil
Pertimbangan untuk mengijinkan Odha HIV positif perlu mendapat konseling
hamil antara lain: apabila daya tahan sehubungan dengan keputusannya
tubuh cukup baik (CD4 di atas 500), untuk menggunakan susu formula
kadar virus (viral load) minimal/ tidak ataupun ASI eksklusif. Untuk
terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi/ml), mengurangi risiko penularan, ibu HIV
dan menggunakan ARV secara teratur. positif bisa memberikan susu formula
3. Menurunkan viral load/ kadar virus kepada bayinya. Pemberian susu
serendah-rendahnya formula harus memenuhi 5 persyaratan
3
AFASS dari WHO (Acceptable= superinfeksi bila pasangan juga Odha,
mudah diterima, Feasible= mudah atau mencegah penularan bila pasangan
dilakukan, Affordable= harga bukan Odha.1,2
terjangkau, Sustainable= III. Mekanisme penularan HIV dari ibu
berkelanjutan, Safe= aman ke bayi
penggunaannya). Pada daerah tertentu
Penularan HIV dari ibu ke bayi
dimana pemberian susu formula tidak
memiliki resiko sebesar 15-35%. Terendah
memenuhi persyaratan AFASS maka
dilaporkan di Eropa dan tertinggi di Afrika.
ibu HIV positif dianjurkan untuk
Sebuah lembaga International telah
memberikan ASI eksklusif hingga
mengembangkan standard metode
maksimal 3 bulan, atau lebih pendek
perhitungan rerata angka penularan secara
jika susu formula memenuhi
vertical berdasarkan studi prenatal,
persyaratan AFASS sebelum 3 bulan
prosedur pemantauan, criteria diagnosis dan
tersebut. Setelah usai pemberian ASI
definisi kasus. Hal-hal tersebut lebih
eksklusif, bayi hanya diberikan susu
mempengaruhi terjadinya penularan
formula dan menghentikan pemberian
disbanding area geografi yang telah
ASI. Sangat tidak dianjurkan
dilaporkan. Angka penularan kemungkinan
pemberian makanan campuran (mixed
lebih mencerminkan faktor resiko dari ibu
feeding), yaitu ASI bersamaan dengan
ke bayi pada beberapa kelompok dan dapat
susu formula/ PASI lainnya. Mukosa
berubah dengan waktu.3,4,5
usus bayi pasca pemberian susu
formula/ PASI akan mengalami proses A. Faktor virus
inflamasi. Apabila pada mukosa yang 1. Karakteristik virus.
inflamasi tersebut diberikan ASI yang Penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi
mengandung HIV maka akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
memberikan kesempatan untuk utama yang penting adalah jumlah virus
transmisi melalui mukosa usus. Risiko (viral load). Adanya faktor antigen p24
penularan HIV melalui pemberian ASI secara konsisten mempunyai hubungan
akan bertambah jika terdapat terhadap meningkatnya penularan
permasalahan pada payudara (mastitis, (meningkat 2-3 kali dibanding wanita
abses, lecet/luka putting susu). Oleh tidak hamil 4). Beberapa studi
karenanya diperlukan konseling kepada berdasarkan data bayi yang terinfeksi
ibu tentang cara menyusui yang baik. dari ibunya menunjukkan tingginya
5. Mengoptimalkan kesehatan ibu jumlah kuman (viral load) yang
dengan HIV positif dihitung dengan teknik kultur
Melalui pemeriksaan ANC secara kuantitatif, dan menganalisa plasma
teratur dilakukan pemantauan RNA dengan polymerase chain
kehamilan dan keadaan janin. reaction (PCR) atau berdasarkan nomer
Roboransia diberikan untuk suplemen kode DNA, semuanya berhubungan
peningkatan kebutuhan mikronutrien. dengan tingginya penularan.3
Pola hidup sehat antara lain: cukup Plasma jumlah virus seorang ibu
nutrisi, cukup istirahat, cukup olah dengan HIV merupakan prediktor yang
raga, tidak merokok, tidak minum kuat sebagai sumber penularan.
alkohol juga perlu diterapkan. Peningkatan jumlah penularan pada
Penggunaan kondom tetap diwajibkan wanita dengan infeksi HIV primer
untuk menghindari kemungkinan muncul ketika plasma jumlah virus
4
yang aktif berada pada titik tertinggi mengevaluasi antibody-mediator imun.
8,9,10,19
(peak). Sedikitnya penularan terjadi
pada plasma HIV dengan viral load < 3. Infektivitas virus
1000 copi/mL, tanpa memperhatikan Perbedaan secara biologi dari retrovirus
apakah ibu tersebut sedang atau belum menghantar perbedaan pada
mendapatkan ARV Zidovudine.3,4,12 kemungkinan terjadinya penularan.
2. Antibodi Neutralizing Human Immunodeficiency virus type 2
Tingginya kadar antibody neutralizing (HIV-2) jarang menyebabkan penularan
pada loop V3 menunjukkan hubungan dari ibu ke bayinya, lebih sering HIV-1.
menurunnya resiko penularan, tapi Pada studi kecil mengatakan wanita
tidak ada studi yang membandingkan dengan multi patner lebih dari 3
dengan kelompok control. Variabilitas kecenderungan untuk menularkan ke
ikatan antara peptide V3-loop dan bayinya selam masa kehamilan lebih
antibodi V3, dimana ikatan yang kuat besar dibanding wanita yang dengan
terhadap antibody V3-loop akan satu pasangan terinfeksi HIV, ini terkait
bereaksi melawan epitop secara luas dengan potensi tertular oleh karena
sebagai proteksi melawan penularan. peningkatan viral load pada vagina atau
Studi tentang inmunisasi pasif HIV potensial jenis viral fetotropik dapatan,
dapat menjelaskan mekanisme ini lebih hal tersebut merupakan informasi yang
lanjut.3,7 sangat sempit.4,7
Karakteristik penularan dari Human Fenotipe, perbedaan strain pada
Immunodeficiency Virus Type 1 (HIV- replikasi in vitro, selular tropism dan
1) adalah kemahiran berpura-pura induksi sinsitium. Terdapat evidence
bersifat homogen. Yang terpenting bahwa strain sinsitium inducing
adalah mengerti tentang mekanisme meningkatkan virulensi. Macrophage-
potensial proteksi penularan secara specifik tropism telah diteliti pada
selektif, memberikan informasi beberapa strain, belum diketahui secara
terhadap perkembangan vaksin HIV-1 pasti apakah lebih sering diketemukan
dan penggunaan mekanisme pertahanan pada sekresi cairan genital, air susu ibu
kedepan dengan regimen antibody atau plasenta. 4,8,9
monoclonal. Sejak antibody dari ibu
melewati plasenta hingga masuk ke B. Faktor Bayi
aliran darah janin, penularan infeksi 1. Prematuritas
HIV perinatal memberikan kesempatan Beberapa pusat penelitian telah
yang unik untuk mempelajari efek memaparkan tentang hubungan
profilaksis yang potensial dari an prematuritas terhadap infeksi HIV.
autologous neutralizing antibody Sebagai contoh status HIV maternal
(aNAB) yang dijumpai pada kedua menjembatani prematuritas kehamilan.
donor ibu dan bayinya. An autologous Ryder dan teman-teman pada tahun
neutralizing antibody (aNAB) ibu 1989 di Zaire, menggaris bawahi
memiliki sifat pertahanan dan efek tentang prematuritas sebsar 13% pada
selektif pada uterus terutama pada 18 wanita + HIV dan 3% pada kelompok
minggu pertama masa kehamilan dan control. Pengamatan tersebut tidak
intrapartum, serta kedepan dapat konsisten pada Negara berkembang,
menjadi kerangka pikiran untuk bayi yang lahir premature lebih
pembuatan vaksin HIV dengan beresiko terinfeksi HIV dibanding bayi
5
yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. dari luar dan sering mengalami ketidak
4,5,6,19
mampuan dalam mengkopi agen mayor
2. Nutrisi Fetus infeksi. Merupakan perkembangan
Terlepas dari status infeksi HIV, nutrisi immunologi termasuk dalam
prenatal yang buruk dapat menghadapi berbagai virus seperti
menyebabkan retardasi pertumbuhan cytomegalovirus, hepatitis B dan virus
janin dalam rahim atau intrauterine herpes simplek. Ketiga infeksi tersebut
growth retandation (IUGR) dengan bersifat kronik, menjadi karier dalam
perbandingan pertumbuhan yang tidak tubuh dan dapat menyebabkan penyakit
sesuai dengan umur kehamilan. Semua neonates yang fatal. Pada saat system
akan menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh neonatus tidak
imunitas selular dengan jumlah sel T matang, menyebabkan system sel T
yang rendah, respon proliferatif yang tidakberfungsi dnegan baik terutama
buruk, pertumbuhan thymus yang terhadap infeksi HIV, peranan antibody
terganggu, meningkatkan dan system makrofag rendah. Sistem
kecenderungan terserang infeksi, dan antibody pada janin bersifat dorman,
menetap selama 5 tahun masa digantikan oleh system kekebalan tubuh
pertumbuhan yang akan terganggu. dari Ig G ibu melalui transplasenta dan
Direkomendasikan untuk asupan sekresi IgA dari air susu ibu.
vitamin A, untuk mencegah perburukan Rendahnya kadar IgG dan IgA dari ibu
gejala diare yang ada baik pada ibu dengan kehamilan cenderung
maupun bayinya.4 melahirkan premature danjuga antibody
3. Fungsi Pencernaan neutralizing yang rendah. Yang paling
Fungsi pencernaan pada neonatus utama adalah defek selT sehingga
memegang peranan penting dalam berpengaruh pada fungsi nya sebagai
penularan HIV. Sejak infeksi HIV produksi sitokin, respon sel T
diperkirakan masuk melalui pencernaan sitotoksik, lambatnya system penolakan
saat kelahiran, oleh karena terpapar terhadap se lasing dan tropism terhadap
darah yang terinfeksi, sekresi vagina, replikasi virus intraselular. T-helper-1
cairan amnion dan air susu ibu. Pada (TH-1) berperan terhadap respon imun
system pencernaan bayi memiliki selular, bila terjadi defisiensi akan
keasaman lambung yang rendah, terjadi pula defisiensi dari interferon
aktifitas enzyme pencernaan yang (IFN-y). terjadi pula defisiensi respon
rendah, produksi cairan mukosa yang segala tipe sitotoksik termasuk CDS
rendah dan sedikit sekresi dari CTL. Oleh Luzuriaga pada tahun 1991
immunoglobulin A (Ig A) yang dikatakan terdapat defisiensi CDS T-
merupakan system kekebalan pada sel pada bayi yang terinfeksi HIV di 1
pencernaan untuk melawan kuman tahun pertama kehidupan.7,19
yang masuk. Pada infeksi sekunder C. Faktor ibu, kehamilan dan proses
akan terjadi diare, pertumbuhan yang persalinan.
terganggu, dan menunjukkan Seorang ibu yang terinfeksi HIV
prekembangan perjalanan penyakitnya.6 dengan kehamilan memiliki resiko untuk
4. Respon imun neonatus menularkan HIV ke bayinya, dibagi dalam
Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru tiga tahapan waktu yaitu; 7
lahir secara anatomi memiliki defisiensi 1. Antepartum:
fungsional, belum terpapar oleh antigen
6
Viral load dari ibu, apakah sudah Sebetulnya pada ibu dengan infeksi
mendapat terapi anti retroviral, jumlah HIV, pemberian air susu ibu beresiko
CD4+, defisiensi vitamin A, co-reseptor kecil untuk terjadi penularan oleh
mutasi dari HIV, malnutrisi, sedang karena terdapatnya antibody terhadap
dalam terapi pelepasan ketergantungan HIV, bagaimanapun juga di Negara
obat, perokok, korionik villus sampling berkembang, makanan formula
CVS), amniosintesis, berat badan ibu. menjadikan bayi memiliki resiko tinggi
2. Intrapartum: terkena infeksi yang lain, air susu ibu
Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal, merupakan pilihan terbaik.4
proses persalinan, pecah ketuban kasep, Pemilihan pemberian makanan pada
persalinan prematur, penggunaan fetal bayi dengan 2 strategi sebagai
scalp electrode, penyakit ulkus pencegahan penularan dari ibu ke
genitalia aktif, laserasi vagina, bayinya postnatal, dengan pemberian
korioamnionitis, dan episiotomi. zidovudine sebagai profilaksis selama
3. Air susu ibu, mastitis. 38 minggu. Ternyata didapatkan
Telah diketahui air susu ibu degan pemberian air susu ibu dengan
infeksi HIV mengandung proviral HIV zidovudine sebagai profilaksis tidak
dan virus bebas lainnya, sebagai faktor efektif seperti pemberian susu formula,
pertahanan seperti antibody terhadap akan tetapi bermakna dalam
HIV dan glikoprotein yang menurunkan angka kematian pada 7
menghambat ikatan HIV dengan CD4+. bulan pertama kehidupan, disimpulkan
Kebanyakan kasus penulran terjadi bahwa penularan postnatal dari infeksi
pada wanita yang diketahui negative virus HIV-1 lewat pemberian air susu
terhadap HIV akan tetapi penularan ibu dapat diturunkan dengan intervensi
terjadi saat pemberian air susu ibu. pemberian ARV saat perinatal .11
7
Gambar 1 :
Mekanisme penularan dari ibu ke bayinya merupakan proses yang komplek antara virulensi
virus, faktor ibu dan faktor janin. (NSI: non-syncytium-inducing, SI: syncytium-inducing). 20
4. Kehamilan dan cara melahirkan. sitotoksik, peranan plasenta melalui
Resiko penularan terjadi pada kondisi ekpresi FasL atau faktor tumor nekrosis
korioamnionitis dan penyakit menular berhubungan dengan kejadian apoptosis
seksual. Hal ini berhubungan dengan menginduksi ligand atau ekspresi
gangguan pertahanan pada plasenta dan Apo2L dan faktor plasenta seperti
kecenderungan lahir premature, serta korioamnionitis, aktifitas supresi HIV,
dapat meningkatkan viral load pada atau faktor fetus seperti natibodi
organ genital. Disamping itu pemilihan neutralizing atau HIV sel T spesifik
cara melahirkan, lamanya persalinan, sitotoksik.
kapan pecahnya ketuban, dan saat Faktor plasenta, sitokin plasenta tipe 1
proses kelahiran berjalan seorang bayi dan 2 menggerakkan ekspresi reseptor
dapat terpapar darah sang ibu. Inflamasi kemokin. Sitokin dapat menurunkan
pada daerah servik dan uretritis dapat atau meningkatkan replikasi HIV. Studi
meningkatkan deteksi sel yang terdahulu mengatakan adanya variasi
terinfeksi HIV-A.4,5,6,7 produksi plasenta tipe 1 dan 2 oleh
Beberapa studi telah mempelajari ekspresi sitokin dan sitokin
penularan secara vertikal dari ibu ke proinflamatori. Sitokin yang terdapat
bayinya, penularan melalui plasenta pada plasenta dan hubungan hormonal-
juga telah dipublikasikan. Terdapat sitokin memegang peranan dalam
beberapa faktor dari sang ibu, pencegahan penolakan dari Allograph
diantaranya, viral load, antibody fetus dan mendukung proses
neutralizing, atau aktifitas sel T implantasi. Allograph dimediasi oleh
8
sitokin tipe 1 termasuk interferon menurunkan kadar ekpresi mRNA
gamma, TNF-b. produksi dari tipe 2 TNF-a pada mikroeksplan plasenta.15,16
sitokin (IL4,IL10), sebagai toleransi Aktifitas ekspresi transporter ATP-
Allograph dan mempertahankan Binding Cassette (ABC) pada plasenta
kehamilan. Pada kondisi terinfeksi oleh manusia mempengaruhi masuknya obat
HIV, akan menigkatkan rejeksi transplasenta, buruknya transfer
terhadap janin jadi dapat memicu obatkedalam plasenta akan
keguguran melalui jalur sitokin. mempengaruhi transfer obat
Pada wanita hamil yang tidak terinfeksi antiretroviral selama kehamilan.14
sitokin milieu plasenta tipe 2,
sedangkan pada wania terinfeksi lebih IV. Upaya pencegahan penularan dari
mengekspresikan tipe 1. Adanya ibu ke bayinya.
perubahan dari tipe 2 ke tipe 1 belum IV.1 Intervensi untuk Pencegahan
jelan akan tetapi kondisi Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
korioamnionitis dan vilitis Dengan intervensi yang baik maka
mempengaruhi mekanisme penularan. risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
reseptor kemokin CCR5 memegang sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan
peranan pada penularan HIV dari ibu ke menjadi kurang dari 2%. Menurut estimasi
bayinya. Janin dengan homogenus D32 Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu
atau genotype heterozigot hamil HIV positif yang melahirkan di
menunjukkan pertahanan terhadap Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi
infeksi HIV. Pada ibu yang terinfeksi diperkirakan akan lahir sekitar 3.000 bayi
HIV mempunyai rasio CCR5 yang dengan HIV positif setiap tahunnya di
rendah dibanding CXCR4. CXCR4 Indonesia.
mRNA oleh IL10 menghantar makrofag Intervensi tersebut meliputi 4
dan memediasi progesterone, keduanya konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu
CCR5 dan CXCR4 sebagai ekspresi hamil dengan HIV positif, (2) Menurunkan
dari makrofag dan limfosit akan tetapi viral load serendah-rendahnya, (3)
bukan pencerminana trofoblas. Sitokin Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap
tipe 2 dan rendahnya ratio darah dan cairan tubuh ibu HIV positif, dan
CCR5:CXCR4 mencegah replikasi dari (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu
virus HIV. Normal plasma sitokin dari dengan HIV positif.1,2
plasenta memproduksi hormone b-HCG
yang diketahui menghambat replikasi
dari virus HIV.13,16 1. Mengurangi jumlah ibu hamil dengan
IL-16 merupakan ligand CD4 bersama HIV positif
dengan RANTES yangmerupakan Secara bermakna penularan infeksi
ligand dari co-reseptor CCR5 HIV, virus ke neonatus dan bayi terjadi trans
keduanya menghambat replikasi HIV-1 plasenta dan Intra partum. Terdapat
secara invitro. Kadar IFN-g dan alfa perbedaan variasi risiko penularan dari
dan sekresi IL10 didapati pada yang ibu ke bayi selama Kehamilan dan
terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Laktasi, tergantung sifat infeksi
Akan tetapi IL10 lebih tinggi pada ibu terhadap ibu : Infeksi primer ( HSV/
yang tidak terinfeksi HIV. Rendahnya Herpes Simpleks Virus, HIV1), Infeksi
kadar IL8 dan TNF a didapati pada Sekunder/ Reaktivasi (HSV, CMV/
wanita yang terinfeksi HIV. Zidovudine
9
Cyto Megalo Virus), atau Infeksi Apabila seksio sesarea tidak bisa
Kronis (Hepatitis B, HIV1, HTLV-I).1,2 dilaksanakan, maka dianjurkan untuk
Mengingat adanya kemungkinan tidak melakukan tindakan invasif yang
transmisi vertikal dan adanya memungkinkan perlukaan pada bayi
kerentanan tubuh selama proses (pemakaian elektrode pada kepala
kehamilan, maka pada dasarnya janin, ekstraksi forseps, ekstraksi
perempuan dengan HIV positif tidak vakum) dan perlukaan pada ibu
dianjurkan untuk hamil. Dengan alasan (episiotomi).
hak asasi manusia, perempuan Odha HIV teridentifikasi ada dalam
dapat memberikan keputusan untuk kolustrum dan ASI, menyebabkan
hamil setelah melalui proses konseling, infeksi kronis yang serius pada bayi
pengobatan dan pemantauan. dan anak. Oleh karenanya ibu hamil
Pertimbangan untuk mengijinkan Odha HIV positif perlu mendapat konseling
hamil antara lain: apabila daya tahan sehubungan dengan keputusannya
tubuh cukup baik (CD4 di atas 500), untuk menggunakan susu formula
kadar virus (viral load) minimal/ tidak ataupun ASI eksklusif. Untuk
terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi/ml), mengurangi risiko penularan, ibu HIV
dan menggunakan ARV secara teratur positif bisa memberikan susu formula
5.1,2 kepada bayinya. Risiko penularan HIV
2. Menurunkan viral load/ kadar virus melalui pemberian ASI akan bertambah
serendah-rendahnya jika terdapat permasalahan pada
Obat antiretroviral (ARV) yang ada payudara (mastitis, abses, lecet/luka
sampai saat ini baru berfungsi untuk puting susu). Oleh karenanya
menghambat multiplikasi virus, belum diperlukan konseling kepada ibu
menghilangkan secara total keberadaan tentang cara menyusui yang baik.1,2
virus dalam tubuh Odha. Walaupun 4. Mengoptimalkan kesehatan ibu
demikian, ARV merupakan pilihan dengan HIV positif
utama dalam upaya pengendalian Melalui pemeriksaan ANC secara
penyakit guna menurunkan kadar teratur dilakukan pemantauan
virus.1,2 kehamilan dan keadaan janin.
3. Meminimalkan paparan janin dan Roboransia diberikan untuk suplemen
bayi terhadap cairan tubuh ibu peningkatan kebutuhan mikronutrien.
Persalinan dengan seksio sesarea Pola hidup sehat antara lain: cukup
berencana (elective) sebelum saat nutrisi, cukup istirahat, cukup olah
persalinan tiba merupakan pilihan pada raga, tidak merokok, tidak minum
Odha. Pada saat persalinan pervaginam, alkohol juga perlu diterapkan.
bayi terpapar darah dan lendir ibu di Penggunaan kondom tetap diwajibkan
jalan lahir. Bayi mungkin juga untuk menghindari kemungkinan
terinfeksi karena menelan darah atau superinfeksi bila pasangan juga Odha,
lendir jalan lahir tersebut (secara tidak atau mencegah penularan bila pasangan
sengaja pada saat resusitasi). Beberapa bukan Odha.1,2
hasil penelitian menyimpulkan bahwa
seksio sesarea akan mengurangi risiko IV.2 Strategi Pencegahan Penularan HIV
penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar dari Ibu ke Bayi 1,2
50-66% .
10
Menurut WHO terdapat 4 (empat) upaya Konseling tentang HIV dan
yang perlu untuk mencegah terjadinya makanan bayi, serta pemberian
penularan HIV dari ibu ke bayi, meliputi: makanan bayi
1. Mencegah terjadinya penularan HIV Persalinan yang aman.
pada perempuan usia reproduksi 4. Memberikan dukungan psikologis,
2. Mencegah kehamilan yang tidak sosial dan perawatan kepada ibu HIV
direncanakan pada ibu HIV positif positif beserta bayi dan keluarganya.
3. Mencegah terjadinya penularan
HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi IV.3 Pemberian obat Antiretrovirus
yang dikandungnya. Bentuk intervensi sebagai pencegahan penularan ibu ke
berupa: bayinya.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Perempuan dengan CD4
yang komprehensif
>250/mm3 memiliki resiko untuk
Layanan konseling dan tes HIV
terjadinya hipersensitif terhadap NVP lebih
secara sukarela (VCT)
tinggi dengan toksisitas hati yang mungkin
Pemberian obat antiretrovirus
fatal. Hal tersebut berlaku pada perempuan
(ARV)
yang hamil maupun yang sedang tidak
hamil
Tabel 1 :
Rekomendasi untuk memulai Terapi ARV pada perempuan hamil menurut stadium klinis dan
ketersediaan penanda imunologis (menurut WHO 2006)17,18
Stadium Bila tidak tersedia tes CD4 Bila tersedia tes CD 4
klinis
menurut
WHO
1 Tidak diobati untuk kepentingan ibu Obati jika hitung sel CD 4 < 200 sel/mm 3
saat ini(rekomendasi tingkat A-III) (rekomendasi tingkat A-III)
2 Tidak diobati (rekomendasi tingkat A-
3 III)
Obati (rekomendasi tingkat A-III) Obati jika hitung sel CD 4< 350 sel/mm3
(rekomendasi tingkat A-III)
4 Obati (rekomendasi tingkat A-III) Obati tanpa memperhatikan hitung CD 4
((rekomendasi tingkat A-III)
Tabel 2 : Pemberian obat antiretroviral dalam program PMTCT ditujukan pada situasi
klinik
No. Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan (Rejimen untuk Ibu)
1 Odha dengan indikasi ART dan AZT (d4T) + 3TC + NVP (hindari EFV)
kemungkinan hamil atau sedang hamil Hindari EFV pada trimester pertama
Jika mungkin hindari ARV sesudah trimester
pertama
2 Odha sedang menggunakan ART dan Lanjutkan rejimen (ganti dengan NVP atau
kemudian hamil golongan PI jika sedang menggunakan EFV pad
atrimester I)
Lanjutkan dgn ARV yg sama selama dan sesudah
persalinan
11
3 Odha hamil dan belum ada indikasi ART AZT mulai 28 minggu + NVP dosis tunggal pada awal
persalinan
Alternatif
Hanya AZT mulai 28 minggu
AZT + 3TC mulai 36 minggu, selama persalinan, 1
minggu sesudah persalinan
NVP dosis tunggal pada awal persalinan
4 Odha hamil dengan indikasi ART, tetapi AZT mulai 28 minggu + NVP dosis tunggal pada awal
belum menggunakan ARV persalinan
Alternatif
Hanya AZT mulai 28 minggu
AZT + 3TC mulai 36 minggu, selama persalinan, 1
minggu sesudah persalinan
NVP dosis tunggal pada awal persalinan
6 Bumil dalam masa persalinan dan tidak Tawarkan konseling dan testing dalam masa
diketahui status HIV persalinan; atau konseling dan testing setelah
persalinan (ikuti skenario 8)
Jika hasil tes positif maka dapat diberikan :
NVP dosis tunggal
Bila persalinan sudah terjadi maka ikuti
skenario 8; atau
AZT + 3TC pada saat persalinan dilanjutkan 1
minggu setelah persalinan
7 Odha datang pada masa persalinan dan NVP dosis tunggal ditambah
belum mendapat ART AZT + 3TC pada saat persalinan
dilanjutkan 1 minggu setelah persalinan
IV.4 Persalinan yang aman Sebagian besar penularan HIV dari ibu ke
Tujuan persalinan yang aman bagi ibu bayi terjadi pada saat persalinan. Hal ini
dengan HIV adalah : terjadi akibat :
Tidak terjadi penularan HIV : Tekanan pada plasenta meningkat
o ke janin/bayi menyebabkan terjadinya sedikit
o ke tim penolong (medis dan non percampuran antara darah ibu dan
medis) darah bayi.
o ke pasien lainnya Lebih sering terjadi jika plasenta
Kondisi ibu baik sesudah meradang atau terinfeksi.
melahirkan Bayi terpapar darah dan lendir ibu
Efektif dan efisien di jalan lahir.
12
Bayi mungkin juga terinfeksi lecet pada puting yang dapat
karena menelan darah ataupun mempertinggi resiko bayi tertular HIV.
lendir ibu. Cara Menyusui yang dianggap aman :
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
IV.5 Pilihan asupan bagi bayi yang lahir atau hingga tercapainya AFASS.
dari ibu dengan HIV positif. Jangka waktu laktasi singkat 6 bulan
1. Ibu dengan status HIV negatif atau dengan penghentian cepat
status HIV tak diketahui Safe sex practices selama laktasi untuk
ASI eksklusif untuk usia 6 bulan mencegah infeksi atau re-infeksi
pertama Manajemen laktasi yang baik
Makanan padat yang aman, sesuai, (pelekatan dan posisi menyusui yang
dan ASI diteruskan hingga 2 benar serta semau bayi/tidak dijadwal)
tahun. untuk mencegah mastitis. Usahakan
Dorong ibu untuk relaktasi bila proses menyusui sedini mungkin begitu
ibu belum menyusui. bayi lahir untuk mencegah teknik
2. Ibu dengan status HIV positif pelekatan yang salah sehingga puting
Tersedia pengganti ibu lecet.
ASI yang memenuhi syarat AFASS Hanya bagi ibu dengan hitung CD4
(affordable, feasible, acceptable, tinggi
sustainable, safe). Ibu tidak boleh menyusui bila terdapat
Bila kondisi luka/lecet pada puting, karena akan
AFASS tidak terpenuhi, maka dapat menyebabkan HIV masuk ke tubuh
dipertimbangkan pemberian ASI bayi. .
eksklusif yang jangka Teknik menyusui yang benar, ibu harus
pemberiannya singkat atau diajarkan teknik menyusui yang benar
alternatif ASI lainnya, yaitu: untuk menghindarkan terjadinya mastitis
o Pasteurisasi/memanaskan ASI dan lecet pada payudara. Teknik menyusui
perah ibu. terdiri dari posisi menyusui, dan cara
o Mencari Ibu Susu (perempuan pelekatan bayi pada payudara. Untuk
lain untuk menyusui bayinya) menghindari lecet puting, dianjurkan
yang telah dibuktikan HIV menggunakan pelindung putting (nipple
negatif. shield). Posisi Menyusuin yang benar
sebagai berikut ini:
Pemberian ASI bagi bayi dari ibu dengan 1. Kepala dan badan bayi berada
HIV positif . Ibu dengan HIV positif dapat dalam satu garis lurus.
memilih menyusui bayinya bila: 2. Wajah bayi harus menghadap
Pengganti ASI tidak dapat memenuhi payudara dengan hidung
syarat AFASS. berhadapan dengan puting.
Kondisi sosial ekonominya tidak 3. Ibu harus memeluk badan bayi
memungkinkan untuk mencari Ibu Susu dekat dengan badannya.
atau memanaskan ASI perahnya 4. Jika bayi baru lahir, ibu harus
sendiri. menyangga seluruh badan bayi -
Memahami teknik menyusui yang bukan hanya kepala dan bahu.
benar untuk menghindarkan
peradangan payudara (mastitis) dan
Daftar pustaka
13
Human Imunodeficiency Virus Type 1
1. Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Are Transmitted from Mother to Infant.
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi Journal of Virology, 2006;80(2):835-44.
2. Chris W. Green. Seri Buku Kecil, HIV, 11. Ibou Thyor, Shahin Lockman, et al.
Kehamilan dan Kesehatan Perempuan. Breastfeeding Plus Infant Zidovudine
Yayasan Spiritia, Juli 2005 Prophylaxix for 6 Months vs Formula
3. Catherine Peckham, Diana Gibb. Feeding Plus Infant Zidovudine for 1
Mother-to-child Transmission of the month to Reduce Mother to Child HIV
Human Immunodeficiency Virus. New Transmission in Bostwana,
England Journal of Medicine 2006;296(7):794-805.
1995;333(5):298-302 12. Patricia M. Gracia, Leslie A. Kalish,
4. Grace C. John, Joan Kreiss. Mother-to- Jane Pitt, et al. Maternal Levels of
child Transmission of Human Plasma Human Immunodefisiency
Immunodeficiency Virus Type 1. Virus Type 1 RNA and The Risk of
Epidemiologic Reviews Perinatal Transmission. N Engl J Med
1996;18(2):149-157 1999;341:394-402.
5. Joseph P. Mc.Gowan, Sanjiv S. Syah. 13. Homira Behbahani, Edwina Popek,
Prevention of Perinatal HIV Patricia Garcia, et al. Up- regulation of
Transmission During Pregnancy. CCR5 Expression in the Placenta Is
Journal of Antimicrobial Associated with Human
Chemotherapy, 2000;46:657-68 Immunodeficiency Virus-1 Vertical
6. Richard Stiehm. Newborn Factors in Transmission. American Journal of
Maternal-Infant Transmission of Pathology 2000;157(6):1811-7
Padiatrie HIV Infection. Journal of 14. Abhishek Gulati, Philip M. Gerk. Role
Nutrition 1998;22:3166 of Placental ATP-Binding Cassette
7. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. (ABC) Transporter in Antiretroviral
Perinatal Transmission of Major, Therapy During Pregnancy. J Pharm
Minor, and Multiple Maternal Human Sci, 2009;98(7):2317-35.
Immunodeficiency Virus Type 1 15. Faye A., Pomprasert S., Mary J-Y.
Variants In Utero and Intrapartum. Characterization of the main placenta
Journal of Virology, 2001;75(5):2194- cytokine profiles from HIV-1 infected
203 pregnant women treated with anti-
8. Rajesh Ramakrishnan, Roshni Mehta, retroviral drugs in France. Journal
et al. Characterization of HIV-1 Compilation, 2007;149:430-9.
envelope gp41 genetic diversity and 16. Usha K. Sharma, Jorge Trujillo, Hai
functional domains following perinatal Feng Song. A Novel Factor Produced
transmission. Journal of Retrovirology, by Placental Cells with Activity Against
2006;3:42. HIV-1. The Journal of Immunilogy,
9. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. Role 1998;161:6406-12.
of Maternal Autologous Neutralizing 17. Depkes RI. In: Pedoman Nasional
Antibody in Selective Perinatal Terapi Antiretroviral, dengan panduan
Transmission of Human tatalaksana klinis infeksi HIV pada
Immunodeficiency Virus, Type 1 orang dewasa dan remaja, 2009. ed II .
Escape Variants. Journal of Virologi, 18. WHO. In: Antiretroviral Drugs for
2006;80(13):6525-33. Treating Pregnant Women and
10. Xueling Wu, Adam B. Parast, et al. Preventing HIV Infection in Infants,
Nautralization Escape Variants of
14
Rekomendations for a public health
approach, 2010.
19. Vera Bongertz. Vertical Human
Immunodeficiency Virus Type 1-HIV-
1-Transmission. A Review. Mem Inst
Oswaldo Cruz, Rio de Jainero,
2001;96(1):1-14.
20. Stephen A. Spector. Motherto-infant
transmission of HIV-1; The placenta
Fights Back. The Journal of Clinical
Investigations,2001;107(3):287-94.
21. WHO. In: HIV AND INFANT
FEEDING, Principles and
recommendations for infant feeding in
the context of HIV and a summary of
evidence,2010.
15
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS FESES
Akhmad Sudibya
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak:
Ada banyak metode pada pemeriksaan mikrobiologi tinja. Metode mencakup pemeriksaan mikroskopis,
kultur p ada media mikrobiologi, pemeriksaan imunologi, pemeriksaan mikrobiologi molekul, dan uji
sensitivitas antibiotik. Metode yang digunakan tergantung pada mikroba yang diduga sebagai penyebab
penyakit tertentu.
Kata Kunci : pemeriksaan mikrobiologis feses, pemeriksaan mikroskopis, penanaman pada media,
pemeriksaan imunologis, pemeriksaan mikrobiologi molekuler, uji kepekaan antibiotika
16
Media Transpor komplemen (complement fixation test)
Prinsip pemilihan media transpor (Winn dkk, 2006).
adalah mikroba yang dicari harus tetap Pemeriksaan mikrobiologi
hidup atau lebih baik lagi apabila molekuler memanfaatkan prinsip-prinsip
bertambah banyak dan mikroba yang tidak biologi molekuler. Contoh pemeriksaan
diburu tidak tumbuh berlebihan atau lebih mikrobiologi molekuler adalah polymerase
bagus lagi apabila tidak tumbuh. Oleh chain reaction (PCR) (Winn dkk, 2006).
karena itu, pilihan media transpor yang
dipakai harus selalu berdasarkan mikroba Flora Komensal dan Bakteri Patogen
yang dicurigai. pada Saluran Pencernaan Bagian Bawah
Media transpor dibagi Flora komensal pada saluran
menjadi dua, yaitu media transpor umum pencernaan bagian bawah meliputi
dan media transpor khusus. Contoh media Staphylococcus saprophyticus,
transpor umum adalah kaldu pepton, Staphylococcus epidermidis,
medium Stuart, buffer glycerol saline, dan Enterococcus, Escherichia coli,
Cary & Blair. Teladan untuk media transpor Pseudomonas, berbagai bakteri anaerob,
khusus adalah kaldu selenite cystine, dan sebagainya (Winn dkk, 2006).
Kaufmann, dan alkali pepton. Kaldu Bakteri patogen pada saluran
selenite cystine (SC) dipergunakan untuk pencernaan bagian bawah mencakup
deteksi Salmonella. Kaufmann lazim Staphylococcus aureus, ETEC, EPEC,
dipakai untuk pengejaran bakteri Shigella. Yersinia enterocolitica, Salmonella,
Alkali pepton sangat bagus dimanfaatkan Shigella, Vibrio cholerae, Campylobacter,
untuk pelacakan Vibrio (Atlas, 1997 ; Clostridium difficile, dan sebagainya
Supardi dan Warsa, 1998). (Winn dkk, 2006).
17
Diare Inflamatori pemeriksaan mikrobiologi molekuler, dan
Diare Inflamatori melibatkan uji kepekaan.
usus besar. Mikroba yang menyebabkan
Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap Daftar Pustaka
usus (enteroinvasive microorganisms). Anonim. Pedoman Umum Ejaan
Penyebab Diare Inflamatori adalah Bahasa Indonesia yang
Entamoeba histolytica, Shigella spp., Disempurnakan. Jakarta :
EIEC, EHEC, Salmonella enteridis, Departemen Pendidikan dan
Campylobacter jejuni, Vibrio Kebudayaan, 1996.
parahaemolyticus, dan Clostridium
difficile. Sampai saat ini, virus belum Atlas RM. Handbook of
terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori Microbiological Media. Edisi II. Boca
(Winn dkk, 2006). Raton :
CRC Press, 1997. h.
Diare Pada Penyakit Sistemik 12441245.
Salah satu contoh Diare Pada
Penyakit Sistemik adalah Demam Enterik. Koneman EW dkk.. Color Atlas and
Istilah lain untuk Demam Enterik adalah Textbook of Diagnostic
Demam Tifoid. Diare Pada Penyakit Microbiology. Edisi V.
Sistemik melibatkan usus halus distal. Philadelphia : Lippincott Williams &
Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik Wilkins, 1997. h. 121170.
adalah Salmonella typhi, Slamonella non-
typhi, Yersinia enterocolitica, dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Campylobacter spp.. Virus dan parasit Bahasa. Pedoman Umum
belum terbukti secara empiris sebagai Pembentukan Istilah. Jakarta :
penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik Penerbit PT Gramedia
(Thomas, 1985 ; Taylor, 1988; Winn dkk, Widiasarana Indonesia, 1993.
2006).
Supardi I, Warsa UC. Mikrobiologi
Kondisi Khusus dan Agen Infeksius Klinis. Dalam : Nurhasan, penyunting.
Agen infeksius yang terlibat dapat Standar Pelayanan Medis
diprediksi dari kondisi khusus yang Volume 3. Edisi I. Jakarta : Depkes RI
mendahului. Misalnya, diare setelah makan & IDI, 1998. h. 245263.
nasi goreng sangat mungkin melibatkan
Bacillus cereus. Contoh lain, diare sesudah Thomas CL. Tabers Cyclopedic
menyantap telur paling mungkin Medical Dictionary.Edisi XV.
disebabkan oleh Salmonella spp.. Contoh Singapore
lain lagi, Vibrio spp., Norovirus, dan Virus : PG Publishing Pte Ltd,
Hepatitis A sering sekali ditemukan pada 1985, h. 551.
pasien diare yang sebelumnya menikmati
kerang-kerangan (Winn dkk, 2006). Taylor EJ. Dorlands Illustrated
Medical Dictionary. Edisi XXVII.
Kesimpulan Philadelphia : W.B. Saunders
Pemeriksaan mikrobiologis feses Company, 1988. h. 620.
bertujuan menemukan mikroba yang
dianggap sebagai biang keladi suatu Winn WC dkk.. Konemans Color
penyakit tertentu. Metoda yang Atlas and Textbook of Diagnostic
dipergunakan tergantung pada mikroba Microbiology. Edisi VI.
yang akan dibidik. Secara umum, metoda Philadelphia : Lippincott Williams &
yang dipakai meliputi pemeriksaan Wilkins, 2006. h. 67110.
mikroskopis, penanaman pada media
perbenihan, pemeriksaan imunologis,
18
SPINA BIFIDA
Ernawati
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak:
Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebra yang bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau
tidak. Penyebabnya adalah kegagalan penutupan tube neural dengan sempurna sehingga mempengaruhi
neural dan struktur kutaneus ectodermal yang terjadi pada hari ke 17-20 kehamilan.
Spina bifida dapat dideteksi dengan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) pada cairan amnion atau AFP
yang diperiksa pada darah ibu hamil dan bisa juga dideteksi dengan pemeriksaan ultrasonografi. Resiko
seseorang secara spesifik dapat diketahui berdasarkan perbandingan usia kehamilan dan level AFP.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen folic acid 400 microgram / hari sebelum hamil
dan 800 microgram / hari selama kehamilan
SPINA BIFIDA
Ernawati
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrack:
Spina bifida means the parting of arcus vertebrae that may involve nerve tissue beneath it or not. The
reason is the failure of neural tube closure perfectly so that influence the neural and cutaneous ectodermal
structures that occur on days 17-20 of pregnancy.
Spina bifida can be detected by examination of the AFP (alpha feto protein) on amniotic fluid AFP
examined or in blood of pregnant women and can also be detected by ultrasound examination.
Specifically a person's risk can be identified based on comparison of gestational age and AFP level.
Prevention can be done by giving 400 micrograms of folic acid supplements daily before pregnancy and
800 micrograms / day during pregnancy
19
Program skrining neonatal juga saja yang menonjol melalui daerah
merupakan program yang populer dan cacat.
banyak dilakukan di negara bagian Amerika Meningokel merupakan bentuk
yang memiliki undang-undang bagi spina bifida dimana cairan yang ada
pemeriksaan skrining neonatus untuk di kantong terlihat dari luar
menemukan kelainan tertentu. ( daerah belakang ), tetapi kantong
tersebut tidak berisi spinal cord
DEFINISI atau saraf.
Spina bifida berarti terbelahnya - Spina bifida dengan
arcus vertebrae dan bisa melibatkan meningomielokel
jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Merupakan bentuk spina bifida
Spina bifida disebut juga myelodisplasia, dimana jaringan saraf ikut di dalam
yaitu suatu keadaan dimana ada kantong tersebut. Bayi yang terkena
perkembangan abnormal pada tulang akan mengalami paralisa di bagian
belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar bawah.
dan kantung yang berisa cairan yang - Spina bifida dengan mielokisis atau
mengitari spinal cord. Kelainan ini rakiskisis
menyebabkan pembentukan struktur yang Merupakan bentuk spina bifida
berkembang di luar tubuh. berat dimana lipatan-lipatan saraf
gagal naik di sepanjang daerah
KLASIFIKASI torakal bawah dan lumbosakral dan
Ada berbagai jenis spina bifida. antara lain : tetap sebagai masa jaringan saraf
- Spina bifida okulta yang pipih.
Menunjukkan suatu cacat yang Kelainan-kelainan di atas biasanya
lengkung-lengkung vertebranya timbul di daerah cervical dan atau lumbar
dibungkus oleh kulit yang biasanya dan dapat menyebabkan gangguan
tidak mengenai jaringan saraf yang neurologis pada ekstremitas bawah dan
ada di bawahnya. Cacat ini terjadi gangguan kandung kemih. Defek neural
di daerah lumbosakral ( L4 S1 ) tube ini dapat dideteksi melalui
dan biasanya ditandai dengan plak pemeriksaan kadar alfa feto protein ( AFP )
rambut yang yang menutupi daerah pada sirkulasi fetus setelah perkembangan
yang cacat. Kecacatan ini empat minggu.
disebabkan karena tidak
menyatunya lengkung-lengkung PEMBENTUKAN NEURAL TUBE
vertebra ( defek terjadi hanya pada Pembentukan system saraf pusat
kolumna vertebralis ) dan terjadi dimulai sejak bulan pertama perkembangan
pada sekitar 10% kelahiran janin, dimulai dari notocord kemudian
- Spina bifida kistika terbentuk neuroectoderm dan berkembang
Adalah suatu defek neural tube menjadi bentukan seperti pita pipih yang
berat dimana jaringan saraf dan dinamakan neural plate, kemudian masuk
atau meningens menonjol melewati ke dalam ke bagian belakang embrio yang
sebuah cacat lengkung vertebra dan dinamakan neural groove.
kulit sehingga membentuk sebuah Bagian samping dari neural groove
kantong mirip kista. akan melengkung ke atas ( neural fold ) dan
Kebanyakan terletak di daerah menyatu membentuk suatu tabung yang
lumbosakral dan mengakibatkan dinamakan neural tube, penyatuan / fusi
gangguan neurologis, tetapi dari neural fold dimulai dari bagian tengah
biasanya tidak disertai dengan dari embrio dan bergerak ke arah atas
keterbelakangan mental. ( cranial ) dan bawah ( caudal ).Bagian atas
- Spina bifida dengan meningokel dinamakan anterior ( rostral ) neuropore
Pada beberapa kasus hanya dan bagian bawah dinamakan posterior
meningens saja yang berisi cairan ( caudal ) neuropore. Anterior neuropore
menutup pada hari 26 atau sebelumnya
20
sedangkan caudal neuropore akan menutup dengan defek neural tube sebesar 1-2%,
pada akhir minggu ke empat. Jika bagian maka dari itu seorang wanita hamil yang
dari tabung neural ( neural tube ) tidak mengkonsumsi obat-obat anti epilepsi
menutup, tulang belakang juga tidak selama kehamilannya disarankan untuk
menutup akan menyebabkan terjadinya melakukan pemeriksaan AFP prenatal rutin.
spina bifida. Faktor maternal lain yang dapat
menyebabkan defek neural tube meliputi :
STADIUM PERKEMBANGAN - Riwayat keluarga dengan defek
- 21 hari : neural groove dan neural tube
dimulainya pembentukan neural tube - Penggunaan obat-obat anti kejang
- 25 hari : penutupan neural groove - Overweight berat
kecuali bagian akhir anterior dan posterior - Demam tinggi pada awal
- 30 hari : neuropores menutup, kehamilan
pengenalan fore, mid dan - Diabetes mellitus
hind brain.
Diferensiasi 3 lapis neural PATOGENESIS
tube Defek neural tube disini yang
- 5 minggu : pembentukan otak dan dimaksud adalah karena kegagalan
pembentukan lensa mata pembentukan mesoderm dan
- 6 minggu : dimulainya neurorectoderm. Defek embriologi primer
perkembangan cerebellum pada semua defek neural tube adalah
- 7 minggu : corpus striatum dan kegagalan penutupan neural tube,
thalamus, bertemunya mempengaruhi neural dan struktur kutaneus
komponen glandula ectodermal. Hal ini terjadi pada hari ke 17
pituitary -30 kehamilan.
- 8 minggu : meningens, diferensiasi Selama kehamilan , otak, tulang
cortex cerebral belakang manusia bermula dari sel yang
- 3 4 bulan : otak mulai menyerupai datar, yang kemudian membentuk silinder
otak dewasa, terbentuknya yang disebut neural tube. Jika bagian
corpus calosum dan tersebut gagal menutup atau terdapat daerah
konmponen yang lain yang terbuka yang disebut cacat neural tube
- 4 bulan-lahir : timbulnya cerebral sulkus terbuka. Daerah yang terbuka itu
dan gyrus, myelinisasi kemungkinan 80% terpapar atau 20%
dimulai. tertutup tulang atau kulit.
90% dari kasus yang terjadi bukanlah faktor
Ada 3 kategori perkembangan system saraf genetik / keturunan tetapi sebagian besar
yang abnormal : terjadi dari kombinasi faktor lingkungan
1. Kelainan struktural : kesalahan dan gen dari kedua orang tuanya.
dalam organogenesis
2. Gangguan dalam organisasi DIAGNOSA
3. Gangguan metabolisme Defek neural tube dapat dideteksi
dengan pemeriksaan AFP ( alfa feto
ETIOLOGI protein ) pada cairan amnion atau AFP yang
Bahan bahan teratogen yang dapat diperiksa dari darah ibu hamil. AFP adalah
menyebabkan terjadinya defek neural tube protein serum utama yang terdapat pada
adalah : awal kehidupan embrio dan 90% dari total
- Carbamazepine globulin serum dari fetus. AFP dapat
- Valproic acid mencegah rejeksi dari fetal imun dan
- Defisiensi folic acid pertamakali dibuat di yolk sac dan
- Sulfonamide kemudian di sistem gastro intestinal dan
Seorang wanita yang mengkonsumsi hepar fetus. Dimulai dari sirkulasi darah
valproic acid selama kehamilan mempunyai fetus menuju traktus urinarius kemudian
resiko kemungkinan melahirkan bayi diekskresi ke dalam cairan amnion.
21
AFP juga dapat bocor ke dalam hamil dan 800 micrograms / hari selama
cairan amnion melalui defek neural tube kehamilan. Penggunaan suplemen folic acid
yang terbuka seperti pada anencephaly dan ini penting untuk menurunkan resiko
myelomeningocele, dimana sirkulasi darah terjadinya defek neural tube seperti spina
fetus berhubungan langsung dengan cairan bifida.
amnion. Langkah pertama dari prenatal Folic acid ( folinic acid, folacin,
skrining adalah pemeriksaan serum AFP pteroyglutamic acid ) terdiri dari bagian-
pada ibu hamil antara minggu ke 15 dan 18 bagian pteridin, asam para aminobenzoat
kehamilan. dan asam glutamat.
Seseorang dikatakan beresiko Dari penelitian terbukti bahwa
secara spesifik berdasarkan perbandingan yang memiliki arti biologik adalah gugus
usia kehamilan dan level AFP. Misalnya, PABA dan gugus asam glutamat. PmGA
pada usia kehamilan 20 minggu bersama-sama dengan konjugat yang
konsentrasi AFP serum pada ibu hamil lebih mengandung lebih dari satu asam glutamat,
tinggi dari 1.000 ng/mL mempunyai membentuk satu kelompok zat yang dikenal
indikasi terjadinya defek neural tube sebagai folat.
terbuka. Kadar AFP serum normal pada ibu Folat terdapat dalam hampir setiap jenis
hamil biasanya lebih rendah dari 500 makanan dengan kadar tertinggi dalam hati,
ng/mL. ragi dan daun hijau yang segar. Folat
Penentuan ketepatan usia mudah rusak dengan pengolahan
kehamilan sangatlah penting karena level ( pemasakan ) makanan.
AFP mempunyai hubungan yang spesifik Dipandang dari sudut biologik,
dengan usia kehamilan dan dapat defisiensi folat terutama akan
meningkat mencapai puncak pada fetus memperlihatkan gangguan pertumbuhan
normal pada kehamilan 12-15 minggu. akibat gangguan pembentukan nukleotida
Pemeriksaan AFP melalui cairan amnion purin dan pirimidin. Gangguan ini akan
merupakan pemeriksaan yang akurat, menyebabkan kegagalan sintesis DNA dan
terutama pada usia kehamilan 15-20 hambatan mitosis sel.
minggu dan dapat mendeteksi kurang lebih
98% pada semua defek neural tube yang KESIMPULAN
terbuka. Defek neural tube juga dapat
dideteksi dengan USG. Spina bifida termasuk dalam defek
neural tube yang berarti terbelahnya arcus
Beberapa kelainan fetus lain yang dapat vertebrae dan bisa melibatkan jaringan saraf
dideteksi dari peningkatan AFP meliputi : di bawahnya atau tidak. Angka kejadian 1
- Anencephaly per 1000 kelahiran.
- Spina bifida kistika Macam-macam spina bifida :
- Encephalocele - Spina bifida okulta
- Omphalocele - Spina bifida kistika
- Turner syndrome - Spina bifida dengan meningokel
- Gastroschisis - Spina bifida dengan mielokisis atau
- Oligohydrmnions rakiskisis
- Sacrococcygeal teratoma Spina bifida dapat didiagnosis prenatal
- Kelainan ginjal polikistik dengan :
- Kematian janin intra uteri - Pemeriksaan kadar AFP di dalam
- Obstruksi traktus urinarius serum ibu hamil dan cairan amnion
- Ultrasonografi
TERAPI Penyebabnya kebanyakan
Pembedahan multifaktorial, ada kemungkinan
mendapatkan anak dengan cacat seperti ini
PENCEGAHAN meningkat banyak begitu salah satu
Penggunaan suplemen Folic acid keturunan yang dilahirkannya sudah
400 micrograms ( 0,4 mg ) / hari sebelum mengalami cacat ini. Bukti baru
22
menunjukkan bahwa asam folat dapat
menurunkan insidens terjadinya defek
neural tube.
DAFTAR PUSTAKA
23
RESISTENSI SERANGGA TERHADAP DDT
Kartika Ishartadiati
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRAK
Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) adalah insektisida organik sintetik yang termasuk golongan
organoklorin (chlorinated hydrocarbon). DDT disintesis oleh Othmar Zeidler pada tahun 1873, namun
efek insektisidanya baru ditemukan oleh Paul Muller pada tahun 1939. Oleh karena efikasinya yang
sangat baik, DDT menjadi sangat terkenal di bidang pertanian dan bidang kesehatan masyarakat, dan
digunakan secara luas sejak tahun 1945. Namun pada tahun 1948 sudah mulai dilaporkan terjadinya
resistensi DDT pada nyamuk dan lalat.
Kata kunci: resistensi, serangga, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)
ABSTRACT
Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) is a synthetic organic insecticide which belongs to
organochlorine (chlorinated hydrocarbon). DDT was synthesized by Othmar Zeidler in 1873, but the
insecticide effect discovered by Paul Muller in 1939. Because of its strong efficacy, DDT became very
popular in the field of agriculture and public health fields, and has been widely used since 1945. But the
occurrence of DDTs resistance in mosquitoes and flies has been already reported in 1948.
Keywords: resistance, insect, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)
24
meluas, sehingga pada tahun 1985 semua bidang pertanian dan bidang kesehatan
daerah yang diuji kerentanan menunjukkan masyarakat. Dichloro Diphenyl
bahwa An. Aconitus telah resisten terhadap Trichloroethane sempat dijuluki the wonder
DDT, meskipun derajat resistensinya chemical, bahan kimia ajaib yang
berbeda-beda (Kirnowardoyo, 1989). menyelamatkan ribuan hektar tanaman dari
serangan hama serangga (Djojosumarto,
Sebagian besar peningkatan 2006).
resistensi insektisida disebabkan oleh
tindakan manusia dalam mengaplikasikan Dichloro Diphenyl Trichloroethane
insektisida tanpa dilandasi oleh adalah insektisida paling ampuh yang
pengetahuan yang menyeluruh tentang pernah ditemukan dan digunakan manusia
sifat-sifat dasar insektisida kimia termasuk dalam membunuh serangga, tetapi juga
pengembangan populasi resisten (Untung, paling berbahaya bagi umat manusia,
2004). sehingga dijuluki The Most Famous and
Infamous Insecticide.
SEJARAH DICHLORO DIPHENYL
Pada tahun 1962, Rachel
TRICHLOROETHANE
Carson dalam bukunya yang terkenal,
Pencarian senyawa-senyawa Silent Spring menjuluki DDT sebagai obat
sintetik secara sistematik baru dimulai sejak yang membawa kematian bagi kehidupan
ditemukannya efek insektisida dari DDT di bumi. Demikian berbahayanya DDT bagi
(singkatan dari nama trivialnya; 4,4- kehidupan di bumi, sehingga atas
Dichloro Diphenyl Trichloroethane). rekomendasi EPA (Environmental
Penemuan DDT juga merupakan awal dari Protection Agency) Amerika Serikat pada
pengembangan senyawa kimia dari tahun 1972, DDT dilarang digunakan
kelompok atau kelas hidrokarbon berklor terhitung 1 Januari 1973. Pengaruh buruk
(chlorinated hydrocarbon) (Djojosumarto, DDT terhadap lingkungan sudah mulai
2006). Dichloro Diphenyl Trichloroethane tampak sejak awal penggunaannya pada
disintesis oleh Othmar Zeidler pada tahun tahun 1940-an, dengan menurunnya
1873. Namun, efek insektisidanya baru populasi burung elang sampai hampir
ditemukan oleh Paul Muller pada tahun punah di Amerika Serikat. Dari pengamatan
1939 di Swiss (Djojosumarto, 2006; ternyata elang terkontaminasi DDT dari
Tarumingkeng, 2007). Pada tahun 1946, makanannya (terutama ikan sebagai
untuk pertama kalinya resistensi DDT pada mangsanya) yang tercemar DDT. Dichloro
lalat rumah diteliti di Swedia. Diphenyl Trichloroethane menyebabkan
cangkang telur elang menjadi sangat rapuh
Sebelum diuji secara resmi di sehingga rusak jika dierami. Dari segi
Research Station for Fruit Growing, bahayanya, oleh EPA DDT digolongkan
Viticulture, and Horticulture di Wadenswil dalam bahan racun PBT (persistent,
(Jerman), uji efikasi DDT telah dilakukan bioaccumulative, and toxic) material.
oleh Paul Muller terhadap Calliphora Walaupun di negara-negara maju
vomitoria dan beberapa spesies serangga (khususnya di Amerika Utara dan Eropa
lainnya. Selanjutnya, DDT dikembangkan Barat) penggunaan DDT telah dilarang, di
oleh R. Weismann dari perusahaan J.R. negara-negara berkembang terutama India,
Geigy. RRC, dan negara-negara Afrika dan
Oleh karena efikasinya yang sangat Amerika Selatan, DDT masih digunakan.
baik, DDT menjadi sangat terkenal di Banyak negara telah melarang penggunaan
25
DDT kecuali dalam keadaan darurat c. Organofosfat: malathion,
terutama jika muncul wabah penyakit biothion, diazinon, dll.
seperti malaria, demam berdarah, dsb. d. Karbamat: furadan, sevin,
(Tarumingkeng, 2007). Ijin untuk dll.
menggunakan DDT dalam keadaan darurat e. Dinitrofenol: dinex, dll.
oleh karena insektisida alternatif lebih f. Thiosianat: lethane, dll.
mahal, lebih toksik, dan tidak seefektif g. Sulfonat, sulfida, sulfon.
DDT (Sadasivaiah et al., 2007). h. Lain-lain:methylbromide,
Departeman Pertanian RI telah melarang dll.
penggunaan DDT di bidang pertanian, 2. Hasil alam: nikotinoida, piretroida,
sedangkan larangan penggunaan DDT di rotenoida, dll.
bidang kesehatan dilakukan pada tahun Sumber: Hoedojo & Zulhasril (2000);
1995. Komisi Pestisida RI juga sudah tidak Tarumingkeng (2001).
memberi perijinan bagi penggunaan
pestisida golongan hidrokarbon berklor SIFAT KIMIAWI DAN FISIK DDT
(chlorinated hydrocarbon) atau Senyawa yang terdiri atas bentuk-
organoklorin (golongan insektisida di mana bentuk isomer dari 1,1,1-trichloro-2,2-bis-
DDT termasuk) (Tarumingkeng, 2007). (p-chlorophenyl) ethane yang secara awam
disebut juga Dichloro Diphenyl
Trichloroethane (DDT) diproduksi dengan
menyampurkan chloralhydrate (CCl3CHO)
PENGGOLONGAN INSEKTISIDA
dengan chlorobenzene (C6H5Cl), yang
Insektisida adalah bahan yang dikatalisasi oleh asam belerang (WHO,
mengandung persenyawaan kimia yang 1979; Tarumingkeng, 2007). Nama dagang
digunakan untuk membunuh serangga. DDT yang pernah ada di pasaran antara
Menurut Hoedojo (2000) dan lain Anofex, Cezarex, Chlorophenothane,
Tarumingkeng (2001), insektisida Clofenotane, Dicophane, Dinocide,
berdasarkan macam bahan kimianya dibagi Gesarol, Guesapon, Guesarol, Gyron,
dalam: Ixodex, Neocid, Neocidol, dan Zerdane
1. Insektisida sintetik (WHO, 1979).
1) Anorganik: garam-garam
beracun seperti arsenat,
flourida, tembaga sulfat, dan
garam merkuri.
2) Organik:
a. Organoklorin:
a) Seri DDT:
DDT, DDD,
metoksiklor. Struktur kimia DDT.
b) Seri klorden : Dichloro Diphenyl Trichloroethane
klorden, dieldrin, aldrin, terdiri atas campuran tiga bentuk isomer
endrin, heptaklor, DDT (65-80% p,p'-DDT, 15-21% o,p'-
toksafen. DDT, dan 0-4% o,o'-DDT), dan dalam
c) Seri BHC: jumlah yang kecil sebagai kontaminan juga
BHC, linden. terkandung DDE [1,1-dichloro-2,2- bis(p-
chlorophenyl) ethylene] dan DDD [1,1-
b. Heterosiklik:kepone,
dichloro-2,2-bis(p-chlorophenyl) ethane].
mirex, dll.
Dichloro Diphenyl Trichloroethane ini
berupa tepung kristal putih, tak berasa dan
26
tak berbau. Daya larutnya sangat tinggi Serangga dikatakan telah resisten
dalam lemak dan sebagian besar pelarut terhadap suatu insektisida jika dengan dosis
organik, tak larut dalam air, tahan terhadap yang biasa digunakan, serangga tersebut
asam keras dan tahan oksidasi terhadap tidak dapat dibunuh (Soedarto, 2008).
asam permanganat.
Resistensi yang kadangkala diindikasikan
Menurut Tarumingkeng (2007), oleh menurunnya efektivitas suatu
dua sifat buruk yang menyebabkan DDT teknologi pengendalian tidak terjadi dalam
sangat berbahaya terhadap lingkungan
waktu singkat (Untung, 2004). Lamanya
hidup adalah:
proses resistensi pada serangga terhadap
1. Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air,
tetapi sangat larut dalam lemak. Makin insektisida sangat bervariasi, dari hanya
larut suatu insektisida dalam lemak satu sampai dua tahun, hingga puluhan
(semakin lipofilik) semakin tinggi sifat tahun. Sebagai contoh, senyawa arsenik
apolarnya. Hal ini merupakan salah yang digunakan untuk mengendalikan
satu faktor penyebab DDT sangat kumbang kolorado pada kentang di Long
mudah menembus kulit. Island (Amerika Serikat) sejak tahun 1880,
2. Sifat DDT yang sangat stabil dan baru menampakkan gejala resistensi pada
persisten. Ia sukar terurai sehingga tahun 1940-an, tetapi fenvalerat telah
cenderung bertahan dalam lingkungan
menyebabkan resistensi hanya dalam waktu
hidup, masuk rantai makanan
(foodchain) melalui bahan lemak tiga tahun, bahkan karbofuran tidak lagi
jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya efektif setelah dua tahun digunakan
DDT bersifat bioakumulatif dan (Djojosumarto, 2006). Resistensi
biomagnifikatif. insektisida berkembang setelah adanya
Karena sifatnya yang stabil dan proses seleksi yang berlangsung selama
persisten, DDT bertahan sangat lama di banyak generasi. Resistensi merupakan
dalam tanah, bahkan DDT dapat terikat suatu fenomena evolusi yang diakibatkan
dengan bahan organik dalam partikel tanah. oleh seleksi pada serangga yang diberi
perlakuan insektisida secara terus menerus.
27
bawaan dan terkena zat kimia ini akan Dichloro Diphenyl Trichloroethane
punah dari populasinya. Sejalan dengan didetoksifikasi menjadi DDE, DDA,
waktu, serangga resisten yang sebelumnya atau kelthane oleh karena bekerjanya
sedikit menjadi bertambah banyak. ensim dehidroklorinase (Beament &
Akhirnya, seluruh spesies tersebut menjadi Treherne, 2003).
populasi dengan anggota-anggota yang
resisten terhadap DDT. Ketika ini terjadi 2. Penurunan kepekaan tempat sasaran
insektisida pada tubuh serangga.
DDT menjadi tidak efektif lagi terhadap
Diperkirakan bahwa kepekaan terhadap
spesies serangga tersebut (Yahya, 2004).
DDT di tempat sasaran dapat berubah
Pengguna insektisida sering oleh karena perubahan suhu. Pada
menganggap bahwa serangga yang tetap penelitian menggunakan neuron
hidup belum menerima dosis letal, sehingga sensori pada kaki lipas menunjukkan
mereka meningkatkan dosis dan frekuensi bahwa DDT lebih efektif merangsang
aplikasi. Tindakan ini yang mengakibatkan sel sensori pada suhu rendah (16 0C)
semakin menghilangnya proporsi serangga dari pada suhu tinggi (300C) (Beament
yang peka dan meningkatkan proporsi & Treherne, 2003).
serangga yang tahan dan tetap hidup. Dari
3. Penurunan laju penetrasi insektisida
generasi ke generasi proporsi individu melalui kulit atau integumen.
resisten dalam suatu populasi akan Dalam bentuk suspensi, DDT bekerja
semakin meningkat dan akhirnya populasi lebih kuat terhadap larva nyamuk pada
tersebut akan didominasi oleh individu suhu rendah dari pada suhu tinggi.
yang resisten. Resistensi tidak akan Namun, jika diinjeksikan pada larva,
menjadi masalah sampai suatu populasi DDT bekerja lebih kuat pada suhu
didominasi oleh individu-individu yang tinggi dari pada suhu rendah.
resisten, sehingga pengendalian serangga Berdasarkan pengamatan tersebut,
menjadi tidak efektif lagi. disimpulkan bahwa DDT diabsorbsi
lebih banyak pada suhu rendah dari
Salah satu faktor yang
pada suhu tinggi (Beament & Treherne,
mempengaruhi laju perkembangan
2003).
resistensi adalah tingkat tekanan seleksi
yang diterima oleh suatu populasi serangga. Selain faktor-faktor tersebut di atas,
Pada kondisi yang sama, suatu populasi faktor lain yang dapat mempengaruhi
yang menerima tekanan yang lebih keras terjadinya resistensi serangga terhadap
akan berkembang menjadi populasi yang insektisida adalah stadium serangga,
resisten dalam waktu yang lebih singkat generation time serangga dan kompleks
dibandingkan populasi yang menerima genetik (genetic complex) serangga.
tekanan seleksi yang lemah. Insektisida yang bekerja terhadap semua
stadium serangga, artinya dapat membunuh
Menurut Untung (2004),
stadium telur, larva, pupa, maupun dewasa,
mekanisme resistensi suatu serangga
akan lebih cepat terjadi resistensi
terhadap insektisida dapat dibagi menjadi 3
terhadapnya dibandingkan dengan
yaitu:
insektisida yang hanya bekerja terhadap
1. Peningkatan detoksifikasi insektisida satu stadium dari serangga. Serangga-
oleh karena bekerjanya ensim-ensim serangga yang mempunyai siklus hidup
tertentu. pendek sehingga dalam setahun terdapat
28
banyak generasi, akan lebih cepat menjadi resistance) dan resistensi ganda (double
resisten terhadap insektisida dibandingkan resistance) (Hoedojo & Zulhasril, 2000;
dengan serangga-serangga yang hanya Soedarto, 2008).
mempunyai satu generasi dalam setahun
(siklus hidupnya panjang). Dalam hal 3. Cross resistance
Resistensi serangga yang terjadi
kompleksitas dari gen, semakin banyak gen
terhadap dua insektisida yang satu
yang mengatur kemampuan resistensi
golongan atau satu seri, misalnya
serangga terhadap insektisida, semakin
resisten terhadap malathion dan
lambat terjadi resistensi. Jika jumlah gen
diazinon (satu golongan) atau kebal
pengatur resistensi sedikit, serangga cepat
terhadap DDT dan metoksiklor (satu
resisten terhadap insektisida (Soedarto,
seri).
2008).
4. Double resistance
PEMBAGIAN RESISTENSI
Resistensi serangga yang terjadi
Menurut Soedarto (2008), resistensi terhadap dua insektisida yang berbeda
dibagi menjadi resistensi bawaan (natural golongannya atau serinya, misalnya
resistancy) dan resistensi yang didapat resisten terhadap malathion dan DDT
(acquired resistancy). (beda golongan) atau DDT dan dieldrin
(beda seri).
1. Resistensi bawaan
Serangga yang secara alami sensitif Jika satu jenis serangga telah resisten
terhadap suatu insektisida akan terhadap suatu insektisida, maka dosis
menghasilkan secara alami keturunan insektisida harus dinaikkan. Jika dosis
yang juga sensitif terhadap insektisida insektisida terus-menerus dinaikkan, maka
tersebut. Sedangkan serangga yang pada dosis tertentu akan dapat
secara alami sudah resisten terhadap membahayakan kesehatan manusia dan
suatu insektisida, keturunannya juga hewan serta berdampak buruk pada
akan resisten terhadap insektisida lingkungan hidup. Karena itu, insektisida
bersangkutan. Selain itu, serangga yang harus diganti dengan jenis atau golongan
sensitif terhadap suatu insektisida jika lain atau diciptakan insektisida baru untuk
mengalami mutasi (yang terjadi satu memberantas serangga tersebut (Soedarto,
kali setiap beberapa ratus atau ribu 2008). Saat ini laju penemuan insektisida
tahun) dapat berkembang menjadi baru sangat lambat, hal ini dapat
serangga yang resisten terhadap disebabkan antara lain: 1) peningkatan
insektisida tersebut. biaya penelitian untuk menemukan
insektisida baru yang memenuhi syarat, 2)
2. Resistensi didapat peningkatan biaya dan persyaratan
Akibat pemberian dosis insektisida registrasi insektisida yang semakin ketat, 3)
yang di bawah dosis lethal dalam waktu peningkatan biaya produksi, serta 4)
yang lama, serangga target yang semakin ketatnya kompetisi antar produsen
sebelumnya sensitif dapat insektisida (Untung, 2004).
menyesuaikan diri berkembang menjadi
resisten terhadap insektisida tersebut.
29
Saat ini terjadi resistensi beberapa Soedarto, 2008. Parasitilogi Klinik.
serangga terhadap DDT yang disebabkan Airlangga University Press,
oleh ulah pengguna DDT yang tidak Surabaya, hlm. 288-291.
mengerti akan mekanisme terbentuknya
Tarumingkeng, R.C., 2001. Pestisida dan
populasi serangga yang resisten. Penggunaannya.
Penggunaan insektisida untuk pengendalian http://tumoutou.net/TOX/PESTISID
atau pemberantasan serangga, sebaiknya A.htm, diakses pada tanggal 26
tidak terus menerus menggunakan satu Desember 2008.
jenis atau satu golongan insektisida tertentu
saja, tetapi diselingi dengan penggunaan Tarumingkeng, R.C., 2007. DDT dan
Permasalahannya di abad 21.
insektisida dari jenis atau golongan lainnya, http://tumoutou.net/dethh/9_DDT_a
sehingga menghambat atau memperlambat nd_its_problem.htm, diakses pada
terjadinya resistensi serangga terhadap tanggal 26 Desember 2008.
insektisida tertentu..
Untung, K., 2004. Manajemen
Resistensi Pestisida Sebagai
Penerapan Pengelolaan Hama
DAFTAR PUSTAKA Terpadu.
http://kasumbogo.staff.ugm.ac.id/?
Beament, J.W.L., Treherne, J.E., 2003. satoewarna=index&winoto=base&a
Advances in Insect Physiology, c..., diakses pada tanggal 26
Volume 8. Academic Press. Desember 2008.
30
EFEK PEMAKAIAN PIL KONTRASEPSI KOMBINASI
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
F. Y. Widodo
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak
Kontrasepsi oral adalah suatu cara kontrasepsi yang sangat luas dipakai untuk menghambat kehamilan,
baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, mengingat efektifitasnya serta cara pemakaian yang sangat
mudah.
Namun, pil kontrasepsi ini juga memiliki beberapa efek samping yang tidak diinginkan, salah satunya dapat
menimbulkan abnormalitas dari tes toleransi glukosa. Hal tersebut disebabkan adanya kandungan
progesteron pada pil kontrasepsi tersebut. Sampai saat ini masih banyak dilakukan kegiatan penelitian
lebih lanjut untuk menemukan suatu kontrasepsi oral yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek
samping yang sekecil mungkin terhadap kadar glukosa darah.
Oral contraceptives are one of the very widely used contraception to prevent pregnancy, both in Indonesia
and around the world, given its effectiveness and use of a very easy way. However, the contraceptive pill
also has some undesirable side effects, one of which can cause abnormalities of glucose tolerance tests. This
is due to the content of progesterone on the contraceptive pill. Until now there are many activities carried
out further research to find an oral contraceptive that has high efficiency and with the least possible adverse
effects on blood glucose levels.
31
cara KB yang dipakai, dan ini lebih banyak metabolisme karbohidrat, walaupun
apabila dibandingkan dengan pemakai alat gangguan tersebut secara klinis tidak
kontrasepsi lain, seperti misalnya MOW bermakna (10, 11). Selain itu, penelitian
(20%), kondom (13%), MOP (15%), IUD tentang efek norgestimate dan desogestrel
(6%), sedangkan sisanya memakai cara KB yang dikombinasi dengan 25 g ethinyl
yang lain (4). estradiol (EE), ternyata hasilnya tidak
menunjukkan perbedaan dengan kedua
Namun, ternyata alat kontrasepsi penelitian tersebut diatas (12).
yang paling banyak dipakai ini juga memiliki
beberapa efek samping yang tidak Saat ini banyak dilakukan penelitian
diinginkan, yang berpengaruh pada dengan menggunakan kontrasepsi oral tiga
pemakainya. Salah satu efek samping yang fase. Nampaknya kontrasepsi oral jenis ini
dianggap paling berbahaya adalah gangguan hanya memberikan efek yang minimal pada
pada sistem kardiovaskuler, dimana dapat metabolisme karbohidrat, dan bahkan tidak
menimbulkan penyakit jantung koroner (5, menunjukkan efek yang berarti pada
6). pemakainya. Efek itu tergantung pada
macam kontrasepsi oral yang dipakai, serta
Dari data-data yang ada, pada ada atau tidak adanya latar belakang risiko
awalnya menyebutkan, bahwa peningkatan timbulnya penyakit-penyakit tersebut. (8,
resiko kematian diantara wanita yang pernah 12).
memakai pil kontrasepsi, terutama
disebabkan adanya gangguan pembuluh Sejarah Pil Kontrasepsi
darah pada para pemakai yang usianya lebih
tua dan mempunyai kebiasaan merokok. Perkembangan penggunaan pil
Sedangkan laporan yang lebih baru kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan
menyebutkan, setelah dilakukan penelusuran diawali ketika pada tahun 1940 Sturgis dan
lebih dari 25 tahun, diketahui bahwa efek pil Albright menjelaskan tentang efek hambatan
kontrasepsi yang paling meningkatkan ovulasi pada wanita yang mengkonsumsi
mortalitas terjadi pada pemakai baru dan preparat estrogen. Selanjutnya, dengan
yang sedang menggunakan. Efek ini menetap adanya perkembangan penemuan preparat
dalam jangka 10 tahun setelah penghentian progesteron oral yang kuat, maka
pemakaian (7, 8). kemungkinan untuk menghambat ovulasi
secara konsisten dan membuat suatu periode
Faktor risiko lain yang dapat menstruasi yang baru, telah menjadi
memicu timbulnya penyakit jantung koroner kenyataan (4).
adalah abnormalitas dari tes glukosa darah .
Seperti diketahui, pemakaian pil kontrasepsi Penggunaan preparat progesteron
juga dapat meningkatkan kadar glukosa untuk menghambat ovulasi ini pertama kali
darah pada pemakainya, sehingga pada dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia.
peserta KB yang memakai kontasepsi dalam Preparat yang digunakan adalah derivat dari
bentuk pil, resiko terjadinya penyakit 19-nortestosterone, yang diberikan selama 20
kardiovaskuler ini akan menjadi semakin (dua puluh) hari, dimulai dari hari ke 5 (lima)
lebih besar (4, 9) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (dua
puluh lima) dalam satu siklus menstruasi
Efek pemakaian kontrasepsi oral (13).
terhadap metabolisme karbohidrat ini
diperkirakan oleh karena komponen estrogen Secara intensif, penelitian tentang
pada preparat kontrasepsi oral tersebut (4). penggunaan pil kombinasi dilakukan
Namun, penelitian selanjutnya menunjukkan dibawah pimpinan Pincus dan Rock yang
bahwa gangguan estrogen terhadap melakukan percobaan lapangan di Puerto
metabolisme karbohidrat adalah kecil. Rico. Pil tersebut mengandung progestin
Pernyataan ini juga ditunjang oleh penelitian norethynodrel dan estrogen mestranol,
yang dilakukan Berenson dan kawan-kawan , ternyata pil tersebut memiliki daya yang
para sarjana tersebut meneliti preparat sangat tinggi untuk mencegah kehamilan. Ini
ethinyl estradiol and desogestrel, yang permulaan terciptanya pil kombinasi. (13,
ternyata juga memberikan dampak kepada 14). Pil yang terdiri dari kombinasi antara
32
etinilestradiol atau mestranol dengan salah lain yang mengandung jumlah estrogen yang
satu jenis progestagen (progesteron sintetik) sama (6, 13).
kini banyak digunakan untuk kontrasepsi
(14). 3. Pil Kontrasepsi Oral 3 Fase.
Pada dasarnya sampai saat ini telah Pil kontrasepsi jenis ini memiliki efek
diketahui adanya beberapa jenis pil samping yang paling minimal apabila
kontrasepsi sebagai berikut: dibanding dengan jenis yang lain, tetapi efek
untuk mencegah kehamilan tetap sebanding
1. Pil Kombinasi. (6, 13).
Pil ini mengandung estrogen dan 4. Pil Pasca Sanggama (post coital
progesteron, diminum 1 tablet setiap hari, pill/morning after pill)
dan harus dimulai pada hari ke 5 (lima) saat
menstruasi, dan diminum selama 20 (dua Pil ini hanya mengandung estrogen
puluh) atau 21 (dua puluh satu) hari. Dengan saja, namun dalam dosis yang besar. Cara
memakai pil kombinasi maka pengeluaran mengkonsumsi pil ini adalah diberikan
LH (Luteinizing Hormone) akan dihambat, selama 5 (lima) hari berturut-turut, dan harus
sehingga ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, mulai deiberikan paling lama 72 (tujuh puluh
motilitas tuba Fallopii dan uterus juga dua) jam setelah sanggama. Cara kerja pil ini
ditinggkatkan, sehingga fertilisasi akan sulit adalah dengan menghambat terjadinya
terjadi. Efek yang lain terhadap traktus implantasi/penempelan blastokist kedalam
urogenitalis adalah modifikasi pematangan endometrium (4, 6, 13, 14).
endometrium sehingga implantasi menjadi
sukar, dan terjadi pula pengentalan dari 5. Pil Berurutan (sequential pill)
lendir serviks uteri sehingga pergerakan sel Dosis pil ini merupakan campuran
sperma menjadi terhalang (4, 14, 15) antara pil estrogen dan pil kombinasi.
2. Pil Kontrasepsi 2 Fase Estrogen diberikan selama 15 hari pertama,
selanjutnya diikuti dengan pemberian pil
Pil ini terdiri dari 21 tablet, yang kombinasi estrogen dan progesteron selama 5
kesemuanya mengandung ethinyl-estradiol hari berikutnya. Khasiat pil ini sebagian
35 Ug, tetapi 10 tablet pertama mengandung besar tergantung pada komponen
progesteron 0.5 mg, dan 11 tablet berikutnya estrogennya yang bekerja menghambat
mengandung progesteron sebesar 1 mg. LHRH (Lutein Hormone Releasing
Model pil ini lebih mendekati siklus Hormone), sehingga FSH (Folicle
menstruasi yang normal, sehingga dapat Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
lebih menurunkan terjadinya efek samping Hormone) tidak dikeluarkan. Akibatnya,
yang tidak diinginkan. Khasiat pil ini untuk proses ovulasi akan menjadi terhambat (6,
mencegah kehamilan tetap sama dengan pil 14).
33
6. Mini Pil Komponen progesterone lebih
banyak menghambat LH dan hanya sedikit
Pil jenis ini merupakan pil tunggal menghambat FSH. Fungsi dari progesterone
yang hanya mengandung progesteron saja, dalam pil kombinasi adalah untuk lebih
dan diberikan setiap hari. Cara kerja pil ini memperkuat khasiat estrogen, sehingga
ialah dengan meningkatkan kekentalan lerdir dalam 95 98% tidak terjadi ovulasi.
serviks uteri sehingga sperma menjadi sulit Progesteron sendiri dalam dosis tinggi dapat
untuk bergerak. Pil ini juga menyebabkan menghambat terjadinya ovulasi, tetapi tidak
adanya perubahan pada endometrium, pada dosis rendah. Progesteron memiliki
sehingga implantasi dapat dihambat (14, 16). khasiat (14, 15, 18):
7. Pil Kontrasepsi Untuk Pria
- membuat lendir serviks uteri
Saat ini telah ditemukan suatu bahan menjadi lebih kental, sehingga
yang disebut Gosypol, yang ternyata menghalangi penetrasi
memiliki efek spermatisida (membunuh sel spermatozoon untuk masuk
sperma), baik pada pemakaian lokal maupun kedalam uterus.
sistemik. Lebih lanjut, penggunaan obat ini - Kapasitasi spermatozoon yang
masih dalam penelitian para ahli, baik perlu untuk memasuki ovum
tentang farmakologinya maupun tentang terganggu
toksikologinya (17).
- Beberapa jenis progesterone
memiliki efek antiestrogenik
terhadap endometrium, sehingga
Mekanisme Kerja Pil Kontrasepsi menyulitkan implantasi ovum
yang telah dibuahi.
Efek pil kontrasepsi untuk dapat
mencegah kehamilan adalah merupakan kerja Efek progesterone dan estrogen
aktif dari komponen-komponen yang ada bersama-sama dapat dilihat pada
dalam pil tersebut. Pada pil kombinasi, endometrium, dimana endometrium menjadi
komponen estrogen dan komponen sukar untuk mengalami implantasi dan
progesteron bekerja sama untuk menghambat menjadi lebih tipis, yang mengakibatkan para
terjadinya ovulasi (13, 14, 18). Aktifitas pemakai pil kontrasepsi jarang mengalami
tersebut terjadi pada tingkat hipotalamus, menstruasi (14, 18, 19).
yaitu dengan menghambat GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone), Dengan banyaknya modifikasi dalam
sehingga pelepasan FSH dan LH yang rumus kimia dan dosis dari progesterone dan
berasal dari kelenjar hipofisa anterior akan estrogen, maka aktifitas biologik dari
terhambat, dan hal tersebut akan berbagai jenis pil juga berbeda-beda. Untuk
menimbulkan hambatan pada ovarium secara membandingkan khasiat farmakologi dari
sekunder (13, 18) pil-pil kombinasi, selain dilihat dosisnya,
juga harus dilihat dari jenis hormon yang
Dikatakan bahwa estrogen memiliki terkandung dalam pil tersebut. Sebagai
dominansi untuk menekan FSH, sehingga contoh, noretindron dan noretinodrel
maturasi folikel dalam ovarium menjadi memiliki kekuatan yang sama, sedangkan
tehambat. Karena pengaruh estrogen dari noretindron asetat dua kali lebih kuat
ovarium tidak ada, maka tidak terdapat daripada noretindron, atau noretinodrel.
pengeluaran LH. Ditengah-tengah daur haid Etinodiol diasetat 15 kali lebih kuat daripada
kurang terdapat FSH dan tidak ada norgestrel dan kira-kira 30 kali lebih kuat
peningkatan kadar LH akan menyebabkan daripada noretindron atau noretinodrel. Etinil
ovulasi menjadi terganggu. Estrogen dalam estradiol memiliki kekuatan 1.7 sampai
dosis tinggi dapat mempercepat perjalanan dengan 2 kali lebih kuat daripada mestranol.
ovum, dan hal ini akan mempersulit Hal ini penting untuk diketahui, apabila akan
terjadinya implantasi dalam endometrium memberikan pil kontrasepsi, perlu dilakukan
dari ovum yang sudah dibuahi(13, 14, 18) evaluasi terlebih dahulu tentang dosis dan
34
jenis kedua hormon yang dipakai dalam pil c. Pencegahan terhadap penyakit
kombinasi tersebut (14, 18, 19). kanker ovarium, kanker
endometrium, serta pencegahan
terhadap timbulnya tumor jinak
payudara (9, 18, 19)
Keuntungan
d. Mengurangi risiko terjadinya
Apabila diminum secara teratur, pil penyakit rheumatoid arthritis (9,
kontrasepsi memiliki efektifitas untuk 18)
mencegah terjadinya kehamilan hampir
mendekati 100%. Tidak ditemukan adanya
e. Memperbaiki kelainan-kelainan
abortus spontan atau abnormalitas pada bayi
menstruasi, seperti haid tidak
yang dikandung, apabila terjadi kehamilan
teratur, dismenorhea,
selama pemakain pil tersebut (18, 19, 20)
premenstrual tension, keluarnya
Pada wanita yang menghentikan darah haid yang banyak, serta
pemakaian pil kontrasepsi karena ingin mencegah endometriosis ( 4, 18)
hamil, ternyata tidak menunjukkan adanya
infertilitas yang permanen, serta tidak Kontraindikasi
didapatkan hubungan antara besarnya angka
kehamilan dengan lamanya pemakaian Kontraindikasi penggunaan pil
kontrasepsi oral (21) kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kontraindikasi mutlak/absolut dan
Penggunaan pil kontrasepsi pada kontraindikasi relatif. Kontraindikasi mutlak
masa lalu ternyata juga tidak mengganggu meliputi penyakit trombofeblitis atau
kehamilan yang terjadi kemudian setelah tromboemboli, penyakit serebrovaskuler, dan
penghentian pemakaian, dan tidak juga penyakit jantung koroner. Penyakit
meningkatkan risiko kematian janin dalam tersebut diderita saat ini atau pernah diderita
rahim, tidak meyebabkan prematuritas, pada saat lampau.. Penyakti lain adalah
kelainan kongenital dan kematian perinatal kanker payudara serta penyakit kanker lain
(18). Pada beberapa penelitian menyebutkan yang dipengaruhi oleh estrogen, perdarahan
bahwa penghentian penggunaan pil pervaginam abnormal yang tidak
kontrasepsi tidak akan menyebabkan bayi terdiagnosis, kehamilan dan gangguan faal
yang lahir memiliki berat badan lahir rendah, hati (4, 6, 14). Sedangkan kontra inidikasi
namun ada yang menyebutkan akan terjadi relatif meliputi penyakit hipertensi, diabetes
kelahiran dengan berat badan yang rendah melitus, perokok, umur lebih dari 35 tahun,
apabila pil kontrasepsi masih digunakan pada penyakit kandung empedu, gangguan faal
kehamilan usia dini sekali, yaitu saat-saat hati ringan, gangguan faal ginjal dimasa lalu,
mendekati waktu konsepsi (22, 23). epilepsi dan mioma uteri (4, 6, 14).
35
mammae dan serviks uteri, serta timbulnya 2. Kadar gula darah puasa > 126 mg/dl.
tumor-tumor ditempat lain, seperti tumor Puasa diartikan pasien tidak
pada hati, melanoma dan tumor pada kelenjar mendapat kalori tambahan sedikitnya
hipofisa (14, 18) 8 jam. Atau:
Selain memungkinkan timbul efek 3. Kadar gula darah 2 jam pada Tes
samping yang berat, pada pemakai Toleransi Glukosa Oral (TTGO) >
kontrasepsi oral juga bisa timbul efek 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan
samping yang lebih ringan, yang disebabkan Standard WHO, menggunakan beban
oleh komponen-komponen dalam pil glukosa yang setara dengan 75 g
tersebut. Dari komponen estrogen, akan glukosa anhidrus yang dilarutkan
memberikan efek samping ringan berupa rasa dalam air.
mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan keputihan. Sedangkan Penurunan kadar glukosa darah yang
komponen progesteron akan menyebabkan sangat mendadak seperti misalnya pada
efek samping ringan berupa perdarahan yang kelebihan dosis insulin, dapat
tidak teratur, bertambahnya berat badan, menyebabkan kejang. Hal ini disebabkan
payudara mengecil, keputihan, jerawat dan oleh karena menurunnya kadar glukosa
kebotakan (15, 16, 18) di otak (24).
36
disebabkan oleh membran sel yang untuk mereabsorbsi glukosa memiliki batas
menghalangi masuknya glukosa kedalam sel. ambang. Bila kadar glukosa meningkat,
Glukosa yang telah masuk, akan segera sebagian glukosa akan terbuang melalui
mengalami fosforilasi oleh enzim urine. Glukosuria akan terjadi apabila kadar
heksokinase. Kecepatan pengambilan glukosa darah vena melebihi 10.0 mmol/l,
glukosa dalam hati maupun jaringan atau setara dengan 180 mg/dl. (24)
ekstrahepatik tergantung pada kadar glukosa
darah. Heksokinase akan dihambat oleh
glukosa-6-fosfat (mekanisme umpan balik).
Enzim lain yang berperan adalah Toleransi Glukosa
glukokinase, yang tidak dipengaruhi oleh Menurunnya toleransi glukosa,
oleh glukosa-6-fosfat (24) merupakan tanda dari Diabetes Melitus,
Apabila konsentrasi glukosa darah sebagai akibat menurunnya sekresi insulin.
meningkat, maka glukosa akan dibawa ke Manifestasi dari hal tersebut adalah berupa
hati melalui vena porta. Pada kadar glukosa naiknya kadar glukosa darah (hiperglikemia)
yang normal, hati merupakan satu-satunya dan glukosuria. Selain itu, toleransi glukosa
penghasil glukosa. Tetapi, bilakadar glukosa juga bisa menurun karena adanya obesitas
meningkat, pengeluaran glukosa dari hati yang menimbulkan hiperlipidemia,
akan terhenti (24). atherosklerosis dan penyakit jantung koroner,
yang timbul bersama-sama dengan diabetes
Pengendalian oleh Hormon melitus, yang secara keseluruhan dikenal
dengan sebutan sindroma metabolik.
Hormon pengendali kadar glukosa Penurunan toleransi glukosa juga bisa terjadi
darah yang utama adalah insulin. Adanya pada kerusakan hepar, beberapa penyakit
insulin, akan menyebabkan pengambilan infeksi, obat-obatan, hiperaktifitas kelenjar
glukosa oleh otot dan jaringan lemak. Hal ini hipofisa dan korteks adreanal yang
karena adanya peningkatan transport glukosa menghasilkan hormon-hormon antagonis
melalui membran sel. Insulin disekresi insulin (24)
kedalam sirkulasi darah sebagai respon
langsung keadaan hiperglikemia. Asam Pemberian suntikan insulin akan
amino, asam lemak bebas, keton, glukagon, menurunkan kadar glukosa darah, dimana
sekretin dan tolbutamida, dapat merangsang penggunaan serta penyimpanan glukosa
pengeluaran insulin (24) sebagai glikogen dalam otot dan hati akan
ditingkatkan. Kelebihan dosis insulin dapat
Epinefrin dapat menghambat menyebabkan hipoglikemia, yang akan
pelepasan insulin, serta menyebabkan menyebabkan kejang-kejang, dan bahkan
glikogenolisis dalam hati dan otot dengan kematian, walaupun pengobatan segera
cara merangsang fosforilase. Karena dalam dilakukan dengan pemberian glukosa.
otot tidak terdapat enzim glukosa-6- Peningkatan toleransi glukosa juga nampak
fosfatase, maka hasil akhirnya berupa laktat. pada insufisiensi kelenjar hipofisa atau
Hormon-hormon lain seperti glukagon, GH, korteks adrenal, dimana akan terjadi
ACTH, glukokortikoid, dan hormon tiroid, penurunan kadar hormon-hormon yang
memiliki efek yang sama dengan epinefrin, bekerja secara antagonis dengan insulin (24).
yaitu bertindak sebagai hormon-hormon
diabetogenik, yang masing-masing memiliki EFEK KONTRASEPSI ORAL
kekhususan, bekerja dengan mekanisme yang TERHADAP KADAR GLUKOSA
berbeda-beda (24). DARAH
37
dilakukan perbandingan tes toleransi glukosa 1. Pemakai kontrasepsi oral pemula,
pada pemakai kontrasepsi oral dan yang tidak tidak menunjukkan adanya
memakai kontrasepsi oral. Kadar glukosa peningkatan kadar glukosa darah,
darah pemakai kontrasepsi oral akan lebih HbA1c, insulin, atau Peptida-C.
tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak 2. Tidak ada hubungan antara umur
memakai (6, 13, 18). pemakai, usia ketika pertama kali
memakai kontrasepsi oral, dengan
Kontrasepsi oral yang hanya metabolisme karbohidrat
mengandung estrogen saja, tidak memiliki 3. Penghentian kontrtasepsi oral tidak
efek merugikan pada metabolisme glukosa, menyebabkan perubahan pada
tetapi yang mengandung progesteron metabolisme karbohidrat.
menunjukkan antagonisme dengan insulin. Riset terbaru yang dilakukan oleh
Formulasi kontrasepsi oral dengan Berenson dan kawan-kawan pada tahun
progesteron dosis tinggi menunjukkan tes 2011, menunjukkan bahwa kontrasepsi oral
toleransi glukosa yang abnormal pada yang mengandung desogestrel, suatu
pemakainya, dengan tingkat insulin yang progesteron generasi ketiga, ternyata tidak
meningkat pada rata-rata pasien. Efeknya menyebabkan peningkatan kadar glukosa
pada metabolisme karbohidrat, akan maupun insulin pada pemakainya,
menurunkan toleransi glukosa. Progesteron dibandingkan dengan pamakaian kontrasepsi
juga dapat menurunkan kecepatan absorpsi suntik yang mengandung DMPA, yang
karbohidrat dari sistem pencernaan makanan. ternyata meningkatkan kadar glukosa dan
Hal-hal tersebut diatas terkait dengan potensi insulin, walaupun hanya sedikit (10).
androgenik dari progesteron, serta tingi-
rendahnya dosis progesteron (6, 13, 18) Klipping dan Marr melakukan riset
dengan membandingkan efek 2 (dua) macam
Komponen progestogen yang kontrasepsi oral yang masing-mnasing
digunakan sebagai bahan kontrasepsi oral mengandung progesteron jenis terbaru, yaitu
kombinasi, telah mengalami perubahan- drospirenone dan desogestrel, terhadap
perubahan sejak pertama kali ditemukan. metabolisme lipid, karbohidrat dan parameter
Diakui bahwa struktur kimia itu dapat hemostatik. Dari hasil Tes Toleransi Glukosa,
memberikan efek yang merugikan maupun ternyata tidak menunjukkan adanya
yang menguntungkan. Pemikiran tersebut peningkatan yang bermakna, sehingga keua
diatas menarik minat beberapa ahli untuk jenis progesteron tersebut disimpulkan aman
melakukan beberapa riset, yang hasilnya untuk dipakai (30)
ternyata masih menunjukkan adanya
beberapa perbedaan pendapat. Namun, Ldickea dan kawan-kawan melakukan
sebagian besar dari hasil riset tersebut riset dengan membandingkan efek 2 (dua)
menyatakan bahwa, obat-obat kontrasepsi jenis kontrasepsi oral yang masing-masing
oral generasi baru sebagian besar tidak mengandung gestodene atau desogestrel yang
menunjukkan adanya gangguan pada dikombinasikan dengan ethinilestradiol
metabolisme karbohidrat. Walaupun sebagian terhadap profil karbohidrat pemakainya.
kecil ada gangguan, sifatnya hanya ringan Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
saja, tidak sampai menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa yang bermakna,
kemaknaan secara klinis. Gejala klinis akan namun tidak ditemukan peningkatan kadar
timbul apabila pemakai kontrasepsi oral insulin dan peptida-C. Tidak ada perbedaan
tersebut sebelumnya telah memiliki faktor antara pengaruh gestodene dan desogestrel
risiko yang mendasari (19, 28) terhadap metabolisme karbohidrat (12)
38
risiko rendah terhadap penyakit banyak dan sering digunakan di seluruh
kardivaskuler, memiliki Indeks Massa Tubuh dunia. Meskipun sangat efektif, formulasi
(BMI) lebih rendah, aktif melakukan latihan kontrasepsi oral berhubungan dengan efek
fisik, serta tidak merokok. Dikemukakan samping yang signifikan.
pula bahwa risiko terhadap pemakaian
kontrasepsi oral akan semakin menurun Perbaikan-perbaikan yang dilakukan
dengan semakin lamanya penggunaan melalui riset dalam tolerabilitas dan
kontrasepsi oral ini (31). keamanan telah dicapai, tanpa mengurangi
efektivitasnya, terutama melalui pengurangan
Di Asia juga dilakukan beberapa riset dosis hormon dan pengembangan beberapa
yang memantau pengaruh pemakaian macam progestin baru. Kontrasepsi oral
kontrasepsi oral terhadap kadar glukosa kombinasi multifasik juga telah
darah. Di Thailand, Suwikroma dan diperkenalkan, walaupun keuntungan klinis
Jaisamrarnb mengemukakan bahwa pil dari formulasi tersebut belum berani
kontrasepsi kombinasi dosis rendah yang dinyatakan sepenuhnya aman.
diminum oleh wanita diatas usia 40 tahun,
dapat meningkatkan toleransi glukosa dan Penelitian yang serius dan kontinyu
menurunkan kadar glukosa darah puasa, perlu terus dilakukan, untuk menjamin para
sehingga aman untuk dipakai (32). pemakai kontrasepsi oral, bahwa sediaan
kontrasepsi oral yang beredar telah dirancang
Riset yang dilakukan di China oleh untuk meningkatkan kebutuhan tolerabilitas
Rosenthal dan kawan-kawan menyimpulkan dan keamanan yang selama ini belum
bahwa pemakaian kontrasepsi oral secara terpenuhi, untuk menuju kepada tersedianya
umum tidak akan meningkatkan risiko kontrasepsi yang aman dan efektif, untuk
terjadinya diabates melitus. Risiko terjadinya dipakai oleh generasi mendatang.
diabates melitus akan meningkat pada saat
awal-awal pemakaian saja, setelah KEPUSTAKAAN
pemakaian diteruskan malah menunjukkan
penurunan risiko terjadinya diabates melitus 1. Badan Kependudukan dan Keluarga
(33). Berencana Nasional (BKKBN);
2011; Laporan Umpan Balik Hasil
Usaha-usaha yang dilakukan oleh para Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan
ahli untuk menurunkan efek yang tidak dan Pelaporan Pelayanan
diinginkan pada pemakaian kontrasepsi oral, Kontrasepsi Maret 2011; Direktorat
tidak hanya dengan cara menemukan jenis Pelaporan dan Statistik BKKBN;
obat yang mutakhir saja, namun juga Jakarta; hal. 9 11, dan 51.
diusahakan merekayasa cara pemberian dan
penurunan dosis sedemikian rupa sehingga
aman dipakai. Rekayasa tersebut antara lain 2. Trussell, J.; 2007; "Contraceptive
dengan mengubah dosis kontrasepsi oral Efficacy". In Hatcher, R. A., et al.;
monofasik menjadi bifasik atau trifasik. Contraceptive Technology; 19th rev.
Skema administrasi ini memungkinkan ed.; Ardent Media, NY.
penurunan dosis total progestin per siklus
pemakaian, serta lebih dapat meniru siklus 3. Mosher WD, Martinez GM, Chandra
alami yang murni. Ini tidak berarti bahwa pil A, Abma JC, Willson SJ; 2004; "Use
bifasik atau trifasik memiliki keuntungan of contraception and use of family
yang berlebihan, karena masih planning services in the United
memungkinkan timbulnya efek samping pada States: 19822002" . Adv Data
pemakainya, walaupun telah diminimalisir (350): 136, U.S. DEPARTMENT
(19, 20, 34) OF HEALTH AND HUMAN
KESIMPULAN SERVICES, Centers for Disease
Control and Prevention National
Sejak diperkenalkan pada tahun Center for Health Statistics.
1960, pil kontrasepsi kombinasi telah
menjadi salah satu metode yang paling
39
4. Pernoll, M. L.; 2001; Benson & 11. Kaunitz, A. M.; 2004; Enhancing
Pernooll Handbook of Obstetrics and oral contraceptive success: the
Gynecology; 10th ed.; McGraw-Hill potential of new formulations; Am. J.
Medical Publishing Division, New of Obst. & Gyn., Vol. 190, Issue 4,
York, p. 727 41 Sup., p. S23-S29
5. Hall, J. E.; 2008; The Female 12. Ldickea, F.; et al; 2002;
Reproductive system: Infertility and Randomized controlled study of the
Contraception; Harrisons Principles influence of two low estrogen dose
of Internal Medicine, vol. II, 17th ed., oral contraceptives containing
McGraw-Hill Medical, NY.; p. 2275 gestodene or desogestrel on
304. carbohydrate metabolism;
Contraception, Volume 66, Issue 6,
Pages 411-415
6. Chrousos, G. P.; 2007; The Gonadal
Hormone & Inhibitors; on Katzung
Basic and Clinical Pharmacology; 13. Loose-Mitchel, D. S.; Stancel, G.
10th ed.; The McGraw-Hill Co. Inc.; M.; 2001; Hormonal Contraseptives;
p. 664 71 on Goodman & Gilmans The
Pharmacological Basis of
Theurapeutics, 10th ed.; McGraw-
7. Vessey M, Painter R, Yeates D.; Hill Prof., 1623 9.
2003; Mortality in relation to oral
contraceptive use and cigarette
smoking. Lancet; 362:185-91. 14. Wiknjosastro, H. (editor); 2007; Ilmu
Kandungan; cetakan kelima; Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
8. Hannaford, P. C., et al ; 2010; Prawirohardjo, Jakarta, hal. 534
Mortality among contraceptive pill 575.
users: cohort evidence from Royal
College of General Practitioners
Oral Contraception Study; BMJ; 15. Norwitz, E. R.; Schorge, J. O.; 2008;
340: c927 At a Glance Obsteri dan Ginekologi;
edisi kedua; alih bahasa Diba
Artsiyanti; Penerbit Erlangga; hal.
9. Burkman, R.; Schlesselman, J. J.; 31.
Zieman, M.; 2004; Safety Concerns
and Health Benefits Associated with
Oral Contraception; American 16. Bennet, P. N.; Brown, M. J.; 2003;
Journal of Obstetrics & Gynecology, Clinical Pharmacology; 9th ed.;
Vol. 190, Issue 4, Sup , P. S5-S22 Churchill Livingstone; p. 721 8.
10. Berenson, A. B.; van den Berg, P; 17. Coutinho, E. M.; 2002; Gossypol: a
Williams, K. J.; Rahman, M.; 2011; Contraceptive for Men;
Effect of Injectable and Oral Contraception , Vol. 65, Issue 4,
Contraceptives on Glucose and Pages 259-263
Insulin Levels; Obstetrics &
Gynecology. 117(1):41-47
18. Stubblefield, P. G.; Carr-Ellis, S.;
Kapp, N.; 2007 ; Family Planning,
on Berek & Novaks Gynecology;
14th ed.; Lippincott Williams &
Wilkins; p. 247 - 312.
40
19. Kiley, J. ; Hammond, C; 2007; Internal Medicine, vol II; 17 th ed.;
Combined Oral Contraceptives: A McGraw-Hill Medical, New York; p.
Comprehensive Review; Clin. Obst. 2275 2304.
Gyn; Vol. 50 - Issue 4 - pp 868-877
41
MEKANISME TERJADINYA NYERI KEPALA PRIMER
Jimmy Hadi Widjaja
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRAK
Yang disebut sebagai nyeri kepala primer adalah suatu nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab
struktural organik. Berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari IHS (International
Headache Society) yang terbaru tahun 2004, Nyeri Kepala Primer terdiri atas Migraine, Tension type
Headache, Cluster Headache and other trigeminal-autonomic cephalalgias dari Other Primary Headaches
(IHS, 2004). Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme patofisiologi nyeri kepala primer ini, akan
tetapi pada dasarnya secara umum patofisiologinya hampir mirip satu sama lainnya dengan disertai adanya
sedikit perbedaan spesifik yang masing-masing belum diketahui selengkapnya dengan benar.
Kata kunci : patofisiologi Nyeri Kepala Primer, Migraine, Tension type Headache
ABSTRACT
The so-called primary headache is a headache without any organic cause of structural. Based on the
classification of the International Headache second edition of the IHS (International Headache Society) the
most recent in 2004. Primary Head Pain consists of Migraine, Tension-type Headache, Cluster Headache and
other trigeminal-autonomic cephalalgias from Other Primary Headaches (IHS, 2004). Many factors play a
role in the pathophysiological mechanisms of primary headache is but basically the general pathophysiology
is almost similar to each other with slight differences with the specific individual is not known more
correctly
42
dimana jumlah dan peranannya adalah yang Stimuli elektrode, atau deposisi zat
paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene besi Fe yang berlebihan pada periaquaduct
Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP grey (PAG) matter pada midbrain dapat
(substance P), NKA (Neurokinin A), pituitary mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti
adenylate cyclase activating peptide migren (migraine like headache). Pada
(PACAP) nitricoxide (NO), molekul penelitian MRI (Magnetic Resonance
prostaglandin E2 (PGEJ2), bradikinin, Imaging) terhadap keterlibatan batang otak
serotonin (5-HT) dan adenosin triphosphat pada penderita migren, CDH (Chronic Daily
(ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi Headache) dan sampel kontrol yang non
nosiseptor-nosiseptor. Khusus untuk nyeri sefalgi, didapat bukti adanya peninggian
kepala klaster clan chronic parox-ysmal deposisi Fe di PAG pada penderita migren
headache ada lagi pelepasan VIP (vasoactive dan CDH dibandingkan dengan kontrol
intestine peptide) yang berperan dalam (Lake, 2002).
timbulnya gejala nasal congestion dan
rhinorrhea (Bolay, 2002). Patofisiologi CDH belumlah
diketahui dengan jelas .Pada CDH justru
Marker pain sensing nerves lain yang yang paling berperan adalah proses
berperan dalam proses nyeri adalah opioid sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi
dynorphin, sensory neuron-specific sodium reseptor NMDA (N-metil-D-Aspartat),
channel (Nav 1.8), purinergic reseptors produksi NO dan supersensitivitas akan
(P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, menaikkan produksi neuropeptide sensoris
galanin dan artemin reseptor( GFR-3 = yang bertahan lama. Kenaikan nitrit Likuor
GDNF Glial Cell Derived Neourotrophic serebrospinal ternyata bersamaan dengan
Factor family receptor-3) (Machelska, kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic
2003). Sistem ascending dan descending pain Guanosine Mono phosphat) di likuor. Kadar
pathway yang berperan dalam transmisi dan CGRP, SP maupun NKA juga tampak
modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang meninggi pada likuor pasien CDH (Gallai,
otak memainkan peranan yang paling penting 2003).
sebagai dalam pembawa impuls nosiseptif
dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Reseptor opioid di downregulated
Modulasi transmisi sensoris sebahagian besar oleh penggunaan konsumsi opioid analgetik
berpusat di batang otak (misalnya yang cenderung menaik setiap harinya. Pada
periaquaductal grey matter, locus coeruleus, saat serangan akut migren, terjadi disregulasi
nukleus raphe magnus dan reticular dari sistem opoid endogen, akan tetapi
formation), ia mengatur integrasi nyeri, dengan adanya analgesic overusedmaka
emosi dan respons otonomik yang terjadi desensitisasi yang berperan dalam
melibatkan konvergensi kerja dari korteks perubahan dari migren menjadi CDH (Lake,
somatosensorik, hipotalamus, anterior 2002).
cyngulate cortex, dan struktur sistem limbik
lainnya. Dengan demikian batang otak Adanya inflamasi steril pada nyeri
disebut juga sebagai generator dan modulator kepala ditandai dengan pelepasan kaskade
sefalgi (Cecchini, 2003). zat substansi dari perbagai sel. Makrofag
melepaskan sitokin lL1 (Interleukin 1), lL6
dan TNF (Tumor Necrotizing Factor ) dan
NGF (Nerve Growth Factor). Mast cell
melepas/mengasingkan metabolit histamin,
serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid
dengan kemampuan melakukan sensitisasi
terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi,
terjadi proses upregulasi beberapa reseptor
(VR1, sensory specific sodium/SNS, dan
SNS-2) dan peptides (CGRP, SP) (Buzzi,
2003).
43
Pada penderita migren, disamping
terdapat nyeri intrakranial juga disertai
Patofisiologi Migren peninggian sensitivitas kulit. Sehingga
Cutaneous allodynia (CA) adalah patofisiologi migren diduga bukan hanya
nafsu nyeri yang ditimibulkan oleh stimulus adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat
non noxious terhadap kulit normal. Saat di pembuluh darah intrakranial, akan tetapi
serangan/migren 79% pasien menunjukkan juga terjadi kenaikan sensitisasi set safar
cutaneus allodynia (CA) di daerah kepala sentral terutama pada sistem trigeminal, yang
ipsilateral dan kemudian dapat menyebar memproses informasi yang berasal dari
kedaerah kontralateral dan kedua lengan struktur intrakranial dan kulit.
(Bolay,2002).
Pada beberapa penelitian terhadap
Allodynia biasanya terbatas pada penderita migren dengan aura, pada saat
daerah ipsilateral kepala, yang menandakan paling awal serangan migren diketemukan
sensitivitas yang meninggi dari neuron adanya penurunan cerebral blood flow (CBF)
trigeminal sentral (second-order) yang yang dimulai pada daerah oksipital dan
menerima input secara konvergen. Jika meluas pelan-pelan ke depan sebagai seperti
allodynia lebih menyebar lagi, ini disebabkan suatu gelombang ("spreading oligemia), dan
karena adanya kenaikan sementara daripada dapat menyeberang korteks dengan
sensitivitas third order neuron yang kecepatan 2-3 mm per menit. hal ini
menerima pemusatan input dari kulit pada berlangsung beberapa jam dan kemudian
sisi yang berbeda, seperti sama baiknya barulah diikuti proses hiperemia. Pembuluh
dengan dari duramater maupun kulit yang darah vasodilatasi, blood flow berkurang,
sebelumnya (Bolay,2002). kemudian terjadi reaktif hiperglikemia dan
oligemia pada daerah oksipital, kejadian
Ada 3 hipotesa dalam hal depolarisasi sel saraf menghasilkan gejala
patofisiologi migren yaitu scintillating aura, kemudian aktifitas sel saraf
menurun menimbulkan gejala skotoma.
1. Pada migren yang tidak disertai CA, Peristiwa kejadian tersebut disebut suatu
berarti sensitisasi neuron ganglion cortical spreading depression (CDS). CDS
trigeminal sensoris yang meng-inervasi menyebabkan hiperemia yang berlama
duramater. didalam duramater, edema neurogenik
2. Pada migren yang menunjukkan adanya didalam meningens dan aktivasi neuronal
CA hanya pada daerah referred pain, didalam TNC (trigeminal nucleus caudalis)
berarti terjadi sensitisasi perifer dari ipsilateral. Timbulnya CSD dan aura migren
reseptor meninggal (first order) dan tersebut mempunyai kontribusi pada aktivasi
sensitisasi sentral dari neuron komu trigeminal, yang akan mencetuskan
dorsalis medula spinalis (second order) timbulnya nyeri kepala (Lauritzen, 2001).
dengan daerah reseptif periorbital.
Pada serangan migren, akan terjadi
3. Pada migren yang disertai CA yang meluas fenomena pain pathway pada sistem
keluar dari area referred pain, terdiri atas trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi
penumpukan dan pertambahan sensitisasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti
neuron talamik (third order) yang meliputi peninggian Ca sebagai penghantar yang
daerah reseptif seluruh tubuh. menaikkan aktivasi proteinkinase seperti
misalnya 5-HT, bradykinine, prostaglandin,
dan juga mengaktivasi enzym NOS. Proses
tersebutlah sebagai penyebab adanya
penyebaran nyeri, allodynia dan hiperalgesia
pada penderita migren.
44
(serotonin), bradikin, prostaglandin E di of American Medical Association Januari
pembuluh darah serebral, dan serabut saraf 2004 vol 291 mengenai gambaran MRI yang
yang dapat menimbulkan nyeri kepala. supersensitif pada 161 pasien migren
Pengalih komponen inflamasi tersebut dibandingkan dengan 141 orang tanpa
terhadap reseptor C fiber di meningens dapat migren. Temuan ini telah mengubah
dihambat dengan obat-obatan NSAIDs (non pandangan terhadap migren yang selama ini
steroid anti inflammation drugs) dan 5-HT dianggap sebagai suatu episodic disorder
1B/1D agonist, yang memblokade reseptor dengan gejala transient menjadi suatu
vanilloid dan reseptor acid-sensittive ion chronic progressive disorder yang
channel yang juga berperan melepaskan mengakibatkan perubahan permanen dari
unsur protein inflamator). parenkhim otak. Pada subyek kontrol tanpa
migren didapati 38% adanya tiny brain
Fase berikutnya dari sensitisasi lesion. Peneliti mendapatkan adanya lesi
sentral dimediasi oleh aktivasi reseptor diotak yang lebih banyak dan lebih luas pada
presinap NMDA purinergic yang mengikat pasien wanita migren 2 kali banyak
adenosine triphosphat (reseptor P2X3) dan dibandingkan dengan laki-laki secara
reseptor 5-HT IB/ID pada terminal sentral dari signifikan. Pasien yang lebih sering
nosiseptor C-fiber. Nosiseptor C-fiber mendapat serangan migren dan juga disertai
memperbanyak pelepasan transmitter. Jadi aura lebih banyak menunjukkan lesi infark
obat-obatan yang mengurangi pelepasan dibandingkan tanpa aura (IHS, 2004).
transmitter seperti opiate, adenosine dan 5-
HT1B/1D reseptor agonist, dapat mengurangi Patofisiologi Tension Type Headache.
induksi daripada sensitisasi sentral.
Pada penderita Tension type
Proses sensitisasi di reseptor headache didapati gejala yang menonjol
meningeal perivaskuler mengakibatkan yaitu nyeri tekan yang bertambah pada
hipersensitivitas intrakranial dengan palpasi jaringan miofascial perikranial.
manifestasi sebagai perasaan nyeri yang Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang
ditimbulkan oleh berbatuk, rasa mengikat di menjalar kekepala mengakibatkan timbulnya
kepala, atau pada saat menolehkan kepala. nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada
Sedangkan sensitivitas pada sentral neuron daerah otot maupun tendon tempat
trigeminal menerangkan proses timbulnya insersinya.
nyeri tekan pada daerah ektrakranial dan
cutaneus allodynia. Sehingga ada pendapat TTH adalah kondisi stress mental,
bahwa adanya cutaneus allodynia (CA) dapat non-physiological motor stress, dan miofasial
sebagai marker dari adanya sentral sensitisasi lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun
pada migren. kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli
perifer kemudian berlanjut mengaktivasi
Pada pemberian sumaptriptan maka struktur persepsi supraspinal pain, kemudian
aktivitas batang otak akan stabil dan berlanjut lagi ke sentral modulasi yang
menyebabkan gejala migren pun akan masing-masingh individu mempunyai sifat
menghilang sesuai dengan pengurangan self limiting yang berbeda-beda dalam hal
aktivasi di cingulate, auditory dan visual intensitas nyeri kepalanya (Jensen, 2001).
association cortical. Hal itu menunjukkan
bahwa patogenesis migren sehubungan Pengukuran tekanan palpasi terhadap
dengan adanya aktivitas yang imbalance otot perikranial dilakukan dengan alat
antara brain stem nuclei regulating palpometer (yang ditemukan oleh Atkins,
antinoception dengan vascular control. Juga 1992) sehingga dapat mendapatkan skor
diduga bahwa adanya aktivasi batang otak nyeri tekan terhadap otot tersebut.
yang menetap itu berkaitan dengan durasi Langemark & Olesen tahun 1987 telah
serangan migren dan adanya serangan ulang menemukan metode palpasi manual untuk
migren sesudah efek obat sumatriptan penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi
tersebut menghilang (Lake, 2002). secara cepat bilateral dengan cara memutar
jari ke-2 dan ke-3 ke otot yang diperiksa,
Kruit MC dalam laporan nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan
penelitiannya yang dimuat pada The Journal skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu
45
suatu sistem skor dengan 4 point penilaian Pada zaman dekade sebelum ini
kombinasi antara reaksi behaviour dengan dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala
reaksi verbal dari penderita (Bendtsen, dan leher yang dapat menimbulkan iskemik
2000). otot sangatlah berperan penting dalam
tension type headache sehingga pada masa
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 itu sering juga disebut muscle contraction
terhadap penderita chronic tension type headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini
headache ternyata otot yang mempunyai nilai pada beberapa penelitian-penelitian yang
Local tenderness score tertinggi adalah otot menggunakan EMG (elektromiografi) pada
Trapezeus, insersi otot leher dan otot penderita tension type headache ternyata
sternocleidomastoid (Bendtsen, 2000). Nyeri hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi
tekan otot perikranial secara signifikan aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan
berkorelasi dengan intensitas maupun iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan
frekwensi serangan tension type headache aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi
kronik. Belum diketahui secara jelas apakah protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas
nyeri tekan otot tersebut mendahului atau otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya
sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala.
nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul
nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga Nyeri myofascial dapat di dideteksi
terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak dengan EMG jarum pada miofascial trigger
selalu berkorelasi dengan intensitas maupun point yang berukuran kecil beberapa
frekwensi serangan migren. milimeter saja (tidak terdapat pada semua
otot). Mediator kimiawi substansi endogen
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri seperti serotonin (dilepas dari platelet),
pada otot bergaris termasuk juga struktur bradikinin (dilepas dari belahan precursor
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal plasma molekul kallin) dan kalium (yang
nyeri miofascial di mediasi oleh serabut kecil dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari
bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin aferens otot berperan sebagai stimulan
(C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet.
(A dan AB) dalam keadaan normal Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini
mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak adalah peran miofascial terhadap timbulnya
merusak (inocuous). Pada rangsang noxious tension type headache (Bendtsen, 2000).
dan inocuous event, seperti misalnya proses
iskemik, stimuli mekanik, maka mediator Untuk jenis TTH episodik biasanya
kimiawi terangsang dan timbul proses terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor,
sensitisasi serabut Aa dan serabut C yang sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi
berperan menambah rasa nyeri tekan pada sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara
tension type headache (Sjahrir, 2003). involunter, berkurangnya supraspinal
descending pain inhibitory activity, dan
hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli
nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya
nyeri pada Tension type Headache. Semua
nilai ambang pressure pain detection, thermal
& electrical detection stimuli akan menurun
di sefalik maupun ekstrasefalik (Bendtsen,
2000)
46
Pada suatu penelitian dengan PET serangan migren kadar SP tidak meninggi,
Scan, ternyata membuktikan bahwa sehingga diduga bahwa SP tidak ikut
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh berperan dalam bagian proses nosisepsi
lebih cepat 52% dibandingkan dengan vaskular.
wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan
bahwa memang terbukti bahwa angka NOS & PACAP
kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3
kali dari pria (Gutman, 2002). Peranan NO pada sistem sensoris
belum jelas benar, kan tetapi diduga kuat
CGRP bahwa NO berpatisipasi dalam
patogengenisis timbulnya sefalgi primer. NO
CGRP immunoreactive fibres juga berperan sebagai mediator pelepasan
bermula dari ganglion trigeminal yang CGRP untuk menginduksi nyeri kepala. NO
menginervasi pembuluh darah serebral mempunyai sifat otoinduksi dimana akan
bagian kranial. Terletak di serabut saraf terjadi produksi NO yang berlama.
perivaskuler yang mensupply sebagian arteri Transmitter-tranmitter tersebut dilepas pada
serebral besar (seperti misalnya arteri ruang perivaskuler dan kemudian mengalir
temporalis superfisial) dan pial arteriole difus kedarah vena (Lassen, 2002).
dipermukaan korteks.
NOS (Nitric Oxyde Synthesa)
CGRP didapati dalam jumlah yang serabut saraf perivascular terutama
terbanyak (40% dari sel body semua sel disirkulasi seberal pembuluh darah besar dan
neuron) bersamaan dengan SP (18%), dan didaerah sphenopalatina dan ganglia
neurotransmitter lain NOS (15%), dan oticucum. Adanya NOS Immunureactivy
PACAP (20%) di serabut sensoris trigeminal didalam sel bodi saraf trigeminal
perivaskuler (Lassen, 2002). menunjukan bahwa NO berperan dalam
induksi timbulnya migren, TTH dan nyeri
Fungsi CGRP di neuron sensoris kepala klaster. NO dilepas dari endotel atau
belumlah jelas sekali, diduga berfungsi dari saraf perivaskuler, dan mengaktifkan
sebagai vasodilator atau "anti- sistem guanylate cyclase pada sel otot polos.
vasokonstriktor" (Jensen, 2001). Stimuli pada Kejadian ini mengakibatkan penurunan kadar
serabut safar sensoris tersebut Ca++intraseluler, vasodilatasi dan ini akan
mengakibatkan pelepasan CGRP sehingga mengaktivasi struktur pain sensitif disekitar
menyebabkan vasodilatasi serebral terutama pembuluh darah kranial (Jensen, 2001).
arteri serebri media. CGRP juga berperan
sebagai mediator dalam proses inflamasi Diduga pada tension type headache
neurogenik dan CGRP juga berpengaruh aktivasi terhadap brain stem interneuron
menurunkan tekanan darah. Pada saat lebih sedikit sedikit dibandingkan dengan
serangan migren datang ternyata CGRP migren. Keadaan tersebut diatas menyokong
meninggi dalam darah didaerah vena teori bahwa nyeri kepala disebabkan
jugularis ekstema (cephalic release) yang aktivitasi batang otak. Keberadaan PACAP
kemudian mengalir ke daerah jaringan bersamaan dengan SP dan CGRP diserabut
ekstrakranial seperti pada duramater dan saraf dan ganglia. Ia terdapat di dorsal horn
ganglion Gasseri, sedangkan didaerah medula spinalis, dan di sel bodi ganglia
ekstrakranial lain tidak meninggi (Lassen, spinal spinal dan ganglia trimegeminal,
2002). diganglia dan parasimpatik, homolog dengan
VIP. PACAP berperan penting sebagai
CGRP bukan hanya dapat berperan neuromodulator di sistem sensorik dan
sebagai penyebab timbulnya proses nyeri otonomik. PACAP membuat dilatasi dan
kepala seketika, akan tetapi berperan kenaikan ceberal blood flow (Milanov,
menginduksi timbulnya migren. CGRP akan 2003).
meninggi pada penderita migren maupun
nyeri kepala klaster. Sehingga peptide CGRP SP & NEUROKININ
ini menjadi suatu marker bagi penderita
migren.Sedangkan VIP menjadi suatu marker Substance (SP) adalah suatu
bagi aktifitas parasematik . Pada saat neuropeptide pain transmitter yang berfungsi
47
sebagai nosisepsi modulator, inflamsi sistem menunjukkan modulasi waspada,
neurogenik dan menjadi suatu bagian integral sosialisasi, energi, dan motivasi. Kalau
CNS pathway dari stress psikologis. Juga keduanya bersamaan maka ia akan
Substance P berfungsi sebagai vasodilator memodulasi ansietas, iritabilitas, nyeri,
yang potensial. Jika timbul suatu stress maka mood, emosi dan fungsi kognitif. Pada
Subtance P akan dilepas sebagai respon penderita depresi dijumpai adanya defisit
terhadap stress atau depresi tersebut. kadar serotonin dan norad renalin di otaknya.
Substance P adalah termasuk salah satu jenis
famili neurokinin. Hanya jenis reseptor Platelet mempunyai kemiripan
Neurokinin 1 (NK1) yang mempunyai fungsi, bentuk, biokimiawi maupun
afinitas kuat dengan substance P. Substance P farmakologikal dengan serotonergic nerve
juga berperan sebagai transmitter nosiseptif ending. Platelet sendiri tidak mensintesa
primer di serabut saraf aferen sensoris (C 5HT, akan tetapi hanya tempat
Fibers). pada beberapa penelitian diduga menumpuknya 5HT yang berasal dari
bahwa SP terlibat dalam ekstrapasasi plasma sirkulasi di plasma dan terutama yang berasal
dari post-capitallary venules di duramater dati enterochromaffin tissue daripada
pada saat serangan nyeri kepla primer traktusgastrointestinal (Bendtsen, 2000).
(Lindsay, 2001).
Serotonin platelet (Platelet 5HT)
SP-Immunoreactive nerve fibers disimpan dalam bentuk granul padat yang
berasal dari ganglion trigeminal, dijumpai akan berubah secara lambat sekali jikalau
banyak berlebihan di pembuluh darah sifat farmakologikalnya tidak aktif.
anterior daripada Sirkulus Willisii, terutama Sebaliknya pada plasma 5HT ekstraselular
arteri serebri anterior dan juga disebagian sangat cepat berubah dan farmakologikalnya
vena serebral. Serabut saraf perivakular aktif. Kadar 5HT di platelet dan plasma
tersebut juga berada di ganglia radiks mengekspresikan kandungan 5HT di
dorsalis servekalis superior. serotonergic nerve ending dan sinaps.
Banyak laporan penelitian mengenai
SP dan NK1 banyak konsentrasinya metabolisme dan kadar 5HT pada TTH, yang
kornu dorsalis medula spinalis akan tetapi mendapatkan hasil yang berbeda beda secara
terdapat juga beberapa tempat SSP ( Sistem tidak konsisten. Akan tetapi pada dasarnya
Saraf Pusat) yaitu di sistem limbik, termasuk disimpulkan bahwa pasien dengan Episodik
di hipotalamus, amygdala yang mengurus TTH menunjukkan platelet 5HT uptake akan
behaviour emosional. Substance P mengatur berkurang, dan terdapat peninggian kadar
regulasi transmisi sinaptik di kornu dorsalis platelet 5HT dan plasma 5HT. Sedangkan
dan seterusnya memproses informasi noxious pada TTH kronik didapati kadar platelet 5HT
sensory cutaneous ke otak, terintegrasi dalam ataupun plasma 5HT adalah normal atau
semua proses nyeri, stress, ansietas, muntah- menurun). 5HT adalah suatu neurotransmitter
muntah, tonus kardiovaskuler, stimulasi penting yang berperan dalam modulasi nyeri
sekresi saliva, kontraksi otot polos, dan secara kompleks. Yaitu sebagai
vasodilatasi (Lindsay, 2001). antinociceptive pathway ascending maupun
descending dari brain stem ke spinal cord.
Serotonin dan nor-epinefrin Reseptor-reseptor 5HT tersebar di
meningens, beberapa lapis korteks, struktur
Serotonin (5-HT) dan nor-epinefrin otak bagian dalam, dan paling banyak di inti-
(NE) adalah neurotransmitter yang berperan inti di batang otak (Bendtsen, 2000).
dalam proses nyeri maupun depresi, yang
mengurus mood dan depresi terletak di Neurotransmitter maupun
korteks prefrontal dan sistem limbik, neurokimiawi lain yang berperanan pada
sedangkan yang mengurus pain modulating proses nyeri kepala maupun migren
circuit terletak di amygdala, periaquaductal adalahjenis katekolamin seperti misalnya
gray (PAG), dorsolateral pontine tegmentum noradrenalin/ norepinefrin & dopamin yang
(DLPT), dan rostroventral medulla (RVM). terutama banyak dijumpai di locus ceruleous.
Modulasi efek serotonin di otak Yang berperanan sebagai media proses
menunjukkan efek impulsif, modulasi sexual vasokonstriksi maupun vasodilatasi dan
behaviour; appetite dan agresi. Sedang NE
48
pelepasan asam lemak bebas yang berguna Bendtsen L. 2000. Central sensitization in
sebagai signal kepada platelet untuk tension type headache-possible
melepaskan serotonin. pathophysiological mechanisms.
Cephalalgia;20:486-508.
Norepinefrine dan serotonin
berperan sangat penting dalam fungsi Bolay H, Moskowitz MA. 2002. Mechanism
endogen pain-supressing descending of pain modulation in chronic syndromes.
projection. Stress yang kronik memproduksi Neurology;59(suppl):S2-S7.
peninggian aktivitas tyrosine hydroxylase,
yaitu suatu enzym yang terlibat dalam Buzzi MG, Tassolrelli C, Nappi G. 2003.
biosintesa NE di LC. Pada suatu penelitian Peripheral and central activation of
terhadap pasien depresi ternyata didapati trigeminal pain pathways in migraine: data
pengurangan kadar NE dan metabolitnya, from experimental animal models.
dan homovanilic acid (metabolit dari Cephalalgia;23(Suppl.l): 1-4.
dopamin) di darah venoarteriai. Komponen
Dorsal Raphe Nucleus (DRN) didalam PAG Cecchini AP, Sandrini, Fokin IV, Moglia A,
mengirim pancaran serotonergik ke korteks Nappi G. 2003. Trigeminofacial reflexes in
serebri dan pembuluh darah, yang dapat primary headaches. Cephalalgia;23(Suppl
melancarkan neuron excitability dan 1 ):33-41.
vasomotor kontrol. Aktivitas metabolik yang DeNoon D. 2004. Migraine Linked to Brain
abnormal dari PAG dapat menyebabkan area Lesions, damage worse with more frequent,
ini menjadi lebih peka dan mudah rusak more severe migraines.
terhadap modulasi reseptor sesudah
penggunaan obat2an abortif maupun Gallai V, Alberti A, Gallai B, Coppola F,
analgetikum yang terlampau sering (Lake, Floridi A, Sarchielli P. 2003. Glutamate and
2002). nitic oxide pathway in chronic daily
headache: evidence from cerebrospinal fluid.
Penutup Cephalagia;23: 166-174.
Seperti yang telah diterangkan Gutman D, Nemeroff CB. 2002. The
diatas, begitu kompleks mekanisme Neurobiology of Depression. Laboratory of
bagaimana terjadinya nyeri kepala primer Neuropsychopharmacology, Department of
yang melibatkan perubahan neurokimiawi Psychiatry, Emory University School of
dikepala, perubahan dinding pembuluh darah Medicine, Atlanta, Georgia.
otak, aktivasi serabut safar trigeminal dan
batang otak dan lain-lain, yang dapat Ho KH, Ong BKC. 2002. A community
ditimbulkan oleh pelbagai faktor pencetus based study of headache diagnosis and
seperti stres, depresi, makanan tertentu, prevalence in Singapore. Cephalalgia;23:6-
cuaca dan lain-lain. 13.
Demikianlah sekilas mengenai Jensen R. 2001. Mechanisms of tension type
perkembangan terkini mekanisme dan headache. Cephalalgia;21:786-789.
pengobatan dari nyeri kepala, dengan adanya
tulisan seperti diatas maka diharapkan Lake III AE, Saper JR. 2002. Chronic
semoga ada manfaatnya bagi upaya Headache: New advances in treatment
penyembuhan dan mengurangi penderitaan strategies. Neurology;59(Suppl 2):S8-S 13.
bagi penderita nyeri kepala pada khususnya,
juga dapat mencegah timbulnya angka Lassen Lh, Hadersley PA, Jacobson VB,
kesakitan serangan nyeri kepala sehingga Inversen HK, Perling B, Olesen J. 2002.
dapat meningkatkan kapasitas sumber daya CGRP may Play a Causative role in
manusia pada masyarakat Indonesia pada migraine. Cephalalgia; 22:54-61.
khususnya.
Lauritzen M. 2001. Cortical spreading
Kepustakaan depression in migraine. Cephalalgia;21:757-
760.
49
Lindsay DeVane C. 2001. Substance P: A Sjahrir H, Nasution D, Rambe H. 1978.
Era, a New Role. Pharmacotherapy; 21(9): Prevalensi nyeri kepala paroksismal pada
1061-1069. mahasiswa FK.USU Medan. Biennieal
Meeting PNPNCh, Surabaya 1978.
Machelska H, Heppenstall PA, Stein C. 2003.
Breaking the Pain Barrier. Nat Med;9(11): Sjahrir H. 2003. Insidens jenis penyakit
1353-1354. pasien yang berobat jalan dipraktek klinik
saraf Klinik spesialis Bunda.
Milanov I, Bogdanova D. 2003. Trigemino-
cervical reflex in patients with headache. The International Classification of Headache
Cephalalgia;23:33-38. Disorders,2nd Edition. 2004. Cephalalgia;42
Supplement.
50
PENELITIAN PSIKONEUROIMUNOLOGI: APAKAH STRESS
MEMPENGARUHI IMUNITAS DAN MENYEBABKAN PENYAKIT ARTERI
KORONER?
Djanggan Sargowo
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak
Tulisan ini bertujuan mempelajari pentingnya psikoneuroimunologi (PIN) dalam memahami peran stressor
psikologi akut dan kronis pada system kekebalan dan perkembangan penyakit arteri koroner (CAD).
Pertama, PNI mengilustrasikan bagaimana stress psikologi merubah fungsi endotel dan merangsang
kemotaksis. Kedua, stress psikologi akut merangsang leukositosis, meningkatkan sitotoksisitas sel NK dan
mengurangi respons proliferasi mitogen ketika stress psikologi kronik mungkin merangsang efek buruk
kesehatan. Ini akan menghasilkan perubahan dalam fungsi kardiovaskuler dan perkembangan CAD. Ketiga,
stress psikologi akut dan kronis akan meningkatkan factor hemostasis dan protein fase akut, kemungkinan
merangsang pembentukan thrombus dan miokard infark. Bukti untuk pengaruh stress psikologi akut dan
kronis pada onset dan progres CAD adalah konsisten dan meyakinkan. Tulisan ini juga menyoroti daerah
penelitian potensial dan akibatnya dari deteksi dini perubahan imunologi dan resiko kardiovaskuler pada
orang dibawah stress psikologi tinggi.
Abstract
This review addresses the importance of psychoneuroimmunology (PNI) studies in understanding the role of
acute and chronic psychological stressors on the immune system and development of coronary artery disease
(CAD). Firstly, it illustrates how psychological stressors change endothelial function and lead to chemotaxis.
Secondly, acute psychological stressors lead to leukocytosis, increased natural killer cell cytotoxicity and
reduced proliferative response to mitogens while chronic psychological stressors may lead to adverse health
effects. This will result in changes in cardiovascular function and development of CAD. Thirdly, acute and
chronic psychological stressors will increase haemostatic factors and acute phase proteins, possibly leading
to thrombus formation and myocardial infarction. The evidence for the effects of acute and chronic
psychological stress on the onset and progression of CAD is consistent and convincing. This paper also
highlights potential research areas and implications of early detection of immunological changes and
cardiovascular risk in people under high psychological stress.
51
penyakit jantung. Secara spesifik, peristiwa mengantarkan klinisi untuk memahami
trauma kehidupan memicu system respons pentingnya kekebalan sebagai sebuah
inflamasi jadi mereaksi lebih cepat stress hubungan antara pikiran dan system
kehidupan berikutnya dan meningkatkan kardiovaskuler. Ini akan juga menyediakan
inflamasi sebuah peran etiologi dalam dasar untuk pembangunan sebuah model
banyak penyakit kronis. stres integrative untuk mencegah CAD
dengan mencaga kesehatan mental.
Studi epidemiologi mengindikasikan
bahwa factor psikososial adalah kuat dan II. Stres merangsang kemotaksis
independen berkaitan dengan perkembangan lewat perubahan dalam fungsi
penyakit arteri koroner (CAD) dan endotel
meningkatkan resiko disfungsi jantung dan
peristiwa jantung. Itu sudah diusulkan bahwa Stres psikologi mengaktivasi SNS
stress mental di setiap hari kehidupan adalah yang mengatur denyut jantung dan pelepasan
hal penting yang menentukan perjalanan katekolamin dan HPA aksis yang mengatur
iskemi. Stres psikologi akut disebabkan oleh pelepasan kortikosteroid dari kelenjar
stress emosi jangka pendek dan kemarahan adrenal. Pada stress psikologi akut,
yang intens. Stres psikologi kronik katekolamin secara dominan mempengaruhi
disebabkan oleh status sosioekonomi rendah, sirkulasi sel NK. Hubungan antara stress
stress pekerjaan, tarikan kronis, isolasi social, akut, SNS dan leukosit diilustrasikan dalam
tekanan, kecemasan dan permusuhan. Dalam gambar 1. Pada stress kronik, aktivitas HPA
tulisan ini, kita melihat seleksi studi yang aksis mungkin berkurang, merangsang lelah
menujukan peran factor psikologi dan dan peningkatan aktivasi inflamasi yang
progresi CAD dan fungsi imun. Ini dimediasi oleh imun.
Gambar 1. Hubungan antara stress akut, system saraf simpatis dan sel darah putih (Ho, et al.,
2010).
Lebih jauh, stimulasi reseptor Beta molekul adhesi. Di bawah stress psikologi
adrenergic merangsang perubahan ekspresi tinggi, L-selectin dari sel NK tidak berperan
molekul sel adhesi (Gbr. 2). Di bawah stress menggerakkan dan CD62 sel NK akan
psikologi rendah, CD62L sel NK dengan L- ditahan di dalam tepi genangan pembuluh
selectin (CD62 ligand) menempel lemah ke darah atau jaringan di luar pembuluh darah.
sel endotel yang mengekspresikan reseptor Malahan, CD62 sel NK tanpa L-selectin akan
52
dimobilisasi. Lebih jauh, akan ditingkatkan dimana makrofag dan sel imunokompeten
konsentrasi dari molekul adhesi seperti lainnya menyebabkan inflamasi local dan
ICAM 1 dan CD11a di bawah tingkat stress pembentukan plak. Pembentukan thrombus
psikologi tinggi atau sendiri. Peningkatan local membangkitkan serotonin, tromboxan
konsentrasi molekul adhesi menyebabkan A2, dan thrombin yang menyebabkan
CD62 sel NK menghentikan gulungan dan vasokonstriksi dan kemudian merangsang
menempel pada tempat meningkatkan sindrom koroner akut (ACS) dengan rupture
molekul adhesi. Disfungsi endotel juga dari plak. Protein fase akut seperti C-reactive
menghasilkan perekrutan dan penempelan protein (CRP) merangsang otot polos dan sel
limfosit T dan platelet. Aktivasi sel T pada endothelial mengelilingi plak arteri koroner,
gilirannya menghasilkan sitokin menghasilkan lebih banyak sitokin
proinflamasi, seperti factor nekrosis tumor- proinflamasi dan memicu ekspresi lebih
alfa (TNF alfa), interleukin (IL)-1 dan IL-6 molekul adhesi. CRP diprediksi sebuah
yang menstimulasi makrofag dan sel endotel bagian tidak baik dalam ACS tidak
pembuluh darah dan memperkuat aliran bergantung keberatan atherosclerosis dan
proses inflamasi. Pada akhirnya ini akan dihubungkan secara signifikan dengan gagal
merangsang kondisi dini atherosclerosis jantung kongesti (CHF).
Gambar 2. Jalur yang menggambarkan bagaimana tingkat stress yang tinggi dapat menyebabkan
peningkatan adhesi sel molecular ke sel endothel melalui system saraf simpatis (Ho, et al., 2010).
53
III. Stres merangsang penyakit arteri sitotoksik CD8 meningkat sedangkan sel NK
koroner melalui perubahan pada dan sel T CD4 sirkulasi yang
monosit dan sitokin mengekspresikan L-selectin berkurang. Stres
psikologi akut mengurangi respons
Gambar 3 menunjukkan peran proliferasi mitogen, utamanya
limfosit dan sitokin dalam perkembangan fitohemaglutinin (PHA).
CAD di bawah stress akut dan kesendirian.
Status sosioekonomi rendah mungkin Owen dan Steptoe mempelajari
meningkatkan resiko CAD melalui inflamasi hubungan antara sel NK, kepekaan stress
sedang dan aktivasi imun. Status sitokin proinflamasi, dan denyut jantung
sosioekonomi rendah dihubungkan dengan manusia. Peningkatan jumlah sel NK
jumlah total sel NK dan limfosit T dan B mengikuti stress dihubungkan secara positif
lebih tinggi di dalam sirkulasi. Dopp dkk dengan respons denyut jantung dan
menyarankan bahwa pergantian pertukaran perbedaan individu dalam respons stress
subset limfosit spesifik adalah sebuah jantung pengendali simpatis dihubungkan
komponen kesatuan dari respons lawan atau dengan NK dan respons sitokin proinflamasi
lari stress akut. Selama stress psikologi akut, ke stress psikologi.
persentase sirkulasi sel NK dan sel T
54
Sebuah stressor psikologi akut meningkatkan IV. Akibat stress pada pembekuan
sitokin proinflamasi termasuk sel dan atherosclerosis
mononuclear ekspresi gen IL-1B dan plasma
interleukin 6 (IL-6). Peningkatan ekspresi Gambar 4 menunjukkan hubungan
gen IL-1B dihubungkan secara positif antara stress dan pembekuan. Stres psikologi
dengan denyut jantung dan kepekaan tekanan akut meningkatkan factor hemostasis seperti
darah sistol. Sitokin juga mempengaruhi otak factor von Willebrand. Keadaan social buruk
dan menimbulkan perasaan malas, sakit dan dan factor psikososial pada anak-anak
lemah. Sitokin ini dapat merangsang meningkatkan konsentrasi protein fase akut
proliferasi dan perpindahan sel otot polos seperti plasma fibrinogen pada dewasa dan
melalui rangsangan factor pertumbuhan ini meningkatkan resiko CAD berikutnya.
lainnya yang memicu lesi koroner. Mann Orang yang sendiri juga menunjukkan respon
menyarankan bahwa ekspresi jangka pendek fibrinogen lebih besar ke stress. Stresor
dari stress aktivasi sitokin dengan jantung psikososial kronik meningkatkan factor
mungkin menjadi sebuah respons adaptif hemostatik keduanya (factor VII) dan protein
untuk stress, sebaliknya ekspresi jangka fase akut (fibrinogen). Fibrinogen adalah
pendek dari molekul ini mungkin gagasan untuk meningkatkan atherosclerosis
sesungguhnya maladaptive dengan dengan peningkatan agregasi platelet,
menghasilkan dekompensasi jantung. Cesari peningkatan pelepasan endotel-turunan factor
dkk menemukan bahwa sitokin proinflamasi pertumbuhan (Endothelial-derived growth
memprediksi peristiwa kardiovaskuler pada factor), merangsang proliferasi sel otot polos
orang tua. Sebagai contoh, IL-6 dihubungkan dan peningkatan plasma dan viskositas darah.
secara signifikan dengan CAD, stroke dan Stres akut dan kronis mungkin mengaktivasi
gagal jantung kongesti (CHF) dan adalah kaskade koagulasi dan merangsang
sebuah predictor independen kuat untuk pembentukan thrombus dan miokard infark
meningkatkan kematian pada CAD tidak (MI). Ada bukti kuat dari studi epidemiologi
stabil. Tambahannya, TNF alfa juga dan meta analisis yang tingkatannya lebih
menunjukkan sebuah hubungan signifikan tinggi dari protein fase akut seperti CRP dan
dengan CAD. Setelah semua, tingkat sitokin fibrinogen memprediksi masa depan
seperti IL-6 dan TNF alfa mungkin menjadi kematian kardiovaskuler dan dihubungkan
predictor lebih kuat untuk insiden peristiwa dengan status sosioekonomi rendah. Stres
kardiovaskuler daripada protein fase akut psikologi dihubungkan dengan meningkatnya
seperti CRP. aktivasi platelet dan meningkatnya resiko
penyakit kardiovaskuler.
55
Gambar 5. Hubungan antara stress akut dengan koagulasi (Ho, et al., 2010).
56
pertanyaan sisa tidak terjawab: (i) dievaluasi lebih jauh pada hasil
seluas apakah stressor akut berakibat percobaan. Demikian itu dapat
mendirikan simulasi laboratorium dikembangkan jika pengurangan
peristiwa stress kehidupan nyata lebih marker inflamasi ini cocok untuk
kronis dan apakah reaktivitas mengurangi peristiwa kardiovaskuler.
kekebalan laboratorium sebuah
penanda watak peka untuk penyakit VII. Penutup
yang didatangkan stress? (ii)
Kelelahan yang terjadi sebelum PNI disangkutkan dengan hubungan
peristiwa koroner akut mungkin system imun-neuroendokrin-psikologi
bentuk lain bagian reaksi inflamasi. multifaset. Ini termasuk
Penelitian lebih jauh diperlukan untuk mempengaruhi factor psikososial
menemukan jika inflamasi seperti persepsi stress dan
menyebabkan perasaan kelelahan atau penanggulangan penyakit yang
jika ada perasaan kelelahan diperkuat dimediasi imunologi. Stres kronik dan
dengan inflamasi. (iii) studi prospektif hubungan respons psikologi dapat
dari pasien bertekanan diperlukan mengaktivasi system hipotalamus-
untuk mengukur luas kesatuan pituitari-adrenokortikal dan simpatis-
penanda inflamasi karena mengenali adrenomedula. Jadi, penelitian lebih
lebih tinggi dari lainnya dalam jauh dapat mencari penyelidikan
memperkirakan CAD. Lebih jauh, efek melalui hubungan antara stress dan
peningkatan terapi anti depresan kekebalan untuk kondisi
menunjuk ke arah factor resiko kardiovaskuler. Penambahan
kardiovaskuler konvensional pada pengetahuan akan bernilai, dengan
biomarker inflamasi ini seharusnya kesehatan manusia terbaik tertarik
pada jantung.
57
coronary artery disease. In: Vedhara K, lymphocyte adhesion molecule
Irwin M, editors. Human expression and density in cardiac
Psychoneuroimmunology Oxford: versus vascular reactors. Brain Behav
Oxford University Press, 2005. Immun 2002;16:411-20.
11. Brydon L, Edwards S, Jia H, 21. Dopp JM, Miller GE, Myers HF.
Mohamed-Ali V, Zachary I, Martin JF, Increased natural killer-cell
et al. Psychological stress activates mobilization and cytotoxicity during
interleukin-1 gene expression in marital conflict. Brain Behav Immun
human mononuclear cells. Brain 2000;14: 10-26.
Behav Immun 2005;19:540-6. 22. Lind L. Circulating markers of
12. Chrousos GP. The hypothalamic- inflammation and atherosclerosis.
pituitary-adrenal axis and Atherosclerosis 2003;169:203-14.
immunemediated infl ammation. N 23. Libby P, Ridker PM, Maseri A.
Engl J Med 1995; 332:1351-62. Inflammation and atherosclerosis.
13. Irwin M, Patterson T, Smith TL, Circulation 2002;105;1135-43.
Caldwell C, Brown SA, Gillin JC, et 24. Cesari M, Penninx B, Newman AB,
al. Reduction of immune function in Kritchevsky SB, Nicklas BJ, Sutton-
life stress and depression. Biol Tyrrell K, et al. Inflammatory markers
Psychiatry 1990;27:22-30. and onset of cardiovascular events.
14. Herbert TB, Cohen S. Stress and Results from the Health ABC Study.
immunity in humans: a metaanalytic Circulation 2003; 108:2317-22. Epub
review. Psychosom Med 1993;55:364- 2003 Oct 20.
79. 25. Steptoe A, Willemsen G, Owen N,
15. Heinz A, Hermann D, Smolka MN, Flower L, Mohamed-Ali V. Acute
Rieks M, Grf K-J, Phlau D, et al. mental stress elicits delayed increases
Effects of acute psychological stress in circulating inflammatory cytokine
on adhesion molecules, interleukins levels. Clin Sci 2001;101:185-92.
and sex hormones: implications for 26. Brydon L, Edwards S, Jia H,
coronary heart disease. Mohamed-Ali V, Zachary I, Martin JF,
Psychopharmacology 2003;165:111-7. et al. Psychological stress activates
16. Steptoe A, Owen N, Kunz-Ebrecht SR, interleukin-1 gene expression in
Brydon L. Loneliness and human mononuclear cells. Brain
neuroendocrine, cardiovascular, and Behav Immun 2005;19:540-6.
infl ammatory stress responses in 27. Dugue B, Leppanen E, Grasbeck R.
middleaged men and women. Preanalytical factors (Biological
Psychoneuroendocrinology Variation) and the measurement of
2004;29:593-611. serum soluble intercellular adhesion
17. Wallen NH, Heldf C, Rehnqvistf N, molecule-1 in humans: influence of the
Hjemdahl P. Effects of mental and time of day, food intake, and physical
physical stress on platelet function in and psychological stress. Clin Chem
patients with stable angina pectoris 1999;45:1543-7.
and healthy controls. Eur Heart J 28. Owen N, Poulton T, Hay FC,
1997;18:807-15. Mohamed-Ali V, Steptoe A.
18. Mills PJ, Dimsdale JE. The effects of Socioeconomic status, C-reactive
acute psychological stress on cellular protein, immune factors, and responses
adhesion molecules. J Psychosom Res to acute mental stress. Brain Behav
1996;41:49-53. Immun 2003;17:286-95.
19. Redwine L, Snow S, Mills P, Irwin M. 29. Owen N, Steptoe A. Natural killer cell
Acute psychological stress: effects on and proinflammatory cytokine
chemotaxis and cellular adhesion responses to mental stress:
molecule expression. Psychosom Med associations with heart rate and heart
2003;65:598-603. rate variability. Biol Psychol
20. Farag NH, Nelesen RA, Dimsdale JE, 2003;63:101-15.
Loredo JS, Mills PJ. The effects of 30. Owen N, Poulton T, Hay FC,
acute psychological stress on Mohamed-Ali V, Steptoe A.
58
Socioeconomic status, C-reactive 41. Appels A, Kop W, Br F, de Swart H,
protein, immune factors, and response Mendes de Leon C. Vital exhaustion,
to acute mental stress. Brain Behav extent of atherosclerosis, and the
Immun 2003; 17:286-95. clinical course after successful
31. Benschop RJ, Rodriguez-Feuerhahn percutaneous transluminal coronary
M, Schedlowski M. Catecholamine angioplasty. Eur Heart J
induced leukocytosis: early 1995;16:1880-5.
observations, current research, and 42. Appels A, Mulder P. Excess fatigue as
future directions. Brain Behav Immun a precursor of myocardial infarction.
1996;10:77-91. Eur Heart J 1988;9:758-64.
32. White PD. The relationship between 43. Frasure-Smith N, Lesperance F, Talajic
infection and fatigue. J Psychosom M. Depression following myocardial
Res 1997;43:345-50. infarction: impact on 6-month
33. van Snick J. Interleukin-6: an survival. JAMA 1993;270: 1819-25.
overview. Annu Rev Immunol 1990;8: 44. Carney R, Rich M, Freedland K, Saini
253-78. J, te Velde A, Simeone C, et al. Major
34. Dantzer R, Bluthke RM, Kent S, depressive disorder predicts cardiac
Goodall G. Behavioral effects of events in patients with coronary heart
cytokines: an insight into mechanisms disease. Psychosom Med 1988;50:627-
of sickness behavior. Methods 33.
Neurosci 1993;17:130-44. 45. Mendes de Leon CF, Kop WJ, de
35. Appels AD, Bar FW, Bar J, Swart HB, Br FW, Appels A.
Bruggeman C, De Baets M. Psychosocial characteristics and
Inflammation, depressive recurrent events after percutaneous
symptomatology, and coronary artery transluminal coronary angioplasty. Am
disease. Psychosom Med 2000;62:601- J Cardiol 1996;77:252-5.
5. 46. Kop WJ, Appels A, Mendes de Leon
36. Mann DL. Stress-activated cytokines CF, Br FW. The relationship between
and the heart: from adaptation to severity of coronary artery disease and
maladaptation. Annu Rev Physiol vital exhaustion. J Psychosom Res
2003;65:81-101. 1996;40:397-405.
37. von Kanel R, Mills PJ, Fainman C, 47. Frasure-Smith N, Lesperance F, Talajic
Dimsdale JE. Effects of psychological M. Depression and 18-month
stress and psychiatric disorders on prognosis after myocardial infarction.
blood coagulation and fibrinolysis: a Circulation 1995;91:999-1005.
behavioural pathway to coronary 48. Saikku P, Keinonen M, Tenkanen L,
artery disease? Psychosom Med Kinnanmaki E, Ekman M, Manninen
2001;63:531-44. V, et al. Chronic Chlamydia
38. Brunner E, Davey Smith G, Marmot pneumoniae infection as a risk factor
M, Canner R, Beksinska M, OBrien J. for coronary heart disease in the
Childhood social circumstances and Helsinki Heart Study. Ann Intern Med
psychosocial and behavioural factors 1992;116:273-8.
as determinants of plasma fibrinogen. 49. Hendrix MGR, Salimans MM, van
Lancet 1996;347 :1008-13. Boven CPA, Bruggeman CA. High
39. Steptoe A, Magid K, Edwards S, prevalence of latently present
Brydon L, Hong Y, Erusalimsky J. The cytomegalovirus in arterial walls of
influence of psychological stress and patients from grade III atherosclerosis.
socioeconomic status on platelet Am J Pathol 1990;136:23-8.
activation in men. Atherosclerosis 50. Epstein SE, Speir E, Zhou YF, Guetta
2003;168:57-63. E, Leon M, Finkel T. The role of
40. Barefoot JC, Schroll M. Symptoms of infection in restenosis and
depression, acute myocardial atherosclerosis: focus on
infarction, and total mortality in a cytomegalovirus. Lancet
community sample. Circulation 1997;348Suppl1:s13-7.
1996;93:1976-80.
59
51. Zhou YF, Leon MB, Waclawiw MA,
Popma JJ, Yu ZK, Finkel T, et al.
Association between prior
cytomegalovirus infection and the risk
of restenosis after coronary
atherectomy. N Engl J Med
1996;33:624-30.
52. Speir E, Huang E, Modali R, Leon
MB, Shawl F, Finkel T, Epstein S.
Interaction of human cytomegalovirus
with p53: possible role in coronary
restenosis. Scand J Infect Dis Suppl
1995;99:78-81.
53. Blum A, Giladi M, Weinberg M,
Kaplan G, Pasternack H, Laniado S, et
al. High anti-cytomegalovirus (CMV)
IgG antibody titer is associated with
coronary artery disease and may
predict post coronary balloon
angioplasty restenosis. Am J Cardiol
1998;81:866-8.
54. Antoni MH. Stress management
effects on psychological,
endocrinological, and immune
functioning in men with HIV
infection: empirical support for a
psychoneuroimmunological model.
Stress 2003;6:173-88.
55. Folkman S. Positive psychological
states and coping with severe stress.
Soc Sc Med 1997;45:1207-21.
56. Ridker PM, Rifai N, Pfeffer M, Sacks
F, Lepage S, Braunwald E. Elevation
of tumor necrosis factor-a and
increased risk of recurrent coronary
events after myocardial infarction.
Circulation 2000; 101:2149-53.
57. OBrien SM, Scott LV, Dinan TG.
Antidepressant therapy and C-reactive
protein levels. Br J Psychiatry 2006;
88:449-52.
58. Lindmark E, Diderholm E, Wallentin
L, Siegbahn A. Relationship between
interleukin 6 and mortality in patients
with unstable coronary artery disease:
effects of an early invasive or
noninvasive strategy. JAMA
2001;286:2107-13
60
PENGARUH PEMBERIAN ROYAL JELLY PERORAL TERHADAP PROPORSI
KENAIKKAN BERAT BADAN TERHADAP BERAT BADAN TIKUS
PUTIH(Rattus norvegicus strain Wistar) JANTAN
Ayly Soekanto
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRAK
Royal jelly dapat meningkatkan berat tubuh manusia. Penelitian terhadap hewan telah membuktikan
bahwa royal jelly makan untuk tikus, ayam, sapi dan kucing dapat meningkatkan berat badan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh royal jelly makan dengan proporsi kenaikan berat
badan ke berat badan tikus pada tikus putih jantan.
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium penelitian menggunakan Pretest-posttest dengan Kontrol
Design Group Perbandingan. Sampel penelitian ini adalah tikus putih jantan 32 yang dibagi menjadi 4
kelompok secara acak, dan masing-masing kelompok dirawat selama 2 bulan. K1: kelompok kontrol
mendapatkan aquadest 3 ml / hari makan lisan, P1: kelompok perlakuan dengan makan jelly kerajaan
lisan 15 mg / kgBB / hari, P2: kelompok perlakuan dengan makan jelly kerajaan lisan 30 mg / kgBB / hari
dan P3: kelompok perlakuan dengan makan royal jelly 45 mg lisan / kgBB / hari.
Sebagai kesimpulan, royal jelly oral dapat makan meningkatkan berat badan tikus dan proporsi kenaikan
berat badan ke berat badan tikus pada tikus putih jantan.
Royal jelly can increase human body weight. Animal studies have proved that royal jelly feeding to mice,
chickens, cows and cats can improve the body weight. The purpose of this study is to prove the influence
of royal jelly feeding to the proportion of body weight increase to the rats body weight in the male white
rats.
This research was a laboratory experimental study using the the Pretest-Posttest Control Group
Comparison Design. The samples of this research were 32 male white rats that were divided into 4
groups in random, and each group was treated for 2 months. K1 : control group getting Aquadest 3 ml/day
oral feeding, P1 : treatment group with royal jelly oral feeding 15 mg/kgBW/day, P2 : treatment group
with royal jelly oral feeding 30 mg/kgBW/day and P3 : treatment group with royal jelly oral feeding 45
mg/kgBW/day.
In conclusion, royal jelly oral feeding can improve the rats body weight and the proportion of body
weight increase to the rats body weight in the male white rats.
Tahun 1952 royal jelly telah digunakan Radu-Todurache pada tahun 1978
dalam praktek para dokter di banyak negara melakukan penelitian dengan memberikan
di dunia. Dalam masyarakat tradisional 20 mg royal jelly pada sapi dan
Cina, royal jelly telah lebih lama lagi mendapatkan kenaikan berat badan antara
digunakan untuk terapi para lanjut usia 1113 % setelah diobservasi selama enam
karena penyakit degeneratif (Krell,1996). bulan dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak mendapat royal jelly
Pertama kalinya royal jelly dipublikasikan (Krell, 1996)..
untuk resep awet muda di Eropa pada tahun
1958. Sejak itu penggunaannya di Eropa Pemberian injeksi royal jelly dosis rendah
meluas. Masyarakat yang mengkonsumsi pada kucing dapat meningkatkan
royal jelly mengatakan bahwa setelah haemoglobin dan jumlah erytrocyt dan
mereka mengkonsumsi royal jelly, mereka pemberian dosis ulangan sampai 10 mg/kg
merasakan kondisi fisik yang sehat, BB menstimulasi aktivitas motorik dan
performa intelektual (kemampuan belajar peningkatan berat badan pada mencit.
dan ingatan) dan kondisi mental menjadi Tetapi pada pemberian dosis yang lebih
meningkat, rasa percaya diri menjadi lebih tinggi dari 100 mg/kg BB justru
besar, merasa selalu dalam kondisi prima. menyebabkan pengurangan berat badan
Dengan kata lain royal jelly tampaknya (Lupachev, 1963 cit Krell,1996).
berfungsi sebagai stimulant umum,
meningkatkan respon immun dan fungsi Untuk membuktikan adanya peningkatan
sistem tubuh dengan lebih baik (Krell, berat badan setelah pemberian royal jelly
1996). peroral, maka dilakukan penelitian terhadap
proporsi kenaikkan berat badan terhadap
Royal jelly yang dikonsumsi ratu lebah berat badan tikus putih (Rattus norvegicus
sepanjang hidupnya terbukti mampu strain Wistar) jantan.
menyebabkan ratu lebah mencapai
kedewasaan seksual lebih cepat dan
kemampuan reproduksi yang luar biasa.
Selain itu ratu lebah juga mempunyai BAHAN DAN METODE PENELITIAN
usia yang jauh Banyaknya sampel penelitian adalah 32
lebih lama dan ukuran tubuh mencapai dua ekor tikus putih jantan yang berumur 7 8
kali lebih besar daripada lebah lainnya. minggu dan mempunyai berat badan rata-
Kenyataan ini juga sesuai dengan penelitian rata 150 - 200 gram yang diperoleh dari
pada lalat buah dan ayam yang secara Laboratorium Kandang Bagian Biokimia
eksperimental diberikan royal jelly, ternyata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
juga menjadi lebih besar, hidup lebih lama Surabaya.
dan lebih produktif (Sihombing, 1997). Teknik pengambilan sampel dilakukan
Pertumbuhan mencit meningkat sedikit dengan cara random. Karena populasi pada
pada pemberian royal jelly 1 gram penelitian ini dianggap homogen maka cara
perkilogram pakannya, tetapi justru random yang digunakan adalah Simple
menurun pada pemberian dengan dosis
Random Sampling yang dilakukan dengan sebelum dan sesudah perlakuan kemudian
random numbers (Zainuddin, 2000). menghitung kenaikan berat badannya
dibandingkan dengan berat badan tikus
Jenis penelitian yang dilakukan adalah sebelum pemberian royal jelly peroral
penelitian eksperimental laboratoris dengan dengan dosis yang bervariasi pada
menggunakan rancangan penelitian kelompok perlakuan dan dibandingkan
Pretest-Posttest Control Group Comparison dengan kelompok kontrol setelah
Design (Zainuddin, 2000). mendapatkan perlakuan selama 2 bulan.
Rancangan penelitian ini disusun sebagai Secara sistematis, rancangan penelitian
langkah untuk mengukur berat badan tikus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
K1 O1a O1b
P2 O3a O3b
P3 O4a O4b
O1a & O1b : Data kelompok kontrol sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.
O2a & O2b : Data kelompok P1 sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.
O3a & O3b : Data kelompok P2 sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.
O4a & O4b : Data kelompok P3 sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.
Royal jelly diberikan peroral dengan dosis gastris sonde no. 6 . Perlakuan ini
pemberian masing-masing 15 mg/kg dilakukan selama 2 bulan.
BB/hari, 30 mg/kg BB/hari dan 45 mg/kg
BB/hari yang diberikan sekali sehari pada DATA DAN ANALISIS DATA
waktu yang sama. Volume pemberian yang PENELITIAN
digunakan adalah < 5 ml, karena menurut
Ritchel (1978) , Donatus dan Nurlaila Berat Badan Awal Tikus
(1986) volume maximum larutan obat yang Berat badan awal tikus adalah berat badan
diberikan peroral pada tikus ( 150 - 200 tikus putih jantan sebelum perlakuan
gram ) adalah 5,0 ml (Kusumawati, 2003). selama 2 bulan. Tikus ditimbang dengan
Cara pemberian peroral ini dilakukan timbangan dalam satuan gram.
dengan sonde menggunakan spuit 3 ml dan
Data lengkap hasil penimbangan berat
badan tikus putih jantan sebelum dan
sesudah perlakuan terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan
sebelum dan sesudah perlakuan (gram)
Kenaikan Berat Badan Tikus perlakuan dikurangi berat badan tikus putih
sebelum perlakuan. Data lengkap kenaikan
Kenaikan berat badan tikus adalah berat berat badan tikus terdapat pada tabel 2.
badan tikus putih jantan setelah 2 bulan
A 12 20 47 39
B 19 32 66 35
C 10 27 52 12
D 17 29 21 20
E 20 24 20 30
F 18 24 26 20
G 20 27 19 16
H 19 8 31 47
Tabel 2. Kenaikan Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan
setelah perlakuan (gram)
Proporsi Kenaikan Berat Badan berat badan terhadap berat badan tikus tikus
terhadap Berat Badan Tikus putih jantan sebelum perlakuan
diperlihatkan pada tabel 4 dan gambar 1.
Proporsi kenaikan berat badan
terhadap berat badan tikus adalah hasil Dari hasil perhitungan proporsi kenaikan
perhitungan dari kenaikan berat badan berat badan terhadap berat badan tikus
tikus putih jantan dibagi dengan berat putih sebelum perlakuan didapatkan
badan tikus sebelum perlakuan. peningkatan proporsi kenaikan berat badan
terhadap berat badan tikus putih kelompok
Data lengkap hasil perhitungan 15 mg/kgBB/hr peroral dibandingkan
proporsi kenaikan berat badan terhadap kelompok kontrol. Demikian juga pada
berat badan tikus dapat dilihat pada tabel 3. kelompok 30 mg/kgBB/hr peroral dan
Adapun rata-rata (mean) dan simpangan kelompok 45 mg/kgBB/hr peroral
baku (standar deviasi) proporsi kenaikan
Tabel 3. Proporsi Kenaikan Berat Badan terhadap Berat Badan Tikus Putih
(Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan sebelum perlakuan
Kontrol
Tabel 4. Rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Proporsi Kenaikan Berat
Badan terhadap Berat Badan Tikus Putih(Rattus norvegicus strain Wistar)
Frandson RD, 1992. Anatomi dan Fisiologi Sarwono, B, 2001. Kiat Mengatasi
Ternak, Yogjakarta : Gajah Mada Permasalahan Praktis Lebah Madu.
University Press, hlm 752-791. Penerbit Agro Media Pustaka. Tangerang.
Halim, AN, dan Sukarno, 2001. Teknik Smith JB dan Mangkoewidjojo, 1988.
Mencangkok Royal Jelly, Penerbit Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Kanisius, Yogjakarta. Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta
: UI Press, hal 37 57.
Royal jelly dapat meningkatkan vitalitas dianggap manusia dan kesuburan. Penelitian terhadap
hewan telah membuktikan bahwa royal jelly makan untuk ayam, burung puyuh dan kelinci dapat
meningkatkan kesuburan. Nurmiati studi (2002) juga membuktikan bahwa royal jelly dapat meningkatkan
kesuburan tikus betina. Penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh royal jelly untuk
spermatogenesis dengan mengukur berat testis dan proporsi berat testis terhadap berat badan tikus pada
tikus putih jantan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan Test
Posting Hanya Kontrol Grup Desain murah maka data dianalisis statistik menggunakan Anova dengan
tingkat signifikansi kurang dari 0,05. Penelitian sampel 32 orang dewasa tikus putih jantan yang dibagi
menjadi 4 kelompok secara acak, dan masing-masing kelompok dirawat selama 52 hari. K1: kelompok
kontrol mendapatkan aquadest 3 ml / hari makan lisan, P1: kelompok perlakuan dengan makan jelly
kerajaan lisan 15 mg / kgBB / hari, P2: kelompok perlakuan dengan makan jelly kerajaan lisan 30 mg /
kgBB / hari dan P3: kelompok perlakuan dengan makan royal jelly 45 mg lisan / kgBB / hari. Semua
data-data dianalisis menggunakan Anova menunjukkan perbedaan yang signifikan antara semua
perlakuan dan kelompok kontrol. Untuk mengidentifikasi kelompok mana yang memiliki perbedaan yang
signifikan dalam setiap variabel, analisis dilanjutkan dengan uji LSD.
Kesimpulannya, makan royal jelly oral tidak berubah berat testis dan proporsi berat testis
terhadap berat badan tikus pada tikus putih jantan.
Kata Kunci : royal jelly, berat testis, spermatogenesis.
Royal jelly is considered can improve man vitality and fertility. Animal studies have proved that
royal jelly feeding to chickens, quails and rabbits can improve the fertility. Nurmiati study (2002) also
proved that royal jelly can improve the fertility of female rats. This study is to prove the influence of
royal jelly to spermatogenesis with measuring testicular weight and the proportion of the testicular weight
to the rats body weight in the male white rats
This research was a laboratory experimental study using the Post Test Only Control Groups
Design dan the datas were analyzed statistically using Anova with significance level of less than 0,05.
The samples research were 32 adult male white rats that were divided into 4 groups in random, and each
group was treated for 52 days. K1 : control group getting Aquadest 3 ml/day oral feeding, P1 : treatment
group with royal jelly oral feeding 15 mg/kgBW/day, P2 : treatment group with royal jelly oral feeding
30 mg/kgBW/day and P3 : treatment group with royal jelly oral feeding 45 mg/kgBW/day. All datas were
analyzed using Anova to indicate significant difference between all treatment and control groups. To
identify which group had significant difference in each variable, the analysis was continued with LSD
test.
In conclusion, royal jelly oral feeding was not changed the testicular weight and the proportion
of the testicular weight to the rats body weight in the male white rats.
K1 O1
Populasi Randomisasi P1 O2
P2 O3
P3 O4
Royal jelly diberikan peroral dengan waktu yang sama. Volume pemberian yang
dosis pemberian masing-masing 15 mg/kg digunakan adalah < 5 ml, karena menurut
BB/hari, 30 mg/kg BB/hari dan 45 mg/kg Ritchel (1978) , Donatus dan Nurlaila
BB/hari yang diberikan sekali sehari pada (1986) volume maximum larutan obat yang
diberikan peroral pada tikus ( 150 - 200 Berat badan tikus adalah berat badan
gram ) adalah 5,0 ml. tikus putih jantan setelah perlakuan selama
52 hari sebelum dikorbankan. Tikus
Cara pemberian peroral ini dilakukan ditimbang dengan timbangan dalam satuan
dengan sonde menggunakan spuit 3 ml dan gram.
gastris sonde no. 6 . Perlakuan ini
dilakukan selama 52 hari. Data lengkap hasil penimbangan
berat badan tikus putih jantan terdapat pada
Tabel 1. Adapun rata-rata (mean) dan
simpangan baku (standar deviasi) data hasil
DATA DAN ANALISIS DATA penimbangan berat badan tikus
PENELITIAN diperlihatkan pada tabel 2 dan gambar 1
Berat Badan Tikus
Tabel 1. Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan
Kelompok I 8 192,000
Kelompok II 8 198,125
Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral
Kelompok IV 8 199,625
Kontrol
Tabel 2. Rata-rata (mean) Berat Badan tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar)
Ga
mbar 1. Histogram Rata-rata (mean) Berat Badan tikus putih
Tabel 3. Berat Testis Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan
Kontrol
Tabel 4. Rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Berat Testis tikus putih
(Rattus norvegicus strain Wistar) jantan setelah 52 hari perlakuan (gram)
Gambar 2. Histogram Rata-rata Berat Testis tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar)
jantan setelah 52 hari perlakuan (gram)
Dari hasil penimbangan berat testis Proporsi berat testis terhadap berat
tikus putih didapatkan rata-rata berat testis badan tikus adalah hasil perhitungan dari
kelompok perlakuan royal jelly 15 berat testis tikus putih jantan dibagi dengan
mg/kgBB/hr peroral lebih tinggi daripada berat badan tikus setelah 52 hari perlakuan.
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
royal jelly. Demikian juga pada kelompok Data lengkap hasil perhitungan
perlakuan 30 mg/kgBB/hr peroral dan 45 proporsi berat testis terhadap berat badan
mg/kgBB/hr peroral. tikus putih jantan dapat dilihat pada tabel 5.
Adapun rata-rata (mean) dan simpangan
Proporsi Berat Testis terhadap Berat baku (standar deviasi) proporsi berat testis
Badan Tikus terhadap berat badan tikus putih jantan
diperlihatkan pada tabel 6 dan gambar 3.
Kontrol
Tabel 6. Rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Proporsi Berat Testis terhadap
Berat Badan tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar) setelah 52 hari perlakuan.
berat testis
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Royal jelly 15mg/kgBB 8 1.21700 .096785 .034219 1.13609 1.29791 1.087 1.395
Royal jelly 30mg/kgBB 8 1.25975 .095734 .033847 1.17971 1.33979 1.141 1.375
Royal jelly 45mg/kgBB 8 1.19538 .164975 .058328 1.05745 1.33330 .963 1.458
Kontrol 8 1.18175 .070360 .024876 1.12293 1.24057 1.044 1.261
Total 32 1.21347 .111124 .019644 1.17340 1.25353 .963 1.458
berat testis
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.607 3 28 .210
ANOVA
berat testis
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .028 3 .009 .734 .541
Within Groups .355 28 .013
Total .383 31
ANOVA
Dari hasil analisis data berat testis , yaitu sebesar 0,541 maka perbedaan yang
diketahui rata-rata berat testis kelompok ada antar kelompok perlakuan tidak
pemberian royal jelly 15 mg/kgBB/hr bermakna (Tabel 7). Hal ini menunjukkan
peroral lebih tinggi daripada kelompok bahwa pemberian royal jelly peroral tidak
kontrol yang tidak mendapatkan royal jelly. berpengaruh terhadap berat testis tikus
Demikian juga pada kelompok pemberian putih. Tetapi hasil ini belum memastikan
30 mg/kgBB/hr peroral dan 45 mg/kgBB/hr bahwa pemberian royal jelly peroral tidak
peroral (tabel 4). meningkatkan spermatogenesis karena yang
lebih penting adalah apakah sel-sel
Dari data berat testis tersebut penyusun tubulus seminferus itu
setelah dilakukan test homogeneity of berkembang dengan baik, bukan dari berat
variance dan didapatkan significant level testisnya, sebab berat testis tikus juga
nya > 0,05 yaitu sebesar 0,210 sehingga dipengaruhi oleh berat tikus itu sendiri.
dapat dilakukan analisis varian (Anova) Tentunya tikus yang lebih besar akan
satu arah. Dari hasil analisis varian (Anova) memiliki berat badan yang lebih besar dan
didapatkan significant level nya > 0,05 testis yang lebih besar dan lebih berat juga.
Oleh karena itu penulis melanjutkan untuk spermatogenesis (sel-sel spermatogeniknya)
menghitung proporsi berat testis terhadap dapat terbentuk dan berfungsi dengan baik.
berat badan tikus.
Dellman and Brown, 1992. Buku Teks Junqueira, LC, Carneiro J dan Kelley RO,
Histologi Veteriner. Jilid II. Jakarta : UI 1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8.
Press, hlm 446-463, 472-477. Alih Bahasa : Jan Tambayong.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, hlm 418-433.
Frandson RD, 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Yogjakarta : Gajah
Mada University Press, hlm 752-791.
Kusumawati, D, 2003. Bahan Ajar Tentang
Hewan Coba, Universitas
Ganong, WF, 2003. Review of Medical Airlangga Surabaya.
Physiology. 21 th Ed , United
States of America, McGraw-Hill
Companies, Inc, pp 364-371, 425-
Krell, R, 1996. Vallue-added products From
431.
beekeeping, FAO Agricultural
Services Bulletin No. 124, Food
And Agriculture Organization of
Gridley, MF, 1960. Manual of Histologic the United Nations Rome.
and Special Staining Technics. 2 nd
ed. USA, Mc Graw-Hill
Companies, Inc, pp 132-133.
Mardihusodo, SJ, 2003. Produk-produk
Lebah Madu : Khasiat dan
Manfaatnya Untuk Kesehatan.
Gunawan, A, 2003. Histologi II : Sistem Seminar Terapi Lebah Fakultas
Reproduksi Pria, Laboratorium Kedokteran Universitas Airlangga
Anatomi-Histologi Fakultas Surabaya.
Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
Nieschlag E dan Behre h, 1997. Andrology,
Male Reproductive Health and
Halim, A. N, dan Sukarno, 2001. Teknik Disfunction. New York ;
Mencangkok Royal Jelly, Penerbit Heidelberg, pp 26-57.
Kanisius. Yogjakarta.
Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan degeneratif sistem saraf pusat yang sering merusak motor
penderita itu keterampilan, ucapan, dan fungsi lainnya. Penyakit Parkinson mempengaruhi gerakan
(gejala motorik). Gejala lainnya termasuk gangguan suasana hati, perilaku, berpikir, dan sensasi (non-
motor gejala). Gejala-gejala penyakit Parkinson hasil dari aktivitas sangat berkurang dari neuron
dopaminergik, yang terutama di daerah pars compacta dari nigra substantia. Ulasan depresi estimasi
kejadian di mana saja dari 20-80% dari kasus. PD tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal dengan
sendirinya, namun berkembang dengan waktu
PARKINSON DISEASE
Titiek Sunaryati
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract
Parkinson's disease is a degenerative disorder of the central nervous system that often impairs the
sufferer's motor skills, speech, and other functions. Parkinson's disease affects movement (motor
symptoms). Other typical symptoms include disorders of mood, behaviour, thinking, and sensation (non-
motor symptoms). The symptoms of Parkinson's disease result from the greatly reduced activity of the
dopaminergic neurons, which are primarily in the pars compacta region of the substantia nigra. Reviews
of depression estimate its occurrence in anywhere from 20-80% of cases. PD is not considered to be a
fatal disease by itself, but it progresses with time.
Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, testis dilakukan pemeriksaan. Tikus putih dibunuh dengan eter
dan kemudian dua testis diambil dificsasi dengan formalin 10% untuk preparat histologi ditandai, inti
berdiameter spermatogonium pemeriksaan dilakukan. Semua putih tikus dibunuh dengan eter dan
kemudian dua testis diambil difisasi dengan formalin 10% untuk preparat histologi ditandai, dan diameter
inti dihitung. Hasilnya, dengan analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah rata-rata berarti diameter inti
kontrol yang spermatogonium adalah = 1.571 u dan SD = 0.191, sementara jumlah rata-rata (mean) dari
spermatogonium inti berdiameter setelah radiasi adalah = 4,46 u dan sd adalah = 0.372.
Hal ini ditemukan bahwa tikus putih jantan dengan radiasi radioaktif 125I memiliki rata-rata lebih besar
dari diameter inti dari yang kontrol. Analisis statistik menunjukkan bahwa varian alpha = 0,05 berarti p
<0,05.
Kata kunci: tikus putih Laki-laki, inti berdiameter spermatogonium, radio aktif 125I.
After the assigned time was over, testes examination was conducted.
The white mice was killed with ether and then the two testes was taken dificsasi with formalin 10 % for
preparat histology maked, nucleus diameter spermatogonium examination was conducted. All the white
mice's was killed with ether and then the two testes was taken difisasi with formalin 10 % for preparat
histology maked, and the nucleus diameter was calculated. The result, with a statistical analysis showed
that the average amount of the control's nucleus diameter spermatogonium mean was = 1,571u and sd =
0,191, while the average amount ( mean ) of nucleus diameter spermatogonium after radiation was =
4,46u and sd was = 0,372.
It is found out that the male white mice with radiation of radioactive 125I had greater average of nucleus
diameter than the control ones. Statistical analysis of variant shows that alpha = 0,05 means p < 0,05.
Key words: Male white mice, nucleus diameter spermatogonium, radio active 125I.
I. PENDAHULUAN yang mirip bentuk jepitan rambut, untuk
kemudian berjalan kearah caudal lagi.
Efek biologis dari radioaktif Demikian seterusnya tubulus itu berjalan
adalah merupakan akibat negatif yang bolak-balik ke caudal dan cranial,
timbul setelah suatu alat tubuh atau sehingga membentuk suatu lekukan-
bagian dari tubuh terkena radiasi sinar lekukan yang teratur dalam jumlah yang
pengion. Efek biologis dapat berupa sangat banyak sampai akhirnya kembali
efek somatic dan efek genetik yang bermuara ke rete testis lagi.
tergantung pada bagian mana dari alat
tubuh terkena penyinaran. Efek somatic Speimatogonia.
adalah efek yang timbul segera setelah
bagian tubuh terkena radiasi sinar Clermont dan Obregon (1968)
pengion yang sifatnya dapat akut menyebutkan bahwa populasi
maupun secara lambat. spermatogonia terdiri dari dua macam
sel yaitu : stem cells dan differentiating
Efek somatic timbul pada cells.
bagian-bagian tubuh di luar alat
reproduksi yang terkena radiasi sinar Spermatogonia type A adalah
pengion. Efek genetic adalah merupakan sebagai stem cells, karena ia mampu
efek biologis yang tampak pada generasi membelah diri membentuk stem cells
berikutnya dari seseorang yang terkena lagi dan differentiating cells, sedangkan
radiasi sinar pengion dan efek genetic differentiating cells adalah
timbul bila seseorang terkena radiasi spermatogonia type intermediate dan
pengion pada alat reproduksinya. type B, yang mana akan membelah
untuk menjadi sel yang lebih
Testes merupakan suatu kelenjar terspesialisasi yaitu spermatocytes, dan
ganda, karena memiliki fungsi eksokrin tak mungkin membentuk stem cells lagi.
dan endokrin. Hasil eksokrin terutama Spermatogonium type A intinya jernih,
sel-sel seks, sehingga oleh karena itu dengan selaput inti yang tipis,
testis dapat disebut sebagai kelenjar sedangkan type B, inti mengandung
sitogenik. Sedangkan hasil endokrin chromatin yang besar dan selaput
"sekresi interen" yang dilakukan oleh intinya tebal. Type intermediate adalah
sel-sel khusus (Ham, dkk; 1979). Testis bentuk diantara keduanya tersebut.
dibungkus oleh selaput yang terdiri
dari : tunica vaginalis, tunica albuginea Spermatogonia type B inilah
dan tunica vasculosa. yang kemudian membentuk
spermatocyt-spermatocyt muda pada
Testis sendiri tersusun atas stage VI, yang bentuknya mirip sel
banyak sekali bentukan-bentukan seperti induknya tapi dengan ukuran yang lebih
pipa kecil (tubule) yang berjalan kecil. Selanjutnya perubahanperubahan
berlekuk-lekuk, dengan kedua muaranya struktur inti terjadi pada intermediate
berhubungan dengan rete testis melalui intervals. Sampai pada stage IX baru
tubuh recti. Pipa-pipa kecil tersebut menampakkan gambaran khas
disebut tubuli seminiferi. spermatocyt pada stadium leptotene.
Organ / jaringan W
Gonad 0,25
Payudara 0,15
Paru-paru 0,12
Lain-lain 0,30
Sumber: Wiryosimin, S. 1985.
Rancangan yang dipakai dalam hal ini; rancangan acak lengkap pola factorial 2 x 3 , ada
dua factor diberikan pada mencit dengan dua ulangan . Faktor pertama adalah hari ( waktu )
yaitu : 16 hari ( al ) dan 32 hari ( a2 ). Faktor kedua adalah dosis yang terdiri dari dua
perlakuan dan dua kontrol. Jadi ada 6 kombinasi perlakuan yaitu alDo; a2Do; alDl; a2D1;
a1D2; a2D2; yang masing-masing terdiri dari 8 ekor mencit jantan umur 2 bulan. Setelah
mencapai waktunya masing-masing perlakuan maka, semua mencit dikorbankan dibius dengan
Ether di - dalam kaleng. Kemudian masing - masing mencit kedua testesnya diambil dan
dimasukkan ke dalam botol kecil difiksasi dengan formalin 10 % untuk dibuat preparat
histology. Tiap botol kecil itu ditulisi label, nomor, dosis, waktu., Dengan cara yang sama botol
satu sampai delapan tetap diisi kode dan setiap botol ditutup rapat -rapat . Dengan cara yang
sama juga dilakukan pada :
Semua mencit dalam perlakuan dan kontrol selama waktu tertentu kedua testesnya
diambil dan difiksasi dalam formalin 10 % untuk di buat preparat histology.
Setelah selesai membuat preparat histology yang didasarkan atas kelompok perlakuan
waktu dan kontrol maka preparat itu dilihat di bawah mikroskop cahaya untuk diukur diameter
inti set spermatogonium mencit tiap perlakuan dengan memakai mikro-meter.
Parameter yang diamati dan dianalisa adalah diameter inti set spermatogonium tiap
perlakuan, semuanya ini datanya disajikan dalam bentuk deskriptif . Sedangkan untuk menguji
perbedaan diameter inti set spermatogoniun rata-rata dari masingmasing data dilakukan analisa
varian dengan uji Fischer ( F ) dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNT ( Sudjana,
1992 ).
VI. HASIL
Hasil perhitungan Mean, Sd, Se dari masing-masing perlakuan untuk data diameter inti set
spermatogonium pada rancangan factorial ( Diam .
N 8 8 8
N 8 8 8
Dari hasil ekperimen di atas dapat dilihat kesehatan untuk terapi dan diagnostik
bahwa makin besar dosis radiasi ( dalam kedokteran nuklir ). Para medis
radioaktif 125I dan makin lama waktu yang bekerja berhubungan dengan
radiasi, rata - rata diameter inti sel radioaktif bisa berhati-hati dan memakai
spermatogonium makin besar. Untuk alat pelindung dari radiasi. Para pekerja
menguji hypotesis digunakan analisa (laboran) di laboratorium
varian. Dengan analisa varian didapat Radioimmunoassay yang memakai
dengan alfa () = 0,05 maka ; kelompok 125
radioaktif I sebagai tracer diharapkan
waktu, kelompok dosis, interaksi waktu untuk berhati-hati agar tidak tercemar
dan dosis ( waktu * dosis ) semuanya dari radiasi tersebut.
bermakna dimana p < 0,05.
Abstrak
Penyebab diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) masih belum diketahui, dan nyeri yang dirasakan
dapat sangat hebat sehingga mengganggu aktivitas. DPNP tidak dapat disembuhkan, tetapi untuk
memperbaiki kualitas hidup, perlu diberikan terapi untuk mengontrol nyeri, yaitu dengan memberikan
obat topikal, obat oral, serta tindakan non-farmakologi lain (akupunktur dan transcutaneous nerve
stimulation).
Diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) mengenai sekitar 10% sampai 20% dari 20 juta penduduk
Amerika yang menderita diabetes mellitus (DM) (1,2).
The cause of diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) is still unknown, and the pain can be so intense
that it interferes with the activity. DPNP can not be cured, but to improve the quality of life, should be
given therapy to control pain, by providing topical medications, oral medications, as well as non-
pharmacological action of other (acupuncture and transcutaneous nerve stimulation).
Diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) of about 10% to 20% of the 20 million Americans who
suffer from diabetes mellitus (DM) (1.2).
References
Obat-obat yang digunakan:
1. Vinik Al, Mehrabyan A. Diabetic
Amitriptyline neuropathies. Med Clin North Am
Capsaicin 2004;88:947-999,xi.
Desipramine
2. Boulton AJ. Management of
Duloxetine
diabetic peripheral neuropathy. Clin
Eszopiclone
Diabetes 2005;23:9-15.
Fentanyl, transdermal
Gabapentin 3. Woolf C. Central sensitization:
Lidocaine patch 5% uncovering the relation between
Nortriptyline pain and plasticity. Anesthesiology
Oxycodone 2007;106:864-867.
Oxymorphone
Pregabalin 4. Diabetes Control and
Complications Trial Research
Ramelteon
Group. The effect of intensive
Venlafaxine diabetes therapy on the
Tramadol development and progression of
Zaleplon neuropathy. Ann Intern Med
Zolpidem 1995;122:561-568.
DAFTAR PUSTAKA
Neva A and Brown HW. 1994. Basic
Flegr J.2007. Effects of Toxoplasma on Clinical Parasitology. 6 th edition. Prentice-
Human Behaviour. Schizophrenia Bulletin. Hall
Vol.33 no.3.pp757-760.