Anda di halaman 1dari 117

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI

Harry Kurniawan Gondo


Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAK
Pelayanan PMTCT semakin menjadi perhatian dikarenakan epidemi HIV/AIDS di Indonesia meningkat
dengan cepat. Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu dan bayi. Dampak infeksi HIV terhadap ibu
antara lain: timbulnya stigma sosial, diskriminasi, morbiditas dan mortalitas maternal. Sebagian besar
infeksi HIV pada bayi disebabkan penularan dari ibu, hanya sebagian kecil yang terjadi karena proses
transfusi. Kecenderungan Infeksi HIV pada Perempuan dan Anak Meningkat oleh karenanya diperlukan
berbagai upaya untuk mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah penularan HIV dari ibu
hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission). Dengan intervensi yang
baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan menjadi kurang dari
2%. Intervensi tersebut meliputi 4 konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif,
(2) Menurunkan viral load serendah-rendahnya, (3) Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap darah dan
cairan tubuh ibu HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu dengan HIV positif.

PREVENTION OF MOTHER TO CHILD HIV TRANSMISSION, PMTCT


Harry Kurniawan Gondo
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAC
Service of PMTCT progressively become attention because of epidemic of HIV/AIDS in Indonesia mount
swiftly. Infection of HIV can affect to baby and mother. Infection impact of HIV to mother for example:
incidence of social stigma, discrimination, and morbiditas of mortalitas maternal. Most infection of HIV
at baby caused by infection of mother, only some of small that happened because transfusion process.
Tendency of Infection of HIV at woman and child mount for the reason needed various effort to prevent
infection of HIV at woman, and also prevent infection of HIV of pregnant mother to baby that is PMTCT
(Prevention Prevention of Mother to Child HIV Transmission). With good intervention hence risk
infection of HIV of mother to baby equal to 25 till 45% can be depressed to become less than 2%. The
intervention cover 4 elementary concept: (1) Lessening the amount of pregnant mother with positive HIV,
(2) Degrading rock bottom load viral, (3) Minimization fetus presentation/ baby to mother body dilution
and blood of HIV positive, and (4) is Optimal [of] health of mother with positive HIV

I. Latar Belakang mempersulit proses pencegahan dan


pengendalian infeksi. Dampak buruk dari
Pelayanan PMTCT semakin penularan HIV dari ibu ke bayi dapat
menjadi perhatian dikarenakan epidemi dicegah apabila : (1) Terdeteksi dini, (2)
HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan Terkendali (Ibu melakukan perilaku hidup
cepat (jumlah kasus AIDS pada akhir sehat, Ibu mendapatkan ARV profilaksis
triwulan II 2008 adalah 12,686 kasus). secara teratur, Ibu melakukan ANC secara
Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu teratur, Petugas kesehatan menerapkan
dan bayi. Dampak infeksi HIV terhadap ibu pencegahan infeksi sesuai Kewaspadaan
antara lain: timbulnya stigma sosial, Standar), (3) Pemilihan rute persalinan
diskriminasi, morbiditas dan mortalitas yang aman (seksio sesarea), (4) Pemberian
maternal. Besarnya stigma sosial PASI (susu formula) yang memenuhi
menyebabkan orang hidup dengan HIV persyaratan, (5) Pemantauan ketat tumbuh-
AIDS (Odha) semakin menutup diri tentang kembang bayi & balita dari ibu dengan HIV
keberadaannya, yang pada akhirnya akan positif, dan (6) Adanya dukungan yang

1
tulus, dan perhatian yang 1. Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke
berkesinambungan kepada ibu, bayi dan Bayi.
keluarganya. Pelayanan PMTCT dapat Sebagian besar infeksi HIV pada bayi
dilakukan di berbagai sarana kesehatan disebabkan penularan dari ibu. Infeksi
(rumah sakit, puskesmas) dengan proporsi yang ditularkan dari ibu ini kelak akan
pelayanan yang sesuai dengan keadaan mengganggu kesehatan anak.
sarana tersebut. Namun yang terutama Diperlukan upaya intervensi dini yang
dalam pelayanan PMTCT adalah baik, mudah dan mampu laksana guna
tersedianya tenaga/staf yang mengerti dan menekan proses penularan tersebut.
mampu/berkompeten dalam menjalankan 2. Mengurangi dampak epidemi HIV
program ini.1,2 terhadap Ibu dan Bayi
II. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Dampak akhir dari epidemi HIV berupa
ke Bayi (Preventif mother to child berkurangnya kemampuan produksi
transmission) dan peningkatan beban biaya hidup
yang harus ditanggung oleh Odha dan
Sebagian besar (90%) infeksi HIV
masyarakat Indonesia di masa
pada bayi disebabkan penularan dari ibu,
mendatang karena morbiditas dan
hanya sekitar 10% yang terjadi karena
mortalitas terhadap Ibu dan Bayi.
proses transfusi. Infeksi yang ditularkan
Epidemi HIV terutama terhadap Ibu
dari ibu ini kelak akan mengganggu
dan Bayi tesebut perlu diperhatikan,
kesehatan anak. Padahal dengan intervensi
dipikirkan dan diantisipasi sejak dini
yang mudah dan mampu laksana proses
untuk menghindari terjadinya dampak
penularan sudah dapat ditekan sampai
akhir tersebut.1,2
sekitar 50%nya. Selain itu tindakan
intervensi dapat berupa pencegahan primer/ B. Sasaran Program PMTCT
primary prevention (sebelum terjadinya Guna mencapai tujuan tersebut, Program
infeksi), dilaksanakan kepada seluruh PMTCT mempunyai sasaran program,
pasangan usia subur, dengan kegiatan antara lain:
konseling, perawatan dan pengobatan di 1. Peningkatan Kemampuan
tingkat keluarga. Sebagai langkah antisipasi Manajemen Pengelola Program
maka dalam Strategi Nasional PMTCT
Penanggulangan AIDS 2003-2007 2. Peningkatan akses informasi mengenai
ditegaskan bahwa pencegahan penularan PMTCT
HIV dari ibu ke bayi merupakan program 3. Peningkatan akses intervensi
prioritas.1,2 PMTCT pada ibu hamil, bersalin dan
Kecenderungan Infeksi HIV pada nifas
Perempuan dan Anak Meningkat oleh 4. Peningkatan akses pelayanan
karenanya diperlukan berbagai upaya untuk Dukungan Perawatan dan Pengobatan
mencegah infeksi HIV pada perempuan, (Care, Support dan Treatment) bagi ibu
serta mencegah penularan HIV dari ibu dan bayi.1,2
hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of
C. Bentuk-bentuk intervensi PMTCT
Mother to Child HIV Transmission)
1. Intervensi untuk Pencegahan
A. Tujuan Program PMTCT Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Program Pencegahan Penularan HIV dari Dengan intervensi yang baik maka
Ibu ke Bayi bertujuan untuk: risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
sebesar 25 45% bisa ditekan menjadi

2
kurang dari 2%. Menurut estimasi Obat antiretroviral (ARV) yang ada
Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu sampai saat ini baru berfungsi untuk
hamil HIV positif yang melahirkan di menghambat multiplikasi virus, belum
Indonesia. Berarti, jika tidak ada menghilangkan secara total keberadaan
intervensi diperkirakan akan lahir virus dalam tubuh Odha. Walaupun
sekitar 3.000 bayi dengan HIV positif demikian, ARV merupakan pilihan
setiap tahunnya di Indonesia. Intervensi utama dalam upaya pengendalian
tersebut meliputi 4 konsep dasar: (1) penyakit guna menurunkan kadar virus.
Mengurangi jumlah ibu hamil dengan 4. Meminimalkan paparan janin dan
HIV positif, (2) Menurunkan viral load bayi terhadap cairan tubuh ibu
serendah-rendahnya, (3) Persalinan dengan seksio sesarea
Meminimalkan paparan janin/bayi berencana sebelum saat persalinan tiba
terhadap darah dan cairan tubuh ibu merupakan pilihan pada Odha. Pada
HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan saat persalinan pervaginam, bayi
kesehatan dari ibu dengan HIV positif. terpapar darah dan lendir ibu di jalan
2. Mengurangi jumlah ibu hamil lahir. Bayi mungkin juga terinfeksi
dengan HIV positif karena menelan darah atau lendir jalan
Secara bermakna penularan infeksi lahir tersebut (secara tidak sengaja pada
virus ke neonatus dan bayi terjadi trans saat resusitasi). Beberapa hasil
plasenta dan intrapartum (persalinan). penelitian menyimpulkan bahwa seksio
Terdapat perbedaan variasi risiko sesarea akan mengurangi risiko
penularan dari ibu ke bayi selama penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar
Kehamilan dan Laktasi, tergantung sifat 50-66% . Apabila seksio sesarea tidak
infeksi terhadap ibu : Infeksi primer bisa dilaksanakan, maka dianjurkan
( HSV/ Herpes Simpleks Virus, HIV1), untuk tidak melakukan tindakan invasif
Infeksi Sekunder/ Reaktivasi (HSV, yang memungkinkan perlukaan pada
CMV/ Cyto Megalo Virus), atau Infeksi bayi (pemakaian elektrode pada kepala
Kronis (Hepatitis B, HIV1, HTLV-I). janin, ekstraksi forseps, ekstraksi
Mengingat adanya kemungkinan vakum) dan perlukaan pada ibu
transmisi vertikal dan adanya (episiotomi).
kerentanan tubuh selama proses Telah dicatat adanya penularan melalui
kehamilan, maka pada dasarnya ASI pada infeksi CMV, HIV1 dan
perempuan dengan HIV positif tidak HTLV-I. Sedangkan untuk virus lain,
dianjurkan untuk hamil. Dengan alasan jarang dijumpai transmisi melalui ASI.
hak asasi manusia, perempuan Odha HIV teridentifikasi ada dalam
dapat memberikan keputusan untuk kolustrum dan ASI, menyebabkan
hamil setelah melalui proses konseling, infeksi kronis yang serius pada bayi
pengobatan dan pemantauan. dan anak . Oleh karenanya ibu hamil
Pertimbangan untuk mengijinkan Odha HIV positif perlu mendapat konseling
hamil antara lain: apabila daya tahan sehubungan dengan keputusannya
tubuh cukup baik (CD4 di atas 500), untuk menggunakan susu formula
kadar virus (viral load) minimal/ tidak ataupun ASI eksklusif. Untuk
terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi/ml), mengurangi risiko penularan, ibu HIV
dan menggunakan ARV secara teratur. positif bisa memberikan susu formula
3. Menurunkan viral load/ kadar virus kepada bayinya. Pemberian susu
serendah-rendahnya formula harus memenuhi 5 persyaratan

3
AFASS dari WHO (Acceptable= superinfeksi bila pasangan juga Odha,
mudah diterima, Feasible= mudah atau mencegah penularan bila pasangan
dilakukan, Affordable= harga bukan Odha.1,2
terjangkau, Sustainable= III. Mekanisme penularan HIV dari ibu
berkelanjutan, Safe= aman ke bayi
penggunaannya). Pada daerah tertentu
Penularan HIV dari ibu ke bayi
dimana pemberian susu formula tidak
memiliki resiko sebesar 15-35%. Terendah
memenuhi persyaratan AFASS maka
dilaporkan di Eropa dan tertinggi di Afrika.
ibu HIV positif dianjurkan untuk
Sebuah lembaga International telah
memberikan ASI eksklusif hingga
mengembangkan standard metode
maksimal 3 bulan, atau lebih pendek
perhitungan rerata angka penularan secara
jika susu formula memenuhi
vertical berdasarkan studi prenatal,
persyaratan AFASS sebelum 3 bulan
prosedur pemantauan, criteria diagnosis dan
tersebut. Setelah usai pemberian ASI
definisi kasus. Hal-hal tersebut lebih
eksklusif, bayi hanya diberikan susu
mempengaruhi terjadinya penularan
formula dan menghentikan pemberian
disbanding area geografi yang telah
ASI. Sangat tidak dianjurkan
dilaporkan. Angka penularan kemungkinan
pemberian makanan campuran (mixed
lebih mencerminkan faktor resiko dari ibu
feeding), yaitu ASI bersamaan dengan
ke bayi pada beberapa kelompok dan dapat
susu formula/ PASI lainnya. Mukosa
berubah dengan waktu.3,4,5
usus bayi pasca pemberian susu
formula/ PASI akan mengalami proses A. Faktor virus
inflamasi. Apabila pada mukosa yang 1. Karakteristik virus.
inflamasi tersebut diberikan ASI yang Penularan infeksi HIV dari ibu ke bayi
mengandung HIV maka akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
memberikan kesempatan untuk utama yang penting adalah jumlah virus
transmisi melalui mukosa usus. Risiko (viral load). Adanya faktor antigen p24
penularan HIV melalui pemberian ASI secara konsisten mempunyai hubungan
akan bertambah jika terdapat terhadap meningkatnya penularan
permasalahan pada payudara (mastitis, (meningkat 2-3 kali dibanding wanita
abses, lecet/luka putting susu). Oleh tidak hamil 4). Beberapa studi
karenanya diperlukan konseling kepada berdasarkan data bayi yang terinfeksi
ibu tentang cara menyusui yang baik. dari ibunya menunjukkan tingginya
5. Mengoptimalkan kesehatan ibu jumlah kuman (viral load) yang
dengan HIV positif dihitung dengan teknik kultur
Melalui pemeriksaan ANC secara kuantitatif, dan menganalisa plasma
teratur dilakukan pemantauan RNA dengan polymerase chain
kehamilan dan keadaan janin. reaction (PCR) atau berdasarkan nomer
Roboransia diberikan untuk suplemen kode DNA, semuanya berhubungan
peningkatan kebutuhan mikronutrien. dengan tingginya penularan.3
Pola hidup sehat antara lain: cukup Plasma jumlah virus seorang ibu
nutrisi, cukup istirahat, cukup olah dengan HIV merupakan prediktor yang
raga, tidak merokok, tidak minum kuat sebagai sumber penularan.
alkohol juga perlu diterapkan. Peningkatan jumlah penularan pada
Penggunaan kondom tetap diwajibkan wanita dengan infeksi HIV primer
untuk menghindari kemungkinan muncul ketika plasma jumlah virus

4
yang aktif berada pada titik tertinggi mengevaluasi antibody-mediator imun.
8,9,10,19
(peak). Sedikitnya penularan terjadi
pada plasma HIV dengan viral load < 3. Infektivitas virus
1000 copi/mL, tanpa memperhatikan Perbedaan secara biologi dari retrovirus
apakah ibu tersebut sedang atau belum menghantar perbedaan pada
mendapatkan ARV Zidovudine.3,4,12 kemungkinan terjadinya penularan.
2. Antibodi Neutralizing Human Immunodeficiency virus type 2
Tingginya kadar antibody neutralizing (HIV-2) jarang menyebabkan penularan
pada loop V3 menunjukkan hubungan dari ibu ke bayinya, lebih sering HIV-1.
menurunnya resiko penularan, tapi Pada studi kecil mengatakan wanita
tidak ada studi yang membandingkan dengan multi patner lebih dari 3
dengan kelompok control. Variabilitas kecenderungan untuk menularkan ke
ikatan antara peptide V3-loop dan bayinya selam masa kehamilan lebih
antibodi V3, dimana ikatan yang kuat besar dibanding wanita yang dengan
terhadap antibody V3-loop akan satu pasangan terinfeksi HIV, ini terkait
bereaksi melawan epitop secara luas dengan potensi tertular oleh karena
sebagai proteksi melawan penularan. peningkatan viral load pada vagina atau
Studi tentang inmunisasi pasif HIV potensial jenis viral fetotropik dapatan,
dapat menjelaskan mekanisme ini lebih hal tersebut merupakan informasi yang
lanjut.3,7 sangat sempit.4,7
Karakteristik penularan dari Human Fenotipe, perbedaan strain pada
Immunodeficiency Virus Type 1 (HIV- replikasi in vitro, selular tropism dan
1) adalah kemahiran berpura-pura induksi sinsitium. Terdapat evidence
bersifat homogen. Yang terpenting bahwa strain sinsitium inducing
adalah mengerti tentang mekanisme meningkatkan virulensi. Macrophage-
potensial proteksi penularan secara specifik tropism telah diteliti pada
selektif, memberikan informasi beberapa strain, belum diketahui secara
terhadap perkembangan vaksin HIV-1 pasti apakah lebih sering diketemukan
dan penggunaan mekanisme pertahanan pada sekresi cairan genital, air susu ibu
kedepan dengan regimen antibody atau plasenta. 4,8,9
monoclonal. Sejak antibody dari ibu
melewati plasenta hingga masuk ke B. Faktor Bayi
aliran darah janin, penularan infeksi 1. Prematuritas
HIV perinatal memberikan kesempatan Beberapa pusat penelitian telah
yang unik untuk mempelajari efek memaparkan tentang hubungan
profilaksis yang potensial dari an prematuritas terhadap infeksi HIV.
autologous neutralizing antibody Sebagai contoh status HIV maternal
(aNAB) yang dijumpai pada kedua menjembatani prematuritas kehamilan.
donor ibu dan bayinya. An autologous Ryder dan teman-teman pada tahun
neutralizing antibody (aNAB) ibu 1989 di Zaire, menggaris bawahi
memiliki sifat pertahanan dan efek tentang prematuritas sebsar 13% pada
selektif pada uterus terutama pada 18 wanita + HIV dan 3% pada kelompok
minggu pertama masa kehamilan dan control. Pengamatan tersebut tidak
intrapartum, serta kedepan dapat konsisten pada Negara berkembang,
menjadi kerangka pikiran untuk bayi yang lahir premature lebih
pembuatan vaksin HIV dengan beresiko terinfeksi HIV dibanding bayi

5
yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV. dari luar dan sering mengalami ketidak
4,5,6,19
mampuan dalam mengkopi agen mayor
2. Nutrisi Fetus infeksi. Merupakan perkembangan
Terlepas dari status infeksi HIV, nutrisi immunologi termasuk dalam
prenatal yang buruk dapat menghadapi berbagai virus seperti
menyebabkan retardasi pertumbuhan cytomegalovirus, hepatitis B dan virus
janin dalam rahim atau intrauterine herpes simplek. Ketiga infeksi tersebut
growth retandation (IUGR) dengan bersifat kronik, menjadi karier dalam
perbandingan pertumbuhan yang tidak tubuh dan dapat menyebabkan penyakit
sesuai dengan umur kehamilan. Semua neonates yang fatal. Pada saat system
akan menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh neonatus tidak
imunitas selular dengan jumlah sel T matang, menyebabkan system sel T
yang rendah, respon proliferatif yang tidakberfungsi dnegan baik terutama
buruk, pertumbuhan thymus yang terhadap infeksi HIV, peranan antibody
terganggu, meningkatkan dan system makrofag rendah. Sistem
kecenderungan terserang infeksi, dan antibody pada janin bersifat dorman,
menetap selama 5 tahun masa digantikan oleh system kekebalan tubuh
pertumbuhan yang akan terganggu. dari Ig G ibu melalui transplasenta dan
Direkomendasikan untuk asupan sekresi IgA dari air susu ibu.
vitamin A, untuk mencegah perburukan Rendahnya kadar IgG dan IgA dari ibu
gejala diare yang ada baik pada ibu dengan kehamilan cenderung
maupun bayinya.4 melahirkan premature danjuga antibody
3. Fungsi Pencernaan neutralizing yang rendah. Yang paling
Fungsi pencernaan pada neonatus utama adalah defek selT sehingga
memegang peranan penting dalam berpengaruh pada fungsi nya sebagai
penularan HIV. Sejak infeksi HIV produksi sitokin, respon sel T
diperkirakan masuk melalui pencernaan sitotoksik, lambatnya system penolakan
saat kelahiran, oleh karena terpapar terhadap se lasing dan tropism terhadap
darah yang terinfeksi, sekresi vagina, replikasi virus intraselular. T-helper-1
cairan amnion dan air susu ibu. Pada (TH-1) berperan terhadap respon imun
system pencernaan bayi memiliki selular, bila terjadi defisiensi akan
keasaman lambung yang rendah, terjadi pula defisiensi dari interferon
aktifitas enzyme pencernaan yang (IFN-y). terjadi pula defisiensi respon
rendah, produksi cairan mukosa yang segala tipe sitotoksik termasuk CDS
rendah dan sedikit sekresi dari CTL. Oleh Luzuriaga pada tahun 1991
immunoglobulin A (Ig A) yang dikatakan terdapat defisiensi CDS T-
merupakan system kekebalan pada sel pada bayi yang terinfeksi HIV di 1
pencernaan untuk melawan kuman tahun pertama kehidupan.7,19
yang masuk. Pada infeksi sekunder C. Faktor ibu, kehamilan dan proses
akan terjadi diare, pertumbuhan yang persalinan.
terganggu, dan menunjukkan Seorang ibu yang terinfeksi HIV
prekembangan perjalanan penyakitnya.6 dengan kehamilan memiliki resiko untuk
4. Respon imun neonatus menularkan HIV ke bayinya, dibagi dalam
Sistem kekebalan tubuh bayi yang baru tiga tahapan waktu yaitu; 7
lahir secara anatomi memiliki defisiensi 1. Antepartum:
fungsional, belum terpapar oleh antigen

6
Viral load dari ibu, apakah sudah Sebetulnya pada ibu dengan infeksi
mendapat terapi anti retroviral, jumlah HIV, pemberian air susu ibu beresiko
CD4+, defisiensi vitamin A, co-reseptor kecil untuk terjadi penularan oleh
mutasi dari HIV, malnutrisi, sedang karena terdapatnya antibody terhadap
dalam terapi pelepasan ketergantungan HIV, bagaimanapun juga di Negara
obat, perokok, korionik villus sampling berkembang, makanan formula
CVS), amniosintesis, berat badan ibu. menjadikan bayi memiliki resiko tinggi
2. Intrapartum: terkena infeksi yang lain, air susu ibu
Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal, merupakan pilihan terbaik.4
proses persalinan, pecah ketuban kasep, Pemilihan pemberian makanan pada
persalinan prematur, penggunaan fetal bayi dengan 2 strategi sebagai
scalp electrode, penyakit ulkus pencegahan penularan dari ibu ke
genitalia aktif, laserasi vagina, bayinya postnatal, dengan pemberian
korioamnionitis, dan episiotomi. zidovudine sebagai profilaksis selama
3. Air susu ibu, mastitis. 38 minggu. Ternyata didapatkan
Telah diketahui air susu ibu degan pemberian air susu ibu dengan
infeksi HIV mengandung proviral HIV zidovudine sebagai profilaksis tidak
dan virus bebas lainnya, sebagai faktor efektif seperti pemberian susu formula,
pertahanan seperti antibody terhadap akan tetapi bermakna dalam
HIV dan glikoprotein yang menurunkan angka kematian pada 7
menghambat ikatan HIV dengan CD4+. bulan pertama kehidupan, disimpulkan
Kebanyakan kasus penulran terjadi bahwa penularan postnatal dari infeksi
pada wanita yang diketahui negative virus HIV-1 lewat pemberian air susu
terhadap HIV akan tetapi penularan ibu dapat diturunkan dengan intervensi
terjadi saat pemberian air susu ibu. pemberian ARV saat perinatal .11

7
Gambar 1 :
Mekanisme penularan dari ibu ke bayinya merupakan proses yang komplek antara virulensi
virus, faktor ibu dan faktor janin. (NSI: non-syncytium-inducing, SI: syncytium-inducing). 20
4. Kehamilan dan cara melahirkan. sitotoksik, peranan plasenta melalui
Resiko penularan terjadi pada kondisi ekpresi FasL atau faktor tumor nekrosis
korioamnionitis dan penyakit menular berhubungan dengan kejadian apoptosis
seksual. Hal ini berhubungan dengan menginduksi ligand atau ekspresi
gangguan pertahanan pada plasenta dan Apo2L dan faktor plasenta seperti
kecenderungan lahir premature, serta korioamnionitis, aktifitas supresi HIV,
dapat meningkatkan viral load pada atau faktor fetus seperti natibodi
organ genital. Disamping itu pemilihan neutralizing atau HIV sel T spesifik
cara melahirkan, lamanya persalinan, sitotoksik.
kapan pecahnya ketuban, dan saat Faktor plasenta, sitokin plasenta tipe 1
proses kelahiran berjalan seorang bayi dan 2 menggerakkan ekspresi reseptor
dapat terpapar darah sang ibu. Inflamasi kemokin. Sitokin dapat menurunkan
pada daerah servik dan uretritis dapat atau meningkatkan replikasi HIV. Studi
meningkatkan deteksi sel yang terdahulu mengatakan adanya variasi
terinfeksi HIV-A.4,5,6,7 produksi plasenta tipe 1 dan 2 oleh
Beberapa studi telah mempelajari ekspresi sitokin dan sitokin
penularan secara vertikal dari ibu ke proinflamatori. Sitokin yang terdapat
bayinya, penularan melalui plasenta pada plasenta dan hubungan hormonal-
juga telah dipublikasikan. Terdapat sitokin memegang peranan dalam
beberapa faktor dari sang ibu, pencegahan penolakan dari Allograph
diantaranya, viral load, antibody fetus dan mendukung proses
neutralizing, atau aktifitas sel T implantasi. Allograph dimediasi oleh

8
sitokin tipe 1 termasuk interferon menurunkan kadar ekpresi mRNA
gamma, TNF-b. produksi dari tipe 2 TNF-a pada mikroeksplan plasenta.15,16
sitokin (IL4,IL10), sebagai toleransi Aktifitas ekspresi transporter ATP-
Allograph dan mempertahankan Binding Cassette (ABC) pada plasenta
kehamilan. Pada kondisi terinfeksi oleh manusia mempengaruhi masuknya obat
HIV, akan menigkatkan rejeksi transplasenta, buruknya transfer
terhadap janin jadi dapat memicu obatkedalam plasenta akan
keguguran melalui jalur sitokin. mempengaruhi transfer obat
Pada wanita hamil yang tidak terinfeksi antiretroviral selama kehamilan.14
sitokin milieu plasenta tipe 2,
sedangkan pada wania terinfeksi lebih IV. Upaya pencegahan penularan dari
mengekspresikan tipe 1. Adanya ibu ke bayinya.
perubahan dari tipe 2 ke tipe 1 belum IV.1 Intervensi untuk Pencegahan
jelan akan tetapi kondisi Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
korioamnionitis dan vilitis Dengan intervensi yang baik maka
mempengaruhi mekanisme penularan. risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
reseptor kemokin CCR5 memegang sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan
peranan pada penularan HIV dari ibu ke menjadi kurang dari 2%. Menurut estimasi
bayinya. Janin dengan homogenus D32 Depkes, setiap tahun terdapat 9.000 ibu
atau genotype heterozigot hamil HIV positif yang melahirkan di
menunjukkan pertahanan terhadap Indonesia. Berarti, jika tidak ada intervensi
infeksi HIV. Pada ibu yang terinfeksi diperkirakan akan lahir sekitar 3.000 bayi
HIV mempunyai rasio CCR5 yang dengan HIV positif setiap tahunnya di
rendah dibanding CXCR4. CXCR4 Indonesia.
mRNA oleh IL10 menghantar makrofag Intervensi tersebut meliputi 4
dan memediasi progesterone, keduanya konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu
CCR5 dan CXCR4 sebagai ekspresi hamil dengan HIV positif, (2) Menurunkan
dari makrofag dan limfosit akan tetapi viral load serendah-rendahnya, (3)
bukan pencerminana trofoblas. Sitokin Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap
tipe 2 dan rendahnya ratio darah dan cairan tubuh ibu HIV positif, dan
CCR5:CXCR4 mencegah replikasi dari (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu
virus HIV. Normal plasma sitokin dari dengan HIV positif.1,2
plasenta memproduksi hormone b-HCG
yang diketahui menghambat replikasi
dari virus HIV.13,16 1. Mengurangi jumlah ibu hamil dengan
IL-16 merupakan ligand CD4 bersama HIV positif
dengan RANTES yangmerupakan Secara bermakna penularan infeksi
ligand dari co-reseptor CCR5 HIV, virus ke neonatus dan bayi terjadi trans
keduanya menghambat replikasi HIV-1 plasenta dan Intra partum. Terdapat
secara invitro. Kadar IFN-g dan alfa perbedaan variasi risiko penularan dari
dan sekresi IL10 didapati pada yang ibu ke bayi selama Kehamilan dan
terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Laktasi, tergantung sifat infeksi
Akan tetapi IL10 lebih tinggi pada ibu terhadap ibu : Infeksi primer ( HSV/
yang tidak terinfeksi HIV. Rendahnya Herpes Simpleks Virus, HIV1), Infeksi
kadar IL8 dan TNF a didapati pada Sekunder/ Reaktivasi (HSV, CMV/
wanita yang terinfeksi HIV. Zidovudine

9
Cyto Megalo Virus), atau Infeksi Apabila seksio sesarea tidak bisa
Kronis (Hepatitis B, HIV1, HTLV-I).1,2 dilaksanakan, maka dianjurkan untuk
Mengingat adanya kemungkinan tidak melakukan tindakan invasif yang
transmisi vertikal dan adanya memungkinkan perlukaan pada bayi
kerentanan tubuh selama proses (pemakaian elektrode pada kepala
kehamilan, maka pada dasarnya janin, ekstraksi forseps, ekstraksi
perempuan dengan HIV positif tidak vakum) dan perlukaan pada ibu
dianjurkan untuk hamil. Dengan alasan (episiotomi).
hak asasi manusia, perempuan Odha HIV teridentifikasi ada dalam
dapat memberikan keputusan untuk kolustrum dan ASI, menyebabkan
hamil setelah melalui proses konseling, infeksi kronis yang serius pada bayi
pengobatan dan pemantauan. dan anak. Oleh karenanya ibu hamil
Pertimbangan untuk mengijinkan Odha HIV positif perlu mendapat konseling
hamil antara lain: apabila daya tahan sehubungan dengan keputusannya
tubuh cukup baik (CD4 di atas 500), untuk menggunakan susu formula
kadar virus (viral load) minimal/ tidak ataupun ASI eksklusif. Untuk
terdeteksi (kurang dari 1.000 kopi/ml), mengurangi risiko penularan, ibu HIV
dan menggunakan ARV secara teratur positif bisa memberikan susu formula
5.1,2 kepada bayinya. Risiko penularan HIV
2. Menurunkan viral load/ kadar virus melalui pemberian ASI akan bertambah
serendah-rendahnya jika terdapat permasalahan pada
Obat antiretroviral (ARV) yang ada payudara (mastitis, abses, lecet/luka
sampai saat ini baru berfungsi untuk puting susu). Oleh karenanya
menghambat multiplikasi virus, belum diperlukan konseling kepada ibu
menghilangkan secara total keberadaan tentang cara menyusui yang baik.1,2
virus dalam tubuh Odha. Walaupun 4. Mengoptimalkan kesehatan ibu
demikian, ARV merupakan pilihan dengan HIV positif
utama dalam upaya pengendalian Melalui pemeriksaan ANC secara
penyakit guna menurunkan kadar teratur dilakukan pemantauan
virus.1,2 kehamilan dan keadaan janin.
3. Meminimalkan paparan janin dan Roboransia diberikan untuk suplemen
bayi terhadap cairan tubuh ibu peningkatan kebutuhan mikronutrien.
Persalinan dengan seksio sesarea Pola hidup sehat antara lain: cukup
berencana (elective) sebelum saat nutrisi, cukup istirahat, cukup olah
persalinan tiba merupakan pilihan pada raga, tidak merokok, tidak minum
Odha. Pada saat persalinan pervaginam, alkohol juga perlu diterapkan.
bayi terpapar darah dan lendir ibu di Penggunaan kondom tetap diwajibkan
jalan lahir. Bayi mungkin juga untuk menghindari kemungkinan
terinfeksi karena menelan darah atau superinfeksi bila pasangan juga Odha,
lendir jalan lahir tersebut (secara tidak atau mencegah penularan bila pasangan
sengaja pada saat resusitasi). Beberapa bukan Odha.1,2
hasil penelitian menyimpulkan bahwa
seksio sesarea akan mengurangi risiko IV.2 Strategi Pencegahan Penularan HIV
penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar dari Ibu ke Bayi 1,2
50-66% .

10
Menurut WHO terdapat 4 (empat) upaya Konseling tentang HIV dan
yang perlu untuk mencegah terjadinya makanan bayi, serta pemberian
penularan HIV dari ibu ke bayi, meliputi: makanan bayi
1. Mencegah terjadinya penularan HIV Persalinan yang aman.
pada perempuan usia reproduksi 4. Memberikan dukungan psikologis,
2. Mencegah kehamilan yang tidak sosial dan perawatan kepada ibu HIV
direncanakan pada ibu HIV positif positif beserta bayi dan keluarganya.
3. Mencegah terjadinya penularan
HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi IV.3 Pemberian obat Antiretrovirus
yang dikandungnya. Bentuk intervensi sebagai pencegahan penularan ibu ke
berupa: bayinya.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Perempuan dengan CD4
yang komprehensif
>250/mm3 memiliki resiko untuk
Layanan konseling dan tes HIV
terjadinya hipersensitif terhadap NVP lebih
secara sukarela (VCT)
tinggi dengan toksisitas hati yang mungkin
Pemberian obat antiretrovirus
fatal. Hal tersebut berlaku pada perempuan
(ARV)
yang hamil maupun yang sedang tidak
hamil

Tabel 1 :
Rekomendasi untuk memulai Terapi ARV pada perempuan hamil menurut stadium klinis dan
ketersediaan penanda imunologis (menurut WHO 2006)17,18
Stadium Bila tidak tersedia tes CD4 Bila tersedia tes CD 4
klinis
menurut
WHO
1 Tidak diobati untuk kepentingan ibu Obati jika hitung sel CD 4 < 200 sel/mm 3
saat ini(rekomendasi tingkat A-III) (rekomendasi tingkat A-III)
2 Tidak diobati (rekomendasi tingkat A-
3 III)
Obati (rekomendasi tingkat A-III) Obati jika hitung sel CD 4< 350 sel/mm3
(rekomendasi tingkat A-III)
4 Obati (rekomendasi tingkat A-III) Obati tanpa memperhatikan hitung CD 4
((rekomendasi tingkat A-III)

Tabel 2 : Pemberian obat antiretroviral dalam program PMTCT ditujukan pada situasi
klinik
No. Situasi Klinis Rekomendasi Pengobatan (Rejimen untuk Ibu)
1 Odha dengan indikasi ART dan AZT (d4T) + 3TC + NVP (hindari EFV)
kemungkinan hamil atau sedang hamil Hindari EFV pada trimester pertama
Jika mungkin hindari ARV sesudah trimester
pertama

2 Odha sedang menggunakan ART dan Lanjutkan rejimen (ganti dengan NVP atau
kemudian hamil golongan PI jika sedang menggunakan EFV pad
atrimester I)
Lanjutkan dgn ARV yg sama selama dan sesudah
persalinan

11
3 Odha hamil dan belum ada indikasi ART AZT mulai 28 minggu + NVP dosis tunggal pada awal
persalinan
Alternatif
Hanya AZT mulai 28 minggu
AZT + 3TC mulai 36 minggu, selama persalinan, 1
minggu sesudah persalinan
NVP dosis tunggal pada awal persalinan
4 Odha hamil dengan indikasi ART, tetapi AZT mulai 28 minggu + NVP dosis tunggal pada awal
belum menggunakan ARV persalinan
Alternatif
Hanya AZT mulai 28 minggu
AZT + 3TC mulai 36 minggu, selama persalinan, 1
minggu sesudah persalinan
NVP dosis tunggal pada awal persalinan

5 Odha hamil dengan tuberkulosis aktif OAT yg sesuai tetap diberikan


Rejimen untuk ibu
Bila pengobatan mulai trimester III:
AZT (d4T) + 3TC + EFV
Bila belum akan menggunakan ARV:
disesuaikan dengan skenario 3

6 Bumil dalam masa persalinan dan tidak Tawarkan konseling dan testing dalam masa
diketahui status HIV persalinan; atau konseling dan testing setelah
persalinan (ikuti skenario 8)
Jika hasil tes positif maka dapat diberikan :
NVP dosis tunggal
Bila persalinan sudah terjadi maka ikuti
skenario 8; atau
AZT + 3TC pada saat persalinan dilanjutkan 1
minggu setelah persalinan

7 Odha datang pada masa persalinan dan NVP dosis tunggal ditambah
belum mendapat ART AZT + 3TC pada saat persalinan
dilanjutkan 1 minggu setelah persalinan

IV.4 Persalinan yang aman Sebagian besar penularan HIV dari ibu ke
Tujuan persalinan yang aman bagi ibu bayi terjadi pada saat persalinan. Hal ini
dengan HIV adalah : terjadi akibat :
Tidak terjadi penularan HIV : Tekanan pada plasenta meningkat
o ke janin/bayi menyebabkan terjadinya sedikit
o ke tim penolong (medis dan non percampuran antara darah ibu dan
medis) darah bayi.
o ke pasien lainnya Lebih sering terjadi jika plasenta
Kondisi ibu baik sesudah meradang atau terinfeksi.
melahirkan Bayi terpapar darah dan lendir ibu
Efektif dan efisien di jalan lahir.

12
Bayi mungkin juga terinfeksi lecet pada puting yang dapat
karena menelan darah ataupun mempertinggi resiko bayi tertular HIV.
lendir ibu. Cara Menyusui yang dianggap aman :
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
IV.5 Pilihan asupan bagi bayi yang lahir atau hingga tercapainya AFASS.
dari ibu dengan HIV positif. Jangka waktu laktasi singkat 6 bulan
1. Ibu dengan status HIV negatif atau dengan penghentian cepat
status HIV tak diketahui Safe sex practices selama laktasi untuk
ASI eksklusif untuk usia 6 bulan mencegah infeksi atau re-infeksi
pertama Manajemen laktasi yang baik
Makanan padat yang aman, sesuai, (pelekatan dan posisi menyusui yang
dan ASI diteruskan hingga 2 benar serta semau bayi/tidak dijadwal)
tahun. untuk mencegah mastitis. Usahakan
Dorong ibu untuk relaktasi bila proses menyusui sedini mungkin begitu
ibu belum menyusui. bayi lahir untuk mencegah teknik
2. Ibu dengan status HIV positif pelekatan yang salah sehingga puting
Tersedia pengganti ibu lecet.
ASI yang memenuhi syarat AFASS Hanya bagi ibu dengan hitung CD4
(affordable, feasible, acceptable, tinggi
sustainable, safe). Ibu tidak boleh menyusui bila terdapat
Bila kondisi luka/lecet pada puting, karena akan
AFASS tidak terpenuhi, maka dapat menyebabkan HIV masuk ke tubuh
dipertimbangkan pemberian ASI bayi. .
eksklusif yang jangka Teknik menyusui yang benar, ibu harus
pemberiannya singkat atau diajarkan teknik menyusui yang benar
alternatif ASI lainnya, yaitu: untuk menghindarkan terjadinya mastitis
o Pasteurisasi/memanaskan ASI dan lecet pada payudara. Teknik menyusui
perah ibu. terdiri dari posisi menyusui, dan cara
o Mencari Ibu Susu (perempuan pelekatan bayi pada payudara. Untuk
lain untuk menyusui bayinya) menghindari lecet puting, dianjurkan
yang telah dibuktikan HIV menggunakan pelindung putting (nipple
negatif. shield). Posisi Menyusuin yang benar
sebagai berikut ini:
Pemberian ASI bagi bayi dari ibu dengan 1. Kepala dan badan bayi berada
HIV positif . Ibu dengan HIV positif dapat dalam satu garis lurus.
memilih menyusui bayinya bila: 2. Wajah bayi harus menghadap
Pengganti ASI tidak dapat memenuhi payudara dengan hidung
syarat AFASS. berhadapan dengan puting.
Kondisi sosial ekonominya tidak 3. Ibu harus memeluk badan bayi
memungkinkan untuk mencari Ibu Susu dekat dengan badannya.
atau memanaskan ASI perahnya 4. Jika bayi baru lahir, ibu harus
sendiri. menyangga seluruh badan bayi -
Memahami teknik menyusui yang bukan hanya kepala dan bahu.
benar untuk menghindarkan
peradangan payudara (mastitis) dan
Daftar pustaka

13
Human Imunodeficiency Virus Type 1
1. Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Are Transmitted from Mother to Infant.
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi Journal of Virology, 2006;80(2):835-44.
2. Chris W. Green. Seri Buku Kecil, HIV, 11. Ibou Thyor, Shahin Lockman, et al.
Kehamilan dan Kesehatan Perempuan. Breastfeeding Plus Infant Zidovudine
Yayasan Spiritia, Juli 2005 Prophylaxix for 6 Months vs Formula
3. Catherine Peckham, Diana Gibb. Feeding Plus Infant Zidovudine for 1
Mother-to-child Transmission of the month to Reduce Mother to Child HIV
Human Immunodeficiency Virus. New Transmission in Bostwana,
England Journal of Medicine 2006;296(7):794-805.
1995;333(5):298-302 12. Patricia M. Gracia, Leslie A. Kalish,
4. Grace C. John, Joan Kreiss. Mother-to- Jane Pitt, et al. Maternal Levels of
child Transmission of Human Plasma Human Immunodefisiency
Immunodeficiency Virus Type 1. Virus Type 1 RNA and The Risk of
Epidemiologic Reviews Perinatal Transmission. N Engl J Med
1996;18(2):149-157 1999;341:394-402.
5. Joseph P. Mc.Gowan, Sanjiv S. Syah. 13. Homira Behbahani, Edwina Popek,
Prevention of Perinatal HIV Patricia Garcia, et al. Up- regulation of
Transmission During Pregnancy. CCR5 Expression in the Placenta Is
Journal of Antimicrobial Associated with Human
Chemotherapy, 2000;46:657-68 Immunodeficiency Virus-1 Vertical
6. Richard Stiehm. Newborn Factors in Transmission. American Journal of
Maternal-Infant Transmission of Pathology 2000;157(6):1811-7
Padiatrie HIV Infection. Journal of 14. Abhishek Gulati, Philip M. Gerk. Role
Nutrition 1998;22:3166 of Placental ATP-Binding Cassette
7. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. (ABC) Transporter in Antiretroviral
Perinatal Transmission of Major, Therapy During Pregnancy. J Pharm
Minor, and Multiple Maternal Human Sci, 2009;98(7):2317-35.
Immunodeficiency Virus Type 1 15. Faye A., Pomprasert S., Mary J-Y.
Variants In Utero and Intrapartum. Characterization of the main placenta
Journal of Virology, 2001;75(5):2194- cytokine profiles from HIV-1 infected
203 pregnant women treated with anti-
8. Rajesh Ramakrishnan, Roshni Mehta, retroviral drugs in France. Journal
et al. Characterization of HIV-1 Compilation, 2007;149:430-9.
envelope gp41 genetic diversity and 16. Usha K. Sharma, Jorge Trujillo, Hai
functional domains following perinatal Feng Song. A Novel Factor Produced
transmission. Journal of Retrovirology, by Placental Cells with Activity Against
2006;3:42. HIV-1. The Journal of Immunilogy,
9. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. Role 1998;161:6406-12.
of Maternal Autologous Neutralizing 17. Depkes RI. In: Pedoman Nasional
Antibody in Selective Perinatal Terapi Antiretroviral, dengan panduan
Transmission of Human tatalaksana klinis infeksi HIV pada
Immunodeficiency Virus, Type 1 orang dewasa dan remaja, 2009. ed II .
Escape Variants. Journal of Virologi, 18. WHO. In: Antiretroviral Drugs for
2006;80(13):6525-33. Treating Pregnant Women and
10. Xueling Wu, Adam B. Parast, et al. Preventing HIV Infection in Infants,
Nautralization Escape Variants of

14
Rekomendations for a public health
approach, 2010.
19. Vera Bongertz. Vertical Human
Immunodeficiency Virus Type 1-HIV-
1-Transmission. A Review. Mem Inst
Oswaldo Cruz, Rio de Jainero,
2001;96(1):1-14.
20. Stephen A. Spector. Motherto-infant
transmission of HIV-1; The placenta
Fights Back. The Journal of Clinical
Investigations,2001;107(3):287-94.
21. WHO. In: HIV AND INFANT
FEEDING, Principles and
recommendations for infant feeding in
the context of HIV and a summary of
evidence,2010.

15
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS FESES
Akhmad Sudibya
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak:
Ada banyak metode pada pemeriksaan mikrobiologi tinja. Metode mencakup pemeriksaan mikroskopis,
kultur p ada media mikrobiologi, pemeriksaan imunologi, pemeriksaan mikrobiologi molekul, dan uji
sensitivitas antibiotik. Metode yang digunakan tergantung pada mikroba yang diduga sebagai penyebab
penyakit tertentu.
Kata Kunci : pemeriksaan mikrobiologis feses, pemeriksaan mikroskopis, penanaman pada media,
pemeriksaan imunologis, pemeriksaan mikrobiologi molekuler, uji kepekaan antibiotika

FECAL MICROBIOLOGICAL EXAMINATION


Akhmad Sudibya
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract:
There are many methods on the fecal microbiological examination. The methods include microscopical
examination, culturing on the microbiological media, immunological examination, molecular
microbiology examination, and antibiotic sensitivity test. The methods used depend on microbe that is
suspected as the culprit of a certain disease
Keywords: microbiological stool examination, microscopic examination, cultivation on the media,
immunological examination, examination of molecular microbiology, antibiotic sensitivity test

Pendahuluan contents), dan hasil biopsi lmbung


Pemeriksaan Mikrobiologis (Koneman dkk., 1997 ; Winn dkk, 2006).
Feses berarti mencari mikroba pada feses.
Yang dimaksud mikroba adalah bakteri, Tempat Menampung Feses
virus, jamur, dan parasit. Tentang deteksi Ada beberapa hal yang harus
parasit pada feses sudah tersedia topik diperhatikan. Pertama, tempat menampung
tersendiri yaitu Pemeriksaan Parasitologis feses harus bersih, bermulut lebar, dan
Feses. dapat ditutup rapat. Bersih tidak berarti
harus steril. Kedua, tempat menampung
Spesimen Feses feses harus bebas pengawet, deterjen, dan
Selain spesimen feses yang ion logam. Ketiga, tempat menampung
diperoleh secara langsung (stool specimen) feses tidak boleh terkontaminasi urin.
dapat pula dipergunakan spesimen yang Keempat, feses harus diberi bahan
diperoleh melalui usapan dubur/rektal pengawet seandainya tidak langsung
(rectal swab). Usapan dubur sangat cocok diperiksa. Contoh bahan pengawet yang
diterapkan pada bayi dan manusia lanjut digunakan adalah kombinasi
usia. Usapan dubur lebih efektif daripada natrium/kalium fosfat + gliserol (Koneman
feses untuk perburuan Shigella spp., dkk., 1997 ; Winn dkk, 2006).
Clostridium difficile, dan Neisseria
gonorhoeae (Koneman dkk., 1997 ; Winn Pengiriman Feses
dkk, 2006). Feses harus ditempatkan di dalam
Feses dan usapan dubur wadah yang tertutup dengan baik. Pada
merupakan spesimen untuk mencari etiket wajib dicantumkan identitas pasien,
penyebab infeksi pada saluran pencernaan informasi yang diinginkan, dan keadaan
bagian bawah. Sementera itu, untuk klinis pasien (Koneman dkk., 1997 ; Winn
menemukan penyebab infeksi pada saluran dkk, 2006). Obat yang telah diberikan
pencernaan bagian atas dapat dipergunakan kepada pasien terutama antibiotika
muntahan (vomitus material), hasil bilasan wajib dicantumkan.
lambung (gastric washings), hasil aspirasi
isi duodenum (aspiration of duodenal

16
Media Transpor komplemen (complement fixation test)
Prinsip pemilihan media transpor (Winn dkk, 2006).
adalah mikroba yang dicari harus tetap Pemeriksaan mikrobiologi
hidup atau lebih baik lagi apabila molekuler memanfaatkan prinsip-prinsip
bertambah banyak dan mikroba yang tidak biologi molekuler. Contoh pemeriksaan
diburu tidak tumbuh berlebihan atau lebih mikrobiologi molekuler adalah polymerase
bagus lagi apabila tidak tumbuh. Oleh chain reaction (PCR) (Winn dkk, 2006).
karena itu, pilihan media transpor yang
dipakai harus selalu berdasarkan mikroba Flora Komensal dan Bakteri Patogen
yang dicurigai. pada Saluran Pencernaan Bagian Bawah
Media transpor dibagi Flora komensal pada saluran
menjadi dua, yaitu media transpor umum pencernaan bagian bawah meliputi
dan media transpor khusus. Contoh media Staphylococcus saprophyticus,
transpor umum adalah kaldu pepton, Staphylococcus epidermidis,
medium Stuart, buffer glycerol saline, dan Enterococcus, Escherichia coli,
Cary & Blair. Teladan untuk media transpor Pseudomonas, berbagai bakteri anaerob,
khusus adalah kaldu selenite cystine, dan sebagainya (Winn dkk, 2006).
Kaufmann, dan alkali pepton. Kaldu Bakteri patogen pada saluran
selenite cystine (SC) dipergunakan untuk pencernaan bagian bawah mencakup
deteksi Salmonella. Kaufmann lazim Staphylococcus aureus, ETEC, EPEC,
dipakai untuk pengejaran bakteri Shigella. Yersinia enterocolitica, Salmonella,
Alkali pepton sangat bagus dimanfaatkan Shigella, Vibrio cholerae, Campylobacter,
untuk pelacakan Vibrio (Atlas, 1997 ; Clostridium difficile, dan sebagainya
Supardi dan Warsa, 1998). (Winn dkk, 2006).

Metode Pemeriksaan Tipe-Tipe Diare


Metode pemeriksaan dalam Diare dibagi menjadi tiga tipe.
bidang mikrobiologi klinik meliputi Tipe-tipe tersebut adalah diare
pemeriksaan mikroskopis, penanaman pada noninflamatori (noninflammatory
media perbenihan, uji kepekaan, diarrhea), diare inflamatori (inflammatory
pemeriksaan imunologis, dan pemeriksaan diarrhea), dan diare pada penyakit
mikrobiologi molekuler. sistemik. Istilah lain untuk diare
Pemeriksaan mikroskopis dibagi noninflamatori adalah diare sekretori
menjadi dua, yaitu pemeriksaan (secretory diarrhea) dan diare encer
mikroskopis tanpa pengecatan dan (watery diarrhea). Sinonim diare
pemeriksaan mikroskopis dengan inflamatori adalah diare berdarah (bloody
pengecatan. diarrhea) dan disenteri (dysentery) (Winn
Penanaman dalam media dkk, 2006).
perbenihan bertujuan memperoleh isolat
murni. Media yang dipergunakan ada dua Diare Noninflamatori
macam, yaitu media umum dan media Diare Noninflamatori melibatkan
khusus. Prinsip pemilihan media didasarkan usus halus proksimal. Penyebab Diare
pada mikroba yang akan dicari. Noninflamatori adalah Norovirus,
Uji kepekaan bertujuan Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus,
memperoleh obat yang paling tepat untuk ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae,
mikroba tertentu. Obat yang paling tepat Clostridium perfringens, Bacillus cereus,
untuk mikroba tertentu terkenal dengan Staphylococcus aureus, Giardia lamblia,
istilah drug of choice. Cryptosporidium parvum, Isospora belli,
Contoh pemeriksaan imunologis Cyclospora cayetensis, dan mikrosporidia
dalam bidang mikrobiologi adalah Uji (Winn dkk, 2006).
Widal dan Uji Wassermann. Uji Widal
berdasarkan prinsip reaksi aglutinasi. Uji
Wassermann berdasarkan prinsip uji fiksasi

17
Diare Inflamatori pemeriksaan mikrobiologi molekuler, dan
Diare Inflamatori melibatkan uji kepekaan.
usus besar. Mikroba yang menyebabkan
Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap Daftar Pustaka
usus (enteroinvasive microorganisms). Anonim. Pedoman Umum Ejaan
Penyebab Diare Inflamatori adalah Bahasa Indonesia yang
Entamoeba histolytica, Shigella spp., Disempurnakan. Jakarta :
EIEC, EHEC, Salmonella enteridis, Departemen Pendidikan dan
Campylobacter jejuni, Vibrio Kebudayaan, 1996.
parahaemolyticus, dan Clostridium
difficile. Sampai saat ini, virus belum Atlas RM. Handbook of
terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori Microbiological Media. Edisi II. Boca
(Winn dkk, 2006). Raton :
CRC Press, 1997. h.
Diare Pada Penyakit Sistemik 12441245.
Salah satu contoh Diare Pada
Penyakit Sistemik adalah Demam Enterik. Koneman EW dkk.. Color Atlas and
Istilah lain untuk Demam Enterik adalah Textbook of Diagnostic
Demam Tifoid. Diare Pada Penyakit Microbiology. Edisi V.
Sistemik melibatkan usus halus distal. Philadelphia : Lippincott Williams &
Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik Wilkins, 1997. h. 121170.
adalah Salmonella typhi, Slamonella non-
typhi, Yersinia enterocolitica, dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Campylobacter spp.. Virus dan parasit Bahasa. Pedoman Umum
belum terbukti secara empiris sebagai Pembentukan Istilah. Jakarta :
penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik Penerbit PT Gramedia
(Thomas, 1985 ; Taylor, 1988; Winn dkk, Widiasarana Indonesia, 1993.
2006).
Supardi I, Warsa UC. Mikrobiologi
Kondisi Khusus dan Agen Infeksius Klinis. Dalam : Nurhasan, penyunting.
Agen infeksius yang terlibat dapat Standar Pelayanan Medis
diprediksi dari kondisi khusus yang Volume 3. Edisi I. Jakarta : Depkes RI
mendahului. Misalnya, diare setelah makan & IDI, 1998. h. 245263.
nasi goreng sangat mungkin melibatkan
Bacillus cereus. Contoh lain, diare sesudah Thomas CL. Tabers Cyclopedic
menyantap telur paling mungkin Medical Dictionary.Edisi XV.
disebabkan oleh Salmonella spp.. Contoh Singapore
lain lagi, Vibrio spp., Norovirus, dan Virus : PG Publishing Pte Ltd,
Hepatitis A sering sekali ditemukan pada 1985, h. 551.
pasien diare yang sebelumnya menikmati
kerang-kerangan (Winn dkk, 2006). Taylor EJ. Dorlands Illustrated
Medical Dictionary. Edisi XXVII.
Kesimpulan Philadelphia : W.B. Saunders
Pemeriksaan mikrobiologis feses Company, 1988. h. 620.
bertujuan menemukan mikroba yang
dianggap sebagai biang keladi suatu Winn WC dkk.. Konemans Color
penyakit tertentu. Metoda yang Atlas and Textbook of Diagnostic
dipergunakan tergantung pada mikroba Microbiology. Edisi VI.
yang akan dibidik. Secara umum, metoda Philadelphia : Lippincott Williams &
yang dipakai meliputi pemeriksaan Wilkins, 2006. h. 67110.
mikroskopis, penanaman pada media
perbenihan, pemeriksaan imunologis,

18
SPINA BIFIDA
Ernawati
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak:
Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebra yang bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau
tidak. Penyebabnya adalah kegagalan penutupan tube neural dengan sempurna sehingga mempengaruhi
neural dan struktur kutaneus ectodermal yang terjadi pada hari ke 17-20 kehamilan.
Spina bifida dapat dideteksi dengan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) pada cairan amnion atau AFP
yang diperiksa pada darah ibu hamil dan bisa juga dideteksi dengan pemeriksaan ultrasonografi. Resiko
seseorang secara spesifik dapat diketahui berdasarkan perbandingan usia kehamilan dan level AFP.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen folic acid 400 microgram / hari sebelum hamil
dan 800 microgram / hari selama kehamilan

SPINA BIFIDA
Ernawati
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrack:
Spina bifida means the parting of arcus vertebrae that may involve nerve tissue beneath it or not. The
reason is the failure of neural tube closure perfectly so that influence the neural and cutaneous ectodermal
structures that occur on days 17-20 of pregnancy.
Spina bifida can be detected by examination of the AFP (alpha feto protein) on amniotic fluid AFP
examined or in blood of pregnant women and can also be detected by ultrasound examination.
Specifically a person's risk can be identified based on comparison of gestational age and AFP level.
Prevention can be done by giving 400 micrograms of folic acid supplements daily before pregnancy and
800 micrograms / day during pregnancy

PENDAHULUAN defek neural tube aperta, kadar alfa feto


Spina bifida adalah kelainan neural protein mendekati pertengahan kehamilan
tube ( neural tube defect ) yang terjadi mungkin tinggi tidak seperti biasanya baik
akibat kegagalan neural tube untuk dalam plasma maternal maupun dalam
menutup dengan sempurna. Angka kejadian cairan amnion.
1 per 1000 kelahiran. Spina bifida terdiri Beberapa program skrining dapat
dari sebuah hiatus yang biasanya terletak dilakukan pada ibu-ibu hamil, yaitu
dalam vertebra lumbosakralis, dan lewat pemeriksaan skrining alfa feto protein
hiatus ini menonjol sakus meningus serum maternal untuk mengetahui adanya
sehingga terbentuk meningokel. Jika sakus defek neural tube dan bisa juga dilakukan
tersebut juga berisi medulla spinalis, penelitian sitogenetik terhadap sel-sel janin
anomali tersebut dinamakan yang diperoleh melalui amniosintesis atau
meningomielokel. Dengan adanya pengambilan sampel vili korialis dari
rakiskisis total, medulla spinalis tergambar wanita yang hamil pada usia diatas 35
sebagai pita jaringan yang berwarna merah tahun. Program ini menimbulkan banyak
serta menyerupai spons dan terletak dalam permasalahan sosial, etis, ekonomi serta
suatu sulkus yang dalam. Dalam keadaan hukum, diluar permasalahan stigmata
ini, bayi segera meninggal saat lahir. Pada psikologis yang kemungkinan timbul
kasus-kasus lainnya, defek yang terjadi setelah seseorang mengetahui kalau dirinya
mungkin sangat ringan seperti spina bifida membawa gen yang jelek. Hal yang
okulta. Malformasi yang menyertai, sama pentingnya dengan keberhasilan
khususnya hidrosefalus, anansefalus dan program skrining tersebut adalah program
clubfoot umum terdapat. Jika bagian otak penyuluhan intensif bagi orang-orang yang
mengalami protrusion ke dalam sakus, menjalani tes.
terjadi meningoensefalokel. Pada kasus

19
Program skrining neonatal juga saja yang menonjol melalui daerah
merupakan program yang populer dan cacat.
banyak dilakukan di negara bagian Amerika Meningokel merupakan bentuk
yang memiliki undang-undang bagi spina bifida dimana cairan yang ada
pemeriksaan skrining neonatus untuk di kantong terlihat dari luar
menemukan kelainan tertentu. ( daerah belakang ), tetapi kantong
tersebut tidak berisi spinal cord
DEFINISI atau saraf.
Spina bifida berarti terbelahnya - Spina bifida dengan
arcus vertebrae dan bisa melibatkan meningomielokel
jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Merupakan bentuk spina bifida
Spina bifida disebut juga myelodisplasia, dimana jaringan saraf ikut di dalam
yaitu suatu keadaan dimana ada kantong tersebut. Bayi yang terkena
perkembangan abnormal pada tulang akan mengalami paralisa di bagian
belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar bawah.
dan kantung yang berisa cairan yang - Spina bifida dengan mielokisis atau
mengitari spinal cord. Kelainan ini rakiskisis
menyebabkan pembentukan struktur yang Merupakan bentuk spina bifida
berkembang di luar tubuh. berat dimana lipatan-lipatan saraf
gagal naik di sepanjang daerah
KLASIFIKASI torakal bawah dan lumbosakral dan
Ada berbagai jenis spina bifida. antara lain : tetap sebagai masa jaringan saraf
- Spina bifida okulta yang pipih.
Menunjukkan suatu cacat yang Kelainan-kelainan di atas biasanya
lengkung-lengkung vertebranya timbul di daerah cervical dan atau lumbar
dibungkus oleh kulit yang biasanya dan dapat menyebabkan gangguan
tidak mengenai jaringan saraf yang neurologis pada ekstremitas bawah dan
ada di bawahnya. Cacat ini terjadi gangguan kandung kemih. Defek neural
di daerah lumbosakral ( L4 S1 ) tube ini dapat dideteksi melalui
dan biasanya ditandai dengan plak pemeriksaan kadar alfa feto protein ( AFP )
rambut yang yang menutupi daerah pada sirkulasi fetus setelah perkembangan
yang cacat. Kecacatan ini empat minggu.
disebabkan karena tidak
menyatunya lengkung-lengkung PEMBENTUKAN NEURAL TUBE
vertebra ( defek terjadi hanya pada Pembentukan system saraf pusat
kolumna vertebralis ) dan terjadi dimulai sejak bulan pertama perkembangan
pada sekitar 10% kelahiran janin, dimulai dari notocord kemudian
- Spina bifida kistika terbentuk neuroectoderm dan berkembang
Adalah suatu defek neural tube menjadi bentukan seperti pita pipih yang
berat dimana jaringan saraf dan dinamakan neural plate, kemudian masuk
atau meningens menonjol melewati ke dalam ke bagian belakang embrio yang
sebuah cacat lengkung vertebra dan dinamakan neural groove.
kulit sehingga membentuk sebuah Bagian samping dari neural groove
kantong mirip kista. akan melengkung ke atas ( neural fold ) dan
Kebanyakan terletak di daerah menyatu membentuk suatu tabung yang
lumbosakral dan mengakibatkan dinamakan neural tube, penyatuan / fusi
gangguan neurologis, tetapi dari neural fold dimulai dari bagian tengah
biasanya tidak disertai dengan dari embrio dan bergerak ke arah atas
keterbelakangan mental. ( cranial ) dan bawah ( caudal ).Bagian atas
- Spina bifida dengan meningokel dinamakan anterior ( rostral ) neuropore
Pada beberapa kasus hanya dan bagian bawah dinamakan posterior
meningens saja yang berisi cairan ( caudal ) neuropore. Anterior neuropore
menutup pada hari 26 atau sebelumnya

20
sedangkan caudal neuropore akan menutup dengan defek neural tube sebesar 1-2%,
pada akhir minggu ke empat. Jika bagian maka dari itu seorang wanita hamil yang
dari tabung neural ( neural tube ) tidak mengkonsumsi obat-obat anti epilepsi
menutup, tulang belakang juga tidak selama kehamilannya disarankan untuk
menutup akan menyebabkan terjadinya melakukan pemeriksaan AFP prenatal rutin.
spina bifida. Faktor maternal lain yang dapat
menyebabkan defek neural tube meliputi :
STADIUM PERKEMBANGAN - Riwayat keluarga dengan defek
- 21 hari : neural groove dan neural tube
dimulainya pembentukan neural tube - Penggunaan obat-obat anti kejang
- 25 hari : penutupan neural groove - Overweight berat
kecuali bagian akhir anterior dan posterior - Demam tinggi pada awal
- 30 hari : neuropores menutup, kehamilan
pengenalan fore, mid dan - Diabetes mellitus
hind brain.
Diferensiasi 3 lapis neural PATOGENESIS
tube Defek neural tube disini yang
- 5 minggu : pembentukan otak dan dimaksud adalah karena kegagalan
pembentukan lensa mata pembentukan mesoderm dan
- 6 minggu : dimulainya neurorectoderm. Defek embriologi primer
perkembangan cerebellum pada semua defek neural tube adalah
- 7 minggu : corpus striatum dan kegagalan penutupan neural tube,
thalamus, bertemunya mempengaruhi neural dan struktur kutaneus
komponen glandula ectodermal. Hal ini terjadi pada hari ke 17
pituitary -30 kehamilan.
- 8 minggu : meningens, diferensiasi Selama kehamilan , otak, tulang
cortex cerebral belakang manusia bermula dari sel yang
- 3 4 bulan : otak mulai menyerupai datar, yang kemudian membentuk silinder
otak dewasa, terbentuknya yang disebut neural tube. Jika bagian
corpus calosum dan tersebut gagal menutup atau terdapat daerah
konmponen yang lain yang terbuka yang disebut cacat neural tube
- 4 bulan-lahir : timbulnya cerebral sulkus terbuka. Daerah yang terbuka itu
dan gyrus, myelinisasi kemungkinan 80% terpapar atau 20%
dimulai. tertutup tulang atau kulit.
90% dari kasus yang terjadi bukanlah faktor
Ada 3 kategori perkembangan system saraf genetik / keturunan tetapi sebagian besar
yang abnormal : terjadi dari kombinasi faktor lingkungan
1. Kelainan struktural : kesalahan dan gen dari kedua orang tuanya.
dalam organogenesis
2. Gangguan dalam organisasi DIAGNOSA
3. Gangguan metabolisme Defek neural tube dapat dideteksi
dengan pemeriksaan AFP ( alfa feto
ETIOLOGI protein ) pada cairan amnion atau AFP yang
Bahan bahan teratogen yang dapat diperiksa dari darah ibu hamil. AFP adalah
menyebabkan terjadinya defek neural tube protein serum utama yang terdapat pada
adalah : awal kehidupan embrio dan 90% dari total
- Carbamazepine globulin serum dari fetus. AFP dapat
- Valproic acid mencegah rejeksi dari fetal imun dan
- Defisiensi folic acid pertamakali dibuat di yolk sac dan
- Sulfonamide kemudian di sistem gastro intestinal dan
Seorang wanita yang mengkonsumsi hepar fetus. Dimulai dari sirkulasi darah
valproic acid selama kehamilan mempunyai fetus menuju traktus urinarius kemudian
resiko kemungkinan melahirkan bayi diekskresi ke dalam cairan amnion.

21
AFP juga dapat bocor ke dalam hamil dan 800 micrograms / hari selama
cairan amnion melalui defek neural tube kehamilan. Penggunaan suplemen folic acid
yang terbuka seperti pada anencephaly dan ini penting untuk menurunkan resiko
myelomeningocele, dimana sirkulasi darah terjadinya defek neural tube seperti spina
fetus berhubungan langsung dengan cairan bifida.
amnion. Langkah pertama dari prenatal Folic acid ( folinic acid, folacin,
skrining adalah pemeriksaan serum AFP pteroyglutamic acid ) terdiri dari bagian-
pada ibu hamil antara minggu ke 15 dan 18 bagian pteridin, asam para aminobenzoat
kehamilan. dan asam glutamat.
Seseorang dikatakan beresiko Dari penelitian terbukti bahwa
secara spesifik berdasarkan perbandingan yang memiliki arti biologik adalah gugus
usia kehamilan dan level AFP. Misalnya, PABA dan gugus asam glutamat. PmGA
pada usia kehamilan 20 minggu bersama-sama dengan konjugat yang
konsentrasi AFP serum pada ibu hamil lebih mengandung lebih dari satu asam glutamat,
tinggi dari 1.000 ng/mL mempunyai membentuk satu kelompok zat yang dikenal
indikasi terjadinya defek neural tube sebagai folat.
terbuka. Kadar AFP serum normal pada ibu Folat terdapat dalam hampir setiap jenis
hamil biasanya lebih rendah dari 500 makanan dengan kadar tertinggi dalam hati,
ng/mL. ragi dan daun hijau yang segar. Folat
Penentuan ketepatan usia mudah rusak dengan pengolahan
kehamilan sangatlah penting karena level ( pemasakan ) makanan.
AFP mempunyai hubungan yang spesifik Dipandang dari sudut biologik,
dengan usia kehamilan dan dapat defisiensi folat terutama akan
meningkat mencapai puncak pada fetus memperlihatkan gangguan pertumbuhan
normal pada kehamilan 12-15 minggu. akibat gangguan pembentukan nukleotida
Pemeriksaan AFP melalui cairan amnion purin dan pirimidin. Gangguan ini akan
merupakan pemeriksaan yang akurat, menyebabkan kegagalan sintesis DNA dan
terutama pada usia kehamilan 15-20 hambatan mitosis sel.
minggu dan dapat mendeteksi kurang lebih
98% pada semua defek neural tube yang KESIMPULAN
terbuka. Defek neural tube juga dapat
dideteksi dengan USG. Spina bifida termasuk dalam defek
neural tube yang berarti terbelahnya arcus
Beberapa kelainan fetus lain yang dapat vertebrae dan bisa melibatkan jaringan saraf
dideteksi dari peningkatan AFP meliputi : di bawahnya atau tidak. Angka kejadian 1
- Anencephaly per 1000 kelahiran.
- Spina bifida kistika Macam-macam spina bifida :
- Encephalocele - Spina bifida okulta
- Omphalocele - Spina bifida kistika
- Turner syndrome - Spina bifida dengan meningokel
- Gastroschisis - Spina bifida dengan mielokisis atau
- Oligohydrmnions rakiskisis
- Sacrococcygeal teratoma Spina bifida dapat didiagnosis prenatal
- Kelainan ginjal polikistik dengan :
- Kematian janin intra uteri - Pemeriksaan kadar AFP di dalam
- Obstruksi traktus urinarius serum ibu hamil dan cairan amnion
- Ultrasonografi
TERAPI Penyebabnya kebanyakan
Pembedahan multifaktorial, ada kemungkinan
mendapatkan anak dengan cacat seperti ini
PENCEGAHAN meningkat banyak begitu salah satu
Penggunaan suplemen Folic acid keturunan yang dilahirkannya sudah
400 micrograms ( 0,4 mg ) / hari sebelum mengalami cacat ini. Bukti baru

22
menunjukkan bahwa asam folat dapat
menurunkan insidens terjadinya defek
neural tube.

DAFTAR PUSTAKA

1. Beck, F., Moffat, D.B., Davies, D.P.


( 1985 ). Human Embryology.
2. ORahilly Ronan., Muller Fabiola. ( 1992
). Human Embryology & Teratology.
3. Wardhini, S., Rosmiati Hedi. ( 1995 ).
Farmakologi dan Terapi.
4. Cunningham, MacDonald, Gant.
( 1995 ). Obstetri Williams.
5. Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong.
( 1997 ). Buku Ajar Ilmu Bedah.
6. Kurtzweil Paula., ( 1999 ). How folate
can help prevent birth defects. Article FDA
Consumer, Diambil 13Juni 2008, dari
http;//www.fda.gov/Fdac/features/796
fol.html
7. Sadler, T.W. ( 2000 ). Embriologi
Kedokteran Langman.
8. Pantanowitz Liron, Sur Monalisa.
( 2004 ). Malformations Associated With
Spina Bifida. The Internet Journal of
Pediatrics and Neonatology.
9.Larsen, Hans R., ( 2005 ) Folic acid.
Diambil 13 Juni 2008, dari
http;//www.pinc.com/healthnews/folate.

23
RESISTENSI SERANGGA TERHADAP DDT
Kartika Ishartadiati
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAK
Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) adalah insektisida organik sintetik yang termasuk golongan
organoklorin (chlorinated hydrocarbon). DDT disintesis oleh Othmar Zeidler pada tahun 1873, namun
efek insektisidanya baru ditemukan oleh Paul Muller pada tahun 1939. Oleh karena efikasinya yang
sangat baik, DDT menjadi sangat terkenal di bidang pertanian dan bidang kesehatan masyarakat, dan
digunakan secara luas sejak tahun 1945. Namun pada tahun 1948 sudah mulai dilaporkan terjadinya
resistensi DDT pada nyamuk dan lalat.
Kata kunci: resistensi, serangga, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)

INSECT RESISTANCE TO DDT


Kartika Ishartadiati
Lecturer Faculty of Medicine University of Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRACT
Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) is a synthetic organic insecticide which belongs to
organochlorine (chlorinated hydrocarbon). DDT was synthesized by Othmar Zeidler in 1873, but the
insecticide effect discovered by Paul Muller in 1939. Because of its strong efficacy, DDT became very
popular in the field of agriculture and public health fields, and has been widely used since 1945. But the
occurrence of DDTs resistance in mosquitoes and flies has been already reported in 1948.
Keywords: resistance, insect, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)

PENDAHULUAN karena jasa-jasanya dalam penanggulangan


berbagai penyakit yang ditularkan vektor
serangga (Untung, 2004). Di India, pada
Berkembangnya resistensi berbagai
tahun 1960 kematian oleh malaria mencapai
jenis serangga terhadap insektisida pada 50
500.000 orang turun menjadi 1000 orang
tahun terakhir, merupakan masalah paling
pada tahun 1970. World Health
serius yang kita hadapi sejak digunakannya
Organization memperkirakan bahwa DDT
secara luas insektisida organik sintetik di
selama Perang Dunia II telah
seluruh dunia pada akhir Perang Dunia II.
menyelamatkan sekitar 25 juta jiwa
Meskipun resistensi serangga terhadap
terutama dari ancaman malaria dan tifus
insektisida anorganik telah diketahui sejak
(Tarumingkeng, 2007). Namun pada tahun
tahun 1910-an, namun kasus ini meningkat
1948 sudah mulai dilaporkan terjadinya
nyata sejak ditemukannya insektisida
resistensi DDT pada nyamuk dan lalat
organik sintetik. Resistensi serangga
(Untung, 2004).
terhadap insektisida merupakan fenomena
global yang dirasakan baik di negara-negara Pada tahun 1954 Anopheles
maju maupun negara-negara berkembang, sundaicus dinyatakan resisten terhadap
seperti Indonesia. DDT (Hoedojo & Zulhasril, 2000). Uji
kerentanan Anopheles aconitus yang
DDT (Dichloro Diphenyl
dilakukan secara intensif di Jawa Tengah
Trichloroethane) adalah insektisida organik
dan Jawa Timur, hasil yang didapat
sintetik yang pertama kali ditemukan, dan
menerangkan bahwa daerah An. Aconitus
digunakan secara luas sejak tahun 1945.
resisten DDT dari tahun ke tahun makin
DDT pernah disanjung setinggi langit

24
meluas, sehingga pada tahun 1985 semua bidang pertanian dan bidang kesehatan
daerah yang diuji kerentanan menunjukkan masyarakat. Dichloro Diphenyl
bahwa An. Aconitus telah resisten terhadap Trichloroethane sempat dijuluki the wonder
DDT, meskipun derajat resistensinya chemical, bahan kimia ajaib yang
berbeda-beda (Kirnowardoyo, 1989). menyelamatkan ribuan hektar tanaman dari
serangan hama serangga (Djojosumarto,
Sebagian besar peningkatan 2006).
resistensi insektisida disebabkan oleh
tindakan manusia dalam mengaplikasikan Dichloro Diphenyl Trichloroethane
insektisida tanpa dilandasi oleh adalah insektisida paling ampuh yang
pengetahuan yang menyeluruh tentang pernah ditemukan dan digunakan manusia
sifat-sifat dasar insektisida kimia termasuk dalam membunuh serangga, tetapi juga
pengembangan populasi resisten (Untung, paling berbahaya bagi umat manusia,
2004). sehingga dijuluki The Most Famous and
Infamous Insecticide.
SEJARAH DICHLORO DIPHENYL
Pada tahun 1962, Rachel
TRICHLOROETHANE
Carson dalam bukunya yang terkenal,
Pencarian senyawa-senyawa Silent Spring menjuluki DDT sebagai obat
sintetik secara sistematik baru dimulai sejak yang membawa kematian bagi kehidupan
ditemukannya efek insektisida dari DDT di bumi. Demikian berbahayanya DDT bagi
(singkatan dari nama trivialnya; 4,4- kehidupan di bumi, sehingga atas
Dichloro Diphenyl Trichloroethane). rekomendasi EPA (Environmental
Penemuan DDT juga merupakan awal dari Protection Agency) Amerika Serikat pada
pengembangan senyawa kimia dari tahun 1972, DDT dilarang digunakan
kelompok atau kelas hidrokarbon berklor terhitung 1 Januari 1973. Pengaruh buruk
(chlorinated hydrocarbon) (Djojosumarto, DDT terhadap lingkungan sudah mulai
2006). Dichloro Diphenyl Trichloroethane tampak sejak awal penggunaannya pada
disintesis oleh Othmar Zeidler pada tahun tahun 1940-an, dengan menurunnya
1873. Namun, efek insektisidanya baru populasi burung elang sampai hampir
ditemukan oleh Paul Muller pada tahun punah di Amerika Serikat. Dari pengamatan
1939 di Swiss (Djojosumarto, 2006; ternyata elang terkontaminasi DDT dari
Tarumingkeng, 2007). Pada tahun 1946, makanannya (terutama ikan sebagai
untuk pertama kalinya resistensi DDT pada mangsanya) yang tercemar DDT. Dichloro
lalat rumah diteliti di Swedia. Diphenyl Trichloroethane menyebabkan
cangkang telur elang menjadi sangat rapuh
Sebelum diuji secara resmi di sehingga rusak jika dierami. Dari segi
Research Station for Fruit Growing, bahayanya, oleh EPA DDT digolongkan
Viticulture, and Horticulture di Wadenswil dalam bahan racun PBT (persistent,
(Jerman), uji efikasi DDT telah dilakukan bioaccumulative, and toxic) material.
oleh Paul Muller terhadap Calliphora Walaupun di negara-negara maju
vomitoria dan beberapa spesies serangga (khususnya di Amerika Utara dan Eropa
lainnya. Selanjutnya, DDT dikembangkan Barat) penggunaan DDT telah dilarang, di
oleh R. Weismann dari perusahaan J.R. negara-negara berkembang terutama India,
Geigy. RRC, dan negara-negara Afrika dan
Oleh karena efikasinya yang sangat Amerika Selatan, DDT masih digunakan.
baik, DDT menjadi sangat terkenal di Banyak negara telah melarang penggunaan

25
DDT kecuali dalam keadaan darurat c. Organofosfat: malathion,
terutama jika muncul wabah penyakit biothion, diazinon, dll.
seperti malaria, demam berdarah, dsb. d. Karbamat: furadan, sevin,
(Tarumingkeng, 2007). Ijin untuk dll.
menggunakan DDT dalam keadaan darurat e. Dinitrofenol: dinex, dll.
oleh karena insektisida alternatif lebih f. Thiosianat: lethane, dll.
mahal, lebih toksik, dan tidak seefektif g. Sulfonat, sulfida, sulfon.
DDT (Sadasivaiah et al., 2007). h. Lain-lain:methylbromide,
Departeman Pertanian RI telah melarang dll.
penggunaan DDT di bidang pertanian, 2. Hasil alam: nikotinoida, piretroida,
sedangkan larangan penggunaan DDT di rotenoida, dll.
bidang kesehatan dilakukan pada tahun Sumber: Hoedojo & Zulhasril (2000);
1995. Komisi Pestisida RI juga sudah tidak Tarumingkeng (2001).
memberi perijinan bagi penggunaan
pestisida golongan hidrokarbon berklor SIFAT KIMIAWI DAN FISIK DDT
(chlorinated hydrocarbon) atau Senyawa yang terdiri atas bentuk-
organoklorin (golongan insektisida di mana bentuk isomer dari 1,1,1-trichloro-2,2-bis-
DDT termasuk) (Tarumingkeng, 2007). (p-chlorophenyl) ethane yang secara awam
disebut juga Dichloro Diphenyl
Trichloroethane (DDT) diproduksi dengan
menyampurkan chloralhydrate (CCl3CHO)
PENGGOLONGAN INSEKTISIDA
dengan chlorobenzene (C6H5Cl), yang
Insektisida adalah bahan yang dikatalisasi oleh asam belerang (WHO,
mengandung persenyawaan kimia yang 1979; Tarumingkeng, 2007). Nama dagang
digunakan untuk membunuh serangga. DDT yang pernah ada di pasaran antara
Menurut Hoedojo (2000) dan lain Anofex, Cezarex, Chlorophenothane,
Tarumingkeng (2001), insektisida Clofenotane, Dicophane, Dinocide,
berdasarkan macam bahan kimianya dibagi Gesarol, Guesapon, Guesarol, Gyron,
dalam: Ixodex, Neocid, Neocidol, dan Zerdane
1. Insektisida sintetik (WHO, 1979).
1) Anorganik: garam-garam
beracun seperti arsenat,
flourida, tembaga sulfat, dan
garam merkuri.
2) Organik:
a. Organoklorin:
a) Seri DDT:
DDT, DDD,
metoksiklor. Struktur kimia DDT.
b) Seri klorden : Dichloro Diphenyl Trichloroethane
klorden, dieldrin, aldrin, terdiri atas campuran tiga bentuk isomer
endrin, heptaklor, DDT (65-80% p,p'-DDT, 15-21% o,p'-
toksafen. DDT, dan 0-4% o,o'-DDT), dan dalam
c) Seri BHC: jumlah yang kecil sebagai kontaminan juga
BHC, linden. terkandung DDE [1,1-dichloro-2,2- bis(p-
chlorophenyl) ethylene] dan DDD [1,1-
b. Heterosiklik:kepone,
dichloro-2,2-bis(p-chlorophenyl) ethane].
mirex, dll.
Dichloro Diphenyl Trichloroethane ini
berupa tepung kristal putih, tak berasa dan

26
tak berbau. Daya larutnya sangat tinggi Serangga dikatakan telah resisten
dalam lemak dan sebagian besar pelarut terhadap suatu insektisida jika dengan dosis
organik, tak larut dalam air, tahan terhadap yang biasa digunakan, serangga tersebut
asam keras dan tahan oksidasi terhadap tidak dapat dibunuh (Soedarto, 2008).
asam permanganat.
Resistensi yang kadangkala diindikasikan
Menurut Tarumingkeng (2007), oleh menurunnya efektivitas suatu
dua sifat buruk yang menyebabkan DDT teknologi pengendalian tidak terjadi dalam
sangat berbahaya terhadap lingkungan
waktu singkat (Untung, 2004). Lamanya
hidup adalah:
proses resistensi pada serangga terhadap
1. Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air,
tetapi sangat larut dalam lemak. Makin insektisida sangat bervariasi, dari hanya
larut suatu insektisida dalam lemak satu sampai dua tahun, hingga puluhan
(semakin lipofilik) semakin tinggi sifat tahun. Sebagai contoh, senyawa arsenik
apolarnya. Hal ini merupakan salah yang digunakan untuk mengendalikan
satu faktor penyebab DDT sangat kumbang kolorado pada kentang di Long
mudah menembus kulit. Island (Amerika Serikat) sejak tahun 1880,
2. Sifat DDT yang sangat stabil dan baru menampakkan gejala resistensi pada
persisten. Ia sukar terurai sehingga tahun 1940-an, tetapi fenvalerat telah
cenderung bertahan dalam lingkungan
menyebabkan resistensi hanya dalam waktu
hidup, masuk rantai makanan
(foodchain) melalui bahan lemak tiga tahun, bahkan karbofuran tidak lagi
jaringan mahluk hidup. Itu sebabnya efektif setelah dua tahun digunakan
DDT bersifat bioakumulatif dan (Djojosumarto, 2006). Resistensi
biomagnifikatif. insektisida berkembang setelah adanya
Karena sifatnya yang stabil dan proses seleksi yang berlangsung selama
persisten, DDT bertahan sangat lama di banyak generasi. Resistensi merupakan
dalam tanah, bahkan DDT dapat terikat suatu fenomena evolusi yang diakibatkan
dengan bahan organik dalam partikel tanah. oleh seleksi pada serangga yang diberi
perlakuan insektisida secara terus menerus.

Di alam frekuensi alel individu


CARA KERJA DDT rentan lebih besar dibandingkan frekuensi
Toksisitas DDT adalah sedang, alel individu resisten, dan frekuensi alel
dengan LD50 oral (tikus) 113 mg/kg (WHO, homosigot resisten (RR) berkisar antara 10 -2
2005). Insektisida ini bekerja melalui sampai 10-13. Karena adanya seleksi yang
kontak kulit terhadap berbagai jenis terus menerus jumlah individu yang peka
serangga (Soedarto, 2008). Dichloro dalam suatu populasi semakin sedikit.
Diphenyl Trichloroethane mempengaruhi Individu resisten kawin satu dengan
keseimbangan ion-ion K dan Na dalam lainnya, sehingga menghasilkan keturunan
neuron (sel saraf) dan merusak selubung yang resisten pula. Populasi yang tetap
saraf sehingga fungsi saraf terganggu hidup pada aplikasi insektisida permulaan
(Tarumingkeng, 2001). Serangga dengan akan menambah proporsi individu yang
mutasi tertentu pada gen kanal sodiumnya tahan terhadap senyawa dan meneruskan
resisten terhadap DDT dan insektisida sifat ini pada keturunan mereka (Untung,
sejenis lainnya (Denholm et al., 2002). 2004).
PROSES TERJADINYA RESISTENSI Beberapa serangga telah resisten
DAN MEKANISME RESISTENSI terhadap DDT. Setelah DDT ditemukan,
serangga yang tidak memiliki resistensi

27
bawaan dan terkena zat kimia ini akan Dichloro Diphenyl Trichloroethane
punah dari populasinya. Sejalan dengan didetoksifikasi menjadi DDE, DDA,
waktu, serangga resisten yang sebelumnya atau kelthane oleh karena bekerjanya
sedikit menjadi bertambah banyak. ensim dehidroklorinase (Beament &
Akhirnya, seluruh spesies tersebut menjadi Treherne, 2003).
populasi dengan anggota-anggota yang
resisten terhadap DDT. Ketika ini terjadi 2. Penurunan kepekaan tempat sasaran
insektisida pada tubuh serangga.
DDT menjadi tidak efektif lagi terhadap
Diperkirakan bahwa kepekaan terhadap
spesies serangga tersebut (Yahya, 2004).
DDT di tempat sasaran dapat berubah
Pengguna insektisida sering oleh karena perubahan suhu. Pada
menganggap bahwa serangga yang tetap penelitian menggunakan neuron
hidup belum menerima dosis letal, sehingga sensori pada kaki lipas menunjukkan
mereka meningkatkan dosis dan frekuensi bahwa DDT lebih efektif merangsang
aplikasi. Tindakan ini yang mengakibatkan sel sensori pada suhu rendah (16 0C)
semakin menghilangnya proporsi serangga dari pada suhu tinggi (300C) (Beament
yang peka dan meningkatkan proporsi & Treherne, 2003).
serangga yang tahan dan tetap hidup. Dari
3. Penurunan laju penetrasi insektisida
generasi ke generasi proporsi individu melalui kulit atau integumen.
resisten dalam suatu populasi akan Dalam bentuk suspensi, DDT bekerja
semakin meningkat dan akhirnya populasi lebih kuat terhadap larva nyamuk pada
tersebut akan didominasi oleh individu suhu rendah dari pada suhu tinggi.
yang resisten. Resistensi tidak akan Namun, jika diinjeksikan pada larva,
menjadi masalah sampai suatu populasi DDT bekerja lebih kuat pada suhu
didominasi oleh individu-individu yang tinggi dari pada suhu rendah.
resisten, sehingga pengendalian serangga Berdasarkan pengamatan tersebut,
menjadi tidak efektif lagi. disimpulkan bahwa DDT diabsorbsi
lebih banyak pada suhu rendah dari
Salah satu faktor yang
pada suhu tinggi (Beament & Treherne,
mempengaruhi laju perkembangan
2003).
resistensi adalah tingkat tekanan seleksi
yang diterima oleh suatu populasi serangga. Selain faktor-faktor tersebut di atas,
Pada kondisi yang sama, suatu populasi faktor lain yang dapat mempengaruhi
yang menerima tekanan yang lebih keras terjadinya resistensi serangga terhadap
akan berkembang menjadi populasi yang insektisida adalah stadium serangga,
resisten dalam waktu yang lebih singkat generation time serangga dan kompleks
dibandingkan populasi yang menerima genetik (genetic complex) serangga.
tekanan seleksi yang lemah. Insektisida yang bekerja terhadap semua
stadium serangga, artinya dapat membunuh
Menurut Untung (2004),
stadium telur, larva, pupa, maupun dewasa,
mekanisme resistensi suatu serangga
akan lebih cepat terjadi resistensi
terhadap insektisida dapat dibagi menjadi 3
terhadapnya dibandingkan dengan
yaitu:
insektisida yang hanya bekerja terhadap
1. Peningkatan detoksifikasi insektisida satu stadium dari serangga. Serangga-
oleh karena bekerjanya ensim-ensim serangga yang mempunyai siklus hidup
tertentu. pendek sehingga dalam setahun terdapat

28
banyak generasi, akan lebih cepat menjadi resistance) dan resistensi ganda (double
resisten terhadap insektisida dibandingkan resistance) (Hoedojo & Zulhasril, 2000;
dengan serangga-serangga yang hanya Soedarto, 2008).
mempunyai satu generasi dalam setahun
(siklus hidupnya panjang). Dalam hal 3. Cross resistance
Resistensi serangga yang terjadi
kompleksitas dari gen, semakin banyak gen
terhadap dua insektisida yang satu
yang mengatur kemampuan resistensi
golongan atau satu seri, misalnya
serangga terhadap insektisida, semakin
resisten terhadap malathion dan
lambat terjadi resistensi. Jika jumlah gen
diazinon (satu golongan) atau kebal
pengatur resistensi sedikit, serangga cepat
terhadap DDT dan metoksiklor (satu
resisten terhadap insektisida (Soedarto,
seri).
2008).
4. Double resistance
PEMBAGIAN RESISTENSI
Resistensi serangga yang terjadi
Menurut Soedarto (2008), resistensi terhadap dua insektisida yang berbeda
dibagi menjadi resistensi bawaan (natural golongannya atau serinya, misalnya
resistancy) dan resistensi yang didapat resisten terhadap malathion dan DDT
(acquired resistancy). (beda golongan) atau DDT dan dieldrin
(beda seri).
1. Resistensi bawaan
Serangga yang secara alami sensitif Jika satu jenis serangga telah resisten
terhadap suatu insektisida akan terhadap suatu insektisida, maka dosis
menghasilkan secara alami keturunan insektisida harus dinaikkan. Jika dosis
yang juga sensitif terhadap insektisida insektisida terus-menerus dinaikkan, maka
tersebut. Sedangkan serangga yang pada dosis tertentu akan dapat
secara alami sudah resisten terhadap membahayakan kesehatan manusia dan
suatu insektisida, keturunannya juga hewan serta berdampak buruk pada
akan resisten terhadap insektisida lingkungan hidup. Karena itu, insektisida
bersangkutan. Selain itu, serangga yang harus diganti dengan jenis atau golongan
sensitif terhadap suatu insektisida jika lain atau diciptakan insektisida baru untuk
mengalami mutasi (yang terjadi satu memberantas serangga tersebut (Soedarto,
kali setiap beberapa ratus atau ribu 2008). Saat ini laju penemuan insektisida
tahun) dapat berkembang menjadi baru sangat lambat, hal ini dapat
serangga yang resisten terhadap disebabkan antara lain: 1) peningkatan
insektisida tersebut. biaya penelitian untuk menemukan
insektisida baru yang memenuhi syarat, 2)
2. Resistensi didapat peningkatan biaya dan persyaratan
Akibat pemberian dosis insektisida registrasi insektisida yang semakin ketat, 3)
yang di bawah dosis lethal dalam waktu peningkatan biaya produksi, serta 4)
yang lama, serangga target yang semakin ketatnya kompetisi antar produsen
sebelumnya sensitif dapat insektisida (Untung, 2004).
menyesuaikan diri berkembang menjadi
resisten terhadap insektisida tersebut.

Berdasar atas jenis insektisida yang KESIMPULAN DAN SARAN


tidak lagi peka terhadap serangga, resistensi
dibedakan menjadi resistensi silang (cross

29
Saat ini terjadi resistensi beberapa Soedarto, 2008. Parasitilogi Klinik.
serangga terhadap DDT yang disebabkan Airlangga University Press,
oleh ulah pengguna DDT yang tidak Surabaya, hlm. 288-291.
mengerti akan mekanisme terbentuknya
Tarumingkeng, R.C., 2001. Pestisida dan
populasi serangga yang resisten. Penggunaannya.
Penggunaan insektisida untuk pengendalian http://tumoutou.net/TOX/PESTISID
atau pemberantasan serangga, sebaiknya A.htm, diakses pada tanggal 26
tidak terus menerus menggunakan satu Desember 2008.
jenis atau satu golongan insektisida tertentu
saja, tetapi diselingi dengan penggunaan Tarumingkeng, R.C., 2007. DDT dan
Permasalahannya di abad 21.
insektisida dari jenis atau golongan lainnya, http://tumoutou.net/dethh/9_DDT_a
sehingga menghambat atau memperlambat nd_its_problem.htm, diakses pada
terjadinya resistensi serangga terhadap tanggal 26 Desember 2008.
insektisida tertentu..
Untung, K., 2004. Manajemen
Resistensi Pestisida Sebagai
Penerapan Pengelolaan Hama
DAFTAR PUSTAKA Terpadu.
http://kasumbogo.staff.ugm.ac.id/?
Beament, J.W.L., Treherne, J.E., 2003. satoewarna=index&winoto=base&a
Advances in Insect Physiology, c..., diakses pada tanggal 26
Volume 8. Academic Press. Desember 2008.

Denholm, I., Devine, G.J., Williamson, WHO, 1979. Environmental Health


M.S., 2002. Evolutionary genetics. Criteria 9: DDT and its derivatives.
Insecticides resistance on the move. http://www.inchem.org/documents/e
Science 297 (5590): 2222-3. hc/ehc009.htm, diakses pada
tanggal 26 Desember 2008.
Djojosumarto, P.,2006. Pestisida &
Aplikasinya. Agromedia, Jakarta. WHO, 2005. The WHO Recommended
Classification of Pesticides by
Hoedojo, Zulhasril, 2000. Insektisida dan Hazard.
resistensi. Dalam: Parasitologi http://www.who.int/ipcs/publication
Kedokteran, Edisi Ketiga. Balai s/pesticides_haza, diakses pada
Penerbit FKUI, Jakarta, hlm. 248- tanggal 26 Desember 2008.
255.
Yahya, H., 2004. Keruntuhan Teori Evolusi.
Kirnowardoyo, S., 1989. Tinjauan http://www.harunyahya.com,
Penyelidikan Entomologi Malaria diakses pada tanggal 26 Desember
yang Dilakukan oleh Dit. P2B2, Dit 2008.
Jen PPM & PLP, Dep. Kes. R.I.
Maj. Cermin Dunia Ked. 54: 16-18.

Sadasivaiah, S., Tozan, Y., Breman, J.G.,


2007.
Dichlorodiphenyltrichloroethane
(DDT) for Indoor Residual
Spraying in Africa: How Can It Be
Used for Malaria Control?. Am. J.
Trop. Med. Hyg. 77 (Suppl 6): 249-
263.

30
EFEK PEMAKAIAN PIL KONTRASEPSI KOMBINASI
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
F. Y. Widodo
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak

Kontrasepsi oral adalah suatu cara kontrasepsi yang sangat luas dipakai untuk menghambat kehamilan,
baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, mengingat efektifitasnya serta cara pemakaian yang sangat
mudah.

Namun, pil kontrasepsi ini juga memiliki beberapa efek samping yang tidak diinginkan, salah satunya dapat
menimbulkan abnormalitas dari tes toleransi glukosa. Hal tersebut disebabkan adanya kandungan
progesteron pada pil kontrasepsi tersebut. Sampai saat ini masih banyak dilakukan kegiatan penelitian
lebih lanjut untuk menemukan suatu kontrasepsi oral yang mempunyai daya guna tinggi dan dengan efek
samping yang sekecil mungkin terhadap kadar glukosa darah.

Kata Kunci : Kontrasepsi oral, progesteron, tes Toleransi glukosa

EFFECT OF COMBINED USE OF CONTRACEPTIVES PIL


CONTENT OF BLOOD GLUCOSE
F. Y. Widodo
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract

Oral contraceptives are one of the very widely used contraception to prevent pregnancy, both in Indonesia
and around the world, given its effectiveness and use of a very easy way. However, the contraceptive pill
also has some undesirable side effects, one of which can cause abnormalities of glucose tolerance tests. This
is due to the content of progesterone on the contraceptive pill. Until now there are many activities carried
out further research to find an oral contraceptive that has high efficiency and with the least possible adverse
effects on blood glucose levels.

Keywords: Kontrasepsi oral, progesteron, tes toleransi glukosa

PENDAHULUAN dilihat bahwa peserta Pil menduduki


peringkat kedua setelah peserta Suntikan. (1).
Kontrasepsi oral, merupakan salah
satu alat kontrasepsi yang banyak disukai Sedangkan di Jawa Timur, angka
oleh para perserta Keluarga Berencana. Hal peserta KB yang menggunakan Pil tidak jauh
ini terungkap dari data yang disampaikan berbeda dengan angka nasional, yaitu sebesar
oleh Badan Kependudukan dan Keluarga 23.53%, menduduki peringkat kedua setelah
Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan peserta Suntikan, sebesar 60.13%. Untuk
Maret 2011, yang menyatakan bahwa Peserta jumlah peserta KB lain adalah IUD 5.84%,
KB Baru secara nasional pada bulan Maret MOW 1.73 %. MOP 0.40%, Kondom 4.04%
2011 sebanyak 739.500 peserta, apabila dan Implant 4.32% (1).
dilihat per mix kontrasepsi maka
persentasenya adalah sebagai Diseluruh dunia, jumlah wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi oral mencapai
berikut : 48.891 peserta IUD (6,61%), 9.634 lebih dari 100 juta jiwa. Di Amerika Serikat,
peserta MOW (1,30%), 2.508 peserta MOP pil kontrasepsi disetujui untuk digunakan
(0,34%), 47.824 peserta Kondom (6,47%), sejak tahun 1960, dan saat ini penggunanya
50.781 peserta Implant (6,87%), 373.154 hampir mencapai 12 juta jiwa (2,3). Data
peserta Suntikan (50,46%), dan 206.708 yang ada menunjukkan bahwa pemakaian pil
peserta Pil (27,94%). Dari data tersebut dapat kontrasepsi mencapai 30% dari keseluruhan

31
cara KB yang dipakai, dan ini lebih banyak metabolisme karbohidrat, walaupun
apabila dibandingkan dengan pemakai alat gangguan tersebut secara klinis tidak
kontrasepsi lain, seperti misalnya MOW bermakna (10, 11). Selain itu, penelitian
(20%), kondom (13%), MOP (15%), IUD tentang efek norgestimate dan desogestrel
(6%), sedangkan sisanya memakai cara KB yang dikombinasi dengan 25 g ethinyl
yang lain (4). estradiol (EE), ternyata hasilnya tidak
menunjukkan perbedaan dengan kedua
Namun, ternyata alat kontrasepsi penelitian tersebut diatas (12).
yang paling banyak dipakai ini juga memiliki
beberapa efek samping yang tidak Saat ini banyak dilakukan penelitian
diinginkan, yang berpengaruh pada dengan menggunakan kontrasepsi oral tiga
pemakainya. Salah satu efek samping yang fase. Nampaknya kontrasepsi oral jenis ini
dianggap paling berbahaya adalah gangguan hanya memberikan efek yang minimal pada
pada sistem kardiovaskuler, dimana dapat metabolisme karbohidrat, dan bahkan tidak
menimbulkan penyakit jantung koroner (5, menunjukkan efek yang berarti pada
6). pemakainya. Efek itu tergantung pada
macam kontrasepsi oral yang dipakai, serta
Dari data-data yang ada, pada ada atau tidak adanya latar belakang risiko
awalnya menyebutkan, bahwa peningkatan timbulnya penyakit-penyakit tersebut. (8,
resiko kematian diantara wanita yang pernah 12).
memakai pil kontrasepsi, terutama
disebabkan adanya gangguan pembuluh Sejarah Pil Kontrasepsi
darah pada para pemakai yang usianya lebih
tua dan mempunyai kebiasaan merokok. Perkembangan penggunaan pil
Sedangkan laporan yang lebih baru kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan
menyebutkan, setelah dilakukan penelusuran diawali ketika pada tahun 1940 Sturgis dan
lebih dari 25 tahun, diketahui bahwa efek pil Albright menjelaskan tentang efek hambatan
kontrasepsi yang paling meningkatkan ovulasi pada wanita yang mengkonsumsi
mortalitas terjadi pada pemakai baru dan preparat estrogen. Selanjutnya, dengan
yang sedang menggunakan. Efek ini menetap adanya perkembangan penemuan preparat
dalam jangka 10 tahun setelah penghentian progesteron oral yang kuat, maka
pemakaian (7, 8). kemungkinan untuk menghambat ovulasi
secara konsisten dan membuat suatu periode
Faktor risiko lain yang dapat menstruasi yang baru, telah menjadi
memicu timbulnya penyakit jantung koroner kenyataan (4).
adalah abnormalitas dari tes glukosa darah .
Seperti diketahui, pemakaian pil kontrasepsi Penggunaan preparat progesteron
juga dapat meningkatkan kadar glukosa untuk menghambat ovulasi ini pertama kali
darah pada pemakainya, sehingga pada dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia.
peserta KB yang memakai kontasepsi dalam Preparat yang digunakan adalah derivat dari
bentuk pil, resiko terjadinya penyakit 19-nortestosterone, yang diberikan selama 20
kardiovaskuler ini akan menjadi semakin (dua puluh) hari, dimulai dari hari ke 5 (lima)
lebih besar (4, 9) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (dua
puluh lima) dalam satu siklus menstruasi
Efek pemakaian kontrasepsi oral (13).
terhadap metabolisme karbohidrat ini
diperkirakan oleh karena komponen estrogen Secara intensif, penelitian tentang
pada preparat kontrasepsi oral tersebut (4). penggunaan pil kombinasi dilakukan
Namun, penelitian selanjutnya menunjukkan dibawah pimpinan Pincus dan Rock yang
bahwa gangguan estrogen terhadap melakukan percobaan lapangan di Puerto
metabolisme karbohidrat adalah kecil. Rico. Pil tersebut mengandung progestin
Pernyataan ini juga ditunjang oleh penelitian norethynodrel dan estrogen mestranol,
yang dilakukan Berenson dan kawan-kawan , ternyata pil tersebut memiliki daya yang
para sarjana tersebut meneliti preparat sangat tinggi untuk mencegah kehamilan. Ini
ethinyl estradiol and desogestrel, yang permulaan terciptanya pil kombinasi. (13,
ternyata juga memberikan dampak kepada 14). Pil yang terdiri dari kombinasi antara

32
etinilestradiol atau mestranol dengan salah lain yang mengandung jumlah estrogen yang
satu jenis progestagen (progesteron sintetik) sama (6, 13).
kini banyak digunakan untuk kontrasepsi
(14). 3. Pil Kontrasepsi Oral 3 Fase.

Kemudian, sebagai hasil penelitian Dalam pil kontrasepsi 3 fase, kadar


lebih lanjut, ditemukan pil sekuensial, mini estrogen dan progesteron bervariasi
pill, morning after pill, dan Depo-Provera sedemikian rupa, sehingga mirip sekali
yang diberikan sebagai suntikan (4, 14) dengan keadaan alamiah dalam tubuh
penggunanya. Kadar hormon-hormon
Dewasa ini masih terus dilakukan tersebut dalam pil adalah sebagai berikut:
kegiatan penelitian lebih lanjut untuk
menemukan suatu cara kontrasepsi hormonal - 6 tablet berisi ethynilestradiol 30
yang mempunyai daya guna tinggi dan Ug dan levonorgestrel 50 Ug
dengan efek samping yang sekecil mungkin
(14). - 5 tablet berisi ethynilestradiol 40
Ug dan levonorgestrel 75 Ug

- 10 tablet berisi ethynilestradiol


Jenis Pil Kontrasepsi 30 Ug dan levonorgestrel 125 Ug

Pada dasarnya sampai saat ini telah Pil kontrasepsi jenis ini memiliki efek
diketahui adanya beberapa jenis pil samping yang paling minimal apabila
kontrasepsi sebagai berikut: dibanding dengan jenis yang lain, tetapi efek
untuk mencegah kehamilan tetap sebanding
1. Pil Kombinasi. (6, 13).

Pil ini mengandung estrogen dan 4. Pil Pasca Sanggama (post coital
progesteron, diminum 1 tablet setiap hari, pill/morning after pill)
dan harus dimulai pada hari ke 5 (lima) saat
menstruasi, dan diminum selama 20 (dua Pil ini hanya mengandung estrogen
puluh) atau 21 (dua puluh satu) hari. Dengan saja, namun dalam dosis yang besar. Cara
memakai pil kombinasi maka pengeluaran mengkonsumsi pil ini adalah diberikan
LH (Luteinizing Hormone) akan dihambat, selama 5 (lima) hari berturut-turut, dan harus
sehingga ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, mulai deiberikan paling lama 72 (tujuh puluh
motilitas tuba Fallopii dan uterus juga dua) jam setelah sanggama. Cara kerja pil ini
ditinggkatkan, sehingga fertilisasi akan sulit adalah dengan menghambat terjadinya
terjadi. Efek yang lain terhadap traktus implantasi/penempelan blastokist kedalam
urogenitalis adalah modifikasi pematangan endometrium (4, 6, 13, 14).
endometrium sehingga implantasi menjadi
sukar, dan terjadi pula pengentalan dari 5. Pil Berurutan (sequential pill)
lendir serviks uteri sehingga pergerakan sel Dosis pil ini merupakan campuran
sperma menjadi terhalang (4, 14, 15) antara pil estrogen dan pil kombinasi.
2. Pil Kontrasepsi 2 Fase Estrogen diberikan selama 15 hari pertama,
selanjutnya diikuti dengan pemberian pil
Pil ini terdiri dari 21 tablet, yang kombinasi estrogen dan progesteron selama 5
kesemuanya mengandung ethinyl-estradiol hari berikutnya. Khasiat pil ini sebagian
35 Ug, tetapi 10 tablet pertama mengandung besar tergantung pada komponen
progesteron 0.5 mg, dan 11 tablet berikutnya estrogennya yang bekerja menghambat
mengandung progesteron sebesar 1 mg. LHRH (Lutein Hormone Releasing
Model pil ini lebih mendekati siklus Hormone), sehingga FSH (Folicle
menstruasi yang normal, sehingga dapat Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
lebih menurunkan terjadinya efek samping Hormone) tidak dikeluarkan. Akibatnya,
yang tidak diinginkan. Khasiat pil ini untuk proses ovulasi akan menjadi terhambat (6,
mencegah kehamilan tetap sama dengan pil 14).

33
6. Mini Pil Komponen progesterone lebih
banyak menghambat LH dan hanya sedikit
Pil jenis ini merupakan pil tunggal menghambat FSH. Fungsi dari progesterone
yang hanya mengandung progesteron saja, dalam pil kombinasi adalah untuk lebih
dan diberikan setiap hari. Cara kerja pil ini memperkuat khasiat estrogen, sehingga
ialah dengan meningkatkan kekentalan lerdir dalam 95 98% tidak terjadi ovulasi.
serviks uteri sehingga sperma menjadi sulit Progesteron sendiri dalam dosis tinggi dapat
untuk bergerak. Pil ini juga menyebabkan menghambat terjadinya ovulasi, tetapi tidak
adanya perubahan pada endometrium, pada dosis rendah. Progesteron memiliki
sehingga implantasi dapat dihambat (14, 16). khasiat (14, 15, 18):
7. Pil Kontrasepsi Untuk Pria
- membuat lendir serviks uteri
Saat ini telah ditemukan suatu bahan menjadi lebih kental, sehingga
yang disebut Gosypol, yang ternyata menghalangi penetrasi
memiliki efek spermatisida (membunuh sel spermatozoon untuk masuk
sperma), baik pada pemakaian lokal maupun kedalam uterus.
sistemik. Lebih lanjut, penggunaan obat ini - Kapasitasi spermatozoon yang
masih dalam penelitian para ahli, baik perlu untuk memasuki ovum
tentang farmakologinya maupun tentang terganggu
toksikologinya (17).
- Beberapa jenis progesterone
memiliki efek antiestrogenik
terhadap endometrium, sehingga
Mekanisme Kerja Pil Kontrasepsi menyulitkan implantasi ovum
yang telah dibuahi.
Efek pil kontrasepsi untuk dapat
mencegah kehamilan adalah merupakan kerja Efek progesterone dan estrogen
aktif dari komponen-komponen yang ada bersama-sama dapat dilihat pada
dalam pil tersebut. Pada pil kombinasi, endometrium, dimana endometrium menjadi
komponen estrogen dan komponen sukar untuk mengalami implantasi dan
progesteron bekerja sama untuk menghambat menjadi lebih tipis, yang mengakibatkan para
terjadinya ovulasi (13, 14, 18). Aktifitas pemakai pil kontrasepsi jarang mengalami
tersebut terjadi pada tingkat hipotalamus, menstruasi (14, 18, 19).
yaitu dengan menghambat GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone), Dengan banyaknya modifikasi dalam
sehingga pelepasan FSH dan LH yang rumus kimia dan dosis dari progesterone dan
berasal dari kelenjar hipofisa anterior akan estrogen, maka aktifitas biologik dari
terhambat, dan hal tersebut akan berbagai jenis pil juga berbeda-beda. Untuk
menimbulkan hambatan pada ovarium secara membandingkan khasiat farmakologi dari
sekunder (13, 18) pil-pil kombinasi, selain dilihat dosisnya,
juga harus dilihat dari jenis hormon yang
Dikatakan bahwa estrogen memiliki terkandung dalam pil tersebut. Sebagai
dominansi untuk menekan FSH, sehingga contoh, noretindron dan noretinodrel
maturasi folikel dalam ovarium menjadi memiliki kekuatan yang sama, sedangkan
tehambat. Karena pengaruh estrogen dari noretindron asetat dua kali lebih kuat
ovarium tidak ada, maka tidak terdapat daripada noretindron, atau noretinodrel.
pengeluaran LH. Ditengah-tengah daur haid Etinodiol diasetat 15 kali lebih kuat daripada
kurang terdapat FSH dan tidak ada norgestrel dan kira-kira 30 kali lebih kuat
peningkatan kadar LH akan menyebabkan daripada noretindron atau noretinodrel. Etinil
ovulasi menjadi terganggu. Estrogen dalam estradiol memiliki kekuatan 1.7 sampai
dosis tinggi dapat mempercepat perjalanan dengan 2 kali lebih kuat daripada mestranol.
ovum, dan hal ini akan mempersulit Hal ini penting untuk diketahui, apabila akan
terjadinya implantasi dalam endometrium memberikan pil kontrasepsi, perlu dilakukan
dari ovum yang sudah dibuahi(13, 14, 18) evaluasi terlebih dahulu tentang dosis dan

34
jenis kedua hormon yang dipakai dalam pil c. Pencegahan terhadap penyakit
kombinasi tersebut (14, 18, 19). kanker ovarium, kanker
endometrium, serta pencegahan
terhadap timbulnya tumor jinak
payudara (9, 18, 19)
Keuntungan
d. Mengurangi risiko terjadinya
Apabila diminum secara teratur, pil penyakit rheumatoid arthritis (9,
kontrasepsi memiliki efektifitas untuk 18)
mencegah terjadinya kehamilan hampir
mendekati 100%. Tidak ditemukan adanya
e. Memperbaiki kelainan-kelainan
abortus spontan atau abnormalitas pada bayi
menstruasi, seperti haid tidak
yang dikandung, apabila terjadi kehamilan
teratur, dismenorhea,
selama pemakain pil tersebut (18, 19, 20)
premenstrual tension, keluarnya
Pada wanita yang menghentikan darah haid yang banyak, serta
pemakaian pil kontrasepsi karena ingin mencegah endometriosis ( 4, 18)
hamil, ternyata tidak menunjukkan adanya
infertilitas yang permanen, serta tidak Kontraindikasi
didapatkan hubungan antara besarnya angka
kehamilan dengan lamanya pemakaian Kontraindikasi penggunaan pil
kontrasepsi oral (21) kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kontraindikasi mutlak/absolut dan
Penggunaan pil kontrasepsi pada kontraindikasi relatif. Kontraindikasi mutlak
masa lalu ternyata juga tidak mengganggu meliputi penyakit trombofeblitis atau
kehamilan yang terjadi kemudian setelah tromboemboli, penyakit serebrovaskuler, dan
penghentian pemakaian, dan tidak juga penyakit jantung koroner. Penyakit
meningkatkan risiko kematian janin dalam tersebut diderita saat ini atau pernah diderita
rahim, tidak meyebabkan prematuritas, pada saat lampau.. Penyakti lain adalah
kelainan kongenital dan kematian perinatal kanker payudara serta penyakit kanker lain
(18). Pada beberapa penelitian menyebutkan yang dipengaruhi oleh estrogen, perdarahan
bahwa penghentian penggunaan pil pervaginam abnormal yang tidak
kontrasepsi tidak akan menyebabkan bayi terdiagnosis, kehamilan dan gangguan faal
yang lahir memiliki berat badan lahir rendah, hati (4, 6, 14). Sedangkan kontra inidikasi
namun ada yang menyebutkan akan terjadi relatif meliputi penyakit hipertensi, diabetes
kelahiran dengan berat badan yang rendah melitus, perokok, umur lebih dari 35 tahun,
apabila pil kontrasepsi masih digunakan pada penyakit kandung empedu, gangguan faal
kehamilan usia dini sekali, yaitu saat-saat hati ringan, gangguan faal ginjal dimasa lalu,
mendekati waktu konsepsi (22, 23). epilepsi dan mioma uteri (4, 6, 14).

Selain itu, pil kontrasepsi juga Efek Samping


memiliki kelebihan yang menguntungkan
pada pemakainya, yaitu: Efek samping yang paling ditakuti
pada pemakaian pil kontrasepsi adalah
a. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit pada sistem
infeksi/radang panggul (pelvic kardiovaskuler, terutama pada pemakai pil
inflamatory disease) dan yang berumur lebih dari 35 tahun dan
penyakit menular seksual. Hal perokok (7, 8). Pemakaian pil kontrasepsi
ini bisa terjadi disebabkan juga akan meningkatkan risiko terkena
mengentalnya lendir serviks penyakit-penyakit tromboemboli, penyakit
uteri, sehingga mencegah jantung iskemik, penyakit serebrovaskuler,
masuknya kuman kedalam rahim serta hipertensi (14, 18).
(9, 18, 19).
b. Pencegahan terhadap terjadinya Risiko yang lain adalah timbulnya
kehamilan ektopik (9, 18, 19) tumor-tumor ginekologik, yaitu tumor

35
mammae dan serviks uteri, serta timbulnya 2. Kadar gula darah puasa > 126 mg/dl.
tumor-tumor ditempat lain, seperti tumor Puasa diartikan pasien tidak
pada hati, melanoma dan tumor pada kelenjar mendapat kalori tambahan sedikitnya
hipofisa (14, 18) 8 jam. Atau:

Selain memungkinkan timbul efek 3. Kadar gula darah 2 jam pada Tes
samping yang berat, pada pemakai Toleransi Glukosa Oral (TTGO) >
kontrasepsi oral juga bisa timbul efek 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan
samping yang lebih ringan, yang disebabkan Standard WHO, menggunakan beban
oleh komponen-komponen dalam pil glukosa yang setara dengan 75 g
tersebut. Dari komponen estrogen, akan glukosa anhidrus yang dilarutkan
memberikan efek samping ringan berupa rasa dalam air.
mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan keputihan. Sedangkan Penurunan kadar glukosa darah yang
komponen progesteron akan menyebabkan sangat mendadak seperti misalnya pada
efek samping ringan berupa perdarahan yang kelebihan dosis insulin, dapat
tidak teratur, bertambahnya berat badan, menyebabkan kejang. Hal ini disebabkan
payudara mengecil, keputihan, jerawat dan oleh karena menurunnya kadar glukosa
kebotakan (15, 16, 18) di otak (24).

Disamping itu, masih banyak efek Sumber Glukosa Darah


samping yang lain, yang timbul pada
pemakai pil kontrasepsi, seperti misalnya Sebagian besar karbohidrat dalam
adanya gangguan penglihatan, gangguan makanan akan membentuk glukosa,
metabolisme lemak, ganguan metabolisme galaktosa atau fruktosa, yang kemudian akan
karbohidrat, gangguan pada sistem diangkut ke hati lewat vena porta. Kemudian
pembekuan darah, serta gangguan galaktosa dan fruktosa akan dikonversi
metabolisme protein (6, 16, 18) menjadi glukosa. (24)

Selain dari diet, glukosa juga bisa


GLUKOSA DARAH diperoleh dari senyawa-senyawa glukogenik
yang mengalami glukoneogenesis. Asam
Kadar glukosa darah normal berkisar amino dan propionat, akan langsung diubah
antara 65 - 110 mg/dl, atau 3.6 6.1 menjadi glukosa. Asam laktat yang
mmol/l.. Pada keadaan posabsorbsi, merupakan hasil oksidasi glukosa dalam otot,
konsentrasinya berkisar antara 4.5 5.5 akan dibawa ke hati dan ginjal untuk
mmol/l. Setelah makan yang mengandung disintesis kembali menjadi glukosa, yang
tinggi karbohidrat, akan naik menjadi 6.5 selanjutnya akan masuk ke sirkulasi darah
7.2 mmol/l. Saat puasa, kadar glukosa darah untuk dipakai lagi oleh jaringan tubuh.
turun hingga 3.3 3.9 mmol/l (24). Demikian juga gliserol, dibawa ke hati dan
ginjal untuk diubah menjadi glukosa (24).
Seseorang akan didiagnosa
menderita diabetes melitus apabila (25, 26, Apabila terjadi kelaparan, alanin
27) : yang ada dalam otot akan dibawa ke hati
untuk diubah menjadi glukosa. Sebaliknya,
1. Gejala klasik berupa poliuria, glukosa dalam hati bisa dibawa ke otot untuk
polidipsia, polifagia, dan penurunan diubah menjadi alanin (Siklus Glukosa-
berat badan yang tidak dapat Alanin). Sumber glukosa darah yang lain
dijelaskan penyebabnya, ditambah bisa berasal dari proses glikogenolisis di hati.
gula darah sewaktu > 200 mg/dl. (24)
Gula darah sewaktu merupakan hasil
Pengendalian Enzimatis
pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memerhatikan waktu makan Sel hati memiliki permeabilitas
terakhir. Atau: terhadap glukosa yang lebih tinggi daripada
sel-sel lain. Impermeabilitas sel ekstrahepatik

36
disebabkan oleh membran sel yang untuk mereabsorbsi glukosa memiliki batas
menghalangi masuknya glukosa kedalam sel. ambang. Bila kadar glukosa meningkat,
Glukosa yang telah masuk, akan segera sebagian glukosa akan terbuang melalui
mengalami fosforilasi oleh enzim urine. Glukosuria akan terjadi apabila kadar
heksokinase. Kecepatan pengambilan glukosa darah vena melebihi 10.0 mmol/l,
glukosa dalam hati maupun jaringan atau setara dengan 180 mg/dl. (24)
ekstrahepatik tergantung pada kadar glukosa
darah. Heksokinase akan dihambat oleh
glukosa-6-fosfat (mekanisme umpan balik).
Enzim lain yang berperan adalah Toleransi Glukosa
glukokinase, yang tidak dipengaruhi oleh Menurunnya toleransi glukosa,
oleh glukosa-6-fosfat (24) merupakan tanda dari Diabetes Melitus,
Apabila konsentrasi glukosa darah sebagai akibat menurunnya sekresi insulin.
meningkat, maka glukosa akan dibawa ke Manifestasi dari hal tersebut adalah berupa
hati melalui vena porta. Pada kadar glukosa naiknya kadar glukosa darah (hiperglikemia)
yang normal, hati merupakan satu-satunya dan glukosuria. Selain itu, toleransi glukosa
penghasil glukosa. Tetapi, bilakadar glukosa juga bisa menurun karena adanya obesitas
meningkat, pengeluaran glukosa dari hati yang menimbulkan hiperlipidemia,
akan terhenti (24). atherosklerosis dan penyakit jantung koroner,
yang timbul bersama-sama dengan diabetes
Pengendalian oleh Hormon melitus, yang secara keseluruhan dikenal
dengan sebutan sindroma metabolik.
Hormon pengendali kadar glukosa Penurunan toleransi glukosa juga bisa terjadi
darah yang utama adalah insulin. Adanya pada kerusakan hepar, beberapa penyakit
insulin, akan menyebabkan pengambilan infeksi, obat-obatan, hiperaktifitas kelenjar
glukosa oleh otot dan jaringan lemak. Hal ini hipofisa dan korteks adreanal yang
karena adanya peningkatan transport glukosa menghasilkan hormon-hormon antagonis
melalui membran sel. Insulin disekresi insulin (24)
kedalam sirkulasi darah sebagai respon
langsung keadaan hiperglikemia. Asam Pemberian suntikan insulin akan
amino, asam lemak bebas, keton, glukagon, menurunkan kadar glukosa darah, dimana
sekretin dan tolbutamida, dapat merangsang penggunaan serta penyimpanan glukosa
pengeluaran insulin (24) sebagai glikogen dalam otot dan hati akan
ditingkatkan. Kelebihan dosis insulin dapat
Epinefrin dapat menghambat menyebabkan hipoglikemia, yang akan
pelepasan insulin, serta menyebabkan menyebabkan kejang-kejang, dan bahkan
glikogenolisis dalam hati dan otot dengan kematian, walaupun pengobatan segera
cara merangsang fosforilase. Karena dalam dilakukan dengan pemberian glukosa.
otot tidak terdapat enzim glukosa-6- Peningkatan toleransi glukosa juga nampak
fosfatase, maka hasil akhirnya berupa laktat. pada insufisiensi kelenjar hipofisa atau
Hormon-hormon lain seperti glukagon, GH, korteks adrenal, dimana akan terjadi
ACTH, glukokortikoid, dan hormon tiroid, penurunan kadar hormon-hormon yang
memiliki efek yang sama dengan epinefrin, bekerja secara antagonis dengan insulin (24).
yaitu bertindak sebagai hormon-hormon
diabetogenik, yang masing-masing memiliki EFEK KONTRASEPSI ORAL
kekhususan, bekerja dengan mekanisme yang TERHADAP KADAR GLUKOSA
berbeda-beda (24). DARAH

Pengendalian oleh Ginjal Seperti telah disampaiakan didepan,


bahwa pemakaian kontrasepsi oral dapat
Secara terus menerus, glukosa akan menimbulkan beberapa efek samping yang
difiltrasi oleh glomeruli. Kemudian, karena merugikan pemakainya, yang salah satunya
adanya sistem reabsorbsi dari tubulus ginjal, adalah peningkatan kadar glukosa dalam
maka glukosa akan kembali masuk kedalam darah, sebagai akibat toleransi glukosa darah
sirkulasi darah. kapasitas sistem tubuler yang menurun. Hal ini akan terlihat apabila

37
dilakukan perbandingan tes toleransi glukosa 1. Pemakai kontrasepsi oral pemula,
pada pemakai kontrasepsi oral dan yang tidak tidak menunjukkan adanya
memakai kontrasepsi oral. Kadar glukosa peningkatan kadar glukosa darah,
darah pemakai kontrasepsi oral akan lebih HbA1c, insulin, atau Peptida-C.
tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak 2. Tidak ada hubungan antara umur
memakai (6, 13, 18). pemakai, usia ketika pertama kali
memakai kontrasepsi oral, dengan
Kontrasepsi oral yang hanya metabolisme karbohidrat
mengandung estrogen saja, tidak memiliki 3. Penghentian kontrtasepsi oral tidak
efek merugikan pada metabolisme glukosa, menyebabkan perubahan pada
tetapi yang mengandung progesteron metabolisme karbohidrat.
menunjukkan antagonisme dengan insulin. Riset terbaru yang dilakukan oleh
Formulasi kontrasepsi oral dengan Berenson dan kawan-kawan pada tahun
progesteron dosis tinggi menunjukkan tes 2011, menunjukkan bahwa kontrasepsi oral
toleransi glukosa yang abnormal pada yang mengandung desogestrel, suatu
pemakainya, dengan tingkat insulin yang progesteron generasi ketiga, ternyata tidak
meningkat pada rata-rata pasien. Efeknya menyebabkan peningkatan kadar glukosa
pada metabolisme karbohidrat, akan maupun insulin pada pemakainya,
menurunkan toleransi glukosa. Progesteron dibandingkan dengan pamakaian kontrasepsi
juga dapat menurunkan kecepatan absorpsi suntik yang mengandung DMPA, yang
karbohidrat dari sistem pencernaan makanan. ternyata meningkatkan kadar glukosa dan
Hal-hal tersebut diatas terkait dengan potensi insulin, walaupun hanya sedikit (10).
androgenik dari progesteron, serta tingi-
rendahnya dosis progesteron (6, 13, 18) Klipping dan Marr melakukan riset
dengan membandingkan efek 2 (dua) macam
Komponen progestogen yang kontrasepsi oral yang masing-mnasing
digunakan sebagai bahan kontrasepsi oral mengandung progesteron jenis terbaru, yaitu
kombinasi, telah mengalami perubahan- drospirenone dan desogestrel, terhadap
perubahan sejak pertama kali ditemukan. metabolisme lipid, karbohidrat dan parameter
Diakui bahwa struktur kimia itu dapat hemostatik. Dari hasil Tes Toleransi Glukosa,
memberikan efek yang merugikan maupun ternyata tidak menunjukkan adanya
yang menguntungkan. Pemikiran tersebut peningkatan yang bermakna, sehingga keua
diatas menarik minat beberapa ahli untuk jenis progesteron tersebut disimpulkan aman
melakukan beberapa riset, yang hasilnya untuk dipakai (30)
ternyata masih menunjukkan adanya
beberapa perbedaan pendapat. Namun, Ldickea dan kawan-kawan melakukan
sebagian besar dari hasil riset tersebut riset dengan membandingkan efek 2 (dua)
menyatakan bahwa, obat-obat kontrasepsi jenis kontrasepsi oral yang masing-masing
oral generasi baru sebagian besar tidak mengandung gestodene atau desogestrel yang
menunjukkan adanya gangguan pada dikombinasikan dengan ethinilestradiol
metabolisme karbohidrat. Walaupun sebagian terhadap profil karbohidrat pemakainya.
kecil ada gangguan, sifatnya hanya ringan Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
saja, tidak sampai menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa yang bermakna,
kemaknaan secara klinis. Gejala klinis akan namun tidak ditemukan peningkatan kadar
timbul apabila pemakai kontrasepsi oral insulin dan peptida-C. Tidak ada perbedaan
tersebut sebelumnya telah memiliki faktor antara pengaruh gestodene dan desogestrel
risiko yang mendasari (19, 28) terhadap metabolisme karbohidrat (12)

Di Amerika Serikat, data yang Penelitian yang dilakukan di Swedia


disampaikan oleh Third National Health and pada pemakai kontrasepsi oral yang berusia
Nutrition Examination Survey, yang antara 36 56 tahun menunjukkan bahwa
membandingkan efek samping berbagai terdapat hubungan antara pemakaian
macam kontrasepsi oral, menunjukkan kontrasepsi oral dengan timbulnya gejala
bahwa (29): prediabetes. Namun, hal tersebut tidak
ditemukan pada pemakai yang memiliki

38
risiko rendah terhadap penyakit banyak dan sering digunakan di seluruh
kardivaskuler, memiliki Indeks Massa Tubuh dunia. Meskipun sangat efektif, formulasi
(BMI) lebih rendah, aktif melakukan latihan kontrasepsi oral berhubungan dengan efek
fisik, serta tidak merokok. Dikemukakan samping yang signifikan.
pula bahwa risiko terhadap pemakaian
kontrasepsi oral akan semakin menurun Perbaikan-perbaikan yang dilakukan
dengan semakin lamanya penggunaan melalui riset dalam tolerabilitas dan
kontrasepsi oral ini (31). keamanan telah dicapai, tanpa mengurangi
efektivitasnya, terutama melalui pengurangan
Di Asia juga dilakukan beberapa riset dosis hormon dan pengembangan beberapa
yang memantau pengaruh pemakaian macam progestin baru. Kontrasepsi oral
kontrasepsi oral terhadap kadar glukosa kombinasi multifasik juga telah
darah. Di Thailand, Suwikroma dan diperkenalkan, walaupun keuntungan klinis
Jaisamrarnb mengemukakan bahwa pil dari formulasi tersebut belum berani
kontrasepsi kombinasi dosis rendah yang dinyatakan sepenuhnya aman.
diminum oleh wanita diatas usia 40 tahun,
dapat meningkatkan toleransi glukosa dan Penelitian yang serius dan kontinyu
menurunkan kadar glukosa darah puasa, perlu terus dilakukan, untuk menjamin para
sehingga aman untuk dipakai (32). pemakai kontrasepsi oral, bahwa sediaan
kontrasepsi oral yang beredar telah dirancang
Riset yang dilakukan di China oleh untuk meningkatkan kebutuhan tolerabilitas
Rosenthal dan kawan-kawan menyimpulkan dan keamanan yang selama ini belum
bahwa pemakaian kontrasepsi oral secara terpenuhi, untuk menuju kepada tersedianya
umum tidak akan meningkatkan risiko kontrasepsi yang aman dan efektif, untuk
terjadinya diabates melitus. Risiko terjadinya dipakai oleh generasi mendatang.
diabates melitus akan meningkat pada saat
awal-awal pemakaian saja, setelah KEPUSTAKAAN
pemakaian diteruskan malah menunjukkan
penurunan risiko terjadinya diabates melitus 1. Badan Kependudukan dan Keluarga
(33). Berencana Nasional (BKKBN);
2011; Laporan Umpan Balik Hasil
Usaha-usaha yang dilakukan oleh para Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan
ahli untuk menurunkan efek yang tidak dan Pelaporan Pelayanan
diinginkan pada pemakaian kontrasepsi oral, Kontrasepsi Maret 2011; Direktorat
tidak hanya dengan cara menemukan jenis Pelaporan dan Statistik BKKBN;
obat yang mutakhir saja, namun juga Jakarta; hal. 9 11, dan 51.
diusahakan merekayasa cara pemberian dan
penurunan dosis sedemikian rupa sehingga
aman dipakai. Rekayasa tersebut antara lain 2. Trussell, J.; 2007; "Contraceptive
dengan mengubah dosis kontrasepsi oral Efficacy". In Hatcher, R. A., et al.;
monofasik menjadi bifasik atau trifasik. Contraceptive Technology; 19th rev.
Skema administrasi ini memungkinkan ed.; Ardent Media, NY.
penurunan dosis total progestin per siklus
pemakaian, serta lebih dapat meniru siklus 3. Mosher WD, Martinez GM, Chandra
alami yang murni. Ini tidak berarti bahwa pil A, Abma JC, Willson SJ; 2004; "Use
bifasik atau trifasik memiliki keuntungan of contraception and use of family
yang berlebihan, karena masih planning services in the United
memungkinkan timbulnya efek samping pada States: 19822002" . Adv Data
pemakainya, walaupun telah diminimalisir (350): 136, U.S. DEPARTMENT
(19, 20, 34) OF HEALTH AND HUMAN
KESIMPULAN SERVICES, Centers for Disease
Control and Prevention National
Sejak diperkenalkan pada tahun Center for Health Statistics.
1960, pil kontrasepsi kombinasi telah
menjadi salah satu metode yang paling

39
4. Pernoll, M. L.; 2001; Benson & 11. Kaunitz, A. M.; 2004; Enhancing
Pernooll Handbook of Obstetrics and oral contraceptive success: the
Gynecology; 10th ed.; McGraw-Hill potential of new formulations; Am. J.
Medical Publishing Division, New of Obst. & Gyn., Vol. 190, Issue 4,
York, p. 727 41 Sup., p. S23-S29

5. Hall, J. E.; 2008; The Female 12. Ldickea, F.; et al; 2002;
Reproductive system: Infertility and Randomized controlled study of the
Contraception; Harrisons Principles influence of two low estrogen dose
of Internal Medicine, vol. II, 17th ed., oral contraceptives containing
McGraw-Hill Medical, NY.; p. 2275 gestodene or desogestrel on
304. carbohydrate metabolism;
Contraception, Volume 66, Issue 6,
Pages 411-415
6. Chrousos, G. P.; 2007; The Gonadal
Hormone & Inhibitors; on Katzung
Basic and Clinical Pharmacology; 13. Loose-Mitchel, D. S.; Stancel, G.
10th ed.; The McGraw-Hill Co. Inc.; M.; 2001; Hormonal Contraseptives;
p. 664 71 on Goodman & Gilmans The
Pharmacological Basis of
Theurapeutics, 10th ed.; McGraw-
7. Vessey M, Painter R, Yeates D.; Hill Prof., 1623 9.
2003; Mortality in relation to oral
contraceptive use and cigarette
smoking. Lancet; 362:185-91. 14. Wiknjosastro, H. (editor); 2007; Ilmu
Kandungan; cetakan kelima; Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
8. Hannaford, P. C., et al ; 2010; Prawirohardjo, Jakarta, hal. 534
Mortality among contraceptive pill 575.
users: cohort evidence from Royal
College of General Practitioners
Oral Contraception Study; BMJ; 15. Norwitz, E. R.; Schorge, J. O.; 2008;
340: c927 At a Glance Obsteri dan Ginekologi;
edisi kedua; alih bahasa Diba
Artsiyanti; Penerbit Erlangga; hal.
9. Burkman, R.; Schlesselman, J. J.; 31.
Zieman, M.; 2004; Safety Concerns
and Health Benefits Associated with
Oral Contraception; American 16. Bennet, P. N.; Brown, M. J.; 2003;
Journal of Obstetrics & Gynecology, Clinical Pharmacology; 9th ed.;
Vol. 190, Issue 4, Sup , P. S5-S22 Churchill Livingstone; p. 721 8.

10. Berenson, A. B.; van den Berg, P; 17. Coutinho, E. M.; 2002; Gossypol: a
Williams, K. J.; Rahman, M.; 2011; Contraceptive for Men;
Effect of Injectable and Oral Contraception , Vol. 65, Issue 4,
Contraceptives on Glucose and Pages 259-263
Insulin Levels; Obstetrics &
Gynecology. 117(1):41-47
18. Stubblefield, P. G.; Carr-Ellis, S.;
Kapp, N.; 2007 ; Family Planning,
on Berek & Novaks Gynecology;
14th ed.; Lippincott Williams &
Wilkins; p. 247 - 312.

40
19. Kiley, J. ; Hammond, C; 2007; Internal Medicine, vol II; 17 th ed.;
Combined Oral Contraceptives: A McGraw-Hill Medical, New York; p.
Comprehensive Review; Clin. Obst. 2275 2304.
Gyn; Vol. 50 - Issue 4 - pp 868-877

27. McPhee, S.J.; Papadakis, M. A.;


20. Dhont, M.; 2010; History of Oral Rabow, M. W.; 2011; Diabetes
Contraception; The European Journal Mellitus Hypoglicemia ; on
of Contraception and Reproductive Current Medical Diagnosis &
Health Care; 15(S2):S12S18. Treatment; 15th ed.; The McGraw-
Hill Companies, Inc; Chapter 27; on
http://www. accessmedicine.com
21. Barnhart K; Mirkin S; Grubb G;
Constantine G; 2009; Return to
Fertility After Cessation of a 28. Lawrie TA; et al; 2011; Types of
Continuous Oral Contraceptive; Progestogens in Combined Oral
Fertil Steril; Vol. 91 (5), pp. 1654-6. Contraception: Effectiveness and
on http://web.ebscohost. com/ Side-Effects; Cochrane Database
Syst Rev; Vol. 5. on
http://web.ebscohost.com/
22. Chen XK; Wen SW; Sun LM; Yang
Q; Walker MC; Krewski D; 2009;
Recent oral contraceptive use and 29. Troisi RJ, Cowie CC, Harris MI.;
adverse birth outcomes; Eur J Obstet 2000 ; Oral Contraceptive Use and
Gynecol Reprod Biol; Vol. 144 (1), Glucose Metabolism in a National
pp. 40-3; on http://web. Sample of Women in the United
ebscohost.com/ States; Am.J. of Obs. & Gyn.; Vol.
183, Issue 2 , Pages 389-395.

23. Mucci LA; Lagiou P; Hsieh CC;


Tamimi R; Hellerstein S; Vatten L; 30. Klipping, C.; Marr, J.; 2005; Effects
Adami HO; Cnattingius S; of two combined oral contraceptives
Trichopoulos D; 2004; A prospective containing ethinyl estradiol 20 g
study of pregravid oral contraceptive combined with either drospirenone
use in relation to fetal growth; or desogestrel on lipids, hemostatic
BJOG; Vol. 111 (9), pp. 989-95; on parameters and carbohydrate
http://web. ebscohost.com/ metabolism; Contraception , Vol. 71,
Issue 6, P. 409-416

24. Bender, D. A.; 2009;


Gluconeogenesis & the Control of 31. Deleskog A; Hilding A; Ostenson
Blood Glucose; on Harpers CG; 2011; Oral contraceptive use
Illustrated Biochemistry; 28th ed.; and abnormal glucose regulation in
McGraw-Hill; p. 165 173. Swedish middle aged women;
Diabetes Res Clin Pract;Vol. 92 (2),
p. 288-92; on
25. Direktorat Bina Farmasi Komunitas http://web.ebscohost.com/
dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan; 2005;
Pharmaceutical Care untuk Penyakit 32. Suwikroma, S. & Jaisamrarnb, U.;
Diabetes Melitus; Departemen 2005; Comparison of the metabolic
Kesehatan RI effects of oral contraceptive and
nonhormonal contraceptive use in
women over
26. Powers, A. C.; 2008; Diabetes
Mellitus, on Harrisons Principles of

41
MEKANISME TERJADINYA NYERI KEPALA PRIMER
Jimmy Hadi Widjaja
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAK

Yang disebut sebagai nyeri kepala primer adalah suatu nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab
struktural organik. Berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari IHS (International
Headache Society) yang terbaru tahun 2004, Nyeri Kepala Primer terdiri atas Migraine, Tension type
Headache, Cluster Headache and other trigeminal-autonomic cephalalgias dari Other Primary Headaches
(IHS, 2004). Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme patofisiologi nyeri kepala primer ini, akan
tetapi pada dasarnya secara umum patofisiologinya hampir mirip satu sama lainnya dengan disertai adanya
sedikit perbedaan spesifik yang masing-masing belum diketahui selengkapnya dengan benar.

Kata kunci : patofisiologi Nyeri Kepala Primer, Migraine, Tension type Headache

PRIMARY MECHANISMS OF HEAD PAIN


Jimmy Hadi Widjaja
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRACT

The so-called primary headache is a headache without any organic cause of structural. Based on the
classification of the International Headache second edition of the IHS (International Headache Society) the
most recent in 2004. Primary Head Pain consists of Migraine, Tension-type Headache, Cluster Headache and
other trigeminal-autonomic cephalalgias from Other Primary Headaches (IHS, 2004). Many factors play a
role in the pathophysiological mechanisms of primary headache is but basically the general pathophysiology
is almost similar to each other with slight differences with the specific individual is not known more
correctly

Keywords : pathophysiology of Primary Head Pain, Migraine, Tension-type Headache

PENDAHULUAN terjadinya suatu penyakit, maka lebih tahu


pula kita mengenai prospek pengobatannya
Sebagian besar orang pernah untuk masa mendatang.
mengalami nyeri kepala (sefalgi) pada
sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil Patofisiologi Nyeri kepala.
penelitian population base di Singapore (Ho,
2002) didapati prevalensi life time nyeri Pada nyeri kepala, sensitisasi
kepala penduduk Singapore adalah pria 80%, terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron
wanita 85% (p= 0.0002). Angka tersebut trigeminal sentral. Fenomena pengurangan
hampir mirip dengan hasil penelitian nilai ambang dari kulit dan kutaneus
pendahuluan di Medan terhadap mahasiswa allodynia didapat pada penderita yang
Fakultas Kedokteran USU mendapati hasil mendapat serangan migren dan nyeri kepala
pria 78% sedangkan wanitanya 88% (Sjahrir, kronik lain yang disangkakan sebagai
1978). refleksi pemberatan respons dari neuron
trigeminalsentral (Milanov, 2003).
Dalam tulisan ini di jelaskan
mekanisme perkembangan terkini mengenai lnervasi sensoris pembuluh darah
neuropatofisiologi nyeri kepala primer intrakranial sebagian besar berasal dari
berdasarkan bukti-bukti penelitian yang ganglion trigeminal dari didalam serabut
teruji. Lebih tahu mengenai hal mekanisme sensoris tersebut mengandung neuropeptid

42
dimana jumlah dan peranannya adalah yang Stimuli elektrode, atau deposisi zat
paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene besi Fe yang berlebihan pada periaquaduct
Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP grey (PAG) matter pada midbrain dapat
(substance P), NKA (Neurokinin A), pituitary mencetuskan timbulnya nyeri kepala seperti
adenylate cyclase activating peptide migren (migraine like headache). Pada
(PACAP) nitricoxide (NO), molekul penelitian MRI (Magnetic Resonance
prostaglandin E2 (PGEJ2), bradikinin, Imaging) terhadap keterlibatan batang otak
serotonin (5-HT) dan adenosin triphosphat pada penderita migren, CDH (Chronic Daily
(ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi Headache) dan sampel kontrol yang non
nosiseptor-nosiseptor. Khusus untuk nyeri sefalgi, didapat bukti adanya peninggian
kepala klaster clan chronic parox-ysmal deposisi Fe di PAG pada penderita migren
headache ada lagi pelepasan VIP (vasoactive dan CDH dibandingkan dengan kontrol
intestine peptide) yang berperan dalam (Lake, 2002).
timbulnya gejala nasal congestion dan
rhinorrhea (Bolay, 2002). Patofisiologi CDH belumlah
diketahui dengan jelas .Pada CDH justru
Marker pain sensing nerves lain yang yang paling berperan adalah proses
berperan dalam proses nyeri adalah opioid sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi
dynorphin, sensory neuron-specific sodium reseptor NMDA (N-metil-D-Aspartat),
channel (Nav 1.8), purinergic reseptors produksi NO dan supersensitivitas akan
(P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, menaikkan produksi neuropeptide sensoris
galanin dan artemin reseptor( GFR-3 = yang bertahan lama. Kenaikan nitrit Likuor
GDNF Glial Cell Derived Neourotrophic serebrospinal ternyata bersamaan dengan
Factor family receptor-3) (Machelska, kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic
2003). Sistem ascending dan descending pain Guanosine Mono phosphat) di likuor. Kadar
pathway yang berperan dalam transmisi dan CGRP, SP maupun NKA juga tampak
modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang meninggi pada likuor pasien CDH (Gallai,
otak memainkan peranan yang paling penting 2003).
sebagai dalam pembawa impuls nosiseptif
dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Reseptor opioid di downregulated
Modulasi transmisi sensoris sebahagian besar oleh penggunaan konsumsi opioid analgetik
berpusat di batang otak (misalnya yang cenderung menaik setiap harinya. Pada
periaquaductal grey matter, locus coeruleus, saat serangan akut migren, terjadi disregulasi
nukleus raphe magnus dan reticular dari sistem opoid endogen, akan tetapi
formation), ia mengatur integrasi nyeri, dengan adanya analgesic overusedmaka
emosi dan respons otonomik yang terjadi desensitisasi yang berperan dalam
melibatkan konvergensi kerja dari korteks perubahan dari migren menjadi CDH (Lake,
somatosensorik, hipotalamus, anterior 2002).
cyngulate cortex, dan struktur sistem limbik
lainnya. Dengan demikian batang otak Adanya inflamasi steril pada nyeri
disebut juga sebagai generator dan modulator kepala ditandai dengan pelepasan kaskade
sefalgi (Cecchini, 2003). zat substansi dari perbagai sel. Makrofag
melepaskan sitokin lL1 (Interleukin 1), lL6
dan TNF (Tumor Necrotizing Factor ) dan
NGF (Nerve Growth Factor). Mast cell
melepas/mengasingkan metabolit histamin,
serotonin, prostaglandin dan arachidonic acid
dengan kemampuan melakukan sensitisasi
terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi,
terjadi proses upregulasi beberapa reseptor
(VR1, sensory specific sodium/SNS, dan
SNS-2) dan peptides (CGRP, SP) (Buzzi,
2003).

43
Pada penderita migren, disamping
terdapat nyeri intrakranial juga disertai
Patofisiologi Migren peninggian sensitivitas kulit. Sehingga
Cutaneous allodynia (CA) adalah patofisiologi migren diduga bukan hanya
nafsu nyeri yang ditimibulkan oleh stimulus adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat
non noxious terhadap kulit normal. Saat di pembuluh darah intrakranial, akan tetapi
serangan/migren 79% pasien menunjukkan juga terjadi kenaikan sensitisasi set safar
cutaneus allodynia (CA) di daerah kepala sentral terutama pada sistem trigeminal, yang
ipsilateral dan kemudian dapat menyebar memproses informasi yang berasal dari
kedaerah kontralateral dan kedua lengan struktur intrakranial dan kulit.
(Bolay,2002).
Pada beberapa penelitian terhadap
Allodynia biasanya terbatas pada penderita migren dengan aura, pada saat
daerah ipsilateral kepala, yang menandakan paling awal serangan migren diketemukan
sensitivitas yang meninggi dari neuron adanya penurunan cerebral blood flow (CBF)
trigeminal sentral (second-order) yang yang dimulai pada daerah oksipital dan
menerima input secara konvergen. Jika meluas pelan-pelan ke depan sebagai seperti
allodynia lebih menyebar lagi, ini disebabkan suatu gelombang ("spreading oligemia), dan
karena adanya kenaikan sementara daripada dapat menyeberang korteks dengan
sensitivitas third order neuron yang kecepatan 2-3 mm per menit. hal ini
menerima pemusatan input dari kulit pada berlangsung beberapa jam dan kemudian
sisi yang berbeda, seperti sama baiknya barulah diikuti proses hiperemia. Pembuluh
dengan dari duramater maupun kulit yang darah vasodilatasi, blood flow berkurang,
sebelumnya (Bolay,2002). kemudian terjadi reaktif hiperglikemia dan
oligemia pada daerah oksipital, kejadian
Ada 3 hipotesa dalam hal depolarisasi sel saraf menghasilkan gejala
patofisiologi migren yaitu scintillating aura, kemudian aktifitas sel saraf
menurun menimbulkan gejala skotoma.
1. Pada migren yang tidak disertai CA, Peristiwa kejadian tersebut disebut suatu
berarti sensitisasi neuron ganglion cortical spreading depression (CDS). CDS
trigeminal sensoris yang meng-inervasi menyebabkan hiperemia yang berlama
duramater. didalam duramater, edema neurogenik
2. Pada migren yang menunjukkan adanya didalam meningens dan aktivasi neuronal
CA hanya pada daerah referred pain, didalam TNC (trigeminal nucleus caudalis)
berarti terjadi sensitisasi perifer dari ipsilateral. Timbulnya CSD dan aura migren
reseptor meninggal (first order) dan tersebut mempunyai kontribusi pada aktivasi
sensitisasi sentral dari neuron komu trigeminal, yang akan mencetuskan
dorsalis medula spinalis (second order) timbulnya nyeri kepala (Lauritzen, 2001).
dengan daerah reseptif periorbital.
Pada serangan migren, akan terjadi
3. Pada migren yang disertai CA yang meluas fenomena pain pathway pada sistem
keluar dari area referred pain, terdiri atas trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi
penumpukan dan pertambahan sensitisasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti
neuron talamik (third order) yang meliputi peninggian Ca sebagai penghantar yang
daerah reseptif seluruh tubuh. menaikkan aktivasi proteinkinase seperti
misalnya 5-HT, bradykinine, prostaglandin,
dan juga mengaktivasi enzym NOS. Proses
tersebutlah sebagai penyebab adanya
penyebaran nyeri, allodynia dan hiperalgesia
pada penderita migren.

Fase sentral sensitisasi pada migren,


induksi nyeri ditimbulkan oleh komponen
inflamasi yang dilepas dari dura, seperti oleh
ion potasium, protons, histamin, 5HT

44
(serotonin), bradikin, prostaglandin E di of American Medical Association Januari
pembuluh darah serebral, dan serabut saraf 2004 vol 291 mengenai gambaran MRI yang
yang dapat menimbulkan nyeri kepala. supersensitif pada 161 pasien migren
Pengalih komponen inflamasi tersebut dibandingkan dengan 141 orang tanpa
terhadap reseptor C fiber di meningens dapat migren. Temuan ini telah mengubah
dihambat dengan obat-obatan NSAIDs (non pandangan terhadap migren yang selama ini
steroid anti inflammation drugs) dan 5-HT dianggap sebagai suatu episodic disorder
1B/1D agonist, yang memblokade reseptor dengan gejala transient menjadi suatu
vanilloid dan reseptor acid-sensittive ion chronic progressive disorder yang
channel yang juga berperan melepaskan mengakibatkan perubahan permanen dari
unsur protein inflamator). parenkhim otak. Pada subyek kontrol tanpa
migren didapati 38% adanya tiny brain
Fase berikutnya dari sensitisasi lesion. Peneliti mendapatkan adanya lesi
sentral dimediasi oleh aktivasi reseptor diotak yang lebih banyak dan lebih luas pada
presinap NMDA purinergic yang mengikat pasien wanita migren 2 kali banyak
adenosine triphosphat (reseptor P2X3) dan dibandingkan dengan laki-laki secara
reseptor 5-HT IB/ID pada terminal sentral dari signifikan. Pasien yang lebih sering
nosiseptor C-fiber. Nosiseptor C-fiber mendapat serangan migren dan juga disertai
memperbanyak pelepasan transmitter. Jadi aura lebih banyak menunjukkan lesi infark
obat-obatan yang mengurangi pelepasan dibandingkan tanpa aura (IHS, 2004).
transmitter seperti opiate, adenosine dan 5-
HT1B/1D reseptor agonist, dapat mengurangi Patofisiologi Tension Type Headache.
induksi daripada sensitisasi sentral.
Pada penderita Tension type
Proses sensitisasi di reseptor headache didapati gejala yang menonjol
meningeal perivaskuler mengakibatkan yaitu nyeri tekan yang bertambah pada
hipersensitivitas intrakranial dengan palpasi jaringan miofascial perikranial.
manifestasi sebagai perasaan nyeri yang Impuls nosiseptif dari otot perikranial yang
ditimbulkan oleh berbatuk, rasa mengikat di menjalar kekepala mengakibatkan timbulnya
kepala, atau pada saat menolehkan kepala. nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada
Sedangkan sensitivitas pada sentral neuron daerah otot maupun tendon tempat
trigeminal menerangkan proses timbulnya insersinya.
nyeri tekan pada daerah ektrakranial dan
cutaneus allodynia. Sehingga ada pendapat TTH adalah kondisi stress mental,
bahwa adanya cutaneus allodynia (CA) dapat non-physiological motor stress, dan miofasial
sebagai marker dari adanya sentral sensitisasi lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun
pada migren. kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli
perifer kemudian berlanjut mengaktivasi
Pada pemberian sumaptriptan maka struktur persepsi supraspinal pain, kemudian
aktivitas batang otak akan stabil dan berlanjut lagi ke sentral modulasi yang
menyebabkan gejala migren pun akan masing-masingh individu mempunyai sifat
menghilang sesuai dengan pengurangan self limiting yang berbeda-beda dalam hal
aktivasi di cingulate, auditory dan visual intensitas nyeri kepalanya (Jensen, 2001).
association cortical. Hal itu menunjukkan
bahwa patogenesis migren sehubungan Pengukuran tekanan palpasi terhadap
dengan adanya aktivitas yang imbalance otot perikranial dilakukan dengan alat
antara brain stem nuclei regulating palpometer (yang ditemukan oleh Atkins,
antinoception dengan vascular control. Juga 1992) sehingga dapat mendapatkan skor
diduga bahwa adanya aktivasi batang otak nyeri tekan terhadap otot tersebut.
yang menetap itu berkaitan dengan durasi Langemark & Olesen tahun 1987 telah
serangan migren dan adanya serangan ulang menemukan metode palpasi manual untuk
migren sesudah efek obat sumatriptan penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi
tersebut menghilang (Lake, 2002). secara cepat bilateral dengan cara memutar
jari ke-2 dan ke-3 ke otot yang diperiksa,
Kruit MC dalam laporan nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan
penelitiannya yang dimuat pada The Journal skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu

45
suatu sistem skor dengan 4 point penilaian Pada zaman dekade sebelum ini
kombinasi antara reaksi behaviour dengan dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala
reaksi verbal dari penderita (Bendtsen, dan leher yang dapat menimbulkan iskemik
2000). otot sangatlah berperan penting dalam
tension type headache sehingga pada masa
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 itu sering juga disebut muscle contraction
terhadap penderita chronic tension type headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini
headache ternyata otot yang mempunyai nilai pada beberapa penelitian-penelitian yang
Local tenderness score tertinggi adalah otot menggunakan EMG (elektromiografi) pada
Trapezeus, insersi otot leher dan otot penderita tension type headache ternyata
sternocleidomastoid (Bendtsen, 2000). Nyeri hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi
tekan otot perikranial secara signifikan aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan
berkorelasi dengan intensitas maupun iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan
frekwensi serangan tension type headache aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi
kronik. Belum diketahui secara jelas apakah protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas
nyeri tekan otot tersebut mendahului atau otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya
sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala.
nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul
nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga Nyeri myofascial dapat di dideteksi
terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak dengan EMG jarum pada miofascial trigger
selalu berkorelasi dengan intensitas maupun point yang berukuran kecil beberapa
frekwensi serangan migren. milimeter saja (tidak terdapat pada semua
otot). Mediator kimiawi substansi endogen
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri seperti serotonin (dilepas dari platelet),
pada otot bergaris termasuk juga struktur bradikinin (dilepas dari belahan precursor
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal plasma molekul kallin) dan kalium (yang
nyeri miofascial di mediasi oleh serabut kecil dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari
bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin aferens otot berperan sebagai stimulan
(C), sedangkan serabut tebal yang bermyelin sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet.
(A dan AB) dalam keadaan normal Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini
mengantarkan sensasi yang ringan/ tidak adalah peran miofascial terhadap timbulnya
merusak (inocuous). Pada rangsang noxious tension type headache (Bendtsen, 2000).
dan inocuous event, seperti misalnya proses
iskemik, stimuli mekanik, maka mediator Untuk jenis TTH episodik biasanya
kimiawi terangsang dan timbul proses terjadi sensitisasi perifer terhadap nosiseptor,
sensitisasi serabut Aa dan serabut C yang sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi
berperan menambah rasa nyeri tekan pada sentral. Proses kontraksi otot sefalik secara
tension type headache (Sjahrir, 2003). involunter, berkurangnya supraspinal
descending pain inhibitory activity, dan
hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli
nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya
nyeri pada Tension type Headache. Semua
nilai ambang pressure pain detection, thermal
& electrical detection stimuli akan menurun
di sefalik maupun ekstrasefalik (Bendtsen,
2000)

Stress dan depresi pada umumnya


berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan
lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time
depresi pada penduduk adalah sekitar 17%.
Pada penderita depresi dijumpai adanya
defisit kadar serotonin dan noradrenalin di
otaknya (DeNoon, 2004).

46
Pada suatu penelitian dengan PET serangan migren kadar SP tidak meninggi,
Scan, ternyata membuktikan bahwa sehingga diduga bahwa SP tidak ikut
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh berperan dalam bagian proses nosisepsi
lebih cepat 52% dibandingkan dengan vaskular.
wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan
bahwa memang terbukti bahwa angka NOS & PACAP
kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3
kali dari pria (Gutman, 2002). Peranan NO pada sistem sensoris
belum jelas benar, kan tetapi diduga kuat
CGRP bahwa NO berpatisipasi dalam
patogengenisis timbulnya sefalgi primer. NO
CGRP immunoreactive fibres juga berperan sebagai mediator pelepasan
bermula dari ganglion trigeminal yang CGRP untuk menginduksi nyeri kepala. NO
menginervasi pembuluh darah serebral mempunyai sifat otoinduksi dimana akan
bagian kranial. Terletak di serabut saraf terjadi produksi NO yang berlama.
perivaskuler yang mensupply sebagian arteri Transmitter-tranmitter tersebut dilepas pada
serebral besar (seperti misalnya arteri ruang perivaskuler dan kemudian mengalir
temporalis superfisial) dan pial arteriole difus kedarah vena (Lassen, 2002).
dipermukaan korteks.
NOS (Nitric Oxyde Synthesa)
CGRP didapati dalam jumlah yang serabut saraf perivascular terutama
terbanyak (40% dari sel body semua sel disirkulasi seberal pembuluh darah besar dan
neuron) bersamaan dengan SP (18%), dan didaerah sphenopalatina dan ganglia
neurotransmitter lain NOS (15%), dan oticucum. Adanya NOS Immunureactivy
PACAP (20%) di serabut sensoris trigeminal didalam sel bodi saraf trigeminal
perivaskuler (Lassen, 2002). menunjukan bahwa NO berperan dalam
induksi timbulnya migren, TTH dan nyeri
Fungsi CGRP di neuron sensoris kepala klaster. NO dilepas dari endotel atau
belumlah jelas sekali, diduga berfungsi dari saraf perivaskuler, dan mengaktifkan
sebagai vasodilator atau "anti- sistem guanylate cyclase pada sel otot polos.
vasokonstriktor" (Jensen, 2001). Stimuli pada Kejadian ini mengakibatkan penurunan kadar
serabut safar sensoris tersebut Ca++intraseluler, vasodilatasi dan ini akan
mengakibatkan pelepasan CGRP sehingga mengaktivasi struktur pain sensitif disekitar
menyebabkan vasodilatasi serebral terutama pembuluh darah kranial (Jensen, 2001).
arteri serebri media. CGRP juga berperan
sebagai mediator dalam proses inflamasi Diduga pada tension type headache
neurogenik dan CGRP juga berpengaruh aktivasi terhadap brain stem interneuron
menurunkan tekanan darah. Pada saat lebih sedikit sedikit dibandingkan dengan
serangan migren datang ternyata CGRP migren. Keadaan tersebut diatas menyokong
meninggi dalam darah didaerah vena teori bahwa nyeri kepala disebabkan
jugularis ekstema (cephalic release) yang aktivitasi batang otak. Keberadaan PACAP
kemudian mengalir ke daerah jaringan bersamaan dengan SP dan CGRP diserabut
ekstrakranial seperti pada duramater dan saraf dan ganglia. Ia terdapat di dorsal horn
ganglion Gasseri, sedangkan didaerah medula spinalis, dan di sel bodi ganglia
ekstrakranial lain tidak meninggi (Lassen, spinal spinal dan ganglia trimegeminal,
2002). diganglia dan parasimpatik, homolog dengan
VIP. PACAP berperan penting sebagai
CGRP bukan hanya dapat berperan neuromodulator di sistem sensorik dan
sebagai penyebab timbulnya proses nyeri otonomik. PACAP membuat dilatasi dan
kepala seketika, akan tetapi berperan kenaikan ceberal blood flow (Milanov,
menginduksi timbulnya migren. CGRP akan 2003).
meninggi pada penderita migren maupun
nyeri kepala klaster. Sehingga peptide CGRP SP & NEUROKININ
ini menjadi suatu marker bagi penderita
migren.Sedangkan VIP menjadi suatu marker Substance (SP) adalah suatu
bagi aktifitas parasematik . Pada saat neuropeptide pain transmitter yang berfungsi

47
sebagai nosisepsi modulator, inflamsi sistem menunjukkan modulasi waspada,
neurogenik dan menjadi suatu bagian integral sosialisasi, energi, dan motivasi. Kalau
CNS pathway dari stress psikologis. Juga keduanya bersamaan maka ia akan
Substance P berfungsi sebagai vasodilator memodulasi ansietas, iritabilitas, nyeri,
yang potensial. Jika timbul suatu stress maka mood, emosi dan fungsi kognitif. Pada
Subtance P akan dilepas sebagai respon penderita depresi dijumpai adanya defisit
terhadap stress atau depresi tersebut. kadar serotonin dan norad renalin di otaknya.
Substance P adalah termasuk salah satu jenis
famili neurokinin. Hanya jenis reseptor Platelet mempunyai kemiripan
Neurokinin 1 (NK1) yang mempunyai fungsi, bentuk, biokimiawi maupun
afinitas kuat dengan substance P. Substance P farmakologikal dengan serotonergic nerve
juga berperan sebagai transmitter nosiseptif ending. Platelet sendiri tidak mensintesa
primer di serabut saraf aferen sensoris (C 5HT, akan tetapi hanya tempat
Fibers). pada beberapa penelitian diduga menumpuknya 5HT yang berasal dari
bahwa SP terlibat dalam ekstrapasasi plasma sirkulasi di plasma dan terutama yang berasal
dari post-capitallary venules di duramater dati enterochromaffin tissue daripada
pada saat serangan nyeri kepla primer traktusgastrointestinal (Bendtsen, 2000).
(Lindsay, 2001).
Serotonin platelet (Platelet 5HT)
SP-Immunoreactive nerve fibers disimpan dalam bentuk granul padat yang
berasal dari ganglion trigeminal, dijumpai akan berubah secara lambat sekali jikalau
banyak berlebihan di pembuluh darah sifat farmakologikalnya tidak aktif.
anterior daripada Sirkulus Willisii, terutama Sebaliknya pada plasma 5HT ekstraselular
arteri serebri anterior dan juga disebagian sangat cepat berubah dan farmakologikalnya
vena serebral. Serabut saraf perivakular aktif. Kadar 5HT di platelet dan plasma
tersebut juga berada di ganglia radiks mengekspresikan kandungan 5HT di
dorsalis servekalis superior. serotonergic nerve ending dan sinaps.
Banyak laporan penelitian mengenai
SP dan NK1 banyak konsentrasinya metabolisme dan kadar 5HT pada TTH, yang
kornu dorsalis medula spinalis akan tetapi mendapatkan hasil yang berbeda beda secara
terdapat juga beberapa tempat SSP ( Sistem tidak konsisten. Akan tetapi pada dasarnya
Saraf Pusat) yaitu di sistem limbik, termasuk disimpulkan bahwa pasien dengan Episodik
di hipotalamus, amygdala yang mengurus TTH menunjukkan platelet 5HT uptake akan
behaviour emosional. Substance P mengatur berkurang, dan terdapat peninggian kadar
regulasi transmisi sinaptik di kornu dorsalis platelet 5HT dan plasma 5HT. Sedangkan
dan seterusnya memproses informasi noxious pada TTH kronik didapati kadar platelet 5HT
sensory cutaneous ke otak, terintegrasi dalam ataupun plasma 5HT adalah normal atau
semua proses nyeri, stress, ansietas, muntah- menurun). 5HT adalah suatu neurotransmitter
muntah, tonus kardiovaskuler, stimulasi penting yang berperan dalam modulasi nyeri
sekresi saliva, kontraksi otot polos, dan secara kompleks. Yaitu sebagai
vasodilatasi (Lindsay, 2001). antinociceptive pathway ascending maupun
descending dari brain stem ke spinal cord.
Serotonin dan nor-epinefrin Reseptor-reseptor 5HT tersebar di
meningens, beberapa lapis korteks, struktur
Serotonin (5-HT) dan nor-epinefrin otak bagian dalam, dan paling banyak di inti-
(NE) adalah neurotransmitter yang berperan inti di batang otak (Bendtsen, 2000).
dalam proses nyeri maupun depresi, yang
mengurus mood dan depresi terletak di Neurotransmitter maupun
korteks prefrontal dan sistem limbik, neurokimiawi lain yang berperanan pada
sedangkan yang mengurus pain modulating proses nyeri kepala maupun migren
circuit terletak di amygdala, periaquaductal adalahjenis katekolamin seperti misalnya
gray (PAG), dorsolateral pontine tegmentum noradrenalin/ norepinefrin & dopamin yang
(DLPT), dan rostroventral medulla (RVM). terutama banyak dijumpai di locus ceruleous.
Modulasi efek serotonin di otak Yang berperanan sebagai media proses
menunjukkan efek impulsif, modulasi sexual vasokonstriksi maupun vasodilatasi dan
behaviour; appetite dan agresi. Sedang NE

48
pelepasan asam lemak bebas yang berguna Bendtsen L. 2000. Central sensitization in
sebagai signal kepada platelet untuk tension type headache-possible
melepaskan serotonin. pathophysiological mechanisms.
Cephalalgia;20:486-508.
Norepinefrine dan serotonin
berperan sangat penting dalam fungsi Bolay H, Moskowitz MA. 2002. Mechanism
endogen pain-supressing descending of pain modulation in chronic syndromes.
projection. Stress yang kronik memproduksi Neurology;59(suppl):S2-S7.
peninggian aktivitas tyrosine hydroxylase,
yaitu suatu enzym yang terlibat dalam Buzzi MG, Tassolrelli C, Nappi G. 2003.
biosintesa NE di LC. Pada suatu penelitian Peripheral and central activation of
terhadap pasien depresi ternyata didapati trigeminal pain pathways in migraine: data
pengurangan kadar NE dan metabolitnya, from experimental animal models.
dan homovanilic acid (metabolit dari Cephalalgia;23(Suppl.l): 1-4.
dopamin) di darah venoarteriai. Komponen
Dorsal Raphe Nucleus (DRN) didalam PAG Cecchini AP, Sandrini, Fokin IV, Moglia A,
mengirim pancaran serotonergik ke korteks Nappi G. 2003. Trigeminofacial reflexes in
serebri dan pembuluh darah, yang dapat primary headaches. Cephalalgia;23(Suppl
melancarkan neuron excitability dan 1 ):33-41.
vasomotor kontrol. Aktivitas metabolik yang DeNoon D. 2004. Migraine Linked to Brain
abnormal dari PAG dapat menyebabkan area Lesions, damage worse with more frequent,
ini menjadi lebih peka dan mudah rusak more severe migraines.
terhadap modulasi reseptor sesudah
penggunaan obat2an abortif maupun Gallai V, Alberti A, Gallai B, Coppola F,
analgetikum yang terlampau sering (Lake, Floridi A, Sarchielli P. 2003. Glutamate and
2002). nitic oxide pathway in chronic daily
headache: evidence from cerebrospinal fluid.
Penutup Cephalagia;23: 166-174.
Seperti yang telah diterangkan Gutman D, Nemeroff CB. 2002. The
diatas, begitu kompleks mekanisme Neurobiology of Depression. Laboratory of
bagaimana terjadinya nyeri kepala primer Neuropsychopharmacology, Department of
yang melibatkan perubahan neurokimiawi Psychiatry, Emory University School of
dikepala, perubahan dinding pembuluh darah Medicine, Atlanta, Georgia.
otak, aktivasi serabut safar trigeminal dan
batang otak dan lain-lain, yang dapat Ho KH, Ong BKC. 2002. A community
ditimbulkan oleh pelbagai faktor pencetus based study of headache diagnosis and
seperti stres, depresi, makanan tertentu, prevalence in Singapore. Cephalalgia;23:6-
cuaca dan lain-lain. 13.
Demikianlah sekilas mengenai Jensen R. 2001. Mechanisms of tension type
perkembangan terkini mekanisme dan headache. Cephalalgia;21:786-789.
pengobatan dari nyeri kepala, dengan adanya
tulisan seperti diatas maka diharapkan Lake III AE, Saper JR. 2002. Chronic
semoga ada manfaatnya bagi upaya Headache: New advances in treatment
penyembuhan dan mengurangi penderitaan strategies. Neurology;59(Suppl 2):S8-S 13.
bagi penderita nyeri kepala pada khususnya,
juga dapat mencegah timbulnya angka Lassen Lh, Hadersley PA, Jacobson VB,
kesakitan serangan nyeri kepala sehingga Inversen HK, Perling B, Olesen J. 2002.
dapat meningkatkan kapasitas sumber daya CGRP may Play a Causative role in
manusia pada masyarakat Indonesia pada migraine. Cephalalgia; 22:54-61.
khususnya.
Lauritzen M. 2001. Cortical spreading
Kepustakaan depression in migraine. Cephalalgia;21:757-
760.

49
Lindsay DeVane C. 2001. Substance P: A Sjahrir H, Nasution D, Rambe H. 1978.
Era, a New Role. Pharmacotherapy; 21(9): Prevalensi nyeri kepala paroksismal pada
1061-1069. mahasiswa FK.USU Medan. Biennieal
Meeting PNPNCh, Surabaya 1978.
Machelska H, Heppenstall PA, Stein C. 2003.
Breaking the Pain Barrier. Nat Med;9(11): Sjahrir H. 2003. Insidens jenis penyakit
1353-1354. pasien yang berobat jalan dipraktek klinik
saraf Klinik spesialis Bunda.
Milanov I, Bogdanova D. 2003. Trigemino-
cervical reflex in patients with headache. The International Classification of Headache
Cephalalgia;23:33-38. Disorders,2nd Edition. 2004. Cephalalgia;42
Supplement.

50
PENELITIAN PSIKONEUROIMUNOLOGI: APAKAH STRESS
MEMPENGARUHI IMUNITAS DAN MENYEBABKAN PENYAKIT ARTERI
KORONER?
Djanggan Sargowo
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak

Tulisan ini bertujuan mempelajari pentingnya psikoneuroimunologi (PIN) dalam memahami peran stressor
psikologi akut dan kronis pada system kekebalan dan perkembangan penyakit arteri koroner (CAD).
Pertama, PNI mengilustrasikan bagaimana stress psikologi merubah fungsi endotel dan merangsang
kemotaksis. Kedua, stress psikologi akut merangsang leukositosis, meningkatkan sitotoksisitas sel NK dan
mengurangi respons proliferasi mitogen ketika stress psikologi kronik mungkin merangsang efek buruk
kesehatan. Ini akan menghasilkan perubahan dalam fungsi kardiovaskuler dan perkembangan CAD. Ketiga,
stress psikologi akut dan kronis akan meningkatkan factor hemostasis dan protein fase akut, kemungkinan
merangsang pembentukan thrombus dan miokard infark. Bukti untuk pengaruh stress psikologi akut dan
kronis pada onset dan progres CAD adalah konsisten dan meyakinkan. Tulisan ini juga menyoroti daerah
penelitian potensial dan akibatnya dari deteksi dini perubahan imunologi dan resiko kardiovaskuler pada
orang dibawah stress psikologi tinggi.

Kata Kunci: Kardiovaskuler, Inflamasi, Psikoneuroimunologi, Stress

Abstract

This review addresses the importance of psychoneuroimmunology (PNI) studies in understanding the role of
acute and chronic psychological stressors on the immune system and development of coronary artery disease
(CAD). Firstly, it illustrates how psychological stressors change endothelial function and lead to chemotaxis.
Secondly, acute psychological stressors lead to leukocytosis, increased natural killer cell cytotoxicity and
reduced proliferative response to mitogens while chronic psychological stressors may lead to adverse health
effects. This will result in changes in cardiovascular function and development of CAD. Thirdly, acute and
chronic psychological stressors will increase haemostatic factors and acute phase proteins, possibly leading
to thrombus formation and myocardial infarction. The evidence for the effects of acute and chronic
psychological stress on the onset and progression of CAD is consistent and convincing. This paper also
highlights potential research areas and implications of early detection of immunological changes and
cardiovascular risk in people under high psychological stress.

Key words: Cardiovascular, Infl ammation, Psychoneuroimmunology, Stress

I. Pendahulan memeriksa secara seksama keyakinan bahwa


system imun dan system saraf tidak
Dalam decade terakhir, ada berhubungan. Ini memacu memburu usaha
peningkatan yang menarik dalam menjelajah menjelajah bagaimana tingkah laku dan
hubungan diantara stress psikologi dan system biologi dapat berhubungan dalam
berbagai macam kondisi kesehatan. Suatu berusaha keras untuk membuka lebih misteri
perluasan tubuh dari bukti mengesankan dari tubuh manusia.
adanya hubungan antara sistem imun, system
saraf pusat (CNS) dan system endokrin, PNI adalah sebuah bidang
dimana system ini dapat dipengaruhi oeh penyelidikan yang memeriksa hubungan
factor social dan psikologi. Pada 1964, antara stress, system imun dan kesehatan.
Solomon dkk mempublikasikan sebuah Stress mungkin mengurangi sebuah
artikel berjudul emotion, immunity and kemampuan meniru dan efek negatif respons
disease: a speculative theoretical integration neuroendokrin dan pada akhirnya kegagalan
dan ini memungkinkan menjadi rambu fungsi imun. Peristiwa trauma mungkin
pemandu penelitian menarik merusak hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA)
psikoneuroimunologi (PNI). Pada 1975, Ader aksis dan system saraf simpatis (SNS),
dan Cohen dkk memperagakan kemungkinan merangsang tingkat serius yang lebih tinggi
dari fungsi imun menjadi kondisi klasik dan dan sakit yang mengancam nyawa termasuk

51
penyakit jantung. Secara spesifik, peristiwa mengantarkan klinisi untuk memahami
trauma kehidupan memicu system respons pentingnya kekebalan sebagai sebuah
inflamasi jadi mereaksi lebih cepat stress hubungan antara pikiran dan system
kehidupan berikutnya dan meningkatkan kardiovaskuler. Ini akan juga menyediakan
inflamasi sebuah peran etiologi dalam dasar untuk pembangunan sebuah model
banyak penyakit kronis. stres integrative untuk mencegah CAD
dengan mencaga kesehatan mental.
Studi epidemiologi mengindikasikan
bahwa factor psikososial adalah kuat dan II. Stres merangsang kemotaksis
independen berkaitan dengan perkembangan lewat perubahan dalam fungsi
penyakit arteri koroner (CAD) dan endotel
meningkatkan resiko disfungsi jantung dan
peristiwa jantung. Itu sudah diusulkan bahwa Stres psikologi mengaktivasi SNS
stress mental di setiap hari kehidupan adalah yang mengatur denyut jantung dan pelepasan
hal penting yang menentukan perjalanan katekolamin dan HPA aksis yang mengatur
iskemi. Stres psikologi akut disebabkan oleh pelepasan kortikosteroid dari kelenjar
stress emosi jangka pendek dan kemarahan adrenal. Pada stress psikologi akut,
yang intens. Stres psikologi kronik katekolamin secara dominan mempengaruhi
disebabkan oleh status sosioekonomi rendah, sirkulasi sel NK. Hubungan antara stress
stress pekerjaan, tarikan kronis, isolasi social, akut, SNS dan leukosit diilustrasikan dalam
tekanan, kecemasan dan permusuhan. Dalam gambar 1. Pada stress kronik, aktivitas HPA
tulisan ini, kita melihat seleksi studi yang aksis mungkin berkurang, merangsang lelah
menujukan peran factor psikologi dan dan peningkatan aktivasi inflamasi yang
progresi CAD dan fungsi imun. Ini dimediasi oleh imun.

Gambar 1. Hubungan antara stress akut, system saraf simpatis dan sel darah putih (Ho, et al.,
2010).

Lebih jauh, stimulasi reseptor Beta molekul adhesi. Di bawah stress psikologi
adrenergic merangsang perubahan ekspresi tinggi, L-selectin dari sel NK tidak berperan
molekul sel adhesi (Gbr. 2). Di bawah stress menggerakkan dan CD62 sel NK akan
psikologi rendah, CD62L sel NK dengan L- ditahan di dalam tepi genangan pembuluh
selectin (CD62 ligand) menempel lemah ke darah atau jaringan di luar pembuluh darah.
sel endotel yang mengekspresikan reseptor Malahan, CD62 sel NK tanpa L-selectin akan

52
dimobilisasi. Lebih jauh, akan ditingkatkan dimana makrofag dan sel imunokompeten
konsentrasi dari molekul adhesi seperti lainnya menyebabkan inflamasi local dan
ICAM 1 dan CD11a di bawah tingkat stress pembentukan plak. Pembentukan thrombus
psikologi tinggi atau sendiri. Peningkatan local membangkitkan serotonin, tromboxan
konsentrasi molekul adhesi menyebabkan A2, dan thrombin yang menyebabkan
CD62 sel NK menghentikan gulungan dan vasokonstriksi dan kemudian merangsang
menempel pada tempat meningkatkan sindrom koroner akut (ACS) dengan rupture
molekul adhesi. Disfungsi endotel juga dari plak. Protein fase akut seperti C-reactive
menghasilkan perekrutan dan penempelan protein (CRP) merangsang otot polos dan sel
limfosit T dan platelet. Aktivasi sel T pada endothelial mengelilingi plak arteri koroner,
gilirannya menghasilkan sitokin menghasilkan lebih banyak sitokin
proinflamasi, seperti factor nekrosis tumor- proinflamasi dan memicu ekspresi lebih
alfa (TNF alfa), interleukin (IL)-1 dan IL-6 molekul adhesi. CRP diprediksi sebuah
yang menstimulasi makrofag dan sel endotel bagian tidak baik dalam ACS tidak
pembuluh darah dan memperkuat aliran bergantung keberatan atherosclerosis dan
proses inflamasi. Pada akhirnya ini akan dihubungkan secara signifikan dengan gagal
merangsang kondisi dini atherosclerosis jantung kongesti (CHF).

Gambar 2. Jalur yang menggambarkan bagaimana tingkat stress yang tinggi dapat menyebabkan
peningkatan adhesi sel molecular ke sel endothel melalui system saraf simpatis (Ho, et al., 2010).

53
III. Stres merangsang penyakit arteri sitotoksik CD8 meningkat sedangkan sel NK
koroner melalui perubahan pada dan sel T CD4 sirkulasi yang
monosit dan sitokin mengekspresikan L-selectin berkurang. Stres
psikologi akut mengurangi respons
Gambar 3 menunjukkan peran proliferasi mitogen, utamanya
limfosit dan sitokin dalam perkembangan fitohemaglutinin (PHA).
CAD di bawah stress akut dan kesendirian.
Status sosioekonomi rendah mungkin Owen dan Steptoe mempelajari
meningkatkan resiko CAD melalui inflamasi hubungan antara sel NK, kepekaan stress
sedang dan aktivasi imun. Status sitokin proinflamasi, dan denyut jantung
sosioekonomi rendah dihubungkan dengan manusia. Peningkatan jumlah sel NK
jumlah total sel NK dan limfosit T dan B mengikuti stress dihubungkan secara positif
lebih tinggi di dalam sirkulasi. Dopp dkk dengan respons denyut jantung dan
menyarankan bahwa pergantian pertukaran perbedaan individu dalam respons stress
subset limfosit spesifik adalah sebuah jantung pengendali simpatis dihubungkan
komponen kesatuan dari respons lawan atau dengan NK dan respons sitokin proinflamasi
lari stress akut. Selama stress psikologi akut, ke stress psikologi.
persentase sirkulasi sel NK dan sel T

Gambar 3. Monosit, sitokin, dan CAD (Ho, et al., 2010).

54
Sebuah stressor psikologi akut meningkatkan IV. Akibat stress pada pembekuan
sitokin proinflamasi termasuk sel dan atherosclerosis
mononuclear ekspresi gen IL-1B dan plasma
interleukin 6 (IL-6). Peningkatan ekspresi Gambar 4 menunjukkan hubungan
gen IL-1B dihubungkan secara positif antara stress dan pembekuan. Stres psikologi
dengan denyut jantung dan kepekaan tekanan akut meningkatkan factor hemostasis seperti
darah sistol. Sitokin juga mempengaruhi otak factor von Willebrand. Keadaan social buruk
dan menimbulkan perasaan malas, sakit dan dan factor psikososial pada anak-anak
lemah. Sitokin ini dapat merangsang meningkatkan konsentrasi protein fase akut
proliferasi dan perpindahan sel otot polos seperti plasma fibrinogen pada dewasa dan
melalui rangsangan factor pertumbuhan ini meningkatkan resiko CAD berikutnya.
lainnya yang memicu lesi koroner. Mann Orang yang sendiri juga menunjukkan respon
menyarankan bahwa ekspresi jangka pendek fibrinogen lebih besar ke stress. Stresor
dari stress aktivasi sitokin dengan jantung psikososial kronik meningkatkan factor
mungkin menjadi sebuah respons adaptif hemostatik keduanya (factor VII) dan protein
untuk stress, sebaliknya ekspresi jangka fase akut (fibrinogen). Fibrinogen adalah
pendek dari molekul ini mungkin gagasan untuk meningkatkan atherosclerosis
sesungguhnya maladaptive dengan dengan peningkatan agregasi platelet,
menghasilkan dekompensasi jantung. Cesari peningkatan pelepasan endotel-turunan factor
dkk menemukan bahwa sitokin proinflamasi pertumbuhan (Endothelial-derived growth
memprediksi peristiwa kardiovaskuler pada factor), merangsang proliferasi sel otot polos
orang tua. Sebagai contoh, IL-6 dihubungkan dan peningkatan plasma dan viskositas darah.
secara signifikan dengan CAD, stroke dan Stres akut dan kronis mungkin mengaktivasi
gagal jantung kongesti (CHF) dan adalah kaskade koagulasi dan merangsang
sebuah predictor independen kuat untuk pembentukan thrombus dan miokard infark
meningkatkan kematian pada CAD tidak (MI). Ada bukti kuat dari studi epidemiologi
stabil. Tambahannya, TNF alfa juga dan meta analisis yang tingkatannya lebih
menunjukkan sebuah hubungan signifikan tinggi dari protein fase akut seperti CRP dan
dengan CAD. Setelah semua, tingkat sitokin fibrinogen memprediksi masa depan
seperti IL-6 dan TNF alfa mungkin menjadi kematian kardiovaskuler dan dihubungkan
predictor lebih kuat untuk insiden peristiwa dengan status sosioekonomi rendah. Stres
kardiovaskuler daripada protein fase akut psikologi dihubungkan dengan meningkatnya
seperti CRP. aktivasi platelet dan meningkatnya resiko
penyakit kardiovaskuler.

55
Gambar 5. Hubungan antara stress akut dengan koagulasi (Ho, et al., 2010).

V. Depresi, Infeksi dan Penyakit Arteri merangsang perilaku kesehatan buruk


Koroner seperti merokok, penyalahgunaan
alcohol, makanan tidak sehat dan
Gejala depresi seperti lelah dan mengurangi aktivitas fisik,yang
mudah perasa adalah precursor mengaktifasi mekanisme patologi di
pertama dan rekuren CAD. Selain itu, atas.
penyelidikan detail sudah
menunjukkan bahwa gejala biologi Penemuan di atas menimbukan rasa
dari depresi seperti malas adalah ingin tahu dalam kemungkinan
secara sederhana dihubungkan dengan meningkatkan kekebalan melalui
penyemprotan fraksi ventrikel kiri penanggulangan dengan stress dan
lebih rendah dan jumlah penyakit mengurangi resiko psikososial untuk
pembuluh darah. kondisi jantung. Kesehatan psikologi
dapat membantu mengenali hubungan
Kerja penelitian sebelumnya ini, bagian penting dari peningkatan
mengindikasikan bahwa Chlamydia kesehatan melalui intervensi psikologi.
pneumonia memainkan peran dalam Kesehatan psikologi dapat membantu
atherosclerosis dan dihubungkan orang mengatasi dengan stress melalui
dengan resiko lebih tinggi untuk CAD. intervensi seperti terapi kognitif,
Pada sebuah studi, gejala depresi latihan relaksasi dan modifikasi
dikaitkan dengan pengaktifan kembali tingkah laku. Penelitian pada stress
virus laten dan inflamasi pembuluh dan penanggulangan mengindikasikan
darah koroner. Perbedaan antara grup bahwa bermacam-macam strategi
tekanan dan grup control dengan penanggulangan (termasuk relaksasi,
memperhatikan level serum IgG Anti olahraga, meditasi dan dukungan
Chlamydia pneumonia secara dekat social) berguna dalam respons untuk
mencapai signifikan. Itu meminta studi meningkatkan stress fungsi
lebih jauh untuk menjelajah efek stress psikososial, kesehatan fisik dan
lama menghasilkan aktivasi kualitas hidup. Peningkatan
Chlamydia pneumonia, yang mungkin penghargaan sendiri secara global
memperkuat resiko CAD. dikaitkan dengan denyut jantung lebih
rendah dan variasi melemahkan denyut
VI. Petunjuk masa depan jantung dan respons inflamasi pada
PNI memfasilitasi penilaian dan stress akut.
pemahaman respons stress. Apakah Garis dasar level CRP
yang kita ketahui tentang hubungan memperkirakan peristiwa
antara stress psikologi dan CAD? kardiovaskuler masa depan. Tes CRP
Penelitian memperagakan bahwa stress mungkin sebuah peran utama
psikologi akut merangsang tambahan dalam penilaian global
leukositosis, meningkatkan rasio resiko kardiovaskuler. Monitoring
CD8/CD4, meningkatkan sitotoksisitas CRP sensitive tinggi mungkin juga
sel NK dan mengurangi respons menawarkan sebuah metode baru
proliferasi mitogen. Perubahan pengukuran respons dalam terapi
imunologi ini akan membuat individu antidepresan. Pengukuran level serum
peka CAD lewat meningkatnya IL-1 dan IL-6 mungkin mengenali
ekspresi molekul adhesi sel endotel pasien tekanan atau cemas yang dapat
dan level serum dari protein fase akut menguntungkan sebagian besar dari
dan factor hemostasis. Itu sekarang strategi pencegahan dini penyakit
dinilai bahwa inflamasi pembuluh kardiovaskuler.
darah adalah pusat atherosclerosis dan
bahwa limfosit T, monosit dan sitokin Studi pada decade lalu bertujuan
inflamasi semuanya dilibatkan. Stres menghubungkan stress psikologi ke
psikologi kronik mungkin juga fungsi imun dank e CAD. Beberapa

56
pertanyaan sisa tidak terjawab: (i) dievaluasi lebih jauh pada hasil
seluas apakah stressor akut berakibat percobaan. Demikian itu dapat
mendirikan simulasi laboratorium dikembangkan jika pengurangan
peristiwa stress kehidupan nyata lebih marker inflamasi ini cocok untuk
kronis dan apakah reaktivitas mengurangi peristiwa kardiovaskuler.
kekebalan laboratorium sebuah
penanda watak peka untuk penyakit VII. Penutup
yang didatangkan stress? (ii)
Kelelahan yang terjadi sebelum PNI disangkutkan dengan hubungan
peristiwa koroner akut mungkin system imun-neuroendokrin-psikologi
bentuk lain bagian reaksi inflamasi. multifaset. Ini termasuk
Penelitian lebih jauh diperlukan untuk mempengaruhi factor psikososial
menemukan jika inflamasi seperti persepsi stress dan
menyebabkan perasaan kelelahan atau penanggulangan penyakit yang
jika ada perasaan kelelahan diperkuat dimediasi imunologi. Stres kronik dan
dengan inflamasi. (iii) studi prospektif hubungan respons psikologi dapat
dari pasien bertekanan diperlukan mengaktivasi system hipotalamus-
untuk mengukur luas kesatuan pituitari-adrenokortikal dan simpatis-
penanda inflamasi karena mengenali adrenomedula. Jadi, penelitian lebih
lebih tinggi dari lainnya dalam jauh dapat mencari penyelidikan
memperkirakan CAD. Lebih jauh, efek melalui hubungan antara stress dan
peningkatan terapi anti depresan kekebalan untuk kondisi
menunjuk ke arah factor resiko kardiovaskuler. Penambahan
kardiovaskuler konvensional pada pengetahuan akan bernilai, dengan
biomarker inflamasi ini seharusnya kesehatan manusia terbaik tertarik
pada jantung.

VIII. Daftar Pustaka

1. Brannon L, Feist J. Health 6. Rozanski A, Blumenthal JA, Kaplan J.


Psychology: An Introduction to Impact of psychological factors on the
Behaviour and Health. 5th ed. pathogenesis of cardiovascular disease
Thomson Wadsworth, 2004. and implications for therapy.
2. Solomon GF, Moos RH. Emotions, Circulation 1999;99:2195-217.
immunity and disease: A speculative 7. Hemingway H, Malik M, Marmot M.
theoretical integration. Arch Gen Social and psychosocial influences on
Psychiatry 1964;11:657-74. sudden cardiac death, ventricular
3. Ader R, Cohen N. Behaviourally arrhythmia and cardiac autonomic
conditioned immunosuppression. function. Eur Heart J 2001;22:1082-
Psychosom Med 1975;37:333-40. 101.
4. Walls A. Resilience and 8. Gullette EC, Blumenthal JA, Babyak
psychoneuroimmunology: The role of M, Jiang W, Waugh RA, Frid DJ, et al.
adaptive coping in immune system Effects of mental stress on myocardial
responses to stress. Dissertation ischemia during daily life. JAMA
Abstracts International 2008: Section 1997;277:1521-6.
B: The Sciences and Engineering 9. Gabbay FH, Krantz DS, Kop WJ,
69;1350. Hedges SM, Klein J, Gottdiener JS, et
5. Kendall-Tackett K. Psychological al. Triggers of myocardial ischemia
trauma and physical health: A during daily life in patients with
psychoneuroimmunology approach to coronary artery disease: physical and
etiology of negative health effects and mental activities, anger and smoking. J
possible interventions. Psychological Am Coll Cardiol 1996;27:585-92.
Trauma: Theory, Research, Practice, 10. Steptoe A, Brydon L.
and Policy 2009; 1:35-48. Psychoneuroimmunology and

57
coronary artery disease. In: Vedhara K, lymphocyte adhesion molecule
Irwin M, editors. Human expression and density in cardiac
Psychoneuroimmunology Oxford: versus vascular reactors. Brain Behav
Oxford University Press, 2005. Immun 2002;16:411-20.
11. Brydon L, Edwards S, Jia H, 21. Dopp JM, Miller GE, Myers HF.
Mohamed-Ali V, Zachary I, Martin JF, Increased natural killer-cell
et al. Psychological stress activates mobilization and cytotoxicity during
interleukin-1 gene expression in marital conflict. Brain Behav Immun
human mononuclear cells. Brain 2000;14: 10-26.
Behav Immun 2005;19:540-6. 22. Lind L. Circulating markers of
12. Chrousos GP. The hypothalamic- inflammation and atherosclerosis.
pituitary-adrenal axis and Atherosclerosis 2003;169:203-14.
immunemediated infl ammation. N 23. Libby P, Ridker PM, Maseri A.
Engl J Med 1995; 332:1351-62. Inflammation and atherosclerosis.
13. Irwin M, Patterson T, Smith TL, Circulation 2002;105;1135-43.
Caldwell C, Brown SA, Gillin JC, et 24. Cesari M, Penninx B, Newman AB,
al. Reduction of immune function in Kritchevsky SB, Nicklas BJ, Sutton-
life stress and depression. Biol Tyrrell K, et al. Inflammatory markers
Psychiatry 1990;27:22-30. and onset of cardiovascular events.
14. Herbert TB, Cohen S. Stress and Results from the Health ABC Study.
immunity in humans: a metaanalytic Circulation 2003; 108:2317-22. Epub
review. Psychosom Med 1993;55:364- 2003 Oct 20.
79. 25. Steptoe A, Willemsen G, Owen N,
15. Heinz A, Hermann D, Smolka MN, Flower L, Mohamed-Ali V. Acute
Rieks M, Grf K-J, Phlau D, et al. mental stress elicits delayed increases
Effects of acute psychological stress in circulating inflammatory cytokine
on adhesion molecules, interleukins levels. Clin Sci 2001;101:185-92.
and sex hormones: implications for 26. Brydon L, Edwards S, Jia H,
coronary heart disease. Mohamed-Ali V, Zachary I, Martin JF,
Psychopharmacology 2003;165:111-7. et al. Psychological stress activates
16. Steptoe A, Owen N, Kunz-Ebrecht SR, interleukin-1 gene expression in
Brydon L. Loneliness and human mononuclear cells. Brain
neuroendocrine, cardiovascular, and Behav Immun 2005;19:540-6.
infl ammatory stress responses in 27. Dugue B, Leppanen E, Grasbeck R.
middleaged men and women. Preanalytical factors (Biological
Psychoneuroendocrinology Variation) and the measurement of
2004;29:593-611. serum soluble intercellular adhesion
17. Wallen NH, Heldf C, Rehnqvistf N, molecule-1 in humans: influence of the
Hjemdahl P. Effects of mental and time of day, food intake, and physical
physical stress on platelet function in and psychological stress. Clin Chem
patients with stable angina pectoris 1999;45:1543-7.
and healthy controls. Eur Heart J 28. Owen N, Poulton T, Hay FC,
1997;18:807-15. Mohamed-Ali V, Steptoe A.
18. Mills PJ, Dimsdale JE. The effects of Socioeconomic status, C-reactive
acute psychological stress on cellular protein, immune factors, and responses
adhesion molecules. J Psychosom Res to acute mental stress. Brain Behav
1996;41:49-53. Immun 2003;17:286-95.
19. Redwine L, Snow S, Mills P, Irwin M. 29. Owen N, Steptoe A. Natural killer cell
Acute psychological stress: effects on and proinflammatory cytokine
chemotaxis and cellular adhesion responses to mental stress:
molecule expression. Psychosom Med associations with heart rate and heart
2003;65:598-603. rate variability. Biol Psychol
20. Farag NH, Nelesen RA, Dimsdale JE, 2003;63:101-15.
Loredo JS, Mills PJ. The effects of 30. Owen N, Poulton T, Hay FC,
acute psychological stress on Mohamed-Ali V, Steptoe A.

58
Socioeconomic status, C-reactive 41. Appels A, Kop W, Br F, de Swart H,
protein, immune factors, and response Mendes de Leon C. Vital exhaustion,
to acute mental stress. Brain Behav extent of atherosclerosis, and the
Immun 2003; 17:286-95. clinical course after successful
31. Benschop RJ, Rodriguez-Feuerhahn percutaneous transluminal coronary
M, Schedlowski M. Catecholamine angioplasty. Eur Heart J
induced leukocytosis: early 1995;16:1880-5.
observations, current research, and 42. Appels A, Mulder P. Excess fatigue as
future directions. Brain Behav Immun a precursor of myocardial infarction.
1996;10:77-91. Eur Heart J 1988;9:758-64.
32. White PD. The relationship between 43. Frasure-Smith N, Lesperance F, Talajic
infection and fatigue. J Psychosom M. Depression following myocardial
Res 1997;43:345-50. infarction: impact on 6-month
33. van Snick J. Interleukin-6: an survival. JAMA 1993;270: 1819-25.
overview. Annu Rev Immunol 1990;8: 44. Carney R, Rich M, Freedland K, Saini
253-78. J, te Velde A, Simeone C, et al. Major
34. Dantzer R, Bluthke RM, Kent S, depressive disorder predicts cardiac
Goodall G. Behavioral effects of events in patients with coronary heart
cytokines: an insight into mechanisms disease. Psychosom Med 1988;50:627-
of sickness behavior. Methods 33.
Neurosci 1993;17:130-44. 45. Mendes de Leon CF, Kop WJ, de
35. Appels AD, Bar FW, Bar J, Swart HB, Br FW, Appels A.
Bruggeman C, De Baets M. Psychosocial characteristics and
Inflammation, depressive recurrent events after percutaneous
symptomatology, and coronary artery transluminal coronary angioplasty. Am
disease. Psychosom Med 2000;62:601- J Cardiol 1996;77:252-5.
5. 46. Kop WJ, Appels A, Mendes de Leon
36. Mann DL. Stress-activated cytokines CF, Br FW. The relationship between
and the heart: from adaptation to severity of coronary artery disease and
maladaptation. Annu Rev Physiol vital exhaustion. J Psychosom Res
2003;65:81-101. 1996;40:397-405.
37. von Kanel R, Mills PJ, Fainman C, 47. Frasure-Smith N, Lesperance F, Talajic
Dimsdale JE. Effects of psychological M. Depression and 18-month
stress and psychiatric disorders on prognosis after myocardial infarction.
blood coagulation and fibrinolysis: a Circulation 1995;91:999-1005.
behavioural pathway to coronary 48. Saikku P, Keinonen M, Tenkanen L,
artery disease? Psychosom Med Kinnanmaki E, Ekman M, Manninen
2001;63:531-44. V, et al. Chronic Chlamydia
38. Brunner E, Davey Smith G, Marmot pneumoniae infection as a risk factor
M, Canner R, Beksinska M, OBrien J. for coronary heart disease in the
Childhood social circumstances and Helsinki Heart Study. Ann Intern Med
psychosocial and behavioural factors 1992;116:273-8.
as determinants of plasma fibrinogen. 49. Hendrix MGR, Salimans MM, van
Lancet 1996;347 :1008-13. Boven CPA, Bruggeman CA. High
39. Steptoe A, Magid K, Edwards S, prevalence of latently present
Brydon L, Hong Y, Erusalimsky J. The cytomegalovirus in arterial walls of
influence of psychological stress and patients from grade III atherosclerosis.
socioeconomic status on platelet Am J Pathol 1990;136:23-8.
activation in men. Atherosclerosis 50. Epstein SE, Speir E, Zhou YF, Guetta
2003;168:57-63. E, Leon M, Finkel T. The role of
40. Barefoot JC, Schroll M. Symptoms of infection in restenosis and
depression, acute myocardial atherosclerosis: focus on
infarction, and total mortality in a cytomegalovirus. Lancet
community sample. Circulation 1997;348Suppl1:s13-7.
1996;93:1976-80.

59
51. Zhou YF, Leon MB, Waclawiw MA,
Popma JJ, Yu ZK, Finkel T, et al.
Association between prior
cytomegalovirus infection and the risk
of restenosis after coronary
atherectomy. N Engl J Med
1996;33:624-30.
52. Speir E, Huang E, Modali R, Leon
MB, Shawl F, Finkel T, Epstein S.
Interaction of human cytomegalovirus
with p53: possible role in coronary
restenosis. Scand J Infect Dis Suppl
1995;99:78-81.
53. Blum A, Giladi M, Weinberg M,
Kaplan G, Pasternack H, Laniado S, et
al. High anti-cytomegalovirus (CMV)
IgG antibody titer is associated with
coronary artery disease and may
predict post coronary balloon
angioplasty restenosis. Am J Cardiol
1998;81:866-8.
54. Antoni MH. Stress management
effects on psychological,
endocrinological, and immune
functioning in men with HIV
infection: empirical support for a
psychoneuroimmunological model.
Stress 2003;6:173-88.
55. Folkman S. Positive psychological
states and coping with severe stress.
Soc Sc Med 1997;45:1207-21.
56. Ridker PM, Rifai N, Pfeffer M, Sacks
F, Lepage S, Braunwald E. Elevation
of tumor necrosis factor-a and
increased risk of recurrent coronary
events after myocardial infarction.
Circulation 2000; 101:2149-53.
57. OBrien SM, Scott LV, Dinan TG.
Antidepressant therapy and C-reactive
protein levels. Br J Psychiatry 2006;
88:449-52.
58. Lindmark E, Diderholm E, Wallentin
L, Siegbahn A. Relationship between
interleukin 6 and mortality in patients
with unstable coronary artery disease:
effects of an early invasive or
noninvasive strategy. JAMA
2001;286:2107-13

60
PENGARUH PEMBERIAN ROYAL JELLY PERORAL TERHADAP PROPORSI
KENAIKKAN BERAT BADAN TERHADAP BERAT BADAN TIKUS
PUTIH(Rattus norvegicus strain Wistar) JANTAN
Ayly Soekanto
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRAK
Royal jelly dapat meningkatkan berat tubuh manusia. Penelitian terhadap hewan telah membuktikan
bahwa royal jelly makan untuk tikus, ayam, sapi dan kucing dapat meningkatkan berat badan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh royal jelly makan dengan proporsi kenaikan berat
badan ke berat badan tikus pada tikus putih jantan.

Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium penelitian menggunakan Pretest-posttest dengan Kontrol
Design Group Perbandingan. Sampel penelitian ini adalah tikus putih jantan 32 yang dibagi menjadi 4
kelompok secara acak, dan masing-masing kelompok dirawat selama 2 bulan. K1: kelompok kontrol
mendapatkan aquadest 3 ml / hari makan lisan, P1: kelompok perlakuan dengan makan jelly kerajaan
lisan 15 mg / kgBB / hari, P2: kelompok perlakuan dengan makan jelly kerajaan lisan 30 mg / kgBB / hari
dan P3: kelompok perlakuan dengan makan royal jelly 45 mg lisan / kgBB / hari.

Sebagai kesimpulan, royal jelly oral dapat makan meningkatkan berat badan tikus dan proporsi kenaikan
berat badan ke berat badan tikus pada tikus putih jantan.

Kata Kunci: royal jelly, berat badan.

GIVING EFFECT TO THE PROPORTION OF ROYAL JELLY peroral increase


WEIGHT WEIGHT OF WHITE RATS (Rattus norvegicus strain Wistar) MALE
Ayly Soekanto
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRACT

Royal jelly can increase human body weight. Animal studies have proved that royal jelly feeding to mice,
chickens, cows and cats can improve the body weight. The purpose of this study is to prove the influence
of royal jelly feeding to the proportion of body weight increase to the rats body weight in the male white
rats.

This research was a laboratory experimental study using the the Pretest-Posttest Control Group
Comparison Design. The samples of this research were 32 male white rats that were divided into 4
groups in random, and each group was treated for 2 months. K1 : control group getting Aquadest 3 ml/day
oral feeding, P1 : treatment group with royal jelly oral feeding 15 mg/kgBW/day, P2 : treatment group
with royal jelly oral feeding 30 mg/kgBW/day and P3 : treatment group with royal jelly oral feeding 45
mg/kgBW/day.

In conclusion, royal jelly oral feeding can improve the rats body weight and the proportion of body
weight increase to the rats body weight in the male white rats.

Keywords : royal jelly, body weight.

PENDAHULUAN manusia. Salah satu efek yang


dipromosikan adalah dapat meningkatkan
Royal jelly adalah salah satu produk berat badan pada anak-anak yang berat
suplemen yang saat ini sangat banyak badannya kurang.
dipromosikan untuk menunjang kesehatan
Royal jelly adalah cairan putih seperti susu yang lebih besar (Chauvin, 1968). Bonomi
yang dihasilkan kelenjar hypopharyngeal (1983) juga melaporkan ada peningkatan
lebah madu pekerja untuk makanan larva berat badan ayam yang mendapatkan
lebah sampai berumur tiga hari dan tambahan royal jelly pada pakannya.
kemudian secara bertahap diganti dengan Salama et. al (1977) melaporkan ada
Bee Pollen yang dicampur madu. Ratu peningkatan berat badan tikus yang
lebah sejak masa larva sampai menjadi mendapatkan royal jelly 10, 20 dan 40 mg
lebah dewasa mendapatkan royal jelly secara injeksi langsung ke lambung tikus
untuk makanannya sepanjang hidupnya (Krell,1996).

Tahun 1952 royal jelly telah digunakan Radu-Todurache pada tahun 1978
dalam praktek para dokter di banyak negara melakukan penelitian dengan memberikan
di dunia. Dalam masyarakat tradisional 20 mg royal jelly pada sapi dan
Cina, royal jelly telah lebih lama lagi mendapatkan kenaikan berat badan antara
digunakan untuk terapi para lanjut usia 1113 % setelah diobservasi selama enam
karena penyakit degeneratif (Krell,1996). bulan dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak mendapat royal jelly
Pertama kalinya royal jelly dipublikasikan (Krell, 1996)..
untuk resep awet muda di Eropa pada tahun
1958. Sejak itu penggunaannya di Eropa Pemberian injeksi royal jelly dosis rendah
meluas. Masyarakat yang mengkonsumsi pada kucing dapat meningkatkan
royal jelly mengatakan bahwa setelah haemoglobin dan jumlah erytrocyt dan
mereka mengkonsumsi royal jelly, mereka pemberian dosis ulangan sampai 10 mg/kg
merasakan kondisi fisik yang sehat, BB menstimulasi aktivitas motorik dan
performa intelektual (kemampuan belajar peningkatan berat badan pada mencit.
dan ingatan) dan kondisi mental menjadi Tetapi pada pemberian dosis yang lebih
meningkat, rasa percaya diri menjadi lebih tinggi dari 100 mg/kg BB justru
besar, merasa selalu dalam kondisi prima. menyebabkan pengurangan berat badan
Dengan kata lain royal jelly tampaknya (Lupachev, 1963 cit Krell,1996).
berfungsi sebagai stimulant umum,
meningkatkan respon immun dan fungsi Untuk membuktikan adanya peningkatan
sistem tubuh dengan lebih baik (Krell, berat badan setelah pemberian royal jelly
1996). peroral, maka dilakukan penelitian terhadap
proporsi kenaikkan berat badan terhadap
Royal jelly yang dikonsumsi ratu lebah berat badan tikus putih (Rattus norvegicus
sepanjang hidupnya terbukti mampu strain Wistar) jantan.
menyebabkan ratu lebah mencapai
kedewasaan seksual lebih cepat dan
kemampuan reproduksi yang luar biasa.
Selain itu ratu lebah juga mempunyai BAHAN DAN METODE PENELITIAN
usia yang jauh Banyaknya sampel penelitian adalah 32
lebih lama dan ukuran tubuh mencapai dua ekor tikus putih jantan yang berumur 7 8
kali lebih besar daripada lebah lainnya. minggu dan mempunyai berat badan rata-
Kenyataan ini juga sesuai dengan penelitian rata 150 - 200 gram yang diperoleh dari
pada lalat buah dan ayam yang secara Laboratorium Kandang Bagian Biokimia
eksperimental diberikan royal jelly, ternyata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
juga menjadi lebih besar, hidup lebih lama Surabaya.
dan lebih produktif (Sihombing, 1997). Teknik pengambilan sampel dilakukan
Pertumbuhan mencit meningkat sedikit dengan cara random. Karena populasi pada
pada pemberian royal jelly 1 gram penelitian ini dianggap homogen maka cara
perkilogram pakannya, tetapi justru random yang digunakan adalah Simple
menurun pada pemberian dengan dosis
Random Sampling yang dilakukan dengan sebelum dan sesudah perlakuan kemudian
random numbers (Zainuddin, 2000). menghitung kenaikan berat badannya
dibandingkan dengan berat badan tikus
Jenis penelitian yang dilakukan adalah sebelum pemberian royal jelly peroral
penelitian eksperimental laboratoris dengan dengan dosis yang bervariasi pada
menggunakan rancangan penelitian kelompok perlakuan dan dibandingkan
Pretest-Posttest Control Group Comparison dengan kelompok kontrol setelah
Design (Zainuddin, 2000). mendapatkan perlakuan selama 2 bulan.
Rancangan penelitian ini disusun sebagai Secara sistematis, rancangan penelitian
langkah untuk mengukur berat badan tikus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

K1 O1a O1b

Populasi Randomisasi P1 O2a O2b

P2 O3a O3b

P3 O4a O4b

K1 : Kelompok kontrol dengan pemberian aquadest 3 ml / hr peroral

P1 : Kelompok perlakuan dengan pemberian Royal Jelly 15 mg/kgBB/hr peroral

P2 : Kelompok perlakuan dengan pemberian Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral

P3 : Kelompok perlakuan dengan pemberian Royal Jelly 45 mg/kgBB/hr peroral

O1a & O1b : Data kelompok kontrol sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.

O2a & O2b : Data kelompok P1 sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.

O3a & O3b : Data kelompok P2 sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.

O4a & O4b : Data kelompok P3 sebelum dan sesudah 2 bulan perlakuan.

Royal jelly diberikan peroral dengan dosis gastris sonde no. 6 . Perlakuan ini
pemberian masing-masing 15 mg/kg dilakukan selama 2 bulan.
BB/hari, 30 mg/kg BB/hari dan 45 mg/kg
BB/hari yang diberikan sekali sehari pada DATA DAN ANALISIS DATA
waktu yang sama. Volume pemberian yang PENELITIAN
digunakan adalah < 5 ml, karena menurut
Ritchel (1978) , Donatus dan Nurlaila Berat Badan Awal Tikus
(1986) volume maximum larutan obat yang Berat badan awal tikus adalah berat badan
diberikan peroral pada tikus ( 150 - 200 tikus putih jantan sebelum perlakuan
gram ) adalah 5,0 ml (Kusumawati, 2003). selama 2 bulan. Tikus ditimbang dengan
Cara pemberian peroral ini dilakukan timbangan dalam satuan gram.
dengan sonde menggunakan spuit 3 ml dan
Data lengkap hasil penimbangan berat
badan tikus putih jantan sebelum dan
sesudah perlakuan terdapat pada Tabel 1.

Kelompok Kelompok Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kontrol Royal Jelly Royal Jelly Royal Jelly

Sampel 15 mg/kgBB/hr 30 mg/kgBB/hr 45 mg/kgBB/hr

Aquadest peroral peroral peroral

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

A 177 189 185 205 183 230 163 202

B 180 199 168 200 162 228 170 205

C 187 197 160 187 182 234 168 180

D 170 187 167 196 162 183 173 193

E 167 187 184 208 171 191 180 210

F 170 188 162 186 179 205 165 185

G 157 177 187 214 178 197 162 178

H 153 172 162 170 157 188 183 230

Rata-rata 170,125 180,000 171,875 195,750 171,750 207,000 170,500 197,875

Tabel 1. Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan
sebelum dan sesudah perlakuan (gram)

Kenaikan Berat Badan Tikus perlakuan dikurangi berat badan tikus putih
sebelum perlakuan. Data lengkap kenaikan
Kenaikan berat badan tikus adalah berat berat badan tikus terdapat pada tabel 2.
badan tikus putih jantan setelah 2 bulan

Kelompok Kelompok I Kelompok II Kelompok III

Kelompok Kontrol Royal Jelly Royal Jelly Royal Jelly

Sampel 15 mg/kgBB/hr 30 mg/kgBB/hr 45 mg/kgBB/hr

Aquadest peroral peroral peroral

A 12 20 47 39

B 19 32 66 35

C 10 27 52 12
D 17 29 21 20

E 20 24 20 30

F 18 24 26 20

G 20 27 19 16

H 19 8 31 47

Rata-rata 16,875 23,875 35,250 27,375

Tabel 2. Kenaikan Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan
setelah perlakuan (gram)

Proporsi Kenaikan Berat Badan berat badan terhadap berat badan tikus tikus
terhadap Berat Badan Tikus putih jantan sebelum perlakuan
diperlihatkan pada tabel 4 dan gambar 1.
Proporsi kenaikan berat badan
terhadap berat badan tikus adalah hasil Dari hasil perhitungan proporsi kenaikan
perhitungan dari kenaikan berat badan berat badan terhadap berat badan tikus
tikus putih jantan dibagi dengan berat putih sebelum perlakuan didapatkan
badan tikus sebelum perlakuan. peningkatan proporsi kenaikan berat badan
terhadap berat badan tikus putih kelompok
Data lengkap hasil perhitungan 15 mg/kgBB/hr peroral dibandingkan
proporsi kenaikan berat badan terhadap kelompok kontrol. Demikian juga pada
berat badan tikus dapat dilihat pada tabel 3. kelompok 30 mg/kgBB/hr peroral dan
Adapun rata-rata (mean) dan simpangan kelompok 45 mg/kgBB/hr peroral
baku (standar deviasi) proporsi kenaikan

Kelompok Kelompok II Kelompok III Kelompok I

Kelompok Kontrol Royal Jelly Royal Jelly Royal Jelly

15 mg/kgBB/hr 30 mg/kgBB/hr 45 mg/kgBB/hr

Sampel Aquadest peroral peroral peroral

A 0.06779661 0.108108108 0.256830601 0.239263804

B 0.105555556 0.19047619 0.407407407 0.205882353

C 0.053475936 0.16875 0.285714286 0.071428571

D 0.1 0.173652695 0.12962963 0.115606936

E 0.119760479 0.130434783 0.116959064 0.166666667

F 0.105882353 0.148148148 0.145251397 0.121212121

G 0.127388535 0.144385027 0.106741573 0.098765432

H 0.124183007 0.049382716 0.197452229 0.256830601

Tabel 3. Proporsi Kenaikan Berat Badan terhadap Berat Badan Tikus Putih
(Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan sebelum perlakuan

Kelompok Jumlah Rata-rata (mean) dan Simpangan


Pengamatan Baku (SD)

Kelompok I 8 0.100505309 + 0,0267004

Kontrol

Kelompok II 8 0.139167208 + 0,0445727

Royal Jelly 15 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok III 8 0.205748273 + 0,1047984

Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok IV 8 0.159457061 + 0,0685315

Royal Jelly 45 mg/kgBB/hr peroral

Tabel 4. Rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Proporsi Kenaikan Berat
Badan terhadap Berat Badan Tikus Putih(Rattus norvegicus strain Wistar)

Jantan sebelum perlakuan

Gambar 1. Histogram rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi)


Proporsi Kenaikan Berat Badan terhadap Berat Badan Tikus Putih
(Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan sebelum perlakuan

KESIMPULAN DAN SARAN Untuk memberikan informasi yang lebih


akurat, penelitian ini perlu dilanjutkan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang dengan penelitian lebih lanjut untuk
telah dilakukan , dapat ditarik kesimpulan mengetahui faktor-faktor apa saja yang
bahwa pemberian royal jelly peroral dapat menyebabkan kenaikan berat badan setelah
meningkatkan proporsi kenaikan berat pemberian royal jelly peroral.
badan terhadap berat badan tikus putih
(Rattus norvegicus strain Wistar) jantan. DAFTAR PUSTAKA
Bulletin No. 124, Food And Agriculture
Organization of the United Nations Rome.
Applegate EJ, 1995. The Anatomy and
Physiology Learning System : Textbook 1st
Ed. Philadelphia : WB Saunders Company,
pp 392-396. Mardihusodo, SJ, 2003. Produk-produk
Lebah Madu : Khasiat dan Manfaatnya
Untuk Kesehatan. Seminar Terapi Lebah
Balch, JF, 1990. Prescription for Nutritional Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Healing. Garden City Park, New York, Surabaya.
Avery Publishing Group Inc, pp 4-10, 37-
45.
Santoso, MH, 2003. Persepsi Kefarmasian
Pada Api Therapy. Seminar Terapi Lebah
Brown, R , 1993. Bee Hive Product Bible.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Garden City Park, New York, Avery
Surabaya.
Publishing Group Inc, pp 103-122.

Frandson RD, 1992. Anatomi dan Fisiologi Sarwono, B, 2001. Kiat Mengatasi
Ternak, Yogjakarta : Gajah Mada Permasalahan Praktis Lebah Madu.
University Press, hlm 752-791. Penerbit Agro Media Pustaka. Tangerang.

Ganong, WF, 2003. Review of Medical


Physiology. 21 th Ed , United States of Sihombing, DTH, 1997. Ilmu Ternak Lebah
America, McGraw-Hill Companies, Inc, pp Madu, Yogjakarta. Gajah Mada University
364-371, 425-431. Press.

Halim, AN, dan Sukarno, 2001. Teknik Smith JB dan Mangkoewidjojo, 1988.
Mencangkok Royal Jelly, Penerbit Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Kanisius, Yogjakarta. Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta
: UI Press, hal 37 57.

Junqueira, LC, Carneiro J dan Kelley RO,


1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Alih Walji, H, 2001, Terapi Lebah, Jakarta,
Bahasa : Jan Tambayong. Jakarta, Penerbit Prestasi Pustaka, hlm 55-61.
Buku Kedokteran EGC, hlm 418-433.

Wonodirekso S, 2003. Penuntun Praktikum


Kusumawati, D, 2003. Bahan Ajar Tentang Histologi. Bagian Histologi Fakultas
Hewan Coba, Universitas Airlangga Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :
Surabaya. Dian Rakyat.

Krell, R, 1996. Vallue-added products From Zainuddin A, 2000. Metode Penelitian.


beekeeping, FAO Agricultural Services Program Pasca Sarjana Unair, Surabaya.
PENGARUH PEMBERIAN ROYAL JELLY PERORAL TERHADAP BERAT
TESTIS DAN PROPORSI BERAT TESTIS
TERHADAP BERAT BADAN TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus strain Wistar) JANTAN
Hardiyono
Ayly Soekanto
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya; Dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRAK

Royal jelly dapat meningkatkan vitalitas dianggap manusia dan kesuburan. Penelitian terhadap
hewan telah membuktikan bahwa royal jelly makan untuk ayam, burung puyuh dan kelinci dapat
meningkatkan kesuburan. Nurmiati studi (2002) juga membuktikan bahwa royal jelly dapat meningkatkan
kesuburan tikus betina. Penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh royal jelly untuk
spermatogenesis dengan mengukur berat testis dan proporsi berat testis terhadap berat badan tikus pada
tikus putih jantan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan Test
Posting Hanya Kontrol Grup Desain murah maka data dianalisis statistik menggunakan Anova dengan
tingkat signifikansi kurang dari 0,05. Penelitian sampel 32 orang dewasa tikus putih jantan yang dibagi
menjadi 4 kelompok secara acak, dan masing-masing kelompok dirawat selama 52 hari. K1: kelompok
kontrol mendapatkan aquadest 3 ml / hari makan lisan, P1: kelompok perlakuan dengan makan jelly
kerajaan lisan 15 mg / kgBB / hari, P2: kelompok perlakuan dengan makan jelly kerajaan lisan 30 mg /
kgBB / hari dan P3: kelompok perlakuan dengan makan royal jelly 45 mg lisan / kgBB / hari. Semua
data-data dianalisis menggunakan Anova menunjukkan perbedaan yang signifikan antara semua
perlakuan dan kelompok kontrol. Untuk mengidentifikasi kelompok mana yang memiliki perbedaan yang
signifikan dalam setiap variabel, analisis dilanjutkan dengan uji LSD.
Kesimpulannya, makan royal jelly oral tidak berubah berat testis dan proporsi berat testis
terhadap berat badan tikus pada tikus putih jantan.
Kata Kunci : royal jelly, berat testis, spermatogenesis.

GIVING EFFECT TO THE ROYAL JELLY peroral HEAVY WEIGHT


PROPORTIONS testis and testicular
WEIGHT OF WHITE RATS
(Rattus norvegicus strain Wistar) MALE
Hardiyono
Ayly Soekanto
Lecturer Faculty of Medicine, University of Hang Tuah Surabaya; Lecturer
Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRACT

Royal jelly is considered can improve man vitality and fertility. Animal studies have proved that
royal jelly feeding to chickens, quails and rabbits can improve the fertility. Nurmiati study (2002) also
proved that royal jelly can improve the fertility of female rats. This study is to prove the influence of
royal jelly to spermatogenesis with measuring testicular weight and the proportion of the testicular weight
to the rats body weight in the male white rats

This research was a laboratory experimental study using the Post Test Only Control Groups
Design dan the datas were analyzed statistically using Anova with significance level of less than 0,05.
The samples research were 32 adult male white rats that were divided into 4 groups in random, and each
group was treated for 52 days. K1 : control group getting Aquadest 3 ml/day oral feeding, P1 : treatment
group with royal jelly oral feeding 15 mg/kgBW/day, P2 : treatment group with royal jelly oral feeding
30 mg/kgBW/day and P3 : treatment group with royal jelly oral feeding 45 mg/kgBW/day. All datas were
analyzed using Anova to indicate significant difference between all treatment and control groups. To
identify which group had significant difference in each variable, the analysis was continued with LSD
test.

In conclusion, royal jelly oral feeding was not changed the testicular weight and the proportion
of the testicular weight to the rats body weight in the male white rats.

Keywords : royal jelly, testicular weight, spermatogenesis.

PENDAHULUAN daripada lebah betina lainnya. Kenyataan


ini juga ditunjang dengan kenyataan bahwa
Royal jelly adalah salah satu produk lalat buah dan ayam yang secara
suplemen yang saat ini sangat banyak eksperimental diberikan royal jelly, ternyata
dipakai untuk minuman suplemen energi, juga menjadi lebih besar, hidup lebih lama
produk-produk kecantikan maupun dan lebih produktif. Dari percobaan
produk-produk penunjang vitalitas pria. tersebut, didapatkan bahwa pemberian
royal jelly pada ayam yang telah tua dan
Royal jelly adalah cairan putih seperti telah menurun produksi telurnya, dapat
susu yang dihasilkan kelenjar mendorong meningkatnya kembali
hypopharyngeal lebah madu pekerja untuk produksi telurnya (Sihombing, 1997).
makanan larva lebah sampai berumur tiga Demikian juga pemberian royal jelly pada
hari dan kemudian secara bertahap diganti ayam dapat menghasilkan telur dua kali
dengan Bee Pollen yang dicampur madu. lipat lebih banyak dibandingkan kelompok
Ratu lebah sejak masa larva sampai ayam yang tidak diberi royal jelly
menjadi lebah dewasa mendapatkan royal (Walji,2001).
jelly untuk makanannya sepanjang
hidupnya Studi penelitian yang dilakukan oleh
Nurmiati (2002) membuktikan bahwa
Fungsi reproduksi merupakan salah pemberian royal jelly dapat meningkatkan
satu fungsi yang paling sering fertilitas mencit betina yang ditandai
menimbulkan problem dalam kehidupan dengan meningkatnya jumlah folikel
rumah tangga. Infertilitas sebagai penyebab sekunder, folikel tersier, folikel de Graaf
terjadinya ketidakmampuan untuk serta peningkatan jumlah fetus.
mempunyai keturunan merupakan salah
satu penyebab terjadinya keretakan dalam Menurut Weitgosser (2001), royal
rumah tangga. Stres, gizi tidak seimbang, jelly telah digunakan untuk pengobatan
polusi dan radiasi sebagai dampak impotensi dan dapat meningkatkan
kehidupan modern dapat menyebabkan kemampuan libido (Nurmiati,2002).
terjadinya infertilitas. Karena itu perlu Pemberian royal jelly 20 mg/kgBB/hr dapat
diteliti faktor-faktor yang dapat mencegah meningkatkan dan menormalkan aktifitas
terjadinya infertilitas tersebut. Salah seksual terhadap pria dan wanita. Royal
satunya adalah dengan pemberian suplemen jelly dapat meningkatkan hormon androgen
vitamin untuk meningkatkan fungsi organ- pada pria dan estrogen pada wanita melalui
organ reproduksi tersebut. aktifitas gonadotropin maupun panthotenic
acid yang berperan dalam produksi dan
Royal jelly yang dikonsumsi ratu pelepasan hormon-hormon adrenal.
lebah sepanjang hidupnya terbukti mampu
menyebabkan ratu lebah mencapai Penulis meneliti proses
kedewasaan seksual lebih cepat dan spermatogenesis sebagai salah satu faktor
kemampuan reproduksi yang luar biasa, yang mempengaruhi fungsi reproduksi pada
yaitu kemampuan bertelur sepanjang pria. Untuk membuktikan adanya
hidupnya dengan jumlah telur mencapai peningkatan
2000 butir perharinya. Selain itu ratu lebah
juga mempunyai usia yang jauh lebih lama
proses spermatogenesis setelah pemberian Teknik pengambilan sampel dilakukan
royal jelly dalam dosis yang berbeda, maka dengan cara random. Karena populasi pada
dilakukan penelitian terhadap berat testis penelitian ini dianggap homogen maka cara
dan proporsi berat testis terhadap berat random yang digunakan adalah Simple
badan tikus putih (Rattus norvegicus strain Random Sampling yang dilakukan dengan
Wistar) jantan. random numbers (Zainuddin, 2000).

Jenis penelitian yang dilakukan adalah


penelitian eksperimental laboratorik dengan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN menggunakan rancangan penelitian
Posttest Only Control Group Design
Banyaknya sampel penelitian adalah (Zainuddin, 2000).
32 ekor tikus putih jantan yang berumur 7
8 minggu (sexually mature) dan Rancangan Penelitian ini disusun
mempunyai berat badan rata-rata 150 - 200 sebagai langkah untuk mengukur berat
gram yang diperoleh dari Laboratorium testis dibandingkan dengan berat badan
Kandang Bagian Biokimia Fakultas tikus setelah pemberian royal jelly peroral
Kedokteran Universitas Airlangga dengan dosis yang bervariasi pada
Surabaya. kelompok perlakuan dan dibandingkan
dengan kelompok kontrol setelah
mendapatkan perlakuan selama 52 hari.

Secara sistematis, rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

K1 O1

Populasi Randomisasi P1 O2

P2 O3

P3 O4

K1 : Kelompok kontrol dengan pemberian aquadest 3 ml / hr peroral

P1 : Kelompok perlakuan dengan pemberian Royal Jelly 15 mg/kgBB/hr peroral

P2 : Kelompok perlakuan dengan pemberian Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral

P3 : Kelompok perlakuan dengan pemberian Royal Jelly 45 mg/kgBB/hr peroral

O1 : Data kelompok kontrol setelah 52 hari perlakuan

O2 : Data kelompok P1 setelah 52 hari perlakuan

O3 : Data kelompok P2 setelah 52 hari perlakuan

O4 : Data kelompok P3 setelah 52 hari perlakuan

Royal jelly diberikan peroral dengan waktu yang sama. Volume pemberian yang
dosis pemberian masing-masing 15 mg/kg digunakan adalah < 5 ml, karena menurut
BB/hari, 30 mg/kg BB/hari dan 45 mg/kg Ritchel (1978) , Donatus dan Nurlaila
BB/hari yang diberikan sekali sehari pada (1986) volume maximum larutan obat yang
diberikan peroral pada tikus ( 150 - 200 Berat badan tikus adalah berat badan
gram ) adalah 5,0 ml. tikus putih jantan setelah perlakuan selama
52 hari sebelum dikorbankan. Tikus
Cara pemberian peroral ini dilakukan ditimbang dengan timbangan dalam satuan
dengan sonde menggunakan spuit 3 ml dan gram.
gastris sonde no. 6 . Perlakuan ini
dilakukan selama 52 hari. Data lengkap hasil penimbangan
berat badan tikus putih jantan terdapat pada
Tabel 1. Adapun rata-rata (mean) dan
simpangan baku (standar deviasi) data hasil
DATA DAN ANALISIS DATA penimbangan berat badan tikus
PENELITIAN diperlihatkan pada tabel 2 dan gambar 1
Berat Badan Tikus

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok

Royal Jelly Royal Jelly Royal Jelly Kontrol


Kelompok
15 mg/kgBB/hr 30 mg/kgBB/hr 45 mg/kgBB/hr

peroral peroral peroral Aquadest


Sampel

A 185 230 202 234

B 200 228 205 195

C 187 198 180 185

D 196 183 193 182

E 176 191 210 201

F 208 180 230 170

G 214 187 155 220

H 170 188 178 210

Tabel 1. Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan

setelah 52 hari perlakuan (gram)

Kelompok Jumlah Rata-rata (mean)


Pengamatan
(gram)

Kelompok I 8 192,000

Royal Jelly 15 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok II 8 198,125
Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok III 8 194,125

Royal Jelly 45 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok IV 8 199,625

Kontrol

Tabel 2. Rata-rata (mean) Berat Badan tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar)

jantan setelah 52 hari perlakuan (gram)

Ga
mbar 1. Histogram Rata-rata (mean) Berat Badan tikus putih

(Rattus norvegicus strain Wistar) jantan setelah 52 hari perlakuan (gram)

Berat Testis Data lengkap hasil penimbangan


berat testis terdapat pada tabel 3. Adapun
Berat testis adalah berat testis kiri rata-rata (mean) dan simpangan baku
yang diambil dari tikus putih jantan setelah (standar deviasi) data hasil penimbangan
52 hari perlakuan telah dibersihkan dari berat testis diperlihatkan pada tabel 4 dan
pembungkusnya. Testis ditimbang dengan gambar 2.
timbangan analitik Librar Schimadzu dalam
satuan gram dengan ketelitian 3 angka di
belakang koma.

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok

Royal Jelly Royal Jelly Royal Jelly Kontrol


Kelompok
15 mg/kgBB/hr 30 mg/kgBB/hr 45 mg/kgBB/hr
Sampel
peroral peroral peroral Aquadest

A 1,188 1,345 1,275 1,255

B 1,395 1,234 1,199 1,213


C 1,274 1,322 0,971 1,192

D 1,206 1,334 1,170 1,044

E 1,087 1,142 1,242 1,261

F 1,261 1,185 1,458 1,129

G 1,21, 1,375 0,963 1,171

H 1,113 1,141 1,285 1,189

Tabel 3. Berat Testis Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan

setelah 52 hari perlakuan (gram)

Kelompok Jumlah Rata-rata (mean) dan


Pengamatan Simpangan Baku (SD)

Kelompok I 8 1,21700 + 0,096785

Royal Jelly 15 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok II 8 1,25975 + 0,095734

Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok III 8 1,19538 + 0,164975

Royal Jelly 45 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok IV 8 1,18175 + 0,070360

Kontrol

Tabel 4. Rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Berat Testis tikus putih
(Rattus norvegicus strain Wistar) jantan setelah 52 hari perlakuan (gram)

Gambar 2. Histogram Rata-rata Berat Testis tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar)
jantan setelah 52 hari perlakuan (gram)

Dari hasil penimbangan berat testis Proporsi berat testis terhadap berat
tikus putih didapatkan rata-rata berat testis badan tikus adalah hasil perhitungan dari
kelompok perlakuan royal jelly 15 berat testis tikus putih jantan dibagi dengan
mg/kgBB/hr peroral lebih tinggi daripada berat badan tikus setelah 52 hari perlakuan.
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
royal jelly. Demikian juga pada kelompok Data lengkap hasil perhitungan
perlakuan 30 mg/kgBB/hr peroral dan 45 proporsi berat testis terhadap berat badan
mg/kgBB/hr peroral. tikus putih jantan dapat dilihat pada tabel 5.
Adapun rata-rata (mean) dan simpangan
Proporsi Berat Testis terhadap Berat baku (standar deviasi) proporsi berat testis
Badan Tikus terhadap berat badan tikus putih jantan
diperlihatkan pada tabel 6 dan gambar 3.

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok

Royal Jelly Royal Jelly Royal Jelly Kontrol


Kelompok
15 mg/kgBB/hr 30 mg/kgBB/hr 45 mg/kgBB/hr

peroral peroral peroral Aquadest


Sampel

A 0,0064216 0,0058478 0,0063119 0,0053632

B 0,0069750 0,0054123 0,0058488 0,0062205

C 0,0068128 0,0066768 0,0053944 0,0064432

D 0,0061531 0,0072896 0,0060622 0,0057363

E 0,0061761 0,0059791 0,0059143 0,0062736

F 0,0060625 0,0065833 0,0063391 0,0066412

G 0,0056636 0,0073529 0,0062129 0,0053227

H 0,0065471 0,0060691 0,0072191 0,0056619

Tabel 5. Proporsi Berat Testis terhadap Berat Badan Tikus Putih

(Rattus norvegicus strain Wistar) Jantan setelah 52 hari perlakuan

Kelompok Jumlah Rata-rata (mean) dan Simpangan


Pengamatan Baku (SD)

Kelompok I 8 0,006351475 + 0,0004262089

Royal Jelly 15 mg/kgBB/hr peroral


Kelompok II 8 0,006401363 + 0,000945437

Royal Jelly 30 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok III 8 0,006162838 + 0,0005254249

Royal Jelly 45 mg/kgBB/hr peroral

Kelompok IV 8 0,005957825 + 0,0005021255

Kontrol

Tabel 6. Rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Proporsi Berat Testis terhadap
Berat Badan tikus putih (Rattus norvegicus strain Wistar) setelah 52 hari perlakuan.

Gambar 3. Histogram rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi)

Proporsi Berat Testis terhadap Berat Badan tikus putih

(Rattus norvegicus strain Wistar)

Dari hasil perhitungan proporsi berat Perubahan proses spermatogenesis secara


testis terhadap berat badan tikus putih mikroskopik dapat dilihat dari ukuran dan
didapatkan peningkatan proporsi berat testis jumlah sel-sel penyusun tubulus
terhadap berat badan tikus kelompok 15 seminiferus. Perubahan ini akan
mg/kgBB/hr peroral dibandingkan mempengaruhi tebal epitel dan diameter
kelompok kontrol. Demikian juga pada tubulus seminiferus. Sedangkan secara
kelompok 30 mg/kgBB/hr peroral dan makroskopik dapat diketahui dari adanya
kelompok 45 mg/kgBB/hr peroral perubahan berat testis.

Testis merupakan organ genital yang


dapat memproduksi spermatozoa dan
PEMBAHASAN hormon seks. Di dalam testis terdapat
tubulus seminiferus, jaringan ikat dan
Pemberian obat atau zat pembuluh darah. Tubulus seminiferus
tertentu yang dapat mempengaruhi merupakan komponen penyusun testis yang
spermatogenesis akan mengakibatkan terbesar. Keadaan ini menyebabkan apabila
terjadinya perubahan pada saat pembelahan terjadi kerusakan atau atrofi sel-sel
atau perkembangan dari sel epitel germinal penyusun tubulus seminiferus akan terjadi
sampai menjadi spermatozoa (Sarno, 2000). penurunan berat testis (Hayati, 1998).
Tetapi sebaliknya apabila sel-sel penyusun Dari tabel 2, diketahui rata-rata
tubulus seminiferus berkembang dengan berat badan tikus antar kelompok perlakuan
baik, apakah terjadi peningkatan berat testis terdapat perbedaan tetapi masih dalam rata-
bila dibandingkan dengan yang normal ? rata normal berat badan tikus putih dewasa
Hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut. dan dalam penelitian ini tidak dianalisa
karena tujuan penelitian ini adalah untuk
Keseluruhan data berat badan tikus, membuktikan apakah pemberian royal jelly
data berat testis, data proporsi berat testis peroral mempengaruhi proses
terhadap berat badan tikus, data tebal epitel spermatogenesis maka berat badan tikus
tubulus seminiferus, data diameter tubulus tidak menjadi fokus penelitian ini
seminiferus dan data proporsi tebal epitel melainkan hanya untuk menghitung
terhadap diameter tubulus seminiferus proporsi berat testis terhadap berat badan
dianalisis secara statistik dengan tikus sehingga untuk data berat badan tikus
menggunakan analisis varian (Anova) satu tidak dilakukan analisa statistik lebih lanjut.
arah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pengaruh antara kelompok Dari tabel 4, diketahui rata-rata
perlakuan yang diberi royal jelly dengan berat testis kelompok perlakuan royal jelly
dosis 15 mg/kgBB/hr peroral, 30 15 mg/kgBB/hr peroral lebih tinggi
mg/kgBB/hr peroral, dan 45 mg/kgBB/hr daripada kelompok kontrol yang tidak
peroral dibandingkan dengan kelompok mendapatkan royal jelly. Demikian juga
kontrol yang tidak mendapat royal jelly pada kelompok pemberian 30 mg/kgBB/hr
(hanya mendapat aquadest saja). peroral dan 45 mg/kgBB/hr peroral.

Sebelum dilakukan analisis varian, Dari data berat testis tersebut


dilakukan uji homogenitas menggunakan dilakukan test homogeneity of variance dan
test of homogeneity of variances untuk didapatkan significant level nya > 0,05
menetukan apakah kelompok tersebut yaitu sebesar 0,210 sehingga dapat
homogen atau tidak. Jika test of homogenity dilakukan analisis varian (Anova) satu arah.
of variancesnya memiliki significance level Dari hasil analisis varian (Anova)
atau derajat kemaknaan > 0,05 (p>0,05) didapatkan significant level nya > 0,05
maka kelompok tersebut homogen sehingga yaitu sebesar 0,541 maka perbedaan yang
dapat dilanjutkan dengan analisis varian ada antar kelompok perlakuan tidak
(Anova). Dari hasil analisis varian (Anova) bermakna.
bila memiliki significance level atau
derajat kemaknaan < 0,05 (p<0,05) Rangkuman hasil test homogeneity
dianggap terdapat perbedaan yang of variance dan analisis varian (Anova)
bermakna antar kelompok maka dilanjutkan berat testis diperlihatkan pada tabel 7.
dengan uji Least Significant Difference
(LSD) atau Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Tabel 7. Rangkuman hasil test homogeneity of variance dan

analisis varian (Anova) berat testis


Descriptives

berat testis
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Royal jelly 15mg/kgBB 8 1.21700 .096785 .034219 1.13609 1.29791 1.087 1.395
Royal jelly 30mg/kgBB 8 1.25975 .095734 .033847 1.17971 1.33979 1.141 1.375
Royal jelly 45mg/kgBB 8 1.19538 .164975 .058328 1.05745 1.33330 .963 1.458
Kontrol 8 1.18175 .070360 .024876 1.12293 1.24057 1.044 1.261
Total 32 1.21347 .111124 .019644 1.17340 1.25353 .963 1.458

Test of Homogeneity of Variances

berat testis
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.607 3 28 .210

ANOVA

berat testis
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .028 3 .009 .734 .541
Within Groups .355 28 .013
Total .383 31

Dari tabel 6, diketahui rata-rata yaitu sebesar 0,346 sehingga dapat


proporsi berat testis terhadap berat badan dilakukan analisis varian (Anova) satu arah.
tikus kelompok pemberian royal jelly 15 Dari hasil analisis varian (Anova)
mg/kgBB/hr peroral lebih tinggi daripada didapatkan significant level nya > 0,05
kelompok kontrol yang tidak mendapatkan yaitu sebesar 0,368 maka perbedaan yang
royal jelly. Demikian juga pada kelompok ada antar kelompok perlakuan tidak
pemberian 30 mg/kgBB/hr peroral dan 45 bermakna.
mg/kgBB/hr peroral.
Rangkuman hasil test homogeneity
Dari data proporsi berat testis of variance dan analisis varian (Anova)
terhadap berat badan tikus tersebut proporsi berat testis terhadap berat badan
dilakukan test homogeneity of variance dan tikus diperlihatkan pada tabel 8
didapatkan significant level nya > 0,05
Descriptives

proporsi berat testis/BB


95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Royal jelly 15mg/kgBB 8 .006351475 .0004262089 .000150688 .005995155 .006707795 .0056636 .0069750
Royal jelly 30mg/kgBB 8 .006401363 .0006945437 .000245558 .005820709 .006982016 .0054123 .0073529
Royal jelly 45mg/kgBB 8 .006162838 .0005254249 .000185766 .005723571 .006602104 .0053944 .0072191
Kontrol 8 .005957825 .0005021255 .000177528 .005538038 .006377612 .0053227 .0066412
Total 32 .006218375 .0005484021 .000096945 .006020655 .006416095 .0053227 .0073529

Test of Homogeneity of Variances

proporsi berat testis/BB


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.149 3 28 .346

ANOVA

proporsi berat testis/BB


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .000 3 .000 1.093 .368
Within Groups .000 28 .000
Total .000 31

Tabel 8. Rangkuman hasil test homogeneity of variance dan

analisis varian (Anova) proporsi berat testis

terhadap berat badan tikus

Dari hasil analisis data berat testis , yaitu sebesar 0,541 maka perbedaan yang
diketahui rata-rata berat testis kelompok ada antar kelompok perlakuan tidak
pemberian royal jelly 15 mg/kgBB/hr bermakna (Tabel 7). Hal ini menunjukkan
peroral lebih tinggi daripada kelompok bahwa pemberian royal jelly peroral tidak
kontrol yang tidak mendapatkan royal jelly. berpengaruh terhadap berat testis tikus
Demikian juga pada kelompok pemberian putih. Tetapi hasil ini belum memastikan
30 mg/kgBB/hr peroral dan 45 mg/kgBB/hr bahwa pemberian royal jelly peroral tidak
peroral (tabel 4). meningkatkan spermatogenesis karena yang
lebih penting adalah apakah sel-sel
Dari data berat testis tersebut penyusun tubulus seminferus itu
setelah dilakukan test homogeneity of berkembang dengan baik, bukan dari berat
variance dan didapatkan significant level testisnya, sebab berat testis tikus juga
nya > 0,05 yaitu sebesar 0,210 sehingga dipengaruhi oleh berat tikus itu sendiri.
dapat dilakukan analisis varian (Anova) Tentunya tikus yang lebih besar akan
satu arah. Dari hasil analisis varian (Anova) memiliki berat badan yang lebih besar dan
didapatkan significant level nya > 0,05 testis yang lebih besar dan lebih berat juga.
Oleh karena itu penulis melanjutkan untuk spermatogenesis (sel-sel spermatogeniknya)
menghitung proporsi berat testis terhadap dapat terbentuk dan berfungsi dengan baik.
berat badan tikus.

Dari hasil analisis data rata-rata


proporsi berat testis terhadap berat badan KESIMPULAN DAN SARAN
tikus, diketahui bahwa kelompok
pemberian royal jelly 15 mg/kgBB/hr Kesimpulan
peroral memiliki proporsi berat testis Dari hasil penelitian dan analisis data
terhadap berat badan tikus yang lebih tinggi yang telah dilakukan , dapat ditarik
daripada kelompok kontrol yang tidak kesimpulan bahwa pemberian royal jelly
mendapatkan royal jelly. Demikian juga peroral tidak meningkatkan berat testis dan
pada kelompok perlakuan 30 mg/kgBB/hr proporsi berat testis terhadap berat badan
peroral dan 45 mg/kgBB/hr peroral (Tabel tikus putih (Rattus norvegicus strain
6). Wistar) jantan.
Dari data proporsi berat testis Saran
terhadap berat badan tikus tersebut, setelah
dilakukan test homogeneity of variance, Untuk memberikan informasi yang
didapatkan significant level nya > 0,05 lebih akurat, penelitian ini perlu dilanjutkan
yaitu sebesar 0,346 sehingga dapat dengan penelitian lebih lanjut untuk
dilakukan analisis varian (Anova) satu arah. mengukur tebal epitel tubulus dan diameter
Dari hasil analisis varian (Anova) tubulus seminiferus serta proporsi tebal
didapatkan significant level nya > 0,05 epitel terhadap diameter tubulus
yaitu sebesar 0,368 maka perbedaan yang seminiferus tikus putih (Rattus norvegicus
ada antar kelompok perlakuan tidak strain Wistar) jantan.
bermakna (Tabel 8). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian royal jelly peroral tidak
berpengaruh terhadap proporsi berat testis
terhadap berat badan tikus putih. Tetapi DAFTAR PUSTAKA
hasil ini juga belum memastikan bahwa
Applegate EJ, 1995. The Anatomy and
pemberian royal jelly peroral tidak
Physiology Learning System : Textbook
meningkatkan spermatogenesis karena yang
1st Ed. Philadelphia : WB Saunders
lebih penting adalah apakah sel-sel
Company, pp 392-396.
penyusun tubulus seminiferus itu
berkembang dengan baik, bukan proporsi Balch, JF, 1990. Prescription for
berat testis terhadap berat badan tikusnya Nutritional Healing. Garden City Park,
yang meningkat. Memang bila terjadi New York, Avery Publishing Group Inc,
gangguan pada fungsi testis, maka pp 4-10, 37-45.
kerusakan sel atau atrofi testis jelas akan
mengakibatkan penurunan berat testis.
Tentunya bila fungsi organ tubuh yang lain Basori, A. 2005. Farmakologi Obat Obat
tidak terganggu, maka yang menurun Aphrodisiac. Temu Ilmiah Afrodisiaka
adalah berat testisnya saja sehingga akan Dan Fungsi Seksual Fakultas
lebih tepat bila kemunduran fungsi testis Kedokteran Universitas Airlangga
dilihat dari penurunan proporsi berat testis Surabaya.
terhadap berat badannya. Namun perlu
diketahui bahwa testis yang berfungsi
normal tidak harus mengalami kenaikan Bloom dan Fawcett, 2002. Buku Ajar
beratnya karena yang lebih penting adalah Histologi. Edisi ke-12. Alih Bahasa : Jan
apakah dari komponen-komponen Tambayong. Jakarta, Penerbit Buku
penyusun testis tersebut, komponen yang Kedokteran EGC, hlm 687-730.
berperan langsung terhadap
Brown, R , 1993. Bee Hive Product Pascasarjana Universitas Airlangga
Bible. Garden City Park, New York, Surabaya.
Avery Publishing Group Inc, pp 103-
122.
Johnson, J, 2002. Nutritional and
De Kretser, D. M. 1993. Molecular Enviromental Approaches to
biology of the male reproduction Infertility. Positive Health
system, USA, Academic Press, Inc. Publication Ltd.

Dellman and Brown, 1992. Buku Teks Junqueira, LC, Carneiro J dan Kelley RO,
Histologi Veteriner. Jilid II. Jakarta : UI 1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8.
Press, hlm 446-463, 472-477. Alih Bahasa : Jan Tambayong.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, hlm 418-433.
Frandson RD, 1992. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Yogjakarta : Gajah
Mada University Press, hlm 752-791.
Kusumawati, D, 2003. Bahan Ajar Tentang
Hewan Coba, Universitas
Ganong, WF, 2003. Review of Medical Airlangga Surabaya.
Physiology. 21 th Ed , United
States of America, McGraw-Hill
Companies, Inc, pp 364-371, 425-
Krell, R, 1996. Vallue-added products From
431.
beekeeping, FAO Agricultural
Services Bulletin No. 124, Food
And Agriculture Organization of
Gridley, MF, 1960. Manual of Histologic the United Nations Rome.
and Special Staining Technics. 2 nd
ed. USA, Mc Graw-Hill
Companies, Inc, pp 132-133.
Mardihusodo, SJ, 2003. Produk-produk
Lebah Madu : Khasiat dan
Manfaatnya Untuk Kesehatan.
Gunawan, A, 2003. Histologi II : Sistem Seminar Terapi Lebah Fakultas
Reproduksi Pria, Laboratorium Kedokteran Universitas Airlangga
Anatomi-Histologi Fakultas Surabaya.
Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
Nieschlag E dan Behre h, 1997. Andrology,
Male Reproductive Health and
Halim, A. N, dan Sukarno, 2001. Teknik Disfunction. New York ;
Mencangkok Royal Jelly, Penerbit Heidelberg, pp 26-57.
Kanisius. Yogjakarta.

Nurmiati, S, 2002. Pengaruh Pemberian


Hayati, A, 1998. Pengaruh Amfetamin Royal Jelly terhadap Fertilitas
terhadap Spermatogenesis dan Mencit (Mus musculus) Betina.
Fertilitas Tikus Jantan (Rattus Tesis Fakultas Pasca Sarjana
norvegicus L). Tesis, Program Universitas Airlangga Surabaya.
Wonodirekso S, 2003. Penuntun Praktikum
Histologi. Bagian Histologi
Santoso, MH, 2003. Persepsi Kefarmasian Fakultas Kedokteran Universitas
Pada Api Therapy. Seminar Terapi Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Lebah Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.

Wuryantari dan Moeloek N, 2000.


Perkembangan Mutakhir Fisiologi
Sarno, R, 2000. Peran Ekstrak Phyllanthus Fungsi Testis : Dari Organ Sampai
niruri L terhadap Proses Gen. MKI 50 (8) : 377-384.
Spermatogenesis Mencit ( Mus
musculus). Tesis, Program
Pascasarjana universitas Airlangga
Surabaya. Zainuddin A, 2000. Metode Penelitian.
Program Pasca Sarjana Unair,
Surabaya.

Sarwono, B, 2001. Kiat Mengatasi


Permasalahan Praktis Lebah Madu.
Penerbit Agro Media Pustaka.
Tangerang.

Sihombing, D. T. H, 1997. Ilmu Ternak


Lebah Madu, Yogjakarta. Gajah
Mada University Press.

Smith JB dan Mangkoewidjojo, 1988.


Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di
Daerah Tropis. Jakarta : UI Press,
hal 37 57.

Walji, H, 2001, Terapi Lebah, Jakarta,


Prestasi Pustaka, hlm 55-61.
PENYAKIT PARKINSON
Titiek Sunaryati
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak

Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan degeneratif sistem saraf pusat yang sering merusak motor
penderita itu keterampilan, ucapan, dan fungsi lainnya. Penyakit Parkinson mempengaruhi gerakan
(gejala motorik). Gejala lainnya termasuk gangguan suasana hati, perilaku, berpikir, dan sensasi (non-
motor gejala). Gejala-gejala penyakit Parkinson hasil dari aktivitas sangat berkurang dari neuron
dopaminergik, yang terutama di daerah pars compacta dari nigra substantia. Ulasan depresi estimasi
kejadian di mana saja dari 20-80% dari kasus. PD tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal dengan
sendirinya, namun berkembang dengan waktu

PARKINSON DISEASE
Titiek Sunaryati
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya

Abstract

Parkinson's disease is a degenerative disorder of the central nervous system that often impairs the
sufferer's motor skills, speech, and other functions. Parkinson's disease affects movement (motor
symptoms). Other typical symptoms include disorders of mood, behaviour, thinking, and sensation (non-
motor symptoms). The symptoms of Parkinson's disease result from the greatly reduced activity of the
dopaminergic neurons, which are primarily in the pars compacta region of the substantia nigra. Reviews
of depression estimate its occurrence in anywhere from 20-80% of cases. PD is not considered to be a
fatal disease by itself, but it progresses with time.

KATA PENGANTAR PD adalah penyebab paling umum dari


parkinsonisme progresif kronis, sebuah
istilah yang mengacu pada sindrom tremor,
Penyakit Parkinson adalah suatu kekakuan, bradykinesia dan instabilitas
kelainan degeneratif sistem saraf pusat postural. PD juga disebut "parkinson
yang sering merusak motor penderita itu primer" atau "PD idiopatik" (klasik berarti
keterampilan, ucapan, dan fungsi lainnya. tidak memiliki diketahui penyebabnya
Penyakit Parkinson milik sekelompok meskipun istilah ini tidak sepenuhnya benar
kondisi yang disebut gangguan gerak. Hal dalam terang kebanyakan mutasi genetik
ini ditandai dengan kekakuan otot, tremor, yang baru ditemukan). Sementara banyak
perlambatan gerakan fisik (bradykinesia) bentuk parkinson adalah "idiopatik",
dan, dalam kasus yang ekstrim, hilangnya "sekunder" kasus mungkin hasil dari
gerakan fisik (akinesia). Gejala utama keracunan terutama obat-obatan, trauma
adalah hasil dari stimulasi penurunan kepala, atau gangguan kesehatan lainnya.
korteks bermotor oleh ganglia basal, Penyakit ini dinamai dokter Inggris James
biasanya disebabkan oleh kurangnya Parkinson, yang membuat penjelasan rinci
pembentukan dan aksi dopamin, yang tentang penyakit dalam esainya: "Sebuah
dihasilkan dalam neuron dopaminergik dari Essay pada Palsy Gemetar" (1817).
otak. Gejala sekunder dapat mencakup
disfungsi kognitif tingkat tinggi dan 1 SIGN DAN GEJALA
masalah bahasa halus. PD adalah baik penyakit Parkinson mempengaruhi
kronis dan progresif. gerakan (gejala motorik). gejala khas
lainnya termasuk gangguan suasana hati, o Festination: kombinasi dari postur
perilaku, berpikir, dan sensasi (non-motor bungkuk, ketidakseimbangan, dan langkah-
gejala). gejala individu Pasien 'mungkin langkah pendek. Ini mengarah ke kiprah
sangat berbeda dan perkembangan penyakit yang akan semakin cepat dan lebih cepat,
ini juga jelas individu. sering berakhir dengan jatuh.
Gejala utama adalah:
o beku Kiprah: "pembekuan" adalah
Tremor: biasanya 4-6 Hz tremor, manifestasi dari akinesia (ketidakmampuan
maksimal ketika anggota badan yang diam, untuk bergerak). Kiprah pembekuan
dan menurun dengan gerakan sukarela. Hal ditandai oleh ketidakmampuan untuk
ini biasanya unilateral saat onset. Ini adalah menggerakkan kaki yang mungkin
gejala yang paling jelas dan terkenal, memburuk dalam ketat, ruang berantakan
meskipun perkiraan 30% pasien memiliki atau ketika mencoba untuk memulai kiprah.
sedikit tremor jelas; ini diklasifikasikan
sebagai akinetic-kaku. o distonia (pada sekitar 20% dari kasus):
normal, berkelanjutan, kontraksi otot
Kekakuan: kekakuan; otot meningkat. memutar menyakitkan, seringkali
Dalam kombinasi dengan tremor istirahat, mempengaruhi kaki dan pergelangan kaki
ini menghasilkan, ratchety "cogwheel" (terutama kaki fleksi dan inversi kaki) yang
kekakuan ketika anggota badan yang pasif sering mengganggu kiprah.
bergerak. Pidato dan gangguan menelan.

Bradykinesia / akinesia: masing-masing, o Hypophonia: pidato lembut. Pidato


keterlambatan atau tidak adanya gerakan. kualitas cenderung lembut, serak, dan
Cepat, gerakan berulang-ulang monoton. Beberapa orang dengan penyakit
menghasilkan kerugian dysrhythmic dan Parkinson mengklaim bahwa lidah mereka
decremental amplitudo. adalah "berat" atau telah speech.4
berantakan
Postural ketidakstabilan: kegagalan
refleks postural, yang menyebabkan o monoton berbicara.
gangguan keseimbangan dan jatuh.
Gejala motor lain termasuk: o Festinating pidato: terlalu cepat, lembut,
pidato buruk-dimengerti.
Kiprah dan gangguan postur:
Pengacakan o: gaya berjalan ditandai o Drooling: kemungkinan besar disebabkan
dengan langkah-langkah singkat, dengan oleh postur, lemah menelan dan bungkuk
kaki hampir tidak meninggalkan tanah. jarang.
hambatan kecil cenderung menyebabkan
pasien untuk perjalanan. Disfagia o: gangguan kemampuan untuk
menelan. Dapat menyebabkan aspirasi,
o Penurunan swing-arm. pneumonia.
Menghidupkan o "en blok": daripada biasa
memutar leher dan batang dan berputar
pada jari kaki, pasien PD menjaga batang Gejala motor lain:
leher mereka dan kaku, membutuhkan o Kelelahan (hingga 50% dari kasus);
beberapa langkah-langkah kecil untuk Masked o wajah (topeng wajah seperti juga
mencapai giliran. dikenal sebagai hypomimia), dengan jarang
o bungkuk, postur maju-tertekuk. Dalam berkedip;
bentuk yang parah, kepala dan bahu atas o Kesulitan rolling di tempat tidur atau naik
dapat menjadi bengkok di sudut kanan dari posisi duduk;
relatif terhadap batang (camptocormia) .3
o Micrographia (kecil, sempit tulisan
tangan);
o Gangguan ketangkasan motorik halus dan Demensia: perkembangan kemudian di
koordinasi motorik; sekitar 20-40% dari semua pasien, biasanya
dimulai dengan memperlambat kemajuan
o Gangguan koordinasi motorik kasar; pemikiran dan kesulitan dengan pikiran
Akatisia abstrak, memori, dan peraturan perilaku.
Halusinasi, delusi dan paranoia bisa terjadi.
o, ketidakmampuan untuk duduk diam.
kehilangan memori jangka pendek;
Neuropsikiatri procedural memori lebih terganggu dari
Parkinson's Disease menyebabkan memori deklaratif. Mendorong peningkatan
gangguan kognitif dan suasana hati, yang memunculkan recall.1
dalam banyak kasus related.Estimated
tingkat prevalensi depresi sangat bervariasi Non-motor penyebab bicara / bahasa
sesuai dengan populasi sampel dan gangguan di kedua bahasa ekspresif dan
metodologi yang digunakan. Ulasan depresi reseptif: ini termasuk kelancaran verbal
estimasi kejadian di mana saja dari 20-80% menurun dan gangguan kognitif terutama
dari cases.6 Estimasi dari sampel terkait dengan pemahaman isi emosional
masyarakat cenderung untuk menemukan dari pidato dan expression.8 wajah
harga lebih rendah dari dari pusat spesialis. Efek Obat : beberapa gangguan kognitif di
Kebanyakan penelitian menggunakan atas ditingkatkan oleh obat dopaminergik,
kuesioner laporan diri seperti Beck sementara yang lain sebenarnya worsened.9
Depression Inventory, yang mungkin
overinflate skor akibat gejala fisik. Studi Tidur
menggunakan wawancara diagnostik oleh
psikiater terlatih juga melaporkan tingkat mengantuk berlebihan siang hari
yang lebih rendah dari depresi. Secara
umum, ada peningkatan risiko bagi setiap awal, menengah, dan insomnia terminal
individu dengan depresi untuk terus Gangguan pada tidur REM: mengganggu
mengembangkan penyakit Parkinson di mimpi hidup, dan perilaku gangguan
kemudian date.7 Tujuh puluh persen orang gerakan mata yang cepat, ditandai dengan
dengan penyakit Parkinson didiagnosa bertindak keluar dari isi mimpi dapat terjadi
dengan depresi yang sudah ada terus tahun sebelum diagnosis
mengembangkan kecemasan. Sembilan Persepsi
puluh persen pasien penyakit Parkinson
dengan kecemasan yang sudah ada Gangguan sensitivitas kontras visual,
kemudian mengembangkan depresi, apatis penalaran spasial, diskriminasi warna,
atau abulia. konvergensi insufisiensi (ditandai dengan
penglihatan ganda) dan kontrol oculomotor
gangguan kognitif meliputi:
Pusing dan pingsan, biasanya hipotensi
Diperlambat waktu reaksi; kedua respon ortostatik timbul, kegagalan sistem saraf
motor sukarela dan sukarela secara otonom untuk mengatur tekanan darah
signifikan diperlambat. sebagai respon terhadap perubahan posisi
Eksekutif disfungsi, ditandai oleh tubuh
kesulitan dalam: diferensial alokasi Gangguan proprioception (kesadaran
perhatian, kontrol impuls, mengatur posisi tubuh dalam ruang tiga-dimensi)
pergeseran, memprioritaskan, mengevaluasi
arti-penting data ambien, Pengurangan atau kehilangan indera
menginterpretasikan isyarat sosial, dan penciuman (hyposmia atau anosmia) -
kesadaran waktu subyektif. Kompleks ini dapat terjadi tahun sebelum diagnosis
hadir untuk beberapa derajat pada pasien nyeri : neuropatik, otot, sendi, dan tendon,
Parkinson yang paling, mungkin disebabkan ketegangan, distonia, kekakuan,
berkembang menjadi:
kekakuan sendi, dan cedera yang binatang untuk mendapatkan wawasan
berhubungan dengan upaya akomodasi tentang PD.
Otonom
Saat ini, salah satu teori yang paling
berminyak kulit dan dermatitis seboroik menjanjikan adalah hipotesis oksidasi.

inkontinensia urin, biasanya dalam o Diperkirakan bahwa radikal bebas


perkembangan penyakit nanti mungkin memainkan peran dalam
perkembangan penyakit Parkinson. Radikal
nokturia (bangun di malam hari untuk bebas adalah senyawa kimia dengan muatan
buang air kecil) - hingga 60% dari kasus positif yang dibuat ketika dopamin diurai
dengan menggabungkan dengan oksigen.
Sembelit dan dysmotility lambung yang
cukup berat sehingga membahayakan o ini rincian dopamin oleh enzim yang
kesehatan kenyamanan dan bahkan disebut monoamine oxidase (MAO)
mengarah pada pembentukan hidrogen
Diubah fungsi seksual: ditandai dengan peroksida.
penurunan mendalam gairah seksual,
perilaku, orgasme, dan drive ditemukan o protein yang disebut glutathione biasanya
pada pertengahan dan akhir penyakit memecah hidrogen peroksida cepat. Jika
Parkinson. Data saat ini alamat fungsi hidrogen peroksida tidak rusak benar, dapat
seksual laki-laki hampir secara eksklusif. menyebabkan pembentukan radikal bebas
yang kemudian dapat bereaksi dengan
Berat badan, yang signifikan selama membran sel dapat menyebabkan kerusakan
sepuluh tahun. [10] sel dan peroksidasi lipid sesuatu yang
Penyebab penyakit Parkinson disebut (ketika berinteraksi dengan
Tantangan yang tetap adalah untuk hidrogen peroksida lipid [zat larut dalam
menemukan bagaimana neuron hancur lemak] di membran sel).
menyebabkan penyakit Parkinson.
o Di PD, glutation berkurang, yang
Banyak teori telah diajukan, tetapi mungkin berarti bahwa Anda memiliki
sebagian besar peneliti percaya bahwa kehilangan perlindungan terhadap
penyakit Parkinson tidak disebabkan oleh pembentukan radikal bebas.
penyebab tunggal melainkan kombinasi
dari kedua kerentanan genetik dan tekanan o Selain itu, besi meningkat pada otak dan
lingkungan menyebabkan kematian sel dapat membantu membentuk radikal bebas.
otak.
o Selain itu, peroksidasi lipid meningkat
Penelitian telah menemukan bahwa hidup pada penyakit Parkinson.
di daerah pedesaan, minum air sumur, atau
yang terkena pestisida, herbisida, atau o Asosiasi penyakit Parkinson dengan
pabrik pulp kayu dapat meningkatkan omset dopamin meningkat, penurunan
resiko anda untuk mengembangkan mekanisme (glutathione) untuk melindungi
penyakit Parkinson. terhadap pembentukan radikal bebas,
meningkatkan besi (yang membuatnya
Telah menunjukkan bahwa 5-10% dari lebih mudah untuk membuat radikal bebas),
orang dengan PD memiliki kecenderungan dan peningkatan peroksidasi lipid
genetik. Sebuah studi baru-baru ini membantu mendukung hipotesis oksidasi.
mengidentifikasi mutasi gen tertentu dalam
kelompok orang-orang yang terkait. o Jika hipotesis ini ternyata benar, masih
Walaupun mutasi gen ini tidak bertanggung tidak menjelaskan mengapa atau bagaimana
jawab untuk semua penyebab PD, temuan kehilangan mekanisme perlindungan
ini dapat memberikan para ilmuwan terjadi. Jawaban atas pertanyaan ini
kesempatan untuk mengembangkan model mungkin tidak diperlukan. Jika teori
tersebut benar, obat-obatan dapat dalam mesin yang mengangkut protein
dikembangkan untuk menghentikan atau antara dua organel seluler utama -
menunda events.11 ini retikulum endoplasma (ER) dan aparat
Patofisiologi Golgi. protein tertentu seperti Rab1 dapat
membalikkan cacat yang disebabkan oleh
Gejala-gejala penyakit Parkinson hasil alpha-synuclein di models.12 hewan
dari aktivitas sangat berkurang dari neuron
dopaminergik, yang terutama di daerah pars berlebihan akumulasi besi, yang beracun
compacta dari nigra substantia (harfiah untuk sel-sel saraf, juga biasanya diamati
"substansi hitam"). Neuron ini proyek dalam hubungannya dengan inklusi protein.
untuk striatum dan kerugian mereka Besi dan logam transisi lain seperti
menyebabkan perubahan dalam kegiatan mengikat tembaga untuk neuromelanin
sirkuit saraf di dalam ganglia basal yang dalam neuron terkena substantia nigra.
mengatur gerakan, pada dasarnya hambatan Neuromelanin dapat bertindak sebagai agen
dari jalur langsung dan eksitasi dari jalur pelindung. Mekanisme yang paling
tidak langsung. mungkin adalah generasi spesies oksigen
reaktif. [13] Besi juga menginduksi
Black-pewarnaan butiran neuromelanin agregasi synuclein dengan mekanisme
dalam neuron dari nigra substantia. oksidatif. Demikian pula, dopamin dan
produk sampingan produksi dopamin
Jalur langsung memfasilitasi gerakan dan meningkatkan agregasi alpha-synuclein.
jalur tidak langsung menghambat gerakan, Mekanisme yang tepat dimana agregat
sehingga hilangnya sel-sel ini mengarah ke seperti kerusakan alpha-synuclein sel tidak
gangguan gerakan hypokinetic. Kurangnya diketahui. Agregat mungkin hanya reaksi
hasil dopamin di penghambatan normal oleh sel-sel sebagai bagian dari
peningkatan inti anterior ventral talamus, upaya mereka untuk memperbaiki, berbeda
yang mengirimkan proyeksi rangsang ke yang belum diketahui, menghina.
korteks motor, sehingga mengarah ke Berdasarkan hipotesis ini mekanistik,
hypokinesia. model tikus transgenik dari Parkinson telah
Ada empat jalur dopamin besar dalam dihasilkan oleh pengenalan synuclein
otak; jalur nigrostriatal, yang disebut di manusia wild type-alpha ke dalam genom
atas, menengahi gerakan dan yang paling tikus di bawah kendali pertumbuhan-
mencolok terkena dampak penyakit platelet diturunkan-faktor- promoter.14
Parkinson-an. Jalur lainnya adalah Tampilan baru-baru ini penyakit
mesocortical, yang mesolimbic, dan Parkinson berimplikasi khusus saluran
tuberoinfundibular. Gangguan dopamin di kalsium yang memungkinkan neuron nigra
sepanjang jalur non-striatal mungkin substantia, tetapi tidak neuron yang paling,
menjelaskan banyak neuropsikiatri patologi untuk berulang-ulang api di sebuah "alat
yang berhubungan dengan penyakit pacu jantung" seperti pola. Banjir akibat
Parkinson. kalsium ke dalam neuron mungkin
Mekanisme dengan mana sel-sel otak di aggrevate kerusakan mitokondria dan dapat
Parkinson hilang dapat terdiri dari menyebabkan kematian sel. Satu studi telah
akumulasi abnormal synuclein protein menemukan bahwa, pada hewan percobaan,
alpha-terikat ubiquitin dalam sel yang pengobatan dengan isradapine calcium
rusak. Kompleks alpha-synuclein-ubiquitin channel blocker memiliki efek
tidak dapat diarahkan ke proteosome perlindungan yang substansial terhadap
tersebut. Akumulasi protein inklusi perkembangan Parkinson disease.15
sitoplasma bentuk protein yang disebut DIAGNOSA
badan Lewy. Penelitian terbaru tentang Biasanya, diagnosis didasarkan pada
patogenesis penyakit telah menunjukkan riwayat medis dan pemeriksaan neurologis
bahwa kematian neuron dopaminergik oleh yang dilakukan oleh wawancara dan
alpha-synuclein adalah karena kerusakan
mengamati pasien secara langsung o Gangguan motilitas usus dapat
menggunakan Unified Parkinson's Disease menyebabkan sembelit, muntah, dan
Skala Rating. Sebuah radiotracer untuk penyerapan gangguan; pilihan pengobatan
mesin pemindaian SPECT disebut termasuk kerja dengan sering, porsi kecil,
DaTSCAN dan dibuat oleh General Electric serat meningkat; agen bulking, pelunak
adalah khusus untuk mendiagnosis tinja, dan supositoria.
Parkinson's Disease, tetapi hanya inkontinensia urin o, retensi, dan infeksi
dipasarkan di Eropa. Karena ini, penyakit kandung kemih dapat terjadi. Pengobatan
ini bisa sulit untuk mendiagnosis secara biasanya didasarkan pada hasil
akurat, terutama pada tahap awal. Karena penyelidikan, seperti studi fungsi ginjal,
gejala tumpang tindih dengan penyakit lain, urinalisis, residu postvoid, cystoscopy, dan
hanya 75% dari diagnosis klinis PD studi urodynamic.
dipastikan PD idiopatik di otopsi. [34] Disfungsi ereksi o tidak jarang. Pilihan
Tanda awal dan gejala PD kadang-kadang pengobatan termasuk penggunaan
dapat diberhentikan sebagai efek penuaan sildenafil, suntikan prostaglandin, pompa,
yang normal. Dokter mungkin harus dan peralatan prosthetic.
mengamati orang tersebut selama beberapa
waktu sampai terlihat bahwa gejala secara Cardiopulmonary penurunan
konsisten hadir. Biasanya dokter mencari
mengocok kaki dan kurangnya ayunan di postur tertekuk pasien dapat menyebabkan
lengan. Dokter kadang-kadang dapat kyphosis, menyebabkan penurunan
meminta scan otak atau tes laboratorium kapasitas paru, dan menghasilkan pola
untuk menyingkirkan penyakit lainnya. penyakit paru-paru membatasi.
Namun, CT dan MRI scan otak orang Latihan pernapasan , pendidikan kembali
dengan PD biasanya muncul normal. postural, dan latihan bagasi dapat
membantu.
pedoman praktek klinis diperkenalkan di
Inggris pada tahun 2006 menyatakan bahwa Lembaga program pengkondisian umum
diagnosis dan tindak lanjut dari penyakit dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Parkinson harus dilakukan oleh seorang pasien.
spesialis penyakit dalam, biasanya ahli Jika fungsi paru semakin memburuk,
saraf atau geriatrician dengan bunga di teknik batuk dibantu, spirometri insentif,
gangguan gerak. [2] dan intervensi terapi pernafasan mungkin
PENGOBATAN diperlukan.
komplikasi medis primer terlihat pada
pasien dengan penyakit Parkinson (PD) Depresi
termasuk disfungsi otonom, penurunan
kardiopulmonal, disfagia, dan depresi. Depresi dapat terjadi pada sekitar 50%
dari pasien dengan PD dan tidak boleh
Disfungsi otonom adalah umum pada diabaikan, sebagai dampak terhadap
pasien dengan PD. kecacatan dapat menjadi signifikan.
hipotensi orthostatik o sering menjadi
perhatian selama bagian akhir dari proses Depresi mungkin terkait dengan defisit
penyakit. Manajemen teknik dapat neurotransmisi serotonergik atau ke tingkat
mencakup mengangkat kepala tempat tidur, korteks penurunan norepinefrin dan
serta memiliki pasien timbul perlahan- dopamin.
lahan, gunakan pakaian tekanan,
mengkonsumsi diet tinggi garam, dan serotonergik agen sering adalah
menggunakan obat-obatan seperti antidepresan pertama pilihan dalam PD.
pseudoephedrine, mineralocorticoids, dan Jika ini rejimen pengobatan tidak efektif,
midodrine. suatu antidepresan trisiklik dengan efek
samping antikolinergik (misalnya,
desipramine, nortriptyline) mungkin terhadap terapi L-dopa di masa lalu, tetapi
disarankan. telah mengembangkan komplikasi dari
pengobatan L-dopa jangka panjang.
Disfagia Kekakuan, tremor, dan bradykinesia semua
tampaknya menanggapi pallidotomy.
Jika kesulitan menelan tidak menanggapi
intervensi konservatif oleh terapis bicara, Deep stimulasi otak
pengobatan lebih agresif mungkin
diperlukan. o stimulasi otak kronis yang mendalam
manajemen agresif tampaknya telah muncul sebagai alternatif
untuk lesioning pada pasien dengan PD.
tersebut dapat mencakup prosedur invasif, Stimulasi
seperti penempatan makan nasogastrik atau
gastrostomy tabung. o memiliki kelebihan keselamatan,
berbaliknya, dan kemampuan beradaptasi
Diskusi harus dimulai pada awal penyakit (yakni, parameter stimulasi dapat
saja untuk memastikan keinginan pasien disesuaikan sebagai fitur klinis berubah dari
tentang tabung pengisi, dalam kasus waktu ke waktu).
demensia mengembangkan dan pasien tidak
memiliki kapasitas untuk pengambilan o situs Stimulasi meliputi inti thalamic
keputusan ketika sebuah tabung pengumpan ventral lateral (dilakukan untuk mengurangi
menjadi medis indicated.11 tremor, dengan respon yang baik dalam 80-
Intervensi Bedah 85% pasien), maka globus pallidus (untuk
Peningkatan bunga telah terlihat dalam bradykinesia, gaya berjalan, berbicara,
pengelolaan operasi penyakit Parkinson obat-induced dyskinesias), dan inti
(PD). Tiga teknik utama yang sedang subthalamic ( untuk bradykinesia,
digunakan adalah terapi destruktif kekakuan, tremor, gaya berjalan / postur).
(lesioning), stimulasi otak kronis yang Sebuah studi dari 6 pasien laki-laki
mendalam, dan transplantasi. menunjukkan peningkatan nilai peringkat
motor dan mengurangi waktu dan
Merusak Terapi kesalahan tata ruang berikut stimulasi otak
Pilihan Lesioning o termasuk thalamotomy mendalam mengenai globus pallidus
dan pallidotomy. internal.
thalamotomy inti
o Sebelumnya subthalamic inti stimulasi
o Ventral menengah cukup efektif (rata-rata 7 tahun setelah vs diagnosis 14
menghilangkan tremor, namun efeknya tahun untuk populasi kontrol) telah terbukti
pada manifestasi klinis lain dari PD dapat meningkatkan hasil dan kualitas
tampaknya kurang signifikan dan lebih hidup penderita.
bervariasi. Thalamotomy biasanya stimulasi nukleus
disediakan untuk persentase yang relatif
kecil pasien dengan tremor dominan o Subthalamic tidak memperbaiki hasil
resistan terhadap obat. mortalitas jangka panjang.

o Saat ini, pallidotomy adalah prosedur o Bilateral stimulasi inti subthalamic


pembedahan yang paling sering digunakan dihubungkan dalam sebuah laporan kasus
untuk PD maju. Operasi mempekerjakan dengan judi patologis.
lesioning untuk mengganggu aktivitas
abnormal di globus pallidus; ini disinhibits Transplantasi
talamus motor dan area motor korteks,
dengan demikian meningkatkan fungsi o Meskipun stimulasi dan lesioning dapat
motor. Calon pallidotomy termasuk pasien meningkatkan gejala, baik mengoreksi
yang cacat meskipun manajemen medis patologi yang mendasari penyakit, yang
yang optimal dan yang telah merespon merupakan kekurangan dopamin dari
hilangnya neuron nigra substantia. terapi o Hasil awal dari uji klinis manusia pertama
Transplantasi menawarkan kemungkinan terapi gen untuk PD menyarankan
mengganti neuron ini hilang. pendekatan secara signifikan dapat
mengurangi gejala penyakit dan
o Uji klinis telah memeriksa penggunaan 3 memberikan peningkatan 25% pada motor
jenis transplantasi: autologous transplantasi control.11
medula adrenal, cangkok mesencephalon
janin, dan xenografts.
adrenal medula transplantasi tidak
digunakan secara luas karena morbiditas INTERVENSI MEDIS
dan mortalitas yang tinggi dari
adrenalectomy. Levodopa
Fetal cangkokan mesencephalon telah Bentuk yang paling banyak digunakan
menunjukkan hasil awal yang pengobatan adalah L-dopa dalam berbagai
menjanjikan. Ujian terus, tetapi bentuk. L-dopa berubah menjadi dopamin
keprihatinan etis, jaringan tidak cukup, dan di neuron dopaminergik oleh L-
kesulitan prosedural membuatnya tidak dekarboksilase asam amino aromatik
mungkin bahwa prosedur ini akan menjadi (sering dikenal dengan nama mantan
hal yang biasa. dekarboksilase dopa-). Namun, hanya 1-5%
dari L-dopa memasuki neuron
Yang xenograft yang paling umum dopaminergik. L sisa-dopa sering
digunakan adalah mesencephalon janin dimetabolisme menjadi dopamin di tempat
babi. Sebuah pengadilan saat ini lain, menyebabkan berbagai efek samping.
dilakukan untuk menentukan kemanjuran Karena inhibisi umpan balik, L-dopa hasil
dari prosedur ini. pengurangan endogen dalam pembentukan
L-dopa, dan akhirnya menjadi
Manusia embryonic stem cell dan terapi kontraproduktif.
gen terapi

o Intrastriatal transplantasi jaringan Carbidopa dan benserazide adalah dopa


mesencephalic manusia janin pada pasien inhibitor dekarboksilase. Mereka membantu
PD telah menunjukkan kemanjuran klinis, untuk mencegah metabolisme L-dopa
tetapi terbatasnya ketersediaan jaringan sebelum mencapai neuron dopaminergik
menghalangi yang sistematis, penggunaan dan umumnya diberikan sebagai preparat
prosedur ini. kombinasi carbidopa / (careldopa co-)
levodopa (misalnya Sinemet, Parcopa) dan
o sel-sel induk embrio dapat berdiferensiasi benserazide / levodopa (co-beneldopa)
menjadi sel-sel dari SSP. Sel-sel ini (misalnya Madopar ). Ada juga
berpotensi menyediakan sumber yang dikendalikan versi rilis Sinemet dan
relatif terbatas sel untuk transplantasi jika Madopar yang tersebar pengaruh dopa-L.
protokol dikembangkan untuk Duodopa adalah kombinasi levodopa dan
menghasilkan populasi tertentu dari sel carbidopa, tersebar sebagai gel kental.
saraf. Menggunakan pompa portabel pasien-
dioperasikan, obat ini terus menerus
o Etis Keprihatinan ini juga memainkan
disampaikan melalui tabung langsung ke
peran besar dalam baris ini penelitian.
usus kecil bagian atas, di mana ia cepat
diserap. Ada juga Stalevo (carbidopa,
levodopa dan Entacapone).

Tolcapone menghambat enzim COMT,


sehingga memperpanjang efek L-dopa, dan
sebagainya telah digunakan untuk
melengkapi L-dopa. Namun, karena MAO-B inhibitor
efeknya samping seperti gagal hati, itu Selegiline dan rasagiline mengurangi
terbatas dalam ketersediaannya. Sebuah gejala dengan menghambat-monoamina
obat entacapone, serupa belum terbukti oksidase B (MAO-B), yang menghambat
menyebabkan perubahan signifikan fungsi pemecahan dopamin yang dikeluarkan oleh
hati dan menjaga inhibisi memadai COMT neuron dopaminergik. Metabolit selegiline
atas time.16 termasuk L-amphetamine dan L-
methamphetamine (jangan dikelirukan
dengan isomer dextrorotary lebih terkenal
dan kuat). Hal ini dapat mengakibatkan
Dopamin agonis efek samping seperti insomnia. Penggunaan
L-dopa dalam hubungannya dengan
Dopamin agonis bromocriptine,
selegiline telah meningkatkan angka
pergolide, pramipexole, ropinirole,
kematian yang belum dijelaskan secara
piribedil, cabergoline, apomorphine, dan
efektif. Efek samping lain kombinasi bisa
lisuride yang cukup efektif. Ini memiliki
stomatitis. Satu laporan mengangkat
efek samping sendiri termasuk yang
kekhawatiran tentang kematian meningkat
tercantum di atas di samping mengantuk,
ketika MAO-B inhibitor digabungkan
halusinasi dan / atau insomnia. Beberapa
dengan L-dopa; [36] Namun penelitian
bentuk agonism dopamin telah dikaitkan
selanjutnya belum menegaskan hal ini
dengan resiko nyata peningkatan masalah
finding.17 Tidak seperti lainnya non
perjudian. agonis Dopamin awalnya
monoamine oxidase inhibitor selektif,
bertindak dengan merangsang beberapa
makanan yang mengandung tyramine tidak
reseptor dopamin. Namun, mereka
menyebabkan krisis hipertensi .
menyebabkan reseptor dopamin untuk
menjadi semakin kurang peka, sehingga
pada akhirnya meningkatkan gejala.
Prognosa
agonis Dopamin dapat berguna untuk
PD tidak dianggap sebagai penyakit
pasien mengalami fluktuasi on-off dan
yang fatal dengan sendirinya, tapi
dyskinesias sebagai akibat dari dosis tinggi
berkembang dengan waktu. Harapan hidup
L-dopa. Apomorphine dapat diberikan
rata-rata pasien PD pada umumnya lebih
melalui injeksi subkutan menggunakan
rendah daripada orang yang tidak memiliki
pompa kecil yang dibawa oleh pasien.
penyakit. Pada tahap akhir penyakit, PD
Sebuah dosis rendah secara otomatis
dapat menyebabkan komplikasi seperti
diberikan sepanjang hari, mengurangi
tersedak, pneumonia, dan jatuh yang dapat
fluktuasi gejala motor dengan menyediakan
menyebabkan kematian.
dosis stabil stimulasi dopaminergik. Setelah
Perkembangan gejala pada PD dapat
"tantangan apomorphine" awal di rumah
berlangsung 20 tahun atau lebih. Pada
sakit untuk menguji efektivitas dan sabar
beberapa orang, namun, penyakit
singkat dan pengasuh utama (sering
berlangsung lebih cepat. Tidak ada cara
pasangan atau pasangan), yang terakhir dari
untuk memprediksi apa saja penyakit akan
mereka mengambil alih pemeliharaan
mengambil untuk seorang individu. Dengan
pompa. Tempat suntikan harus diganti
perawatan yang tepat, kebanyakan orang
setiap hari dan diputar sekitar tubuh untuk
dengan PD dapat hidup produktif selama
menghindari pembentukan nodul.
bertahun-tahun setelah diagnosis.
Apomorphine juga tersedia dalam dosis
Dalam setidaknya beberapa penelitian,
yang lebih akut sebagai pena autoinjector
telah diamati bahwa mortalitas meningkat
untuk dosis darurat seperti setelah jatuh
secara signifikan, dan umur panjang
atau hal pertama di pagi hari. Mual dan
mengalami penurunan antara pasien rumah
muntah yang umum, dan mungkin
jompo dibandingkan dengan hunian
memerlukan domperidone (antiemetik
masyarakat patients.18
sebuah).
PENGARUH DOSIS RADIASI 125I TERHADAP
DIAMETER INTI SPERMATOGONIUM
I Nyoman Suratma
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak:
Penelitian ini menggunakan 48 dua bulan tikus putih jantan berumur. Tikus-tikus putih kelompok ke
dalam enam kotak plastik besar dengan diameter 30 cm, sehingga setiap kotak berisi 8 tikus putih. Tikus
putih diobati dengan radioaktif sebagai berikut:

Kotak 1 dan kotak 2 digunakan sebagai kontrol 16 dan 32 hari.


ci dosis 5 untuk 16 hari.Kotak 3 diobati dengan radiasi radio aktif
ci dosis 5 untuk 32 hari.Kotak 4 diobati dengan radiasi radio aktif
ci dosis selama 16 hari.Kotak 5 diobati dengan radiasi radio aktif 10
ci dosis untuk 32 hari.Kotak 6 diobati dengan radiasi radio aktif 10

Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, testis dilakukan pemeriksaan. Tikus putih dibunuh dengan eter
dan kemudian dua testis diambil dificsasi dengan formalin 10% untuk preparat histologi ditandai, inti
berdiameter spermatogonium pemeriksaan dilakukan. Semua putih tikus dibunuh dengan eter dan
kemudian dua testis diambil difisasi dengan formalin 10% untuk preparat histologi ditandai, dan diameter
inti dihitung. Hasilnya, dengan analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah rata-rata berarti diameter inti
kontrol yang spermatogonium adalah = 1.571 u dan SD = 0.191, sementara jumlah rata-rata (mean) dari
spermatogonium inti berdiameter setelah radiasi adalah = 4,46 u dan sd adalah = 0.372.
Hal ini ditemukan bahwa tikus putih jantan dengan radiasi radioaktif 125I memiliki rata-rata lebih besar
dari diameter inti dari yang kontrol. Analisis statistik menunjukkan bahwa varian alpha = 0,05 berarti p
<0,05.

Kata kunci: tikus putih Laki-laki, inti berdiameter spermatogonium, radio aktif 125I.

EFFECT OF RADIATION DOSE OF 125I


CORE DIAMETER spermatogonial
I Nyoman Suratma
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract:
This research used 48 two-month old male white mice. These white mice were group into six big plastic
boxes with the diameter of 30 cm, so each box contain 8 white mice. The white mice were treated with
radioactive as follows :

Box 1 and box 2 were used as control of 16 and 32 days.


Box 3 was treated with radiation of radio active 5 ci dosage for 16 days.
Box 4 was treated with radiation of radio active 5 ci dosage for 32 days.
Box 5 was treated with radiation of radio active 10 ci dosage for 16 days.
Box 6 was treated with radiation of radio active 10 ci dosage for 32 days.

After the assigned time was over, testes examination was conducted.
The white mice was killed with ether and then the two testes was taken dificsasi with formalin 10 % for
preparat histology maked, nucleus diameter spermatogonium examination was conducted. All the white
mice's was killed with ether and then the two testes was taken difisasi with formalin 10 % for preparat
histology maked, and the nucleus diameter was calculated. The result, with a statistical analysis showed
that the average amount of the control's nucleus diameter spermatogonium mean was = 1,571u and sd =
0,191, while the average amount ( mean ) of nucleus diameter spermatogonium after radiation was =
4,46u and sd was = 0,372.
It is found out that the male white mice with radiation of radioactive 125I had greater average of nucleus
diameter than the control ones. Statistical analysis of variant shows that alpha = 0,05 means p < 0,05.

Key words: Male white mice, nucleus diameter spermatogonium, radio active 125I.
I. PENDAHULUAN yang mirip bentuk jepitan rambut, untuk
kemudian berjalan kearah caudal lagi.
Efek biologis dari radioaktif Demikian seterusnya tubulus itu berjalan
adalah merupakan akibat negatif yang bolak-balik ke caudal dan cranial,
timbul setelah suatu alat tubuh atau sehingga membentuk suatu lekukan-
bagian dari tubuh terkena radiasi sinar lekukan yang teratur dalam jumlah yang
pengion. Efek biologis dapat berupa sangat banyak sampai akhirnya kembali
efek somatic dan efek genetik yang bermuara ke rete testis lagi.
tergantung pada bagian mana dari alat
tubuh terkena penyinaran. Efek somatic Speimatogonia.
adalah efek yang timbul segera setelah
bagian tubuh terkena radiasi sinar Clermont dan Obregon (1968)
pengion yang sifatnya dapat akut menyebutkan bahwa populasi
maupun secara lambat. spermatogonia terdiri dari dua macam
sel yaitu : stem cells dan differentiating
Efek somatic timbul pada cells.
bagian-bagian tubuh di luar alat
reproduksi yang terkena radiasi sinar Spermatogonia type A adalah
pengion. Efek genetic adalah merupakan sebagai stem cells, karena ia mampu
efek biologis yang tampak pada generasi membelah diri membentuk stem cells
berikutnya dari seseorang yang terkena lagi dan differentiating cells, sedangkan
radiasi sinar pengion dan efek genetic differentiating cells adalah
timbul bila seseorang terkena radiasi spermatogonia type intermediate dan
pengion pada alat reproduksinya. type B, yang mana akan membelah
untuk menjadi sel yang lebih
Testes merupakan suatu kelenjar terspesialisasi yaitu spermatocytes, dan
ganda, karena memiliki fungsi eksokrin tak mungkin membentuk stem cells lagi.
dan endokrin. Hasil eksokrin terutama Spermatogonium type A intinya jernih,
sel-sel seks, sehingga oleh karena itu dengan selaput inti yang tipis,
testis dapat disebut sebagai kelenjar sedangkan type B, inti mengandung
sitogenik. Sedangkan hasil endokrin chromatin yang besar dan selaput
"sekresi interen" yang dilakukan oleh intinya tebal. Type intermediate adalah
sel-sel khusus (Ham, dkk; 1979). Testis bentuk diantara keduanya tersebut.
dibungkus oleh selaput yang terdiri
dari : tunica vaginalis, tunica albuginea Spermatogonia type B inilah
dan tunica vasculosa. yang kemudian membentuk
spermatocyt-spermatocyt muda pada
Testis sendiri tersusun atas stage VI, yang bentuknya mirip sel
banyak sekali bentukan-bentukan seperti induknya tapi dengan ukuran yang lebih
pipa kecil (tubule) yang berjalan kecil. Selanjutnya perubahanperubahan
berlekuk-lekuk, dengan kedua muaranya struktur inti terjadi pada intermediate
berhubungan dengan rete testis melalui intervals. Sampai pada stage IX baru
tubuh recti. Pipa-pipa kecil tersebut menampakkan gambaran khas
disebut tubuli seminiferi. spermatocyt pada stadium leptotene.

Clermont dan Huckins (1961), Leeson and Leeson ( 1990 )


telah meneliti perjalanan dari tubululi menyebutkan bahwa inti sel
seminiferi dari testis mencit. spermatogonium type A, gelap dengan
Dikatakannya setelah meninggalkan rete inti sel lonjong berwarna gelap. Sel-sel
testis, tubulus seminiferous berjalan ke tersebut membelah diri secara berkala
arah caudal sampai jarak tertentu, untuk mempertahan kan jumlah
kemudian ia berbalik pada suatu belokan spermatogonia dan juga untuk
membentuk spermatogonia pucat type A benar agar mendapat tujuan yang akan
yang memiliki inti lonjong pucat. kita capai melalui keselamatan radiasi.
Spermatogonia pucat type A, membelah
diri secara mitosis untuk menjadi Tujuan keselamatan radiasi
sperlnatogonia type B dan juga untuk adalah :
menjadi spermatogonia pucat type A
yang lain. Spermatogonia type B 1). Mencegah terjadinya efek non-
mempunyai inti bulat yang mengandung stokastik yang membahayakan.
massa khromatin padat yang 2). Mengurangi frekuensi terjadinya
berhubungan dengan membran inti. Bila efek stokastik ketingkat yang cukup
spermatogonia type B membelah diri rendah yang masih dapat
dengan cara mitosis selsel tersebut ditanggung oleh masyarakat.
menghasilkan sel-sel anak yang
seluruhnya berdiferensiasi menjadi
spermatocyte primer. Sewaktu proses ini
berlangsung, sel-sel anak menjadi III TINJAUAN DAN 1VIANFAT
lamina basal, bertambah besar dan PENELITIAN
memperlihatkan perubahan sifat inti sel.
Klasifikasi spermatogonia yang lebih Tujuan penelitian ini adalah
kompleks diajukan oleh beberapa untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi
penulis misalnya karena jumlah generasi radioaktif 125I terhadap diameter inti
spermatogonia type B pada manusia ada spermatogonium dalam satuan waktu
empat, maka sel-sel tersebut diberi nama yang ditentukan. Manfaat penelitian ini
B1, B2, B3 dan B4. adalah dalam dunia kesehatan yaitu
untuk terapi dan diagnosis. Para pekerja
Yang termasuk radiasi sinar (laboran) yang bekerja di laboratorium
pengion adalah : sinar alfa, sinar beta, Radio immuno-assay yang memakai
sinar grenz, sinar X (Rontgent) dan sinar radio-aktif 125 I sebagai tracer diharapkan
gamma (Anonim, 1973 a; Gabriel, untuk berhati-hati dan memakai
1988 ). pelindung badan agar tidak tercemari
radio-aktif memakai

pelindung badan agar tidak


II LATAR BELAKANG MASALAH tercemari radioaktif.
Karena sinar gama makin
meluas pemakaiannya khususnya dalam
bidang kedokteran nuklir, maka kita VI TINJAUAN PUSTAKA
sering melihat orang-orang yang selalu
berhubungan dengan radiasi sinar Becquerel (1896) yang dikutif
pengion khususnya sinar gamma akan oleh Gabriel, 1988 menemukan
menderita gangguan akibat negatif dari senyawa uranium yang memancarkan
pada sinar tersebut. Pasien kedokteran sinar tak tampak yang dapat
nuklir sebagai subyek penyinaran, menembus bahan yang tidak tembus
mempunyai kemungkinan mengalami cahaya serta mempengaruhi emulsi
efek non stokastik disamping juga efek fotografi. Marie Curie ( 1896 )yang
stokastik. Sebagai sumber radiasi ia dikutif Gabriel, 1988 menunjukkan
dapat memperbesar peluang terjadinya bahwa inti uranium dan banyak unsure
efek stokastik, somatic dan genetic lainnya bersifat memancarkan salah
dalam masyarakat. Aspek keselamatan satu partikel alfa, beta atau gamma.
radiasi dalam kedokteran nuklir perlu Unsur inti atom yang mempunyai sifat
mendapat perhatian secara wajar dan memancarkan sinar-sinar tersebut
disebut inti radio-aktif (Kirsch dkk;
1972). Sinar gamma mempunyai sifat--
sifat yaitu : Mempunyai daya tembus sebagai berikut: (Wiryosimin, 1985 )
lebih besar dari sinar alfa, sinar beta, ( dX / dS ) s*=- (dY / dS) s*. bila dX /
sinar grenz dan sinar X tidak dapat dS menyatakan penambahan biaya
dilihat oleh mata biasa, mempunyai persatuan ekivalen dosis kolektif yang
panjang gelombang pendek, diperlukan untuk memperoleh suatu
mempunyai pancaran sinar yang lurus tingkat keselamatan radiasi tertentu
tidak dapat dibelokkan oleh medan dan dY / dS menyatakan penambahan
magnit, dapat merangsang sel-sel beban masyarakat atas kerugian yang
jaringan hidup dan merusak sel-sel ditimbulkan oleh pengoperasian
jaringan hidup dan dapat mengionisasi instalasi atau pun pekerja bersangkutan
gas. persatuan ekivalen dosis kolektif
( Anonim, 1982; Santoso, 1985 ).
Oleh karena sinar gamma
mempunyai daya tembus yang tinggi, Batas ekivalen dosis
sehingga tergolong radiasi kuat ( Hard- ditetapkan atas dasar prinsip bahwa
radiation ) (Anonim, 1982; Lukman, risiko total dianggap sama, tidak
3983; Gabriel, 1988). Oleh karena itu peduli apakah penyinaran rata untuk
sinar gamma makin meluas seluruh tubuh atau hanya tertuju pada
pemakaiannya khususnya dalam bagian tertentu saja. Anggapan ini
bidang kedokteran nuklir. akan berlaku bila dipenuhi hubungan :

Ekivalen dosis yang diterima WTH T < H w B,L


oleh seseorang dari semua "sumber" T

( instalasi atom ) yang dioperasikan


(Wiryosimin, 1985). Bila W.
harus tidak melebihi batas dosis yang
menyatakan factor bobot yang
berlaku (batas dosis perorangan).
menggambarkan angka banding antara
Secara ideal persetujuan atas suatu
risiko stokastik yang berasal dari organ
usul pengoperasian instalasi atau
T terhadap risiko total bila seluruh
pekerjaan yang melibatkan penyinaran
tubuh menerima penyinaran secara
radiasi harus didasarkan atas hasil
merata; H menyatakan batas ekivalen
analisis biaya manfaat. Untuk suatu
dosis tahunan yang diterima oleh organ
harga ekivalen dosis kolektif yang
T dan HW B, L menyatakan batas
dipilih (berarti tingkat risiko sudah
ekivalen dosis tahunan untuk
dipilih), S*, keadaan optimum akan
penyinaran merata pada seluruh tubuh,
dicapai bila dipenuhi persamaan
dalam hal ini 50 mSv ( 5000 mrem ).

Faktor bobot untuk berbagai organ / bagian jaringan

Organ / jaringan W

Gonad 0,25

Payudara 0,15

Sumsum merah 0,12

Paru-paru 0,12

Kelenjar gondok 0,03

Permukaan tulang 0,03

Lain-lain 0,30
Sumber: Wiryosimin, S. 1985.

Apabila penerimaan penyinaran H2O+H2O.....H + OH ; H2O + H2O .......


terdiri atas penyinaran luar dan dalam, OH + Ho. Radikal-radikal ini akan
maka batas ekivalen dosis untuk efek bereaksi satu dengan yang lainnya ; H +
stokastik tidak akan dilampaui bila OH ...... H2O ; Ho + Ho ..... H2; OH + OH
dipenuhi hubungan sebagai berikut : .... H2O2.(hydrogen peroksida) yang
merupakan bahan pengoksidasi yang
Hr Ij
1 aktif dan merupakan bagian penting
HWB, L Ij , L yang perlu diperhatikan dari efek radiasi
pada system yang encer (Casarett,
Bila Ij menyatakan jumlah 1968). Pengaruhnya pada molekul-
pemasukan radio nuklida j dalam satu molekul sel adalah:
tahun Ij, L menyatakan batas pemasukan
tahunan untuk radio nuklida j. 1. Putusnya ikatan peptida dari molekul
sel.

2. putusnya ikatan hydrogen dan ikatan


Proses Ionisasi disulfida dari protein sel
Sebagian besar system biologis 3. terhadap organel-organel sel;
terdiri dari 80 % air, karena itu sebagian membran plasma pecah, endoplasmic
besar ionisasi pada system biologis reticulum memanj ang; mitokondria
terutama terjadi pada molekul air bila membengkak, lisozom pecah akan
tubuh kena radiasi radioaktif ( sinar memperberat kerusakan sel, produksi
pengion ) efek ini ditemukan pertama ATP berkurang.
kali oleh Curie dan Debierne ( 1901 )
dikutip oleh Gabriel; 1988. 4. Dalam inti sel akan terjadi kecepatan
sintesa DNA berkurang karena
Pada saat radiasi pengion mengenai aktifitas enzym berkurang akan
suatu system biologis, maka ionisasi terjadi penundaan aktifitas mitosis,
paling banyak terjadi pada molekul air aberasi struktur kromosom, putusnya
sehingga radikal Ho, OHo , yang kromosom atau kromatid.
dihasilkan dapat menimbulkan efek
yang bermacam - macam pada system
biologis tersebut akan menyebabkan
perubahan yang sangat penting bagi V. MATERI DAN METODE
struktur dan fungsi kehidupan sel PENELITIAN.
( Casarett, 1986)
Definisi operasional variable
125
Secara umum radiolisis dari air tergantung. Efek radioaktif I pada
H2O.....H + OH+ diameter inti sel spermatogonium adalah
efek yang timbul dengan ditandai adanya
Salah satu dari banyak kemungkinan perubahan diameter inti sel
pembentukan radikal bebas adalah spermatogonium yang lebih besar atau
sebuah electron dikeluarkan dari lebih kecil atau sama sekali normal, dan
molekul air ( H2O .... H20+ e- ) dan atau sama dengan normal. Penelitian ini
electron tersebut diambil oleh molekul dilaksanakan di Laboratorium Kebidanan
air yang lain ( e- + H20+ .....H20 ) dalam FKH Unair.
keadaan demikian sebuah ion positif
( H2O ) dan ion negatif ( H2O ) dibentuk.
Tiap-tiap ion tersebut dengan adanya
5.1. Hewan Penelitian
molekul air yang lain menjadi suatu ion
dan suatu radikal bebas.
Dalam penelitian memakai 48 ekor tengah-tengah tutup kotak mencit
mencit jantan umur 2 bulan didapat dari dan dicatat waktunya mulai
Veterinary Farma ( Vehna ) di Jalan menempatkan radioaktif itu. Emisi
Achmad Yani Surabaya. Rancangan yang radiasi nukleotida pada saat
dipakai dalam penelitian ini adalah pemberian adalah 18 cm dalam 100
rancangan acak lengkap pola factorial 2 x count / detik setiap 5 ci radioaktif
3 sehingga ada 6 kombinasi perlakuan 125
I.
(Sudjana, 1992).
b. Ether dipakai untuk membius
mencit , kemudian testesnya diambil
keduanya dan difiksasi dengan
5.2. Bahan Dan Alat Penelitian formalin 10% di dalam botol kecil
kemudian ditutup rapat-rapat, dan
a. Radio nukleotida 125I sebanyak
diberi label. mengenai dosis, waktu
45ci, diperoleh dari Diagnostik dan nomor agar lebih memudahkan
Product Corporation Amerika pengerjaan preparat histologinya.
Serikat ( DPC USA). Radio aktif ini
di bagi menjadi empat dosis yaitu : c. Mikrometer, untuk mengukur
diameter inti sel spermatogonium
1. Dosis 5ci diradiasi selama 16 mikroskop cahaya, botol kecil-kecil
hari yang sudah diisi formalin 10 %.
2. Dosis 5ci diradiasi selama 32 5.3. Metode Penelitian.
hari
Mencit sebanyak 48 ekor dibagi
3. Dosis 10ci diradiasi selama 16 menjadi 6 kotak plastik besar, yaitu :
hari Kotak I; diberi radiasi 125I dosis 5 uci
selama 16 hari. Kotak II; diberi radiasi
4. Dosis 10ci diradiasi selama 32 125
I dosis 5 uci selama 32 hari. Kotak III;
hari, sehingga memakai 30 ci diberi radiasi 125I dosis 10 uci selama 16
radio aktif. hari. Kotak IV; diberi radiasi 125I dosis 10
ci selama 32 hari. Kotak V dan Kotak
Masing-masing ukuran ada dalam
VI : Sebagai kontrol. Kemudian diamati
kemasan botol kecil, yang ada
tutupnya dan bisa diatur sendiri. setiap hari dan mencit tetap diberi makan
dan minum
Masing-masing botol ditaruh di

Rancangan Percobaan Faktorial

Waktu Dosis I D1 ; Dosis II (D2); Dosis Not (DO)


Hari 5 uci 10 uci Kontrol (DO)
16 (al) 8 8 8
32 (a2) 8 8 8
16 16 16

Rancangan yang dipakai dalam hal ini; rancangan acak lengkap pola factorial 2 x 3 , ada
dua factor diberikan pada mencit dengan dua ulangan . Faktor pertama adalah hari ( waktu )
yaitu : 16 hari ( al ) dan 32 hari ( a2 ). Faktor kedua adalah dosis yang terdiri dari dua
perlakuan dan dua kontrol. Jadi ada 6 kombinasi perlakuan yaitu alDo; a2Do; alDl; a2D1;
a1D2; a2D2; yang masing-masing terdiri dari 8 ekor mencit jantan umur 2 bulan. Setelah
mencapai waktunya masing-masing perlakuan maka, semua mencit dikorbankan dibius dengan
Ether di - dalam kaleng. Kemudian masing - masing mencit kedua testesnya diambil dan
dimasukkan ke dalam botol kecil difiksasi dengan formalin 10 % untuk dibuat preparat
histology. Tiap botol kecil itu ditulisi label, nomor, dosis, waktu., Dengan cara yang sama botol
satu sampai delapan tetap diisi kode dan setiap botol ditutup rapat -rapat . Dengan cara yang
sama juga dilakukan pada :

- dosis 5 ci selama 32 hari

- dosis 10 ci selama 16 hari

- dosis 10 ci selama 32 hari dan juga untuk kontrol.

Semua mencit dalam perlakuan dan kontrol selama waktu tertentu kedua testesnya
diambil dan difiksasi dalam formalin 10 % untuk di buat preparat histology.

Setelah selesai membuat preparat histology yang didasarkan atas kelompok perlakuan
waktu dan kontrol maka preparat itu dilihat di bawah mikroskop cahaya untuk diukur diameter
inti set spermatogonium mencit tiap perlakuan dengan memakai mikro-meter.

Parameter yang diamati dan dianalisa adalah diameter inti set spermatogonium tiap
perlakuan, semuanya ini datanya disajikan dalam bentuk deskriptif . Sedangkan untuk menguji
perbedaan diameter inti set spermatogoniun rata-rata dari masingmasing data dilakukan analisa
varian dengan uji Fischer ( F ) dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNT ( Sudjana,
1992 ).
VI. HASIL

Hasil perhitungan Mean, Sd, Se dari masing-masing perlakuan untuk data diameter inti set
spermatogonium pada rancangan factorial ( Diam .

Kontrol (K) Diradiasi dengan radioaktif 125I

16 hari (KI) 5 uci/16 hari 5 uci/32 hari

Mean 1,575 a1 3,413 bl 4,460 c1

Sd 0,191 0,792 0,372

Se 0,067 0,280 0,132

N 8 8 8

32 hari (KII) 10 uci/16 hari 10 uci/32 hari

Mean 1,638 a2 5,789 b2 7,665 c2

Sd 0,200 0,918 1,224

Se 0,071 0,325 0,433

N 8 8 8

Notasi : a1.b1; b1.c1; b1.b2; c1.c2;

Dalam satu kolom dan baris berbeda nyata (p < 0,05)

Dari hasil ekperimen di atas dapat dilihat kesehatan untuk terapi dan diagnostik
bahwa makin besar dosis radiasi ( dalam kedokteran nuklir ). Para medis
radioaktif 125I dan makin lama waktu yang bekerja berhubungan dengan
radiasi, rata - rata diameter inti sel radioaktif bisa berhati-hati dan memakai
spermatogonium makin besar. Untuk alat pelindung dari radiasi. Para pekerja
menguji hypotesis digunakan analisa (laboran) di laboratorium
varian. Dengan analisa varian didapat Radioimmunoassay yang memakai
dengan alfa () = 0,05 maka ; kelompok 125
radioaktif I sebagai tracer diharapkan
waktu, kelompok dosis, interaksi waktu untuk berhati-hati agar tidak tercemar
dan dosis ( waktu * dosis ) semuanya dari radiasi tersebut.
bermakna dimana p < 0,05.

VIII KESIMPULAN.DAN SARAN


VII. DISKUSI.
8.1. Kesimpulan.
Hasil penelitian ini banyak 125
manfaatnya bagi masyarakat luas dalam 1. Radioaktif khususnya I
hal bidang kesehatan khususnya, industri, merupakan sinar yang berbentuk
pertanian, peternakan, pertambangan dan gelombang elektromagnetik dan
energi dan lain-lainnya. Bidang
mempunyai panjang gelombang berhubungan dengan radiasi
sangat pendek. radioaktif.

2. Radioaktif dapat menyebabkan


proses ionisasi pada system DAFTAR PUSTAKA.
biologis yang dilaluinya. 1. Anonim, 1973 a, Radiation Protection
Procedures. International Atomic
3. Radioaktif 125I dapat menimbul kan Energy. IAEA in Austria.
efek negatif pada organ-organ yang
aktif ( testes ). 2. -------, 1973 b. Safe Handing of
radionuclides. International Atomic
4. Organ ini dapat menghasilkan Energy Agency Vienna, IAEA in
ukuran diameter inti sel Austria.
spermatogonium lebih besar dari
normal. 3. --------, 1982. Basic Safety Standard for
radiation Protection international
5. Besarnya dosis radiasi radioaktif 125I Atomic Energy Agency. Vienna, IAEA
serta lamanya waktu yang diberikan in Austria.
dalam radiasi sangat menentukan
ukuran diameter inti sel 4. Casarett, A.P. 1968, Radiation Biology
spermatogonium ( Diam ). First edition. Prentice Hal inc-Engle
wood cliffs New Yersey p:200-210.
6. Semakin besar dosis radiasi yang
diberikan semakin besar juga ukuran 5. Clermont, Y. and C. Huckins; 1961.
diameter inti sel spermatogonium Mikroskopic Anatomy of the sex cords
testes mencit . and seminiferous tubulus in growing
and adult male albino rats. Am. J. Anat.
7. Hasil pengamatan tampak bahwa 1:79.
diameter inti sel spermatogonium
yang mendapat radiasi radioaktif 125I 6. Cleimont, Y. and E. Bustos - Obregon,
rata-rata diameter inti sel 1968. Reexamination of spermatogonial
spermatogonium lebih besar dari renewal in the rat by means of
kontrol. Ini dibuktikan dengan seminiferous tubules mounted in toto.
pengelompokkan mencit berdasar Am. J. Anat. 123:237248.
kan dosis, waktu, interaksi dosis dan
waktu (dosis x waktu), dengan up 7. Clermont, Y. 1962. Quantitative
Fischer (F) semuanya bermakna (p Analysis of spermatogenesis in the rats.
< 0,05), dengan alfa = 0,05. Am.J.Anat. 111:111-129.

8.2. Saran. 8. Gabriel, J.F. 1988. Fisika Kedokteran .


Departemen Fisika UNUD. P: 276-322.
1. Radioaktif sangat berbahaya bagi
pasien atau orang lain maka sangat 9. Ham, A.W. and David, H. Conmack,
dianjurkan untuk berhati-hati. 1979. Anatomy and Histology of
Faculty Medicine Univ. Toronto USA.
2. Penelitian ini perlu dilanjutkan P: 877889.
untuk melihat efek genetic,
mutagenik, teratogenik atau 10. Lukman, D. 1983. Buku pengantar
karsinogenik. dasar-dasar radiasi dalam ilmu
kedokteran gigi FKG. Trisakti Jakarta
3. Dianjurkan kepada karyawan h. 32.
untuk memakai pelindung dalam
menangani alat-alat yang 11. Santoso, D. 1985. Prinsip dan
pemanfaatan Teknik Radioimmuno -
assay. Pusat penelitian Teknik Nuklir,
Badan Tenaga Atom Nasional
( BATAN ).

12. Sudjana, 1992. Metoda Statistika.


Tarsito Bandung.

13. Kirsch, W.M; Schulz, D; Fuchs, E.


and Na Kane, P; 1972. Effect of
Ionizing radiation On Nuclear energy
Transduction in Normal and
Neoplastic glia. J. Radiation Biology.
11:349359.

14. Wiryosimin, S. 1985. Aspek


keselamatan radiasi dalam kedokteran
nuklir. ABK. Pengetahuan Nuklir.
Jurusan Fisika ITB.
PENATALAKSANAAN PADA DIABETIC PERIPHERAL
NEUROPATHIC PAIN (DPNP)
Herni Suprapti
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak

Penyebab diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) masih belum diketahui, dan nyeri yang dirasakan
dapat sangat hebat sehingga mengganggu aktivitas. DPNP tidak dapat disembuhkan, tetapi untuk
memperbaiki kualitas hidup, perlu diberikan terapi untuk mengontrol nyeri, yaitu dengan memberikan
obat topikal, obat oral, serta tindakan non-farmakologi lain (akupunktur dan transcutaneous nerve
stimulation).

Diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) mengenai sekitar 10% sampai 20% dari 20 juta penduduk
Amerika yang menderita diabetes mellitus (DM) (1,2).

MANAGEMENT ON DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHIC PAIN (DPNP)


Herni Suprapti
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract

The cause of diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) is still unknown, and the pain can be so intense
that it interferes with the activity. DPNP can not be cured, but to improve the quality of life, should be
given therapy to control pain, by providing topical medications, oral medications, as well as non-
pharmacological action of other (acupuncture and transcutaneous nerve stimulation).
Diabetic peripheral neuropathic pain (DPNP) of about 10% to 20% of the 20 million Americans who
suffer from diabetes mellitus (DM) (1.2).

Etiologi biasanya lokasinya pada kaki atau tungkai


bawah, walaupun tangan juga bisa terkena
Seperti berbagai jenis nyeri neuropatik (5). Pasien juga mengalami allodynia, yaitu
lainnya, penyebab DPNP tidak diketahui. stimulus yang dalam keadaan normal tidak
Walaupun DPNP berhubungan dengan menyebabkan nyeri tetapi pada pasien ini
perubahan patologis saraf perifer, masih dapat menimbulkan rasa nyeri, atau
belum jelas mengapa hanya pada pasien- hyperalgesia, yaitu peningkatan respons
pasien tertentu terjadi peripheral terhadap stimulus nyeri. Walaupun pasien
neuropathy sedangkan pasien lain tidak. merasa nyeri, mereka juga merasa kebas
Perbedaan ini menimbulkan perhatian lebih pada daerah-daerah tersebut.
banyak terhadap peran otak dan seluruh
sistem saraf pusat (SSP) pada timbulnya Pasien dengan nyeri tungkai bawah
rasa nyeri (3). terasa nyeri saat berjalan, tetapi DPNP juga
sering timbul dan memburuk pada malam
Perbaikan kontrol glukosa dapat hari. Hal ini dapat menyebabkan gangguan
menurunkan risiko terjadinya diabetic tidur. Insomnia berhubungan dengan hasil
peripheral neuropathy, tetapi masih belum glucose-tolerance-test yang abnormal dan
jelas apakah juga menurunkan insidens mencetuskan DM (6).
DPNP (4).
Evaluasi
Diagnosis
DPNP adalah diagnosis terbanyak pada
Gejala DPNP pada umumnya berupa rasa pasien dengan DM yang kaki atau
terbakar atau electric shock sensation dan tungkainya terasa nyeri. Lakukan
pemeriksaan 2 JPP pada pasien yang baik sekali untuk pasien-pasien diabetes,
merasa nyeri seperti ini, tetapi belum dengan kondisi co-morbid.
pernah diperiksa untuk DM (7). Penyebab
lain nyeri perifer adalah nyeri karena Lidocaine patch direkomendasi
defisiensi vitamin B12, claudication dan untuk nyeri ter-lokalisasi karena hanya 3
osteoarthritis. Penyakit-penyakit ini dapat buah patch untuk sekali pakai. Patch dapat
dibedakan dengan DPNP dengan beberapa digunakan selama 12 jam lalu dilepas. Efek
pemeriksaan (8). analgesia berlangsung terus selama 12 jam
setelah dilepas; biasanya pasien memakai
Pada penelitian neurologis, seperti pada sore hari lalu paginya dilepas.
nerve conduction velocity dan quantitative
sensory test, biasanya menunjukkan Patch ini juga merupakan barrier
penurunan fungsi saraf perifer pada pasien fisik antara lingkungan luar dengan daerah
DPNP. Tetapi didapatkan hubungan yang nyeri. Hal ini baik untuk pasien DPNP
minimal antara hasil uji-uji ini dengan dengan allodynia atau hyperalgesia, dimana
timbulnya dan keparahan DPNP; jadi, adanya stimulus eksternal dapat
mereka hanya terbatas pada membantu mengeksaserbasi nyeri. Jelaskan pada
membuat diagnosis. Uji ini tidak dilakukan pasien bahwa lidocaine patch hanya
rutin pada pasien yang telah didiagnosis ditempelkan di kulit yang intak; jangan
DPNP. ditempelkan pada ulkus yang nyeri, yang
sering terjadi pada pasien diabetes.
Terapi
Analgesik topikal lainnya yang
Ada beberapa pedoman terapi nyeri sering digunakan untuk DPNP adalah
neuropatik secara umum atau spesifik pada capsaicin. Yang sering digunakan sebelum
DPNP (5, 9-11). Pedoman ini menunjukkan ada lidocaine patch, tetapi lidocaine patch
terapi mana yang paling efektif. Terapi lebih efektif. Banyak juga pasien DPNP
yang direkomendasi berdasarkan pedoman yang tidak men-toleransi rasa panas akibat
pada Tabel 1. Hanya ada 2 obat yang telah capsaicin (yang terbuat dari chili pepper),
mendapat persetujuan US Food and Drug terutama bila ada allodynia (13).
Administration (FDA) untuk terapi DPNP,
yaitu: pregabalin dan duloxetine.

Walaupun sejumlah obat yang Tabel 1. Penatalaksanaan DPNP


disebutkan disini adalah merupakan
antidepresan atau antikonvulsan karena 1. Bila nyeri ter-lokalisasi, berikan
mereka tidak mempunyai efek analgesik, lidocaine patch 5%.
berkurangnya rasa nyeri terbukti tidak
berhubungan dengan efek-efek ini. 2. Bila nyeri menyebar atau bila
Pertimbangkan juga pemberian analgesik pemberian lidocaine patch 5% tidak
primer yang setara dengan opioid. mempan, beri TCA bila tidak ada
kontraindikasi.
Analgesik Topikal
3. Bila penggunaan TCA merupakan
Bila nyeri relatif ter-lokalisasi, terapi mulai kontraindikasi atau bila disertai
dengan lidocaine patch 5%. Walaupun dengan efek samping yang tidak
indikasi menurut FDA hanya untuk terapi dapat ditoleransi, berikan SNRI
post-herpetic neuralgia, tetapi obat ini juga (duloxetine atau venlafaxine) atau
efektif untuk DPNP (12). Jelaskan pada antikonvulsan (pregabalin atau
pasien, bahwa obat ini berupa obat topikal gabapentin).
yang efeknya lokal dan, sangat jarang
menyebabkan efek samping sistemik atau Bila pasien mempunyai co-
berinteraksi dengan obat lainnya. Hal ini morbid depresi, beri SNRI.
Bila efek analgesik TCA antihistaminik yang lebih ringan. Beberapa
tidak cukup, beri pasien yang minum TCA merasa sangat
antikonvulsan. mengantuk karena efek antihistaminiknya,
tetapi efek ini menguntungkan karena
Bila salah satu obat membantu mereka tidur pada malam hari,
tersebut tidak efektif, coba dimana saat tersebut keluhan DPNP bisa
obat lainnya. sangat parah.
4. Bila diperlukan efek analgesik yang SNRI yang lain
cukup, beri analgesik opioid
(oxycodone atau tramadol). Setelah TCA, obat yang efektif untuk
DPNP adalah antikonvulsan pregabalin dan
5. Acupuncture dan TENS dapat gabapentin, dan antidepresan serotonin
digunakan bila obat-obat tersebut di norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI)
atas tidak cukup meredakan nyeri duloxetine dan venlafaxine. Beberapa studi
atau tidak dapat diberikan karena meneliti perbandingan obat-obat ini,
pasien intoleransi. hasilnya tidak ada perbedaan efektivitas
pada tiap pasien.
TCA = tricyclic antidepressant; SNRI =
serotonin norepinephrine reuptake
inhibitor; TENS = transcutaneous electrical
nerve stimulation Bila pemberian TCA tidak
menghasilkan efek analgesia dan
Dikutip dari Boulton AJ, et al. Diabetes antidepresan yang diharapkan, maka
Care 2005; Finnerup NB, et al. Pain 2005; gantilah dengan antikonvulsan karena obat
Argoff CE, et al. Mayo Clin Proc 200610; ini mempunyai efek analgesia yang berbeda
Dworkin RH, et al. Arch Neural 2003. (11) dengan SNRI, dan mempunyai efek yang
mirip dengan TCA, tetapi dengan efek
samping yang lebih ringan.
Tricyclic Antidepressant Karena kedua antidepressan,
duloxetine dan venlafaxine harus diberikan
Dari semua obat yang diresepkan untuk sebelum pemberian antikonvulsan jika
DPNP, penggunaan tricyclic anti-depresant pasien mempunyai co-morbid depresi.
(TCA) paling banyak didukung riset. TCA Depresi sering terjadi pada pasien DM, dan
diberikan sebagai obat oral pilihan pertama dapat mencetuskan dan mengeksaserbasi
bila toleransi pasien baik dan tidak ada penyakit ini (14,15). Seperti TCA,
kontraindikasi terhadap TCA. Beberapa duloxetine dan venlafaxine mempunyai
pasien, terutama lanjut usia, sensitif efek anti-depresan yang baik. Jenis
terhadap efek antikolinergik dan antidepresan yang lain, seperti selective
antihistaminik obat ini. TCA kontraindikasi serotonin reuptake inhibitor (SSRI), efektif
pada pasien pre-existing cardiac conduction untuk depresi, tetapi hanya sedikit dapat
defect. Dengan alasan ini maka sebaiknya menurunkan nyeri.
pada pasien DPNP berusia lebih dari 50
tahun, jangan diberikan TCA, walaupun Duloxetine indikasinya DPNP;
tidak ada kontraindikasinya. banyak dokter yang lebih suka
meresepkannya daripada venlafaxine.
Salah satu mitos yang masih ada Duloxetine dapat menyebabkan interaksi
bahwa amitriptyline mempunyai efek obat karena efek inhibitory kuat pada
analgesik yang paling poten daripada TCA sistem enzim hepatic cytochrome P-450
lainnya. Kenyataannya, semua TCA 2D6, yang terlibat pada metabolisme
mempunyai efek analgesik yang sama. Jadi berbagai obat (16).
berikan desipramine dan nortiptyline, yang
mempunyai efek antikolinergik dan
Mulailah dengan memberikan Walapun pregabalin efeknya juga
duloxetine 30 mg/hari selama 1 minggu, sedasi, tapi kurang menyebabkan ngantuk
kemudian dosis ditingkatkan sampai 60 siang hari. Beberapa klinisi lebih suka
mg/hari. Bila mulai dengan dosis kecil, memberi duloxetine, karena merupakan
maka efek nausea dapat dihindari. Dosis 60 indikasi untuk DPNP.
mg/hari cukup untuk pasien pada
umumnya, tapi ada pula pasien tertentu
yang memerlukan dosis 90 mg/hari, atau
bahkan 120 mg/hari, supaya efektif (17). Opioid

Bila menggunakan venlafaxine, Oxycodone dan tramadol adalah dua opioid


disarankan sediaan extended-release. yang digunakan untuk terapi DPNP, dan
Dosisnya sekali sehari dan efek nausea-nya paling banyak disuport oleh literatur.
lebih kecil daripada sediaan immediate- Karena nyeri DPNP biasanya konsisten, dan
release. Mulailah dengam dosis 75 mg/hari terus menerus, maka berilah sediaan
(37.5 mg/hari untuk pasien lanjut usia) extended-release obat-obat ini setelah dosis
kemudian tingkatkan dengan interval 3-4 optimal yang dapat ditentukan dengan
hari sampai dosis 150 mg/hari. Pertahankan penggunaan sediaan dose immediate-
dosis tersebut selama 2-3 minggu. Bila release terlebih dahulu.
responsnya kurang baik, tingkatkan dosis Oxycodone dan tramadol lebih
sebesar 37.5 mg setiap minggu. Dosis efektif untuk DPNP daripada opioid lainnya
paling tinggi adalah 450 mg/hari; beberapa masih dipertanyakan; kelebihannya
dokter memberikan dosis lebih tinggi lagi, berhubungan dengan kenyataan bahwa obat
tetapi tidak ada bukti yang mendukung tersebut diteliti lebih banyak untuk terapi
bahwa dosis lebih tinggi dapat meredakan DPNP daripada opioid lainnya. Berbagai
nyeri lebih baik. opioid lain juga efektif untuk terapi nyeri
Tidak seperti TCA, duloxetine dan neuropatik secara umum (19), dan
venlafaxine efek antihistaminiknya kecil, penelitian terbaru mengindikasikan bahwa
dan tidak terlalu sedatif. Untuk pasien yang fentanyl transdermal baik untuk DPNP (20).
sukar tidur, berilah non-benzodiazepine Oxymorphone, merupakan sediaan which
sedative-hypnotic, seperti zolpidem, oral short-acting dan extended-release,
zaleplon, eszopiclone atau ramelteon, adalah metabolit oxycodone dan,
sebagai tambahan antidepresan (18). mempunyai efek analgesia yang mirip.

Tramadol adalah obat kombinasi


yang mengandung opioid lemah dan SNRI
Antikonvulsan lemah. Studi opioid antagonis menunjukkan
bahwa analgesia yang paling kuat adalah
Pregabalin dan gabapentin efek tramadol karena sifat SNRI-nya (21).
analgesiknya mirip, tapi sebaiknya gunakan
yang pertama lebih dahulu. Gabapentin Tramadol merupakan suatu opioid,
efektif juga, tetapi sulit mencapai dosis mempunyai risiko penyalahgunaan dan
terapetik karena terlalu sedatif. Bagi ketergantungan psikis. Sebaiknya
kebanyakan pasien, dibutuhkan paling dosis menggunakan obat yang lebih mempunyai
1,600 mg/hari, atau lebih. Walaupun obat efek SNRI, seperti TCAs, duloxetine atau
tersebut diberikan malam hari, beberapa venlafaxine.
pasien masih mengeluh ngantuk pada siang
hari bila minum obat ini. Kombinasi Terapi Analgesik

Pasien DPNP biasanya diberikan kombinasi


2 obat atau lebih. Masih belum banyak
penelitian mengenai efikasi kombinasi
terapi atau kombinasi mana yang lebih
efektif (22). Bila memberikan terapi dipasang di bawah baju, TENS dapat
kombinasi, pilihlah obat yang berbeda digunakan sepanjang hari sambil
kelasnya, seperti antidepresan dengan beraktivitas.
antikonvulsan atau opioid selain tramadol.

References
Obat-obat yang digunakan:
1. Vinik Al, Mehrabyan A. Diabetic
Amitriptyline neuropathies. Med Clin North Am
Capsaicin 2004;88:947-999,xi.
Desipramine
2. Boulton AJ. Management of
Duloxetine
diabetic peripheral neuropathy. Clin
Eszopiclone
Diabetes 2005;23:9-15.
Fentanyl, transdermal
Gabapentin 3. Woolf C. Central sensitization:
Lidocaine patch 5% uncovering the relation between
Nortriptyline pain and plasticity. Anesthesiology
Oxycodone 2007;106:864-867.
Oxymorphone
Pregabalin 4. Diabetes Control and
Complications Trial Research
Ramelteon
Group. The effect of intensive
Venlafaxine diabetes therapy on the
Tramadol development and progression of
Zaleplon neuropathy. Ann Intern Med
Zolpidem 1995;122:561-568.

5. Boulton AJ, Vinik Al, Arezzo 1C, et


Terapi non-farmakologi al; American Diabetes Association.
Diabetic neuropathies: a statement
Literatur untuk terapi Non-farmakologi
by the American Diabetes
DPNP masih terbatas. Untuk terapi jenis Association. Diabetes Care
ini, yang paling didukung riset adalah
2005;28:956-962.
akupunktur (23,24). Satu-satunya faktor
risiko adalah timbulnya infeksi, dan hal ini 6. Gottlieb DJ, Punjabi NM, Newman
bisa dihindari dengan memakai jarum AB, et al. Association of sleep time
dispossible. Seperti juga pemberian with diabetes mellitus and impaired
lidocaine patch, tidak ada jaminan bahwa glucose tolerance. Arch Intern Med
penggunaan akupunktur pasti berhasil, tapi 2005;165:863-867.
akupunktur tidak meng-eksaserbasi
kelainan co-morbid atau mempengaruhi 7. Hoffman-Snyder C, Smith BE,
obat yang diminum. Kadang-kadang Ross MA, et al. Value of the oral
akupunktur dapat menurunkan penggunaan glucose tolerance test in the
analgesik oral, dan hal ini baik bagi pasien. evaluation of chronic idiopathic
axonal polyneuropathy. Arch
Terapi non-farmakologi lainnya Neurol 2006:63:1075-1079.
yang menguntungkan untuk DPNP adalah
transcutaneous electrical nerve stimulation 8. Horowitz SH. The diagnostic
(TENS) (25). TENS adalah stimulasi workup of patients with
elektrik ringan dengan menempatkan neuropathic pain. Med Clin North
elektroda di daerah yang terasa nyeri. Hati- Am 2007;91:21-30.
hati penggunaan TENS pada pasien dengan
pacemaker. Karena elektroda dan kawatnya
9. Finnerup NB, Otto M, McQuay Hi, 17. Armstrong DG, Chappell AS, Le
et al. Algorithm for neuropathic TK, et al. Duloxetine for the
pain treatment: an evidence based management of diabetic peripheral
proposal. Pain 2005;118:289-305. neuropathic pain: evaluation of
functional outcomes [published
10. Argoff CE, Backonja MM, correction appears in Pain Med
Belgrade Ml, et al. Consensus 2007;8:690]. Pain Med 2007;8:410-
guidelines: treatment planning and 418.
options. Diabetic peripheral
neuropathic pain. Mayo Clin Proc 18. National Institutes of Health State-
2006;81(suppl 4):S12-S25. of-the-Science Conference
Statement. Manifestations and
11. Dworkin RH, Backonja M, Management of Chronic Insomnia
Rowbotham MC, et al. Advances in in Adults. Bethesda, Maryland;
neuropathic pain: diagnosis, August 18, 2005:1-18.
mechanisms, and treatment
recommendations. Arch Neurol 19. Eisenberg E, McNicol ED, Carr
2003:60:1524-1534. DB. Efficacy and safety of opioid
agonists in the treatment of
12. Barbano RL, Herrmann DN, Hart- neuropathic pain of nonmalignant
Gouleau S, et al. Effectiveness, origin: systematic review and meta-
tolerability, and impact on quality analysis of randomized controlled
of life of the 5% lidocaine patch in trials. LAMA. 2005:293:3043-
diabetic polyneuropathy. Arch 3052.
Neurol 2004;61:914-918.
20. Agarwal S, Polydefkis M, Block B,
13. McCleane G. Topical analgesics. et al. Transdermal fentanyl reduces
Med Clin North Am 2007;91:125- pain and improves functional
139. activity in neuropathic pain states.
Pain Med 2007;8:554-562.
14. Anderson R1, Freedland KE,
Clouse RE, Lustman Pl. The 21. Hair PI, Curran MP, Keam S1.
prevalence of comorbid depression Tramadol extended-release tablets
in adults with diabetes: a meta- in moderate to moderately severe
analysis. Diabetes Care chronic pain in adults: profile
2001;24:1069-1078. report. CNS Drugs 2007;21:259-
263.
15. Carnethon MR, Biggs ML,
Barzilay 11, et al. Longitudinal ***
association between depressive
symptoms and incident type 2 makalah
diabetes mellitus in older adults:
the cardiovascular health study.
Arch Intern Med 2007;167:802-
807. Tidak seperti TCA, duloxetine dan
venlafaxine efek antihistaminiknya kecil,
16. Preskorn SH, Greenblatt Dl, dan tidak terlalu sedatif. Untuk pasien yang
Flockhart D, et al. Comparison of sukar tidur, berilah non-benzodiazepine
duloxetine, escitalopram, and sedative-hypnotic, seperti zolpidem,
sertraline effects on cytochrome zaleplon, eszopiclone atau ramelteon,
P450 2D6 function in healthy sebagai tambahan antidepresan. (18)
volunteers. J Clin Psychopharmacol
2007;27:28-34.
TOXOPLASMOSIS DAN KEMUNGKINAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERUBAHAN PERILAKU
Bagus Uda Palgunadi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak: Toxoplasmosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi
Toxoplasma gondii. Toxoplasmosis tidak selalu menyebabkan keadaan patologis pada hospesnya,
penderita seringkali tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi sebab seringkali asymptomatis, terutama
pada penderita yang mempunyai imunitas tubuh yang baik. Toxoplasmosis akan memberikan gejala yang
jelas pada penderita yang mengalami penurunan imunitas. Akhir akhir ini toxoplasmosis diperkirakan
sebagai salah satu factor penyebab perubahan perilaku dan gangguan jiwa , termasuk schizophrenia.

Kata Kunci : Toxoplasmosis, Toxoplasma gondii, perubahan perilaku

TOXOPLASMOSIS AND POSSIBILITY OF ITS EFFECT TOWARD THE


BEHAVIORAL CHANGES
Bagus Uda Palgunadi
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract : Toxoplasmosis is zoonosis disease caused by the infection of Toxoplasma gondii.
Toxoplasmosis does not always cause the pathologic state in its host. Most of the sufferers do not realize
that they are infected as it is mostly asymptomatic, especially in sufferers who have good body immunity.
Toxoplasmosis will give a specific symptom in sufferer who has a decreased immunity level. Lately ,
toxoplasmosis has been predicted as one of the factors that cause behavioral changes and mental disorder,
including schizophrenia.

Keywords: Toxoplasmosis, Toxoplasma gondii, Behavioral changes

PENDAHULUAN: menyadari bahwa dirinya terinfeksi sebab


tidak mengalami tanda - tanda dan gejala
Toxoplasmosis adalah suatu gejala yang jelas, terutama pada penderita
penyakit zoonosis yang biasanya yang mempunyai imunitas tubuh yang baik.
ditularkan dari hewan baik hewan Toxoplasmosis akan memberikan kelainan
peliharaan misalnya anjing, kucing, burung yang jelas pada penderita yang mengalami
ataupun dari hewan ternak misalnya babi, penurunan imunitas misalnya pada
sapi, kambing, domba dan sebagainya. penderita penyakit keganasan , HIV-AIDS
Parasit ini dijumpai secara kosmopolitan di serta penderita yang mendapatkan obat
seluruh dunia. obat imunosupresan. Manifestasi yang
paling jelas adalah apabila infeksi ini terjadi
Prevalensi toxoplasmosis di pada masa kehamilan sehingga dapat terjadi
Indonesia cukup tinggi. Di beberapa daerah abortus, lahir mati, lahir hidup dengan
di Indonesia angka kejadian toxoplasmosis kecacatan misalnya hydrocephalus maupun
bervariasi antara dua hingga enampuluhtiga microcephalus, gangguan motorik,
prosen. (Gandahusada S, 1991) kerusakan retina dan otak serta tanda
Toxoplasmosis tidak selalu tanda kelainan jiwa. Toxoplasmosis
menyebabkan keadaan patologis pada mungkin bukanlah suatu penyakit yang
hospesnya, penderita seringkali tidak fatal, tetapi bila tidak ditanggulangi dengan
baik maka akan dapat menimbulkan
masalah mulai infetilitas, abortus, setahun atau lebih. ( Natadisastra D &
kecacatan fisik maupun mental. Dengan Agoes R, 2009)
meningkatnya penderita HIV AIDS,
kanker maupun kasus gizi buruk maka Walaupun transmisi intrauterine
toxoplasmosis tetap harus diwaspadai secara transplacental sudah diketahui tetapi
karena terbukti bahwa toxoplasmosis dapat baru pada tahun 1970 siklus hidup parasit
menimbulkan kelainan yang nyata pada ini menjadi lebih jelas yaitu ketika
penderita dengan status imun yang rendah. ditemukannya siklus seksualnya pada
kucing. Setelah dikembangkannya test
ETIOLOGI : serologis yang sensitive oleh Sabin dan
Feldman maka diketahui bahwa zat anti
Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii dapat ditemukan secara
parasit Toxoplasma gondii . Parasit ini cosmopolitan terutama di daerah dengan
termasuk protozoa subfilum apicomplexa, iklim panas dan lembab (Gandahusada S
kelas sporozoa, sub kelas coccidia. dkk, 2004)
Toxoplasma gondii mula mula ditemukan
pada binatang pengerat / rodentia di Afrika Dengan merebaknya kasus penyakit
Utara yaitu Ctenodactylus gundi pada tahun HIV-AIDS, saat ini toxoplasmosis
1909 oleh Nicolle dan Manceaux.. Janku dihubungkan pula dengan kemampuan
pada tahun 1923 menggambatkan adanya untuk memperparah penyakit HIV-AIDS
chorioretinitis yang disebabkan oleh oleh karena sifat dari parasit ini yang
Toxoplasma sedangkan pada tahun 1939 opportunistic. Dikalangan penderita HIV-
Wolf dan kawan kawan mengisolasi AIDS ditengarai toxoplasmosis merupakan
parasit ini serta menentukannya sebagai penyebab paling sering dari kelainan
penyebab penyakit congenital pada Susunan Saraf Pusatnya. (Natadisastra D &
neonatus. Pada tahun 1970 parasit yang Agoes R, 2009)
sudah dikenal sebagai pathogen pada
manusia selama setengah abad ini MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP :
diklasifikasikan secara taxonomi dalam
coccidia dan diketahui bahwa bangsa Dalam sel epithel usus kecil
kucing adalah hospes definitifnya serta bangsa kucing dapat berlangsung siklus
menjadi jelas bahwa dalam siklus hidupnya asexual (schizogoni) maupun sexual
terdapat siklus seksual yang terjadi pada (gametogoni, sporogoni) yang akan
pada bangsa kucing (felidae) dan hal ini menghasilkan oocyst (ookista). Ookista
mempunyai implikasi epidemiologik yang yang berbentuk oval dengan ukuran 9-11
penting untuk transmisi parasit ini . ( Neva mikron x 11-14 mikron akan keluar
FA & Brown HW, 1994 ; Levine DN,1994) bersama feces. Ookista akan menghasilkan
dua sporokista yang masing masing
EPIDEMIOLOGI : mengandung empat sporozoite (sporosoit).

Distribusi geografis dari Apabila ookista tertelan oleh


Toxoplasma gondii ini kosmopolit dengan hospes perantara yaitu mamalia lain
infeksi terbanyak pada berbagai jenis ( termasuk manusia ) dan golongan burung
hewan yaitu dapat menginfeksi lebih dari (aves), maka pada berbagai jaringan dari
duaratus spesies serta mamalia termasuk hospes perantara ini akan terbentuk
juga manusia. Pada penelitian Hutchison kelompok kelompok tropozoite yang
pada tahun 1965 menyatakan bahwa bila membelah secara aktif dan disebut sebagai
kucing memakan tikus yang terinfeksi oleh tachyzoite yang membelah sangat cepat.
Toxoplasma gondii maka infeksi tersebut Selanjutnya kecepatan membelah dari
dapat ditularkan kembali kepada tikus tachyzoite akan berkurang secara berangsur
melalui feces kucing tersebut, bahkan dapat dan akan terbentuk cyst (kista) yang
pula ditransmisikan melalui air serta di mengandung bradizoite. Masa tersebut
dalam air parasit ini akan bertahan selama adalah masa infeksi klinis menahun yang
biasanya merupakan infeksi laten. Pada
hospes perantara tidak terdapat stadium kista jaringan akan mengikuti bentuk sel
sexual melainkan terjadi stadium istirahat otot. ( Gandahusada S dkk, 2004 ; Neva
yaitu adanya kista jaringan. FA & Brown HH,1994 ; Markell EK et al,
1992 )
Apabila hospes definitive ( bangsa
kucing) memangsa hospes perantara yang Adapun cara infeksi dari parasit ini
terinfeksi , maka akan terbentuk lagi siklus pada manusia dapat melalui berbagai cara
sexual maupun asexual di dalam ususnya. yaitu yang pertama toxoplasmosis
Masa prepaten ( masa sampai congenital , transmisi parasit ini kepada
dikeluarkannya ookista dari bangsa kucing) janin terjadi in utero melalui placenta bila
adalah tiga sampai lima hari, sedangkan ibunya mendapat infeksi primer pada saat
apabila bangsa kucing makan tikus yang kehamilan ; yang kedua adalah
mengandung tachyzoite biasanya masa toxoplasmosis aquisita , infeksi ini dapat
prepaten adalah lima sampai sepuluh hari, terjadi bila makan daging mentah atau
tetapi apabila bangsa kucing langsung kurang matang yang mengandung kista
menelan ookista maka masa prepatennya atau tachizoite parasit ini atau melalui
adalah duapuluh sampai duapuluhempat tertelannya ookista yang dikeluarkan oleh
hari. Bangsa kucing lebih mudah terinfeksi kucing penderita bersama fecesnya ;
oleh kista jaringan daripada terinfeksi oleh kemungkinan yang ketiga adalah infeksi di
ookista. laboratorium yaitu melalui jarum suntik dan
alat laboratorium lain yang terkontaminasi
Pada berbagai jaringan tubuh oleh parasit ini serta kemungkinan ke
bangsa kucing yang terinfeksi juga dapat empat adalah melalui transplantasi organ
diketemukan bentuk tachizoite ( tropozoite) dari donor penderita toxoplasmosis latent.
dan kista jaringan sedangkan pada manusia (Gandahusada S dkk, 2004)
yang terinfeksi dapat diketemukan adanya
tachizoite pada masa infeksi akut serta PATOGENESA DAN MANIFESTASI
tachizoite ini dapat memasuki setiap jenis KLINIS PADA MANUSIA :
sel yang berinti.
Toxoplasma gondii dapat
Bentuk tachizoite menyerupai menyerang semua sel yang berinti sehingga
bulan sabit dengan satu ujungnya dapat menyerang semua organ dan jaringan
meruncing dan ujung yang lainnya agak tubuh hospes kecuali sel darah merah. Bila
membulat dengan ukuran sekitar 4 8 terjadi invasi oleh parasit ini yang biasanya
mikron dan mempunyai 1 inti yang terletak di usus , maka parasit ini akan memasuki
kira kira ditengah. Tachizoite ini bersifat sel hospes ataupun difagositosis. Sebagian
obligat intraseluler. Tachizoite parasit yang selamat dari proses fagositosis
berkembangbiak dalam sel secara akan memasuki sel, berkembangbiak yang
endodiogeni. Bila sel menjadi penuh selanjutnya akan menyebabkan sel hospes
dengan adanya tachizoite maka sel tersebut menjadi pecah dan parasit akan keluar serta
akan pecah dan tachizoite akan keluar serta menyerang sel - sel lain. Dengan adanya
memasuki sel sel disekitarnya atau terjadi parasit ini di dalam sel makrofag atau sel
fagositosis terhadap tachizoite tersebut oleh limfosit maka penyebaran secara
makrofag. hematogen dan limfogen ke seluruh bagian
tubuh menjadi lebih mudah terjadi.
Kista jaringan dibentuk di dalam Parasitemia ini dapat berlangsung selama
sel hospes apabila tachizoite yang beberapa minggu.
membelah telah membentuk dinding dan
kista jaringan ini dapat diketemukan Kista jaringan akan terbentuk
terutama di dalam jaringan otak, otot apabila telah ada kekebalan tubuh hospes
jantung dan otot bergaris hospes seumur terhadap parasit ini. Kista jaringan dapat
hidup (latent). Di otak, kista jaringan akan ditemukan di berbagai organ dan jaringan
berbentuk oval sedangkan di sel otot bentuk dan dapat menjadi laten seumur hidup
penderita. Derajad kerusakan yang terjadi infeksi oleh parasit ini mungkin dapat
pada jaringan tubuh tergantung pada umur meluas yang ditandai dengan ditemukannya
penderita , virulensi strain parasit ini, proliferasi tachizoite di jaringan otak, mata,
jumlah parasit ini dan jenis organ yang paru, hepar, jantung dan organ organ
diserang. lainnya sehingga dapat berakibat fatal.
Apabila infeksi oleh parasit ini tidak diobati
Lesi pada susunan saraf pusat dan dengan baik dan penderita masih tetap
pada mata biasanya bermanifestasi lebih hidup, maka penyakit ini akan memasuki
berat dan bersifat permanent sebab jaringan fase kronik yang ditandai dengan
jaringan tersebut tidak mempunyai terbentuknya kista jaringan yang berisi
kemampuan untuk melakukan regenerasi. bradizoite dan ini terutama didapatkan di
Kelainan kelainan pada Susunan Saraf jaringan otak serta kadang kadang tidak
Pusat umumnya berupa nekrosis yang memberikan gejala klinik yang jelas. Fase
disertai dengan kalsifikasi sedangkan kronik ini dapat berlangsung lama selama
terjadinya penyumbatan aquaductus sylvii bertahun- tahun bahkan dapat berlangsung
akibat ependymitis dapat mengakibatkan seumur hidup . (Dharmana E,2007)
kelainan berupa hydrocephalus pada bayi.
Infeksi yang bersifat akut pada retina akan PERUBAHAN PERILAKU :
mengakibatkan reaksi peradangan fokal
dengan oedema dan infiltrasi leucocyte Akhir akhir ini toxoplasmosis
yang dapat menyebabkan kerusakan total diperkirakan sebagai salah satu factor
pada mata serta pada proses penyebab gangguan jiwa , termasuk
penyembuhannya akan terjadi cicatrix. schizophrenia. Pada suatu penelitian telah
Akibat dari pembentukan cicatrix ini maka dibuktikan bahwa tikus yang diinfeksi
akan dapat terjadi atrophi retina dan coroid dengan Toxoplasma gondii akan
disertai pigmentasi. . ( Natadisastra D & menunjukkan perubahan tingkah laku yang
Agoes R,2009 ; Gandahusada S dkk, 2004 ; diantaranya adalah hilangnya perasaan
Neva FA & Brown HH,1994 ) takut terhadap kucing yang tentu saja dalam
hal ini sangat menguntungkan bagi
Pada toxoplasmosis aquisita , Toxoplasma gondii ini karena dengan
infeksi pada orang dewasa biasanya tidak demikian akan dengan mudah bagi parasit
diketahui sebab jarang menimbulkan ini untuk melengkapi siklus seksualnya
gejala , tetapi bila infeksi primer terjadi pada usus kucing. (Torrey FE & Yolken
pada masa kehamilan maka akan terjadi RH, 2006)
toxoplasmosis congenital pada bayinya.
Manifestasi klinis yang paling sering terjadi PEMBAHASAN :
pada toxoplasmosis aquisita adalah
limfadenopati, rasa lelah, demam dan sakit Meskipun infeksi laten yang
kepala dan gejala ini mirip dengan diakibatkan oleh parasit Toxoplasma gondii
mononucleosis infeksiosa, kadang adalah salah satu infeksi yang sudah umum
kadang dapat terjadi eksantema. ( Markell terjadi pada manusia serta biasanya
EK et al, 1992 ) dianggap suatu infeksi yang tidak
mempunyai gejala atau asymptomatis
Toxoplasmosis sistemik pada kecuali pada toxoplasmosis congenital ,
penderita dengan imunitas yang normal tetapi asumsi ini kembali ditelaah dengan
dapat bermanifestasi dalam bentuk adanya bukti bahwa ternyata infeksi laten
hepatitis, pericarditis dan dari Toxoplasma gondii dapat mengubah
meningoencephalitis. Penyakit ini dapat perilaku rodentia.
berakibat fatal walaupun itu sangat jarang
terjadi. Pada penderita dengan keadaan Sejumlah test mengenai sifat dan
immunocompromised misalnya pada kepribadian atau melalui panel penilaian
penderita HIV AIDS atau pada orang perilaku terhadap manusia usia dewasa,
orang yang mengkonsumsi imunosupresan, ternyata didapatkan fakta bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna terhadap
perubahan perilaku manusia yang terinfeksi mengurangi imunitas sel hospes dan
oleh Toxoplasma gondii dengan manusia selanjutnya akan meningkatkan peluang
yang tidak terinfeksi oleh Toxoplasma kelangsungan hidup Toxoplasma gondii
gondii. Penelitian lain juga menunjukkan tersebut dalam sel hospes. ( Flegr J,2007)
bahwa kinerja psikomotorik pada orang
yang terinfeksi Toxoplasma gondii menjadi Terdapat bukti yang meyakinkan
berkurang dibandingkan dengan orang yanf bahwa protozoa Toxoplasma gondii dapat
tidak terinfeksi oleh Toxoplasma gondii. menyebabkan perubahan perilaku pada
Dugaan bahwa infeksi laten dari parasit hospesnya , termasuk diantaranya adalah
Toxoplasma gondii ini dapat berdampak infeksi latennya. Perubahan perilaku
pada tingkah laku manusia dan bahkan pada tersebut muncul sebagai hasil dari desakan
perbedaan transkultural adalah suatu hal yang kuat pada parasit untuk meningkatkan
yang wajar mengingat telah pula dilakukan penularan dari intermediate hostnya yang
studi tentang kemungkinan bahwa infeksi umumnya adalah rodentia kepada definitive
Toxoplasma gondii berpengaruh terhadap hostnya yaitu genus feline. Dalam
watak dan kinerja psikomotorik. Infeksi penularan ini dapat terjadi
Toxoplasma gondii dapat meningkatkan perkembangbiakan sexual yang akan
kadar dopamine pada rodentia. Mekanisme menyempurnakan siklus hidup Toxoplasma
meningkatnya dopamine pada manusia gondii. Hasil penelitian menunjukkan
yang terinfeksi Toxoplasma gondii belum bahwa infeksi Toxoplasma gondii dapat
diketahui, tetapi mungkin melibatkan mengubah perilaku rodentia yaitu untuk
pelepasan factor inflamasi dopamine membuat keadaan mereka cenderung
dengan cara peningkatan pelepasan menarik dan hal tersebut dimaksudkan agar
cytokines misalnya Interleukin-2. rodentia dimangsa oleh bangsa kucing yang
Ketidakseimbangan dopamine antara merupakan definitive host dari Toxoplasma
bagian mesolimbic dengan bagian gondii. Selanjutnya perubahan perilaku ini
mesocotical dari otak diduga sangat ternayata dapat berbalik secara bertahap
berperan dalam perkembangan dengan pengobatan menggunakan
schizophrenia. Hal ini dapat menjelaskan antipsikosis dan mood stabilizer. (Webster
tentang hubungan antara schizophrenia JP, 2007)
dengan toxoplasmosis. Perbedaan kadar
testosterone juga mungkin dapat menjadi PENUTUP :
factor yang mempengaruhi perbedaan . Toxoplasmosis tidak selalu menyebabkan
perilaku antara subyek peneletian yang keadaan patologis pada hospesnya,
terinfeksi toxoplasma gondii dengan penderita seringkali tidak menyadari bahwa
subyek penelitian yang tidak terinfeksi dirinya terinfeksi sebab seringkali
toxoplasma gondii. Subyek penelitian yang asymptomatis, terutama pada penderita
terinfeksi Toxoplasma gondii yang mempunyai imunitas tubuh yang baik.
mengindikasikan memiliki kadar Toxoplasmosis akan memberikan gejala
testosterone ynag lebih tinggi. Kadar yang jelas pada penderita yang mengalami
hormone steroid yang tinggi telah banyak penurunan imunitas. Penyakit ini dapat
dihubungkan dengan imunitas sel yang berakibat fatal walaupun itu sangat jarang
rendah, oleh sebab itu maka hubungan terjadi.
antara kadar testosterone dengan
toxoplasmosis adalah sebagai berikut : Akhir akhir ini toxoplasmosis
bahwa resiko toxoplasmosis akan lebih diperkirakan sebagai salah satu factor
besar pada subyek dengan kadar penyebab perubahan perilaku dan gangguan
testosterone yang tinggi dan tentu saja jiwa , termasuk schizophrenia..Infeksi
dengan imunitas yang lebih rendah. Toxoplasma gondii dapat mengubah
Kemungkinan lain adalah bahwa perubahan perilaku rodentia yaitu untuk membuat
perilaku yang dipicu oleh Toxoplasmosis keadaan mereka cenderung menarik dan hal
dapat merupakan efek samping tersebut dimaksudkan agar rodentia
meningkatnya testosterone untuk
dimangsa oleh bangsa kucing yang Dharmana E. 2007. Toxoplasma gondii :
merupakan definitive host dari Toxoplasma Musuh Dalam Selimut. Pidato Pengukuhan
gondii. Guru Besar Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Perubahan perilaku yang dipicu
oleh Toxoplasmosis dapat merupakan efek
samping meningkatnya testosterone untuk
mengurangi imunitas sel hospes dan Levine DN. 1994. Parasitologi Veteriner.
selanjutnya akan meningkatkan peluang Gajah Mada University Press. Hal.75-78.
kelangsungan hidup Toxoplasma gondii
tersebut dalam sel hospes.

Infeksi Toxoplasma gondii dapat Markell EK et al. 1992. Medical


meningkatkan kadar dopamine pada Parasitologi. 7th edition. W.B. Saunders
rodentia. Mekanisme meningkatnya Company. pp.
dopamine pada manusia yang terinfeksi
Toxoplasma gondii belum diketahui, tetapi
mungkin melibatkan pelepasan factor 160-170.
inflamasi dopamine dengan cara
peningkatan pelepasan cytokines misalnya
Interleukin-2. Ketidakseimbangan
dopamine antara bagian mesolimbic dengan Natadisastra D dan Agoes R. 2009.
bagian mesocotical dari otak diduga sangat Parasitologi Kedokteran di Tinjau dari
berperan dalam perkembangan Organ Tubuh
schizophrenia
yang Diserang. EGC. Hal. 233 - 247

DAFTAR PUSTAKA
Neva A and Brown HW. 1994. Basic
Flegr J.2007. Effects of Toxoplasma on Clinical Parasitology. 6 th edition. Prentice-
Human Behaviour. Schizophrenia Bulletin. Hall
Vol.33 no.3.pp757-760.

Intenational Inc. pp. 44 - 50


Gandahusada, S. 1991. Study on the
prevalence of Toxoplasmosis in Indonesia.
A Review. Southeast Asian Journal of Torrey FE and Yolken RH. 2006.
Tropical Medicine Public Health,1991 ; Toxoplasma gondii and Schiszophrenia.
22:93-98.

Webster JP.2007. The Effect of Toxoplasma


Gandahusada S dkk. 2004. Parasitologi gondii on Animal behavior : Playing Cat
Kedokteran. Ed 3. hal 153-161. and Mouse. Schizophrenia Bulletin.Vol.33
no.3 pp.752-756.

Anda mungkin juga menyukai