Anda di halaman 1dari 5

Soal:

Carilah peristiwa-peristiwa terkikisnya nilai-nilai dalam pancasila (3 peristiwa)! Tuangkan


pendapat anda!

Jawab:

1. Peristiwa G30S/PKI

Peristiwa G30S/PKI yang juga dikenal dengan nama aslinya, Gerakan 30 September
atau singkatan lain berupa Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok
(Gerakan Satu Oktober) merupakan salah satu peristiwa yang terjadi ketika Indonesia
sudah beberapa tahun merdeka. Sesuai namanya, peristiwa ini terjadi pada tanggal 30
September 1965 malam, hingga esok harinya dimana ada pembunuhan tujuh perwira
tinggi militer dalam sebuah kudeta. Usaha yang akhirnya gagal kemudian dijatuhkan
kepada anggota dari Partai Komunis Indonesia yang saat itu sedang dalam kondisi kuat
karena mereka dinilai amat dekat dengan Presiden Indonesia pertama pada masa itu.
Benar atau tidaknya Partai Komunis Indonesia yang bertanggung jawab penuh dalam
kejadian ini tetap menjadi bahan perdebatan hingga sekarang.

Sumber: http://www.portalsejarah.com/sejarah-peristiwa-g30spki.html

Pendapat kami:

Pertama, ideologi komunisme yang dianut Partai Komunis Indonesia (PKI) bertentangan
dengan ideologi Pancasila yang dianut bangsa Indonesia. Kita ambil contoh sila pertama
Pancasila yang berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukkan bahwa nilai-nilai
dan ajaran agama sangat dijunjung tinggi dalam ideologi Pancasila. Sedangkan
komunisme secara umum berlandaskan pada teori Materialisme Dialektika dan
Materialisme Hitoris yang oleh karenanya tidak bersandarkan pada mitos, takhayul dan
agama, dengan berprinsip bahwa agama adalah candu yang membuat orang berangan-
angan dan membatasi rakyat dari pemikiran ideologi lain. Artinya meskipun PKI
belum/tidak melakukan pembrontakan sama sekali di Indonesia, keberadaannya saja (di
Indonesia) sebenarnya sudah bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia, dan
mengikis nilai-nilai Pancasila khususnya sila pertama.

Ketika kemudian PKI melakukan pemberontakan (baik mereka bertanggung jawab


secara penuh maupun sebagian dalam pemberontakan tersebut), maka semakin nyatalah
ketidaksesuaian mereka dengan kondisi bangsa Indonesia yang berideologikan Pancasila
sehingga menghendaki kudeta (perebutan kekuasaan secara paksa), yang patut diduga
bertujuan untuk mengubah NKRI menjadi sebuah negara yang berideologikan komunis.
Dapat dikatakan bahwa peristiwa ini mengikis hampir seluruh (atau mungkin seluruh)
nilai-nilai Pancasila. Keberadaan PKI beserta ideologinya, ditambah dengan
pemberontakan yang mereka lakukan, -dalam pandangan kami- bertentangan dengan
hampir seluruh (85% - 95%) butir-butir pengamalan kelima sila dari Pancasila. Oleh
karenanya, adalah suatu kewajaran apabila PKI kemudian dibubarkan dan menjadi partai
yang terlarang keberadaannya di Indonesia.

2. Peristiwa 12 Oktober 2002, Tragedi Bom Bali

TitikNOL - Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I) adalah rangkaian tiga peristiwa
pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan
pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali,
sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun
jaraknya cukup berjauhan.

Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul


oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada
tahun 2005.

Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban
merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat
wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam
sejarah Indonesia.

Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk
menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat satu
kilogram dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50-150
kilogram.

Peristiwa Bom Bali I ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan judul Long Road
to Heaven, dengan pemain antara lain Surya Saputra sebagai Hambali dan Alex
Komang, serta melibatkan pemeran dari Australia dan Indonesia. (Rif)

Sumber: http://titiknol.co.id/peristiwa/peristiwa-12-oktober-2002-tragedi-bom-bali-i-
yang-menggemparkan-dunia/
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pendapat kami:

Apabila si pelaku pengeboman berdalih melakukan hal tersebut atas dasar (perintah)
agama, maka peristiwa ini mengikis nilai Pancasila sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Karena bertentangan/tidak sesuai dengan tiga dari empat butir pengamalan
sila pertama Pancasila, yaitu pada butir pertama yang berbunyi, percaya dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, butir kedua yang bunyinya, hormat
menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup, dan butir keempat
yang berbunyi, tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Dan juga apabila pelakunya mengaku muslim dan berdalih perbuatannya adalah sesuai
dengan ajaran Islam, maka kami selaku muslim mengatakan bahwa ini tidaklah sesuai
dengan ajaran Islam yang benar, dengan kata lain bertentangan dengan ajaran Islam.
Karena tidak semua orang kafir (non-muslim) boleh dibunuh menurut hukum/syariat
Islam, dimana ada tiga golongan orang kafir yang haram (dilarang) untuk dibunuh, yaitu
(1) kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri kaum muslimin yang
membayar jizyah/upeti setiap tahunnya, (2) kafir muahad, yaitu orang-orang kafir yang
telah bersepakat dengan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang
telah disepakati, (3) kafir mustaman, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan
keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Maka seorang muslim
akan berdosa bila membunuh salah seorang dari ketiga golongan orang kafir di atas.
Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang isinya adalah: tidak akan
mencium bau surga (apalagi masuk surga) seorang (muslim) yang membunuh kafir
dzimmi atau kafir muahad. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak
perjalanan empat puluh tahun.

Sedangkan apabila dilakukan dengan dalih yang lain (selain agama), maka ini juga
mengikis nilai Pancasila yaitu sila kedua yang berbunyi, kemanusiaan yang adil dan
beradab. Dan bertentangan dengan banyak butir pengamalan sila kedua. Seperti butir-
butir pengamalan sila kedua yang berbunyi, Mengembangkan sikap tenggang rasa,
Tidak semena-mena terhadap orang lain, Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Mencuri 3 Buah Kakao, Nenek Minah Dihukum 1 Bulan 15 Hari


Arbi Anugrah detikNews

Banyumas Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik 3
buah kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya
sebagai pesakitan di ruang pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1
bulan 15 hari penjara dengan masa percobaan 3 bulan.
Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan
garapannya di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas,
Jawa Tengah, pada 2 Agustus lalu. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA
untuk menanam kakao.

Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang
sudah ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian memetiknya untuk disemai
sebagai bibit di tanah garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan
melainkan digeletakkan begitu saja di bawah pohon kakao.

Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu
pun bertanya, siapa yang memetik buah kakao itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu
perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena
sama saja mencuri.

Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak
akan melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun dia serahkan kepada
mandor tersebut. Minah berpikir semua beres dan dia kembali bekerja.

Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata berbuntut panjang. Sebab
seminggu kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum
terus berlanjut sampai akhirnya dia harus duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri
di Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto.

Dan hari ini, Kamis (19/11/2009), majelis hakim yang dipimpin Muslih Bambang
Luqmono SH memvonisnya 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan.
Minah dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 362 KUHP tentang
pencurian.

Sumber: https://infoindonesiakita.com/2009/11/17/dimejahijaukan-ambil-tiga-biji-
kakao-senilai-rp-2-100/

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pendapat kami:

Tindakan PT RSA yang melaporkan Nenek Minah ke pihak kepolisian adalah sesuatu
yang bisa dikatakan berlebihan. Sebab 3 buah kakao yang dicuri oleh Nenek Minah itu
nilainya hanya Rp 2100,-, Dan juga Nenek Minah telah jujur mengakui perbuatannya
dan meminta maaf, serta telah menyerahkan 3 buah kakao tersebut ke pihak PT RSA.
Ditambah lagi dengan kondisi Nenek Minah yang hidup pas-pasan dan telah berusia
lanjut tentu selayaknya dimaafkan perbuatannya dan tidak perlu dilaporkan ke pihak
kepolisian.

Peristiwa ini telah mingikis nilai-nilai Pancasila khusunya sila kedua yang bunyinya,
kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan bertentangan dengan setidaknya dua butir
pengamalan Pancasila sila kedua yang masing-masing berbunyi, saling mencintai
sesama manusia, dan mengembangkan sikap tenggang rasa. Peristiwa ini juga
menurut kami mengikis nilai-nilai Pancasila sila keempat yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dimana
tindakan PT RSA tersebut tidak mendahulukan musyawarah dalam mengambil
keputusan, tidak mencerminkan semangat kekeluargaan, tidak menunjukkan sikap
kebijaksanaan, dan tidak bertindak dengan akal sehat yang sesuai dengan hati nurani
yang luhur.

Anda mungkin juga menyukai