Team Geoteknik
&
Laboratorium Tanah
Puji syukur panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya Job Sheet Praktikum
Uji Tanah dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Job Sheet ini dimaksudkan sebagai panduan bagi mahasiswa sebagai panduan bagi
mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktek. Meski tetap disadari bahwa Job Sheet ini
hanya memuat secara garis besar tentang kegiatan yang akan dilakukan pada saat praktek
nantinya.
Besar harapan kami bahwa masukan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk
penyempurnaan job sheet ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami ucapkan terima
kasih.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua bangunan sipil berdiri atau dibangun di atas tanah dan karenanya kestabilan
dan keamanan bangunan tergantung pada kestabilan pondasinya. Untuk dapat memenuhi
hal tersebut maka diperlukan pengetahuan dasar akan mekanika tanah dan pengetahuan itu
meliputi pembagian jenis dan mekanis bahan bahan bawah permukaan. Olehnya itu untuk
melengkapi pengetahuan yang dimaksud perlu ditunjang dengan pelaksanaan praktikum
pengujian baik di lapangan maupun di laboratorium dengan teliti sehingga penyajian data
data pengujiannya akurat dan akhirnya dapat digunakan untuk perencanaan pondasi yang
teliti dan dapat mengurangi kebutuhan perencanaan yang berlebihan bila ditinjau dari segi
ekonomisnya.
Tujuan :
1. Untuk menyelidiki / mengetahui jenis-jenis lapisan tanah (stratigrafi) pada setiap kedalaman.
2. Menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli atau tidak asli
3. Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluaan penyelidikan lebih lanjut di Laboratorium.
4. Mengukur kekuatan geser langsung di lapangan.
Dasar teori :
Penyelidikan tanah dilapangan dibutuhkan untuk data perencanaan pondasi bangunan. Penyelidikan dapat dilakukan
dengan cara menggali lubang-percobaan (trial-pit), pengeboran, dan pengujian langsung dilapangan (in-situ test).
Terdapat beberapa cara penyelidikan tanah yang berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dan sifat-sifat
teknisnya, diantaranya :
a. Lubang-percobaan (trial-pit)
b. Bor tangan (hand auger)
c. Bor cuci (wash boring)
d. Penyelidikan dengan pencucian (wash probing)
e. Bor putar (rotary drill)
Tujuan pengeboran salah satunya untuk mengambil sampel tanah asli (undisturbed sample) dan sampel tanah tidak
asli (disturbed sample), sehingga kita dapat mengidentifikasi jenis-jenis lapisan tanah pada setiap kedalaman, apakah
tanah tersebut berjenis pasir, lanau, lempung atau berupa gabungan dari jenis-jenis tanah tersebut.
a. Undisturbed sample/Contoh tanah asli
Contoh tanah asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah yang ada
padanya. Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air (water content) atau susunan
kimia. Contoh yang benar-benar asli (truly undisturbed samples) tidak mungkin diperoleh, akan tetapi
dengan teknis pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat maka kerusakan-
kerusakan contoh dapat diminimumkan. Contoh tanah asli ini diambil dengan memakai tabung-tabung
contoh (sample tube). Alat ini berupa silinder berdinding tipis yang disambung dengan suatu pemegang
tabung contoh, alat ini dipakai untuk lempung lunak sampai sedang. Tabung ini dimasukkan kedalam
dasar lubang bor dan kemudian ditekan/ dipalu kedalam tanah asli yang akan diambil contohnya. Uraian
secara jelas tentang cara pengambilan sampel dibahas dalam point langkah kerja.
b. Disturbed sample/Contoh tanah tidak asli
Contoh tanah tidak asli diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur tanah asli.
Contoh ini dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup (kantung plastik) agar kadar air dalam tanah
tidak berubah. Contoh ini dipakai untuk menentukan ukuran butiran, batas-batas atterberg, pemadatan,
BJ dan lainnya.
Dengan diketahui dimensi alat Vane Shear dan bacaan torsimeter maka kita dapat menghitung kekuatan
geser tanah berdasarkan penurunan rumus dari :
D
Ms .D.L.Su.
2 D 2 .L D 3
1 D T .Su. (
Me . .D.L2 .Su. . 2 6 S
4 2 T
u
T Ms 2 Me Su
D .L D 3
2 :
D 1 D
T .D.L.Su. 2 . .D.L2 .Su. . 2 6 S
2 4 2 hear Strength Undrained/ Kekuatan Geser
Tanah)
Dengan dimensi Vane Shear seperti pada gambar dimensi yang digunakan :
x a 2
b2
M
u
.D .L 4. .x 3
2
2 3
Ms = Momen sepanjang permukaan radial silinder tanah
Me = Momen disisi ujung silinder
Peralatan :
1. Alat bor terdiri dari : Mata bor, Stang bor secukupnya, Kunci T + engkol
2. Alat sampling terdiri dari : Tabung sampel, Stick aparat + kunci yg sesuai
3. Alat Vane terdiri dari : Mata Vane + koupling, Stang Vane sckupnya + kepala, Torsimeter
4. Perlengkapan : Kunci pipa, Obeng atau spatula, Parafin, Dongkrak dan angker, Kompor, Kunci pas
secukupnya, Panci
Langkah kerja :
A. Pengeboran : B. Pengambilan contoh asli : C. Vane Shear Test :
1. Tentukan titik bor dan 1. Contoh tanah asli diambil pada setiap Pada kedalaman tertentu
bersihkan secukupnya. interval kedalaman tertentu. diadakan pengujian Vane
2. Mata bor dipasang pada 2. Pada kedua sisi lubang bor dipasang Shear.
stangnya, kemudian pada angker tempat dudukan rangka 1. Stel alat Vane yang terdiri
bagian atasnya dipasang dongkrak. dari mata Vane (bagian
kunci T (lihat gambar ). 3. Dasar lubang bor dibersihkan dari terbawah), Koupling, stang
3. Dirikan alat bor tegak lurus runtuhan tanah. dan kepala (connection).
pada titik yang telah 4. Mata bor dilepas dari stangnya dan 2. Masukkan ke dalam lubang
ditentukan, kemudian diganti dengan stick aparat untuk bor, ditekan (dipukul) hingga
dengan menggunakan memasang tabung sampel (gambar). mata sampai koupling
engkol putar stangnya 5. Ukur panjang tabung sampel, kemudian benar-benar masuk ke dalam
searah putaran jarum jam tabung sampel dimasukkan ke dalam tanah asli.
sambil ditekan, hingga lubang bor hingga dasar lubang. 3. Dengan menggunakan kunci
mata bor masuk ke dalam 6. Pada bagian atas dari stang dipasang pas putar stang bolak balik
tanah. dongkrak sebagai alat penekan. 180, hingga bagian satng
4. Setelah mata bor penuh, 7. Tekan stang dengan perlahan-lahan terbebas dari pengaruh
alat bor diangkat keluar hingga tabung sampel masuk ke dalam gesekkan tanah.
kemudian segera tanah dan terisi penuh. 4. Pasang Torsimeter, lalu
diidentifikasi tentang jenis, 8. Setelah tabung sampel penuh, stang putar perlahan-lahan searah
warna, sifat dsb. dari diputar 180 untuk memutuskan tanah di dengan putaran jarum jam,
tanah, sambil mata bornya bagian bawah tabung sampel, hingga terjadi keruntuhan
dibersihkan. kemudian ditarik ke atas dan yang ditunjukkan oleh
5. Langkah 3 & 4 dilanjutkan dikeluarkan dari lubang bor. menurunnya bacaan jarum
sampai kedalaman yang 9. Segera lepaskan tabung sampel dari hitam dari Torsimeter
dikehendaki. Bila stangnya, lalu dibersihkan. Tanah pada sedangkan jarum merah
kedalaman lubang bor kedua ujungnya dikorek sedikit menunjukkan bacaan
sudah lebih dari satu stang, kemudian ditutup dengan parafin cair maksimum, kemudian catat
maka stang disambung yang telah dipersiapkan sebelumnya, bacaan tsb.
dengan stang lain dst. kemudian diberi label. 5. Hitung kekuatan geser tanah.
Tujuan :
Untuk menentukan kekuatan tanah dengan menentukan nilai N yang merupakan jumlah pukulan perkaki (blow per
foot)
Dasar Teori :
SPT (Standar Penetration Test) adalah cara pengujian tanah dengan menghitung banyaknya pukulan (N) dengan
tinggi jatuh (H) tertentu pada penetrasi. Penetrasi ditunjukkan dengan banyaknya N/ft. Metode ini menguraikan
prosedur penggunaan split barel dalam memperoleh sampel tanah dan mengetahui perlawanan tanah terhadap
penetrasi sampel. Jika sampel tanah tidak diambil dapat dipasang close cone. Alat ini biasanya disesuaikan dengan
mesin bor dan cocok dipakai pada jenis tanah granular (berbutir).
Perkiraan hubungan antara angka penetrasi dengan kekerasan tanah lempung:
Pada tanah bebrbutir, angka penetrasi baku sangat bergantung dari besarnya tegangan vertikal efektif pada lapisan
tanah yang ditinjau. Angka penetrasi baku sangat berguna sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan untuk
memperkirakan kondisi lapisan tanah.
Sangat Sedang
Lepas Padat Sangat Padat
No Uraian lepas (Medium
(Loose) (Dense) (Very dense)
(Very loose) )
1 Relative Density (Dr) 0 0,15 0,35 0,65 0,85
2 SPT N/30cm 0 4 10 30 50
3 Sudut geser dalam 25-30 28-32 30-35 35-40 38-43
4 Berat Isi 70-100 90-115 110-130 110-140 130-150
Sangat
Lembek Sedang Kaku Sangat kaku Keras
No Konsistensi lembek
(Soft) (Medium) (Stiff) (Very stiff) (Hard)
(Very soft)
Compression Strength
1 0,25 0,25-0,50 0,5-1 1-2 2-4 4-8
qu (t/ft2)
2 SPT N/30 cm 2 4 8 16 32 >32
3 Sat (pcf) 100 200 110-130 120 140 >140
Peralatan :
1. Stang SPT 4. Batang penghantar
2. Split barrel 5. Kepala penumpuk
3. Penumbuk berat 140 lb ( 63,5 kg) 6. Tripod
Langkah Kerja :
1. Buat lubang pada permukaan tanah yang diuji, gunakan bor (biasanya bersamaan dengan pemboran mesin,
tetapi bisa juga dari pemboran tangan), dan bersihkan lubang. Untuk menjamin keaslian tanah yang diuji
catat kedalaman pengambilan contoh tanah.
2. Pasang split barrel yang sudah bersih dengan stang.
3. Pasang tripod dengan kedudukan yang stabil. Pada bagian atas tripod pasang katrol berikut tambang
penariknya
4. Masukkan stang yang sudah dipasang split barrel tadi ke dasar lubang.
5. Pasang plat penutup lubang, lalu pasang kepala penumbuk pada bagian atas stang dan sambung dengan
batang penghantar.
6. Tempatkan penumbuk pada stang penghantar dengan bantuan tambang dan katrol secara perlahan.
7. Beri tanda pada satang yang sudah terpasang mulai dari permukaan tanah sampai 18 (45.72 cm) di
atasnya. Pemberian tanda setiap 6 (15.24 cm), pemberian tanda tersebut dimaksudkan untuk mengontrol
masuknya tanah ke dalam split barrel.
8. Jatuhkan beban secara jatuh bebas dengan tinggi jatuh 30 (76.2 cm).
9. Catat jumlah pukulan yang menekan split barrel hingga masuk ke dalam tanah, pada kedalaman 15.24 cm
pertama (N1), 15.24 cm ke dua (N2) dan 15.24 cm ke tiga (N3).
10. Putar stang SPT satu kali untuk melepas/memotong contoh tanah pada dasar split barrel, kemudian angkat
dengan bantuan tambang dan katrol atau dengan kunci pipa.
11. Buka dengan hati-hati split barrel tersebut, diskripsikan jenis tanah yang terlihat seperti : warna, jenis, bau,
struktur, komposisi, konsistensi dan kondisinya.
12. Bila diperlukan, masukkan contoh tanah tersebut ke dalam tabung atau plastik dan lindungi agar tidak
terjadi penguapan.
13. Beri tanda keterangan nomor boring, lokasi, tanggal pengambilan dan kedalaman contoh.
Alat SPT
PERCOBAAN SONDIR
Tujuan :
Menduga kekerasan tanah pada setiap lapisan dengan mengukur perlawanan tanah terhadap konus yang ditekan ke
dalam tanah sehingga diketahui letak lapisan tanah yang keras. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan
hambatan lekat tanah.
Dasar Teori :
Alat sondir merupakan penetrometer kekerasan tanah buatan Belanda yang bersifat statis. Alat ini bekerja dengan
cara menekan ujungnya (konus) secara langsung ke dalam tanah dengan kecepatan tetap menurut ASTM 0,5 1
cm/detik dan mengukur gaya perlawanannya (qc = Kg/cm2). Dengan melakukan penyondiran kita dapat memperoleh
data kekerasan tanah yang akan digunakan sebagai pondasi suatu bangunan agar tanah tersebut mampu menahan
beban bagunan yang akan diterimanya.
Untuk mengetahui kekerasan tanah pada setiap kedalaman tertentu digunakan sondir yaitu sebuah alat yang
ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 dan dengan luasan ujungnya = 10 cm = 1,54 in2. Ada 2 jenis ujung
penetrometer yang biasa dipakai, yaitu Standard Type (konus biasa) dan Friction Sleeve atau Adhesion Jacket Type
(bikonus). Secara lebih rinci alat sondir terdiri dari:
Bagian Konus adalah bagian yang memiliki ujung berbentuk kerucut dengan sudut 60 derajat. Di atas
bagian kerucut ini ada lapisan selimut dengan panjang 10 cm, bagian ini bisa bergerak naik atau turun
akibat perlawanan (friction) dari tanah ketika kita mengukur besarnya perlawanan tersebut.
Bagian Stang Sondir adalah bagian ini terdiri dari casing (selimut yang berbentuk seperti pipa dari baja)
dan bagian rod yang merupakan batang besi yang dimasukkan ke casing
Bagian Manometer adalah bagian yang dihubungkan dengan piston yang berisi oli dan bagian yang
disebut plunger. Bagian pluger ini menghubungkan bagian rod pada stang sondir dengan piston.
stang dalam
ditekan masuk sampai
ditekan untuk mengukur
kedalaman berikutnya
hambatan lekat
15
11
32
36
mantel untuk
mengukur hambatan
pelekat
23
32
conus 35,6
Penyondiran merupakan suatu percobaan geoteknik yang bertujuan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus
(qc), perlawanan geser setempat (Lf), dan perlawanan geser total (JHP).
Jenis sondir dapat diklasifikasikan menurut kapasitas tekannya, dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Sondir ringan yang mempunyai kapasitas 2,5 ton dan gaya tusuk maksimal 20 m, bacaan maksimal
manometer 150 kg/cm.
b. Sondir sedang yang mempunyai kapasitas 5 ton dan gaya tusuk maksimal 40 m, bacaan maksimal
manometer 350 kg/cm.
c. Sondir berat 1 mesin (power hydraulic) yang mempunyai kapasitas 10 ton gaya dan tusuk maksimal 60
m, bacaan maksimal manometer 500 kg/cm.
Tanah yang terus menerus ditekan oleh konus maka akan mengadakan perlawanan (qc). Dan perlawanan itu diukur
pada setiap interval 20 cm, bacaan yang diamati adalah (C) sebagai bacaan awal dan (C+F) sebagai bacaan kedua.
Apl
qc C w ( kg/cm )
Ac
Keterangan : qc = Gaya konus Apl = Luas penampang plunger
Cw = Gaya plunger Ac = Luas penampang konus
Local friction (Lf) adalah perlawanan vertikal tanah terhadap kepala konus dan perlawanan / gesekan
tanah terhadap selubung biconus bagian atas dalam gaya per satuan panjang. Dihitung dengan
menggunakan rumus :
Gaya plunger + Gaya selimut = Gaya plunger
Cw . Apl + Lf . Asel = Tw . Apl
Lf
Tw Cw Apl ( kg/cm )
Asel
Keterangan : Apl = Luas penampang plunger Tw = Pembacaan manometer dua
Asel = Luas selimut konus Cw = Pembacaan manometer pertama
Total friction (Tf) atau jumlah hambatan pelekat (JHP) adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung
biconus dengan mengalikannya pada kedalaman tertentu setiap interval penusukan konus (dilakukan tiap
interval = 20 cm).
n
Tf ( JHP ) ( Lf x 20 ) i
i 1
Friction ratio (Fr) adalah perbandingan Local friction (Lf) terhadap Cone resistant (qc). Dengan didapat
nilai Fr maka kita dapat juga memperkirakan jenis tanah dengan melihat tabel Fr.
Lf
Fr 100%
qc
Konsistensi tanah menurut qc
qc ( kg/cm ) Konsistensi
<6 Very soft
6 12 Soft
12 24 Medium
24 45 Stiff
45 75 Very stiff
> 75 Hard
1. Satu set alat sondir yang terdiri dari : 3. Perlengkapan antara lain :
Mesin sondir ringan Kapasitas 2.5 ton Kunci plunger
Stang sondir, panjang @ 1 m, jumlah secukupnya Kunci pas / kunci inggris
Bikonus Kunci pipa
Manometer dengan kapasitas 0 - 50 kg/m2 & 0 - 250 kg/cm2 Meteran
Kop tekan dan tarik Obeng
2. Satu set jangkar terdiri dari : Linggis
Angker 4 buah Castrol oil (ex. Kimia Farma)
Ambang penahan 4 buah Alat tulis
Kunci T + engkol Pacul
Langkah kerja
1. Tentukan lokasi/titik pemeriksaan diran tsb, digali dengan linggis.
2. Pasang mesin sondir sbb. : 6. Pembacaan pada setiap interval kedalaman tertentu
Ukur posisi ambang penahan terhadap titik dilakukan sebagai berikut :
penyondiran yang telah ditentukan (lihat a. Tracer ditekan, kemudian turunkan plunger dengan
gambar). memutar engkol searah dengan putaran jarum jam.
Pasang angker pada keempat sudut dari Pada posisi ini, plunger akan menekan casing stang
posisi ambang yang telah diukur.Dirikan melalui tracer, sehingga stang bersama konus akan
mesin sondir hingga sentris terhadap titik turun sampai kedalaman yang diinginkan.
penyondiran. b. Naikkan plunger sedikit (dengan memutar engkol
Pasang ambang penahan pada posisi yang berlawanan arah dengan jarum jam), tarik tracer
telah ditentukan, kemudian kunci dengan kemudian turunkan plunger (seperti pada 6a). Pada
skrup angker, sambil diatur hingga posisi posisi ini, plunger akan menekan stang (rod) sehingga
mesin benar-benar vertikal. ujung konus bergerak turun sedangkan casing diam.
c. Pada gerakan pertama konus akan memberi
3. Kontrol oli didalam plunger (dengan
perlawanan dan terbaca pada manometer sebagai nilai
menggunakan kunci plunger), bila kurang
perlawanan konus (Cw), kemudian bila tekanan
tambahkan secukupnya sambil dikeluarkan
diteruskan, konus akan tertekan bersama-sama dengan
udara yang terperangkap di dalamnya.
mantel dan bacaan anometer akan naik yang
4. Pasang manometer, sambil diatur posisinya merupakan nilai perlawanan total (TW).
hingga memudahkan dalam pembacaan. d. Naikkan plunger, lakukan seperti langkah 6a, untuk
5. Stel konus pada stang yang pertama, melakukan pembacaan pada kedalaman berikutnya,
kemudian pasang pada titik penyondiran dst. sampai kedalaman yang diinginkan .
yang telah ditentukan tepat dibawah plunger Catatan : - Bila satu stang telah masuk ke dalam tanah
(posisi plunger berada paling atas). Posisi maka disambung dengan stang berikutnya.
konus harus benar-benar vertikal. Bila perlu - Interval bacaan biasanya diambil 20 cm,
titik penyon-
7. Setelah selesai, bongkar dan bersihkan alat.
Pekerjaan sondir dihentikan pada keadaaan pembacaan tekanan manometer tiga kali berturut-turut melebihi 150
kg/cm2 atau kedalaman maksimum 20 m.
Tujuan :
Menentukan harga CBR (California Bearing Ratio) tanah setempat di lapangan. CBR adalah perbandingan antara
beban penetrasi material yang di uji terhadap material standard berupa batu pecah di California pada penetrasi dan
kecepatan yang sama.
Dasar Teori :
California Bearing Ratio (CBR) adalah beban pada material standar berupa batu pecah di California pada penetrasi
yang sama. Percobaan ini dilakukan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk
pembuatan perkerasan. Nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai untuk pembuatan tebal lapisan permukaan yang
diperlukan diatas lapisan CBRnya ditentukan, artinya tebal perkerasan dapat dihitung apabila daya dukung tanah
diketahui (nilai CBR tanah dapat diketahui).
Selain dengan percobaan laboratorium dapat juga dilakukan percobaan CBR di lapangan yaitu dengan metoda
Mechanical Jack. Metoda ini dilakukan untuk pengujian CBR tanah tidak asli.
Pengujian Mechanical Jack (MJ) biasanya dibantu dengan peralatan mesin sehingga alat ini mampu menembus
lapisan keras dan memiliki kecepatan penetrasi yang konstan. Kekurangan yang dimiliki terletak pada segi efisiensi
dan segi ekonomis. Alat Mechanical Jack ini sulit untuk dipindah-pindahkan karena berupa alat berat, otomatis
penggunaanya harus membutuhkan alat pengangkut dan tentu saja akan memperbesar biaya yang dibutuhkan dalam
melakukan pengujian.
Peralatan :
1. Piston penetrasi standard dari logam ( 2)
2. Proving ring dengan arlojinya yang sudah dikalibrasi
3. Dial beban / penurunan
4. Stop watch
5. Mechanical Jack
6. Gravitasi support atau balok penahan
7. Keping beban minimal 4.5 kg (= 10 lb)
8. Alat perata muka tanah
9. Kunci-kunci
Langkah Kerja :
A. Benda Uji
Titik-titik uji CBR ditentukan di lapangan berdasarkan spesifikasi teknis / persetujuan supervisor proyek. Untuk
pekerjaan jalan titik-titik uji dapat diambil setiap 30-60 m. Pengujian ini sebaiknya tidak pada muka tanah asli,
melainkan digali terlebih dahulu.
B. Pengujian CBR
1. Setelah digali dan diratakan segera keping pemberat diletakan untuk mencegah pengembangan dan hilangnya
kadar air.
2. Unit CBR disiapkan diatas titik uji.
3. Seluruh arloji (arloji proving ring, penetrasi dan stop watch) dinolkan.
4. Lakukan penursukan piston kedalam tanah pada kecepatan tetap 0.05 per menit atau 1.27 mm per menit.
5. Pembacaan arloji proving ring dilakukan pada interval waktu: 1/4 ; 1/2 ; 1 ; 1.5 ; 2 ; 3 ; 4 ; 6 ; 8 ; dan 10
menit.
6. Setiap bacaan dicatat dalam formulir CBR.
7. Beban penusukan piston adalah bacaan arloji proving ring dkalikan kalibrasinya.
Nilai CBR :
Catatan :
Nilai yang benar a b
bila b > a maka pengujian diulang
Nilai CBR yang lazim dilaporkan adalah CBR pada penetrasi 0.1
Keterangan Gambar :
1. Sekrup pengunci
2. Ambang Penahan
3. Engkol
4. Pengantar
5. Proving Ring
6. Dial Proving Ring
7. Magnetic Dial
8. Dial Penggeseran
9. Jembatan bantuan
10. Beban alur
11. Beban Bulat
12. Piston
Tujuan :
Menentukan harga CBR insitu dengan Dynamic Cone Penetration Test (DCP).
Dasar Teori :
Pada teknik jalan raya istilah daya dukung berbeda dengan teknik pondasi. Teknik jalan raya menggunakan
CBR sedangkan teknik pondasi menggunakan istilah t yaitu tegangan ijin tanah.
DCP digunakan pada tanah yang tidak terganggu artinya untuk menentukan harga/nilai CBR pada setiap
kedalaman, tanah tersebut tidak perlu digali. Nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai untuk menentukan tebal
lapisan perkerasan yang diperlukan diatas lapisan yang nilai CBR-nya ditentukan. Jadi, dianggap bahwa diatas suatu
bahan dengan CBR tertentu perkerasan tidak boleh kurang dari angka tertentu.
b. CBR titik
h1 3 CBR1 ... hn 3 CBRn
CBR n
h
i 1
i
c. CBR station
Menentukan CBR insitu dengan test DCP.
Peralatan :
Satu unit DCP terdiri dari :
1. Pemegang
2. Penumbuk/Hammer 8 kg
3. Stang penumbuk
4. Stang pengantar
5. Kepala penumbuk
6. Stang penetrasi
7. Mistar penetrasi
8. Mur pengatur skala mistar
Langkah Kerja :
1. Letakkan penetrometer yang telah dirakit diatas tanah yang akan diperiksa.
2. Letakkan alat sedemikian rupa sehingga benda dalam posisi vertical.
3. Baca posisi awal penunjukkan mistar ukur.
4. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh permukaan pemegang lalu lepaskan hingga menumbuk landasan
penumbuknya. Tumbukan ini menyebabkan konus menembus tanah.
5. Baca posisi penunjukan mistar ukur setelah terjadi penetrasi.
6. Ulangi langkah no.3 dan no. 4 berulang kali sampai batas kedalaman lapisan tanah yang akan diperiksa.
7. Dengan menggunakan tabel CBR dapat ditentukan CBR yang bersangkutan dari selisih penetrasi yang
didapat.
Dasar Teori :
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung berat isi dilapangan. Prosedur standar yang
digunakan antara lain :
Metode Kerucut pasir
Metode Balon Karet
Penggunaan Alat Ukur Kepadatan Nuklir.
Kerucut pasir (sand cone) terdiri atas sebuah botol plastik atau kaca dengan sebuah kerucut logam yang
dipasang di atasnya. Botol plastik dan kerucut pasir ini di isi dengan pasir Ottawa kering yang merupakan pasir
standar yang memiliki gradasi seragam.
Peralatan :
Langkah Kerja ;
1. Botol diisi pasir Ottawa sampai penuh, kran ditutup dan sisa pasir dibersihkan, kemudian ditimbang (W1).
2. Tempatkan diatas bidang yang rata dengan corong menghadap kebawah.
3. Kran dibuka, hingga pasir turun dan mengisi corong, setelah penuh (pasir tidak turun lagi) kran ditutup.
4. Botol beserta sisa pasir ditimbang (W2), maka berat pasir dalam corong adalah : Wps.cr = W1 - W2.
1. Setelah langkah A. No.4 tempatkan botol diatas silinder yang telah diketahui volumenya (corong
menghadap keatas).
2. Kran dibuka hingga pasir turun mengisi silinder dan corong. Setelah itu kran ditutup.
3. Botol beserta sisa pasir ditimbang (W3).
4. Dapatkan berat pasir dalam silinder : Wps.sl = W2 - W3 - (W1 - W2), dimana W1 - W2 = Wps.cr = berat pasir
dalam corong.
5. Maka berat isi kering pasir :
W2 W3 Wps.cr
d ps.
Vsilinder
catatan :
Perhitungan
Wps.lb
Volume tanah (V) = Vlb =
d ps.
Wps.lb = W1 - W2 - Wps.cr
Berat tanah (W) = berat kaleng berisi tanah - berat kaleng kosong
Kadar air tanah =
Berat isi kering tanah = d =
1
d lap
Derajat Kepadatan = Dr = 100%
d lab
dimana : d lab = berat isi kering maximum dari percobaan pemadatan di laboratorium
d lap = berat isi kering maximum yang dicapai dari pemadatan di lapangan
Tujuan :
Mengukur kadar air suatu contoh tanah. Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah tersebut, dan dinyatakan dalam persen
Dasar Teori :
Cara untuk menentukan kadar air dari sejumlah tanah, yaitu dengan menempatkan sebagian kecil sampel
tanah dalam krus (kaleng kecil) yang beratnya (W1) diketahui sebelumnya dengan cara ditimbang terlebih dahulu.
Lalu krus dan tanah ditimbang (W2) dan kemudian dimasukkan dalam oven yang temparaturnya 105C selama 24
jam. Kemudian krus tanah ditimbang kembali (W3), dengan demikian :
Berat air = W2 W3
Berat tanah kering = W3 - W1
W2 W3
Kadar air 100 %
W3 W1
Kadar air berbeda-beda pada setiap daerah tergantung pada keadaan daerah tersebut nilai kadar air tanah
berkisar antara 20 % - 100 % berarti tanah tersebut masih dapat dikatakan normal, tetapi jika kadar air melebihi 100
% tanah tersebut dikatakan jenuh air dan jika kurang dari 20 % tanah tersebut dikatakan kering.
Jumlah kadar air sangat mempengaruhi sifat dari suatu tanah. Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh kadar air
antara lain konsistensi tanah dan plastisitas tanah tersebut. Jumlah kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan
campuran tanah dan air tersebut menjadi sangat lembek. Hal ini akan memperlemah daya dukung tanah tersebut.
Berat ( W ) Volume ( V )
Udara
Vv = e
W V=1+e
WW W 2 W3
100 % 100 %
WS W3 W1
Dimana : = Kadar air (%)
WW = Berat air (gr)
WS = Berat butir padat (gr)
W1 = Berat krus kadar air (gr)
W2 = Berat tanah basah + berat krus (gr)
W3 = Berat tanah kering + berat krus (gr)
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada ukuran butir maksimum dari
contoh tanah yang diperiksa dengan ketelitian penimbangan seperti pada tabel berikut :
Ukuran butir maksimum Jumlah benda uji minimum Ketelitian
3 inch 1000 gr 1 gr
4
Lolos saringan No 10 100 gr 0,1 gr
Salah satu sifat fisik dari tanah adalah kadar air butiran tanah. Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki.
Peralatan :
Benda Uji :
Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung pada ukuran butir maksimum
dari contoh tanah yang diperiksa denagn ketelitian penimbangan seperti terlihat pada tabel berikut :
Langkah kerja :
1. Krus kosong dibersihkan dan dikeringkan, kemudian 4. Setelah dioven, didinginkan dalam dissikator
ditimbang (W1). sekurang-kurangnya satu jam, kemudian
2. Masukkan contoh tanah secukupnya kedalam krus, ditimbang (W3), maka kadar air tanah :
kemudian ditimbang (W2).
3. Masukkan ke dalam oven selama 24 jam.
W2 W3
w x 100 %
W3 W1
Catatan : Untuk ketelitian, harus dilakukan sekurang-kurangnya dua contoh percobaan.
Tujuan :
Menentukan berat isi tanah kondisi asli atau tanah yang relatif tidak terganggu (undisturbed) dengan cara
menusukan cicncin cetakan kedalam tabung sampel.
Dasar Teori:
Dalam pengukuran parameter-parameter tanah, berat isi tanah merupakan salah satu komponen yang
mempunyai kedudukan penting. Berat isi tanah sangat berguna dalam mengevaluasi tanah kohesif, karena
pelaksanaannya sangat mudah, sedangkan pada tanah tanpa kohesi, berat isi dinilai sulit pelaksanaannya, kecuali jika
tanah tanpa kohesi itu terletak sangat dekat dengan permukaan tanah.
Berat isi tanah adalah perbandingan antara berat tanah dengan volumenya dalam keadaan asli di lapangan.
Berat isi dapat digunakan untuk mencari berat isi kering pada percobaan pemadatan tanah. Semakin besar berat isi
kering tanah maka tingkat kepadatannya pun tinggi. Berat isi juga dapat menentukan parameter-parameter tanah
lainnya.
Semakin besar Berat Isi tanah, semakin besar kepadatan tanah tersebut. Untuk meningkatkan Berat Isi tanah
dilakukan dengan cara pemadatan sampai mencapai spesifikasi.
Tabel berat volume kering untuk beberapa tipe tanah yang masih dalam keadaan asli :
Tipe tanah d(lb/ft3) d(lb/ft3)
Pasir lepas dengan butiran seragam 92 1405
Pasir padat dengan butiran seragam 115 18
Pasir lanau yang lepas dengan butiran bersudut 102 16
Pasir lanau yang padat dengan butiran bersudut 121 19
Lempung kaku 108 17
Lempung lembek 73-93 11.5-14.5
Tanah 86 13.5
Lempung organik lembek 38-51 6-8
Glacial Till 134 21
Vu
Udara
V
Berat Total V WW VW
Air
(W) W
Ws Butiran Padat VS
W W2 W1
1 2
V 4 d t
Peralatan :
Benda Uji :
Benda uji yang digunakan adalah benda uji dari tabung sampel yang didapatkan dari pemeboran di lapangan.
Langkah kerja :
1. Ukur dimensi ring diameter dalam (d) dan tinggi (t). Diameter 4. Selanjutnya berat isi tanah dapat
ring < diameter tabung sampel. dihitung sebagai berikut :
2. Ring yang telah diketahu dibersihkan, kemudian ditimbang
beratnya (W1). W W2 W1
Ring ditekan kedalam tabung sampel kemudian diratakan dan sisi- 1 2
sisnya diebersihakn kemudian ditimbangn beratnya (W2). V 4 d t
Tujuan : Menentukan harga berat jenis (specific gravity) dari suatu contoh tanah.. Berat jenis tanah adalah
perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
Dasar Teori :
Dalam perhitungan analisis Mekanika Tanah, berat jenis (Spesifik Gravity) dari butiran tanah padat sering
dibutuhkan. Harga berat jenis tanah yang diperlukan dapat kita periksa atau diuji di laboratorium, sehingga kita dapat
menentukan harga-harga Gs secara akurat. Berat spesifik suatu tanah perlu diketahui karena di dalam tanah sendiri
banyak mengandung berat spesifik mineral-mineral penting untuk diketahui berapa kadarnya. Mineral-mineral
tersebut adalah Montmorilonit, Ilit, Kaolinite, Kwarsa, Limonite, Olivine, Clorit dll. Dari suatu percobaan tertentu,
harga-harga berat spesifik beberapa mineral yang umum terdapat pada tanah. Sebagian besar dari mineral-mineral
tersebut mempunyai berat spesifik berkisar antara 2,6 - 2,9.
Untuk menghitung besarnya Gs digunakan rumus :
W2 W1
Gs k
W4 W1 W3 W2
Dari harga berat jenis (Gs) dapat kita ketahui mineral-mineral yang terkandung dalam
contoh tanah yang kita uji.
Langkah kerja :
1. Contoh tanah 100 gram dioven selama 24 jam, 5. Tambahkan air suling dengan hati-hati sampai
kemudian dihaluskan (ditumbuk) dan disaring dengan penuh, dengan catatan contoh tanah tidak
saringan No. 40. terganggu (terbongkar). Tutup piknometer,
2. Piknometer dikeringkan (dengan oven), didinginkan kemudian masukkan ke dalam bak pengatur
dan ditimbang (W1). temperatur atau ukur temperaturnya (T1).
3. Contoh tanah dimasukkan ke dalam piknometer 6. Bagian luar piknometer dikeringkan, kemudian
kemudian ditimbang (W2 = berat piknometer + contoh ditimbang (W3).
tanah). 7. Piknometer dikosongkan dan dicuci sampai
4. Masukkan air suling secukupnya (1/3 tinggi bersih, kemudian diisi air suling sampai penuh.
piknometer) kemudian masukkan ke dalam dissikator 8. Masukkan kedalam bak pengatur temperatur.
vakum dan perhatikan sampai semua udara yang Temperaturnya harus sama dengan temperatur
terperangkap dalam piknometer keluar. Penghampaan pada langkah 5 (T2), kemudian ditimbang
udara ini harus dilakukan dengan seksama, bila perlu (W4).
piknometer digoyang-goyangkan dan divakum
kembali, hingga di dalam contoh tanah benar-benar Catatan : Untuk ketelitian, harus dilakukan
tidak ada udara yang terperangkap lagi. Disamping itu sekurang-kurangnya dua percobaan untuk setiap
juga harus dijaga jangan sampai ada air yang keluar contoh tanah, dengan syarat selisih antara
dari piknometer. Setelah itu diamkan hingga contoh keduanya 0.03.
tanah mengendap.
Perhitungan :
W2 W1
Berat jenis tanah pada temperatur Tx Gs Tx
(W4 W1 ) W3 W2 )
dimana : W1 = Berat piknometer kosong
W2 = Berat piknometer + contoh tanah kering
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air suling
W4 = Berat piknometer + air suling
Kalibrasi Piknometer :
1. Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang dan beratnya dicatat (W1). Piknometer diisi air suling, dan
dimasukkan kedalam bejana air pada suhu 25 C. Sesudah isi piknometer mencapai suhu 25C tutupnya
dipasang. Bagian luar piknometer dikeringkan dan piknometer beserta isinya ditimbangn (W25).
2. Dari nilai (W25) yang ditentukan pada suhu 25C, susunlah tabel harga W4 untuk suatu urutan suhu kira-
kira antara 18C sampai dengan 31C. Harga-harga W4 dihitung sebagai berikut : W4 = W25 x K
Standar Acuan : ASTM D - 4318 - 89 (Batas Cair - Liquid Limit dan Batas Plastis - Plastic Limit)
ASTM D - 427 - 89 (Batas Susut - Shrinkage Limit)
Tujuan :
Batas-batas Atterberg (Atterberg limit) yang dikenal adalah batas cair, batas plastis dan batas susut. Batas cair
adalah kadar air batas dimana suatu tanah berobaha dari keadaan cai rmenjadi plastis. Batas plastis adalah kadar air
minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis. Sedangkan batas susut adalah kadar air tanah dimana
volume tanah tidak berubah akibat berkurangnya air tanah, tetapi penambahan kadar air akan menyebabkan
perubahan volume tanah.
Dasar Teori :
Volume
Vi
a. Batas Cair
Adalah kadar air pasta tanah saat dicapai ketukan mangkuk Casagrande 25 kali, celah
standard menutup sepanjang 12,7 mm. Untuk mendapatkan kondisi celah tertutup 12,7 mm dalam
25 kali ketukan sangatlah sulit didapatkan. Dalam menentukan batas cair menggunakan alat yang
terdiri dari mangkok kuningan yang bertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkok kuningan
dapat diangkat dan dijatuhkan di atas dasar karet keras tersebut dengan sebuah pengungkit
eksentris dijalankan oleh suatu alat pemutar . Untuk melakukan uji batas cair, pasta tanah
diletakkan di dalam mangkok kuningan kemudian digores tepat di tengahnya dengan
menggunakan alat penggores standar. Dengan menjalankan alat pemutar, mangkok kemudian
dinaik-turunkan dari ketinggian 0,3937 in (10 mm). Kadar air, dinyatakan dalam persen, dari
tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0,5 in (12,7 mm) sepanjang dasar
contoh tanah di dalam mangkok sesudah 25 ketukan. Untuk mengatur kadar air dari tanah yang
bersangkutan agar dipenuhi persyaratan di atas ternyata sangatlah sulit. Oleh karena itu, akan lebih
baik kalau dilakukan uji batas cair paling sedikit empat kali pada tanah yang sama tetapi pada
kadar air yang berbeda-beda sehingga jumlah pukulan N , yang dibutuhkan untuk menutup
goresan bervariasi antara 15 dan 35.
Menentukan kadar air
Dimana :
W1 : Berat cawan
W2 : Berat cawan + tanah basah
W3 : Berat cawan + tanah basah
Dimana ;
LL : Batas Plastis
WN : Kadar Air
Tg : 0,121
b. Batas Plastis
Didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanah apabila digulung
sampai dengan diameter 0,125 in (3,2 mm) menjadi retak-retak. Batas plastis merupakan batas
terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara pengujiannya sangat sederhana, yaitu dengan
cara menggulung-gulung massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar
sampai massa tanah tersebut berdiameter 0,125 in (3,2 mm) dan terdapat retak-retak rambut.
c. Batas Susut
Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnyan secara perlahan-lahan hilang
dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus-menerus, tanah akan mencapai suatu
keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume.
Kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana perubahan volume suatu massa tanah berhenti
didefinisikan sebagai batas susut.
Dimana ;
W1 : Berat Tanah Basah
W2 : Berat Tanah kering oven
V1 : Volume sampel tanah basah
V2 : Volume sampel tanah kering oven
Indeks Plastis ( PI ) yaitu perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah.
PI = LL PL
Dimana :
PI = Indeks Plastis/Plasticity Index
LL = Batas Cair
PL = Batas Plastis
Peralatan :
Langkah Kerja
A. Batas Cair :
10. Setelah kadar air dari masing-masing percobaan tsb, diketahui maka data tsb. diplot pada grafik
semi-logaritma dengan jumlah ketukan (N) sebagai absis dan kadar air (W) sebagai ordinat. Batas cair adalah
harga kadar air (W) pada ketukan (N) ke 25.
*) Bila contoh tanah berbutir kasar, maka keringkan contoh tsb. dan hancurkan gumpalan-gumpalannya
dengan palu karet kemudian saring dengan saringan No. 40. Bagian yang lolos diberi air (aquadest)
sambil diaduk dan didiamkan selama 24 jam supaya kadar airnya merata. Bila contoh tanah
mengandung sedikit butir kasar dapat langsung dilakukan percobaan, tapi pada waktu pengadukan,
butiran-butiran yang kasar dikeluarkan.
B. Batas Plastis :
1. Contoh tanah yang lolos saringan No. 40, diaduk di atas pelat kaca sehingga benar-benar homogen. Bila perlu
ditambah kadar airnya.
2. Siapkan 3 buah krus kadar air.
3. Ambil sedikit contoh tanah giling di telapak tangan hingga menjadi bulatan-bulatan kira-kira sebesar
kelereng, kemudian giling di atas pelat kaca sehingga membentuk batangan-batangan kecil dengan diameter 3
mm. Percobaan penggilingan dilakukan dengan seksama hingga diperoleh batangan-batangan contoh tanah
yang retak / patah pada diameter tepat 3 mm. Bila belum mencapai diameter 3 mm contoh sudah retak, maka
contoh diremas kembali sambil ditambahkan sedikit kadar airnya dan bila sudah lebih kecil dari 3 mm
contoh belum retak, contoh diremas kembali sambil dibiarkan kadar airnya berkurang.
4. Setelah diperoleh contoh tanah yang retak / patah pada diameter tepat 3 mm, ukur kadar airnya. Harga kadar
airnya tsb. adalah harga batas plastisnya.
Catatan : Minimal harus diperoleh dua harga kadar air, kemudian dirata-ratakan.
C. Batas Susut :
1. Contoh tanah campur dengan air suling secukup dan diaduk sehingga menyerupai pasta pada cawan
persiapan, sehingga mudah diisikan kedalam cawan penyusut (shrinkage disk) tanpa membawa serta masuk
gelembung udara. Banyaknya air yang dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk dengan kekentalan yang
diinginkan kira-kira sama atau sedikit lebih besar dari keadaan batas cair.
2. Cawan penyusut dibersihakn dan bagian dalamnya dilapisi tipis dengan vasiline atau grease yang kental
untuk mencegah melekatnya tanah kepada cawan. Contoh tanah yang sudah berupa pasta tadi dimasukan
kedalam cawan penyusut (shrinkage disk) kira-kira 1/3 volumenya dan tanah diletakkan pada tengah-tengah
cawan dan dibiarkan mengalir kepinggir dengan mengetuk-ngetuk cawan penyusut. Masukakan tanah sedikit
demi sedikit sambil cawan diketuk-ketuk sampai cawan penuh terisi pasta tanah dan dibiarkan sampai
meluber agar supaya udara yang masih tersekap terbawa kepermukaan. Tanah yang kelebihan dipermukaan
cawan dipotong dengan straight edge. Semua tanah yang melekat diluar cawan dibersihkan
3. Setelah rata dan permukaan luarnya bersih, timbang berat cawan beserta isinya (W1). Pasta tanah dibirakan
mengering sebentar diudara sehingga warna pasta berubah dari tua menjadi muda, lalu dimasukkan ke dlam
oven (dikeringkan).
4. Setelah kering timbang berat cawan berserta isinya (W2), dan timbang juga berat cawan penyusut dalam
keadaan kosong dan bersih (W3).
5. Volume cawan = volume tanah basah diukur dengan diisi penuh air raksa, buang yang berlebihan dengan
cara menekan kaca kuat-kuat diatas cawan. Kemudian ukur dengan gelas ukur banyaknya air raksa yang ada
didalam cawan penyusut = volume tanah basah = V.
6. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering dari cawan penyusut lalu dicelupkan
kedalam gelas ynag penuh dengan air raksa, dengan cara sebagai berikut
Cawan gelas diisi penuh air raksa dan kelebihan air raksa dibuang dengan cara menekan prong plate (plat
kaca dengan tiga buah kawat baja) diatas cawan gelas.
Air raksa yang melekat diluar cawan gelas dibersihkan
Letakkan cawan gelas yang berisi air raksa itu ke dalam cawan gelas yang lebih besar.
Letakkan tanah kering diatas air raksa pada cawan gelas.
Tekan hati-hati tanah kering kedalam air raksa dengan menggunakan prong plate, sampai prong plate rata
dengan bibir cawan. Perhatikan betul-betul, jangan sampai ada udara yang terbawa masuk kedalam air
raksa.
Air raksa yang tumpah diukur volumenya dengan gelas ukur = volume tanah kering = Vs
Ww
Kadar air : w= x 100 %
Ws
dimana : Ww = (W1 - W2)
Ws = (W2 - W3)
V Vs
sehingga batas susut (shrinkage limit ) : SL = w ( 100%)
Ws
Dasar Teori :
Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Oleh karena itu,
pengukuran besarnya butiran tanah merupakan suatu percobaan yang sangat penting dilakukan dalam bidang
Mekanika Tanah. Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam
tanah tertentu.
Sesuai dengan jenis ukuran butir tanah,cara menganalisa ukuran butir tanah dapat dilakukan dengan 3 (tiga)
cara, yaitu :
1. Analisa Saringan
Analisa saringan dilakukan dengan cara mengayak dengan menggetarkan contoh tanah melalui satu set
ayakan, dimana lubang lubang atau diameter dari ayakan tersebut berurutan dan makin kecil. Analisa
saringan ini dilakukan pada tanah yang tertahan pada ayakan no.200.
2. Analisa hydrometer
Analisa Hydrometer merupakan salah satu cara untuk mendapatkan distribusi ukuran-ukuran partikel tanah,
untuk partikel yang berdiameter lebih kecil dari 0,075 mm. Sedangkan Analisa Saringan untuk mendapatkan
distribusi ukuran-ukuran partikel tanah yang berdiameter lebih besar dari 0,075 mm.
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sendimentasi (pengendapan) butir-butir tanah dalam air. Bila
suatu contoh dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-
beda tergantung pada bentuk, ukuran dan berat tanah sendiri.
3. Analisa Gabungan
Analisa gabungan adalah analisa gabungan antrara analisa saringan dan analisa hydrometer.
Peralatan :
A. Analisa Saringan B. Analisa Hidrometer
1. Seperangkat saringan 1. Hidrometer
2. Timbangan ( ketelitian 0.01 gr ) 2. Jar (gelas ukur) 1000 cc
3. Oven 3. Timbangan (ketelitian 0.01 gr)
4. Container / cawan 4. Oven
5. Sikat / Kuas 5. Dessikator
6. Dessikator 6. Cawan / container
7. Mixer 7. Mixer
8. Mortar & pengaduk karet dll 8. Stop wacth
9. Thermometer
C. Bahan
1. Air suling
2. Dispersion agent
Langkah Kerja :
A. Analisa Saringan
1. Contoh tanah 500 gr diberi air suling secukupnya diaduk / dikocok hingga butir-butirnya terlepas. Bila perlu
diberi dispension agent, kemudian dioven sampai kering.
2. Masing - masing saringan dibersihkan dan ditimbang, kemudian disusun menurut urutan ukurannya. Ukuran
yang besar di atas dan paling bawah dipasang pan.
3. Contoh tanah didinginkan dan ditimbang. Bila contoh tanah berbongkah - bongkah diremas dengan jari atau
dengan pengaduk karet .
4. Tuangkan contoh tanah ke atas saringan dan goyangkan saringan tsb. Bila ada gunakan alat penggetar.
5. Timbang masing-masing saringan untuk mengetahui berat tanah yang tertahan pada masing - masing saringan,
yaitu berat saringan sesudah percobaan dikurangi berat saringan sebelum percobaan.
B. Analisa Hidrometer
B.1. Kalibrasi Hidrometer :
1. Ukur Volume hidrometer (Vh) sbb:
a. Gelas ukur diisi air sampai skala volume tertentu (V).
b. Celupkan hidrometer ke dalam gelas ukur, sehingga volume air naik menjadi Va.
maka : Vh = V - Va
2. Tentukan luas penampang gelas ukur.
3. Ukur panjang hidrometer (h) ------> lihat gambar !
Perhatian :
a. Selama proses analisa ini harus dijaga bahwa suspensi tidak boleh terbuang sedikitpun.
b. Setiap kali memindahkan suspensi, semua alat yang digunakan (cawan , sendok, alat pengaduk dsb. harus
dicuci bersih-bersih dg. air suling dan air pencucinya tidak boleh ada yang terbuang )
c. Setiap pencucian alat gunakan air suling sehemat mungkin, karena jumlah suspensi tidak boleh melebihi
1000 cc.
5. Setelah dikocok suspensi langsung dimasukkan ke dalam gelas ukur II, kemudian tambahkan air suling
hingga suspensi menjadi 1000 cc.
6. Siapkan stop watch dan catatan pembacaan.
7. Tutuplah gelas ukur, dengan telapak tangan dan kocok suspensi tsb. dengan cara membolak balikkan gelas
ukurnya, hingga contoh tanah tidak ada yang mengendap di dasar gelas ukur.
8. Letakkan gelas ukur ,segera masukkan hidrometer kedalam suspensi dan langsung dibaca pada waktu : 0 ; 1/4
; 1/2 ; 1 dan 2 menit tanpa memindahkan hidrometer, serta diukur temperaturnya .
9. Pindahkan hidrometer ke gelas ukur I, kemudian ulangi langkah 7 dan 8 sampai diperoleh dua pembacaan
yang sama atau hampir sama. Setelah itu pindahkan hidrometer ke dalam gelas ukur I
10. Kocok kembali suspensi dengan cara seperti diatas, dan lakukan pembacaan berikutnya yaitu pada interval
waktu 5' ; 10' ; 20' ; 40' ; 60' ; 180' dan 1440' (24 jam). Untuk pembacaan-pembacaan ini, hidrometer
dimasukkan ke dalam suspensi (gelas ukur II), hanya pada waktu pembacaan. Untuk memberi kesempatan
hidrometer diam, masukkan setengah menit sebelum pembacaan dilakukan dan setiap kali pembacaan ukur
temperaturnya.
Catatan : Selama periode pembacaan ini, suspensi tidak boleh tergetar / terganggu dsb. dan untuk
mencegah penguapan sebaiknya gelas ukur ditutup.
11. Setelah pembacaan terakhir, pindahkan suspensi ke dalam pan yang sesuai dan telah diketahui beratnya. Jaga
jangan sampai ada contoh tanah atau suspensi yang terbuang. Gelas ukur harus bersih dan semua air pencuci
harus dimasukkan ke dalam pan (tidak boleh terbuang).
12. Suspensi di oven sampai betul-betul kering (mungkin lebih dari 24 jam), kemudian didinginkan dan
ditimbang hingga diketahui berat tanah kering (Ws).
C. Analisa Gabungan
Perhitungan :
1. Analisa saringan : Berat tertahan = berat saringan sesudah percobaan - berat saringan.
berat tertahan
Persentase berat tertahan x 100 %
berat contoh tan ah
2. Analisa Hidrometer :
Gs V
- Persentase lebih halus (N) : N c (r ra ) 100%
Gs 1 Ws
N = persentase lebih halus
Gs = berat jenis tanah
V = volume suspensi (1000 cc)
Ws = berat tanah kering
c = berat isi air pada temperatur percobaan (tabel)
r = pembacaan hidrometer pada suspensi
ra = pembacaan hidrometer pada air suling
18 Zr
- Diameter efektif (D) : D .
s w t
Dimana :
D = Diameter butir
= Viskositas air pada temperatur percobaan
s = berat isi butir tanah
pw = berat isi air pada temperatur percobaan
Zr = kedalaman efektif hidrometer (dari grafik kalibrasi)
t = waktu pengendapan
3. Analisa Gabungan :
Ws
Koreksi persentase lebih halus (N') : N' N .
W
Dimana :
N' = Persentase lebih halus (gabungan)
N = Persentase lebih halus (Analisa Hidrometer)
Ws = Berat butir tanah yang lolos saringan No.200
W = Berat butir tanah total
Tabel Sensitifitas
St Kelas
<4 Rendah
24 Normal
48 Sensitive
>8 Sangat sensitif
Dalam pengujian kuat tekan babas ada beberapa syarat yang harus diperhatikan.
1. Penekanan
Sr = Kecepatan regangan berkisar antara 0,5 2 % permenit
2. Kriteria keruntuhan suatu tanah :
- Bacaan proving ring turun.
- Bacaan proving ring tiga kali berturut-turut hasilnya sama.
- Ambil pada = 15 % dari contoh tanah, Sr = 1 % permenit, berarti waktu maksimum runtuh = 15
menit.
Percobaan kuat tekan bebas dimaksudkan terutama untuk tanah lempung atau lanau. Bila lempung itu
mempunyai derajat kejenuhan 100 % maka kekuatan geser dapat ditentukan dari nilai kekuatan unconfined.
f c tan
dimana : c = kohesi
= sudut geser internal
Tegangan Normal
Secara teoritis, untuk tanah lempung jenuh air yang sama uji tekanan tak bersekap mampu dalam
kondisi air termampatkan - tak terkendali (Unconsolidated-Undrained) akan menghasilkan suatu harga Cu
yang sama. Tetapi pada kenyataannya pengujian unconfined compression pada tanah lempung jenuh - air
biasanya menghasilkan harga Cu yang lebih kecil dari harga yag diperoleh dari pengujian Unconsolidated -
Undrained.
Pada tanah-tanah lempung yang terdeposisi (terendapkan) secara alamiah dapat diamati bahwa
kekuatan tekan tanah tak bersekap berkurang banyak, bila tanah itu diuji ulang lagi setelah tanah itu
menderita kerusakan struktural (remolded) tanpa adanya perubahan dari kadar air, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut :
Asli (undisturbed)
Rusak (remolded)
s
qu
qu
Tegangan Axial
Job Sheet Uji Tanah, Teknik Sipil Poliwangi
Politeknik Banyuwangi - Jurusan Teknik Sipil
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Job XI
Jl. Raya Jember - Km 13, Rogojampi, Banyuwangi, Telp./Fax. : 0333 419614
q u (asli)
St
q u (kerusakan )
dimana : St = kesensitifan
Sifat berkurangnya kekurangan tanah akibat adanya kerusakan struktural tanah tersebut disebut
kesensitifan (sensitivity). Tingkat kesensitifan dapat ditentukan sebagai ratio antara kekuatan tanah yang
masih asli dengan kekuatan tanah yang sama setelah terkena kerusakan (remolded), bila tanah tersebut diuji
dengan cara tekanan tak tersekap.
Sensitivitas Tanah (St) Keterangan
<2 Tidak sensitif
24 Agak sensitif
48 Sensitif
8 16 Cepat sensitif
> 16 Sangat sensitif
Kadar air dapat juga disebut Water Content di definisikan sebagai perbandingan antara berat air
dan berat butiran padat dari volume tanah, dan dapat dihitung dengan rumus :
W1 W2
W 100%
W2 W3
Berat volume dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan volume total.
W W2 W1
V 1
d2 t
4
Untuk menghitung regangan axial dihitung dengan rumus :
L
Lo
Dimana : = Regangan axial (%)
L = Perubahan panjang (cm)
Lo = Panjang mula-mula (cm)
Besarnya luas penampang rata-rata pada setiap saat :
Ao
A =
1-
Peralatan :
1. Satu set mesin kuat tekan bebas, yang terdiri dari : 4. Pisau kawat / alat pemotong benda uji
a. kerangka beban 5. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
b. proving ring 6. Jangka sorong / mistar
c. dial pengukur regangan 7. Stop watch
2. Ring pencetak benda uji 8. Kunci-kunci dsb.
3. Extruder yang sesuai
Langkah Kerja :
Contoh tanah terdiri dari dua macam, yaitu contoh tanah asli dan contoh tanah tidak asli (remoulded). Contoh
asli adalah contoh yang langsung dicetak dari tabung sample, sedangkan contoh tidak asli adalah contoh yang
dicetak kembali dari contoh yang sudah ditekan.
B. Pengujian :
1. Contoh tanah dipasang pada rangka beban dan diatur hingga sentris terhadap dongkraknya.
2. Pasang proving ring dan dial pengukur regangan dan distel pada nol stand.Tentukan kecepatan regangan.
3. Biasanya kecepatan regangan diambil 0.5 - 2 % per menit.
4. Mulai diadakan penekanan hingga terjadi keruntuhan sambil dikontrol / dicatat pembebanannya pada setiap
interval regangan tertentu.
5. Setelah runtuh contoh tanah dikeluarkan dan digambar bentuk keruntuhannya.
Tujuan :
Mencari harga-harga parameter tanah c (kohesi) dan (sudut geser dalam) dengan mempelajari kekuatan tanah
terhadap geser.
Dasar Teori :
Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan
atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud.
Uji geser langsung merupakan pengujian yang sederhana dan langsung. Pengujian dilakukan dengan
menempatkan contoh tanah ke dalam kotak geser. Kotak ini terbelah, dengan setengah bagian yang bawah
merupakan bagian yang tetap dan bagian atas mudah bertranslasi. Kotak ini tersedia dalam beberapa ukuran, tetapi
biasanya mempunyai diameter 6,4 cm atau bujur sangkar 5,0 x 5,0 cm. Contoh tanah secara hati-hati diletakkan di
dalam kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu-batu berpori bergigi untuk drainase yang cepat, diletakkan di
atas contoh tanah. Kemudian suatu beban normal Pv dikerjakan. Kedua bagian kotak ini akan menjadi sedikit
terpisah dan blok pembebanan serta setengah bagian atas kotak bergabung menjadi satu.
Kuat geser sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
1. Tekanan efektif atau tekanan antar butir.
2. Kemampuan partikel atau kerapatan
3. Saling keterkuncian antar partikel: jadi, partikel-partikel yang bersudut akan lebih saling terkunci dan
memiliki kuat geser yang lebih tinggi ( yang lebih besar) daripada partikel-partikel yang bundar seperti
pada tebing-tebing.
4. Sementasi partikel, yang terjadi secara alamiah atau buatan.
5. Daya tarik antar partikel atau kohesi.
Peralatan :
Langkah Kerja :
Contoh tanah asli dari tabung ujungnya diratakan dan cincin pencetak benda uji ditekan pada ujung tanah
tersebut, tanah dikeluarkan secukupnya untuk 3 benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan
ratakan bagian atasnya.
b. Benda uji asli bukan dari tabung
Contoh yang digunakan harus cukup besar untuk membuat 3 buah benda uji. Persiapan benda uji sehingga
tidak terjadi kehilangan kadar air. Bentuklah benda uji dengan cincin pencetak. Dalam mempersiapkan
benda uji terutama untuk tanah yang peka harus hati-hati guna menghindarkan terganggunya struktur asli
dari tanah tersebut.
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang dikehendaki. Pemadatan dapat langsung
dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.
d. Tebal minimum benda uji kira-kira 1.3 cm tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir maximum.
e. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1. Untuk benda uji yang berbentuk empat
persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan lebar dan tebal minimal 2 : 1.
Catatan : untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusak benda uji.
B. Pengujian :
Perhitungan :
Ph
Ac
Pv
n
Ac
d. Gambarkan grafik hubungan B/B versus , kemudian dari masing-masing benda uji dapatkan max..
e. Gambarkan garis lurus melalui titik-titik hubungan versus n. Dapatkan pula parameter c dan . Untuk
mendapatkan parameter c dan dapat diselesaikan dengan cara matematis (persamaan Regresi Linier).
TES TRIAXIAL UU
Tujuan : Menentukan parameter geser (sudut geser dalam () dan kohesi (c)) suatu contoh tanah di laboratorium.
Dasar Teori :
Uji Triaksial adalah suatu uji yang menentukan parameter tegangan geser dan data tegangan serta regangan
yang terbaik. Pada pengujian ini digunakan sebuah sampel tanah yang ditutup dengan membran karet yang tipis dan
diletakkan di dalam sebuah tabung silinder dari bahan plastic transparan atau gelas yang kemudian tabung itu diisi
dengan air.
Untuk menyebabkan terjadinya keruntuhan geser pada benda uji, tegangan aksial (vertikal) diberikan pada
benda uji. Pembebanan arah vertikal dapat dilakukan dengan dua cara :
Dengan memberikan beban mati yang bertahap dan ditambah dgn tekanan yg sama sampai benda uji
runtuh. Deformasi arah aksial akibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji ukur /dial gage.
Dengan memberikan deformasi arah aksial (vertikal) dengan kecepatan pembebanan yang tetap dengan
bantuan mesin pembeban hidrolis.
Beban aksial yang diberikan diukur dengan bantuan sebuah proving ring (lingkaran pengukur beban) yang
berhubungan dengan piston vertikal.
Pada uji air termampatkan tak terkonsolidasi (unconsolidated-undrained test) kita tidak diijinkan mengalirkan
air dari dan ke benda uji selama memberikan tekanan sel, karena pengaliran air tidak terjadi di kedua tahap tersebut
maka dapat dilaksanakan dengan cepat.
Percobaan kekuatan geser ini dilakukan dalam 2 tingkat yaitu :
- Pemberian tegangan normal
- Pemberian tegangan geser sampai terjadi keruntuhan yaitu sampai terjadi tegangan geser maksimum .
Pengetahuan mengenai kekuatan geser tanah diperlukan untuk menghitung daya dukung tanah, tegangan
tanah terhadap dinding penahan, dan kestabilan lereng, kesemuanya bermuara pada masalah kekuatan geser tanah.
Untuk menghitung komponen penting dari kuat geser tanah, seperti kohesi tanah (c) dan sudut geser dalam tanah (),
kita harus melakukan percobaan di laboratorium.
Hasil dari uji triaxial, akan didapat grafik hubungan antara tegangan dan regangan, yang biasa disebut
lingkaran Mohr, dengan tegangan utama (3-1) sebagai jari-jarinya, kemudian didapat kemiringan garis sebagai
sudut geser dalam tanah ().
Contoh tanah yang ditekan :
1
3 = 2 3 = 2 = tegangan keliling
konstanta
Sample tanah yang dujikan pada pengujian ini mempunyai dimensi diameter 37,9 mm dan panjang 72,5 mm.
Prinsip kerja dari pengujian ini adalah dengan cara menutup sample tanah dengan membran karet yang tipis
kemudian sample tanah diletakan didalam sebuah tabung seperti yang dilihat pada gambar lampiran dibawah ini.
tabung tersebut diisi dengan air atau larutan gliserin, lalu tabung tersebut diberi tekanan hidrostatis pada benda uji
dari segala arah yang digunakan sebagai media penekan ialah udara. Dalam hal ini tegangan juga disebut dengan
tegangan penyekap (3). Untuk menyebabkan terjadinya keruntuhan geser pada benda uji , tegangan triaxial dari arah
vertikal melelui sebuah piston, tegangan yang terjadi disebut tegangan deviator (df) . Setelah itu dihasilkan tegangan
utamanya (1) sebesar p KN. Untuk menghitun parameter kekuatan gaser yaitu sudut geser internal () tanah dan
besarnya kohesi (c) yaitu dapat dilakukan dengan cara formula ataupun dengan cara grafis yang biasa disebut dengan
lingkaran Mohr.
Prinsip tegangan geser tanah (1)
1 = 3+ ( d ) f
P
( d )f =
A
= 1 D
2
A
4
Keterangan :
1 = Tegangan utama ( kg/cm2 )
( d ) f = Tegangan deviator ( kg/cm2 )
A = Luas penampang yang ditekan ( cm2 )
P = Besar beban ( kg )
Beban vertikal
Proving ring
Pengukur regangan
Ventilasi
SELTRIAXIAL
Peralatan :
1. Satu unit mesin triaxial, yang terdiri dari : 3. Tabung pencetak sesuai dengan ukuran contoh yang
a. load frame (kerangka beban ) dikehendaki
b. proving ring 4. Pisau (alat untuk memotong / meratakan contoh)
c. dial untuk mengukur kecepatan regangan 5. Membran karet dan cincin karet
d. cell triaxial 6. Unit tegangan cell (3) yang terdiri dari tabung
2. Extruder tekanan dan kompresor.
Prosedur Pelaksanaan :
Perhitungan :
P A
P = Pembacaan proving ring x faktor
kalibrasi
L
P
1 2
A
L0
Ao . Lo = A . L = A ( Lo - DL )
L0 1 L
A .A 0 .A jika :
L0 1 1 LL L0
0
1
maka : A A0 .
1
PERCOBAAN KONSOLIDASI
Dasar Teori :
Percobaan konsolidasi ini dilakukan untuk mengetahui sifat pemampatan suatu jenis lapisan tanah, dengan
melakukan percobaan ini maka dapat diketahui nilai koefisien konsolidasi, Compresibility Indeks dan nilai rembesan
tanah tersebut. Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya
air atau udara dari dalam pori, dan sebab-sebab lain. Mengingat nilai parameter tanah tersebut sangat dipengaruhi
oleh besarnya beban, maka besarnya tegangan maksimum yang digunakan perlu disesuaikan dengan beban
maksimum suatu bangunan, jika kita akan membuat suatu konstruksi bangunan.
Pemampatan
Tahap II: Konsolidasi primer
Keluarnya air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah, berkurangnya volume tanah
tesebut dapat menyebakan penurunan lapisan tanah itu. Karena air pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar
dengan cepat, maka penurunan segera dan penurunan konsolidasi berlangsung secara bersamaan.
Setelah mendapatkan grafik antara waktu dan pemampatan untuk besar pembebanan yang bermacam-macam
dari percobaan di laboratorium, selanjutnya dapat dihitung perubahan angka pori terhadap tekanan. Berikut adalah
langkah demi langkah urutan pelaksanaannya.
H1 Hv H Hs
Tinggi awal Pori
contoh =
Luas contoh Tanah = A
tanah = H
WS
Padat HS
AG S W
Gambar perubahan tinggi contoh tanah pada uji konsolidasi satu dimensi
3. Hitung angka pori awal, eo, dari contoh tanah:
Vv H v .A H v
eo
Vs H s .A H s
4. Untuk penambahan beban pertama p1 (beban total/luas penampang contoh tanah), yang menyebabkan
penurunan H1 , hitung perubahan angka pori e1 :
H1
e1
Hs
H1 didapatkan dari pembacaan awal dan akhir pada skala ukur untuk beban sebesar p1.
5. Hitung angka pori yang baru, e1 , setelah konsolidasi yang disebabkan oleh penambahan tekanan p1
e1 = e0 - e1.
Untuk beban berikutnya, yaitu p2 ( catatan : p2 sama dengan beban kumulatif persatuan luas contoh
tanah ), yang menybabkan penambahan pemampatan sebesar H2 , angka pori e2 pada saat akhir
konsolidasi dapat dihitung sebagai berikut:
H2
e 2 e1 .
Hs
Dengan melakukan cara yang sama, angka pori pada saat akhir konsolidasi untuk semua penambahan beban
dapat diperoleh.
Tekanan total (p) dan angka pori yang bersangkutan (e) pada akhir konsolidasi digambar pada grafik semi-
logaritma berupa grafik e versus log p.
h = 24.55 mm.
d =62.55 mm
Percobaan konsolidasi biasanya dilakukan pada tanah lempung, karena penurunannya membutuhkan waktu
yang lama.Sedangkan pasir membutuhkan waktu yang singkat untuk mengalami penurunan. Pada umumnya
konsolidasi berlangsung dalam satu arah (vertikal).
Konsolidasi dilakukan untuk :
1. Mengetahui sifat pemampatan suatu jenis tanah
2. Mengetahui besarnya penurunan yang terjadi pada tanah tersebut
3. Mengetahui waktu (lamanya) penurunan
Semua itu membutuhkan parameter-parameter sebagai berikut :
e : angka pori
Cv : Koefisien konsolidasi
Cc : Indeks pemampatan untuk menghitung besarnya penurunan di lapangan akibat konsolidasi (dari
grafik e- log tekanan)
Normal Consolidated dan Over Consolidated, keduanya menggambarkan sifat penting dari lapisan lempung
endapan. Lapisan yang mengalami konsolidasi dan penurunan akibat tekanan dari lapisan-lapisan yang kemudian
mengendap diatasnya. Lapisan-lapisan yang di atas ini, lama kelamaan mungkin menjadi hilang lagi oleh sebab-
sebab geologis, misalnya erosi air atau es. Ini berarti lapisan-lapisan bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya
pernah mengalami konsolidasi akibat tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku diatasnya saat ini.
Lapisan semacam ini disebut OverConsolidated (OC), sedangkan yang belum pernah mengalami tekanan yang
diatasnya lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku pada masa sekarang disebut Normal consolidated (NC).
Untuk menentukan tanah yang di uji itu tergolong OC atau NC, dapat dilihat dari grafik e vs log tekanan.
Data yang dibutuhkan :
Dengan: g = berat isi tanah
Z = dalamnya tanah tersebut dihitung dari permukaan tanah.
4. Perpanjang bagian lurus dari kurva sampai memotong garis bagi sudut ( X )
5. Dari perpotongan garis tersebut, tarik garis vertikal sampai memotong absis tekanan sebagai nilai Pc
Peralatan :
1. Satu set alat konsolidasi yang terdiri dari cell konsolidasi dan rangka beban, lengkap dengan keping beban
yang sesuai.
2. Dial dengan ketelitian 0.01 mm.
3. Alat pencetak yang terdiri dari ring pencetak, extruder, alat pemotong, dsb.
4. Stop watch dengan kapasitas lebih dari 100 menit.
5. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.
6. Kunci- kunci dsb.
Langkah Kerja
11. Setelah tekanan 8 kg/cm2 dicapai, beban dikurangi secara bertahap hingga tekanan menjadi 2 ; .5 ; dan 0
kg/cm2. Untuk ini pembacaan hanya diambil setiap 24 jam atau setiap akan mengurangi beban.
12. Contoh tanah dikeluarkan, ditimbang dan diukur kadar airnya.
Perhitungan :
e = Ho - e
1
2
3
4
5
6
BEBAN
DIAL
KETERANGAN :
1. Dial Pengamatan
2. Peluru Penekan
3. Batu Berpori
4. Batu Berpori
5. Ring Berisi Contoh Tanah
6. Bak cetak berisi air (sel) TANAH
7. Beban
RING
PENCETAK
PEMERIKSAAN PERMEABILITAS
Tujuan : Menentukan besarnya harga koefisien permeabilitas (kerembesan) dari suatu contoh tanah.
Dasar Teori :
Permeabilitas adalah kemampuan fluida untuk mengalir melalui medium yang berpori. Makin besar ruang
pori, daya rembes airnya makin besar. Untuk masalah geoteknik, fuida itu adalah air dan medium yang berpori
adalah massa tanah. Setiap bahan yang memiliki rongga disebut berpori, dan apabila rongga tersebut saling
behubungan maka ia akan memiliki sifat permeabilitas. Jadi, batuan, beton, tanah, dan banyak bahan lainnya,
kesemuannya merupakan bahan yang berpori dan permeabel (tembus air), bahan dengan rongga yang lebih besar
biasanya mempunyai angka pori yang lebih besar pula. Oleh karena itu, tanah yang sangat padat sekalipun akan lebih
permeabel daripada bahan seperti batuan dan beton. Bahan seperti lempung dan lanau di dalam deposit, alamiah
mempunyai nilai porositas (angka pori) yang besar, tetapi hampir tidak permeabel (tidak tembus air), terutama karena
rongganya berukuran sangat kecil, walaupun faktor lain juga ikut mempengaruhinya. Istilah porositas n dan
angka pori e digunakan untuk menjelaskan tentang rongga di dalam suatu massa tanah.
Permeabilitas suatu massa tanah penting untuk:
1. Mengevaluasi jumlah rembesan (seepage) ynag melalui bendungan dan tanggul sampai ke sumur air.
2. Mengevaluasi gaya angkat atau gaya rembesan di bawah struktur hidrolik untuk analisis stabilitas.
3. Menyediakan kontrol terhadap kecepatan rembesan sehingga partikel tanah berbutir halus tidak tererosi
dari massa tanah.
4. Studi mengenai laju penurunan ( konsolidasi ) di mana perubahan volume tanah terjadi pada saat air
tersingkir dari rongga tanah pada saat proses terjadi pada suatu gradien energi tertentu.
5. Mengendalikan rembesan dari tempat penimbunan bahan-bahan limbah dan cairan-cairan sisa yang
mungkin berbahaya bagi manusia.
4. Selang karet
Langkah Kerja :
A. Persiapan Percobaan
1. Tempat sampel diisi dengan tanah sampai penuh kemudian permukaannya diratakan.
2. Pasang alat permeameter.
3. Pada bak alat permeameter diisi air dan tinggi pada bak tersebut masih lebih rendah dari tempat sampel.
4. Ditunggu kira-kira 2 4jam, sehingga tanah dalam tempat sampel benar-benar jenuh.
B. Pengujian :
1. Setelah contoh benar-benar jenuh, maka pengujian dimulai.
2. Mengisi pipa vertikal dengan air, hingga tinggi air kira-kira ada dalam interval pada skala penggaris.
3. Memasang slang karet yang menghubungkan pipa vertikal dengan tempat sampel.
4. Mengamati pipa vertikal : Jika air pada pipa tersebut masih turun dengan cepat, berarti tanah belum jenuh,
sehingga harus ditunggu sampai jenuh, atau masih ada kebocoran pada instalasi yang dipasang.
5. Mencatat tinggi air pada pipa vertikal dan mencatat waktunya.
6. Begitulah seterusnya, mencatat tinggi muka air pada selang-selang waktu tertentu.
Perhitungan :
Penentuan nilai k (koefisien permeabilitas) dengan mengukur penurunan tinggi muka air pada pipa vertikal
dalam jangka waktu tertentu berarti regangan air tidaklah tetap. Padahal pada percobaan dengan menggunakan
alat type Falling Head, sumber air masuk kedalam contoh adalah dari pipa dengan diameter kecil. Oleh karena
itu diameter pipa vertikal dapat diatur sesuai dengan sifat contoh tanah. Misalnya untuk tanah dengan daya
rembesnya cukup besar maka sebiknya dipakai pipa dengan diameter yang cukup besar pula.
dQ = k . h/l . A . dt dan dQ = - a . dh
t h1
kA dh kA dh
dt ==> dt
L a h 0
La h0
h
kA h aL h
t ln 0 sehingga k 2 ,3 log 0
L a h1 At h1
Standar Acuan :
Tujuan :
Pemeriksaan pemadatan tanah dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan
tanah dengan memadatkan di dalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan menggunakan alat penumbuk berat
2,5 kg (5.5 lbs), tinggi jatuh 30 cm (12) untuk pemadatan standar (Proctor) dan alat penumbuk berat 4.54 kg (10
lbs), tinggi jatuh 45.7 cm (18) untuk pemadatan berat (modified).
Cara A : Cetakan diameter 102 mm (4), bahan lewat saringan 4.75 mm (no. 4)
Cara B : Cetakan diameter 152 mm (6), bahan lewat saringan 4.75 mm (no. 4)
Cara C : Cetakan diameter 102 mm (4), bahan lewat saringan 19 mm (3/4)
Cara D : Cetakan diameter 152 mm (6), bahan lewat saringan 19 mm (3/4)
Bila tidak ditentukan cara yang dilakukan maka ditetapkan cara A atau D
Dasar Teori :
Pemadatan adalah suatu proses di mana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu cara
mekanis yang digunakan untuk memadatkan tanah. Di lapangan biasanya dipakai dgn cara memukul tanah. Untuk
setiap daya pemadatan tertentu kepadatan yang dicapai tergantung pada banyaknya air dalam tanah tersebut yaitu
kadar airnya.
Fungsi dari pemadatan untuk meningkatkan daya dukung tanah (sebagai pondasi ) dan untuk mengurangi
penurunan tanah yang tidak diinginkan terlalu besar.
Agar partikel-partikel tanah lebih padat perlu ditambahkan air, karena air dapat berfungsi sebagai pembasah
bagi partikel tanah tersebut sehingga tanah akan lebih mudah bergerak dan akan lebih padat dan rapat.
Bila kadar air ditambahkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah
partikel padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat secara bertahap. Setelah mencapai kadar air tertentu,
maka penambahan air cenderung menurunkan berat volume kering tanah, ini disebabkan karena air tersebut
menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebenarnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat tanah. Kadar
air dimana harga berat volume tanah kering maksimum tanah dapat dicapai disebut kadar air optimum.
Peralatan :
1. Silinder cetakan (mould) diameter 102 mm (4) kapasitas 0.000943 0.000008 m3 dengan diameter
dalam 101.6 0.406 mm (4.000 0.016) tinggi 116.43 0.1270 mm (4.534 0.005) untuk
pemadatan standar (Proctor), lengkap dengan plat alas dan cincin kepala.
2. Silinder cetakan (mould) diameter 152 mm (6) kapasitas 0.002124 0.00002 m3 dengan diameter dalam
152.4 0.6609 mm (6.000 0.024) tinggi 116.43 0.1270 mm (4.534 0.005) untuk pemadatan
berat (Modified) lengkap dengan plat alas dan cincin kepala.
3. Alat penumbuk (Hammer = Palu) berat 2.5 kg (4.5 lbs), tinggi jatuh 304.8 mm (12) dan diameter 50.8
mm (2 ) untuk pemadatan standar (Proctor).
4. Alat penumbuk (Hammer = Palu) berat 4.54 kg (10 lbs), tinggi jatuh 457.2 mm (18) dan diameter 50.8
mm (2 ) untuk pemadatan berat (Modified).
5. Palu karet.
6. Saringan No.4 (4.25 mm ) dan 3/4 (19 mm)
7. Timbangan ( ketelitian 0.1 gr ).
Langkah Kerja :
untuk Pemadatan standar
B. Pemadatan
1. Silinder cetakan dipasang pada alasnya, dibersihkan dan ditimbang, kemudian pasang cincin kepalanya.
2. Siapkan alat pengukur kadar air.
3. Ambil salah satu contoh tanah, hamparkan ke dalam baki kecil dan dibagi menjadi 3 bagian yang kira-
kira sama (untuk 3 lapis).
4. Bagian untuk lapis pertama dimasukan kedalam silinder diratakan dan ditumbuk dengan palu standar
sebanyak 25 kali secara merata.
5. Dengan cara yang sama lakukan untuk bagian lapis kedua dan ketiga.
6. Lepaskan cincin kepala, permukaan tanah dipotong dan diratakan setinggi silinder, kemudian ditimbang.
7. Contoh tanah dikeluarkan dari silinder kemudian diukur kadar airnya.
8. Pemadatan dilanjutkan dengan contoh-contoh berikutnya (ke II sampai dengan ke VI) dengan cara yang
sama.
9. Hitung berat isi kering (d), kemudian diplot pada grafik pemadatan tanah dengan d sebagai ordinat dan
kadar air (w) sebagai absis.
Tujuan :
Pengujian CBR di laboratorium ini bertujuan untuk menentukan harga CBR tanah dan campuran tanah
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu. CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi
suatu bahan terhadap beban standar dengan kedalaman dan kecepetan penetrasi yang sama.
Dasar Teori :
California Bearing Ratio (CBR) adalah beban pada material standar berupa batu pecah di California
pada penetrasi yang sama. Percobaan ini dilakukan untuk menilai kekuatan tanah dasar atau bahan lain yang
hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Daya dukung lapisan tanah dasar dibutuhkan untuk menentukan
lapisan perkerasan yang dibutuhkan sesuai rencana.
Pada uji pemadatan ini dipakai cetakan yang sama dengan uji pemadatan standar, yaitu dengan rata-
rata volume 1/30 ft3 (944 cm3). Tetapi pada uji CBR ini tanah yang dipadatkan dibagi menjadi 5 lapisan. Cara
ini dikembangkan oleh California State Highway Departement sebagai cara untuk menilai tanah dasar jalan
(sub grade ). Dengan cara ini suatu percobaan penetrasi dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar
atau bahan lainnya yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Nilai CBR yang diperoleh kemudian
dipakai untuk menentukan tebal lapisan perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang CBR-nya ditentukan.
Peralatan :
Langkah Kerja :
1. Contoh tanah yang telah diketahui harga OMC-nya, dikeringkan (dijemur diterik matahari).
2. Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan dengan palukaret, kemudian disaring dengan saringan No.4.
3. Contoh yang lolos saringan No.4 dibuat 2 bagian masing-masing beratnya + 4 kg (untuk 2 contoh)
kemudian ditambahkan kadar airnya (dibuat) hingga kadar airnya sama dengan OMC, diaduk hingga
merata dan diamkan selama 24 jam.
4. Contoh tanah dipadatkan didalam silinder cetakan dengan menggunakan palu standard (sesuai dengan test
pemadatan tanah) dengan jumlah tumbukan 56 kali setiap lapis, kemudian bagian atas (permukaan silinder
diratakan).
5. Salah satu contoh langsung dilakukan CBR Test (tanpa direndam) dan salah satu lagi direndam.
Cara Perendaman :
a. Kedua permukaan tanah (atas dan bawah) diberi lapisan kertas filter.
b. Bagian bawah dipasang alas silinder yang mempunyai pori-pori dan dibagian atas dipasang cincin kepala.
c. Tempatkan didalam ember yang sesuai dan dibagian atas dipasang dial untuk mengukur pengembangan.
d. Catat pembacaan awal dari dial, kemudian diberi air dan direndam selama +4 x 24 jam,setelah dilakukan
test CBR.
B. Pengujian CBR.
1. Pasang proving ring dan piston dalam rangka beban.
2. Tempatkan contoh tanah diatas dongkrak dari rangka beban.
3. Atur posisi piston hingga menyentuh permukaan tanah kemudian stel bacaan ring pada posisi nol stand.
4. Beri keping pemberat pada permukaan contoh tanah dan pasang dial pengukur penetrasi.
5. Percobaan dilakukan sebagai berikut :
a. Siapkan Stop Watch dan alat pencatat.
b. Putar dongkrak hingga piston berpenetrasi dengan kecepatan penetrasi 0.05 inch permenit (1.25
mm/mnt) sambil dicatat bacaan ring pada interval waktu : 1/4 ; 1/2 ; 1 ; 2 ; 3 ; 4 ; 6 ; 8 dan 10 menit
c. Setelah itu piston dilepas, contoh tanah dibalik dan lakukan percobaan pada bagian bawah, seperti diatas.
6. Ukur kadar airnya.
Catatan : Untuk contoh yang direndam juga dilakukan pengujian seperti diatas setelah selesai direndam.