I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Dapat menentukan metode lubang dengan pemboran sampai
kedalaman tertentu.
2. Dapat menentukan metode pengambilan secara langsung.
3. Dapat menentukan metode pengambilan dengan mesin bor.
II. Dasar Teori
Borhand adalah salah satu cara penyelidikan bawah permukaan tanah
yang dangkal dan digerakkan dengan bukan tenaga mesin. Dimana kita
akan mendapatkan informasi data mengenai keadaan bawah tanah melalui
garis lubang pemboran. Selain itu, pemboran tangan juga merupakan usaha
mengetahui struktur geologi bawah permukaan dengan menggunakan alat
bukan mesin, dalam hal ini menggunakan bor dengan prinsip kerja manual.
Tingkat kedalaman yang dapat dicapai oleh metode pemboran tangan ini
cukup kecil/dangkal, hanya sampai pada kedalaman kurang dari 20 meter.
Kelebihan metode pemboran tangan adalah faktor biaya yang
dikeluarkan lebih murah, alat yang digunakan sederhana dan mudah dirakit.
Selain itu, penentuan lokasi pemboran pun mudah ditentukan ataupun
dipindah-pindah karena alat yang sederhana dan waktu pemboran yang
relatif cepat.
Jenis-jenis Borhand :
a. Auger bor
Borhand dengan mata bor spiral, Auger Bor atau Bor Auger ini sangat
praktis untuk pekerjaan-pekerjaan prospeksi bahan galian pada endapan-
endapan yang tidak begitu dalam. Pahatnya kebanyakan berbentuk spiral.
Tenaga penggeraknya boleh digunakan mesin ataupun manusia. Beberapa
jenis bor auger disajikan sebagai berikut :
Auger sekrup (Screw type auger)
Closed spiral auger (Auger spiral tertutup)
Ship Auger
Jamaica Open Spiral Auger
Auger power head
Small auger power head
b. Flint Auger
Borhand yang di gunakan untuk ukuran butir lempung – lanau
c. Spiral Cutter Head
Untuk memasang tiang pancang. Spiral cutter head (Kepala pemotong
spiral) digunakan pada satu sisi pembidang, dua sisi pembidang,
pembidang lebar, dan pelipat. Sudut masuk membangkitkan sebuah
pemotong dimana membuat permukaan halus bahkan pada kayu keras.
Spiral cutter head memerlukan daya kuda yang tidak banyak, membuat
bunyi lebih rendah dan kepingan-kepingan lebih kecil. Jika kepala
pemotong memotong pada material keras seperti batu, paku atau tepian-
tepian tumpul, sekrup tidak kencang, menjadi tepian tumpul atau rusak dari
satu atau dua pemasukkan menuju tepian-tepian lain rusak atau tumpul.
d. Bor bangka
Digerakkan dengan tenaga kuda. Alat bor ini sebetulnya adalah ”empire
drill”. Karena pemakaiannya di Indonesia pertama kali dilakukan di Pulau
Bangka untuk eksplorasi bijih timah (kasiterit), maka kemudian dinamakan
Bor Bangka.
e. Bor tumbuk
Prinsip seperti kerekan dengan beban tertentu yang bergerak bebas. Bor
Tumbuk yang digerakkan tenaga manusia umumnya sudah jarang sekali
dipakai. Ini disebabkan karena kemajuan pemboran lambat, banyak waktu
yang hilang pada pencabutan dan pemasangan batang bor serta
pengambilan hasil pemboran, hanya cocok untuk batuan lunak dan bila
kena batuan yang keras sukar untuk menembusnya, dan kedalamn terbatas.
Salah satu contoh bor tumbuk ini ialah Spring Pole.
III. Alat Dan Bahan
Auger Tabung 2 buah
2 buah batang dan 1 buah Palu dan kepala pemukul
kepala pemutar Beberapa kantong plastik
Batang pemegang Oli
2 Kunci Inggris Cangkul
Socket
IV. Prosedur Kerja
1. Memasang alat auger pada batang bor lalu diletakkan diatas titik
yang akan dilakukan pengeboran
2. Batang bor diletakkan tegak lurus di atas titik pengeboran,
mengusahakan tetap tegak lurus selama pengeboran terjadi.
3. Memutar bor searah jarum jam sambil dibebani.
4. Melakukan pengeboran sampai kedalaman lubang bor sedalam 30
cm.
5. Setelah kedalaman mencapai 30 cm, auger diganti dengan socket
dan tabung, lalu memasang hammer kemudian di angkat keatas lalu
dilepaskan sehingga socket dan tabung tertekan ke bawah, hal ini
dilakukan hingga kedalaman 1 m.
6. Setelah tabung terisi tanah, tabung diangkat dan dilepas kemudian
tutup kedua ujung tabung ditutup dengan plastik dan diikat dengan
karet.
7. Lalu hal yang sama dilakukan pada titik kedua.
II
SIEVE ANALYS
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Mengetahui konsep dasar dari klasifikasi pembagian tanah
berdasarkan ukuran butir.
2. Mengetahui langkah-langkah dan hal-hal yang diperhatikan dalam
uji pengayakan
3. Mengetahui pemanfaatan dalam uji pengayakan itu sendiri.
II. Dasar Teori
Uji pengayakan merupakan salah satu dari tes untuk menentukan
ukuran butir dari tanah yang berasal dari lokasi yang akan diteliti. Salah
satu klasifikasi yang sering digunakan dalam pembagian klasifikasi tanah
yaitu sistem USCS (Unified Soil Classification System) merupakan sistem
klasifikasi yang dikembangkan oleh Casagrande. Kesatuan Engineering
Angkatan Darat Amerika.
Koefisien gradasi
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Mengetahui langkah - langkah dan hal - hal yang diperhatikan dalam
uji Hydrometer.
2. Mengetahui pemanfaatan dalam uji Hydrometer itu sendiri.
II. Dasar Teori
Analisa Hydrometer merupakan analisa yang digunakan untuk
menentukan klasifikasi tanah yang lolos pada ayakan nomor 200. Menurut
Verruijt (2012), analisa hydrometer berdasarkan Hukum Strokes yang
menjelaskan kecepatan deposisi di dalam air yang dijelaskan pada
persamaan :
Keterangan :
a : koreksi untuk densitas partikel (Tabel 3.2)
Ws : Berat kering
Keterangan :
R : Pembacaan meniscus yang telah dikoreksi berdasarkan
Meniskus Correction (Fm) : Ra + Fm
L : Kedalaman efektif (Tabel 3.5)
Keterangan :
K : Hubungan antara temperature dan densitas partikel (Tabel 3.4)
Tabel 3.1 Properties air Tabel 3.3 Koreksi Temperatur
terdistilasi (air murni)
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Mengetahui dasar mekanika tanah.
2. Dapat menentukan kadar isi dan bobot isi dari suatu jenis tanah.
II. Dasar Teori
Menurut Braja, dkk (1995), tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang
telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat
tersebut sangat bervariasi dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung
dari faktor-faktor ukuran, bentuk, dan komposisi kimia dari butiran.
Gambar 4.1 (a) Elemen tanah dalam keadaan asli dan (b) Tiga fase elemen
tanah.
Dalam bukunya Hardiyatmo (2002), menyatakan, segumpal tanah dapat
terdiridari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering hanya akan terdiri
dari dua bagian yaitu butir tanah dan pori-pori udara. Dalam tanah yang
jenuh juga terdapat dua bagian yaitu butiran padat dan pori air. Dalam
keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian butiran
padat, pori udara dan pori air.
Dari Gambar 4.1 di atas dapat dibentuk persamaan :
Ket :
W : berat total V : volume total
Ws : berat butiran padat Vs : volume butiran padat
Ww : berat air Vw : volume air
Wa : berat udara Va : volume udara
Hubungan-hubungan volume dan berat yang sering digunakan dalam
mekanika tanah adalah berat isi (𝛾), kadar air (w), angka pori (e), porositas
(n), dan derajat kejenuhan (S).
Ket :
W : berat contoh tanah W2 : berat wadah + tanah
W1 : berat wadah V : volume contoh tanah
b) Kadar air (w)
Menurut Braja dkk (1995), kadar air atau water content adalah
perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah
yang diselidiki.
Ket :
Ww : berat air Ws : berat kering
Ket :
Vv : volume pori Vs : volume butiran padat
d) Porositas (n)
Menurut Braja dkk (1995), porositas didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume pori dengan volume total.
Ket :
Vw : Volume air Vv : volume pori
Bila tanah dalam keadaan jenuh air, maka S = 1. Tabel 4.1 menunjukan
berbagai macam derajat kejenuhan tanah untuk maksud agar dapat
diklsifikasikan.
Tabel 4.1 Kondisi tanah dan derajat kejenuhan
Keadaan tanah Derajat kejenuhan
Tanah kering 0
Tanah agak lembab >0 – 0.25
Tanah lembab 0.26 – 0.50
Tanah sangat lembab 0.51 – 0.75
Tanah basah 0.76 – 0.99
Tanah sangat basah 1
Berat jenis dari berbagai tanah berkisar antara 2.65 sampai 2.75. nilai
berat jenis 2.67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi.
Sedangkan untuk tanah kohesif tak organik berkisar di antara 2.68 sampai
2.72. Nilai-nilai dari berbagai jenis tanah diberikan dalam Tabel 4.2
Tabel 4.2 Berat jenis tanah
Macam Tanah Berat Jenis
Kerikil 2.65 – 2.67
Pasir 2.65 – 2.68
Lanau anorganik 2.62 – 2.68
Lanau organic 2.58 – 2.65
Lempung anorganik 2.68 – 2.75
Humus 1.37
Gambut 1.25 – 1.80
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Dapat memahami konsep dari atterberg limit
2. Dapat menentukan batas cair dan batas plastis suatu tanah
Dimana :
IF : Indeks aliran
w1 : Kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuain dengan
jumlah pukulan N1
w2 : Kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuain dengan
jumlah pukulan N2
Sehingga persamaan garis aliran dapat dituliskan dalam bentuk umum
sebagai :
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Dapat memahami konsep dari kuat geser tanah
2. Dapat menentukan kuat geser suatu tanah
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai θ dan C
(memperkuat tanah).
2. Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh
beban.
3. Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k.
4. Mengurangi sifat kembang susut tanah (lempung).
I. Tujuan
Tujuan melakukan praktikum ini yaitu agar mahasiswa :
1. Dapat mengukur dan menentukan nilai porositas dari suatu sampel
batuan
2. Dapat mengukur dan menentukan nilai koefisien permeabilitas dari
suatu sampel tanah
3. Mengetahui hubungan antara porositas dan permeabilitas
Porositas Kualitas
0 5% Jelek Sekali
5 – 10% Jelek
10 – 15% Sedang
15 – 20% Baik
> 20% Sangat Bagus
b) Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan media berpori untuk mengalirkan atau
meloloskan fluida melalui pori-pori yang saling berhubungan tanpa
merusak partikel pembentuk batuan tersebut (Hanafiah, 2005). Tinggi
rendahnya permeabilitas dapat ditentukan dengan ukuran pori.
Pori bersifat sangat permeable → permeabilitasnya tinggi
(bersifat pervious)
Lempung bersifat impermeable → permeabilitasnya rendah
(impervious/rapat air/kedap air)
Tabel 8.2 Koefisien permeabilitas
Koefisien Permeabilitas
Jenis
(k)
Q = k.i.a
ℎ Sehingga : 𝑞.𝐿
i= k=
𝐿 𝐴.ℎ
Ket :
q : Debit fluida ( m3/s atau cm3/s )
A : luas penampang aliran (m2 atau cm2)
t : waktu tempuh fluida sepanjang L (detik)
h : selisih ketinggian fluida (m atau cm)
L : panjang daerah yang dilewati aliran (m atau cm)