Surveilans Puskesmas Adit Novan PDF
Surveilans Puskesmas Adit Novan PDF
PENDAHULUAN
Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat
kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam
1
Permasalahan tidak berjalannya sistem surveilans tidak saja terjadi pada sistemnya
oleh unit kesehatan belum terintegrasi secara menyeluruh dan perlunya kehadiran
tentang masalah kesehatan yang mereka hadapi agar dapat dicarikan alternatif dan
Maka dari itu, masih banyak diperlukan pembenahan pada pelaksanaan program
Makalah ini dibuat untuk membahas tentang Surveilans, Pencatatan dan Pelaporan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai
literature.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah surveilans berasal dari bahasa Prancis, yaitu 'surveillance' yang berarti
lama, tetapi seringkali timbul kerancuan dengan kata 'surveillance' dalam bahasa
Inggris, yang berarti mengawasi perorangan yang sedang dicurigai. Sebelum tahun
1950, surveilans memang diartikan sebagai upaya pengawasan secara ketat kepada
adalah:1
practice, closely integrated with the timely dissemination of these data to those
who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of
3
pengumpulan data, konsolidasi, dan evaluasi laporan morbiditas serta mortalitas
juga data lain yang sesuai, kemudian disebarkan kepada mereka yang ingin tahu.
Diseminasi awal pada mereka yang butuh informasi, terutama mereka yang
D.A. Henderson, 1976, surveilens berfungsi sebagai otak dan sistem saraf untuk
data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
4
informasi dan komunikasi ke berbagai pihak terkait.2
donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik .1
5
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus
kebutuhan riset.3
insidensi kasus penyakit pada sumbu Y dapat digunakan untuk memonitor dan
6
dan efektivitas program pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif
yang meningkat dari tahun ke tahun, baik jumlah kasus TB yang dideteksi,
penting data time-series dalam analisis data surveilans yang dikumpulkan dari
prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi), dan memperkirakan dampak masa datang
dari penyakit.4
7
2.3. JENIS SURVEILANS
atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan
SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang
yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara
8
campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang
ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan
penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian
malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak
sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena
9
mengakibatkan inefisiensi.
nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi
batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah
kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan
jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor
aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004;
10
Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari
menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade,
2010).
dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan
11
kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et
al., 2006).
dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi
penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang
12
muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru
muncul (new emerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS.
2.4.1. Akurat
terjadi hasil negatif palsu. Aspek akurasi lainnya adalah spesifisitas, yakni
sejauh mana terjadi hasil positif palsu. Pada umumnya laporan kasus dari
para ahli madya epidemiologi perlu dilatih tentang dasar laboratorium, sedang
konfirmasi kasus.
13
Definisi kasus, alat ukur, maupun prosedur yang standar penting dalam sistem
Informasi yang diperoleh dengan cepat (rapid) dan tepat waktu (timely)
cara:
(1) Melakukan analisis sedekat mungkin dengan pelapor data primer, untuk
mengurangi lag (beda waktu) yang terlalu panjang antara laporan dan
tanggapan;
diseases);
hasil surveilans;
segera.
14
2.4.4. Representatif dan lengkap
Sistem surveilans yang efektif perlu sederhana dan praktis, baik dalam
organisasi, struktur, maupun operasi. Data yang dikumpulkan harus relevan dan
terfokus. Format pelaporan fleksibel, bagian yang sudah tidak berguna dibuang.
Sistem surveilans yang buruk biasanya terjebak untuk menambah sasaran baru
tanpa membuang sasaran lama yang sudah tidak berguna, dengan akibat
15
merupakan masalah di banyak negara berkembang dan beberapa negara maju.
Salah satu cara mengatasi problem ini adalah membangun network dan
keputusan.
Kesehatan.
Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara
kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu
Kesehatan Matra.
16
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
tidak menular.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor
a.Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
b.Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan
c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan
masyarakat
d.Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
17
e. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
g. Laporan wabah
k.Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperoleh dari unit
2.6.2. Pelaporan
pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring
18
surveilans epidemiologi
2.7.1. Pencatatan
2.7.2. Pelaporan/Diseminasi
Untuk formulir W1 harus segera dilaporkan unit surveilans kepada DKK dan
pihak pihak yang berwenang lainnya dalam waktu 1 x 24 jam. Pelaporan dapat
surveilans telah melakukan analis dan interpretasi terhadap data tersebut dan
yang berwenang sebagai pertimbangan dalam bagi pihak otoritas tersebut dalam
mengambil keputusan.
Formulir W2 dilaporkan ke DKK satu kali dalam seminggu pada hari Selasa.
dibuat dalam dua rangkap, satu untuk dilaporkan ke DKK dan satu lagi untuk
19
2.7.3. Analisis dan Interpretasi
Petugas surveilans haruslah orang yang jeli dan mempunyai daya analisa yang
tinggi. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menganalisis data
dan interpretasi adalah karekteristik data, validasi data, analisa deskriptif, dan
hipotesa sementara. Hasil analisis dan interpretasi ini digunakan sebagai bahan
advokasi bagi pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan secara cepat
dan tepat .5
2.8. Aksi
Pengendalian
- Respon cepat
- Manajemen kasus
Kebijakan
- Perubahan kebijakan
- Prediksi, perancanaan
- Kewaspadaan epidemik
2.9. Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan tidak hanya terhadap hasil dari aksi epidemiologis
yang dilakukan, juga terhadap hasil surveilans sebagai monitoring apakah aksi
20
sudah sesuai dengan hasil surveilans4.
harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan
21
distribusi data.
Puskesmas.
Kabupaten/Kota.
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan
2.10.4. Laporan
22
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke
form 3). Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas
formulir STP.PUS (terlampir form 4). Pada data PWS penyakit potensial KLB
dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan
bukan puskesmas dan data kader kesehatan Setiap minggu, Unit Pelayanan
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
23
1. Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan
berupa (1) Pengumpulan dan Pengolahan Data (2) Analisis serta Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
1. DCP2. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease
24
Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf. Diakses
10 Januari 2012.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.
%201116%20ttg%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Sistem%20Surveilans
4. Last, JM. 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press,
Inc.
action and its application in health sector reform. BMC Public Health, 2:2
25
26